Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Air

1. Air

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004

tentang Sumber Daya Air, pengertian air yaitu :

“Semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di


bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini
air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang
berada di darat”.

2. Air bersih

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 416

tahun 1990, bahwa :

“Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan


sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan
dan dapat diminum apabila telah dimasak”.

3. Air minum

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 736

tahun 2010, pasal 1 bahwa :

“Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan


atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum
dengan sistem jaringan perpipaan adalah air minum yang
didistribusikan melalui jaringan perpipaan kepada
masyarakat / pelanggan. Air minum bukan jaringan
perpipaan adalah air minum berasal dari sumur dangkal,
sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan,
terminal air, mobil tangki air, atau bangunan perlindungan
mata air”.

9
10

4. Sumber air dan kualitasnya

Menurut Sutrisno, dkk. (2010) sumber – sumber air adalah sebagai

berikut yaitu :

a. Air tanah

1) Mata air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya

kepermukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam,

hampir tidak terpengaruh oleh musim dan

kualitas/kualitasnya sama dengan keadaan air dalam.

2) Air tanah dangkal

Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan

tanah. Lumpur akan tetahan, demikian pula dengan

sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih

banyak mengandung zat kimia (garam – garam yang

terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai

unsur – unsur kimia tertentu untuk masing – masing lapisan

tanah. Lapis tanah disini berfungsi sebagai saringan.

3) Air tanah dalam

Pengambilan air tanah dalam tak semudah pada air tanah

dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan

memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu

kedalaman (biasanya antara 100 – 300 m) akan didapatkan

suatu lapis air. Jika tekanan air tanah ini besar, maka air

dapat menyembur keluar dan dalam keadaan ini, sumur ini

disebut dengan sumur artetis. Jika air tak dapat keluar


11

dengan sendirinya, maka digunakan pompa untuk

membantu pengeluaran air tanah dalam ini.

b. Air permukaan

Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada

umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama

pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang – batang kayu,

daun – daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Air

permukaan ada 2 macam, yaitu :

1) Air Sungai

2) Air Rawa/danau

c. Air laut

Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar

garam NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini maka air laut

tidak memenuhi syarat untuk air minum.

d. Air atmosfir

Dalam keadaan murni, sangat bersih, Karena dengan adanya

pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran – kotoran

industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air

hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu

menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai

turun, karena masih mengandung banyak kotoran.

5. Sumber pencemar air

Peraturan Pemerintah RI No.82 tahun 2001 menyebutkan

“Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk

hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam air dan atau
12

berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air

turun ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi

lagi sesuai peruntukkannya”

Mukono (2006:19-20) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pencemaran air adalah sebagai berikut:

a. Mikroorganisme

Salah satu indikator bahwa air tercemar adalah adanya

mikroorganisme patogendan non patogen didalamnya.

Danau/sungai yang terkontaminasi/tercemar mempunyai spesies

mikroorganisme yang berlainan dari air yang bersih. Air yang

tercemar umumnya mempunyai kadar bahan organik yang tinggi

sehingga pada umunya banyak mengandung mikroorganisme

heterotropik.

b. Curah Hujan

Curah hujan disuatu daerah akan menentukan volume dari

badan air dalam rangka mempertahankan efek pencemaran

terhadap setiap bahan buangan didalamnya (deluting effects).

Curah hujan yang cukup tinggi sepanjang musim dapat lebih

mengencerkan air yang tercemar.

c. Kecepatan Aliran Air (Stream Flow)

Bila suatu badan air memiliki aliran yang cepat, maka keadaan

itu dapat memperkecil kemungkinan timbulnya pencemaran air

karena bahan polutan dalam air akan lebih cepat terdispensi.


13

d. Kualitas Tanah

Kualitas tanah (pasir atau lempung) juga mempengaruhi

pencemaran air, ini berkaitan dengan pencemaran tanah yang

terjadi di dekat sumber air. Beberapa sumber pencemaran tanah

dapat berupa bahan beracun seperti pestisida, herbisida, logam

berat dan sejenisnya serta penimbunan sampah secara besar-

besaran.

6. Hubungan air dan kesehatan

Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan

makhluk hidup khususnya manusia, air selain memberikan manfaat

yang menguntungkan bagi manusia juga dapat memberikan

pengaruh buruk air selain memberikan pengaruh buruk terhadap

kesehatan manusia. Selain itu air yang tidak memenuhi persyaratan

sangat baik sebagai media penularan penyakit.

Menurut Depkes RI DirJen PP & PL Direktorat Penyehatan

Lingkungan (2007), penyakit yang dapat ditularkan melalui air dapat

dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu :

a. Water borne diseases

Adalah penyakit yang ditularkan langsung melalui air minum, di

mana air minum tersebut bila mengandung kuman patogen

terminum oleh manusia maka dapat terjadi penyakit. Diantara

penyakit tersebut adalah : penyakit cholera, penyakit Typhoid,

penyakit Hepatitis infektiosa, penyakit Dysentri dan

Gastroenteritis.
14

b. Water washed diseases

Adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk

pemeliharaan hygiene perseorangan. Dengan terjaminnya

kebersihan oleh tersedianya air yang cukup, maka penyakit –

penyakit tertentu dapat dikurangi penularannya pada manusia,

dan penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis.

Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara penularan dan sangat

banyak dan dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu; penyakit

infeksi kulit saluran pencernaan, panyakit infeksi kulit dan selaput

lendir, dan penyakit – penyakit yang ditimbulkan oleh insekta

pada kulit dan selaput lendir.

c. Water based disease

Adalah penyakit yang ditularkan oleh bibit penyakit yang

sebagian siklus hidupnya di air seperti Schistosomiasis. Larva

Schistosoma hidup di dalam keong – keong air. Setelah

waktunya larva ini akan mengubah bentuk menjadi Cercaria dan

menembus kulit (kaki) manusia yang berada di dalam air

tersebut. Dan air ini sering sangat erat hubungannya dengan

kehidupan manusia sehari – hari seperti mengangkap ikan,

mandi, cuci dan sebagainya.

d. Water related insects vectors

Adalah penyakit yang ditularkan melalui vektor yang hidupnya

tergantung pada air misalnya Malaria, Demam Berdarah,

Filariasis, Yellow fever dan sebagainya. Nyamuk Aedes aegepty

yang merupakan vektor penyakit Dengue berkembang biak


15

dengan mudah bila dilingkungan tersebut terdapat tempat –

tempat genangan / penampungan air bersih seperti gentong air,

pot dan sebagainya.

B. Kualitas Bakteriologis Air

1. Bakteri Coliform dan Escherichia coli

Coliform adalah bakteri berbentuk batang gram negatif, tidak

berbentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif yang

memfermentasi lactose yang menghasilkan asam dan gas pada

waktu 48 jam pada suhu 350C. (MJ. Pelczar Jr, 2008, h.873)

Escherichia coli adalah penghuni normal saluran pencernaan

manusia dan hewan berdarah panas. (MJ. Pelczar Jr, 2008, h.873)

2. Standar kualitas bakteriologis air

Standar kualitas air dapat diartikan ketentuan – ketentuan yang

biasanya dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang

menunjukkan persyaratan – persyaratan yang harus dipenuhi agar

tidak menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit gangguan teknis

dan gangguan dalam estetika. Fungsi dari pada standar kualitas ini

adalah untuk menangani masalah penyediaan air bersih pada

umumnya dan air minum pada khususnya.

Di dalam ketentuan bab 1 pasal 1 Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990, tentang

Syarat – Syarat Air Dan Pengawasan Air yang dinyatakan bahwa :

Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat

kesehatan dan langsung dapat diminum. Sedangkan air bersih


16

adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari – hari yang

kualitasnya memnuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila

telah dimasak terlebih dahulu.

Untuk menjamin air sumur gali adalah aman, hygiene, baik serta

dapat dipakai sebagai air minum tanpa kemungkinan dapat

menginfeksi para pemakai air, maka harus terpenuhi suatu

persyaratan kualitas yang meliputi persyaratan fisika, kimia,

mikrobiologi dan radio aktif.

Adapun persyaratan mikrobiologi air sesuai dengan Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

416/MENKES/PER/IX/1990, adalah sebagai berikut :

a. Untuk air minum

Untuk coli tinja, jumlah per 100 ml sampel air tidak

diperbolehkan adanya kandungan bakteri coli tinja. Total

Coliform jumlah per 100 ml sampel air kadar maksimum yang

diperbolehkan adalah nol.

b. Air bersih

Air yang bukan merupakan air perpipaan kandungan total

Coliform per 100 ml sampel air, kadar maksimum yang

diperbolehkan adalah 50. Air yang bersumber dari sarana

perpipaan total Coliform yang diperbolehkan maksimum dalam

100 ml sampel air adalah 10, dan untuk bakteri coli tinja tidak

diperbolehkan dalam air tersebut.


17

3. Cara pengambilan air secara Bakteriologis

Menurut Dirjen PP dan PL penyehatan lingkungan (2007, h.114)

dijelaskan tentang syarat pengambilan air secara bakteriologis

sebagai berikut:

a. Persiapan pendahuluan

Di dekat sumur, tangan dibersihkan dengan alkohol, dan ikatkan

batu dengan ukuran yang cukup berat sebagai pemberat dengan

tali botol pada sampel.

b. Persiapan penurunan botol

Ambil tali bersih 20 meter yang digulung pada kayu dan ikatkan

pada botol.

c. Membuka tutup botol steril

Tali pengikat kertas pelindung dilepas dan penutup diangkat atau

diputar.

d. Menurunkan botol

Turunkan botol ke dalam sumur dengan pemberat, lepas

gulungan tal pelan – pelan. Usahakan botol tidak menyentuh

dinding sumur.

e. Mengisi botol

Tenggelamkan botol sepenuhnya ke dalam air sampai ke dasar

sumur.

f. Mengangkat botol

Sekali botol dinyatakan terisi tali digulung kembali pada kayu

untuk membawa botol yang telah penuh berisi air ke atas. Buang

sebagian airnya bila botol terlalu penuh supaya ada ruang udara.
18

g. Menutup atau menyumbat botol

Botol disumbat atau ditutup dengan memutar kemudian

melindungi dengan dimanteli kertas coklat ditempatnya dan

diikat.

4. Pemeriksaan air secara bakteriologis

Menurut Dwijoseputro (1985, h. 175) pemeriksaan air secara

bakteriologis adalah untuk mengetahui ada tidaknya mikroorganisme

phatogen. Tetapi di dalam prakteknya orang jarang sekali

menemukan Shigella, Salmonella, atau Vibrio dari sampel yang

diperiksa. Oleh karena itu pemeriksaan secara bakteriologis

didasarkan atas ada tidaknya bakteri golongan kolon, hal ini di

anggap identik adanya bakteri phatogen.

Bakteri Coliform merupakan bakteri gram negatif yang meragi

laktosa pada suhu 350C dalam waktu 24 jam atau 48 jam dengan

menghasilkan gas dan asam. Bakteri Coliform berbentuk batang dan

tidak membentuk spora. Golongan coli tinja merupakan sub group

dari bakteri Coliform tetapi tahan dan tumbuh pada suhu yang lebih

tinggi antara 440C sampai dengan 450C (Indonesia Depkes R.I, 1985,

h.31).

Pemeriksaan bakteriologis bisa menggunakan tabung ganda

multiple tube atau dengan saringan membran. Dalam metode tabung

ganda, kedalaman serangkaian tabung yang berisi media biakan

seperti lauryl tryptosa broth atau kaldu laktos diinokulasi air sampel

dalam jumlah tertentu. Sesudah diinkubasi selama 24 jam sampai 48

jam pada suhu 350C atau 370C, maka masing – masing tabung
19

terbentuknya gas disebut persumive test positif. Gas – gas hasil ini

menunjukkan kemungkinan adanya golongan coli, karena gas ini

kemungkinan dihasilkan oleh mikroorganisme lain seperti Clostridium

perfingens yang merupakan bakteri gram positif maka dilakukan tes

penegasan.

Untuk keperluan tes penegasan comfirmed test inokulasi

selanjutnya diambil dari tabung pada tes perkiraan positif yang berisi

gas. Masukkan ke dalam tabung yang telah berisi media biakan yang

lebih terpilih dengan menggunakan jarum ose. Hijau berlian berguna

untuk menghambat pertumbuhan bakteri golongan kolon. Setelah

diinkubasi pada suhu 440C sampai 450C selama 24 jam sampai 48

jam maka tabung diamati adanya pembentukan gas. Terdapatnya

gas menegaskan hadirnya golongan koli tinja (Indonesia, Depkes

1985, h.89).

C. Sumur Gali

1. Pengertian sumur gali

Direktorat Jenderal PP dan PL Direktorat Penyehatan Lingkungan

(2007, h.66), mendefinisikan :

“Sumur gali adalah salah satu konstruksi sumur yang


paling umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil
air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah – rumah
perorangan sebagai air minum. Sumur gali menyediakan
air yang berasal dari lapisan air tanah yang relatif dekat
dari tanah permukaan, oleh karena itu dengan mudah
terkena kontaminasi melalui rembesan. Kontaminasi
paling umum adalah karena terkena penapisan air dari
sarana pembuangan kotoran manusia dan binatang”.
20

2. Konstruksi sumur gali

Menurut Djasio Sanropie, dkk. (1984) di Indonesia sumur gali

merupakan cara pengambilan air tanah yang banyak diterapkan di

daerah pedesaan karena mudah pembuatannya dan dapat

dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri dengan peralatan yang

sederhana dan biaya yang murah. Sumur gali dibuat oleh masyarakat

dengan diameter 1 – 2 meter. Sumur gali ini pada umumnya dibuat

adalah untuk mengambil air tanah bebas sehingga sangat

dipengaruhi oleh musim. Apabila tanah yang ada merupakan tanah

yang gugur maka di dalam pembuatannya diperlukan penahan.

Pemberian lapisan rapat air sedalam 3 meter dari permukaan tanah

sangat diperlukan untuk menjaga adanya pengotoran yang berasal

dari luar masuk ke dalam sumur. Begitu juga pembuatan bibir sumur

setinggi 1 m diperlukan agar air yang telah diambil keluar tidak masuk

kembali ke sumur. Dari segi kesehatan, sumur gali ini memang

kurang baik kalo cara pembuatannya tidak benar – benar

diperhatikan karena selain sangat dipengaruhi oleh musim juga

sangat besar kemungkinannya untuk mendapatkan pencemaran

apabila cara peletakkannya salah. Mengingat bahwa sumur ini sangat

banyak dipunyai oleh masyarakat maka beberapa usaha

penyempurnaan perlu dilakukan sebagaimana gambar 2.1 berikut ini.


21

Gambar 2.1: Sumur gali tanpa pompa tangan

3. Penyediaan air dengan sumur gali

Menurut Depkes RI DirJen PP & PL Direktorat Penyehatan

Lingkungan (2007) persyaratan kesehatan sarana air bersih sumur

gali yaitu :

a. Lokasi

1) Apabila letak sumber pencemar lebih tinggi dari sumber air

dan diperkirakan air tanah mengalir ke sumur maka jarak

minimal sumur terhadap sumber adalah 11 m.

2) Jika letak sumber pencemar sama atau lebih rendah dari

sumur maka jarak minimal sumur gali tersebut 9 m.

3) Yang termasuk sumber pencemar adalah jamban, air

kotor/comberan, tempat pembuangan sampah, kandang

ternak dan saluran resapan.


22

b. Lantai

Lantai harus kedap air dengan lebar dan luas minimal 1m dari

tepi bibir sumur/dinding sumur dengan tebal 10 cm, tidak

retak/bocor, mudah dibersihkan, tidak tergenang air, dan

kemiringan 1-5% ke arah saluran pembuangan air limbah agar

air bekas dapat mudah mengalir ke saluran air limbah.

c. Sarana pembuangan air limbah (SPAL)

Sarana pembuangan air limbah harus kedap air, minimal

sepanjang lebih kurang 11 m, tidak menimbulkan genangan dan

kemiringan minimal 2 % kearah pengolahan air

buangan/peresapan.

d. Dinding sumur

Dinding sumur minimal sedalam 3 m dari permukaan lantai atau

tanah,dibuat dari bahan kedap air dan kuat (tidak mudah retak

atau longsor) untuk mencegah merembesnya air ke dalam

sumur.

e. Bibir sumur

Tinggi bibir sumur minimal 70 cm dari lantai, terbuat dari bahan

yang kuat dan kedap air untuk mencegah merembesnya air ke

dalam sumur. Sebaiknya bibir sumur diberi penutup agar air

hujan dan kotoran lainnya tidak dapat masuk kedalam sumur.

f. Bangunan sumur gali

Harus dilengkapi dengan sarana untuk mengambil dan menimba

air seperti timba dengan gulungan atau pompa tangan supaya

pengambilan air dapat higienis.


23

g. Timba

Jika pengambilan air dengan timba sebaiknya harus selalu

digantung dan tidak diletakkan di lantai sumur. Hal ini untuk

mencegah pencemaran air melalui timba.

4. Perbaikan Kualitas Air

Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

416/MENKES/PER/IX/1990, telah dijelaskan apa yang dimaksud

dengan air minum dan air bersih disertai dengan peryaratan

kualitasnya. Namun kenyataannya di masyarakat jarang sekali

dijumpai air yang tersedia dari sarana yang telah memenuhi

persyaratan kesehatan yang dimaksud.

Walaupun keadaannya demikian kita selalu berupaya agar air

yang tersedia jangan diperburuk lagi dengan pencemaran. Bahkan

kita berupaya untuk meningkatkan kualitas agar mendeteksi atau

memenuhi persyaratan kualitas. Untuk menjaga air tersebut tidak

tercemar lagi perlu adanya usaha atau tindakan antara lain :

a. Membuat sumur gali yang memenuhi persyaratan dan terlindung

dari pencemaran. Dengan konstruksi sumur gali yang baik dan

memenuhi persyaratan kesehatan akan mengurangi pencemaran

sumur gali tersebut.

b. Meningkatkan kebiasaan atau perilaku yang baik terhadap air.

Dari segi perilaku agar membiasakan diri untuk memasak air

sebelum diminum agar terhindar dari bakteri pathogen yang

berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan. Disamping itu

juga ada hal yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki kualitas


24

air yaitu dengan desinfeksi. Maksud desinfkesi ini adalah untuk

membunuh bakteri pathogen yang penyebarannya melalui air

seperti : typhus, cholera, dysentri dan lainnya.

D. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyebaran Bakteri Coliform

dari Sumber Pencemar ke dalam Sumur Gali

Menurut Fawanri Herwin Sinabang (2009, h.20) penyebaran

bakteri Coliform termasuk di dalamnya Escherichia coli dari sumber

pencemar ke air sumur gali dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

1. Jenis tanah

Jenis tanah yang berbeda akan berbeda pula daya kandungan

dan daya melewatnya air. Daya kandungan atau kemampuan tanah

untuk menyimpan air disebut porositas, umumnya dinyatakan dalam

prosen atau rasio antara pori – pori tanah dengan volume total tanah.

Kemampuan tanah untuk melewatkan air disebutkan dengan

permeabilitas yaitu jumlah air yang dapat dilewatkan oleh lapisan

tanah dalam satuan luas penampang.

2. Aliran air tanah

Aliran tanah juga mengakibatkan kandungan bakteri dalam air,

mengingat bakteri selalu mengikuti aliran air tanah maka kecepatan

bergeraknya bakteri ditentukan oleh permeabilitas dan gradien

hidrolik.

3. Ketinggian permukaan air tanah

Permukaan tanah merupakan titik tertinggi dari air yang akan naik

ke atas dari pada suatu sumuran. Dalam keadaan hujan lebat bakteri
25

akan bergerak ke arah horisontal dari 90 cm dan ke bawah kurang

dari 3 meter.

4. Curah hujan

Air hujan yang jatuh di atas tanah akan meresap ke dalam lapisan

tanah sampai air tanah. Meresapnya air hujan ke dalam tanah akan

mempermudah geraknya bakteri sehingga memperbesar

kemungkinan terjadinya pencemaran air tanah termasuk air sumur

gali.

5. Kuantitas kotoran manusia

Coliform termasuk Escherichia coli merupakan mikroorganisme

penghuni biasa dari usus tebal manusia atau yang sehat maupun

yang sakit. Dengan demikian semakin banyak tinja yang dibuang

dapat diartikan semakin banyak Escherichia coli yang tersebar

ditempat pembuangan tinja.

6. Jarak antar sumber pencemar dengan sumur gali

Kontaminasi bakteri tidak dapat bergerak melawan arus atau

bertentangan dengan aliran air tanah. Pada sebuah jamban

kontaminasi melebar kurang lebih 2 meter dan menyempit hingga

bertemu pada satu titik pada jarak 11 meter.

7. Faktor lingkungan yang berpengaruh pada pertumbuhan bakteri

Coliform termasuk di dalamnya Escherichia coli

Beberapa kondisi lingkungan besar pengaruhnya pada

pertumbuhan populasi bakteri. Temperatur turut menentukan

populasi bakteri dalam air. Temperatur sekitar 300C atau lebih sedikit

baik sekali untuk kehidupan bakteri pathogen yang berasal dari tinja
26

manusia maupun hewan. Sinar matahari terutama sinar ultraviolet

memang dapat mematikan bakteri akan tetapi daya tembusnya ke

dalam air tidak seberapa.

8. Konstruksi sumur gali

Untuk mencegah terjadinya pencemaran bakteri Coliform

termasuk di dalamnya Escherichia coli terhadap air sumur gali maka

diperlukan konstruksi sumur yang memenuhi persyaratan sanitasi.

E. Kerangka teori

Penyediaan air dengan Kondisi Sumur


sumur gali : gali
1) Lokasi sumur gali
1) Jarak dengan
sumber pencemar
2) Konstruksi sumur gali
1) Bibir sumur Pencemaran air Penyakit :
2) Dinding sumur sumur gali
3) Lantai sumur kedap Diare, kulit, dll
air
4) SPAL
3) Perilaku penghuni
1) Peletakkan timba
Jumlah Dampak
bakteriologis terhadap
(bakteri coliform) kesehatan

Kualitas air Konsumsi air


sumur gali bersih tercemar
tercemar

Gambar 2.2: Kerangka Teori


27

F. Hipotesis

1. Hipotesis nol (Ho), tidak ada hubungan antara konstruksi dengan

kandungan bakteri Coliform Air Sumur Gali di Desa Pangebatan

Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas.

2. Hipotesis alternatif (Ha), ada hubungan antara konstruksi dengan

kandungan bakteri Coliform Air Sumur Gali di Desa Pangebatan

Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas.

Anda mungkin juga menyukai