Anda di halaman 1dari 6

DAMPAK NEGATIF PENAMBANGAN PASIR BESI.

(Studi kasus Dermaga Linau Kecamatan Maje Kabupaten Kaur) September 22, 2011
Dampak Pertambangan Pasir Besi

Beberapa dampak negatif akibat pertambangan jika tidak terkendali antara lain sebagai
berikut:

1). Kerusakan lahan bekas tambang.

2). Merusak lahan perkebunan dan pertanian.

3). Membuka kawasan hutan menjadi kawasan pertambangan.

4). Dalam jangka panjang, pertambangan adalah penyumbang terbesar lahan sangat
kritis yang susah dikembalikan lagi sesuai fungsi awalnya.

5). Pencemaran baik tanah, air maupun udara. Misalnya debu, gas beracun, bunyi dll.

6). Kerusakan tambak dan terumbu karang di pesisir.

7). Banjir, longsor, lenyapnya sebagian keanekaragaman hayati.


8). Air tambang asam yang beracun yang jika dialirkan ke sungai yang akhirnya ke laut
akan merusak ekosistem dan sumber daya pesisir dan laut.

9). Menyebabkan berbagai penyakit dan mengganggu kesehatan.

10). Sarana dan prasarana seperti jalan dll. rusak berat.

11). Dan lain-lain.

Mengapa bisa terjadi? Karena:

1). Adanya perbedaan kepentingan antara kepentingan lingkungan vs kepentingan


ekonomi, politik dll.

2). Penegakkan hokum yang belum baik.

3). Aturan yang dibuat seringkali mengakomodasi beberapa kepentingan dengan


bahkan mengabaikan unsur lingkungan.

4). Aturan yang tidak dilaksanakan dengan konsisten.

5). Dalam prakteknya otonomi daerah menyebabkan pertambangan maju pesat dan
nyaris tidak terkendali. Banyak kasus di beberapa daerah justru terjadi konversi hutan
lindung menjadi kawasan produksi. Illegal logging justru dilakukan oleh oknum-oknum
yang seharusnya melindungi hutan.

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kaur Nomor. 245 Tahun 2008 tanggal 15
September 2008, PT. Selomoro Banyu Arto memperoleh Kuasa Pertambangan
eksplorasi pasir besi di Kecamatan Maje dengan kode wilayah KW. 08 PKR 004
dengan luas kuasa wilayah pertambangan eksplorasi pasir besi 179,36 Hektar.

Dampak penambangan pasir besi di Kecamatan Maje Kabupaten Kaur (Anonim 2011):

1. Menurunnya kualitas udara

Pada tahap prakonstruksi tambang akibat kegiatan mobilisasi alat berat diperkirakan
perusahaan akan mengoperasikan 44 unit alat berat. Pada tahap ini aktifitas yang
dilakukan meliputi pembersihan lahan, pembuatan jalan tambang , pembangunan
sarana tambang, pembangunan pengelolaan instalasi pasir besi, dipastikan akan

meningkatkan kadar debu di lingkungan sekitar. Intensitas ini dipastikan akan


bertambah pada tahap operasi tambang akibat pengupasan tanah pucuk . perusahaan
memasang target akan mengelola dan mengangkut 1500 s/d 2000 ton per hari dengan
volume angkut 75 s/d 100 rit per hari. hal ini tentu akan meningkatkan sebaran debu di
sekitar tambang dan akan mencapai ke pemukiman penduduk di sekitar pertambangan.
Hal ini tentu saja akan menurunkan tingkat kesehatan masyarakat, mereka terancam
penyakit ISPA (Infeksi saluran Pernafasan Akut) TBC, dan lain-lain.

2. Kebisingan

Kegiatan tambang pasir besi pada tahap prakonstruksi berupa mobilisasi alat-alat berat.
Dipastikan ini akan meningkatkan kebisingan di areal tambang dan pemukiman
masyarakat. Tingkat kebisingan akan semakin bertambah ketika operasional
pertambangan mulai berjalan normal.

4. Abrasi Pantai

Harus diakui aktifitas pertambangan juga akan mempengaruhi struktur pantai, ancaman
akan meningkat khususnya pada saat air laut pasang dan gelombang besar serta tinggi
akan membuat bentuk pantai berubah. Resiko kemungkinan air mencapai pemukiman
penduduk akan lebih besar.

5. Menurunnya Kualitas Air

Kegiatan pertambangan dipastikan akan mengurangi kualitas air tanah (sumur) dan
kualitas air permukaan. Pasir besi membutuhkan banyak air untuk diolah di Magnetic
Separator, yang menghasilkan pasir besi dan limbah dengan kapasitas air 225 m3/ jam.
Limbah dari pengolaan ini tentu akan mempengaruhi kadar air yang ada di sekitar
pemukiman warga. Sumber negatif lainnya adalah pengoperasian bengkel. Perawatan
alat berat tambang pasir besi dipastikan akan menghasilkan pelumas bekas sebanyak

58,49 liter per hari. Sisa oli bekas ini jika tidak dikelola dengan baik akan dapat
mencemari danau kembar dan sumur warga, serta air laut di lingkungan tambang. Hal
ini terbukti dibanyak pertambangan yang dengan ceroboh membuang begitu saja
pelumas bekas mereka ke sungai atau berceceran di tanah.

6. Kerusakan Jalan
kegiatan ini juga bias merusak jalan yang menuju daerah di pantai atau ke pemukiman
terdekat oleh akibat mobilisasi alat alat berat sehingga menyebabkan tanah menjadi
gempur atu mungkin bias menjadi becek apabila teradi hujan.

7. Aspek biologi

kegiatan pertambangan ini juga menyebabkan kerusakan habitat hewan tertentu


kerusakan habitat flora dan fauna yang ada di sekitar pertambangan. Hal ini
kemungkinan menyebabkan penghasilan perkebunan, sawah masyarakat berkurang.

8. Biota Air

Dampak terhadap biota air merupakan dampak tak langsung akibat kegiatan tambang
pasir besi. Sumber dampak berasal dari perubahan kulitas air akibat limbah pengolahan
pasir. Sumber lainnya adalah karena tirisan penumpukan pasir besi, air limbah bekas
pelumas dari kegiatan bengkel. Kondisi ini akan menurunkan jumlah ikan, udang,
kepiting, yang merupakan mata pencaharian tambahan bagi masyarakat selain bertani.

9. Pendapatan Masyarakat

Perusahaan mengklaim aktifitas pertambangan mereka dapat merekrut tenaga kerja


dari warga lokal, selanjutnya masyarakat sekitar tambang dapat membuka warung dan
sebagainya. Namun, perlu diingat sedikit sekali, jika tidak mau dikatakan tidak ada,
warga setempat yang memiliki keahlian di bidang pertambangan artinya, mereka akan

dijadikan buruh kasar saja, yang sewaktu-waktu dapat mereka PHK dengan beragam
alasan. Selain itu, proses ini akan membuat masyarakat meninggalkan profesi asal
mereka yang mungkin awalnya petani, nelayan, menjadi pekerja buruh di perusahaan
yang biasanya mereka tidak memiliki posisi tawar tinggi. Ini banyak terjadi di
pertambangan-pertambangan lain.

Reaksi air asam tambang (Acid Mine Drainage/AMD) berdampak secara langsung
terhadap kualitas tanah dan air karena pH menurun sangat tajam. Menurunnya, pH
tanah akan mengganggu keseimbangan unsur hara pada lahan tersebut, unsur hara
makro menjadi tidak tersedia karena terikat oleh logam sedangkan unsur hara mikro
kelarutannya meningkat .Turunnya pH secara drastis akan meningkatkan kelarutan
logam-logam berat pada lingkungan tersebut.

Dampak yang dirasakan akibat AMD tersebut bagi perusahaan adalah alat-alat yang
terbuat dari besi atau baja menjadi sangat cepat terkorosi sehingga menyebabkan
inefisiensi baik pada kegiatan pengadaan maupun pemeliharaan alat-alat berat.
Terhadap makhluk hidup, AMD dapat mengganggu kehidupan flora dan fauna pada
lahan bekas tambang maupun hidupan yang berada di sepanjang aliran sungai yang
terkena dampak dari aktivitas pertambangan. Hal ini menyebabkan kegiatan revegetasi
lahan bekas tambang menjadi sangat mahal dengan hasil yang kurang memuaskan.
Disamping itu, kualitas air yang ada dapat mengganggu kesehatan manusia.

1.3 Definisi Bioremediasi

Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di


lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh
mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia
polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada banyak kasus,
biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi,
strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak

berbahaya dan tidak Strain atau jenis mikroba rekombinan yang diciptakan di
laboratorium dapat lebih efisien dalam mengurangi polutan.

Anda mungkin juga menyukai