Strategi Pengendalian Pencemaran Lingkungan — Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali mengakibatkan
timbulnya persoalan lingkungan. Tuntutan ekonomi akan meningkat yang akan dijawab dengan peningkatan jumlah
produksi dan konsumsi. Cara termudah yang dilakukan adalah dengan mengeksploitasi alam. Akibatnya, terjadi
kerusakan alam dan manusia-lah yang akan merasakan akibat buruknya.
Dapat dilihat pada Undang-Undang nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dijelaskan bahwa
arah pembangunan jangka panjang Indonesia adalah pembangunan ekonomi dengan bertumpukan pada
pembangunan industri yang diantaranya menggunakan berbagai jenis bahan kimia dan zat radioaktif.
Disamping menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat, industrialisasi juga menimbulkan ekses,
antara lain dihasilkannya limbah yang apabila dibuang ke lingkungan akan dapat mengancam lingkungan
hidup itu sendiri, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,zat,energi dan atau
komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu
yang menyebabkan lingkungan tidak dapat berfungsi sesuai peruntukkannya (Undang-Undang Pengelolaan
Lingkungan Hidup Ps 1 angka 12)
1. Pencemaran Tanah
Definisi pencemaran tanah adalah : Masuknya limbah ke dalam tanah yang mengakibatkan fungsi tanah turun
(menjadi keras dan tidak subur) sehingga tidak mampu lagi mendukung aktivitas manusia.
Sumber-sumber pencemaran tanah dapat berasal dari domestik, industri maupun pertanian.
– limbah domestik misalnya buangan dapur yang mengandung minyak/lemak bila secara terus-menerus
dibuang ke media tanah akan menyebabkan pori-pori tanah tertutup dan tanah menjadi keras
– limbah industri yang belum diolah bila dibuang ke media tanah juga akan merusak tanah, misalnya
limbah pabrik tahu yang bersifat asam akan merusak tanah.
– Aktifitas pertanian berupa pemupukan dengan pupuk kimia buatan merupakan faktor terbesar yang
menyebabkan kerusakan struktur tanah pertanian.
Tercemarnya tanah pada akhirnya membawa dampak bagi manusia. Tanah pertanian yang telah mengalami
kerusakan (berubah struktur dan susunan kimiawinya) menjadi keras, produktifitas lahan pun akan menurun
(ditunjukkan dengan hasil panen yang semakin menurun dari tahun ke tahun)
2. Pencemaran air
Masuknya limbah ke dalam air yang mengakibatkan fungsi air turun sehingga tidak mampu lagi mendukung
aktifitas manusia dan menyebabkan timbulnya masalah penyediaan air bersih. Bagian terbesar yang
menyebabkan pencemaran air adalah limbah cair dari industri,di samping limbah padat berupa sampah
domestik.
Sumber-sumber Pencemaran Air
Pencemaran air akibat kegiatan manusia tidak hanya disebabkan oleh limbah rumah tangga, tetapi juga oleh
limbah pertanian dan limbah industri. Semakin meningkatnya perkembangan industri, dan pertanian saat
ini, ternyata semakin memperparah tingkat pencemaran air, udara, dan tanah. Pencemaran itu disebabkan
oleh hasil buangan dari kegiatan tersebut.
Pencemaran air pada dasarnya terjadi karena air limbah langsung dibuang ke badan air ataupun ke tanah
tanpa mengalami proses pengolahan terlebih dulu, atau proses pengolahan yang dilakukan belum memadai.
Pengolahan limbah bertujuan memperkecil tingkat pencemaran yang ada agar tidak membahayakan lingkungan
hidup.
pencemar lainnya. Limbah rumah tangga akan mencemari selokan, sumur, sungai, dan lingkungan sekitarnya.
bekas, dll.). Di antara limbah tersebut ada yang mudah terurai yaitu sampah organik dan ada pula yang
tidak dapat terurai. Limbah rumah tangga ada juga yang memiliki daya racun tinggi, misalnya sisa obat,
baterai bekas, air aki. Limbah-limbah tersebut tergolong bahan berbahaya dan beracun (B3).
Tinja, air cucian, limbah kamar mandi dapat mengandung bibit-bibit penyakit atau pencemar biologis
(seperti bakteri, jamur, virus, dan sebagainya) yang akan mengikuti aliran air.
c. Limbah Pertanian
Limbah pertanian berupa sisa, tumpahan ataupun penyemprotan yang berlebihan misalnya dari pestisida dan
herbisida. Begitu juga pemupukan yang berlebihan. Limbah pestisida dan herbisida mempunyai sifat kimia
yang stabil, yaitu tidak terurai di alam sehingga zat tersebut akan mengendap di dalam tanah, dasar
sungai, danau serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme-organisme yang hidup di dalamnya.
Pada pemakaian pupuk buatan yang berlebihan akan menyebabkan eutrofikasi pada badan air/perairan terbuka
air. Kemampuan ini ada batasnya. Oleh karena itu perlu diupayakan untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran air. Untuk mengatasi pencemaran air dapat dilakukan usaha preventif, misalnya dengan tidak
membuang sampah dan limbah industri ke sungai. Kebiasaan membuang sampah ke sungai dan disembarang tempat
hendaknya diberantas dengan memberlakukan peraturan-peraturan yang diterapkan di lingkungan masing-masing
secara konsekuen. Sampah-sampah hendaknya dibuang pada tempat yang telah ditentukan.
Masyarakat di sekitar sungai perlu merubah perilaku tentang pemanfaatan sungai agar sungai tidak lagi
dipergunakan sebagai tempat pembuangan sampah dan tempat mandi-cuci-kakus (MCK). Peraturan pembuangan
limbah industri hendaknya dipantau pelaksanaannya dan pelanggarnya dijatuhi hukuman. Limbah industri
hendaknya diproses dahulu dengan teknik pengolahan limbah, dan setelah memenuhi syarat baku mutu air buangan
baru bisa dialirkan ke selokan-selokan atau sungai. Dengan demikian akan tercipta sungai yang bersih dan memiliki
fungsi ekologis.
Selain itu, sudah saatnya diupayakan pembuatan kolam pengolahan air buangan (air cucian, air kamar mandi, dan
lain-lain) secara kolektif, agar limbah tersebut tidak langsung dialirkan ke selokan atau sungai.
Untuk limbah industri dilakukan dengan mengalirkan air yang tercemar ke dalam beberapa kolam kemudian
dibersihkan, baik secara mekanis (pengadukan), kimiawi (diberi zat kimia tertentu) maupun biologis (diberi bakteri,
ganggang atau tumbuhan air lainnya). Pada kolam terakhir dipelihara ikan untuk menguji kebersihan air dari polutan
yang berbahaya. Reaksi ikan terhadap kemungkinan pengaruh polutan diteliti.
Dengan demikian air yang boleh dialirkan keluar (selokan, sungai dll.) hanyalah air yang tidak tercemar.
Salah satu contoh tahap-tahap proses pengolahan air buangan adalah sebagai berikut:
a) Proses penanganan primer, yaitu memisahkan air buangan dari bahan-bahan padatan yang mengendap atau
mengapung.
b) Proses penanganan sekunder, yaitu proses dekomposisi bahan-bahan padatan secara biologis
c) Proses pengendapan tersier, yaitu menghilangkan komponen-komponen fosfor dan padatan tersuspensi,terlarut
atau berwarna dan bau. Untuk itu bisa menggunakan beberapa metode bergantung pada komponen yang
ingin dihilangkan.
– Pengendapan, yaitu cara kimia penambahan kapur atau metal hidroksida untuk mengendapkan fosfor.
– Adsorbsi, yaitu menghilangkan bahan-bahan organik terlarut, berwarna atau bau.
– Elektrodialisis, yaitu menurunkan konsentrasi garam-garam terlarut dengan menggunakan tenaga
listrik
– Osmosis, yaitu mengurangi kandungan garam-garam organik maupun mineral dari air
– Klorinasi, yaitu menghilangkan organisme penyebab penyakit
Tahapan proses pengolahan air buangan tidak selalu dilakukan seperti di atas, tetapi bergantung pada jenis limbah
yang dihasilkan. Hasil akhir berupa air tak tercemar yang siap dialirkan ke badan air dan lumpur yang siap dikelola
lebih lanjut. Berdasarkan penelitian, tanaman air seperti enceng gondok dapat dimanfaatkan untuk menyerap bahan
pencemar di dalam air.
3. Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuknya limbah ke dalam udara yang mengakibatkan fungsi udara turun sehingga tidak
mampu lagi mendukung aktifitas manusia. Pencemaran udara disebabkan oleh partikel debu,asap kendaraan dan dari
cerobong asap industri dan gas kimia dari industri kimia.
a. Pencemaran dari sumber bergerak, misalnya disebabkan oleh emisi dari kendaraan bermotor, terutama bila
pembakaran dalam mesin kendaraan tersebut sudah tidak efisien.
b. Pencemaran dari sumber tidak bergerak, misalnya asap dari sisa pembakaran pabrik.
Pencemaran udara dapat menimbulkan berbagai dampak antara lain:
Gangguan kesehatan
• Debu dari pabrik (mis : pabrik semen) dapat terhirup manusia dan menimbulkan penyakit pneumokoniosis/ sesak
napas.
• Gas-gas emisi kendaraan bermotor maupun carobong pabrik (misalnya karbondioksida,
metan,klorofluorokarbon, oksida nitrogen, dsb) akan menimbulkan penipisan lapisan ozon/ozone depleting.
• Gas-gas asam misalnya asam sulfat, asam klorida dan asam nitrat dapat menimbulkan terjadinya hujan asam/acid
rain.
menangkap debu.
• Menggalakkan penghijauan untuk menyerap/mengkonversi zat pencemar.
Beberapa fakta terjadinya penurunan kualitas lingkungan di Kabupaten Bondowoso Meskipun merupakan kota kecil
dan jumlah industri tidak terlalu banyak, Bondowoso tidak luput dari masalah penurunan kualitas lingkungan antara
lain:
• Pencemaran koliform (bakteri tinja) di Hilir Sungai Sampean mencapai 500 MPN/100 ml (MPN: Most Probable
Number) Sumber : Yana Suryana dan Sumadi dalam Seminar Kualitas Air di Kabupaten Bondowoso,Tahun 2003.
• Tingginya kadar BOD,COD,TDS, Phospat, dll. di beberapa titik sungai Sampean . Sumber : sampling
dan analisa tahunan oleh Kantor Lingkungan Hidup Tahun 2007
• Gangguan estetis berupa bau, busa maupun perubahan warna dan kekeruhan pada sepanjang kali Kijing.
Sumber : Laporan Observasi peserta susur sungai Hari LH sedunia Th 2003.
Berbagai upaya pengendalian pencemaran melalui berbagai Program / Kegiatan, antara lain:
– Program pengembangan kinerja persampahan
– Program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan;
Kegiatan:
– Koordinasi penilaian kota sehat/adipura
– Pemantauan kualitas lingkungan
– Pengawasan pelaksanaan kebijakan bidang lingkungan hidup
– Pembangunan gedung laboratorium lingkungan
– Program peningkatan pengendalian polusi
– Sosialisasi untuk penyadaran masyarakat, misalkan melalui edukasi publik.
Pencemaran Air, Udara dan Tanah
Pencemaran air, udara dan tanah merupakan permasalahan lingkungan hidup yang tidak bisa dihindari
Kota Surabaya sebagai dampak berbagai aktivitas kota metropolitan yang semakin meningkat.
Pencemaran air meliputi pencemaran air sungai dan air bersih (air sumur). Kondisi air sungai di Surabaya
ternyata belum memenuhi baku mutu air sesuai Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 maupun
Perda Kota Surabaya No. 2 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air (hasil pemantauan Badan Lingkungan Hidup, 2009). Sedangkan penentuan kualitas air
bersih (air sumur) berdasarkan parameter dari Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang
syarat-syarat dan pengawasan kualitas air.
Kualitas air bersih Kota Surabaya selama 3 tahun terakhir (2007-2009) digambarkan pada bar-chart di
atas. Dari hasil uji laboratorium Badan Lingkungan Hidup, air bersih Kota Surabaya yang masih
memenuhi baku mutu pada tahun 2007 mencapai 93,6% dan tahun 2008 mencapai 97,5%. Sedangkan
pada tahun 2009 air bersih yang masih memenuhi baku mutu hanya mencapai 58,2% (dari 428 sampel
yang diambil dan diuji, 249 sampel masih memenuhi baku mutu kualitas air bersih dan 179 sampel sudah
tidak memenuhi baku mutu). Diperoleh fakta bahwa kualitas air bersih Kota Surabaya antara tahun 2008
ke tahun 2009 mengalami penurunan kualitas yang sangat drastis.
Dalam upaya meningkatkan kualitas air di perairan Kota Surabaya perlu diketahui gambaran awal beban
pencemaran yang ditimbulkan akibat aktifitas kegiatan usaha yang berpotensi menghasilkan air limbah di
saluran drainase kota yang akhirnya akan bermuara di badan air sungai. Beban pencemaran air limbah
dari suatu kegiatan usaha dapat diukur dari konsentrasi kadar BOD, COD dan TSS.
Untuk menurunkan beban pencemaran perairan diharapkan semua kegiatan usaha yang berpotensi
menghasilkan air limbah melakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran drainase
kota. Melalui kegiatan pengawasan dan pengendalian dampak lingkungan, kegiatan usaha yang
menghasilkan air limbah di kota Surabaya sampai akhir tahun 2009, prosentase penurunan beban BOD
per tahun telah menurun sampai 41,63 %, prosentase penurunan beban COD per tahun menurun sampai
59,90 % dan prosentase penurunan beban TSS per tahun menurun sampai 46,57 %.
Selain penurunan kualitas air, kualitas udara di Kota Surabaya dari tahun ke tahun juga mengalami
penurunan. Hal ini dibuktikan dari hasil monitoring udara ambient oleh Badan Lingkungan Hidup Kota
Surabaya.
Dari tabel diketahui bahwa jumlah hari dengan kualitas udara baik di Kota Surabaya tiap tahun
keadaannya naik turun, yaitu 26 hari pada tahun 2006, naik menjadi 60 hari tahun 2007, kemudian naik
lagi menjadi 86 hari tahun 2008. Akan tetapi pada tahun 2009 jumlah hari dengan kualitas udara baik
menurun sangat drastis, hanya 24 hari (menurun 28% dari tahun sebelumnya). Sebaliknya, jumlah hari
dengan kualitas udara tidak sehat hampir stagnan mulai tahun 2006-2008 (masing-masing 5 hari, 5 hari,
dan 8 hari). Sedangkan pada tahun 2009, jumlah hari dengan kualitas udara tidak sehat melonjak
menjadi 30 hari. Jadi terjadi lompatan kondisi udara yang buruk antara tahun 2008 dan 2009 yang sangat
mengkhawatirkan. Bagan penurunan kualitas udara ambient Kota Surabaya 4 tahun terakhir (2006-2009)
digambarkan pada gambar 3.2. berikut ini.
Dari hasil pemantauan kualitas udara selama tahun 2006-2009, telah terjadi kecenderungan penurunan
parameter dominan pada PM10 dan CO, sedangkan O3 dan SO2 cenderung naik. Hal ini dipicu oleh
tingginya suhu udara. Dengan bantuan sinar ultraviolet, NOX (Oksida Nitrogen) bereaksi dengan HC
(Hidrokarbon) dari emisi gas buang kendaraan bermotor yang akan memicu pelepasan radikal bebas
atom O (reaksi photochemical) yang selanjutnya berikatan dengan O2 membentuk O3.
Salah satu cara untuk mengatasi pencemaran udara adalah dengan:
Meningkatkan kesadaran masyarakat dan swasta untuk ikut berperan aktif dalam pengelolaan lingkungan
hidup.
Memperbaiki managemen lalu lintas menuju transportasi berkelanjutan yang bverwawasan lingkungan.
Memperketat pelaksanaan uji emisi gas buang kendaraan bermotor.
Memperbanyak Ruang Terbuka Hijau terutama tanaman penyerap polutan.
Mendorong pemerintah pusat untuk menyediakan bahan bakar yang ramah lingkungan.
Langkah lain untuk mengurangi pencemaran udara adalah dengan mengurangi emisi cerobong yang
berasal dari sumber tidak bergerak yang berasal dari kegiatan usaha/industry. Dalam melakukan
pengendalian pencemaran udara yang berasal dari sumber tidak bergerak terlebih dahulu dilakukan
inventarisasi kegiatan usaha yang menghasilkan sumber emisi yang berpotensi menyebabkan
pencemaran udara. Pemantauan yang terus menerus dalam rangka kegiatan pengawasan dan
pengendalian dampak lingkungan terhadap kegiatan usaha yang berpotensi menghasilkan emisi
cerobong dapat menggambarkan tingkat ketaatan usaha terhadap ketentuan peraturan dalam
pengendalian pencemaran udara. Hasil pemantauan sampai akhir tahun 2009, prosentase kegiatan
industri yang memenuhi ketentuan persyaratan baru mencapai 29,4 % dari jumlah kegiatan usaha yang
berpotensi mencemari udara.
Selain pencemaran air dan udara, satu lagi pencemaran yang mengancam kelangsungan kehidupan
Kota Surabaya adalah pencemaran tanah. Pencemaran tanah selain disebabkan karena kondisi air tanah
yang sudah tercemar, juga disebabkan oleh aktivitas manusia, yaitu rendahnya kesadaran masyarakat
dalam pemeliharaan lingkungan terutama masalah sanitasi.
Saat ini pengolahan limbah manusia di Kota Surabaya masih mengandalkan septictank yang sulit diawasi
persyaratannya. Secara umum, efisiensi pengolahan dengan metode septictank hanya 60-70%.
Sehingga hasil pengolahan yang dialirkan ke lingkungan melalui tanah belum 100% aman dari zat-zat
dan kuman yang membahayakan. Dengan jumlah penduduk kota yang hampir mencapai 3 juta jiwa, dan
penduduk siang yang jumlahnya lebih tinggi lagi, maka dapat dibayangkan jumlah zat pencemar yang
dibuang ke air dan tanah tiap harinya terus makin banyak. Jumlah zat pencemar akan lebih besar jika
ditambah dari limbah industri yang belum diolah dengan baik yang tidak diperhatikan. Berdasarkan hasil
uji laboratorium terhadap sampel tanah pada tahun 2009, kondisi tanah di Kota Surabaya yang masih
memenuhi baku mutu sekitar 80%
Mardiana, Hayya
Pembimbing: Prof.Dr.dr. Adi Heru Sutomo, M.Sc
ABSTRACT : The study is conducted at the Center of Tofu Industry, Trimurti, Subdistrict of Srandakan, Bantul. There
are as many as 47 tofu producers. Waste disposed from the production process is not managed as it should be and it
is just retained in holes around the densely populated housing which may pollute water in the surrounding. The
objective of the study was to observe deteriorating groundwater, quality of water caused by the disposal of tofu liquid
waste, to study the effect of groundwater quality deterioration and concerns as well effort of the community in
overcoming tofu industry liquid waste. Data needed were primary and secondary data. Primary data consisted of
identification of pollution obtained from observation in the field and the laboratory such as groundwater quality
using parameters of nitrate, nitric, organic compound, pH, temperature and colour. These were present in tofu
industry liquid waste. Secondary data were obtained from literature study. Data were analyzed descriptively by
comparing the result of laboratory test and the Regulation of Governor DIY., No. 214/KPTS/1991 on the Standard
Quality of Area Environment for the Region of province DIY. The result of the study showed that there was
groundwater pollution caused by the disposal of tofu industry waste; groundwater pollution was affected by distance
between the source of pollutant and wells; the further the distance the better the quality of groundwater was. This
was indicated from the result of the study from aspect of distance. At 5 meters distance chemical contents of nitrate
and organic compound were greater than at 10 and 15 meters distance, or when compared to control wells. In
general, concerns of tofu producers and the community living nearby were still relatively low. The result of
observation and interview revealed that when there was a change on groundwater quality, as much as 4.26% made
new wells; 21.27% ignored the pollution and 74.47% made new holes for waste disposal. Tofu producers had less
concern for building waste water processing installation due to greater cost than income. Waste processing
installations available were aids from institutions such as universities, non government organizations and government
institutions and they did not function well. Keywords: environmental damage, tofu industry, quality of groundwater
INTISARI : Penelitian ini dilakukan di Sentra Industri Tahu Desa Trimurti Kecamatan Srandakan Kabupaten Bantul.
Saat ini tercatat sebanyak 47 pengrajin tahu beroperasi dalam setiap harinya. Limbah cair yang dihasilkan dari
kegiatan tersebut tidak di kelola sebagaimana mestinya dan hanya di buang pada lubang-lubang galian disekitar
halaman rumah yang padat pemukiman penduduk, dan berpotensi terhadap terjadinya pencemaran pada air sumur
sekitarnya. Tujuannya adalah mengkaji penurunan kualitas air tanah akibat pembuangan limbah cair industri tahu,
mengkaji pengaruh penurunan kualitas air tanah akibat pembuangan limbah cair industri tahu serta mengkaji
kepedulian dan usaha masyarakat dalam mengatasi limbah cair dari kegiatan industri tahu. Data yang diperlukan
merupakan data primer dan sekunder. Data primer berupa identifikasi pencemaran, diperoleh dari hasil pengamatan
di lapangan dan di laboratorium. Data primer meliputi data tentang kualitas air tanah dengan parameter Nitrat, Nitrit,
Zat Organik, pH, Suhu dan Warna. Parameter ini merupakan kandungan yang terdapat pada limbah cair industri tahu.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari studi literatur. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif yaitu hasil uji laboratorium dibandingkan dengan Keputusan Gubernur DIY., Nomor 214/KPTS/1991 tentang
Baku Mutu Lingkungan Daerah untuk Wilayah propinsi DIY. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa telah terjadi
pencemaran air tanah akibat pembuangan limbah industri tahu, pencemaran air tanah dipengaruhi oleh jarak antara
sumber pencemar dengan sumur penduduk, semakin jauh jarak sumur dengan kegiatan sentra industri tahu, kualitas
air tanahnya semakin baik. Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian pada jarak 5 meter, kandungan kimia untuk
parameter nitrat dan zat organik lebih besar, jika dibandingkan dengan jarak 10 meter dan jarak 15 meter, maupun
jika dibandingkan dengan sumur kontrol. Secara keseluruhan, tingkat kepedulian pengrajin tahu dan masyarakat yang
tinggal di sekitar industri masih rendah. Hasil pengamatan dan wawancara menyatakan bahwa, jika terjadi perubahan
kualitas air tanah 4.26 % membuat sumur baru, 21.27 % membiarkan pencemaran terjadi dan 74.47 % memilih
memindahkan lubang penampungan limbah. Kurang pedulinya pengrajin tahu untuk membangun instalasi
pengolahan air limbah, karena membutuhkan biaya relatif besar, jika dibandingkan dengan pendapatan pengrajin
tahu. Instalasi pengolahan limbah yang ada sekarang ini, merupakan bantuan dari pihak lain, seperti Perguruan
Tinggi, LSM dan Instansi Pemerintah masih belum berfungsi secara maksimal.
Bahasa Indonesia
Jenis Tesis
Penerbit [Yogyakarta] : Universitas Gadjah Mada, 2008
encemaran Tanah
Dikatakan pencemaran tanah karena arti dari Pencemaran tanah adalah keadaan dimana tanah itu telah
rusak dalam konteks tidak subur lagi yang disebabkan oleh limbah-limbah tertentu yang dapat
merugikan organisme-organisme disekitarnya. Pencemaran ini biasanya terjadi karena kebocoran
limbah cair, faktor alam atau bahan kimia
Kualitas tanah dapat berkurang karena proses erosi oleh air yang mengalir
sehinggakesuburannya akan berkurang. Selain itu, menurunnya kualitas tanah juaga dapat disebabkan
limbah padat yang mencemari tanah.
Menurut sumbernya, limbah padat dapat berasal dari sampah rumah tangga (domestik), industri dan
alam (tumbuhan). Adapun menurut jenisnya, sampah dapat dibedakan menjadi sampah organik dan
sampah anorganik. Sampah organik berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, seperti dedaunan, bangkai
binatang, dan kertas. Adapun sampah anorganik biasanya berasal dari limbah industri, seperti plastik,
logam dan kaleng.
Sampah organik pada umumnya mudah dihancurkan dan dibusukkan oleh mikroorganisme di dalam
tanah. Adapun sampah anorganik tidak mudah hancur sehingga dapat menurunkan kualitas tanah.
1. Bahan-bahan anorganik yang tidak dapat diuraikan oleh bakteri pengurai, seperti sampah plastik.
2. Limbah cair seperti deterjen, jika meresap ke dalam tanah akan merusak kandungan air tanah dan
membunuh bakteri pengurai
3. Limbah industri, seperti sisa pengolahan kertas, ikan, dan daging.
4. Limbah cair yang dihasilkan oleh industri pelapis logam, seperti arsen, timbal. Setiap industri seharusnya
mempunyai pengolah limbah untuk memproses limbah sebelum dibuang kelaut.
5. Limbah pertanian, seperti sisa pemakaian pupuk urea dan penggunaan pestisida pemberantas hama,
misalnya DDT. Agar tanah tidak tercemar oleh limbah urea, seharusnya petanui membatasi penggunaan
pupuk ini.
Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah Indonesia banyak yang
digunakan tidak sesuai aturan yang berlaku tanpa memperhatikan dampak jangka panjang yang
dihasilkan dari pengolahan tanah tersebut.
Salah satu diantaranya, penyelenggaraan pembangunan di Tanah Air tidak bisa disangkal lagi
telah menimbulkan berbagai dampak positif bagi masyarakat luas, seperti pembangunan industri dan
pertambangan telah menciptakan lapangan kerja baru bagi penduduk di sekitarnya. Namun keberhasilan
itu seringkali diikuti oleh dampak negatif yang merugikan masyarakat dan lingkungan.
C. PEMBAHASAN
Gambaran dari Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah
lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan
kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar
ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air
limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara
tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat
menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah
kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak
langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
1. Pada kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke
dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida
merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Hal ini sangat berbahaya pada anak-anak, karena
dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi.
2. Pada Ekosistem
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi
tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang
rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme
endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat
memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar
terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk
kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia
asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak
dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya
cangkang telur, meningkatnya tingkat Kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat
menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi
tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar
ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk
dari bahan pencemar tanah utama.
b. Penanganan yang Harus Dilakukan
Ada beberapa langkah penangan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran
tanah. Diantaranya:
1. Remidiasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis
remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah
pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari
pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang
aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah
tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki
tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi
pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
2. Bioremediasi
Sumber: http://lasonearth.wordpress.com/makalah/makalah-pencemaran-tanah/
E. Kesimpulan
Pencemaran tanah adalah keadaan dimana tanah itu telah rusak dalam konteks tidak subur lagi
yang disebabkan oleh limbah-limbah tertentu yang dapat merugikan organisme-organisme
disekitarnya. Pencemaran tanah itu disebabkan oleh limbah, manusia, faktor alam atau bahan kimia.
Ada beberapa cara untuk mengurangi dampak dari pencemaran tanah, diantaranya dengan remediasi
dan bioremidiasi.
Daftar Pustaka
Jakarta
Clock
Music Player
Date
Blog Archive
► 2014 (1)
▼ 2012 (6)
o ► Desember (1)
o ► Oktober (3)
o ▼ September (2)
Pencemaran Tanah
Sel
Popular Posts
Jaringan Manusia
Jaringan yang terdapat pada tubuh hewan dan manusia secara garis besar dibedakan menjadi empat, yaitu;
Jaringan Tumbuhan
Jaringan adalah kumpulan dari beberapa sel yang menjalankan fungsi-fungsi tertentu guna mendapatkan tujuan
Bahaya Rokok
Kata rokok mungkin tidak asing lagi di dunia ini. Siapa sih yang tidak mengenal parasit satu ini. Entah bagaimana
Blog Archive
► 2014 (1)
▼ 2012 (6)
o ► Desember (1)
o ► Oktober (3)
o ▼ September (2)
Pencemaran Tanah
Sel
About Me