Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERTAMBANGAN

Disusun Oleh :

AISYAH
&
PUTRIA NINGSIH

FAKULTAS TEKNIK LINGKUNGAN


UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, inayah, taufik dan hidayahnya sehingga penyusunan makalah ini dapat
kami selesaikan tepat pada waktunya. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
dengan baik oleh pembaca untuk menambah ilmu dan wawasan.
Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan terhadap makalah ini.
Oleh kerena itu, Kami meminta kepada para pembaca untuk memberikan
masukan bermanfaat yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini agar dapat diperbaiki bentuk maupun isi makalah sehingga kedepannya dapat
menjadi lebih baik.

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................ii

Daftar Isi ............................................................................................................iii

Bab I PENDAHULUAN ....................................................................................1

A. Latar Belakang .........................................................................................1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................2
Bab II PEMBAHASAN .....................................................................................3

A. Pengertian Pertambangan..........................................................................3
B. Dampak Limbah pertambangan................................................................5
C. Pengolahan Limbah Padat Pertambangan.................................................6
a) Tipe limbah Ekstraksi batuan penutup dan batuan limbah……….......8
b) Proses pengolahan pengendapan tailing…………………………..…..9

Bab III PENUTUP ............................................................................................11

A. Simpulan...................................................................................................11
B. Saran ........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia semakin lama semakin tercemar oleh limbah yang semakin lama
membuat keadaan lingkungan seperti air, udara dan tanah ikut tercemar.
Meskipun alam dapat memiliki kemamuan alami jika terjadi pencemaran dan
dapat kembali seperti semula, tetapi jika terus-menerus tercemar maka air,
udara dan tanah dapat kehilangan fungsinya dan rusak. Oksigen yang
terkandung dalam udara tidak lagi bersih, air menjadi keruh dan tanah tidak
menjadi subur lagi.
Dampak dari pembuangan dari hasil limbah yang tidak diolah sebelumnya
atau hanya dibuang begitu saja membuat masyarakat yang tinggal disekitar
pembuangan limbah menjadi khawatir. Eksplorasi pertambangan emas dan
tembaga tidak hanya memperburuk kualitas sumber daya alam dan lingkungan
hidup yang merugikan generasi masa kini tetapi juga kerugian bagi generasi
yang akan datang.
Kemajuan dalam bidang industri yang sangat pesat diindonesia,
mengakibatkan banyak perusahaan membuka lahan pertambangan baru
didaerah indonesia. Pertambangan yang dilakukan oleh pengusaha diindonesia
dilakukan hanya untuk bertujuan komersial diri pribadi mereka sendiri
sehingga dampak hasil yang didapatkan dari pertambangan dapat berimbas
kepada lingkungan. Lingkungan yang berada pada sekitaran lahan
pertambangan mengakibatkan kesehatan lingkungan berkurang malah makin
memburuk. Sebab pertambangan yang dilakukan dapat dikarenakan banyak
penyalahgunaan proses pertambangan. Proses pertambangan sudah diatur
dalam perizinan pertambangan oleh Kementrian Pertambangan dan Energi,
namun banyak pengusaha nakal yang melakukan penyalahgunaan proses
pertambangan seperti tidak memerhatikan limbah hasil pembuangan proses

1
pertambangan serta penggunaan lahan yang berlebihan yang tidak sesuai
dengan kontrak kerja pertambangan.
Limbah-limbah pertambangan jika dikelola dan diolah dengan baik akan
mengurangi masalah pencemaran lingkungan. Dengan menggunakan metode
pengolahan limbah yang tepat, terjadinya pencemaran lingkungan dapat
dicegah. Oleh karena itu, pemerintah sebaiknya harus menanggapi dengan
serius masalah pembuangan limbah pertambangan ini.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan pertambangan?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pertambangan
Pertambangan merupakan suatu aktivitas penggalian, pembongkaran serta
pengangkutan suatu endapan mineral yang terkandung dalam suatu area
berdasarkan beberapa tahapan kegiatan secara efektif dan ekonomis dengan
menggunakan peralatan mekanis serta beberapa peralatan sesuai dengan
perkembangan teknologi saat ini.
Hakikatnya pembangunan sector pertambangan dan energy mengupayakan
suatu proses pengembangan sumber daya mineral dan energi yang potensial
untuk dimanfaatkan secara hemat dan optimal bagi sebesar-besar kemakmuran
rakyat.
Sumber daya mineral merupakan suatu sumber daya yang bersifat tidak
terbaharui (wasting asset or un renewable). Oleh karena itu penerapammya
diharapkan mampu menjaga keseimbangan serta keselamatan kinerja dan
kelestarian lingkuan hidup maupun masyarakat sekitar.

B. Dampak Limbah Pertambangan


Kegiatan penambangan/ memerlukan pembukaan lahan yang luas. Bahan
kimia yang digunakan dalam proses penambangan seringkali menyebabkan
polusi dengan skala besar terhadap lingkungan. Pertambangan mengacu pada
proses ekstraksi logam dan mineral dari bumi yang dapat menghasilkan emas,
perak, berlian, besi, batu bara dan uranium. Pertambangan menuai keuntungan
besar bagi perusahaan yang memilikinya dan menyediakan lapangan kerja
bagi sejumlah besar orang. Hal ini juga merupakan sumber pendapatan besar
bagi pemerintah.
Teknik pertambangan hidrolik sering juga digunakan dalam penambangan
emas. Metode ini dengan membuat peledakan di tepi sungai. Hal ini telah
menyebabkan kerusakan permanen pada pohon, burung dan hewan. Senyawa
yang sangat beracun juga digunakan untuk memisahkan emas dari sedimen

3
dan batuan. Merkuri yang dilepaskan ke sungai ini akan memasuki rantai
makanan melalui hewan air. Mereka yang mengonsumsi ikan memiliki risiko
lebih besar menelan racun tersebut.

1. Dampak buruk pada tanah

Pertambangan membutuhkan lahan yang luas sehingga bumi dapat digali


oleh para penambang. Untuk alasan ini, pelebaran area perlu untuk dilakukan di
daerah, di mana penambangan harus dilakukan. Selain itu, vegetasi di daerah
sekitarnya juga harus dibabat untuk membangun jalan dan sarana perumahan
bagi para pekerja tambang. Berbagai kegiatan seperti di tambang batubara
melepaskan debu dan gas ke udara. Dengan demikian, pertambangan merupakan
salah satu penyebab utama deforestasi dan polusi udara.
Hutan yang ditebang untuk keperluan pertambangan adalah rumah bagi
sejumlah besar organisme. Dengan deforestasi menyebabkan musnahnya habitat
sejumlah besar hewan. dan mempertaruhkan kelangsungan hidup sejumlah besar
spesies hewan. Penebangan dari pohon itu sendiri adalah sebuah ancaman besar
bagi beberapa tanaman, pohon, burung dan hewan yang tumbuh di hutan. Hal ini
berpengaruh negatif dengan apa yang disebut kenakeragaman hayati.
Meskipun langkah-langkah yang diambil untuk melepaskan limbah kimia ke
sungai terdekat melalui pipa, sejumlah besar bahan kimia masih bocor dan masuk
ke tanah. Hal ini akan mengubah komposisi kimia dari tanah. Selain itu, bahan
kimia beracun membuat tanah tidak subur atau mungkin tidak bisa lagi untuk
ditanami tanaman

4
2. Dampak buruk pada air

Bahan kimia seperti merkuri, sianida, asam sulfat, arsen dan merkuri metil
digunakan dalam berbagai tahap pertambangan. Sebagian besar bahan kimia yang
dilepaskan ke sungai terdekat akan mencemari air. Terlepas dari pipa yang
digunakan untuk membuang bahan kimia ke dalam air, kemungkinan kebocoran
pipa akan selalu ada.
Pelepasan bahan kimia beracun ke dalam air jelas berbahaya bagi flora dan
fauna di air. Selain polusi, proses pertambangan membutuhkan air dari sumber air
di dekatnya. Misalnya, air yang digunakan untuk mencuci kotoran dari batubara.
Hasilnya adalah bahwa kadar air dari sungai atau danau dari mana air yang
digunakan akan berkurang. Organisme dalam air juga tidak memiliki cukup air
untuk kelangsungan hidup mereka. Hal ini bahkan mencemari sungai dengan
senyawa-senyawa berbahaya yang berhubungan dengan sulfida logam.
Pengerukan sungai adalah metode yang dipakai dalam pertambangan emas.
Dalam metode ini, kerikil dan lumpur disedot dari daerah tertentu dari sungai.
Setelah fragmen emas disaring, lumpur dan kerikil yang tersisa dilepaskan
kembali ke sungai, meskipun di lokasi yang berbeda dari tempat yang sebelumnya
diambil. Hal ini akan mengganggu aliran sungai yang dapat menyebabkan ikan
dan organisme mati.

3. Penyebaran penyakit
Sisa-sisa limbah cair yang dibuang dalam lubang tambang akan tergenang.
Hal ini menjadi tempat berkembang biak bagi penyakit yang terbawa air,

5
yang menyebabkan serangga dan organisme seperti nyamuk untuk
berkembang.

C. Pengolahan Limbah Padat Pertambangan

Dari industri pertambangan emas dan tambang, per harinya bisa dibuang
ratusan ribu hingga jutaan ton limbah tailing. Tailing ialah limbah padat dari
hasil peleburan bijih emas atau tembaga. Limbah railing umumnya berbentuk
lumpur cair. Berbeda dengan limbah tambang lainnya, limbah jenis tersebut
mengandung unsur kandungan B3 (toksisitas) yang sangat rendah.

Banyak alternatif yang dapat digunakan untuk mengolah limbah yang


mengandung logam berat kususnya mercury diantaranya ialah dengan
teknologi Low TemperatureThermal Desorption (LTTD) atau dengan
teknologi Phytoremediation. Pada sistem thermal desorption, material
diuraikan pada suhu rendah (< 300 oC) dengan pemanasan tidak langsung
serta kondisi tekanan udara yang rendah (vakum). Dengan kondisi tersebut
material akan lebih mudah diuapkan dibandingkan dalam tekanan tinggi. Jadi
dalam sistem ini yang terjadi adalah proses fisika tidak ada reaksi kimia
seperti misalnya reaksi oksidasi.

6
Cara ini sangat efektif untuk memisahkan bahan-bahan organik yang mudah
menguap misalnya, (volatile organic compounds/VOCs), semi-volatile organic
compounds (SVOCs), (poly aromatic hydrocarbon/PAHs), (poly chlorinated
biphenyl/PCBs), minyak, pestisida dan beberapa logam Cadmium, Mercury
Timbal serta non logam misal Arsen, Sulfur, Chlor dan lain-lain. Material
yang telah terpisah dalam bentuk uapnya akan lebih mudah untuk
dikumpulkan kembali dengan cara dikondensasikan, diadsorbsi menggunakan
filter, larutan atau media lain sehingga tidak tersebar kemana-mana. Dengan
sistem thermal desorption material yang berbahaya di pisahkan agar lebih
mudah untuk ditangani entah akan dibuang atau dimanfaatkan kembali,
sedangkan bahan-bahan organik yang sukar menguap akan terkarbonisasi
menjadi arang.
Limbah padat yang mengandung polutan mercury dan arsen dimasukkan
ke dalam sistem LTTD, limbah akan mengalami pemanasan tidak langsung
dengan kondisi tekanan udara lebih kecil dari 1 atmosfer. Polutan mercury dan
arsen akan menguap (desorpsi), sedangkan limbah padat yang telah bersih dari
polutan dapat dibuang ke tempat penampungan. Kemudian uap polutan yang
terbentuk dialirkan ke dalam media pengabsorpsi (absorber). Untuk
menangkap uap logam mercury dapat digunakan butiran logam perak atau
tembaga yang kemudian membentuk amalgam. Sedangkan untuk menangkap
ion-ion mercury dan arsen dapat digunakan larutan hidroksida (OH-), sulfida
(S2–) yang akan mengendapkan ion-ion tersebut. Dalam sistem ini perlu
ditambahkan wet scrubber dan filter karbon untuk menangkap partikulat dan
gas-gas beracun yang mungkin terbentuk pada proses desorbsi. Keunggulan
sistem ini ialah prosesnya cepat dan biaya investasi peralatan dan
operasionalnya murah, unitnya dapat dibuat kecil sehingga dapat dibuat sistem
yang mobil.
Teknologi mengolah limbah dengan sistem Phytoremediasi, menggunakan
tanaman sebagai alat pengolah bahan pencemar. Pada limbah padat atau cair
yang akan diolah, ditanami dengan tanaman tertentu yang dapat menyerap,
mengumpulkan, mendegradasi bahan-bahan pencemar tertentu yang terdapat

7
di dalam limbah tersebut. Banyak istilah yang diberikan pada sistem ini sesuai
dengan mekanisme yang terjadi pada prosesnya. Misalnya : Phytostabilization,
yaitu polutan distabilkan di dalam tanah oleh pengaruh tanaman,
Phytostimulation : akar tanaman menstimulasi penghancuran polutan dengan
bantuan bakteri rhizosphere, Phytodegradation, yaitu tanaman mendegradasi
polutan dengan atau tanpa menyimpannya di dalam daun, batang atau akarnya
untuk sementara waktu, Phytoextraction, yaitu polutan terakumulasi di
jaringan tanaman terutama daun, Phytovolatilization, yaitu polutan oleh
tanaman diubah menjadi senyawa yang mudah menguap sehingga dapat
dilepaskan ke udara, dan Rhizofiltration, yaitu polutan diambil dari air oleh
akar tanaman pada sistem hydroponic.
Proses remediasi polutan dari dalam tanah atau air terjadi karena jenis
tanaman tertentu dapat melepaskan zat carriers yang biasanya berupa
senyawaan kelat, protein, glukosida yang berfungsi mengikat zat polutan
tertentu kemudian dikumpulkan dijaringan tanaman misalnya pada daun atau
akar. Keunggulan sistem phytoremediasi diantaranya ialah biayanya murah
dan dapat dikerjakan insitu, tetapi kekurangannya diantaranya ialah perlu
waktu yang lama dan diperlukan pupuk untuk menjaga kesuburan tanaman,
akar tanaman biasanya pendek sehingga tidak dapat menjangkau bagian tanah
yang dalam. Yang perlu diingat ialah setelah dipanen, tanaman yang
kemungkinan masih mengandung polutan beracun ini harus ditangani secara
khusus.

a) Tipe limbah Ekstraksi batuan penutup dan batuan limbah


Upaya pengelolaan:

1. Penimbunan kembali menggunakan teknik tambang back fill dengan


menggunakan batuan limbah ke tambang yang sudah digunakan
2. Maksimalkan penggunaan batuan penutup untuk reklamasi
3. Mengumpulkan dan memonitor rembesan drainase dan aliran permukaan
4. Memisahkan dan menutup batuan limbah yang reaktif dengan bahan yang
tidak reaktif untuk mencegah terbentuknya air asam tambang
5. Menggunakan batuan limbah yang tidak reaktif untuk keperluan kontruksi
6. Menyediakan sistem drainase timbunan yang cukup untuk meminimalkan
potensi keruntuhan lereng.

8
7. Melakukan pemantauan air permukaan untuk memperoleh data base line
dan melanjutkan kegiatan pemantauan selama kegiatan operasi dan pasca
tambang
8. Menggunakan sistem pengendalian drainase untuk meminimalkan
terjadinya infiltrasi
b) Proses pengolahan pengendapan tailing

Upaya pengelolaan:

 Mendisain tempat penampungan tailing dengan memperhatikan kondisi


curah hujan maksimum
 Pertimbangkan penggunaan lapisan alamiah/sintetik pada saluran drainase
 Memaksimalkan penggunaan kembali air dari tailing
 Membatasi penggunaan bahan-bahan kimia untuk proses pengolohan
hanya sebatas yang diperlukan
 Menyediakan saluran drainase yang cukup
 Membangun saluran untuk menjaga pecahnya jalur-jalur perpipaan
 Mengumpulkan rembesan pada lereng terluar dari kolam pengendapan
tailing

Sebagai upaya pengendalian dampak kegiatan tambang terhadap


sumberdaya air, vegetasi dan hewan liar. Beberapa upaya pengendalian tersebut
adalah :

 Menggunakan struktur penahan sedimen untuk meminimalkan jumlah


sedimen yang keluar dari lokasi penambangan
 Mengembangkan rencana sistim pengedalian tumpahan untuk
meminimalkan masuknya bahan B3 ke badan air
 Hindari kegiatan konstruksi selama dalam tahap kritis

9
 Mengurangi kemungkinan terjadinya keracunan akibat sianida terhadap
burung dan hewan liar dengan menetralisasi sianida di kolam pengendapan
tailing atau dengan memasang pagar dan jaring untuk
 Mencegah hewan liar masuk kedalam kolam pengendapan tailing
 Minimalisasi penggunaan pagar atau pembatas lainnya yang menghalangi
jalur migrasi hewan liar. Jika penggunaan pagar tidak dapat dihindari
gunakan terowongan, pintu-pintu, dan jembatan penyeberangan bagi
hewan liar.
 Batasi dampak yang disebabkan oleh frakmentasi habitat minimalisasi
jumlah jalan akses dan tutup serta rehabilitasi jalan-jalan yang tidak
digunakan lagi.
 Larangan berburu hewan liar di kawasan tambang.

Upaya Pengelolaan Limbah Tambang


a) Tipe limbah ekstraksi lokasi kerja tambang
Upaya pengelolaan:
 Evaporasi dan penggunaan kembali air tambang untuk kegiatan prosesing
 Penggunaan alat pengendali aliran permukaan seperti gorong-gorong dan
saluran air
 Netralisasi atau pengendapan atau cara pengolahan lain sebelum dibuang
kebadan air
 Pembersihan sisa-sisa peledakan
 Menyiapkan sistem pengelolaan air tambang pada tahap pasca tambang
 Pemantauan kualitas air buangan dan air permukaan
 Membangun unit penampung air tambang untuk meminimalkan potensi
pencemaran air permukaan
c) Proses pengolahan pengendapan tailing
Upaya pengelolaan:
 Mendisain tempat penampungan tailing dengan memperhatikan kondisi
curah hujan maksimum
 Pertimbangkan penggunaan lapisan alamiah/sintetik pada saluran drainase
 Memaksimalkan penggunaan kembali air dari tailingMembatasi
penggunaan bahan-bahan kimia untuk proses pengolohan hanya sebatas
yang diperlukan
 Menyediakan saluran drainase yang cukup
 Membangun saluran untuk menjaga pecahnya jalur-jalur perpipaan
 Melakukan test ARD secara terus menerus sepanjang masa operasi dari
penutupan tambang
 Mengumpulkan rembesan pada lereng terluar dari kolam pengendapan
tailing

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pertambangan adalah kegiatan pengambilan bahan tambang dari dalam
tanah. Kesimpulannya, pertambangan dapat memberikan kontribusi ekonomi,
namun juga membawa dampak lingkungan yang signifikan. Limbah
pertambangan, seperti tailing dan limbah kimia, dapat mencemari air dan tanah,
merusak ekosistem, serta menimbulkan masalah kesehatan bagi manusia dan
hewan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya mitigasi dan pengelolaan limbah
pertambangan secara bertanggung jawab.

B.Saran
1.Konservasi sumber daya
Mempraktikkan metode pertambangan yang memprioritaskan konservasi
sumber daya alam, seperti mendukung penambangan berkelanjutan dan
penanaman kembali lahan bekas pertambangan.

2.Pengelolaan Air Secara Bijaksana:

Mengimplementasikan strategi pengelolaan air yang efisien dan meminimalkan


pencemaran air akibat limbah pertambangan.

3.Keselamatan dan Kesehatan Pekerja:

Memastikan keselamatan dan kesehatan pekerja dengan memberikan pelatihan,


peralatan pelindung, dan mematuhi standar keselamatan kerja.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://www.wedaran.com/6165/dampak-negatif-pertambangan-terhadap-lingkungan-
hidup/

http://lindasetianingsih.blogspot.co.id/2013/04/pertambangan.html

http://akuulupa.blogspot.co.id/2014/04/pencemaran-lingkungan-akibat-limbah.html

http://www.ima-api.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=1255:pemanfaatan-limbah-tailing-
minim&catid=47:media-news&Itemid=98&lang=id

12

Anda mungkin juga menyukai