Linda Apriliani
1610716120003
2.1. Pengertian
Keterangan:
1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai
dengan metode yang digunakan)
2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada,
baik internasional maupun nasional.
3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang,
malam dan musim)
4. Pengamatan oleh manusia (visual).
5. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan
tipis (thin layer) dengan ketebalan 0,01mm
6. TBT adalah zat antifouling yang biasanya terdapat pada cat kapal
a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic
b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata
musiman.
c. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alami
d. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH
e. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata
musiman
f. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata
musiman
Tabel 2. Baku mutu air laut untuk biota laut
Catatan:
1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai
dengan metode yang digunakan)
2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik
internasional maupun nasional.
3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang,
malam dan musim).
4. Pengamatan oleh manusia (visual).
5. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan
tipis (thin layer ) dengan ketebalan 0,01mm
6. Tidak bloom adalah tidak terjadi pertumbuhan yang berlebihan yang dapat
menyebabkan eutrofikasi. Pertumbuhan plankton yang berlebihan dipengaruhi
oleh nutrien, cahaya, suhu, kecepatan arus, dan kestabilan plankton itu sendiri.
7. TBT adalah zat antifouling yang biasanya terdapat pada cat kapal
a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic
b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata2
musiman
c. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alami
d. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH
e. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musiman
f. Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan dan Heptachlor
g. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata
musiman
Gambar 8. Bioremediasi
4. Cara keempat dengan menggunakan sorbent yang bisa menyisihkan minyak melalui
mekanisme adsorpsi (penempelan minyak pada permukaan sorbent) dan absorpsi
(penyerapan minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi mengubah fasa
minyak dari cair menjadi padat sehingga mudah dikumpulkan dan disisihkan.
Sorbent harus memiliki karakteristik hidrofobik,oleofobik dan mudah disebarkan
di permukaan minyak, diambil kembali dan digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent
yaitu organik alami (kapas, jerami, rumput kering, serbuk gergaji), anorganik alami
(lempung, vermiculite, pasir) dan sintetis (busa poliuretan, polietilen, polipropilen
dan serat nilon).
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Bahan yang digunakan
Dimana:
Ci = Konsentrasi parameter kualitas air
Li = Nilai baku mutu
PIJ = Nilai indeks pencemar
1. Salinitas
Salinitas merupakan kadar garam dalam satu satuan volume air laut. Kadar
salinitas juga dipengaruhi oleh masukkan air tawar dari sungai maupun air hujan.
Sebaran salinitas di perairan Sungai Dua Laut dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Peta sebaran salinitas di perairan Sungai Dua Laut
Berdasarkan Gambar 14 dapat diketahui bahwa salinitas di perairan Sungai
Dua Laut berkisar antara 25-33 ppm, dimana salinitas tinggi ditandai dengan warna
oren tua dan salinitas rendah kuning tua. Pada daerah pesisir Sungai Dua Laut perairan
tersebut dalam memiliki salinitas 25-27 ppm sedangkan di wilayah laut lepas memiliki
kadar salinitas yang tinggi yakni 31-33 ppm.
2. DO
Oksigen terlarut adalah oksigen dalam bentuk terlarut didalam air karena biota
laut tidak dapat mengambil oksigen dalam perairan dari difusi langsung dengan udara.
Satuan pengukuran oksigen terlarut adalah mg/l yang berarti jumlah mg/l gas oksigen
yang terlarut dalam air atau dalam satuan internasional dinyatakan ppm (part per
million). Sebaran DO di perairan Sungai Dua Laut dapat dilihat pada Gambar 15.
3. pH
pH (Potential Hydrogen) merupakan satuan tingkat keasamaan suatu senyawa.
Tinggi rendahnya pH suatu perairan sangat dipengaruhi oleh kadar CO 2 yang terlaut
dalam perairan tersebut. Aktivitas fotosintesis merupakan proses yang sangat
menentukan kadar CO2 yang terkandung dalam suatu perairan. Sebaran pH di perairan
Sungai Dua Laut dapat dilihat pada Gambar 16 berikut:
4. COD
COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar
bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang
dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan
organik tersebut akan dioksidasi oleh kalium bikromat yang digunakan sebagai sumber
oksigen (oxidizing agent) menjadi gas dan gas hydrogen dan oksigen serta sejumlah
ion krom. Sebaran COD di perairan Sungai Dua Laut dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Peta sebaran COD di perairan Sungai Dua Laut
Berdasarkan Gambar 17 diketahui bahwa nilai COD yang tertinggi adalah 150
mg/L ditandai dengan warna biru tua, sedangkan nilai terendah 50 mg/L ditandai
dengan warna biru muda. Di wilayah timur niali COD cenderung tinggi sedangkan
dibagian pesisir nilai COD cenderung rendah.
5. Nitrat
Nitrat merupakan salah satu senyawa anorganik essensial yang digunakan oleh
fitoplankton. Pada kondisi aerob (oksigen cukup atau berlebih), nitrat ini menjadi hasil
proses nitrifikasi, namun pada kondisi anaerob (minim oksigen atau bahkan tidak ada)
nitrat mengalami reaksi denitrifikasi. Peta sebaran nitrat dapat dilihat pada Gambar18.
6. Nitrit
Nitrit merupakan bentuk nitrogen yang hanya sebagian teroksidasi. Nitrit tidak
ditemukan dalam air limbah yang segar, melainkan dalam limbah yang sudah basi atau
lama. Nitrit tidak dapat bertahan lama dan merupakan keadaan sementara proses
oksidasi antara amoniak dan nitrat. Nitrit bersumber dari bahan-bahan yang bersifat
korosif dan banyak dipergunakan di pabrik-pabrik. Peta sebaran nitrit di perairan
Sungai Dua Laut dapat dilihat pada Gambar 19.
7. BOD5
BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya
bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik.
BOD sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan oleh populasi mikroba
yang terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan organik
yang dapat diurai. Untuk lebih jelasnya hasil sebaran BOD5 di perairan Sungai Dua
Laut dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20. Peta sebaran BOD5 di perairan Sungai Dua Laut
Berdasarkan Gambar 20 diketahui bahwa nilai nitrit yang tertinggi adalah 5,6
mg/L ditandai dengan warna ungu tua, sedangkan nilai terendah 0,1 mg/L ditandai
dengan warna ungu terang yang menyebar di perairan.
8. Fosfat
Fosfat merupakan senyawa anorganik yang menjadi nutrien penting kedua
setelah nitrogen, bagi fotosintesis fitoplankton. Keberadaan fosfat yang essensial ini
berupa ortho-fosfat. Fosfat adalah bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh
tumbuhan dan merupakan unsur esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan alga
sehingga dapat mempengaruhi tingkat produktivitas perairan. Peta sebaran fosfat di
perairan Sungai Dua Laut dapat dilihat pada Gambar 21 berikut:
Gambar 22. Peta sebaran Logam Berat (Fe) di perairan Sungai Dua Laut
Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa nilai logam berat (Fe) yang
tertinggi adalah 1,5 mg/L ditandai dengan warna ungu pekat, sedangkan nilai terendah
0,05 mg/L ditandai dengan warna ungu terang. Di daerah muara kandungan logam
berat (Cu) lebih tinggi dibandingkan perairan yang lebih jauh dari pantai.
2. DO
Gambar 28. Peta sebaran DO di perairan Sungai Dua Laut sesuai baku mutu
Berdasarkan baku mutu air laut nilai DO yang sesuai untuk biota laut adalah
lebih besar dari 5 mg/L. Jika dilihat berdasarkan gambar diatas maka nilai DO di
seluruh perairan Sungai Dua Laut dominan memenuhi baku mutu namun hanya di
daerah sekitar muara sungai dan wilayah barat di laut lepas. Nilai DO yang tidak
memenuhi baku mutu di wilayah muara dapat disebabkan karen tingginya TSS di
wilayah tersebut yang berpengaruh terhadap kadar oksigen terlarut. Untuk wilayah
lepas pantai dapat disebabkan karena adanya aktivitas dilaut seperti pelayaran yang
membuat perairan menjadi teraduk sehingga kadar DO menurun. Perubahan DO yang
signifikan akan berdampak terhadap biota laut yaitu jika kekurangan atau kelebihan
oksigen maka dapat menyebabkan kematian. Oksigen yang terlalu banyak juga akan
menjadi racun di perairan sehingga biota sulit untuk melakukan aktivitas secara
normal. Kadar DO yang tinggi menandakan perairan tersebut masih cocok sebagai
tempat tinggal bagi biota-biota laut.
3. pH
Sebaran pH di perairan Sungai Dua Laut disajikan pada Gambar 28.
Gambar 29. Peta sebaran pH di perairan Sungai Dua Laut sesuai baku mutu
Berdasarkan baku mutu air laut nilai pH yang baik adalah 7 – 8,5. Dan jika
dilihat pada gambar diatas bahwa kadar pH di perairan tersebut cukup beragam. Pada
wilayah yang berwarna ungu merupakan daerah yang tidak memenuhi standar baku
mutu sedangkan yang berwarna biru merupakan daerah yang memenuhi standar baku
mutu untuk biota laut. Peningkatan pH dapat disebabkan karena terjadinya
pengasaman air laut atau asidifikasi yang disebabkan oleh meningkatnya karbon di
lautan sehingga karbon tersebut mengikat oksigen yang membuat ion hidrogen
meningkat dan membuat perairan menjadi asam. Peningkatan pH yang tinggi dapat
membuat kematian biota atau migrasi biota ke wilayah yang lebih cocok. Peningkatan
pH di muara sungai dapat disebakan karena masuknya berbagai limbah ke laut
sehingga mempengaruhi kadar pH.
4. Nitrat
Sebaran Nitrat di wilayah perairan Sungai Dua Laut dappat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 30. Peta sebaran Nitrat di perairan Sungai Dua Laut sesuai baku mutu
Berdasarkan baku mutu air laut nilai nitrat senilai 0,08 mg/L. Hal ini berarti
kandungan nitrat pada perairan Sungai Dua Laut jauh melebihi nilai baku mutu.
Kandungan nitrat yang terlalu tinggi dapat menyebabkan blooming algae atau
blooming plankton.
5. Nitrit
Gambar 31. Peta sebaran Nitrit di perairan Sungai Dua Laut sesuai baku mutu
Pada Gambar 31 terlihat sebaran nitrit di wilayah perairan Sungai Dua Laut.
Berdasarkan nilai baku mutu untuk biota laut kadar nitrit yang diperbolehkan di laut
ialah senilai 0,06 mg/L. hal ini terlihat pada beberapa wilayah ada daerah yang tidak
memenuhi baku mutu tersebut. kandungan nitrit yang melebihi ambang batas dapat
membuat terjadinya kelimpahan plankton yang berujung pada kematian biota.
6. Fosfat
Sebaran fosfat di perairan Sungai Dua Laut dapat dilihat pada Gambar 32
berikut:
Gambar 32. Peta sebaran Nitrit di perairan Sungai Dua Laut sesuai baku mutu
Berdasarkan baku mutu air laut nilai fosfat senilai 0,0015 mg/L. Hal ini berarti
kandungan fosfat pada perarain Sungai Dua Laut tidak memenuhi nilai baku mutu. Hal
ini dapat diindikasikan karena peningkatan fosfat yang terlalu tinggi yang dapat
disebabkan karena adanya masukan dari darat seperti penggunakan pupuk yang
berlebihan sehingga kada fosfat meningkat. Kandungan fosfat yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan blooming algae atau blooming plankton.
7. COD
Sebaran COD di perairan Sungai Dua Laut dapat dilihat pada Gambar 33.
Gambar 34. Peta sebaran COD di perairan Sungai Dua Laut sesuai baku mutu
Berdasarkan gambar diatas COD di perairan tersebut dominan tidak memenuhi
baku mutu karena melebihi ambang batas maksimal yakni sebesar 10 mg/L. Hal ini
berarti nilai COD di perairan Angsana masih termasuk dalam batas yang wajar. Nilai
COD yang tidak sesuai baku mutu dapat menyebabkan biota keracunan bahkan
kematian.
8. BOD5
Sebaran BOD5 dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 35. Peta sebaran BOD5 di perairan Sungai Dua Laut sesuai baku mutu
Berdasarkan gambar diatas BOD5 di perairan tersebut dominan memenuhi
baku mutu karena tidak melebihi ambang batas maksimal yakni sebesar 10 mg/L. Hal
ini berarti nilai BOD5 di perairan Sungai Dua Laut masih termasuk dalam batas yang
wajar. Nilai BOD5 yang tidak sesuai baku mutu dapat menyebabkan biota keracunan
bahkan kematian.
9. Logam Berat (Fe)
Sebaran logam berat (Fe) di wilayah perairan Sungai Dua Laut dapat dilihat
pada Gambar 36.
Gambar 36. Peta sebaran Fe di perairan Sungai Dua Laut sesuai baku mutu
Berdasarkan baku mutu air laut nilai logam berat (Fe) senilai 0,01 mg/L. Hal
ini berarti kandungan logam berat (Fe) pada perarain Angsana jauh melebihi nilai baku
mutu. Kandungan logam berat yang tinggi dapat membahayakan biota laut. Logam
berat dapat masuk kedalam darah dan menyebabkan racun atau bersifat toxic dan
bersifat mematikan.
10. TSS
Sebaran TSS di perairan Sungai Dua Laut dapat dilihat pada Gambar 33.
Gambar 37. Peta sebaran TSS di perairan Sungai Dua Laut sesuai baku mutu
Berdasarkan baku mutu air laut nilai TSS dalam baik adalah bernilai di bawah
20 mg/L. Hal ini berarti nilai TSS di perairan Sungai Dua Laut dominan tidak
memenuhi baku mutu. Perairan yang tidak memenuhi baku mutu ditandai dengan
warna merah tua, sedangkan yang memenuhi baku mutu ditandai dengan warna hijau
tua. Kadar TSS yang tinggi akan mengakibatkan kekeruhan yang akan menghalangi
penetrasi cahaya matahari. Sehingga TSS yang tinggi akan mempengaruhi ekosistem
terumbu karang dan lamun yang kehidupannya sangat bergantung pada cahaya
matahari.
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan pada penelitian ini adalah:
1. Cara pengambilan dan menganalisis sampel dilakukan secara insitu dan eksitu.
Analisis data insitu langsung dilakukan di lapangan, sedangkan analisis sampel
eksitu dilakukan di laboratorium.
2. Cara menganalisis data yang diambil yaitu menggunakan aplikasi Microsoft Excel,
Surfer 15 dan Arcgis 10.7.
3. Parameter fisika yang dianalisis sebagai indikator pencemar adalah suhu perairan.
Parameter kimia yang dianalisis sebagai indikator pencemar adalah salinitas, DO,
pH, COD, BOD5, nitrat, nitrit, fosfat dan logam berat (Fe). Parameter biologi yang
dianalisis sebagai indikator pencemar adalah plankton.
4. Hasil analisis data yang didapat dengan nilai indikator baku mutu air laut untuk biota
menunjukkan bahwa perairan Sungai Dua Laut berstatus tercemar sedang.
5.2. Saran
Mahasiswa perlu memahami prosedur dan cara pengambilan sampel air yang
benar. Mahasiswa perlu menjaga kondisi kesehatan saat pengambilan sampel
dilapangan sehingga saat pengambilan data menjadi lebih fokus dan benar. Pada saat
analisis sampel di laboratorium mahasiswa harus berhati-hati dan mengikuti prosedur
laboratorium agar data tidak salah.