KELOMPOK 1
7. AULIANI (2010716220027)
Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, dengan
batas kearah darat meliputi bagian daratan baik kering maupun terendam air yang
masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut. Dan laut
adalah kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi
dan membagi daratan atas benua atau pulau.
Pencemaran pesisir dapat disebabkan beberapa faktor diantaranya:
industri, limbah cair pemukiman (sewage), limbah cair perkotaan (urban
stormwater), pertambangan dan pelayaran (shipping). Sedangkan pencemaran
laut adalah hasil buangan aktivitas makhluk hidup yang masuk ke laut. Ada
berbagai sumber bahan pencemar yang dapat merusak laut dan dapat membunuh
kehidupan yang di laut. Seperti banyaknya ikan- ikan mati karena laut tempat
mereka hidup tidak sesuai kebutuhannya. Pencemaran laut yang terjadi di muara
sungai yang bersumber pada aktivitas kapal yang hampir setiap hari dan terdapat
aliran sunga yang menuju laut.
5
1.2. Rumusan Masalah
6
II. PEMBAHASAN
Limbah cair dapat diartikan sebagai hasil buangan yang berbentuk cair
atau liquid. Limbah jenis ini dapat dihasilkan dari kegiatan atau proses di dalam
rumah tangga, industri, bahkan kegiatan atau proses di dalam pertambangan.
Limbah cair lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki
kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi,
limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa anorganik.
Gambar 2.1. Limbah Cair Domestik Yang Disebabkan Oleh Perusahaan Industri
Dapat dilihat pada gambar diatas menunjukkan limbah cair air limbah
ini umumnya dibuang melalui saluran got menuju sungai ataupun laut.
Terkadang dalam perjalanannya menuju laut, air limbah ini dapat mencemari
sumber air bersih yang dipergunakan oleh manusia. Dengan demikian
penanganan air limbah perlu mendapat perhatian serius. Selain dapat berbahaya
bagi kesehatan manusia, air limbah juga dapat mengganggu lingkungan, hewan,
keindahan alam.
7
diberikan mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya. Planetary Notions
(2002) mengemukakan beberapa masalah yang dapat ditimbulkan oleh limbah
cair domestik secara umum, antara lain terhadap lingkungan, yakni terjadi
kerusakan secara ekologis, kesehatan manusia dan kerugian secara ekonomi.
Limbah cair domestik mengandung beragam kotoran yang terlarut
maupun yang tersuspensi (dissolved and suspended impurities). Materi organik
terutama berasal dari sisa-sisa makanan dan sayuran. Unsur hara dapat berasal
dari sabun berbahan kimia, sabun cuci dalam bentuk bubuk, dan sebagainya.
Limbah cair domestik juga mengandung mikroba penyebab penyakit, dan
berbagai substansi yang digunakan manusia untuk membersihkan rumah turut
menyumbang polusi air karena substansi tersebut mengandung bahan kimia yang
berbahaya.
Substansi-substansi tersebut mengandung fosfat yang umumnya
digunakan untuk melunakkan air. Semua kandungan yang bersifat kimiawi ini
mempengaruhi seluruh kehidupan di air (perairan).
Dampak limbah domestik terhadap lingkungan pesisir dan laut yaitu :
1. Lingkungan pantai yang dipenuhi sampah, selain merusak keindahan juga
dapat mempengaruhi kehidupan ekosistem.
2. Banyaknya sampah yang terapung, selain menimbukan bau yang tidak sedap
juga dapat menghalangi penetrasi cahaya yang masuk ke laut.
3. Air laut berubah warna dan dasar laut tertutupi sampah sehingga berpengaruh
pada kehidupan komunitas bentos.
4. Jika hal ini dibiarkan, tidak menutup kemungkinan laut kehilangan habitat
aslinya dan beberapa jenis makhluk hidup tidak mampu bertahan.
5. Masuknya beban pencemar organik akan menurunkan kualitas oksigen
terlarut, dengan demikian, kondisi perairan akan menjadi anoksik
(kekurangan oksigen) yang akan berdampak pada kematian ikan masal.
8
Gambar 2.2. Limbah Domestik Perairan Menyebabkan Kematian Ikan
Gambar 2.3. Limbah Padat di Laut Yang Disebabkan Oleh Aktivitas Manusia di
Daerah Pesisir
9
wisata, yang berarti mengurangi peluang pemasukan bagi masyarakat setempat.
Dampak sosial yang timbul bisa beragam. Diantaranya, bergesernya jati
diri masyarakat pesisir yang semula hidup sebagai nelayan menjadi pekerja
daratan seperti buruh, tukang bangunan, satpam, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan
kehidupan di laut sudah tidak menjanjikan, hasil tangkapan menurun akibat
pencemaran yang makin meluas. Kawasan pesisir juga dianggap kawasan kumuh
tempat bermuara seluruh sampah, sehingga menjadikan masyarakat pesisir
senantiasa merasa terbelakang dan terpinggirkan.
10
biokimia secara natural di laut (Mukhtasor, 2007:126)
Ocean outfall merupakan alternatif pembuangan limbah cair, khususnya
limbah yang mengandung bahan organik dan bakteri faecal coliform dalam
jumlah tinggi. Istilah ocean outfall dikemukakan oleh Charlton pada tahun 1987
untuk merujuk pada rekayasa perpipaan bawah laut yang digunakan untuk
membuang limbah cair dari daratan ke laut sehingga memungkinkan terjadinya
proses biokimia secara natural di laut. Selanjutnya bahan-bahan organik, nutrien,
dan bakteri yang terkandung di dalam limbah dapat terdegradasi oleh proses alami
tersebut (Mukhtasor, 2007). Sebelum dibuang ke laut, limbah diolah dengan
derajat pengolahan yang lebih rendah daripada persyaratan yang ditetapkan untuk
pengolahan di darat secara umum. Akibatnya biaya pengolahan menjadi lebih
murah. Hal ini dikarenakan, untuk memperoleh kriteria keamanan lingkungan
yang sama, ocean outfall memanfaatkan faktor alami laut untuk menurunkan
konsentrasi limbah selain pengolahan di daratan.
Faktor alam yang dimanfaatkan untuk memproses kandungan limbah
tersebut adalah konsentrasi oksigen terlarut, kecepatan arus dam kondisi
gelombang, kedalaman air laut, difusi molekul dan turbulensi, serta energi
matahari (yang digunakan dalam proses biokimia) di lapisan atas air laut. Di
samping itu, proses pengurangan konsentrasi limbah dapat ditingkatkan dengan
perancangan bentuk dan jenis diffuser (pipa penyebar aliran limbah) serta tata
letaknya sesuai dengan kondisi dinamika lingkungan laut dan kuantitas limbah
yang hendak ditangani.
11
lebih banyak daripada sistem pengolahan limbah di darat, baik untuk parameter
BOD, padatan tersuspensi, maupun coliform. Hal ini terutama karena disebabkan
oleh proses alami di laut yang berperan besar dalam menurunkan kadar polutan.
Selain itu, sistem ini dapat meminimalkan persoalan lahan, lumpur, bau, dan
berlebihnya nutrien, terutama di daerah perkotaan. Namun demikian, seperti
layaknya semua jenis teknologi, ocean outfall juga tidak bisa menghilangkan
limbah secara tuntas. Seluruh rekayasa ini diarahkan untuk menghasilkan
teknologi efektif dengan biaya yang murah. Keberhasilan dari pelaksanaan
teknologi ini tergantung pada perhitungan yang cermat terkait dengan kondisi
perairan laut, kecepatan arus laut dan perancangan yang baik sehingga dapat
memberikan hasil yang seperti diharapkan.
Sampah laut adalah sampah yang berasal dari daratan, badan air, dan
pesisir yang mengalir ke laut atau sampah yang berasal dari kegiatan di laut.
Sedangkan sampah plastik adalah sampah yang mengandung senyawa polimer.
Sampah plastik ini sudah menjadi komponen terbesar sampah laut (marine
debris). Sampah laut terdapat di semua habitat laut, mulai dari kawasan-kawasan
padat penduduk hingga lokasi-lokasi terpencil yang tak terjamah manusia; dari
pesisir dan kawasan air dangkal hingga palung-palung laut dalam. Kepadatan
sampah laut beragam dari satu lokasi ke lokasi lain, dipengaruhi oleh kegiatan-
kegiatan manusia, kondisi perairan atau cuaca, struktur dan perilaku permukaan
bumi, titik masuk, dan karakteristik fisik dari materi sampah.
Plastik, mencakup beragam materi polimer sintetis, termasuk jaring ikan,
tali, pelampung dan perlengkapan penangkapan ikan lain; barang-barang
konsumen keseharian, seperti kantong plastik, botol plastik, kemasan plastik,
mainan plastik, wadah tampon; popok; barang-barang untuk merokok, seperti
12
puntung rokok, korek api, pucuk cerutu; butir resin plastik; partikel plastik mikro.
Jenis-jenis sampah yang terdapat di laut yang biasa ditemukan adalah
sebagai berikut :
1. Logam, termasuk kaleng minuman, kaleng aerosol, pembungkus kertas timah
dan pembakar (barbeque) sekali pakai;
2. Gelas, termasuk botol, bola lampu;
3. Kayu olahan, termasuk palet, krat/peti, dan papan kayu;
4. Kertas dan kardus, termasuk karton, gelas, dan kantong;
5. Karet, termasuk ban, balon, dan sarung tangan;
6. Pakaian dan tekstil, termasuk sepatu, bahan perabot, dan handuk.
2.4.2. Mikroplastik
13
meter panjang pantai. Hasilnya ditemukan mikroplastik 0,08 per kg, yang berupa
busa styrofoam dan plastik.Di 46 lokasi lain di Laut Jawa, Kepulauan Seribu, dan
perairan Banten ditemukan tingkat cemaran plastik tinggi. Pencemaran sampah
plastik, baik makro maupun mikro, meluas di perairan Indonesia. Sejumlah
perairan yang diteliti oleh KKP ini antara lain Selat Bali, Selat Makassar, dan
Selat Rupat di Dumai. Lokasi lain yang diteliti meliputi perairan Taman Nasional
Taka Bonerate di Flores, Taman Nasional Bunaken, dan Taman Nasional Bali
Barat.Hasilnya semua lokasi tersebut tercemar mikroplastik, sekalipun perairan
dalam yang terisolasi seperti Laut Banda. Pencemaran mikroplastik di Bunaken
50.000-60.000 partikel per kilometer persegi (km2), Laut Sulawesi 30.000-40.000
partikel per km2, dan Laut Banda 5.000-6.000 partikel per km2. Ada empat jenis
plastik mikro ditemukan, meliputi plastik tipis, fragmen (bagian plastik hancur),
fiber (serat), dan pelet (bijih plastik atau butiran).
Sejumlah faktor telah diperkirakan sebagai penyebab banyaknya
mikroplastik yang ada di lingkungan perairan tawar. Beberapa di antaranya adalah
perbandingan populasi manusia dibandingkan dengan jumlah sumber air, letak
pusat perkotaan, waktu tinggal air, ukuran sumber air, jenis pengolahan limbah,
dan jumlah saluran pembuangan. Para peneliti mengatakan bahwa jumlah partikel
pelagis tinggi ditemukan dalam danau-danau dengan populasi manusia yang
rendah akibat waktu tinggal air yang tinggi dan ukuran danau yang besar. Mereka
juga mengatakan bahwa pola tersebut juga menjelaskan alasan danau-danau yang
lebih besar mengandung lebih sedikit mikroplastik pelagis, bila dibandingkan
dengan danau yang ukurannya lebih kecil namun densitas partikelnya lebih tinggi.
Di sisi lain, apabila kehadiran mikroplastik dihubungkan dengan pengolahan
limbah, para peneliti memprediksi bahwa banyaknya plastik yang dimanfaatkan
untuk suatu produk tertentu dapat dikaitkan dengan jumlah limbah mikroplastik
yang tidak dapat ditangkap oleh fasilitas pengolahan limbah sehingga mengapung
di perairan. Konsentrasinya juga mungkin bervariasi tergantung kedekatan
fasilitas pengolahan air limbah dengan wilayah tersebut.
Saran penelitian terhadap potensi dampak terhadap Manusia Dampak
mikroplastik (dari laut atau air tawar) pada manusia tidak didokumentasikan
dengan baik. Di bidang keamanan pangan misalnya, karena informasi yang
14
terbatas, ulasan pada literatur belum mampu menilai konsekuensi dari kehadiran
mikroplastik. Bagaimanapun, mikroplastik yang didokumentasikan dalam
jaringan bivalvia laut komersial; konsentrasi 0,36 ± 0.07SD dan 0,47 ± 0.16SD
partikel per gram dari jaringan lunak (berat basis basah) masing-masing terdeteksi
dalam kerang, M.edulis, diperoleh dari sebuah peternakan kerang di Jerman dan
dari tiram, Crassostrea gigas, yang dibeli di supermarket dan awalnya dipelihara
di Samudra Atlantik. Oleh karena itu penting untuk menyelidiki apakah
mikroplastik bisa memiliki potensi untuk memberikan efek baik langsung maupun
tidak langsung terhadap kesehatan manusia atau nilai ekonominya.
15
Gambar 2.5. Peroses Masuknya Bahan Pencemar Kelingkungan Laut
Bahan pencemar memasuki badan air melalui berbagai cara seperti
pembuangan limbah oleh industri, pertanian, domestik dan perkotaan, dan lain-
lain. Logam-logam di lingkungan perairan umumnya berada dalam bentuk ion.
Ion-ion tersebut ada yang berupa ion bebas, pasangan ion organik, ion-ion
kompleks dan bentuk-bentuk ion lainnya. Umumnya logam-logam yang terdapat
dalam tanah dan perairan dalam bentuk persenyawaan, seperti senyawa
hidroksida, senyawa oksida, senyawa karbonat dan senyawa sulfida. Senyawa-
senyawa itu sangat mudah larut dalam air.
Suatu perairan dikatakan memiliki tingkat polusi berat jika kandungan
logam berat dalam air dan organisme yang hidup di dalamnya cukup tinggi. Pada
tingkat polusi sedang, kandungan logam berat dalam air dan biota yang hidup di
dalamnya berada dalam batas marjinal. Sedangkan pada tingkat nonpolusi,
kandungan logam berat dalam air dan organisme yang hidup di dalamnya sangat
rendah, bahkan tidak terdeteksi.
16
Kontribusi besar sampah plastik berasal dari aktivitas masyarakat di darat
yang pada akhirnya terbawa ke laut. Jumlah plastik yang berasal dari daratan
ditengarai jauh lebih banyak dari pada yang berasal dari kegiatan di laut sendiri.
Kekhawatiran utama terhadap sampah plastik dikarenakan sifat plastik yang un-
degradable, dapat bertahan sangat lama di laut dan juga mengandung bahan
berbahaya dan beracun (B3). Hasil dari beberapa kajian telah mengindikasikan
bahwa plastik telah masuk ke rantai makanan karena plastik tersebut telah
dikonsumsi oleh ikan. Sebagai B3, maka upaya yang harus dilakukan adalah
untuk mencegah agar plastik tidak masuk ke perairan laut.
17
18
KESIMPULAN
4. Limbah padat merupakan buangan dari hasil- hasil industri yang tidak
terpakai lagi yang berbentuk padatan, lumpur maupun bubur yang
berasal dari suatu proses pengolahan, ataupun sampah yang dihasilkan
dari kegiatan-kegiatan industri, serta dari tempat- tempat umum.
19
DAFTAR PUSTAKA
Bahtiyar, A. Polusi Air Tanah Akibat Limbah Industri dan Rumah Tangga
Serta Pemecahannya. FMIPA Unpad. Bandung, 2007
Pembuangan
Limbah Cair di Wilayah Pesisir. Teknik Kelautan. ITS, Surabaya
Wardhana, W.A., 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi Offset
Yogyakarta, Jakarta
20