Anda di halaman 1dari 21

Nama :

1. Agung Anggara
2. M. Afrizi Farrel
3. Ronaldo
4. Yoga Pratama
5. Rahman Sukindo

Kelas : XII 6 PC

SMK TEKNOLOGI NISONAL PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2017-2018


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan karunianya laporan Praktek Kerja Lapangan ini dapat tersusun dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga laaporan ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan saya semoga Laporan ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi laporan ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Laporan ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
laporan ini.

Meulaboh, 15 Oktober 2013

SUKARNI
DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi
DAFTAR ISIii
BAB I PENDAHULUAN1
1.1 Latar Belakang1
1.2 Tujuan Praktek Lapangan2
1.3 Manfaat Praktek Lapangan2
1.4 Waktu Pelaksanaan2

BAB II DASAR TEORI3

2.1 Pengertian Batubara 3


1. Klarifikasi Batubara3
2. Parameter Kualitas Batubara5
3. Proses Pembersihan Batubara7
2.2 Metode Tambang Terbuka8
2.3 Peralatan Penambangan13
2.4 Jenis Alat-Alat Survey1
2.5 Cara Kerja / Metode Kerja Suveryor1

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lokasi Indonesia yang terletak pada 3 tumbukan (konvergensi) lempeng kerak


bumi, yakni lempeng Benua Eurasia, lempeng Benua India-Australia dan
lempeng Samudra Pasifik melahirkan suatu struktur geologi yang memiliki
kekayaan potensi pertambangan yang telah diakui di dunia. Namun, potensi yang
sangat tinggi ini masih belum tergali secara optimal. Disamping itu,
tingkat investasi di sektor ini relatif rendah dan menunjukkan kecenderungan
menurun akibat terhentinya kegiatan eksplorasi di berbagai kegiatan
pertambangan. Menurut studi yang dilakukan Fraser Institute dalam Annual
Survey of Mining Companies (December 2002), iklim investasi sektor
pertambangan di Indonesia tidak cukup menggairahkan.

Banyak kalangan menghawatirkan bahwa dengan kondisi seperti ini maka


masa depan, industri ekstraktif khususnya pertambangan di Indonesia akan
segera berakhir dalam waktu 5 sampai 10 tahun. Kondisi ini patut disayangkan
karena industri ini memberikan sumbangan yang cukup besar bagi perekonomian
nasional maupun daerah. Dampak ekonomi dari keberadaan industri
pertambangan antar lain penciptaan output, penciptaan tenaga kerja, menghasilkan
devisa dan memberikan kontribusi fiskal.

Dengan semakin berkembangnya industri pertambangan wilayah di Provinsi


Aceh khususnya Kabupaten Aceh Barat sangat mendukung pertumbuhan ekonomi
dan lapangan pekerjaan di wilayah tersebut.

Praktek Kerja Lapangan (PKL) suatu syarat yang harus dilalui oleh setiap
siswa/siswi SMKN 4 Geologi Pertambangan Meulaboh untuk dapat mengikuti
Ujian Nasional (UN) mendatang. Sangat diharapkan dengan adanya PKL siswa
dapat menambah pengetahuan tentang dunia kerja khususnya dunia pertambangan
yang sesungguhnya di masa yang akan datang.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Adapun tujuan diadakan Praktek Kerja Lapangan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengaplikasikan materi yang telah di pelajari di sekolah.
2. Untuk memperkenalkan siswa pada dunia pertambangan kususnya
pertambangan batu bara.
3. Menumbuhkan dan meningkatkan sikap profosional yang diperlukan siswa
untuk memasuki dunia pertambangan,
4. Meningkatkan daya kreasi dan produktifitas tehadap siswa sebagai
persiapan dalam menghadapi atau memasuki dunia pertambangan yang
sesunggugnya.
5. Meluaskan wawasan dan pandangan siswa terhadap jenis-jenis pekerjaan
pada tempat dimana Siswa melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.
1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan

Maksud dilaksanakannya prakerin yang diwujudkan dalam kerja disuatu


perusahaan. Selain sebagai salah satu syarat tugas akhir PKL juga sebagai
kegiatan Siswa untuk mencari pengalaman kerja sebelum memasuki dunia kerja
yang sesungguhnya.

Karena pertumbuhan perekonomian yang meningkat, didukung pula oleh


tumbuhnya persaingan dibidang industri pertambangan yang memaksa kita untuk
ikut terjun kedalam dunia industri pertambangan.

1.4 Waktu Pelaksanaan PKL

Adapun waktu yang direncanakan untu melaksanakan Praktek Kerja Lapangan


yaitu selama 1 bulan, dari tanggal 01 September 2013 sampai dengan 30
September 2013.

Sedangkan lokasi Praktek Kerja Lapangan berada di beberapa Desa di


Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat, yaitu : Desa Bale, Reudeup, Pucok
Reudep dan Paya Udeng.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Batubara

Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil yang terbentuk dari endapan, batuan
organik yang terutama terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara
terbentuk dari tumbuhan yang telah terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan
diubah oleh kombinasi pengaruh tekanan dan panas selama jutaan tahun sehingga
membentuk lapisan batubara.

Proses Pembentukan batubara itu sendiri dimulai sejak zaman batubara pertama
(Carboniferous Period / Periode Pembentukan Karbon atau Batubara), yang
berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. [1]

1. Klarifikasi Batu Bara


Pengklasifikasian batubara di dasarkan pada derajat dan kualitas dari batubara
tersebut, yaitu :
a) Gambut / Peat
Golongan ini sebenarnya termasuk jenis batubara, tapi merupakan bahan
bakar. Hal ini disebabkan karena masih merupakan fase awal dari proses
pembentukan batubara. Endapan ini masih memperlihatkan sifat awal dari
bahan dasarnya (tumbuh-tumbuhan).
b) Lignite / Brown Coal
Golongan ini sudah memperlihatkan proses selanjutnya berupa struktur
kekar dan gejala pelapisan. Apabila dikeringkan, maka gas dan airnya
akan keluar. Endapan ini bisa dimanfaatkan secara terbatas untuk
kepentingan yang bersifat sederhana, karena panas yang dikeluarkan
sangat rendah.
c) Sub-Bituminous / Bitumen Menengah
Golongan ini memperlihatkan ciri-ciri tertentu yaitu warna yang kehitam-
hitaman dan sudah mengandung lilin. Endapan ini dapat digunakan untuk
pemanfaatan pembakaran yang cukup dengan temperatur yang tidak
terlalu tinggi.
d) Bituminous
Golongan ini dicirikan dengan sifat-sifat yang padat, hitam, rapuh (brittle)
dengan membentuk bongkah-bongkah prismatik. Berlapis dan tidak
mengeluarkan gas dan air bila dikeringkan. Endapan ini dapat digunakan
antara lain untuk kepentingan transportasi dan industri.
e) Anthracite
Golongan ini berwarna hitam, keras, kilap tinggi, dan pecahannya
memperlihatkan pecahan chocoidal. Pada proses pembakaran
memperlihatkan warna biru dengan derajat pemanasan yang tinggi.
Digunakan untuk berbagai macam industri besar yang memerlukan
temperatur tinggi.

Semakin tinggi kualitas batubara, maka kadar karbon akan meningkat,


sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang. Batubara bermutu rendah,
seperti lignite dan sub-bituminous, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang
tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga energinya juga rendah. Semakin
tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta warnanya
akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang
sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga
semakin besar.

2. Parameter Kualitas Batubara

Pada pemanfaatan batubara perlu diketahui sifat-sifat yang akan ditunjukan


oleh batubara tersebut, baik sifat kimiawi, fisik dan mekanis. Sifat-sifat ini akan
dapat dilihat atau disimpulkan dari data kualitas batubara hasil analisis dan
pengujiannya. Dari sejumlah data kualitas yang ada daripadanya dapat diambil
harga rata-ratanya, misalnya kandungan air, abu dan lain yang bersifat kimiawi,
tetapi ada pula yang tidak dapat diambil harga rata-ratanya melainkan harus
dilihat harga minimum dan maksimum, seperti pada harga hardgrove index dan
titik leleh abu.

Beberapa parameter kualitas yang akan sangat mempengaruhi pemanfaatannya


terutama sebagai bahan bakar adalah :

a. Kandungan air
Kandungan air ini dapat dibedakan atas kandungan air bebas (free
moisture), kandungan air bawaan (inherent moisture) dan kandungan air
total (total moisture). Kandungan air ini akan banyak pengaruhnya pada
pengangkutan, penanganan, penggerusan maupun pada pembakarannya.
b. Kandungan abu
Selain kualitas yang akan mempengaruhi penanganannya, baik sebagai fly
ash maupun bottom ash tetapi juga komposisinya yang akan
mempengaruhi pemanfaatannya dan juga titik leleh yang dapat
menimbulkan fouling pada pipa-pipa. Dalam hal ini kandungan Na2O
dalam abu akan sangat mempengaruhi titik leleh abu. Abu ini dapat
dihasilkan dari pengotor bawaan (inherent impurities) maupun pengotor
sebagai hasil penambangannya. Komposisi abu seyogyanya diketahui
dengan baik untuk kemungkinan pemanfaatannya sebagai bahan
bangunan atau keramik dan penanggulangannya terhadap masalah
lingkungan yang dapat ditimbulkannya.
c. Zat terbang (Volatile Matter)
Kandungan zat terbang sangat erat kaitannya dengan kelas batubara
tersebut, makin tinggi kandungan zat terbang makin rendah kelasnya.
Pada pembakaran batubara, maka kandungan zat terbang yang tinggi akan
lebih mempercepat pembakaran karbon padatnya dan sebaliknya zat
terbang yang rendah lebih mempersukar proses pembakaran. Nisbah
kandungan carbon tertambat terhadap kandungan zat terbang disebut fuel
ratio.
d. Nilai Kalor (Fuel Ratio)
Harga nilai kalor merupakan penjumlahan dari harga-harga panas
pembakaran dari unsur-unsur pembentuk batubara. Harga nilai kalor yang
dapat dilaporkan adalah harga gross calorific value dan biasanya dengan
besar air dried, sedang nilai kalor yang benar-benar dimanfaatkan pada
pembakaran batubara adalah net calorific value yang dapat dihitung
dengan harga panas latent dan sensible yang dipengaruhi oleh kandungan
total dari air dan abu.
e. Hardgrove Grindability Index (HGI)
Hardgrove Grindability Index merupakan petunjuk mengenai mudah
sukarnya batubara untuk digerus. Harga Hardgrove Grindability Index
diperoleh dengan rumus : HGI = 13,6 + 6,93 W
W adalah berat dalam gram dari batubara lembut berukuran 200 mesh.
Makin tinggi harga HGI makin lunak batubara tersebut. Suatu PLTU
biasanya disiapkan untuk menggunakan kapasitas penggerusan terhadap
suatu jenis batubara dengan HGI tertentu.
f. Sifat Caking dan Coking
Kedua sifat tersebut ditunjukan oleh nilai muai bebas (free swelling
index) dan harga dilatasi, yang terutama memberikan gambaran sifat fisik
pelunakan batubara pada pemanasannya.
Harga-harga yang ditunjukan oleh hasil analisis dan pengujian tersebut
diperoleh dari sejumlah sample dengan menggunakan tata cara tertentu
dan terkendali. Sedangkan pada kenyataannya pemanfaatannya sangat
berbeda. Oleh karenanya perlu dilakukan pemantauan oleh pemakai
batubara terhadap hasil pembakaran sebenarnya. Dengan demikian akan
diperoleh angka-angka yang dapat dikorelasi terhadap hasil analisis dan
pengujian dari sampel batubara.
3. Proses Pembersihan Batubara
Pembersihan ialah proses yang dilkakukan untuk memperbaiki kualitas
batubara, agar batubara tersebut memenuhi syarat penggunaan tertentu.
Termasuk didalamnya pembersihan untuk mengurangi impurities anorganik.
Karakteristik batubara dan impurities yang utama ditinjau dari segi pencucian
secara mekanis ialah komposisi ukuran yang disebut size consist, perbedaan
berat jenis dari material yang dipisahkan, kimia permukaan, friability relatif
dari batubara dan impuritiesnya serta kekuatan dan kekerasan.
Ada beberapa cara. Contoh sulfur, sulfur adalah zat kimia kekuningan
yang ada sedikit di batubara, pada beberapa batubara yang ditemukan di Ohio,
Pennsylvania, West Virginia dan eastern states lainnya, sulfur terdiri dari 3
sampai 10 % dari berat batu bara, beberapa batu bara yang ditemukan di
Wyoming, Montana dan negara-negara bagian sebelah barat lainnya sulfur
hanya sekitar 1/100ths (lebih kecil dari 1%) dari berat batubara. Penting
bahwa sebagian besar sulfur ini dibuang sebelum mencapai cerobong asap.
Satu cara untuk membersihkan batubara adalah dengan cara mudah memecah
batubara ke bongkahan yang lebih kecil dan mencucinya. Beberapa sulfur
yang ada sebagai bintik kecil di batu bara disebut sebagai "pyritic sulfur "
karena ini dikombinasikan dengan besi menjadi bentuk iron pyrite, selain itu
dikenal sebagai "fool's gold” dapat dipisahkan dari batubara. Secara khusus
pada proses satu kali, bongkahan batubara dimasukkan ke dalam tangki besar
yang terisi air , batubara mengambang ke permukaan ketika kotoran sulfur
tenggelam. Fasilitas pencucian ini dinamakan "coal preparation plants" yang
membersihkan batubara dari pengotor-pengotornya.
Tidak semua sulfur bisa dibersihkan dengan cara ini, bagaimanapun sulfur
pada batubara adalah secara kimia benar-benar terikat dengan molekul
karbonnya, tipe sulfur ini disebut "organic sulfur," dan pencucian tak akan
menghilangkannya. Beberapa proses telah dicoba untuk mencampur batubara
dengan bahan kimia yang membebaskan sulfur pergi dari molekul batubara,
tetapi kebanyakan proses ini sudah terbukti terlalu mahal, ilmuan masih
bekerja untuk mengurangi biaya dari prose pencucian kimia ini.
Kebanyakan pembangkit tenaga listrik modern dan semua fasilitas yang
dibangun setelah 1978 — telah diwajibkan untuk mempunyai alat khusus yang
dipasang untuk membuang sulfur dari gas hasil pembakaran batubara sebelum
gas ini naik menuju cerobong asap. Alat ini sebenarnya adalah "flue gas
desulfurization units," tetapi banyak orang menyebutnya "scrubbers" —
karena mereka men-scrub (menggosok) sulfur keluar dari asap yang
dikeluarkan oleh tungku pembakar batubara.
Dalam pencucian batubara, yang harus dipertimbangkan ialah metode
pencucian mana yang akan diterapkan untuk mempersiapakan batubara sesuai
keperluan pasar, dan apakah pencucian masih diperlukan, karena pada
prinsipnya batubara dapat dijual langsung setelah ditambang. Kenyataannya
penjualan langsung setelah ditambang tidak berarti produser memperoleh
keuntungan maksimum. Oleh karena itu dalam memutuskan ini perlu
dimasukan juga pertimbangan komersial.Untuk menentukan kesesuaian alat
yang digunakan dalam mencuci batubara syarat yang diperlukan adalah
ukuran butir dari batubara yang akan dicuci, spesifik gravity dan kapasitas
produksi yang digunakan. Alat-alat tersebut antara lain dapat dipilih Dense
Medium Separation, Concentration Table, Jig dan Flotasi.
2.2 Metode Tambang Terbuka

Dalam penambangan mineral atau endapan bijih dengan metode tambang


terbuka ada empat cara, yaitu :

1. Open Pit
Penambangan dengan cara open pit adalah penambangan terbuka yang
dilakukan untuk menggali endapan-endapan bijih metal seperti endapan bijih
nikel, endapan bijih besi, endapan bijih tembaga, dan sebagainya.
Penambangan dengan cara open pit biasanya dilakukan untuk endapan bijih
atau mineral yang terdapat pada daerah datar atau daerah lembah. Tanah
akan digali ke bagian bawah sehingga akan membentuk cekungan atau pit.
Cara pengangkutan pada open pit tergantung dari kedalaman endapan dan
topografinya. Pada dasarnya cara pengangkutannya ada 2 (dua) macam, yaitu
:
- Cara konvensional atau cara langsung, yaitu hasil galian atau
peledakan diangkut oleh truck / belt conveyor / mine car / skip
dump type rail cars, dan sebagainya, langsung dari tempat
penggalian ke tempat dumping dengan menelusuri tebing-tebing
sepanjang bukit.
- Cara inkonvensional atau cara tak langsung adalah cara
pengangkutan hasil galian / peledakan ke tempat dumping dengan
menggunakan cara kombinasi alat-alat angkut. Misalnya dari
permuka/medan kerja (front) ke tempat crusher digunakan truk,
dan selanjutnya melalui ore pass ke loading point; dari sini
diangkut ke ore bin dengan memakai belt conveyor, dan akhirnya
diangkut ke luar tambang dengan cage
2. Open Cast/ Open Mine/ Open Cut
Penambangan dengan cara ini hampir sama dengan cara penambangan open
pit. Namun, teknik penambangan ini dilakukan untk daerah lereng bukit.
Medan kerja yang digali dari arah bawah ke atas atau sebaliknya (side hill
type). Bentuk tambang dapat pula melingkari bukit atau undakan, hal
tersebut tergantung dari letak endapan penambangan yang diinginkan.
Cara pengangkutan endapan bijih atau mineral pada metode ini sama dengan
pengangkutan yang dilakukan pada metode open pit.
3. Quarry
Metode penambangan dengan cara Quarry adalah penambangan terbuka
yang dilakukan untuk menggali endapan-endapan bahan galian industri atau
mineral industri, seperti batu marmer, batu granit, batu andesit, batu
gamping, dll.
Bentuk tambang berdasarkan letak endapan bahan galian industri itu senderi
ada 2 (dua) macam, yaitu :
a. Side Hill Type
Side hill type merupakan bentuk penambangan untuk batuan atau
bahan galian indutri yang terletak dilereng-lereng bukit. Medan kerja
dibuat mengikuti arah lereng-lereng bukit itu dengan 2 (dua)
kemungkinan, yaitu :
- Bila seluruh lereng bukit itu akan digali dari atas ke bawah, maka
medan kerja dapat dibuat melingkar bukit dengan jalan masuk
(access road) berbentuk spiral.
- Bila hanya sebagian lereng bukit saja yang akan di tambang atau
bentuk bukit itu memanjang, maka medan kerja dibuat memanjang
pula dengan jalan masuk dari salah satu sisisnya atau dari depan
yang disebut straight ramp.
Keuntungan penambangan dengan cara ini adalah :
- Dapat diusahakan adanya cara penirisan alamiah dengan membuat
medan kerja sedikit miring ke arah luar dan di tepi jalan masuk
dibuatkan saluran air.
- Alat-angkut bermuatan bergerak ke arah bawah yang berarti
mendapat bantuan gaya gravitasi. Dengan demikian waktu
pengangkutannya (cycle time) menjadi lebih singkat.
Sementara kerugian yang didapat jika menggunakan proses
penambangan ini adalah :
- Meterial penutup harus dikupas dan dibuang sekaligus sebelum
penambangan dilakukan, berarti diperlukan modal yang besar
untuk mengongkosi pengupasan material penutup.
- Karena jalan masuknya miring, kalau pengemudi-pengemudi alat-
alat angkut kurang hati-hati karena ingin dapat premi produksi,
maka hal ini akan dapat menyebabkan kecelakaan, terutama pada
jalan masuk yang berbentuk spiral.
b. Pit Type/ Subsurface Type
Merupakan bentuk penambangan untuk batuan atau bahan galian
industri yang terletak pada suatu daerah yang mendatar. Dengan
demikian medan kerja harus digali ke arah bawah sehingga akan
membentuk kerja atau cekungan (pit). Bentuk medan kerja atau
cekungan tersebut ada 2 (dua) kemungkinan, yaitu :
- Kalau bentuk endapan kurang lebih bulat atau lonjong (oval),
maka medan kerja dan jalan masuk dibuat berbentuk spiral.
- Bila bentuk endapan kurang lebih empat persegi panjang atau
bujur sangkar, maka medan kerjapun di buat seperti bentuk-bentuk
tersebut di atas dengan jalan masuk dari sisi yang disebut straight
ramp atau berbentuk switch back.

Bentuk-bentuk kuari (quarry) yang diuraikan diatas adalah bentuk-bentuk


dasar dari kuari yang tentu saja masih banyak lagi variasi-variasinya yang pada
umumnya diusahakan agar menyesuaikan bentuk-bentuk dasar tersebut dengan
keadaan dan bentuk endapan serta topografi daerahnya.

4. Strip Mine

Penambangan dengan sistem Strip Mine merupakan penambangan terbuka


yang dialakukan untuk endapan-endapan yang letaknya mendatar atau sedikit
miring. Dalam metode ini yang harus diperhitungkan adalah cara nisbah
penguapan (stripping ratio) dari endapan yang akan ditambang, yaitu
perbandingan banyaknya volume tanah penutup (m3 atau BCM) yang harus
dikupas untuk mendapatkan 1 ton endapan. Cara ini sering diterapkan pada
penambangan batubara, atau endapan garam-garam.

2.3 Peralatan Penambangan


1. Excavator
Excavator merupakan alat berat yang sering dipergunakan pada pekerjaan
konstruksi, kehutanan dan industri pertambangan karena alat ini dapat
melakukan berbagai macam pekerjaan. Alat ini berfungsi sebagai
pengangkat material seperti tanah dan bebatuan. Pada tambang terbuka
excavator tergolong kedalam alat berat gali dan muat.
2. Bulldozer
Alat ini digunakan untuk mendorong, menghancurkan dan meremukkan
material-material yg keras, seperti batu-batuan besar. Ada perbedaan
penggunaan antara bulldozer yg biasa digunakan untuk meratakan aspal
dgn bulldozer untuk alat penghancur batu pada tambang batubara. Pada
tambang batu bara bulldozer tergolong pada alat muat.
3. Dump Truck
Dump Truck adalah sebuah truk digunakan untuk mengangkut material
lepas (seperti pasir , kerikil, batu bara) untuk konstruksi . Sebuah truk
dump khas dilengkapi dengan hidrolik tidur terbuka-kotak dioperasikan
berengsel di bagian belakang, depan yang dapat diangkat untuk
memungkinkan isi yang akan disimpan di tanah di belakang truk di tempat
pengiriman. Pada tambang terbuka dump truck tergolong kedalam alat
angkut material.
4. Dragline
Dragline adalah alat untuk menggali tanah dan memuatkan pada alat-alat
angkut. misalnya truk atau ke tempat penimbunan yang dekat dengan
tempat galian.
Dragline sangat baik untuk penggalian pada parit-parit, sungai yang
tebingnya curam, sehingga kendaraan angkut tidak periu masuk ke lokasi
penggalian. Satu kerugian dalam menggunakan dragline untuk menggali
ialah produksinya yang rendah, antara 70% – 80% dibandingkan dengan
power shovel untuk ukuran yang sama.
5. Wheel Loader
Wheel Loader adalah alat yang dilengkapi dengan bucket untuk memuat
material ke dalam truck, atau aplikasi lain seperti waste handling, memuat
batu kedalam crusher.
Wheel Loader menggunakan ban sebagai penggeraknya yang
memudahkan mobilitas dan juga fungsi articulate yang memberikan ruang
gerak fleksibel. Dalam tambang terbuka Wheel Loader tergolong ke dalam
alat angkut material tambang.
6. Bucket-wheel excavator (BWE)
Bucket-wheel excavator (BWE) adalah alat super berat yang digunakan
ditambang terbuka. BWE terbesar (MAN Takraf RB293) juga
menyandang gelar sebagai alat bergerak terbesar yang pernah diciptakan
manusia. BWE paling efektif digunakan di tanah lembek yang tidak
banyak mengandung batuan keras.
Komponen utama BWE adalah roda berputar besar yang dipasang pada
sebuah lengan raksasa. Ujung roda ini kemudian dipasangi semacam
ember besi (bucket) dengan gigi-gigi logam dipinggiran bucket yang
digunakan untuk menggali tanah.
Bucket ini terus berputar seiring putaran roda (wheel) yang kemudian
dirancang untuk menumpahkan muatannya pada sabuk berjalan (belt
conveyor) yang terdapat di badan BWE.BWE disebut juga sebagai
continuous excavators karena dapat menggali secara menerus tanpa
terputus. Bucket yang terus berputar akan memberikan tingkat penggalian
maksimal plus tidak diperlukannya lagi alat angkut tambahan, sebab
mineral yang digali langsung diangkut oleh belt conveyor.
7. Belt Coveyor
Conveyor Belt merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan tanah,
pasir, kerikil batuan pecah beton. Kapasitas pemindahan material oelh belt
conveyor cukup tinggi karena material dipindahkan secara terus menerus
dalam kecepatan yang relative tinggi. Bagian dari belt conveyor adalah
belt atau ban berjalan, idler, unit pengendali, pulley, dan struktur penahan.
2.4 Jenis Alat - Alat Survey
1. Peta Topografi
Peta topografi adalah peta dengan skala tinggi dan detail, dan biasanya
menggunakan garis-garis kontur dalam peta modern.
Peta topografi digunakan untuk informasi tentang keadaan, lokasi, jarak,
rute perjalanan dan komunikasi. Peta topografi juga menampilkan variasi
daerah, tingkat tutupan vegetasi dan perbedaan ketinggian kontur.
2. Kompas Geologi
Kompas merupakan alat navigasi penunjuk arah sesuai dengan magnetik
bumi secara akurat. Kompas geologi memiliki banyak kegunaan,
diantaranya digunakan untuk mengukur kedudukan suatu unsur struktur
geologi, mengukur strike/dip dari kemiringan lapisan batuan, dan tentunya
sebagai penunjuk arah.
3. Palu Geologi
Palu adalah benda yang digunakan untuk memberikan tumbukan pada
benda lain.
4. LUP
LUP adalah sebuah lensa cembung yang memiliki titik fokus dekat
lensanya. Benda yang diamati akan tampak besar karena berada pada titik
fokus lup. Bayangan yang dihasilkan bersifat tegak, nyata dan diperbesar.
5. Pita/Tali Ukur
Pita atau tali ukur biasanya digunakan untuk mengukur panjang lintasan
atau ketebalan suatu lapisan. Pita ini biasanya berbentuk roll agar mudah
dibawa
6. Kantong Contoh Batuan
Kantong contoh batuan atau bisa juga menggunakan kantong plastik
digunakan untuk membungkus batuan yang didapat dalam kegiatan survey
ini. Contoh batuan setelah dimasukkan kedalam kantong, lalu diberi label
agar mudah saat dibedakan. Jika tidak ada kertas label, bisa juga
menggunakan spidol permanen.
7. GPS
Global Positioning System atau yang biasa disebut GPS adalah suatu
sistem untuk menentukan kordinat letak di permukaan bumi dengan
bantuan dari satelit. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan
gelombang mikro ke bumi, lalu diterima oleh GPS yang ada dibumi.
GPS digunakan untuk menentukan kordinat posisi, kecepatan, arah dan
waktu saat survey. GPS juga berguna untuk mengetahui medan lokasi agar
kita tidak tersesat.
8. Larutan HCl
Asam klorida atau HCl adalah larutan aquatik dari gas hidrogen klorida.
Asam klorida termasuk asam kuat yang berbahaya jika diminum, terhirup
jika berbentuk gas, dan terkena mata.
Larutan HCL digunakan untuk menguji kadar karbonat dalam batuan,
sorting dan determinasi batuan-batuan.
9. Buku Catatan dan Alat Tulis
10. Buku dan alat tulis ini digunakan untuk mencatat semua hasil dari survey
yang dilakukan. Mulai dari hasil data ukur, sketsa, deskripsi, letak
singkapan dan lain-lain yang perlu dicatat.
11. Tas Lapangan
Tas ini merupakan alat vital yang sangat penting jika ingin melakukan
survey. Karena tas ini berguna untuk menaruh semua perlengkapan-
perlengkapan yang sudah disebutkan tadi. Tas yang dibawa harus memiliki
kapasitas yang cukup besar karena nanti pasti membawa hasil yang
dilakukan saat survey.
2.5 Metode Kerja Surveryor

Mine surveying /tambang survey adalah satu cabang ilmu pertambangan dan
teknologi. Ini mencakup semua pengukuran, perhitungan dan pemetaan yang
melayani tujuan memastikan dan mendokumentasikan informasi pada semua
tahap dari prospeksi terhadap eksploitasi dan memanfaatkan kandungan mineral
baik oleh permukaan dan bawah tanah bekerja.

Berikut adalah kegiatan utama survei tambang:

1. Penafsiran geologi deposit mineral dalam kaitannya dengan eksploitasi


ekonomi dari mineral tersebut.
2. Penyelidikan dan negosiasi hak penambangan mineral.
3. Membuat dan merekam, dan perhitungan survei pengukuran
4. Pertambangan kartografi
5. Investigasi dan prediksi efek tambang bekerja pada permukaan dan strata
bawah tanah
6. Perencanaan tambang dalam konteks lingkungan setempat dan rehabilitasi
selanjutnya. Kegiatan meliputi:
Lokasi, struktur, konfigurasi, dimensi dan karakteristik deposit mineral
dan batuan yang berdampingan dan strata diatasnya. Penilaian resreves mineral
dan eksploitasi ekonomi mereka.

Akuisisasi, penjualan, penyewaan dan pengelolaan properti mineral.


Memberikan dasar arah, perencanaan dan pengendalian kerja tambang untuk
memastikan operasi penambangan ekonomis dan aman .
Studi tentang gerakan batuan dan tanah yang disebabkan oleh operasi
pertambangan, prediksi mereka, dan tindakan pencegahan dan pengobatan
perbaikan kerusakan subsidence .

Membantu dalam perencanaan dan rehabilitasi lahan yang terkena dampak


dari operasi mineral dan bekerjasama dengan otoritas perencanaan pemerintah
daerah.

Dan di dalam pertambangan memiliki beberapa sub bagian, yaitu :

1. Bagian Bahan Galian dan Logam


2. Bagian Bahan Galian dan Industri
3. Bagian Drilling dan logging
4. Bagian Bahan Galian Batubara dan Migas
5. Bagian Geoteknik dan Hidrologi
6. Bagian Topografi dan Digital Mapping
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kegiatan pertambangan membawa dampak buruk bagi lingkungan perairan


akibat penggunaan senyawa logam berat merkuri (Hg). Merkuri dapat
terakumulasi dalam tubuh organisme yang hidup di perairan dan bersifat toksik
atau mematikan pada konsentrasi tertentu. Selain itu pencemaran lingkungan
perairan akibat kegiatan pertambangan secara nyata berpengaruh terhadap
perekonomian nelayan. Merkuri yang mencemari perairan berpotensi menurunkan
kualitas dan produktifitas perairan sehingga mengurangi hasil tangkapan nelayan.
Solusi untuk mengatasi dampak pencemaran perairan oleh kegiatan penambangan
terbagi dari sisi ekologi dan ekonomi. Dari sisi ekologi berupa pembangunan
bendungan serta Instalasi Pengolah Limbah (IPAL). Sedangkan dari sisi ekonomi,
khususnya bagi nelayan, dapat dilakukan dengan penerapan strategi pertahanan
hidup substitutif.

3.2 Saran

Kegiatan pertambangan di Indonesia harus dipantau secara ketat untuk


menghindari adanya penambangan ilegal yang seringkali mengabaikan dampak
negatif yang timbul pascapenambangan. Setiap industri penambangan perlu
melakukan recovery terhadap lingkungan pada tahap pascaoperasi kegiatan
penambangan agar dampak yang merugikan dapat ditekan.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.pusatmakalah.com/p/kesimpulan-makalah-dampak-
penambangan.html

http://aerorobotic.blogspot.co.id/2013/04/lingkungan-pertambangan.html

http://blogriyani.blogspot.co.id/2013/04/tugas-pengetahuan-lingkungan.html

http://arwantorevhian.blogspot.co.id/2013/07/ringkasan-makalah-
pertambangan.html

Anda mungkin juga menyukai