Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DEGRADASI LINGKUNGAN HIDUP


Dosen Pengampu : Rita Suirlan , S.E., M.P.W.P.

MATA KULIAH KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP


KELOMPOK 4 :
1. Sakina (C30123048)
2. Fathir (C30123049)
3. Septiani Susba Yuska (C30123050)
4. Aditya Putra (C30123051)
5. Norissa Lawa (C30123052)

PROGRAM STUDI EKONOMI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
Nya yang melimpah sehingga penyusunan makalah ini dapat kami selesaikan dengan bentuk
dan isi yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dijadikan acuan, petunjuk atau
pedoman bagi para pembaca mata kuliah Kajian Lingkungan Hidup yang bermaterikan
“Degradasi Lingkungan Hidup”. Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan memberikan pemahaman yang baik kepada para pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk dan isi makalah ini menjadi lebih baik di kemudian hari. Kami akui
makalah ini masih banyak kekurangannya karena ilmu yang kami miliki masih kurang. Oleh
karena itu, kami berharap para pembaca dapat memberikan kontribusi yang membangun
untuk menyempurnakan makalah ini.

Palu, 27 Februari 2024


Penulis,

Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam era modern ini, tantangan terbesar yang dihadapi umat manusia adalah degradasi
lingkungan hidup. Fenomena ini terjadi sebagai akibat dari aktivitas manusia yang tidak
terkendali, seperti industrialisasi, urbanisasi, dan eksploitasi sumber daya alam. Degradasi
lingkungan mencakup berbagai masalah, mulai dari pencemaran udara, air, dan tanah hingga
hilangnya keanekaragaman hayati dan perubahan iklim.
Dampak degradasi lingkungan tidak hanya dirasakan oleh manusia, tetapi juga oleh makhluk
hidup lainnya di planet ini. Meluasnya padang gurun, kerusakan hutan, serta penurunan
kualitas air dan udara merupakan gambaran nyata dari bagaimana manusia telah merusak
lingkungan tempat mereka hidup. Hal ini juga mengancam keberlangsungan hidup manusia
di masa depan.
Pentingnya pemahaman akan degradasi lingkungan hidup tidak hanya sebagai isu lokal, tetapi
juga sebagai isu global menjadi semakin jelas. Organisasi internasional, pemerintah, dan
masyarakat sipil di seluruh dunia berusaha untuk menemukan solusi untuk mengatasi
masalah ini sebelum terlambat.
Makalah ini akan membahas secara mendalam tentang berbagai aspek degradasi lingkungan
hidup, termasuk penyebab, dampak, dan upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki
kondisi lingkungan hidup yang semakin memburuk. Dengan pemahaman yang lebih baik
tentang kompleksitas masalah ini, diharapkan masyarakat dapat bersama-sama mengambil
langkah-langkah konkret untuk melestarikan lingkungan hidup bagi generasi mendatang.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apa itu Degradasi Lingkungan Hidup?
b. Apa Saja Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Degradasi Lingkungan Hidup?
c. Apa Dampak Dari Timbulnya Degradasi Lingkungan Hidup?
d. Bagaimana proses, sebab dan akibat dari terjadinya degradasi lingkungan yang terjadi
di wilayah pesisir Kabupaten Tanah Laut?

1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari degradasi lingkungan hidup.
b. Untuk mengetahui dan mempelajari apa saja faktor – faktor yang dapat
mempengaruhi degradasi lingkungan hidup.
c. Untuk mengetahui apa saja dampak dari adanya degradasi lingkungan hidup.
d. Untuk mengetahui dan mempelajari proses, sebab, dan akibat terjadinya degradasi
lingkungan di wilayah pesisir Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengartian Degradasi Lingkungan Hidup


Degradasi Lingkungan adalah runtutan peristiwa dari penurunan mutu lingkungan
atau penurunan kemampuan daya dukung lingkungan yang diakibatkan oleh manusia
maupun yang diakibatkan oleh alam. Degradasi lingkungan diartikan sebagai penurunan
kualitas lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan pembangunan yang dicirikan oleh
tidak berfungsi secara baik fungsi-fungsi komponen lingkungan sebagaimanamestinya
(kualitas lingkungan telah berubah tidak seperti sebelum dilakukan pembangunan).
Degradasi lingkungan hidup merujuk pada proses penurunan kualitas lingkungan
secara keseluruhan, yang bisa disebabkan oleh aktivitas manusia, perubahan alamiah,
atau kombinasi keduanya. Ini termasuk kerusakan ekosistem, penurunan kualitas udara,
air, dan tanah, serta hilangnya keanekaragaman hayati
Degradasi lingkungan pada dasarnya disebabkan oleh adanya intervensi atau campur
tangan manusia yang berlebihan terhadap keberadaan lingkungan secara alamiah.
Degradasi lingkungan dapat terjadi akibat pemanfaatan lahan dan masuknya bahan-
bahan pencemar berbentuk padat dan cair ke lingkunganyang mana bahan-bahan ini
bukan merupakan bagian dari komponenlingkungan asli. Degradasi lingkungan dapat
pula terjadi akibat proses eksploitasi terhadap lahan dan tanah, seperti yang terjadi pada
proses penambangan timah, emas, batu bara, dan lain sebagainya. Secara alami tanah
hanya akan mengalami pencemaran apabila terjadi erosi, namun pencemaran alami ini
selalu diimbangi oleh proses pelapukan produk alami dan pembentukan tanah yang baru.
Sebagaimana halnya air yang memiliki kualitas air maka tanah pun demikian, kualitas
tanah di satu tempat dengan tanah di tempat lain belum tentu sama.
Perbedaan kualitas tanah pada umumnya dinilai dari kondisi lapisan humus hasil
pelapukan dan pembusukan sisa-sisa tanaman di bagian permukaan tanah. Semakin
beragam organisme hidup yang terdapat di permukaan tanah, semakin berkualitas tanah
tersebut. Hal ini dapat terjadi karena di dalam tanah atau di permukaan tanah juga
terdapat bermacam kehidupan organisme-organisme yang terjalin secara harmonis
dengan lingkungannya. Kehidupan di dalam tanah termasuk top soil terutama didominasi
oleh mikroorganisme yang ikut serta mendorong terjadinya berbagai siklus, seperti
siklusnitrogen, siklus karbohidrat,siklus hara makanan, dan lain sebagainya.

2.2 Faktor Penyabab Degradasi Lingkungan Hidup


Terdapat dua faktor penyebab degradasi lingkungan, yaitu :

1. Faktor alam.
Faktor alam yang menyebabkan degradasi lingkungan tidak dapat diprediksi
dan dihindarkan oleh manusia sepenuhnya. Faktor alam ini misalnya gempa bumi,
gunung meletus, tsunami, angin topan, wabah penyakit, kekeringan, dan kebakaran.
Ketika degradasi disebabkan oleh alam, maka alam juga lah yang akan
mengembalikan lingkungan ke keadaan seimbang, disebut juga konsep homoeostatis.

2. Faktor manusia.

Sedang faktor manusia yang menyebabkan degradasi lingkungan sepenuhnya


tergantung usaha manusia dalam mengendalikan kegiatannya, termasuk dalam
mengelola lingkungan hidup. Ada banyak sekali kegiatan manusia yang
menyebabkan degradasi lingkungan. Namun tindakan utama manusia yang
menyebabkan degradasi lingkungan adalah deforestasi. Deforestasi bisa diartikan
sebagai kehilangan hutan. Kehilangan hutan rata-rata terjadi akibat pembukaan lahan
hutan yang dilakukan manusia untuk kepentingan ekonomi. Padahal, hutan
merupakan sumber daya alam yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

Degradasi lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia


mendorong terjadinya tanah longsor, banjir, pencemaran lingkungan, serta
kecelakaan industri dan kimia. Sebagai contoh dampak degradasi lingkungan di
Jakarta dapat dikenali dari empat aspek yaitu aspek lingkungan, aspek infrastruktur,
aspek sosial, dan aspek tata kelola. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Pekerjaan
Umum RI, Djoko Kirmanto saat memberikan sambutan dalam seminar nasional
Keberlanjutan Jakarta Sebagai Ibu Kota Negara dan Kota Pusat Pemerintah, di Pusat
Studi Jepang, Kampus UI Depok, Rabu (24/11/2010). Berbagai indikator degradasi
lingkungan ini makin tidak terpisahkan dari Jakarta. Banjir yang makin rutin dan
sering mengunjungi Jakarta, baik akibat berkurangnya daya serap tanah terhadap
curah air hujan ataupun rusaknya daerah aliran sungai (DAS). Juga berbagai
indikator lain semisal kelangkaan sumber air bersih, pencemaran air dan udara,
meluasnya daerah kumuh, dan penetrasi air asin pada sumur penduduk (Tingkat
degradasi lingkungan hidup di Jakarta, 2010)

Secara umum, degradasi lingkungan ini mengakibatkan banyak kerugian


seperti kerusakan fisik, korban jiwa, timbulnya penyakit, perubahan iklim, dan
kelaparan.

2.3 Dampak Degradasi Lingkungan Hidup


Dalam memanfaatkan alam, manusia terkadang tidak memerhatikan dampak yang
akan ditimbulkan. Beberapa bentuk kerusakan lingkungan yang dipengaruhi oleh aktivitas
manusia, antara lain:
1. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran disebut juga dengan polusi, terjadi karena masuknyabahan-bahan
pencemar (polutan) yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan. Bahan-bahan
pencemar tersebut pada umumnya merupakanefek samping dari aktivitas manusia dalam
pembangunan. Berdasarkanjenisnya, pencemaran dapat dibagi menjadi empat, yaitu
pencemaran udara, pencemaran tanah, pencemaran air, dan pencemaran suara.
Pencemaran udara yang ditimbulkan oleh ulah manusia antara lain, disebabkan
oleh asap sisa hasil pembakaran, khususnya bahan bakarfosil (minyak dan batu bara) yang
ditimbulkan oleh kendaraan bermotor,mesin-mesin pabrik, dan mesin-mesin pesawat
terbang atau roket. Dampak yang ditimbulkan dari pencemaran udara, antara lain,
berkurangnya kadar oksigen (O2) di udara, menipisnya lapisan ozon (O3), dan bila
bersenyawa dengan air hujan akan menimbulkan hujan asam yang dapat merusak dan
mencemari air, tanah, atau tumbuhan.
Pencemaran tanah disebabkan karena sampah plastik ataupun sampah anorganik
lain yang tidak dapat diuraikan di dalam tanah. Pencemaran tanah juga dapat disebabkan
oleh penggunaan pupuk atauobat-obatan kimia yang digunakan secara berlebihan dalam
pertanian, sehingga tanah kelebihan zat-zat tertentu yang justru dapat menjadiracun bagi
tanaman. Dampak rusaknya ekosistem tanah adalah semakin berkurangnya tingkat
kesuburan tanah sehingga lambat laun tanahtersebut akan menjadi tanah kritis yang tidak
dapat diolah atau dimanfaatkan.
Pencemaran air terjadi karena masuknya zat-zat polutan yang tidak dapat diuraikan
dalam air, seperti deterjen, pestisida, minyak, dan berbagai bahan kimia lainnya, selain itu,
tersumbatnya aliran sungai oleh tumpukan sampah juga dapat menimbulkan polusi
ataupencemaran. Dampak yang ditimbulkan dari pencemaran air adalahrusaknya
ekosistem perairan, seperti sungai, danau atau waduk,tercemarnya air tanah, air
permukaan, dan air laut.
Pencemaran suara adalah tingkat kebisingan yang sangat mengganggu kehidupan
manusia, yaitu suara yang memiliki kekuatan >80 desibel. Pencemaran suara dapat
ditimbulkan dari suara kendaraan bermotor, mesin kereta api, mesin jet pesawat, mesin-
mesin pabrik, dan instrumen musik. Dampak pencemaran suara menimbulkan efek
psikologis dan kesehatan bagi manusia, antara lain, meningkatkan detak jantung,
penurunan pendengaran karena kebisingan (noise induced hearing damaged), susah tidur,
meningkatkan tekanan darah, dan dapat menimbulkan stres.
2. Degradasi Lahan
Degradasi lahan adalah proses berkurangnya daya dukung lahanterhadap kehidupan.
Degradasi lahan merupakan bentuk kerusakan lingkungan akibat pemanfaatan lingkungan
oleh manusia yang tidak memperhatikan keseimbangan lingkungan. Bentuk degradasi
lahan, misalnya lahan kritis, kerusakan ekosistem laut, dan kerusakan hutan.
a) Lahan kritis dapat terjadi karena praktik ladang berpindah ataupun karena eksploitasi
penambangan yang besar-besaran.
b) Rusaknya ekosistem laut terjadi karena bentuk eksploitasi hasil laut secara besar-
besaran, misalnya menangkap ikan dengan menggunakan jala pukat, penggunaan bom,
atau menggunakan racun untuk menangkap ikan atau terumbu karang. Rusaknya
terumbu karang berarti rusaknya habitat ikan, sehingga kekayaan ikan dan hewan laut
lain di suatu daerah dapat berkurang.

Dampak dari degradasi lingkungan sangat beragam dan meliputi :


a. Perubahan iklim
Penebangan hutan, pembakaran bahan bakar fosil, dan aktivitas industri
meningkatkan emisi gas rumah kaca, yang menyebabkan perubahan iklim global
seperti kenaikan suhu global, cuaca ekstrem, dan naiknya permukaan air laut.
b. Kerusakan ekosistem
Penggundulan hutan, perubahan lahan, dan polusi mengakibatkan kerusakan pada
ekosistem, mengancam keberlangsungan hidup spesies dan menyebabkan
ketidakseimbangan ekologi.
c. Kehilangan biodiversitas
Degradasi lingkungan menyebabkan kepunahan spesies dan penurunan populasi,
mengancam keragaman hayati planet kita.
d. Polusi udara dan air
Emisi industri, kendaraan bermotor, dan limbah domestik mengkontaminasi udara dan
air, menyebabkan masalah kesehatan masyarakat dan kerusakan lingkungan.
e. Menurunnya kualitas tanah
Erosi tanah, polusi kimia, dan perubahan penggunaan lahan mengakibatkan
penurunan kesuburan tanah dan kehilangan lapisan tanah subur.
f. Gangguan kesehatan manusia
Polusi udara dan air dapat menyebabkan penyakit pernapasan, penyakit kulit, dan
masalah kesehatan lainnya pada manusia.
g. Konflik sumber daya alam
Persaingan atas sumber daya alam yang terbatas, seperti air dan tanah, dapat
menyebabkan konflik antarindividu, komunitas, atau negara.
h. Penurunan produktivitas pertanian
Perubahan iklim dan degradasi tanah dapat mengurangi hasil pertanian, mengancam
ketahanan pangan global.
i. Migrasi paksa
Perubahan lingkungan yang ekstrem, seperti banjir, kekeringan, dan kenaikan
permukaan air laut, dapat memaksa masyarakat untuk bermigrasi.
j. Dampak ekonomi dan sosial
Degradasi lingkungan dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan,
seperti biaya perawatan kesehatan yang tinggi, kerugian dalam sektor pertanian, dan
ketidakstabilan sosial.

2.4 Proses, Sebab, dan Akibat Dari Terjadinya Degradasi Lingkungan Yang Terjadi
di Wilayah Pesisir Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan

Wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah daratan yang berbatasan dengan


laut, batas di daratan meliputi daerah–daerah yang tergenang air maupun yang tidak
tergenang air yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang surut,
angin laut dan intrusi garam, sedangkan batas di laut ialah daerah-daerah yang
dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti sedimentasi dan mengalirnya
air tawar ke laut, serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan- kegiatan
manusia di daratan (Bengen 2001). Wilayah pesisir merupakan wilayah yang sangat
padat penduduknya, jumlah penduduk yang hidup di wilayah pesisir 50–70% dari
jumlah penduduk dunia. Di Indonesia sendiri 60% penduduknya hidup di wilayah
pesisir, peningkatan jumlah penduduk yang hidup di wilayah pesisir memberikan
dampak tekanan terhadap sumberdaya alam pesisir seperti degradasi pesisir, hutan
mangrove, terumbu karang, pembuangan limbah ke laut, sedimentasi sungai-sungai,
erosi pantai, abrasi dan sebagainya (Rais 2000a). Di samping itu dengan
bertambahnya jumlah dan aktivitas penduduk menyebabkan meningkatnya
permintaan terhadap sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan pesisir.

Salah satu daerah pesisir di Provinsi Kalimantan Selatan adalah Kabupaten Tanah
Laut, dengan batas wilayah sebelah barat dengan Laut Jawa, sebelah utara dengan
Kabupaten Banjar, sebelah timur dengan Kabupaten Kotabaru, dan sebelah selatan
dengan Laut Jawa. Kabupaten Tanah Laut terdiri dari 9 kecamatan dari 9 kecamatan
yang ada, hanya 5 kecamatan yang mempunyai wilayah pesisir dan laut yaitu
Kecamatan Kintap, Kurau, Jorong, Panyipatan, dan Takisung (BPS Tanah Laut
2014). Panjang pantai yang dimiliki oleh Kabupaten Tanah Laut 151.2 Km2 dan luas
areal penangkapan 48,665.20 Km2 merupakan daerah penangkapan yang dapat
dilakukan sepanjang tahun Oleh karena itu sektor perikanan khususnya perikanan
tangkap memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Kegiatan perikanan tangkap di pesisir Desa Takisung, Desa Tabanio dan Desa
Kuala Tambangan sudah lama dilakukan oleh masyarakat setempat. Pada umumnya
nelayan di ketiga desa ini menggunakan alat tangkap berupa lampara dasar (bottom
seine net) dan rengge (gill net). Kegiatan ini merupakan pekerjaan utama untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga. Hal ini disebabkan usaha penangkapan
merupakan kegiatan usaha yang cepat dan mudah menghasilkan. Sebagaimana
daerah pesisir lainnya di Indonesia, pesisir ketiga desa di daerah ini juga mengalami
degradasi. Degradasi terus melanda hutan mangrove, pohon bahan baku arang di
Kabupaten Tanah Laut.

Bentangan terbuka di kawasan pesisir pantai dilaporkan semakin meluas mencapai


angka ratusan hektar. Kondisi ini tak hanya berdampak pada pergeseran dan
menyusutnya daratan, tetapi mulai mengancam kehidupan hayati. Populasi beberapa
jenis ikan terus berkurang akibat rusak dan hilangnya habitat. Dinas Kehutanan serta
Dinas Kelautan dan Perikanan Tanah Laut mulai mengintensifkan penanganannya.
Tahun ini, misalnya, Dinas Kehutanan kembali akan mengalokasikan sebagian dana
Gerhan (gerakan rehabilitasi lahan dan hutan) untuk menghijaukan hutan mangrove.
Selain itu juga terjadi pencemaran laut akibat aktivitas buangan masyarakat pesisir
yang langsung ke perairan. Kondisi ini biasanya juga diperparah dengan adanya
kehadiran pecemaran dari laut melalui kapal-kapal dan aktivitas pertambangan.
Pantai di perairan ini juga mengalami abrasi akibat hantaman gelombang ke pantai
yang terjadi terus menerus, sehingga membahayakan bagi pemukiman warga yang
berada di pinggir pantai.

Keadaan ini tentu saja akan semakin membuat kehidupan nelayan yang selama ini
dikatakan dalam kondisi serba kekurangan semakin terpuruk. Hal ini karena dengan
terjadinya kerusakan lingkungan pesisir tentu saja sangat berpengaruh terhadap hasil
tangkapan nelayan. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai jenis-jenis kerusakan lingkungan
dan faktor-faktor yang menyebabkannya di pesisir Tanah Laut dan informasi
mengenai dampak kerusakan lingkungan (degradasi) pesisir di Tanah Laut terhadap
perekonomian nelayan.

Jenis dan Faktor Penyebab Terjadinya Degradasi Lingkungan Pesisir

1. Hilangnya Mangrove
Hutan mangrove semakin berkurang dari tahun ke tahun karena pohon
mangrove banyak diambil oleh masyarakat setempat dan digunakan untuk
kayu bakar dan pembukaan lahan baru untuk pemukiman. Hilangnya kawasan
mangrove sebagai penahan gelombang dan angin serta aliran air laut dan
menimbulkan abrasi serta rob yang lebih cepat ke daratan. Akibatnya sebagian
tambak hilang, salinitas tambak meningkat, tegalan dan sawah menjadi
bersalinitas tinggi serta hilangnya sebagian pemukiman. Kondisi seperti ini
terjadi di Desa Tabanio. Sedangkan di daerah Kuala Tambangan pada saat ini
penduduk lebih menyadari pentingnya manfaat hutan bakau, sehingga
masyarakat melakukan penanaman bakau lebih intensif dan reboisasi hutan
bakau berhasil dilakukan di Desa Kuala Tambangan bahkan ada usaha
pembibitan pohon bakau yang dilakukan oleh kelompok usaha tani di desa ini.
Di Desa Takisung tidak ditemukan mangrove karena kondisi tanah yang tidak
mendukung untuk tumbuhnya mangrove.
2. Gelombang
Gelombang besar hampir terjadi di seluruh pesisir Kabupaten Tanah Laut,
terutama pada akhir tahun 2013 dan awal tahun 2014 terjadi gelombang yang
mencapai 3- 4 meter. Gelombang disebabkan oleh pemanasan global yang
terjadi di seluruh dunia. Gelombang ini mengakibatkan pengikisan pantai
sehingga terjadi abrasi. Akibat langsung dari abrasi ini di Desa Kuala
Tambangan adalah hilangnya 13 buah rumah, dan pantai yang semakin sempit
dari tahun ke tahun. Di samping itu pepohonan juga banyak yang tumbang.
Sedangkan yang terjadi di Desa Tabanio rusaknya rumah di pinggir pantai dan
semakin sempitnya pantai sehingga air laut semakin mendekati pemukiman.

Di Desa Takisung hantaman ombak ini tidak hanya mengenai pemukiman


masyarakat tetapi juga fasilitas umum seperti mesjid, fasilitas pariwisata,
pepohonan juga banyak yang tumbang dihantam gelombang. Upaya mengatasi
telah dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah dengan cara membuat
penahan gelombang sepanjang pantai yaitu dengan pemasangan ‘Bronjong’
(Gambar 1), adalah berupa batu gunung yang dimasukkan ke dalam jaring
berukuran 1x2 m terbuat dari kawat baja. Pemasangan bronjong ini belum
dilakukan di seluruh pantai, sehingga masyarakat sangat berharap agar
pemerintah dapat memberikan dana untuk pemasangan bronjong lebih lanjut,
sehingga dampak terjangan gelombang dapat diminalisir.

3. Air Pasang (Rob)


Air pasang terjadi hampir di seluruh pesisir Kabupaten Tanah Laut, terutama
pada akhir tahun 2013 dan awal tahun 2014. Air pasang yang terparah terjadi
di Desa Tabanio, apabila air pasang masuk ke pemukiman penduduk mencapai
500 meter dari pantai, dengan tinggi mencapai ¼ meter di dalam rumah, air
pasang ini tidak hanya merendam pemukiman tetapi juga persawahan
penduduk, fasilitas umum seperti sekolah, kuburan dan cagar budaya
(peninggalan sejarah berbentuk benteng). Di Desa Takisung air pasang masuk
ke daratan mencapai 200 meter yang merendam perumahan, fasilitas umum,
persawahan serta tempat wisata. Di Desa Kuala Tambangan masuknya air laut
akibat pasang mencapai 200 meter sehingga merendam perumahan dan
fasilitas umum berupa sekolah, kuburan dan pasar.

4. Penyempitan dan Pendangkalan Muara Sungai


Penyempitan sungai yang terparah terjadi pada sungai Tabanio. Hal ini telah
berlangsung beberapa tahun yang terutama pada tahun 2003 dimana terjadi
penutupan muara sungai di daerah Tabanio-Kurau sehingga nelayan harus
berpindah dari daerah Tabanio-Kurau ke Muara Pagatan Besar. Akibatnya
jarak tempuh nelayan untuk melaut semakin jauh, karena harus berputar untuk
mencapai muara sungai. Di samping itu juga terjadi pendangkalan sungai yang
menyebabkan kapal nelayan tidak bisa setiap saat pergi melaut karena harus
menunggu air pasang. Pendangkalan sungai ini juga menutup muara sungai
dengan terbentuknya delta di muara sungai. Pendangkalan muara sungai yang
terparah terjadi di Desa Kuala Tambangan.

5. Pencemaran Perairan Pesisir


Pencemaran yang terjadi pada pantai pada umumnya akibat pembuangan
sampah yang tidak pada tempatnya, hal ini disebabkan kurangnya kesadaran
masyarakat terhadap kebersihan lingkungan dan masih ada anggapan laut
sebagai tempat sampah yang besar. Di samping ke laut, sampah juga dibuang
ke sungai yang merupakan salah satu penyebab pendangkalan sungai. Hal
yang terparah terjadi pada Pantai Takisung dan pantai batu lima di Desa Kuala
Tambangan, karena menjadi tempat wisata sehingga tidak hanya masyarakat
setempat yang membuang sampah ke pantai tetapi juga wisatawan yang
datang walaupun sudah ada upaya aparat desa dan pemerintah untuk
menyediakan tempat pembuangan sampah. Selain itu pembuangan dari muara
sungai yang bermuara ke pantai yang membawa sampah dari hulu sungai
seperti ranting-ranting pohon dan lain-lain.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Degradasi lingkungan hidup merujuk pada proses penurunan kualitas lingkungan


secara keseluruhan, yang bisa disebabkan oleh aktivitas manusia, perubahan alamiah,
atau kombinasi keduanya. Ini termasuk kerusakan ekosistem, penurunan kualitas
udara, air, dan tanah, serta hilangnya keanekaragaman hayati.

Degradasi lingkungan hidup merupakan ancaman serius bagi keberlangsungan


kehidupan manusia dan ekosistem di seluruh dunia. Proses ini disebabkan oleh
berbagai faktor seperti polusi, deforestasi, perubahan iklim, dan eksploitasi sumber
daya alam yang tidak berkelanjutan. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya
bersama dari semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta,
untuk menerapkan kebijakan dan praktik yang berkelanjutan, mengedepankan
pelestarian alam, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan
hidup bagi generasi mendatang.

3.2 Saran
Sebagai penutup makalah, kami menyarankan agar kita mengambil langkah-langkah
konkret dalam mencegah degradasi lingkungan. Hal ini meliputi mengurangi
penggunaan bahan-bahan berbahaya, mempromosikan energi terbarukan, mendukung
praktik pertanian berkelanjutan, dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya
pelestarian lingkungan. Dengan melakukan langkah-langkah ini secara bersama-
sama, kita dapat memperbaiki kondisi lingkungan dan melindungi bumi untuk
generasi mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Bengen DG. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut.
PKSPL-IPB.
Usman S. 2003. Pemberdayaan Masyarakat. Pustaka Pelajar Yogyakarta.
310 Hlm.
Wiryawan B. 2002. Karakteristik dan Dinamika Sumberdaya Fisik dan Lingkungan Pesisir
dan Lautan.

Anda mungkin juga menyukai