Anda di halaman 1dari 12

Makalah

BATUBARA DAN LINGKUNGAN

Disusun Oleh:

Nama Anggota : Akbar Praja Yudha (1504108010066)


Putri Rizka A. (1604108010012)
Rahil Fajria (1604108010015)
Adam SY Khulafah (1604108010016)
Khairul Agus Munizar (1704108010006)
Asyifaul Auwalin (1704108010010)
Mata Kuliah : Batubara dan Pemanfaatannya

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah


melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang bejudul “Batubara dan Lingkungan” tanpa ada suatu halangan
apapun. Shalawat beiring salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah
SAW yang telah kita nanti-nantikan syafaatnya di dunia dan di akhirat.

Makalah ini kami susun dengan metode dan kajian pustaka tentang
batubara dan lingkungan. Kami berharap agar pembaca mendapatkan
pembelajaraan dan informasi melalui makalah yang kami buat ini.

Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
kesempurnaan. Maka, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi peningkatan kualitas makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi secuil sumbangan


dalam dunia pendidikan kita.Wassalam.

Banda Aceh, Desember 2019

Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

Konsumsi energi kita dapat memiliki dampak penting terhadap lingkungan


hidup. Menekan dampak negatif dari kegiatan manusia terhadap lingkungan hidup
(termasuk penggunaan energi) merupakan prioritas global. Namun demikian,
penting untuk menjaga keseimbangan antara perhatian terhadap lingkungan dan
prioritas pembangunan ekonomi dan sosial. Sementara batubara memberikan
kontribusi yang penting bagi perkembangan ekonomi dan sosial di seluruh dunia,
dampak terhadap lingkungan hidup merupakan suatu masalah.

2.1 Tambang Batubara dan Lingkungan Hidup


Pertambangan adalah suatu kegiatan mencari, menggali, mengolah,
memanfaatkan dan menjual hasil dari bahan galian berupa mineral, batubara,
panas bumi dan minyak dan gas. Seharusnya kegiatan pertambangan
memanfaatkan sumberdaya alam dengan berwawasan lingkungan, agar kelestarian
lingkungan hidup tetap terjaga.

Kegiatan penambangan khususnya batubara dan lain-lain dikenal sebagai


kegiatan yang dapat merubah permukaan bumi. Karena itu, penambangan sering
dikaitkan dengan kerusakan lingkungan. Walaupun pernyataan ini tidak
selamanya benar, patut diakui bahwa banyak sekali kegiatan penambangan yang
dapat menimbulkan kerusakan di tempat penambangannya.

Akan tetapi, perlu diingat pula bahwa dilain pihak kualitas lingkungan di
tempat penambangan meningkat dengan tajam. Bukan saja menyangkut kualitas
hidup manusia yang berada di lingkungan tempat penambangan itu, namun juga
alam sekitar menjadi tertata lebih baik, dengan kelengkapan infrastrukturnya.
Karena itu kegiatan penambangan dapat menjadi daya tarik, sehingga penduduk
banyak yang berpindah mendekati lokasi penambangan tersebut. Sering pula
dikatakan bahwa bahwa kegiatan penambangan telah menjadi lokomotif
pembangunan di daerah tersebut.
Akan tetapi, tidaklah mudah menepis kesan bahwa penambangan dapat
menimbulkan dampat negatif terhadap lingkungan. Terlebih-lebih penambangan
yang hanya mementingkan laba, yang tidak menyisihkan dana yang cukup untuk
memuliakan lingkungannya.

Hal ini dapat dipahami jika disadari bahwa infestasi telah menelan banyak
biaya, yang bila semuanya dihitung dengan harga dana, yaitu bunga pinjaman,
maka faktor yang paling mudah dihapuskan adalah faktor lingkungan. Kesadaran
manusia untuk meningkatakan kualitas lingkungan dan memperhitungkannya
sebagai baya dalam kegiatan tersebut, atau dikenal sebagai Internasionalisasi
biaya eksternal, menyebabkan perhitungan cost-benefit suatu penambangan
berubah. Dalam hal ini, faktor harga komoditas mineral sangat penting, tetapi
lebih penting lagi pergeseran cut-off grade, yaitu pada tingkat mana suatu jebakan
mineral dapat disebut ekonomis. Upaya lanjutan adalah penelitian untuk
meningkatkan teknologi proses.

Dampak negatif yang ditimbulkan kegiatan penambangan berskala besar,


baik dalam ukuran teknologi maupun investasi, dapat berukuran besar pula.
Namun pengendaliannya lebih memungkinkan ketimbang pertambangan yang
menggunakan teknologi yang tidak memadai apalagi danannya terbatas.

Memang pada kenyataannya, perubahan permukaan bumi yang disebabkan


oleh kegiatan penambangan terbuka dapat mempengaruhi keseimbangan
lingkungan. Hal ini disebabkan kerena dengan mengambil mineral, tubuh tanah
atau soil harus dikupas sehingga hilanglah media untuk tumbuh tumbuhan dan
pada akhirnya merusak keanekaragaman hayati yang ada di permukaan tanah
yang memerlukan waktu ribuan tahun untuk proses pembentukannya.

Di samping pengupasan tubuh tanah atau soil, penambangan juga


menghasikan gerusan batu, mulai dari yang kasar sampai yang halus yang
merupakan sisa atau ampas buangan disebut tailing. Dan biasanya selalu
menggunung di lokasi penambangan atau dibuang ke sungai sehingga
menyebabkan banjir dan sungai mengalami kedangkalan. Selain itu juga bisa
berakibat pada pencemaran sungai yang menyebabkan ekosistem sungai bisa
terganggu. Manusia yang ditinggal disekitar sungai juga akan terkena dampak dari
pencemaran ini.

Dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan pertambangan adalah


masalah lingkungan dan dapat diuraikan sebagai berikut:

 Pertama, usaha pertambangan dalam waktu yang relatif singkat dapat


mengubah bentuk topografi dan keadaan muka tanah (land impact), sehingga
dapat mengubah keseimbangan sistem ekologi bagi daerah sekitarnya;
 Kedua, usaha pertambangan dapat menimbulkan berbagai macam gangguan
antara lain; pencemaran akibat debu dan asap yang mengotori udara dan air,
limbah air, tailing serta buangan tambang yang mengandung zat-zat beracun.
Gangguan juga berupa suara bising dari berbagai alat berat, suara ledakan
eksplosive (bahan peledak) dan gangguan lainnya;
 Ketiga, pertambangan yang dilakukan tanpa mengindahkan keselamatan kerja
dan kondisi geologi lapangan, dapat menimbulkan tanah longsor, ledakan
tambang, keruntuhan tambang dan gempa.

2.2 Dampak Penambangan Batubara Terhadap Lingkungan

Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena


perubahan kondisi tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak
menguntungkan (merusak dan merugikan kehidupan manusia, hewan dan
tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing (seperti sampah,
limbah industri, minyak, logam berbahaya, dsb.) sebagai akibat perbuatan
manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti
semula (Susilo, 2003).

Setiap kegiatan penambangan baik itu penambangan Batubara dan mineral


lainnya pasti menimbulkan dampak positif dan negatif bagi lingkungan
sekitarnya. Dampak positifnya adalah meningkatnya devisa negara dan
pendapatan asli daerah serta menampung tenaga kerja. Sedangkan dampak negatif
dari kegiatan penambangan dapat dikelompokan dalam bentuk kerusakan
permukaan bumi, ampas buangan (tailing), kebisingan, polusi udara, menurunnya
permukaan bumi (land subsidence), dan kerusakan karena transportasi alat dan
pengangut berat.

Karena begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan


penambangan maka perlu kesadaran kita terhadap lingkungan sehingga dapat
memenuhi standar lingkungan agar dapat diterima pasar. Apalagi kebanyakan
komoditi hasil tambang biasanya dijual dalam bentuk bahan mentah sehingga
harus hati-hati dalam pengelolaannya karena bila para pemakai mengetahui bahan
mentah yang dibeli mencemari lingkungan, maka dapat dirasakan tamparannya
terhadap industri penambangan kita.

Sementara itu, harus diketahui pula bahwa pengelolaan sumber daya alam
hasil penambangan adalah untuk kemakmuran rakyat. Salah satu caranya adalah
dengan pengembangan wilayah atau community development. Perusahaan
pertambangan wajib ikut mengembangkan wilayah sekitar lokasi tambang
termasuk yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Karena
hasil tambang suatu saat akan habis maka penglolaan kegiatan penambangan
sangat penting dan tidak boleh terjadi kesalahan.

Dengan menggunakan teori dari United Nations Environtment Programme


dapat diketahui apa saja parameter dari dampak-dampak pertambangan. Beberapa
dampak- dampak yang timbul dari kegiatan pertambangan:

1. Lubang tambang. Pada kawasan pertambangan terdapat beberapa tandon


raksasa atau kawah bekas tambang yang menyebabkan bumi menganga
sehingga tak mungkin bisa direklamasi
2. Air Asam tambang. Air asam tambang mengandung logam berat yang
berpotensi menimbulkan dampak lingkungan jangka panjang.
3. Tailing. Tailing mengandung logam-logam berat dalam kadar yang
mengkhawatirkan seperti tembaga, timbal, merkuri, seng, arsen yang
berbahaya bagi makhluk hidup.
4. Sludge. limbah cucian batubara yang ditampung dalam bak penampung
yang juga mengandung logam berbahaya seperti boron, selenium dan nikel
dll.
5. Polusi udara. Akibat dari (debu) flying ashes yang berbahaya bagi
kesehatan pendudukdan menyebabkan infeksi saluran pernapasan.
Menurut logika, udara kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru. Peranan
polutan ikut andil dalam merangsang penyakit pernafasan seperti
influensa, bronchitis dan pneumonia serta penyakit kronis seperti asma dan
bronchitis kronis.

2.2.1 Pencemaran Air

Acid mine drainage (AMD – drainage tambang asam) adalah air yang
mengandung logam yang terbentuk dari reaksi kimia antara air dan batuan yang
mengandung mineral belerang. Limpasan yang terbentuk biasanya mengandung
asam dan seringkali berasal dari daerah dimana bijih – atau kegiatan tambang
batubara telah membuka batuan yang mengandung pirit, mineral yang
mengandung belerang. Meskipun demikian, drainase yang mengandung logam
juga bisa terjadi di daerah yang mengandung mineral yang belum ditambang.
AMD terbentuk pada saat pirit bereaksi terhadap udara dan air untuk membentuk
asam belerang dan besi terlarutkan. Limpasan asam tersebut melarutkan logam-
logam berat seperti tembaga, timbal dan merkuri ke dalam air tanah dan air
permukaan.

Ada metode pengelolaan tambang yang dapat menekan masalah AMD,


dan sesain tambang yang efektif dapat melindungi air dari material yang
mengandung asam serta membantu mencegah terjadinya AMD. AMD dapat
diolah secara pasif atau aktif. Pengolahan aktif termasuk mendirikan pabrik
pengolahan air dimana AMD diberikan kapur untuk menetralisir asam dan
kemudian dialirkan ke tangki pengendapan untuk membuang sedimen dan
partikel-partikel logam. Pengolahan pasif dimaksudkan untuk mengembangkan
sistem yang beroperasi sendiri yang dapat mengolah efluen tanpa ada campur
tangan manusia yang konstan.
2.2.2 Polusi Debu dan Udara

Selama operasi pertambangan, dampak polusi udara dan suara terhadap


para pekerja dan masyarakat setempat dapat ditekan dengan teknik-teknik
perencanaan tambang modern dan peralatan khusus.

Selama operasi pertambangan debu dapat ditimbulkan oleh truk-truk yang


berjalan diatas jalan yang tidak diaspal, operasi pemecahan batu bara, operasi
pengeboran dan peniupan angin di daerah yang terganggu oleh pertambangan.
Debu bisa dikendalikan dengan menyiramkan air ke jalanan, tumpukan batu bara
atau ban berjalan.

Tindakan-tindakan lain juga bisa dilakukan termasuk memasang sistem


pengumpulan debu pada mata bor dan membeli lahan tambahan di sekitar
tambang untuk dijadikan zona penyangga antara tambang dan daerah sekitarnya.
Pepohonan yang ditanam di zona penyangga tersebut juga bisa menekan dampak
pandangan dari operasi penambangan terhadap masyarakat setempat. Kebisingan
bisa dikendalikan dengan melakukan pemilihan peralatan dan penyekatan secara
hati-hati serta keterpaparan suara disekitar mesin. Dalam praktek yang terbaik,
setiap tapak harus terpasang peralatan pemantauan kebisingan dan getaran
sehingga tingkat kebisingan dapat diukur untuk memastikan bahwa tambang
berada dalam batas yang telah ditentukan.

2.2.3 Pencemaran Tanah

Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada, menghancurkan


profil tanah genetik, menggantikan profil tanah genetik, menghancurkan satwa liar
dan habitatnya, degradasi kualitas udara, mengubah pemanfaatan lahan dan
hingga pada batas tertentu dapat megubah topografi umum daerah penambangan
secara permanen.

Disamping itu, penambangan batubara juga menghasilkan gas metana, gas


ini mempunyai potensi sebagi gas rumah kaca. Kontribusi gas metana yang
diakibatkan oleh aktivitas manusia, memberikan kontribusi sebesar 10,5% pada
emisi gas rumah kaca. Aktivitas pertambangan batubara juga berdampak
terhadap peningkatan laju erosi tanah dan sedimentasi pada sempadan dan
muara-muara sungai.

Kejadian erosi merupakan dampak tidak langsung dari aktivitas


pertambangan batubara melainkan dampak dari pembersihan lahan untuk bukaan
tambang dan pembangunan fasilitas tambang lainnya seperti pembangunan
sarana dan prasarana pendukung seperti perkantoran, permukiman karyawan.
Dampak penurunan kesuburan tanah oleh aktivitas pertambangan batubara
terjadi pada kegiatan pengupasan tanah pucuk (top soil) dan tanah penutup
(overburden). Pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup akan merubah
sifat-sifat tanah terutama sifat fisik tanah dimana susunan tanah yang
terbentuk secara alamiah dengan lapisan-lapisan yang tertata rapi dari lapisan
atas ke lapisan bawah akan terganggu dan terbongkar akibat pengupasan
tanah tersebut.

2.3 Arah Pengelolaan Lingkungan

2.4
BAB III

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai