Anda di halaman 1dari 16

TUGAS GEOLOGI BATUBARA

Disusun Oleh : Rony Octa Prabowo 1107045075

FISIKA KONSENTRASI GEOLOGI GEOFISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2013

Sejarah Pembentukan Batubara Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Adapun proses yang mengubah tumbuhan menjadi batubara tadi disebut dengan pembatubaraan (coalification). Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan jaman geologi dan lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah dengan lokasi pengendapan (sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan panas bumi serta perubahan geologi yang berlangsung kemudian, akan menyebabkan terbentuknya batubara yang jenisnya bermacam-macam. Oleh karena itu, karakteristik batubara berbeda-beda sesuai dengan lapangan batubara (coal field) dan lapisannya (coal seam).

Gambar 1. Proses Terbentuknya Batubara (Sumber: Kuri-n ni Riyou Sareru Sekitan, 2004)

Pembentukan batubara dimulai sejak periode pembentukan Karbon (Carboniferous Period) dikenal sebagai zaman batu bara pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Kualitas dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai maturitas organik. Proses awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut (peat), yang selanjutnya berubah menjadi batu bara muda (lignite) atau disebut pula batu bara coklat (brown coal). Batubara muda adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, maka batu bara muda akan mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi

batu bara sub-bituminus (sub-bituminous). Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau antrasit (anthracite). Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit. Dalam proses pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya

menggambarkan perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk batubara. Berikut ini ditunjukkan contoh analisis dari masing masing unsur yang terdapat dalam setiap tahapan pembatubaraan.

Tabel 1. Contoh Analisis Batubara (daf based) (Sumber: Sekitan no Kisou Chishiki)

Data-data di atas apabila ditampilkan dalam bentuk grafik hasilnya adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Hubungan Tingkat Pembatubaraan Kadar Unsur Utama

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pembatubaraan,maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen dan

oksigen akan berkurang. Karena tingkat pembatubaraan secara umum dapat diasosiasikan dengan mutu atau kualitas batubara, maka batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah disebut pula batubara bermutu rendah

seperti lignite dan sub-bituminus biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga kandungan energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar. Sumber : http://www.kamusilmiah.com/geologi/mengenal-batubara-1/

Ada 2 teori yang menerangkan terjadinya batubara yaitu 1. Teori In-situ : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori in-situ biasanya terjadi di hutan basah dan berawa, sehingga pohon-pohon di hutan tersebut pada saat mati dan roboh, langsung tenggelam ke dalam rawa tersebut, dan sisa tumbuhan tersebut tidak mengalami pembusukan secara sempurna, dan akhirnya menjadi fosil tumbuhan yang membentuk sedimen organik.

Gambar 3

2. Teori Drift : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan yang bukan di tempat dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori drift biasanya terjadi di delta-delta, mempunyai ciri-ciri lapisan batubara tipis, tidak menerus (splitting), banyak lapisannya (multiple seam), banyak pengotor (kandungan abu cenderung tinggi). Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan).

Gambar 4 Tahap penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang terakumulasi tersimpan dalam kondisi bebas oksigen (anaerobik) di daerah rawa dengan sistem pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 -[10 meter. Material tumbuhan yang busuk ini melepaskan unsur H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan fungi diubah menjadi gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992).

Gambar 5

Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi, kimia, dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992). Pada tahap ini prosentase karbon akan meningkat, sedangkan prosentase hidrogen dan oksigen akan berkurang (Fischer, 1927, op cit Susilawati 1992). Proses ini akan menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat kematangan material organiknya mulai dari lignit, sub bituminus, bituminus, semi antrasit, antrasit, hingga meta antrasit. Dalam proses pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya

menggambarkan perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk batubara. - Berikut ini ditunjukkan tahapan pembatubaraan.

Gambar 6

Disamping itu semakin tinggi peringkat batubara, maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang. Karena tingkat pembatubaraan secara umum dapat diasosiasikan dengan mutu atau mutu batubara, maka batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah disebut pula batubara bermutu rendah seperti lignite dan sub-bituminus biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah, memiliki tingkat

kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga kandungan energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar. Sumber : http://ashadisasongko.staff.ipb.ac.id/tag/sejarah-batubara/

Lingkungan Pengendapan Batubara Pembentukan batubara terjadi pada kondisi reduksi di daerah rawa-rawa lebih dari 90% batubara di dunia terbentuk pada lingkungan paralik. Daerah seperti ini dapat dijumpai di dataran pantai, laguna, delta, dan fluviatil. Di dataran pantai, pengendapan batubara terjadi pada rawa-rawa di lelakang pematang pasir pantai yang berasosiasi dengan sistem laguna ke arah darat. Di daerah ini tidak berhubungan dengan laut terbuka sehingga efek oksidasi au laut tidak ada sehingga menunjang pada pembentukan batubara di daerah rawa-rawa pantai. Pada lingkungan delta, batubara terbentuk di backswamp clan delta plain. Sedangkan di delta front dan prodelta tidak terbentuk batubara disebabkan oleh adanya pengaruh air laut yang besar clan berada di bawah permukaan air laut. Lingkungan pengendapan batubara antara lain : 1. Endapan Batubara Paralik Lingkungan paralik terbagi ke dalam 3 sub lingkungan, yakni endapan lmuhara belakang pematang (back barrier), endapan batubara delta, endapan Dwubara antar delta dan dataran pantai (Bustin, Cameron, Grieve, dan Kalkreuth, Ketiganya mempunyai bentuk lapisan tersendiri, akan tetapi pada , wnumnya tipis-tipis, tidak menerus secara lateral, mengandung kadar sulfur, abu dar. nitrogen yang tinggi. 2. Endapan Batubara Belakang Pematang (back barrier) Batubara belakang pematang terakumulasi ke arah darat dari pulau-pulau pcmatang (barrier island) yang telah ada sebelumnya dan terbentuk sebagai ai.:hat dari pengisian laguna. Kemudian terjadi proses pendangkalan cekungan antar

pulau-pulau bar sehingga material yang diendapkan pada umumnya tergolong ke dalam klastika halus seperti batulempung sisipan batupasir dan batugamping. Selanjutnya terbentuk rawa-rawa air asin dan pada keadaan ini cn.iapan sedimen dipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga moluska dapat berkembang dengan baik sebab terjadi pelemparan oleh ombak dari laut terbuka le laguna yang membawa materi organik sebagai makanan yang baik bagi penghuni laguna. Sedangkan endapan sedimen yang berkembang pada umumnya tcrdiri dari perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan batubara dan batugamping. Struktur sedimen yang berkembang ialah lapisan bersusun, silang siur dan laminasi halus. Endapan batubara terbentuk akibat dari meluasnya permukaan rawa dari pulau-pulau gambut (marsh) yang ditumbuhi oleh tumbuhan air tawar. 3. Endapan Batubara Delta Berdasarkan bentuk dataran deltanya, batubara daerah ini terbentuk pada beberapa sub lingkungan yakni delta yang dipengaruhi sungai, gelombang pasang surut. dataran delta bawah dan atas, dan dataran aluvium. Kecepatan pengendapan sangat berpengaruh pada penyebaran dan ketebalan endapan batubara. Batubara daerah ini tidak menerus secara lateral akibat dari perubahan fasies yang relatif pendek dan cepat yang disebabkan oleh kemiringan yang tajam sehingga ketebalan dan kualitasnya bervariasi. Pada umumnya batubara tersebut berasal dari alang-alang dan tumbuhan paku. 4. Endapan Batubara Antar Delta dan Dataran Pantai Batubara daerah ini terbentuk pada daerah rawa yang berkembang di :jerah pantai yang tenang dengan water table tinggi dan pengaruh endapan liaaik sangat kecil. Daerah rawa pantai biasanya banyak ditumbuhi oleh :umbuhan air tawar dan air payau. Batubara ini pada umumnya tipis-tipis dan secara lateral tidak lebih dari 1 km. Batubara lingkungan ini kaya akan abu, sulfur, nitrogen, dan mengandung fosil laut. Di daerah tropis biasanya terbentuk dari bakau dan kaya sulfur. Kandungan sulfur tinggi akibat oleh naiknya ion sulfat dari air laut dan oleh salinitas bakteri anaerobik. Sumber : http://logku.blogspot.com/2011/02/proses-pembentukan-batubara.html

Sejarah Eksplorasi dan Penambangan Batubara Di Dunia

Gambar 7 Penambang batu bara Cina di ilustrasi ensiklopedia Kaiwu Tiangong Dinasti Ming, yang diterbitkan pada tahun 1637 oleh Yingxing.Due Song dengan kelimpahan nya, batubara telah ditambang di berbagai belahan dunia sepanjang sejarah dan terus menjadi suatu kegiatan ekonomi yang penting saat ini. Dibandingkan dengan bahan bakar kayu, batubara menghasilkan jumlah yang lebih besar energi permassa dan dapat diperoleh di daerah mana kayu tidak tersedia. Meskipun secara historis digunakan sebagai alat pemanas rumah tangga, batubara sekarang banyak digunakan di industri, terutama dalam produksi peleburan dan paduan, serta pembangkit listrik. Pertambangan batu bara berskala besar yang dikembangkan selama Revolusi Industri, dan batubara menyediakan sumber utama energi primer untuk industri dan transportasi di Barat dari abad ke-18 ke 1950-an. Batu bara tetap menjadi sumber energi yang penting, karena biaya rendah dan kelimpahan bila dibandingkan dengan bahan bakar lain, terutama untuk pembangkit listrik. Namun, batubara juga ditambang hari ini dalam skala besar dengan metode tambang terbuka di mana pun strata batubara mogok permukaan dan relatif dangkal. Britain mengembangkan teknik utama penambangan batubara bawah tanah dari akhir abad ke 18 dan seterusnya dengan kemajuan yang didorong oleh kemajuan abad ke-19 dan awal abad ke-20.

Namun minyak dan bahan bakar terkait mulai digunakan sebagai alternatif dari kali ini dan seterusnya. Pada akhir abad ke-20 batubara adalah sebagian besar diganti dalam penggunaan industri dan transportasi domestik serta oleh minyak, gas alam atau listrik yang dihasilkan dari minyak, gas, tenaga nuklir atau sumber energi terbarukan. Sejak tahun 1890, pertambangan batubara juga telah menjadi isu politik dan sosial. tenaga kerja penambang Batubara dan serikat buruh menjadi kuat di banyak negara di abad ke-20, dan sering para penambang adalah pemimpin gerakan Kiri atau Sosialis (seperti di Inggris, Jerman, Polandia, Jepang, Kanada dan Amerika Serikat) Sejak tahun 1970 , isu lingkungan telah semakin penting, termasuk kesehatan penambang, perusakan pemandangan dari tambang strip dan penghapusan puncak gunung, polusi udara, dan kontribusi batubara pembakaran terhadap pemanasan global.

Awal sejarah Reruntuhan hypocaust bawah lantai sebuah vila Romawi. Bagian bawah Exedra adalah covered.Early ekstraksi batubara skala kecil, batubara berbaring baik di permukaan, atau sangat dekat dengan itu. metode khas untuk ekstraksi termasuk pertambangan hanyut dan pit bel. Seperti halnya tambang drift, pertambangan batang kecil digunakan. Ini mengambil bentuk pit bel, ekstraksi bekerja keluar dari suatu poros pusat, atau teknik yang disebut ruang dan pilar 'ruang' di mana batubara tersebut diekstraksi dengan pilar kiri untuk mendukung atap. Kedua teknik ini namun meninggalkan sejumlah besar batubara dapat digunakan di belakang. Referensi paling awal pada penggunaan batubara di Metalworking ditemukan dalam risalah geologi Pada batu (Lap. 16) oleh Theophrastus ilmuwan Yunani (c. 371-287 SM): Di antara bahan-bahan yang digali karena mereka berguna, yang dikenal sebagai batubara terbuat dari bumi, dan setelah dibakar, mereka membakar seperti arang. Mereka ditemukan di Liguria dan Elis sebagai salah satu pendekatan Olympia oleh jalan gunung dan digunakan oleh mereka yang bekerja di logam.

Penggunaan awal dikenal batubara di Amerika adalah dengan bangsa Aztec yang menggunakan batu bara untuk bahan bakar dan jet (sejenis dari lignit) untuk hiasan. Di Romawi Inggris, Roma memanfaatkan segala coalfields utama (menyelamatkan orang-orang dari Utara dan Selatan Staffordshire) oleh AD akhir abad ke-2 Sementara banyak penggunaannya tetap lokal., Perdagangan hidup yang dikembangkan di sepanjang pantai Laut Utara untuk memasok batubara Yorkshire dan London. ini juga meluas ke Rhineland benua, dimana batu bara mengandung bitumen sudah digunakan untuk peleburan bijih besi.Ia digunakan dalam hypocausts untuk memanaskan pemandian umum, pemandian di benteng-benteng militer, dan vila-vila individu kaya. Penggalian telah mengungkapkan toko batubara di benteng-benteng di sepanjang Hadrian Wall, serta sisa-sisa industri peleburan di benteng-benteng seperti Longovicium dekatnya. Setelah Roma kiri Inggris, di AD 410, tidak ada catatan batubara yang digunakan di negara ini sampai akhir abad ke-12. Tak lama setelah penandatanganan Magna Carta, pada 1215, batubara mulai diperdagangkan di wilayah Skotlandia dan Inggris utara-timur, di mana strata Karbon mana terpapar di pantai laut, dan dengan demikian dikenal sebagai "batubara laut". komoditas ini, bagaimanapun, tidak cocok untuk digunakan dalam jenis tungku domestik kemudian di gunakan, dan terutama digunakan oleh pengrajin untuk membakar kapur, logam kerja dan peleburan. Pada awal 1228, batu bara laut dari utara-timur dibawa ke London. Selama abad ke-13, perdagangan batubara meningkat di seluruh Inggris dan pada akhir abad ini sebagian besar coalfields di Inggris, Skotlandia dan Wales sedang bekerja pada skala kecil Karena penggunaan batubara antara seniman menjadi lebih luas, menjadi jelas bahwa asap batubara merugikan kesehatan dan peningkatan polusi di London menimbulkan keresahan banyak dan agitasi. Sebagai hasil dari ini, proklamasi Royal dikeluarkan tahun 1306 melarang artificers London menggunakan batu bara laut di tungku mereka dan memerintahkan mereka untuk kembali ke bahan bakar tradisional kayu dan arang 10 Selama paruh pertama 14 abad batubara mulai digunakan untuk

pemanasan domestik di daerah produksi batubara dari Inggris, sebagai perbaikan dilakukan dalam desain tungku domestik. Edward III adalah raja pertama yang mengambil minat dalam perdagangan batubara dari timur laut. , mengeluarkan nomor dari surat perintah untuk mengatur perdagangan dan memungkinkan ekspor batubara ke Calais . Permintaan batubara terus meningkat di Inggris pada abad ke-15, tapi masih terutama digunakan di distrik-distrik pertambangan, di kota-kota pesisir atau yang diekspor ke Eropa kontinental. Namun, pada pertengahan abad 16 pasokan kayu mulai gagal di Inggris dan penggunaan batu bara sebagai bahan bakar domestik dengan cepat memperluas. Pada 1575, Sir George Bruce dari Carnock dari Culross, Skotlandia, membuka tambang batubara pertama untuk mengekstrak batubara dari "pit parit" di bawah laut di Firth of Forth. Dia membangun sebuah pulau buatan loading di mana ia tenggelam poros 40 ft yang terhubung ke dua poros untuk drainase dan ventilasi ditingkatkan. Teknologi ini jauh di muka dari setiap metode penambangan batubara dalam periode abad pertengahan akhir dan dianggap salah satu keajaiban industri usia. Selama abad ke-17 sejumlah kemajuan dalam teknik pertambangan dibuat, seperti penggunaan tes membosankan untuk mencari deposito yang cocok dan pompa rantai, didorong oleh roda air, mengeringkan collieries deposito Batubara ditemukan oleh koloni di Amerika Utara Timur pada abad ke-18.

Revolusi Industri Revolusi Industri, yang dimulai di Inggris pada abad ke-18, dan kemudian menyebar ke benua Eropa, Amerika Utara, dan Jepang, didasarkan pada ketersediaan batu bara untuk mesin uap kekuasaan. Perdagangan internasional diperluas secara eksponensial ketika batubara-makan mesin uap dibangun untuk kereta api dan kapal uap di era 1810-1840 Victoria. Batubara lebih murah dan jauh lebih efisien daripada bahan bakar kayu di mesin uap yang paling. Sebagai Inggris tengah dan Utara berisi kelimpahan batubara, tambang banyak terletak di daerah ini serta lapangan batubara South Wales dan Skotlandia. Teknik-teknik skala kecil yang tidak cocok dengan permintaan meningkat, dengan ekstraksi

bergerak menjauh dari ekstraksi permukaan penambangan poros sedalam Revolusi Industri berlangsung. http://yogaulil.blogspot.com/2011/01/sejarah-pertambangan-batubara.html

Sejarah Eksplorsi dan Pertambangan Batubara Indonesia Batubara adalah penghasil listrik hampir setengah dari listrik dunia. Di Indonesia, batubara saat ini menjadi komoditi idola dari dunia pertambangan. Walaupun jumlah batubara di Indonesia hanya sekitar 1% dari jumlah batubara di dunia, namun saat ini Indonesia adalah pengekspor batubara terbesar di dunia. Karakteristik batubara indonesia yang berkualitas bituminus - sub bituminus, sangat cocok untuk bahan bakar PLTU. Oleh karena itu batubara indonesia banyak diminati juga oleh negara lain. Di samping itu posisi Indonesia sebagai negara kepulauan cukup strategis untuk pengiriman batubara ke negara lain melalui transportasi laut. Sejarah pertambangan batubara secara modern diawali dengan penemuan cebakan batubara di Ombilin tahun 1856, yang dilanjutkan dengan pekerjaan persiapan selama lebih kurang 36 tahun sebelum produksi pertama tahun 1892. Pekerjaan persiapan tersebut termasuk membangun rel kereta api dari kota Padang ke Sawahlunto yang selanjutnya berperan penting dalam pembangunan Sumatra Barat.

Gambar 8 : Jalan masuk tambang Ombilin pada tahun 1971

Selain di Ombilin, pertambangan batubara juga dibuka di Tanjung Enim (Sumatra Selatan), tepi s. Mahakam (Kalimantan Timur), Pulau Laut (Kalimantan Selatan). Empat phase penting dari perkembangan pertambangan batubara Indonesia: 1. Sebelum tahun 1941

Awal dibukanya tambang-tambang batubara modern: Ombilin tambang bawah tanah Tanjung Enim tambang terbuka Tepi sungai Mahakam tambang bawah tanah

Pemakai batubara: transportasi (kereta api), pabrik semen, industri manufaktur dan industri kecil terutama di sekitar tambang batubara.

Pabrik Semen Padang dibangun tahun 1910 menggunakan batubara dari Ombilin.

Produksi meningkat hingga mencapai sekitar 2 juta ton/tahun.

2. Antara 1941 sampai tahun 1974

Pendudukan Jepang mengambil alih tambang-tambang yang ada dan dimanfaatkan untuk keperluan perang.

Setelah kemerdekaan dan nasionalisasi pada pertengahan tahun 50-an, produksi menurun karena pemakai batubara mulai berkurang dan kekurangan tenaga ahli, walaupun ada bantuan teknik dari Polandia pada awal tahun 60-an.

Batubara mulai ditinggalkan, diganti oleh minyak . Tingkat produksi mencapai titik terrendah pada tahun 1969 (sekitar 200 ribu ton/tahun).

Awal tahun 70-an krisis minyak membuat perhatian kembali ke batubara.

3. Antara 1974 sampai tahun 1991

Kontrak karya pertama dengan Shell Mijnbouw di Sumatera Selatan, sekitar Tanjung Enim tahun 1974 berakhir tahun 1978 tanpa kelanjutan.

Awal 80-an proyek terpadu pengembangan tambang Bukit Asam, jalur kereta api dari Tanjung Enim ke Tarahan (Lampung) dan PLTU Suralaya.

PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) terpisah dari PN Tambang Batubara.

PN Tambang Batubara menandatangani kontrak kerjasama (KKS) dengan perusahaan asing untuk pengembangan pertambangan batubara di berbagai tempat di Kalimantan dan Sumatra.

Tahun 1990 PN Tambang Batubara dibubarkan dan dilebur ke PTBA Tahun 1990 beberapa tambang KKS telah memasuki tahap operasi produksi

4. Sejak 1991

Produksi batubara Indonesia terus meningkat secara signifikan terutama dari tambangtambang milik PTBA dan KKS. Tahun 1995 PTBA tidak lagi sebagai prinsipal KKS diambil alih oleh pemerintah menjadi PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan

Pertambangan Batubara).

Sampai saat ini sudah 3 generasi PKP2B Kebutuhan domestik meningkat dengan dibangunnya PLTU-PLTU baru. Ekspor juga meningkat dengan pesat sejalan dengan berkembangnya negara-negara industri baru di Asia Timur

http://catmasper.blogspot.com/2012/10/sejarah-pertambangan-batubara-indonesia. html

DAFTAR PUSTAKA

http://www.kamusilmiah.com/geologi/mengenal-batubara-1/ http://ashadisasongko.staff.ipb.ac.id/tag/sejarah-batubara/ http://logku.blogspot.com/2011/02/proses-pembentukan-batubara.html http://yogaulil.blogspot.com/2011/01/sejarah-pertambangan-batubara.html http://catmasper.blogspot.com/2012/10/sejarah-pertambangan-batubara-indonesia. html

Anda mungkin juga menyukai