TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran
Air merupakan salah satu sumber kekayaan alam yang dibutuhkan oleh mahluk hidup
untuk menopang kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, apabila air tidak dikelola dengan baik
maka dapat menimbulkan kerusakan maupun kehancuran bagi mahluk hidup (Syahdiash, 2008).
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau,
sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah
bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus
hidrologi. Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia. Pemanfaatan
terbesar danau, sungai, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air
minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi
sebagai objek wisata (Kristianto, 1995).
Menurut Undang – undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan
lingkungan hidup, yang dimaksud dengan pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya
mahluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan berubahnya tatanan
(komposisi) air oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya.
Air dapat tercemar oleh komponen-komponen anorganik, diantaranya berbagai logam berat
yang berbahaya. Komponen logam berat ini berasal dari kegiatan industri. Kegiatan industri yang
melibatkan penggunaan logam berat antara lain industri tekstil, pelapisaan logam, cat atau tinta
warna, percetakan, bahan agrokimia dll. Logam berat ternyata telah mencemari air, melebihi
batas yang berbahaya bagi kehidupan. Adanya logam berat dalam lingkungan perairan telah
diketahui dapat menyebabkan beberapa kerusakan pada kehidupan air. Di samping itu terdapat
fakta bahwa logam berat membunuh mikroorganisme. Hampir semua garam logam berat dapat
larut dalam air dan membentuk larutan sehingga tidak dapat dipisahkan dengan pemisahan fisik.
Seiring dengan peningkatan pertumbuhan penduduk, maka semakin meningkat pula usaha untuk
memenuhi berbagai kebutuhan yang mengikutinya. Sehingga semakin variatif pula aktivitas
manusia. Salah satunya aktivitas industri. Akan tetapi pertumbuhan industri ini memiliki efek
samping yang kurang baik. Sebab industri kecil tersebut pada umumnya membuang limbahnya
langsung ke selokan atau badan air tanpa pengolahan terlebih dahulu. Hal ini dapat
menyebabkan pencemaran air karena dalam limbah tersebut mengandung unsur toksik yang
tinggi ( Wisnu, 1995).
Macam limbah dari hasil kegiatan rumah tangga, industri, maupun kegiatan lainnya yang
dapat mencemari suatu perairan adalah:
a. Limbah Cair
Limbah cair merupakan gabungan atau campuran dari air dan bahan – bahan pencemar
yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi yang terbuang dari
sumber pertanian, sumber industri, dan sumber domestik (perumahan, perdagangan, dan
perkantoran), dan pada saat tertentu tercampur dengan air tanah, air permukaan, atau air
hujan. Limbah jenis ini dapat dihasilkan dari kegiatan atau proses di dalam rumah tangga,
industri, bahkan kegiatan atau proses di dalam pertambangan. Limbah cair lebih dikenal
sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai
ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah cair terdiri dari bahan kimia senyawa organik
dan senyawa anorganik. Limbah cair ini umumnya dibuang melalui saluran atau got menuju
sungai maupun laut. Terkadang dalam perjalanannya menuju laut, limbah cair ini dapat
mecemari sumber air bersih yang dipergunakan oleh manusia. Limbah cair ini bersumber dari
aktivitas manusia dan aktivitas alam, yang dapat dibedakan menjadi tiga yaitu limbah rumah
tangga, limbah industri dan limbah pertanian (Zain, 2005).
b. Detergen
Sebelum tahun 1965, detergen generasi awal muncul menggunakan bahan kimia
pengaktif permukaan (surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) ysng mampu menghasilkan
busa. Dikarenakan sifat ABS yang sulit diurai oleh mikroorganisme dipermukaan tanah,
menghasilkan limbah busa di sungai dan danau. Setelah 10 tahun dilakukan penelitian (1965),
ditemukan Linear Alkalybenzene Sulphonate (LAS) yang lebih ramah lingkungan. Bakteri
dapat lebih cepat menguraikan molekul LAS, sehingga tidak menghasilkan limbah busa. 15
LAS saat ini banyak digunakan sebagai surfaktan anionik yang sangat komersial. Akan tetapi,
walaupun surfaktan LAS dapat dibiodegradasi oleh lingkungan, sifat bidegradablenya
membutuhkan waktu yang lama untuk menguraikan (Matheson, 1996).
Menurut Maswan (2011) detergen mengandung bahan-bahan sebagai :
1. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung
berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Surfaktan ialah molekul organik
dengan bagian lifofilik dan bagian polar, yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan air
sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Surfaktan
membentuk bagian penting dari semua detergen komersial.
2. Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara
menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Bahan ini ditambahkan untuk
menyingkirkan ion kalsium dan magnesium (kesadahan) dari air pencuci. Pembangun dapat
melakukan hal ini lewat pengkelatan (pembentukan kompleks) atau lewat pertukaran ion-ion
ini dengan natrium. Pembangun juga meningkatkan pH untuk membantu emulsifikasi minyak
dan bufer terhadap perubahan pH. Pembangun yang paling lazim ialah natrium tripolifosfat
5-
(5Na+ P3O10 ), tetapi karena limbah fosfat dapat mencemari lingkungan, jumlah yang 16
digunakan dibatasi oleh peraturan; baru-baru ini, natrium sitrat, natrium karbonat, dan natrium
silikat mulai menggantikan natrium tripolifosfat sebagai pembangun.
3. Zeolit (natrium aluminosilikat) digunakan sebagai penukar ion, terutama untuk ion kalsium.
4. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan Detergen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat.
5. Bahan antiredeposisi (antiedeposition agent) ialah senyawa yang ditambahkan ke detergen
pakaian untuk mencegah pengendapan kembali kotoran pada pakaian. Contoh yang paling
lazim ialah selulosa eter atau ester.
6. Aditif adalah bahan suplemen atau tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya
pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci
Detergen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim,
Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
c. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaianya, dalam proses alam
sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk yang dihasilkan setelah dan
selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia
didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya.
Berdasarkan sumbernya :
1) Sampah alam
2) Sampah manusia
3) Sampah konsumsi
4) Sampah nuklir
5) Sampah industri
6) Sampah pertambangan
Berdasarkan sifatnya :
1) Sampah organik dapat diurai (degradable) Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah
membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini
dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos
2) Sampah anorganik tidak terurai (undegradable) Sampah Anorganik, yaitu sampah yang
tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik
mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat
dijadikan sampah 11 komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk
lainnya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus
makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran,
HVS, maupun karton.
d. Limbah Bahan Makanan Limbah bahan makanan pada dasarnya bersifat organik yang sering
menimbulkan bau busuk yang menyengat hidung dan dapat didegradasi oleh mikroorganisme.
Apabila limbah bahan makanan mengandung protein, maka pada saat didegradasi oleh
mikroorganisme akan terurai menjadi senyawa yang mudah menguap dan menimbulkan bau
busuk.
e. Limbah Organik Limbah organik biasanya dapat membusuk atau terdegradasi oleh
mikroorganisme. Oleh karena itu, bila limbah industri terbuang langsung ke air lingkungan
akan menambah populasi mikroorganisme di dalam air. Bila air lingkungan sudah tercemar
limbah organik berarti sudah terdapat cukup banyak mikroorganisme di dalam air, maka tidak
tertutup kemungkinan berkembangnya bakteri patogen.
f. Limbah Anorganik Limbah anorganik biasanya tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi
oleh mikroorganisme. Limbah anorganik pada umumnya berasal dari industri yang
menggunakan unsur-unsur logam seperti Arsen (As), Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Krom
(Cr), Kalsium (Ca), Nikel (Ni), Magnesium (Mg), Air Raksa (Hg), dan lain-lain. Industri yang
mengeluarkan limbah anorganik seperti industri electroplating, industri kimia, dan lain-lain.
Bila limbah anorganik langsung dibuang di air lingkungan, maka akan terjadi peningkatan
jumlah ion logam di dalam air. Ion logam yang berasal dari logam berat, bila terbuang ke air
lingkungan sangat berbahaya bagi kehidupan khususnya manu
Menurut Darmano (1995), pencemaran air terdiri dari bermacam-macam jenis, antara lain:
a. Pencemaran Mikroorganisme dalam Air
Berbagai kuman penyebab penyakit pada makhluk hidup seperti bakteri, virus,
protozoa, dan parasit sering mencemari air. Kuman yang masuk ke dalam air tersebut
berasal dari buangan limbah rumah tangga maupun buangan dari industri peternakan,
rumah sakit, tanah pertanian dan lain sebagainya. Pencemaran dari kuman penyakit ini
merupakan penyebab utama terjadinya penyakit pada orang yang terinfeksi. Penyakit yang
disebabkan oleh pencemaran air ini disebut water-borne disease dan sering ditemukan
pada penyakit tifus, kolera, dan disentri.
b. Pencemaran Air oleh Bahan Anorganik Nutrisi Tanaman
Penggunaan pupuk nitrogen dan fosfat dalam bidang pertanian telah dilakukan sejak
lama secara meluas. Pupuk kimia ini dapat menghasilkan produksi tanaman yang tinggi
sehingga menguntungkan petani. Tetapi dilain pihak, nitrat dan fosfat dapat mencemari
sungai, danau, dan lautan. Sebetulnya sumber pencemaran nitrat ini tidak hanya berasal
dari pupuk pertanian saja, karena di atmosfer bumi mengandung 78% gas nitrogen . Pada
waktu hujan dan terjadi kilat dan petir, di udara akan terbentuk amoniak dan nitrogen
terbawa air hujan menuju permukaan tanah. Nitrogen akan bersenyawa dengan komponen
yang kompleks lainnya.
c. Pencemar Bahan Kimia Anorganik
Bahan kimia anorganik seperti asam, garam dan bahan toksik logam lainnya seperti timbal
(Pb), kadmium (Cd), merkuri (Hg) dalam kadar yang tinggi dapat menyebabkan air tidak
enak diminum. Disamping dapat menyebabkan matinya kehidupan air seperti ikan dan
organisme lainnya, pencemaran bahan tersebut juga dapat menurunkan produksi tanaman
pangan dan merusak peralatan yang dilalui air tersebut (karena korosif).
d. Pencemar Bahan Kimia Organik
Bahan kimia organik seperti minyak, plastik, pestisida, larutan pembersih, detergen dan
masih banyak lagi bahan organik terlarut yang digunakan oleh manusia dapat
menyebabkan kematian pada ikan maupun organisme air lainnya. Lebih dari 700 bahan
kimia organik sintetis ditemukan dalam jumlah relatif sedikit pada permukaan air tanah
untuk diminum di Amerika, dan dapat menyebabkan gangguan pada ginjal, gangguan
kelahiran, dan beberapa bentuk kanker pada hewan percobaan di laboratorium. Tetapi
sampai sekarang belum diketahui apa akibatnya pada orang yang mengkonsumsi air
tersebut sehingga dapat menyebabkan keracunan kronis.
Sumber Pencemaran air dapat ditandai oleh turunnya mutu, baik air daratan (sungai, danau,
rawa, dan air tanah) maupun air laut sebagai suatu akibat dari berbagai aktivitas manusia modern
saat ini sangat beragam sesuai karakteristiknya. Menurut Sunu (2001), adapun sumber
pencemaran air yaitu:
a. Pencemaran Air oleh Pertanian Air limbah pertanian sebenarnya tidak menimbulkan
dampak negatif pada lingkungan, namun dengan digunakannya fertilizer sebagai pestisida
yang kadang-kadang dilakukan secara berlebihan, sering menimbulkan dampak negatif
pada keseimbangan ekosistem air. Sektor pertanian juga dapat berakibat terjadinya
pencemaran air, terutama akibat dari penggunaan pupuk dan bahan kimia pertanian
tertentu seperti insektisida dan herbisida.
b. Pencemaran Air oleh Peternakan dan Perikanan Penanganan yang tidak tepat terhadap
kotoran dan sisa makanan ternak dapat berpotensi sebagai sumber pencemaran.
Karakteristik terhadap pencemaran air yang diakibatkan oleh kegiatan peternakan antara
lain: - Komposisi dan jumlah kotoran ternak bervariasi tergantung pada tipe, jumlah dan
metode pemberian makan dan penyiramannya. - Tingkat pencemaran sangat bervariasi
tergantung pada lokasi lahan yang digunakan untuk peternakan, sistem dan skala operasi
serta tingkat teknik pengembangbiakan.
c. Pencemaran Air oleh Industri Air limbah industri cenderung mengandung zat berbahaya,
oleh karena itu harus dicegah agar tidak dibuang ke saluran umum. Karakteristik
pencemaran air dari industri manufaktur antara lain: - Limbah cair - Industri makanan -
Industri tekstil - Industri pulp dan kertas - Industri kimia - Industri kulit - Industri
electroplating
d. Pencemaran Air oleh Aktivitas Perkotaan Aktivitas manusia di perkotaan memberikan
andil dalam menimbulkan pencemaran lingkungan yang tinggi. Ledakan jumlah
penduduk yang tidak terkendali mengakibatkan laju pencemaran lingkungan melampaui
laju kemampuan alam. Penyebab pencemaran air karena limbah perkotaan seperti air
limbah, kotoran manusia, limbah rumah tangga, limbah gas, dan limbah panas.
2.1.2. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan
merubah lingkungan tanah alami. Menurut Darmono (2001) menyatakan bahwa ada dua sumber
utama kontaminasi tanah yaitu kebocoran bahan kimia organik dan penyimpanan bahan kimia
dalam bunker yang disimpan dalam tanah, dan penampungan limbah industri yang ditampung
dalam suatu kolam besar yang terletak di atas atau di dekat sumber air tanah. Pencemaran tanah
biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial;
penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan;
kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat
penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak
memenuhi syarat (illegal dumping). Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari
permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah.
Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah.
Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau
dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya (Veegha, 2008).
Menurut Sadrach (2008) limbah industri yang bisa menyebabkan pencemaran tanah berasal
dari: pabrik, manufaktur, industri kecil, industri perumahan, bisa berupa limbah padat dan cair.
1. Limbah industri yang padat atau limbah padat yang adalah hasil buangan industri berupa
padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. Misalnya sisa pengolahan pabrik
gula, pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan buah, ikan daging dll.
2. Limbah cair yang adalah hasil pengolahan dalam suatu proses produksi, misalnya sisa-sisa
pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya. Tembaga, timbal, perak,
khrom, arsen dan boron adalah zat hasil dari proses industri pelapisan logam.
Limbah yang telah mencemari lingkungan akan membawa dampak yang merugikan
manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian secara langsung, apabila
pecemaran tersebut secara langsung dan cepat dapat dirasakan akibatnya oleh manusia. Kerugian
secara tidak langsung, apabila pencemaran tersebut mengakibatkan lingkungan menjadi rusak
sehingga daya dukung lingkungan terhadap kelangsungan hidup manusia menjadi menurun.
Kondisinya dapat lebih parah lagi apabila daya dukung lingkungan sudah tidak mampu lagi
menopang kebutuhan manusia, sehingga malapetaka bagi kehidupan manusia tidak terhindar.
Sebagai contoh adalah kesuburan tanah sangat menurun sehingga mengganggu sektor pertanian
yang berakibat menurunnya produksi pangan dan juga sumber air minum yang sehat sudah sulit
didapatkan sehingga masyarakat kekurangan air untuk kebutuhan hidup sehari-hari (Sunu, 2001).
Menurut Darmono (2001) pada dasarnaya kontaminasi logam dalam tanah bergantung pada:
1). Jumlah logam yang ada pada batuan tempat tanah terbentuk.
2). Jumlah mineral yang ditambahkan pada tanah sebagai pupuk.
3). Jumlah deposit logam dari atmosfer yang jatuh ke dalam tanah.
4). Jumlah yang terambil pada proses panen ataupun merembes ke dalam tanah yang lebih
dalam.
Sumber bahan pencemar tanah mempunyai hubungan erat dengan pencemaran udara
dan pencemaran air, makan sumber pencemar udara dan sumber pencemar air pada
umumnya juga merupakan sumber pencemar tanah. Sebagai contoh gas-gas oksida
karbon, oksida nitrogen, oksida belerang yang menjadi bahan pencemar udara yang larut
dalam air hujan dan turun ke tanah dapat menyebabkan terjadinya hujan asam sehingga
menimbulkan terjadinya pencemaran pada tanah. Air permukaan tanah yang
mengandung bahan pencemar misalnya tercemari zat radioaktif, logam berat dalam limbah
industri, sampah rumah tangga, limbah rumah sakit, sisa pupuk dan pestisida dari daerah
pertanian, limbah deterjen, akhirnya juga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran pada
tanah daerah tempat air permukaan ataupun tanah daerah yang dilalui air
permukaan tanah yang tercemar tersebut.
BAB III PEMBAHASAN
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan.
Kanisius, Yogyakarta.
Maswan, F. 2011. Bahan Kimia untuk Skala Rumah Tangga. Jakarta: PT. Gramedia.
Matheson, K. L. 1996. Surfactant Raw Materials : Classification, Synthesis and Uses. In : Spitz,
L. (Ed). Soap and Detergents : A Theoretical and Practical Review. AOCS Press, Champaign.
Illinois.
Sadrach, B. 2008. Pencemaran Tanah dan Dampaknya. Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Santoso, A. D. 2011. Kualitas Nutrien Perairan Teluk Hurun, Lampung. Jurnal Teknologi
Lingkungan, 7(2): pp. 140-144.
Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 1400. Jakarta: PT. Gramedia
Widia Sarana Indonesia.
Warlina, L. 2004. Pencemaran Air: Sumber, Dampak Dan Penanggulangannya. Bogor: IPB.