Anda di halaman 1dari 19

PERTAMBANGAN BATUBARA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah bahasa Indonesia

Oleh:

Widyatul Afifah

2107112378

Dosen Pengampu: Roza Afifah, S.Pd, M.Hum.

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS RIAU

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadiran Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pertambangan Batubara” ini tepat dengan waktunya. Tujuan penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Roza Afifah, S.Pd, M.Hum.
pada mata kuliah bahasa Indonesia dan juga untuk menambah wawasan tentang
teknik kimia bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dan Ibu Roza Afifah, S.Pd,
M.Hum. selaku dosen pengampu mata kuliah bahasa Indonesia yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan.

Penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dikarenakan terbatasnya


pengalaman dan pengetahuan yang miliki. Oleh karena itu, penulis mohon maaf
atas kesalahan dan kekuranggan dalam makalah ini. Penulis juga mengharapkan
adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam
makalah ini. Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah
ini dapat bermanfaat.

Bukittinggi, 9 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2

1.3 Tujuan ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 3

2.1 Pengertian Batubara ........................................................................... 3

2.2 Dampak Pertambangan Batubara ....................................................... 4

2.3 Tahap Pengolahan Batubara ............................................................... 7

2.4 Aplikasi Penggunaan Batubara di Industri .......................................... 8

BAB III PENUTUP ................................................................................ 11

3.1 Simpulan ............................................................................................ 11

3.2 Saran ................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu daerah penghasil tambang batubara terbesar di


dunia. Ada 20 provinsi yang memiliki sumber daya batubara, dengan Kalimantan
Selatan dan Sumatera Selatan sebagai provinsi dengan tingkat sumber daya
batubara tertinggi di Indonesia, yaitu sekitar 82% dari total sumber daya batubara
di Indonesia. Penggunan batubara di Indonesia lebih dominan dalam sektor
ketenagalistrikan dan juga dalam industri semen, tekstil, pupuk, dan metalurgi.
Produksi batubara di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun menjadikan
batubara sebagai komoditas utama dalam sektor pertambangan dan salah satu
sumber energi primer dalam dunia industri di Indonesia.

Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil yang berasal dari batuan
sedimen yang dapat terbakar dan terbentuk dari endapan organik. Unsur-unsur
utama dalam batubara terdiri dari karbon, oksigen, dan hidrogen. Kegiatan
penambangan batubara adalah suatu kegiatan membuka lahan baru dan mengubah
bentang alam. Oleh karena itu, bertambah banyaknya lahan yang ditemukan dan
banyaknya proses penambangan dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan,
sosial, dan ekonomi masyarakat. Adapun dengan adanya pertambangan batubara
mampu mendorong pengembangan wilayah, memberikan peluang usaha,
pembangunan infrastruktur baru, dan lain-lain. Oleh sebab itu, untuk
meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi, maka
teknik penambangan yang baik harus dilakukan sejak awal, sebab dengan
pengelolaan yang baik dapat menguntungkan berupa nilai tambah ekonomi dan
kesejahteraan jangka panjang dan juga tidak merugikan generasi yang akan datang.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penulisan


makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan pertambangan batubara?


2. Bagaimana dampak pertambangan batubara?
3. Apa saja tahap pengolahan batubara?
4. Apa saja aplikasi penggunaan batubara di industri?

1.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan hasil rumusan masalah di atas, makalah ini
bertujuan:

1. Untuk mengetahui tentang pertambangan batubara;


2. Untuk mengetahui dampak pertambangan batubara;
3. Untuk mengetahui tahap-tahap pengolahan batubara;
4. Untuk mengetahui aplikasi pengunaan batubara di industri;

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Batubara

Batubara merupakan batuan sedimen yang secara kimia dan fisika adalah
heterogen yang mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen sebagai
unsur utama dan belerang serta nitrogen sebagai tambahan. Zat lain, yaitu senyawa
anorganik pembentuk ash (debu) yang tersebar sebagai partikel zat mineral yang
terpisah-pisah diseluruh senyawa batubara. Secara ringkas, batubara adalah batuan
karbonat yang berbentuk padat, rapuh, berwarna coklat tua sampai hitam, dan dapat
terbakar yang terjadi akibat perubahan tumbukan secara kimia dan fisika (Agung,
2019)

Menurut Arif (2014) batubara berasal dari tumbuhan yang telah mati dan
tertimbun dalam cekungan yang berisi air dalam waktu yang sangat lama, mencapai
jutaan tahun. Inilah yang membedakan batubara dengan minyak bumi, karena
minyak bumi berasal dari sumber hewani. Dalam proses pembentukan batubara,
banyak faktor yang mempengaruhi. Sebagai contoh, besarnya temperatur dan
tekanan terhadap tumbuhan mati akan mempengaruhi kodisi lapisan batubara yang
terbentuk, termasuk pengayaan kandungan karbon di dalam batubara. Timbunan
material ini kemudian mengalami proses penggabutan dan pembatubaraan sehingga
menjadi batubara. Batubara secara geologi, termasuk golongan batuan sedimen
organoklastik. Lingkungan pembuatan batu bara sendiri harus merupakan cekungan
anaerob, yaitu tidak ada oksigen yang terlibat dalam prosesnya.

Batubara merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui atau
non-renewable yang berarti ketika bahan galian tambang ini habis, maka tidak
dapat pulih atau kembali lagi ke keadaan semula. Pertambangan batubara adalah
serangkaian kegiatan yang meliputi tapahan penyelidikan, eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi, penambangan, pengelolaan dan pemurnian, pengangkutan
dan penjualan serta pasca tambang. Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan
usaha yang kompleks, rumit, dan padat modal. Selain itu, karakteristik mendasar

3
dari industri pertambangan adalah membuka lahan baru dan mengubah bentang
alam sehingga berpotensi merubah tatanan ekosistem suatu wilayah baik dari segi
biologi, geologi, dan fisik. Keberadan industri pertambangan batubara juga dapat
menimbulkan dampak terhadap lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi setempat.
Dari sisi dampak negatifnya, pertambangan lebih sering diartikan sebagai aktifitas
yang banyak menimbulkan masalah, mulai dari menggangu kesehatan, konflik
perebutan lahan, terjadinya kerusakan lingkungan hingga areal bekas pertambangan
yang dibiarkan menganga. Di sisi lain, kegiatan pertambangan juga memilki
manfaat, seperti membuka daerah terisolir, sumber pendapatan daerah, membuka
lapangan pekerjaan hingga menambah devisa negara (Hakim, 2014).

2.2 Dampak Pertambangan Batubara

a. Dampak Lingkungan

Kegiatan pertambangan batubara merupakan kegiatan eksploitasi


sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, dimana didalam kegiatan
penambangan dapat berdampak pada rusaknya ekosistem. Ekosistem yang rusak
diartikan suatu eosistem yang tidak dapat lagi menjalankan fungsinya secara
optimal, seperti perlindungan tanah , tata air, pengatur cuaca, dan fungsi lainnya
dalam mengatur perlindungan alam lingkungan. Mekanisme peralatan dan
teknologi pertambangan telah menyebabkan skala pertambangan semakin besar dan
ekstraksi batubara kadar rendahpun menjadi ekonomis sehingga semakin luas dan
semakin dalam lapisan bumi yang harus digali, ini menyebabkan kegiatan tambang
menimbulkan dampak terhadap lingkungan seperti berikut (Fitriyanti, 2016) :

1. Perubahan bentang alam


Kegiatan pertambangan batubara dimulai dengan pembukaan tanah pucuk
dan tanah penutup serta pembongkaran batubara yang berpotensi terhadap
perubahan bentang alam. Lubang-lubang tambang yang dihasilkan dari
kegatan pertambangan ini harus ditutup melalui kegiatan reklamasi dan
revegetasi lahan. Penutupan lubang tambang secara keseluruhan sangat sulit

4
untuk dipenuhi mengingat kekurangan tanah penutup akibat deposit
batubara yang terangkat keluar dari lubang tambang jauh lebih besar
dibandingkan tanah penutup yang ada.
2. Penurunan tingkat kesuburan tanah
Dampak penurunan kesuburan tanah oleh aktivitas pertambangan batubara
terjadi pada kegiatan pengupasan tanah pucuk (top soil) dan tanah penutup
(sub soil/overburden). Pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup akan
merubah sifat-sifat tanah terutama sifat fisik tanah dimana susunan tanah
yang terbentuk secara alamiah dengan lapisan-lapisan yang tertata rapi dari
lapisan atas ke lapisan bawah akan terganggu dan terbongkar akibat
pengupasan tanah tersebut. Tanah pucuk dan tanah penutup yang telah
ditimbun atau telah dikembalikan ke lubang tambang, sangat rentan
terhadap perubahan kesuburan tanah terutama kesuburan kimia dan biologi
akibat tanah tersebut telah rusak karena dibongkar untuk mengambil deposit
batubara yang ada di bawahnya. Curah hujan yang tinggi, akan memberikan
pengaruh yang besar terhadap kandungan unsur hara yang terdapat di
dalamnya, sebab akan terjadi pencucian unsur hara, sehingga tanah dapat
kekurangan unsur hara yang dibutuhkan tamanan pada saat dilakukan
revegetasi tanaman.
3. Terjadinya ancaman terhadap keanekaragaman hayati (biodiversity)
Pembukaan lahan untuk penambangan menyebabkan terjadinya degrasi
vegetasi akibat kegiatan pembukaan lahan, terganggunya keanekaragaman
hayati terutama flora dan fauna.
4. Penurunan kualitas perairan
Kegiatan penambangan batubara memberikan kontribusi tertinggi dalam
menurunkan kualitas air yaitu air sungai menjadi keruh dan menjadi
penyebab banjir. Tingginya kandungan bahan pencemaran air diakibatkan
oleh aktivitas penambangan dan pengolahan batubara (proses pencucian
batubara) dimana material bahan pencemar terbawa oleh air limpasan
permukaan (surface run-off) ke bagian yang lebih rendah dan masuk ke
badan air.

5
5. Penurunan kualitas udara
Penurunan kualitas udara disebabkan oleh pembongkaran batubara dan
pembakaran spontan batu bara yang melepaskan senyawa beracun termasuk
karbon monoksida, karbondioksida, methana, benzene, sulphur, merkuri,
dan timbal.
6. Pencemaran lingkungan akibat limbah-limbah yang dihasilkan oleh
aktivitas penambangan.
Limbah pertambangan biasanya tercemar asam sulfat dan senyawa besi
yang dapat mengalir keluar daerah pertambangan. Air yang mengandung
kedua senyawa ini akan menjadi asam. Limbah pertambangan yang bersifat
asam bisa menyebabkan korosi dan melarutkan logam-logam berat sehingga
air yang dicemari bersifat racun dan dapat memusnahkan kehidupan
akuatik. Di Kutai, limbah tambang masuk ke lahan pertanian yang
mengganggu kegiatan pertanian penduduk setempat.

b. Dampak Sosial

Menurut Fitriyanti (2016) dampak sosial yang ditimbulkan dari kegiatan


batubara diantaranya :

1. Adanya konflik yang terjadi antara masyarakat dan perusahaan karena


masalah pembebasan lahan, pencemaran air dan udara, adanya
kecemburuan sosial antara penduduk lokal dengan warga pendatang.
Konflik dimasyarakat sebagian besar juga dipicu oleh masalah limbah yang
keberadannya mengganggu sumber air minum, rendahnya jumlah tenaga
kerja lokal yang diterima di perusahaan serta masalah ganti rugi lahan
masyarakat.
2. Menurunnya kualitas kesehatan akibat debu. Penurunan tingkat kesehatan
masyarakat bisa dilihat dengan semakin seringnya masyarakat yang terkena
batuk dan penyakit pernafasan lainnya.
3. Terjadinya perubahan pola pikir masyarakat. adanya kegiatan
pertambangan merubah pola pikir masyarakat didalam mencari uang guna

6
memenuhi kebutuhan hidup. Adanya kompensasi uang penggantian lahan,
rusaknya lahan pertanian, serta adanya kesempatan bekerja di pertambangan
mendorong masyarakat untuk beralih mata pencarian dari profesi petani ke
profesi lain. Hal ini tidak lepas dari hubungan masyarakat dengan
perusahaan tersebut, begitu juga sebaliknya. Keberadaan perusahaan juga
sangat berpengaruh besar terhadap kondisi perubahan sosial yang dulunya
masyarakat sangat tergantung dengan alam demi pemenuhan kebutuhan
hidup, sekarang masyarakat justru beralih ketergantung pada perusahaan
yang berada di tengah-tengah masyarakat itu sendiri.
4. Struktur sosial di masyarakat juga mengalami perubahan karena masyarakat
sekitar pertambangan termotivasi untuk mampu menyesuaikan perubahan
struktur sosial yang disebabkan baanyaknya masyarakat pendatang yang
menjadi karyawan di perusahaan pertambangan batubara. Pengaruh negatif
struktur sosial masyarakat di sekitar perusahaan pertambangan yang
mungkin bisa terjadi adalah perilaku dan atau kebiasaan yang bersifat
negatif seperti perjudian, kebiasaan minumminuman keras dan pola hidup
konsumtif para karyawan yang bisa mendorong perubahan masyarakat lokal
menjadi lebih konsumtif dan bila hal tersebut tidak didukung oleh
perubahan kemampuan daya beli masyarakat lokal akan menyebabkan
kecemburuan sosial yang pada akhirnya bisa menyebabkan
ketidakharmonisan.
5. Kehadiran perusahaan juga mempengaruhi perilaku gotong royong
terutama partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan kerja bakti dan
kegiatan keagamaan. Setelah pertambangan batubara hadir dan beroperasi,
perilaku masyarakat dalam bergotong royong lebih berorientasi pada materi
atau sistem bayaran (upah), serta lebih dominan memberi bantuan dalam
bentuk finansial ketimbang bantuan tenaga. Oleh karena itu, intensitas
partisipasi masyarakat dalam kegiatan gotong royong pun mengalami
penurunan karena faktor kesibukan kerja masing-masing warga yang kian
bervariasi.

7
c. Dampak Ekonomi

Menurut Fitriyanti (2016) kesejahteraan masyarakat di wilayah


pertambangan secara umum terlihat meningkat karena efek domino dari keberadaan
perusahaan telah mampu mendorong dan menggerakkan sendi-sendi ekonomi
masyarakat. Berbagai dampak positif diantaranya tersedianya fasilitas sosial dan
fasilitas umum, kesempatan kerja karena adanya penerimaan tenaga kerja,
meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat sekitar tambang, dan adanya
kesempatan berusaha.

2.3 Tahap Pengolahan Batubara

Menurut Nursanto (2015) pengolahan batubara pada umumnya dilakukan


dengan melalui beberapa tahap yaitu :

1. Preparasi, Preparasi pada batubara merupakan operasi persiapan yang


dilakukan untuk mereduksi ukuran butir dengan tujuan untuk memenuhi
ukuran sesuai dengan penggunaannya. Reduksi ukuran butir biasanya
dilakukan dengan alat peremuk yang antara lain alat crusher atau grinder.
Proses peremukan atau crushing biasanya dikerjakan dalam tiga tahapan,
yakni:
a. Primary crushing, suatu tahapan untuk meremuk umpan dengan ukuran
2 inch – 90 inch dan umpan inibiasanya berasal dari hasil tambang. Alat
yang digunakan berupa jaw crusher dan gyratory crusher.
b. Secondary crushing, umpan yang dimasukkan sebesar 1 inch sampai 3
inch yang biasanya berasal dari primary crushing. Alat yang digunakan
ialah stamp mill, roller dan cone crusher.
c. Grinding atau fine crushing, umpan yang dimasukkan sebesar ¼ inch
sampai 3/8 inch. Alat yang digunakan adalah ball mill, tube mill atau
pebble mill, rod mill.
2. Konsentrasi, konsentrasi pada batubara adalah suatu operasi pemisahan
antara batubara dengan pengotornya. Konsentrasi ini diantaranya bisa

8
berdasarkan warna atau kilap dan juga berdasarkan specific gravity (SG).
Pada specific gravity cara konsentrasinya disebut gravity concentration
yang meliputi:
a. Flowing film concentration, proses konsentrasi mendasarkan atas SG
pada aliran tipis.
b. Jigging, proses konsentrasi yang mendasarkan kecepatan mengendap
antara pengotor dengan batubara.
c. Sifat permukaan mineral. Proses konsentrasi yang mendasarkan pada
senang atau tidaknya mineral terhadap gelembung udara. Cara
konsentrasi ini disebut Flotasi.
3. Dewatering, merupakan operasi pemisahan antara cairan dengan padatan
dan biasanya dilakukan setelah proses konsentrasi. Dewatering ini
dikelompokkan dalam tiga tahapan, yaitu:
a. Thickening, yaitu tahapan pertama pemisahan padatan dengan cairan
yang mendasarkan atas kecepatan mengendap batubara dalam suatu
pulp, sehingga solid faktornya = 1 (% solid = 50%).
b. Filtrasi, yaitu operasi pemisahan padatan dengan cairan dengan cara
menyaring, sehingga didapat solid factor = 4 (persen solid = 80%).
c. Drying, yaitu operasi penghilangan air dengan jalan pemanasan
sehingga padatan ini bebas dari cairan (%solid = 100%).

2.4 Aplikasi Penggunaan Batubara di Industri

Berdasarkan kenyataan tersebut perlu usaha pengembangan dan


pemanfaaatan batubara. Pencanangan pembangunan dibidang industri agar sejauh
mungkin menggunakan batubara sebagai bahan bakar, maka prospek pemanfaatan
batubara akan meningkat. Hal ini terlihat pada penggunaan batubara untuk
kepentingan domestik yaitu pembangkit listrik, bahan baku disektor industri sekala
kecil atau besar, kebutuhan rumah tangga maupun untuk ekspor. Pengembangan
pemanfaatan batubara digunakan untuk industri dapat diuraikan sebagai berikut
(Lestari, 2016):

9
a. Bahan bakar pembangkit listrik
Dalam pembangkit listrik disini batubara digunakan sebagai bahan bakar
dalam pembangkit listrik tenaga uap. Dalam penggunaan atau perancangan
mesin yang mengunakan batubara sebagai bahan bakar harus menyesuaikan
dengan kualitas batubaranya agar mesin yang digunakan tahan lama.
Konsumen terbesar dari batubara adalah pembangkit listrik khususnya
pembangkit listrik tenaga uap sekitar 6 juta per tahun. Kebutuhan akan
batubara untuk PLTU ini diperkirakan akan terus meningkat apabila terus
dibangun PLTU-PLTU baru untuk memasok kebutuhan listrik. Hal-hal
yang perlu diperhitungkan di dalam penggunaan batubara pada PLTU
adalah:
a) Performance ( unjuk Kerja)
b) Availability, reliability
c) Dampak lingkungan
d) Kendala dan karakteristik operasi serta dampak terhadap
pemeliharan
b. Bahan bakar industri semen
Industri ini menempati urutan kedua dalam penggunaan batubara sebagai
bahan bakar. Bila dilakukan perluasan industri semen ini maka akan
mengalami peningkatan kebutuhan pasokan batubara.
c. Bahan baku industri
Batubara sebagai bahan baku industryseperti jenis antrasit digunakan bahan
produksi sebagai reduktor dipeleburan timah dan sebagai bahan bakar pada
pengeringan bijih pada industri pengolahan logam, bahan bakar dalam
industri penuangan logam (dalam bentuk kokas), pemurnian pada industri
kimia (dalam bentuk karbon aktif), pembuatan kalsium karbida (dalam
bentuk kokas atau semi kokas).
d. Bahan bakar industri kecil
Penggunaan batubara sebagai bahan bakar pada industri kecil seperti
industri bata merah, genteng dan kapur, serta bahan bakar lokomotif, kokas
konvensional dan bahan bakar tidak berasap.

10
e. Bahan bakar industri tekstil
Industri tekstil memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap bahan
bakar minyak (BBM). Oleh karena itu, dengan melambungnya harga BBM,
banyak yang beralih ke bahan bakar ke batubara, walaupun harus
melakukan modifikasi terhadap boiler atau mengganti boiler yang baru
berbahan bakar batubara. Pada tahun 2003 jumlah perusahaan tekstil yang
menggunakan bahan bakar batubara hanya 18 perusahaan saja, namun pada
tahun 2006 sudah bertambahmenjadi 224 perusahaan tersebar di Pulau Jawa
terutama di Propinsi Jawa Barat.
f. Bahan bakar industri kertas
Seperti halnya pada perusahaan tekstil, batubara dalam industri kertas
digunakan sebagai bahan bakar dimana energi panas yang dihasilkan
digunakan untuk memasak air pada boiler sehingga menghasilkan uap yang
diperlukan untuk memasak pulp (bubur kertas). Perkembangan pemakaian
batubara pada industri kertas selama kurun waktu 1998-2005 naik sangat
signifikan, rata-rata 42,36%.
g. Rumah tangga
Pemakaian batubara sebagai bahan bakar untuk rumah tangga digunakan
dalam bentuk bahan bakar sistensis seperti bahan bakar padat (briket), bahan
bakar cair (konversi jadi bahan bakar cair), dan gas (konversi menjadi bahan
bakar gas).

Menurut Lestari (2016) sifat-sifat penting batubara untuk industri antara


lain:

a. Moisture content
b. Volatil matter
c. Fixed carbon
d. Fuel ratio
e. Ash content dan komposisinya
f. Sulphur content
g. Coal size

11
h. High Healting Value (HHV)
i. Hardgrove Grindability Index (HGI)
j. Ash funshion characteristic
k. Nilai Kalor (calorific value)
l. Sifat caking dan coking

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Adapun simpulan dari makalah ini sebagai berikut:

1. Batubara adalah batuan sedimen yang yang secara kimia dan fisika adalah
heterogen yang mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen
sebagai unsur utama dan belerang serta nitrogen sebagai tambahan.
Batubara termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui atau
kembali ke keadaan semula.
2. Dampak pertambangan batubara ada 3 yaitu:
a. Dampak lingkungan
b. Dampak sosial
c. Dampak ekonomi
3. Tahapan pengolahan batubara terdiri atas 3 yaitu:
a. Preparasi
b. Konsentrasi
c. Dewatering
4. Aplikasi penggunaan batubara di industri terdiri dari:
a. Bahan bakar pembangkit listrik
b. Bahan bakar industri semen
c. Bahan baku industri
d. Bahan bakar industri kecil
e. Bahan bakar industri textile
f. Bahan bakar industri kertas
g. Rumah tangga

3.2 Saran
Adapun saran untuk makalah selanjutnya sebagai berikut:
1. Membahas tentang materi pembentuk batubara;

13
2. Membahas tentang persebaran batubara di Indonesia;
3. Membahas tentang pelestarian batubara di Indonesia;
4. Membahas tentang cadangan batubara untuk masa depan;

14
DAFTAR PUSTAKA

Arif, I. (2014). Batubara Indonesia. Jakarta: Gramedia

Fitriyanti,R. (2016). Pertambangan Batubara: Dampak Lingkungan, Sosial, dan


Ekonomi. Jurnal Redoks, hlm 34-40 (https://jurnal.univpgri-
palembang.ac.id/index.php/redoks/article/download/2017/1842, diakses 29
Oktober 2021).

Agung, N.M, dkk. (2019). Hubungan Kandungan Total Sulfhur Terhadap Gross
Calorific Value pada Batubara PT. Carsurin Samarinda. Jurnal Teknologi
Mineral FT UNMUL, vol. 7, no. 1, hlm 1-8
(https://core.ac.uk/download/pdf/268075181.pdf, diakses 9 November
2021).

Hakim, I. (2017). Dampak Kebijakan Pertambangan Bagi Masyarakat Bengkuring


Kelurahan Sempaja Selatan Kecamatan Samarinda Utara. Jurnal Fisipol
Universitas Mulawarman, vol. 2, no. 1, hlm 1732-1740
(http://perpustakaan.unmul.ac.id/ejournal/index.php/um/article/view/158,
diakses 29 Oktober 2021).

Nursanto, E, Sudaryanto dan Sukamto, U. (2015). Pengolahan Batubara dan


Pemanfaatannya untuk Energi. Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan,
hlm 1-7 (http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/kejuangan/article/view/389,
diakses 9 November 2021).

Lestari, D, Hidayatullah, R dan Asy’ari, M. (2016). Geokimia Batubara untuk


Beberapa Industri. Jurnal Poros Teknik, vol. 8, no. 1, hlm 48-54
(https://media.neliti.com/media/publications/126911-ID-none.pdf, diakses
9 November 2021).

15
16

Anda mungkin juga menyukai