1. Agung Anggara
2. M. Afrizi Farrel
3. Ronaldo
4. Yoga Pratama
5. Rahman Sukindo
Kelas : XII 6 PC
Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan karunianya laporan Praktek Kerja Lapangan ini dapat tersusun dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga laaporan ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Laporan ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
laporan ini.
SUKARNI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISIii
BAB I PENDAHULUAN1
1.1 Latar Belakang1
1.2 Tujuan Praktek Lapangan2
1.3 Manfaat Praktek Lapangan2
1.4 Waktu Pelaksanaan2
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Praktek Kerja Lapangan (PKL) suatu syarat yang harus dilalui oleh setiap
siswa/siswi SMKN 4 Geologi Pertambangan Meulaboh untuk dapat mengikuti
Ujian Nasional (UN) mendatang. Sangat diharapkan dengan adanya PKL siswa
dapat menambah pengetahuan tentang dunia kerja khususnya dunia pertambangan
yang sesungguhnya di masa yang akan datang.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Adapun tujuan diadakan Praktek Kerja Lapangan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengaplikasikan materi yang telah di pelajari di sekolah.
2. Untuk memperkenalkan siswa pada dunia pertambangan kususnya
pertambangan batu bara.
3. Menumbuhkan dan meningkatkan sikap profosional yang diperlukan siswa
untuk memasuki dunia pertambangan,
4. Meningkatkan daya kreasi dan produktifitas tehadap siswa sebagai
persiapan dalam menghadapi atau memasuki dunia pertambangan yang
sesunggugnya.
5. Meluaskan wawasan dan pandangan siswa terhadap jenis-jenis pekerjaan
pada tempat dimana Siswa melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.
1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan
Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil yang terbentuk dari endapan, batuan
organik yang terutama terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara
terbentuk dari tumbuhan yang telah terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan
diubah oleh kombinasi pengaruh tekanan dan panas selama jutaan tahun sehingga
membentuk lapisan batubara.
Proses Pembentukan batubara itu sendiri dimulai sejak zaman batubara pertama
(Carboniferous Period / Periode Pembentukan Karbon atau Batubara), yang
berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. [1]
a. Kandungan air
Kandungan air ini dapat dibedakan atas kandungan air bebas (free
moisture), kandungan air bawaan (inherent moisture) dan kandungan air
total (total moisture). Kandungan air ini akan banyak pengaruhnya pada
pengangkutan, penanganan, penggerusan maupun pada pembakarannya.
b. Kandungan abu
Selain kualitas yang akan mempengaruhi penanganannya, baik sebagai fly
ash maupun bottom ash tetapi juga komposisinya yang akan
mempengaruhi pemanfaatannya dan juga titik leleh yang dapat
menimbulkan fouling pada pipa-pipa. Dalam hal ini kandungan Na2O
dalam abu akan sangat mempengaruhi titik leleh abu. Abu ini dapat
dihasilkan dari pengotor bawaan (inherent impurities) maupun pengotor
sebagai hasil penambangannya. Komposisi abu seyogyanya diketahui
dengan baik untuk kemungkinan pemanfaatannya sebagai bahan
bangunan atau keramik dan penanggulangannya terhadap masalah
lingkungan yang dapat ditimbulkannya.
c. Zat terbang (Volatile Matter)
Kandungan zat terbang sangat erat kaitannya dengan kelas batubara
tersebut, makin tinggi kandungan zat terbang makin rendah kelasnya.
Pada pembakaran batubara, maka kandungan zat terbang yang tinggi akan
lebih mempercepat pembakaran karbon padatnya dan sebaliknya zat
terbang yang rendah lebih mempersukar proses pembakaran. Nisbah
kandungan carbon tertambat terhadap kandungan zat terbang disebut fuel
ratio.
d. Nilai Kalor (Fuel Ratio)
Harga nilai kalor merupakan penjumlahan dari harga-harga panas
pembakaran dari unsur-unsur pembentuk batubara. Harga nilai kalor yang
dapat dilaporkan adalah harga gross calorific value dan biasanya dengan
besar air dried, sedang nilai kalor yang benar-benar dimanfaatkan pada
pembakaran batubara adalah net calorific value yang dapat dihitung
dengan harga panas latent dan sensible yang dipengaruhi oleh kandungan
total dari air dan abu.
e. Hardgrove Grindability Index (HGI)
Hardgrove Grindability Index merupakan petunjuk mengenai mudah
sukarnya batubara untuk digerus. Harga Hardgrove Grindability Index
diperoleh dengan rumus : HGI = 13,6 + 6,93 W
W adalah berat dalam gram dari batubara lembut berukuran 200 mesh.
Makin tinggi harga HGI makin lunak batubara tersebut. Suatu PLTU
biasanya disiapkan untuk menggunakan kapasitas penggerusan terhadap
suatu jenis batubara dengan HGI tertentu.
f. Sifat Caking dan Coking
Kedua sifat tersebut ditunjukan oleh nilai muai bebas (free swelling
index) dan harga dilatasi, yang terutama memberikan gambaran sifat fisik
pelunakan batubara pada pemanasannya.
Harga-harga yang ditunjukan oleh hasil analisis dan pengujian tersebut
diperoleh dari sejumlah sample dengan menggunakan tata cara tertentu
dan terkendali. Sedangkan pada kenyataannya pemanfaatannya sangat
berbeda. Oleh karenanya perlu dilakukan pemantauan oleh pemakai
batubara terhadap hasil pembakaran sebenarnya. Dengan demikian akan
diperoleh angka-angka yang dapat dikorelasi terhadap hasil analisis dan
pengujian dari sampel batubara.
3. Proses Pembersihan Batubara
Pembersihan ialah proses yang dilkakukan untuk memperbaiki kualitas
batubara, agar batubara tersebut memenuhi syarat penggunaan tertentu.
Termasuk didalamnya pembersihan untuk mengurangi impurities anorganik.
Karakteristik batubara dan impurities yang utama ditinjau dari segi pencucian
secara mekanis ialah komposisi ukuran yang disebut size consist, perbedaan
berat jenis dari material yang dipisahkan, kimia permukaan, friability relatif
dari batubara dan impuritiesnya serta kekuatan dan kekerasan.
Ada beberapa cara. Contoh sulfur, sulfur adalah zat kimia kekuningan
yang ada sedikit di batubara, pada beberapa batubara yang ditemukan di Ohio,
Pennsylvania, West Virginia dan eastern states lainnya, sulfur terdiri dari 3
sampai 10 % dari berat batu bara, beberapa batu bara yang ditemukan di
Wyoming, Montana dan negara-negara bagian sebelah barat lainnya sulfur
hanya sekitar 1/100ths (lebih kecil dari 1%) dari berat batubara. Penting
bahwa sebagian besar sulfur ini dibuang sebelum mencapai cerobong asap.
Satu cara untuk membersihkan batubara adalah dengan cara mudah memecah
batubara ke bongkahan yang lebih kecil dan mencucinya. Beberapa sulfur
yang ada sebagai bintik kecil di batu bara disebut sebagai "pyritic sulfur "
karena ini dikombinasikan dengan besi menjadi bentuk iron pyrite, selain itu
dikenal sebagai "fool's gold” dapat dipisahkan dari batubara. Secara khusus
pada proses satu kali, bongkahan batubara dimasukkan ke dalam tangki besar
yang terisi air , batubara mengambang ke permukaan ketika kotoran sulfur
tenggelam. Fasilitas pencucian ini dinamakan "coal preparation plants" yang
membersihkan batubara dari pengotor-pengotornya.
Tidak semua sulfur bisa dibersihkan dengan cara ini, bagaimanapun sulfur
pada batubara adalah secara kimia benar-benar terikat dengan molekul
karbonnya, tipe sulfur ini disebut "organic sulfur," dan pencucian tak akan
menghilangkannya. Beberapa proses telah dicoba untuk mencampur batubara
dengan bahan kimia yang membebaskan sulfur pergi dari molekul batubara,
tetapi kebanyakan proses ini sudah terbukti terlalu mahal, ilmuan masih
bekerja untuk mengurangi biaya dari prose pencucian kimia ini.
Kebanyakan pembangkit tenaga listrik modern dan semua fasilitas yang
dibangun setelah 1978 — telah diwajibkan untuk mempunyai alat khusus yang
dipasang untuk membuang sulfur dari gas hasil pembakaran batubara sebelum
gas ini naik menuju cerobong asap. Alat ini sebenarnya adalah "flue gas
desulfurization units," tetapi banyak orang menyebutnya "scrubbers" —
karena mereka men-scrub (menggosok) sulfur keluar dari asap yang
dikeluarkan oleh tungku pembakar batubara.
Dalam pencucian batubara, yang harus dipertimbangkan ialah metode
pencucian mana yang akan diterapkan untuk mempersiapakan batubara sesuai
keperluan pasar, dan apakah pencucian masih diperlukan, karena pada
prinsipnya batubara dapat dijual langsung setelah ditambang. Kenyataannya
penjualan langsung setelah ditambang tidak berarti produser memperoleh
keuntungan maksimum. Oleh karena itu dalam memutuskan ini perlu
dimasukan juga pertimbangan komersial.Untuk menentukan kesesuaian alat
yang digunakan dalam mencuci batubara syarat yang diperlukan adalah
ukuran butir dari batubara yang akan dicuci, spesifik gravity dan kapasitas
produksi yang digunakan. Alat-alat tersebut antara lain dapat dipilih Dense
Medium Separation, Concentration Table, Jig dan Flotasi.
2.2 Metode Tambang Terbuka
1. Open Pit
Penambangan dengan cara open pit adalah penambangan terbuka yang
dilakukan untuk menggali endapan-endapan bijih metal seperti endapan bijih
nikel, endapan bijih besi, endapan bijih tembaga, dan sebagainya.
Penambangan dengan cara open pit biasanya dilakukan untuk endapan bijih
atau mineral yang terdapat pada daerah datar atau daerah lembah. Tanah
akan digali ke bagian bawah sehingga akan membentuk cekungan atau pit.
Cara pengangkutan pada open pit tergantung dari kedalaman endapan dan
topografinya. Pada dasarnya cara pengangkutannya ada 2 (dua) macam, yaitu
:
- Cara konvensional atau cara langsung, yaitu hasil galian atau
peledakan diangkut oleh truck / belt conveyor / mine car / skip
dump type rail cars, dan sebagainya, langsung dari tempat
penggalian ke tempat dumping dengan menelusuri tebing-tebing
sepanjang bukit.
- Cara inkonvensional atau cara tak langsung adalah cara
pengangkutan hasil galian / peledakan ke tempat dumping dengan
menggunakan cara kombinasi alat-alat angkut. Misalnya dari
permuka/medan kerja (front) ke tempat crusher digunakan truk,
dan selanjutnya melalui ore pass ke loading point; dari sini
diangkut ke ore bin dengan memakai belt conveyor, dan akhirnya
diangkut ke luar tambang dengan cage
2. Open Cast/ Open Mine/ Open Cut
Penambangan dengan cara ini hampir sama dengan cara penambangan open
pit. Namun, teknik penambangan ini dilakukan untk daerah lereng bukit.
Medan kerja yang digali dari arah bawah ke atas atau sebaliknya (side hill
type). Bentuk tambang dapat pula melingkari bukit atau undakan, hal
tersebut tergantung dari letak endapan penambangan yang diinginkan.
Cara pengangkutan endapan bijih atau mineral pada metode ini sama dengan
pengangkutan yang dilakukan pada metode open pit.
3. Quarry
Metode penambangan dengan cara Quarry adalah penambangan terbuka
yang dilakukan untuk menggali endapan-endapan bahan galian industri atau
mineral industri, seperti batu marmer, batu granit, batu andesit, batu
gamping, dll.
Bentuk tambang berdasarkan letak endapan bahan galian industri itu senderi
ada 2 (dua) macam, yaitu :
a. Side Hill Type
Side hill type merupakan bentuk penambangan untuk batuan atau
bahan galian indutri yang terletak dilereng-lereng bukit. Medan kerja
dibuat mengikuti arah lereng-lereng bukit itu dengan 2 (dua)
kemungkinan, yaitu :
- Bila seluruh lereng bukit itu akan digali dari atas ke bawah, maka
medan kerja dapat dibuat melingkar bukit dengan jalan masuk
(access road) berbentuk spiral.
- Bila hanya sebagian lereng bukit saja yang akan di tambang atau
bentuk bukit itu memanjang, maka medan kerja dibuat memanjang
pula dengan jalan masuk dari salah satu sisisnya atau dari depan
yang disebut straight ramp.
Keuntungan penambangan dengan cara ini adalah :
- Dapat diusahakan adanya cara penirisan alamiah dengan membuat
medan kerja sedikit miring ke arah luar dan di tepi jalan masuk
dibuatkan saluran air.
- Alat-angkut bermuatan bergerak ke arah bawah yang berarti
mendapat bantuan gaya gravitasi. Dengan demikian waktu
pengangkutannya (cycle time) menjadi lebih singkat.
Sementara kerugian yang didapat jika menggunakan proses
penambangan ini adalah :
- Meterial penutup harus dikupas dan dibuang sekaligus sebelum
penambangan dilakukan, berarti diperlukan modal yang besar
untuk mengongkosi pengupasan material penutup.
- Karena jalan masuknya miring, kalau pengemudi-pengemudi alat-
alat angkut kurang hati-hati karena ingin dapat premi produksi,
maka hal ini akan dapat menyebabkan kecelakaan, terutama pada
jalan masuk yang berbentuk spiral.
b. Pit Type/ Subsurface Type
Merupakan bentuk penambangan untuk batuan atau bahan galian
industri yang terletak pada suatu daerah yang mendatar. Dengan
demikian medan kerja harus digali ke arah bawah sehingga akan
membentuk kerja atau cekungan (pit). Bentuk medan kerja atau
cekungan tersebut ada 2 (dua) kemungkinan, yaitu :
- Kalau bentuk endapan kurang lebih bulat atau lonjong (oval),
maka medan kerja dan jalan masuk dibuat berbentuk spiral.
- Bila bentuk endapan kurang lebih empat persegi panjang atau
bujur sangkar, maka medan kerjapun di buat seperti bentuk-bentuk
tersebut di atas dengan jalan masuk dari sisi yang disebut straight
ramp atau berbentuk switch back.
4. Strip Mine
Mine surveying /tambang survey adalah satu cabang ilmu pertambangan dan
teknologi. Ini mencakup semua pengukuran, perhitungan dan pemetaan yang
melayani tujuan memastikan dan mendokumentasikan informasi pada semua
tahap dari prospeksi terhadap eksploitasi dan memanfaatkan kandungan mineral
baik oleh permukaan dan bawah tanah bekerja.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
http://www.pusatmakalah.com/p/kesimpulan-makalah-dampak-
penambangan.html
http://aerorobotic.blogspot.co.id/2013/04/lingkungan-pertambangan.html
http://blogriyani.blogspot.co.id/2013/04/tugas-pengetahuan-lingkungan.html
http://arwantorevhian.blogspot.co.id/2013/07/ringkasan-makalah-
pertambangan.html