Anda di halaman 1dari 20

PENCEMARAN ESTUARI DAN LAUT

LIMBAH DOMESTIK DI LINGKUNGAN PESISIR DAN LAUT

KELOMPOK 1

1. ANMA JANUAR RIZKI (2010716110002)

2. EDY ZULKARNAIN (2010716210019)

3. MUHAMMAD IKHWAN NASOHA (2010716310004)

4. MUHAMMAD AKHIRUL IMAM (2010716310016)

5. ELVEINA AULIA (2010716220001)

6. DEA NABILLA (2010716220010)

7. AULIANI (2010716220027)

8. NAUFAL AZIZ WAHYUSENA (2210119810010)

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, dengan
batas kearah darat meliputi bagian daratan baik kering maupun terendam air yang
masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut. Dan laut
adalah kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi
dan membagi daratan atas benua atau pulau.
Pencemaran pesisir dapat disebabkan beberapa faktor diantaranya:
industri, limbah cair pemukiman (sewage), limbah cair perkotaan (urban
stormwater), pertambangan dan pelayaran (shipping). Sedangkan pencemaran
laut adalah hasil buangan aktivitas makhluk hidup yang masuk ke laut. Ada
berbagai sumber bahan pencemar yang dapat merusak laut dan dapat membunuh
kehidupan yang di laut. Seperti banyaknya ikan- ikan mati karena laut tempat
mereka hidup tidak sesuai kebutuhannya. Pencemaran laut yang terjadi di muara
sungai yang bersumber pada aktivitas kapal yang hampir setiap hari dan terdapat
aliran sunga yang menuju laut.

Limbah adalah bahan buangan tidak terpakai yang berdampak negatif


terhadap masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Atau dapat dikatakan
limbah adalah sisa produksi baik dari alam maupun hasil dari kegiatan manusia.
Sedangkan, limbah domestik atau lebih dikenal dengan istilah limbah rumah
tangga. Limbah ini dihasilkan dari sisa pembuangan makanan, sisa barang-
barang yang sudah tidak terpakai, air bekas mencuci atau mandi dan kotoran
yang berasal dari tubuh manusia (feses dan urin). Sejatinya limbah domestik
tidak berbahaya seperti limbah industri. Akan tetapi jika pembuangannya tidak
tepat bisa menjadi sumber penyakit bagi masyarakat.

5
1.2. Rumusan Masalah

Dalam latar belakang yang terdapat diatas, permasalahan yang nantinya


akan diselesaikan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh limbah cair domestik?
2. Bagaimana mengetahui limbah cair domestik?
3. Bagaimana outfall sebagai fasilitas alternatif pembuangan limbah cair?
4. Bagaimana pencemaran laut oleh limbah padat (sampah)?
5. Bagaimana dampak pembuangan sampah ke laut?
6. Bagaimana upaya penanggulangan pencemaran laut akibat sampah?

I.2 Tujuan dan Manfaat


Berdasarkan rumusan masalah di atas, berikut merupakan tujuan dari
pembuatan laporan diantaranya sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh limbah cair domestik.
2. Mengetahui limbah cair domestik.
3. Mengetahui outfall sebagai fasilitas alternatif pembuangan limbah cair.
4. Mengetahui pencemaran laut oleh limbah padat (sampah).
5. Mengetahui dampak pembuangan sampah ke laut.
6. Mengetahui upaya penanggulangan pencemaran laut akibat sampah.

6
II. PEMBAHASAN

2.1. Limbah Cair Domestik

Limbah cair dapat diartikan sebagai hasil buangan yang berbentuk cair
atau liquid. Limbah jenis ini dapat dihasilkan dari kegiatan atau proses di dalam
rumah tangga, industri, bahkan kegiatan atau proses di dalam pertambangan.
Limbah cair lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki
kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi,
limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa anorganik.

Gambar 2.1. Limbah Cair Domestik Yang Disebabkan Oleh Perusahaan Industri

Dapat dilihat pada gambar diatas menunjukkan limbah cair air limbah
ini umumnya dibuang melalui saluran got menuju sungai ataupun laut.
Terkadang dalam perjalanannya menuju laut, air limbah ini dapat mencemari
sumber air bersih yang dipergunakan oleh manusia. Dengan demikian
penanganan air limbah perlu mendapat perhatian serius. Selain dapat berbahaya
bagi kesehatan manusia, air limbah juga dapat mengganggu lingkungan, hewan,
keindahan alam.

2.2. Pengaruh Limbah Cair Domestik

Masuknya limbah cair domestik ke lingkungan perairan dapat


memberikan dampak terhadap kualitas perairan tersebut. Buruknya dampak yang

7
diberikan mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya. Planetary Notions
(2002) mengemukakan beberapa masalah yang dapat ditimbulkan oleh limbah
cair domestik secara umum, antara lain terhadap lingkungan, yakni terjadi
kerusakan secara ekologis, kesehatan manusia dan kerugian secara ekonomi.
Limbah cair domestik mengandung beragam kotoran yang terlarut
maupun yang tersuspensi (dissolved and suspended impurities). Materi organik
terutama berasal dari sisa-sisa makanan dan sayuran. Unsur hara dapat berasal
dari sabun berbahan kimia, sabun cuci dalam bentuk bubuk, dan sebagainya.
Limbah cair domestik juga mengandung mikroba penyebab penyakit, dan
berbagai substansi yang digunakan manusia untuk membersihkan rumah turut
menyumbang polusi air karena substansi tersebut mengandung bahan kimia yang
berbahaya.
Substansi-substansi tersebut mengandung fosfat yang umumnya
digunakan untuk melunakkan air. Semua kandungan yang bersifat kimiawi ini
mempengaruhi seluruh kehidupan di air (perairan).
Dampak limbah domestik terhadap lingkungan pesisir dan laut yaitu :
1. Lingkungan pantai yang dipenuhi sampah, selain merusak keindahan juga
dapat mempengaruhi kehidupan ekosistem.
2. Banyaknya sampah yang terapung, selain menimbukan bau yang tidak sedap
juga dapat menghalangi penetrasi cahaya yang masuk ke laut.
3. Air laut berubah warna dan dasar laut tertutupi sampah sehingga berpengaruh
pada kehidupan komunitas bentos.
4. Jika hal ini dibiarkan, tidak menutup kemungkinan laut kehilangan habitat
aslinya dan beberapa jenis makhluk hidup tidak mampu bertahan.
5. Masuknya beban pencemar organik akan menurunkan kualitas oksigen
terlarut, dengan demikian, kondisi perairan akan menjadi anoksik
(kekurangan oksigen) yang akan berdampak pada kematian ikan masal.

8
Gambar 2.2. Limbah Domestik Perairan Menyebabkan Kematian Ikan

Gambar 2.3. Limbah Padat di Laut Yang Disebabkan Oleh Aktivitas Manusia di
Daerah Pesisir

Material organik akan menyebabkan kelimpahan nutrient, dimana ketika


oksigen turun dan BOD naik, akan menghasilkan pengkayaan materi organik yang
disebut eutrofikasi. Eutrofikasi ini dapat berakibat meledaknya kelimpahan
plankton/algae (fitoplankton). Hal ini dapat mengakibatkan permukaan air laut
berubah warna, menjadi warna yang sesuai dengan pigmen plankton ini. Kejadian
ini biasanya dikenal sebagai Algae Blooms atau red tide, dimana beberapa
diantaranya memiliki kadar toksisitas yang cukup tinggi, untuk itu lebih dikenal
sebagai “Harmfull Algae Blooms (HABs)”. HABs dan Red tide juga merupakan
faktor terjadinya kematian ikan secara masal.
Dampak pencemaran yang paling sering dirasakan oleh masyarakat
diantaranya adalah dampak terhadap kesehatan. Timbunan sampah yang tidak
tertangani dapat menjadi tempat pembiakan penyakit. Diare, kolera, tifus
menyebar dengan cepat. Begitu juga dengan berbagai penyakit kulit yang
biasanya datang bersamaan dengan genangan air yang membawa limbah.

Dampak Ekonomi Penurunan kualitas lingkungan berbanding lurus


dengan penurunan nilai suatu wilayah. Kandungan logam berat di perairan
menjadikan beberapa jenis kerang dan ikan berbahaya untuk dikonsumsi dan tidak
layak jual. Selain itu, akibat tercemarnya perairan, hasil tangkapan nelayan
mengalami penurunan signifikan. Laut yang kotor dan dipenuhi sampah akan
menimbulkan keengganan para pengunjung untuk menjadikannya tempat tujuan

9
wisata, yang berarti mengurangi peluang pemasukan bagi masyarakat setempat.
Dampak sosial yang timbul bisa beragam. Diantaranya, bergesernya jati
diri masyarakat pesisir yang semula hidup sebagai nelayan menjadi pekerja
daratan seperti buruh, tukang bangunan, satpam, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan
kehidupan di laut sudah tidak menjanjikan, hasil tangkapan menurun akibat
pencemaran yang makin meluas. Kawasan pesisir juga dianggap kawasan kumuh
tempat bermuara seluruh sampah, sehingga menjadikan masyarakat pesisir
senantiasa merasa terbelakang dan terpinggirkan.

2.3. Outfall Sebagai Fasilitas Alternatif Pembuangan Limbah Cair

Pembuangan limbah kebadan sungai yang berlangsung lama


menimbulkan dampak besar pada wilayah estuari dan perairan laut yaitu
mengakibatkan perubahan lingkungan terhadap kualitas air oleh kandungan
limbah sehingga membawa dampak terhadap perubahan kehidupan dilingkungan
tersebut. Terjadinya penumpukan dan akumulasi limbah dengan konsentrasi yang
tinggi memberikan dampak yang besar terhadap kehidupan perairan laut di sekitar
muara sungai terutama pada tingkat kekeruhan air. Kekeruhan air membawa
dampak terhadap terhalangnya masuknya cahaya matahari yang mengganggu
proses rantai makanan yang membawa perubahan terhadap daur organisme.
Contohnya kandungan logam berat yang ada pada perairan. Kandungan logam
berat berdampak langsung terhadap perubahan kondisi fisik sungai dan estuari,
serta mahluk hidup yang mendiami wilayah tersebut. Proses rantai makanan
membawa dampak yang lebih buruk terhadap percepatan pencemaran mahluk
hidup dengan mengendapnya logam berat dalam tubuh mahluk hidup. Jumlah
limbah domestik yang sangat besar, dapat dilakukan dengan mengurangi beban
yang diterima oleh badan sungai dengan melakukan penanganan khusus atau
dengan penangan alternatif yaitu “Ocean Outfall”.
Outfall adalah ujung saluran yang ditempatkan pada sungai atau badan
air penerima. Pemanfaatan Ocean Outfall yaitu saluran pembuangan berupa pipa
yang ditanam menuju ketengah perairan laut dengan jarak tertentu untuk
mendapatkan kedalaman air tertentu. Kedalaman tertentu ini didapatkan dengan
mengukur arus laut disuatu wilayah pesisir sehingga dapat membantu proses

10
biokimia secara natural di laut (Mukhtasor, 2007:126)
Ocean outfall merupakan alternatif pembuangan limbah cair, khususnya
limbah yang mengandung bahan organik dan bakteri faecal coliform dalam
jumlah tinggi. Istilah ocean outfall dikemukakan oleh Charlton pada tahun 1987
untuk merujuk pada rekayasa perpipaan bawah laut yang digunakan untuk
membuang limbah cair dari daratan ke laut sehingga memungkinkan terjadinya
proses biokimia secara natural di laut. Selanjutnya bahan-bahan organik, nutrien,
dan bakteri yang terkandung di dalam limbah dapat terdegradasi oleh proses alami
tersebut (Mukhtasor, 2007). Sebelum dibuang ke laut, limbah diolah dengan
derajat pengolahan yang lebih rendah daripada persyaratan yang ditetapkan untuk
pengolahan di darat secara umum. Akibatnya biaya pengolahan menjadi lebih
murah. Hal ini dikarenakan, untuk memperoleh kriteria keamanan lingkungan
yang sama, ocean outfall memanfaatkan faktor alami laut untuk menurunkan
konsentrasi limbah selain pengolahan di daratan.
Faktor alam yang dimanfaatkan untuk memproses kandungan limbah
tersebut adalah konsentrasi oksigen terlarut, kecepatan arus dam kondisi
gelombang, kedalaman air laut, difusi molekul dan turbulensi, serta energi
matahari (yang digunakan dalam proses biokimia) di lapisan atas air laut. Di
samping itu, proses pengurangan konsentrasi limbah dapat ditingkatkan dengan
perancangan bentuk dan jenis diffuser (pipa penyebar aliran limbah) serta tata
letaknya sesuai dengan kondisi dinamika lingkungan laut dan kuantitas limbah
yang hendak ditangani.

Gambar 2.4. Alternatif Pembuangan Limbah Cair Perkotaan Ocean Outfall


Sistem ini dapat mengurangi kandungan limbah dalam jumlah yang

11
lebih banyak daripada sistem pengolahan limbah di darat, baik untuk parameter
BOD, padatan tersuspensi, maupun coliform. Hal ini terutama karena disebabkan
oleh proses alami di laut yang berperan besar dalam menurunkan kadar polutan.
Selain itu, sistem ini dapat meminimalkan persoalan lahan, lumpur, bau, dan
berlebihnya nutrien, terutama di daerah perkotaan. Namun demikian, seperti
layaknya semua jenis teknologi, ocean outfall juga tidak bisa menghilangkan
limbah secara tuntas. Seluruh rekayasa ini diarahkan untuk menghasilkan
teknologi efektif dengan biaya yang murah. Keberhasilan dari pelaksanaan
teknologi ini tergantung pada perhitungan yang cermat terkait dengan kondisi
perairan laut, kecepatan arus laut dan perancangan yang baik sehingga dapat
memberikan hasil yang seperti diharapkan.

2.4. Pencemaran Laut Oleh Limbah Padat (Sampah)

Limbah adalah bahan pembuangan tidak terpakai yang berdampak


negatif bagi masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Limbah merupakan sisa
produksi, baik dari alam maupun hasil kegiatan manusia.

2.4.1. Marine Debris

Sampah laut adalah sampah yang berasal dari daratan, badan air, dan
pesisir yang mengalir ke laut atau sampah yang berasal dari kegiatan di laut.
Sedangkan sampah plastik adalah sampah yang mengandung senyawa polimer.
Sampah plastik ini sudah menjadi komponen terbesar sampah laut (marine
debris). Sampah laut terdapat di semua habitat laut, mulai dari kawasan-kawasan
padat penduduk hingga lokasi-lokasi terpencil yang tak terjamah manusia; dari
pesisir dan kawasan air dangkal hingga palung-palung laut dalam. Kepadatan
sampah laut beragam dari satu lokasi ke lokasi lain, dipengaruhi oleh kegiatan-
kegiatan manusia, kondisi perairan atau cuaca, struktur dan perilaku permukaan
bumi, titik masuk, dan karakteristik fisik dari materi sampah. 
Plastik, mencakup beragam materi polimer sintetis, termasuk jaring ikan,
tali, pelampung dan perlengkapan penangkapan ikan lain; barang-barang
konsumen keseharian, seperti kantong plastik, botol plastik, kemasan plastik,
mainan plastik, wadah tampon; popok; barang-barang untuk merokok, seperti

12
puntung rokok, korek api, pucuk cerutu; butir resin plastik; partikel plastik mikro.
Jenis-jenis sampah yang terdapat di laut yang biasa ditemukan adalah
sebagai berikut :
1. Logam, termasuk kaleng minuman, kaleng aerosol, pembungkus kertas timah
dan pembakar (barbeque) sekali pakai;
2. Gelas, termasuk botol, bola lampu;
3. Kayu olahan, termasuk palet, krat/peti, dan papan kayu;
4. Kertas dan kardus, termasuk karton, gelas, dan kantong;
5. Karet, termasuk ban, balon, dan sarung tangan;
6. Pakaian dan tekstil, termasuk sepatu, bahan perabot, dan handuk.

2.4.2. Mikroplastik

Ada 7 (tujuh) sumber utama mikroplastik di dunia berdasarkan laporan


dari International Union for Conservation of Nature (IUCN): Primary
Microplastics in the Oceans: a Global Evaluation of Sources, yaitu ban
kendaraan, bahan textile, cat kapal, cat marka jalan, produk kesehatan/pembersih,
pellets, dan limbah lainnya akibat pencucian atau pelapukan (misalnya sol sepatu,
debu rumah tangga, rumput buatan, penggunaan deterjen, dll).
Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian oleh Universitas Hassanudin pada
tahun 2015, menemukan 76 ikan dari 11 spesies terbukti 28% ikan yang diteliti
memakan micro-plastic ukuran 0.1 – 1.6 mm di Tempat Pemasaran Ikan (TPI)
Poutere, Makassar. Sedangkan penelitian di University California at Davis, telah
menemukan 64 ikan dari 12 spesies dan 12 kerang-kerangan terbukti 67% ikan
dan 25% kerang-kerangan yang diteliti memakan micro-plastic ukuran 0.3 – 5.9
mm di Pasar Ikan Halfmoon Bay, California.
Temuan plastik mikro pada ikan di TPI Poutere, Makassar menunjukkan
tingginya pencemaran plastik di laut kita. Riset terbaru, dilakukan Noir Primadona
Putra dari Departemen Kelautan Universitas Padjadjaran Bandung dan Agung
Yunanto dari Balai Riset dan Observasi Laut Denpasar, Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP). Penelitian cemaran sampah tersebut di lakukan di sekitar
Pulau Biawak, Indramayu, Jawa Barat. Total sampah dikumpulkan di pulau itu 68
kg yang dikumpulkan dari garis pantai sepanjang 655-meter atau 1 kg per 9,6-

13
meter panjang pantai. Hasilnya ditemukan mikroplastik 0,08 per kg, yang berupa
busa styrofoam dan plastik.Di 46 lokasi lain di Laut Jawa, Kepulauan Seribu, dan
perairan Banten ditemukan tingkat cemaran plastik tinggi. Pencemaran sampah
plastik, baik makro maupun mikro, meluas di perairan Indonesia. Sejumlah
perairan yang diteliti oleh KKP ini antara lain Selat Bali, Selat Makassar, dan
Selat Rupat di Dumai. Lokasi lain yang diteliti meliputi perairan Taman Nasional
Taka Bonerate di Flores, Taman Nasional Bunaken, dan Taman Nasional Bali
Barat.Hasilnya semua lokasi tersebut tercemar mikroplastik, sekalipun perairan
dalam yang terisolasi seperti Laut Banda. Pencemaran mikroplastik di Bunaken
50.000-60.000 partikel per kilometer persegi (km2), Laut Sulawesi 30.000-40.000
partikel per km2, dan Laut Banda 5.000-6.000 partikel per km2. Ada empat jenis
plastik mikro ditemukan, meliputi plastik tipis, fragmen (bagian plastik hancur),
fiber (serat), dan pelet (bijih plastik atau butiran). 
Sejumlah faktor telah diperkirakan sebagai penyebab banyaknya
mikroplastik yang ada di lingkungan perairan tawar. Beberapa di antaranya adalah
perbandingan populasi manusia dibandingkan dengan jumlah sumber air, letak
pusat perkotaan, waktu tinggal air, ukuran sumber air, jenis pengolahan limbah,
dan jumlah saluran pembuangan. Para peneliti mengatakan bahwa jumlah partikel
pelagis tinggi ditemukan dalam danau-danau dengan populasi manusia yang
rendah akibat waktu tinggal air yang tinggi dan ukuran danau yang besar. Mereka
juga mengatakan bahwa pola tersebut juga menjelaskan alasan danau-danau yang
lebih besar mengandung lebih sedikit mikroplastik pelagis, bila dibandingkan
dengan danau yang ukurannya lebih kecil namun densitas partikelnya lebih tinggi.
Di sisi lain, apabila kehadiran mikroplastik dihubungkan dengan pengolahan
limbah, para peneliti memprediksi bahwa banyaknya plastik yang dimanfaatkan
untuk suatu produk tertentu dapat dikaitkan dengan jumlah limbah mikroplastik
yang tidak dapat ditangkap oleh fasilitas pengolahan limbah sehingga mengapung
di perairan. Konsentrasinya juga mungkin bervariasi tergantung kedekatan
fasilitas pengolahan air limbah dengan wilayah tersebut.
Saran penelitian terhadap potensi dampak terhadap Manusia Dampak
mikroplastik (dari laut atau air tawar) pada manusia tidak didokumentasikan
dengan baik. Di bidang keamanan pangan misalnya, karena informasi yang

14
terbatas, ulasan pada literatur belum mampu menilai konsekuensi dari kehadiran
mikroplastik. Bagaimanapun, mikroplastik yang didokumentasikan dalam
jaringan bivalvia laut komersial; konsentrasi 0,36 ± 0.07SD dan 0,47 ± 0.16SD
partikel per gram dari jaringan lunak (berat basis basah) masing-masing terdeteksi
dalam kerang, M.edulis, diperoleh dari sebuah peternakan kerang di Jerman dan
dari tiram, Crassostrea gigas, yang dibeli di supermarket dan awalnya dipelihara
di Samudra Atlantik. Oleh karena itu penting untuk menyelidiki apakah
mikroplastik bisa memiliki potensi untuk memberikan efek baik langsung maupun
tidak langsung terhadap kesehatan manusia atau nilai ekonominya.

2.5. Dampak Pembuangan Sampah ke Laut

Kerusakan lingkungan perairan dapat disebabkan tertimbunnya limbah


dari kegiatan pertanian, peternakan maupun industrialisasi. Limbah-limbah
industri yang mengandung logam berat misalnya tidak dapat dengan mudah
didegradasi sehingga berdampak pada pencemaran lingkungan. Tak terkecuali
logam berat yang dibuang ke sungai. Sungai adalah salah satu sumber daya
perairan yang sangat penting. Peningkatan aktifitas manusia, seperti bidang
perindustrian maupun limbah rumah tangga yang dibuang ke sungai menyebabkan
terjadinya degradasi kualitas perairan sungai. Logam berat akan mencemari
perairan dan seluruh aspek yang memanfaatkan perairan tersebut.
Masuknya bahan-bahan pencemar tidak hanya berasal dari bahan
organik tetapi juga dari bahan anorganik yang bersifat toksik (beracun).
Masuknya bahan- bahan tersebut ke dalam ekosistem perairan akan
menimbulkan perubahan yang dapat mempengaruhi kelangsungan jidup biota
yang ada didalamnya. Perubahn ini juga mempengaruhi fungsi dan kegunaan air
menjadi tidak sesuai lagi dengan peruntukan semula.
Bila bahan pencemar masuk ke dalam lingkungan laut, maka bahan
pencemar ini akan mengalami tiga macam proses akumulasi (Hutagalung, 1991),
yaitu proses fisik, kimia dan biologis.

15
Gambar 2.5. Peroses Masuknya Bahan Pencemar Kelingkungan Laut
Bahan pencemar memasuki badan air melalui berbagai cara seperti
pembuangan limbah oleh industri, pertanian, domestik dan perkotaan, dan lain-
lain. Logam-logam di lingkungan perairan umumnya berada dalam bentuk ion.
Ion-ion tersebut ada yang berupa ion bebas, pasangan ion organik, ion-ion
kompleks dan bentuk-bentuk ion lainnya. Umumnya logam-logam yang terdapat
dalam tanah dan perairan dalam bentuk persenyawaan, seperti senyawa
hidroksida, senyawa oksida, senyawa karbonat dan senyawa sulfida. Senyawa-
senyawa itu sangat mudah larut dalam air.
Suatu perairan dikatakan memiliki tingkat polusi berat jika kandungan
logam berat dalam air dan organisme yang hidup di dalamnya cukup tinggi. Pada
tingkat polusi sedang, kandungan logam berat dalam air dan biota yang hidup di
dalamnya berada dalam batas marjinal. Sedangkan pada tingkat nonpolusi,
kandungan logam berat dalam air dan organisme yang hidup di dalamnya sangat
rendah, bahkan tidak terdeteksi.

2.6. Upaya Penanggulan Pencemaran Laut Akibat Sampah


Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki
kepentingan yang sangat besar di sektor kelautan. Keanekaragaman hayati dan
sumber daya yang dimiliki, seperti minyak dan gas, terumbu karang, mangrove,
flora dan fauna, merupakan sumber daya yang sangat berarti, tidak hanya bagi
Indonesia, tapi juga bagi dunia.

Namun demikian, keanekaragaman hayati dan sumber daya yang kita


miliki terancam oleh berbagai aktivitas pembangunan ekonomi dan aktivitas
masyarakat lainnya yang menyebabkan timbulnya pencemaran, kerusakan
lingkungan dan menurunnya fungsi ekosistem yang ada. Salah satu yang menjadi
keprihatinan berbagai pihak terhadap kondisi perairan laut global adalah adanya
pencemaran yang berasal dari sampah plastik. Di berbagai perairan di Indonesia,
sampah plastik masih cukup banyak ditemui baik yang berada di permukaan
maupun yang telah berada di bawah air.

16
Kontribusi besar sampah plastik berasal dari aktivitas masyarakat di darat
yang pada akhirnya terbawa ke laut. Jumlah plastik yang berasal dari daratan
ditengarai jauh lebih banyak dari pada yang berasal dari kegiatan di laut sendiri.
Kekhawatiran utama terhadap sampah plastik dikarenakan sifat plastik yang un-
degradable, dapat bertahan sangat lama di laut dan juga mengandung bahan
berbahaya dan beracun (B3). Hasil dari beberapa kajian telah mengindikasikan
bahwa plastik telah masuk ke rantai makanan karena plastik tersebut telah
dikonsumsi oleh ikan. Sebagai B3, maka upaya yang harus dilakukan adalah
untuk mencegah agar plastik tidak masuk ke perairan laut.

Untuk menanggulangi permasalahan terkait sampah marine plastic


debris, Indonesia telah melakukan beragam upaya pada tingkat nasional, regional
dan global. Sejak tahun 2015, Indonesia telah mengkampanyekan
ancaman marine plastic debris di tingkat global, dimana hal ini terefleksikan dari
posisi Indonesia sebagai co-sponsor resolusi resolusi Marine Plastic Debris and
Microplastic yang diusulkan oleh Norwegia pada pertemuan United Nations
Environment Assembly UNEA. Pada World Ocean Summit 2017 di Bali,
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi 70% sampah plastik di laut
pada tahun 2025. Sebagai tindak lanjut, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan
Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018, tentang penanganan sampah laut, dan
memuat Rencana Aksi Nasional 2018-2025 yang melibatkan berbagai
Kementerian/Lembaga dan Pemda. Sebagai tuan rumah pertemuan Our Ocean
Conference 2018, dari 22 Komitmen yang disampaikan oleh Indonesia, 5
diantaranyka merupakan komitmen terkait upaya penanggulangan sampah plastik
di laut.

17
18
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang di dapat pada makalah ini adalah


sebagai berikut:
1. Limbah cair domestik (domestic wastewater) adalah salah satu sumber
pencemaran yang menimbulkan dampak yang serius pada lingkungan
pesisir hasil buangan dari kegiatan rumah tangga (perumahan),
bangunan, perdagangan dan perkantoran.

2. Masuknya limbah cair domestik ke lingkungan perairan dapat


memberikan dampak terhadap kualitas perairan tersebut. Buruknya
dampak yang diberikan mempengaruhi organisme yang hidup
didalamnya. Beberapa masalah yang dapat ditimbulkan oleh limbah
cair domestik secara umum, antara lain terhadap lingkungan, yakni
terjadi kerusakan secara ekologis, kesehatan manusia dan kerugian
secara ekonomi.

3. Ocean outfall sebagai alternatif pembungan limbah cair berupa pipa


bawah laut yang digunakan untuk membuang limbah cair dari daratan
ke laut sehingga memungkinkan terjadinya proses biokimia secara
natural di laut.

4. Limbah padat merupakan buangan dari hasil- hasil industri yang tidak
terpakai lagi yang berbentuk padatan, lumpur maupun bubur yang
berasal dari suatu proses pengolahan, ataupun sampah yang dihasilkan
dari kegiatan-kegiatan industri, serta dari tempat- tempat umum.

5. Upaya pengendalian limbah domestik terhadap pesisir dan laut. Seperti


melakukan Penataan pesisir pantai mengambil peran penting dalam
penanggulangan limbah. Pengaturan dimana lokasi pemukiman,
kawasan indutri, maupun area pariwisata turut mendukung
pengambilan keputusan, dimana lokasi waste treatment sesuai
diletakkan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bahtiyar, A. Polusi Air Tanah Akibat Limbah Industri dan Rumah Tangga
Serta Pemecahannya. FMIPA Unpad. Bandung, 2007

Hutagalung, H.P. D. Setiapermana. SH. Riyono. 1997. Metode Analisa


Air Laut, Sediment Dan Biota. Buku kedua. Jakarta P30-LIPI. 182:
59-77. Peminat dan Ahli kehutanan.

Mukhtasor. 2007. Pencemaran pesisir dan laut. Jakarta: Pradnya


Paramita.
322hal.
Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Pradnya Paramita: Jakarta

Nurdini, A.J., Studi Peningkatan Kinerja Ocean Outfall pada

Pembuangan
Limbah Cair di Wilayah Pesisir. Teknik Kelautan. ITS, Surabaya
Wardhana, W.A., 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi Offset
Yogyakarta, Jakarta

20

Anda mungkin juga menyukai