Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN TUGAS

KEWIRAUSAHAAN

40 INOVASI DI BIDANG ENERGI

OLEH

Efriza Diningrat 1215020007

Dosen : Drs. Dedi Dwi Hariyad, M.T.

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

DEPOK

2016
Energi Tenaga Manusia: Inovasi di Bidang Energi Hijau

Stasiun Stockholm - memanfaatkan energi panas manusia


Meskipun manusia masih berjuang untuk membuat, mempopulerkan dan
memanfaatkan energi bersih, namun hal ini masih merupakan perjuangan berat. Banyak pula
kelompok-kelompok minat khusus yang lebih khawatir lagi mengenai nasib keselamatan
planet kita. Inilah sebabnya mengapa beberapa inovator telah mengembalikan pemecahan
masalah ke kita sendiri, secara harfiah. Energi yang ditenagai manusia adalah kemampuan
untuk memanfaatkan energi yang berasal dari aktivitas manusia tanpa mengganggu manusia
itu sendiri.
Saat anggota masyarakat berjalan menuju tempat kerja mereka atau keluar saat makan
siang, ada berbagai cara untuk menangkap energi yang dilepaskan oleh mereka. Berikut
adalah beberapa contoh termasyhur mengenai energi bersih, kali ini ditenagai oleh manusia.

1.Japan Railway Feet


Tokyo East Japan Railway Manourachi, pintu keluar utara, pada tahun 2006 terpilih
sebagai lokasi percobaan untuk menangkap energi lalu lintas para pejalan kaki. Sekitar
700.000 penumpang berjalan di atas sensor yang dipasang di lantai bawah setiap pembatas
pintu. Sensor atau elemen piezoelectric mengkonversi setiap langkah menjadi muatan listrik
yang kemudian disimpan dalam generator di dekatnya dan digunakan untuk menghidupkan
lampu listrik, papan info dan banyak lagi.

2.Stockholm Railway Heat


Stasiun kereta api di Stockholm memanfaatkan energi panas dari kerumunan 250.000
orang yang melalui sistem setiap hari. Menggunakan sistem ventilasi khusus, akumulasi
panas tubuh dilewatkan melalui penukar panas yang memanaskan sistem air pusat sehingga
mengurangi permintaan energi pemanas hingga lima belas persen.

3.Perangkat Pemurni Air Karya Mahasiswa OSU


Sebagai respon terhadap kompetisi desain mekanik Oregon State University (OSU),
mahasiswa teknik menciptakan sekelompok perangkat yang bisa didukung oleh tenaga
manusia untuk menghasilkan air minum dari sumber yang tercemar dengan mengubahnya
menjadi air bersih. Idenya muncul karena adanya berita ratusan orang terdampar di atap
setelah Badai Katrina dengan dikelilingi oleh blok air minum potensial. Profesor OSU, Ping
Ge, berkomentar "Perangkat ini berpotensi menyediakan air minum yang aman bagi jutaan
orang di seluruh dunia yang memiliki akses terbatas terhadap air minum, dan juga bisa
digunakan dalam situasi darurat."
4.Keyboard Compaq
Produsen komputer Compaq telah menciptakan prototipe baterai laptop ditenagai
keyboard. Dengan menginstal magnet kecil di bawah setiap tombol, energi ditransfer ke
kapasitor pada setiap hentakan. Kapasitor mentransfer energi ke baterai komputer untuk
memperpanjang energi baterai hingga hitungan jam.

5.Power Plant internal


University of Texas, Austin, menggunakan energi internal untuk listrik yang
ditanamkan di perangkat sensor, seperti alat pacu jantung. Kimiawan telah menemukan
bahwa dengan menggunakan enzim glukosa oksidase, elektron dapat dimanfaatkan dan
digunakan sebagai sumber energi.

6.Nano-Generator
Nanoteknologi dibawa ke tingkat yang baru di Georgia Institute of Teknologi (GIT).
Para ilmuwan telah menemukan cara untuk memanfaatkan nano-kabel zinc oxide. Ketika
helai halus ini dipindahkan atau dibengkokkan, terciptalah energi. Dengan menempatkan
mereka pada pakaian atau aplikasi lain, menyalakan ponsel Anda mungkin menjadi jauh lebih
mudah. Dr Zhong Lin Wang, GIT, berkomentar, "Perkembangan ini merupakan tonggak
sejarah pada produksi barang elektronik portable yang bisa diaktifkan oleh gerakan tubuh
tanpa menggunakan baterai atau outlet listrik.
Energi ditenagai manusia adalah cakrawala luas ilmu pengetahuan. Siapa tahu salah satunya
merupakan jawaban atas kebutuhan energi kita nanti.
http://www.indoenergi.com/2013/07/energi-tenaga-manusia-inovasi-di-bidang.html
7.Inovasi Teknologi Pengolahan Biogas Sebagai Alternatif Energi
Terbarukan dan Ramah Lingkugan
Dalam perkembangannya biogas di Indonesia mulai banyak dikembangkan oleh
penduduk desa mereka memanfaatkan seperti limbah pertanian dan peternakan yang mereka
miliki menjadi bahan bakar gas. Pada umumnya,biogas dimanfaatkan pada skala rumah
tangga, namun tidak menutup kemungkinan untuk dimanfaatkan pada skala yang lebih besar
(komunitas). Beberapa keuntungan bagi rumah tangga dan komunitas antara lain:

1. Mengurangi penggunaan bahan bakar lain (minyak tanah, kayu, dsb) oleh rumah tangga atau
komunitas

2. Menghasilkan pupuk organik berkualitas tinggi sebagai hasil sampingan

1. Menjadi metode pengolahan sampah (raw waste) yang baik dan mengurangi
pembuangan sampah ke lingkungan (aliran air/sungai)

2. Meningkatkan kualitas udara karena mengurangi asap dan jumlah karbodioksida


akibat pembakaran bahan bakar minyak/kayu bakar

3. Secara ekonomi, murah dalam instalasi serta menjadi investasi yang menguntungkan
dalam jangka panjang.

Solusi

Salah Satu solusi berdasarkan permasalah diatas dengan membuat suatu inovasi
teknologi pengolahan limbah feses ternak menjadi biogas dengan bentuk penampungan pada
tabung gas sebagai bahan bakar alternatif ramah lingkungan untuk mengatasi permasalahan
masyarkat khususnya rumah tangga dan dapat dijadikan suatu usaha entrepreneur.

Inovasi teknologi ini, muncul sebuah harapan untuk menjadi salah satu solusi
alternatif bahan bakar terbarukan dan ramah lingkungan yang dapat meringankan operasi
beban masyarakat khususnya pada rumah tangga untuk kelangsungan hidup mereka. Selain
itu, inovasi teknologi ini dapat mengubah pandangan dunia Internasional yang melihat bahwa
Indonesia adalah negara yang tidak bergantung pada sumber bahan bakar fosil. Namun tujuan
utama dari inovasi teknologi ini adalah merancang sebuah penampungan biogas dalam
bentuk tabung gas, sehingga diharapkan dapat mengatasi biaya operasional yang mahal dalam
memenuhi keperluan rumah tangga dan dapat dijadikan suatu usaha entrepreneur bagi
masyarakat umum. Selain itu, inovasi teknologi ini mampu mengurangi polusi dengan
penggunaan energi alternatif ramah lingkungan berbasis sel bahan bakar tersebut.

http://epsilon.ft.ugm.ac.id/2015/11/19/inovasi-teknologi-pengolahan-biogas-sebagai-
alternatif-energi-terbarukan-dan-ramah-lingkugan/
8.Penemuan hebat: Kertas yang mampu menyimpan energi listrik!

Beberapa tahun belakangan ini semakin banyak penemuan di bidang penyimpanan


energi. Yang terbaru adalah apa yang ditemukan oleh para ilmuwan dari Linkoping
University di Swedia ini. Mereka menemukan semacam kertas super yang mampu
menyimpan energi! Kertas super atau lebih tepat disebut ajaib ini terdiri dari material
nanocellulose dan polimer konduktif. Selembar saja kertas super ini memiliki kapasitas
penyimpanan yang sama dengan kapasitas penyimpanan kapasitor yang biasa dijual di toko-
toko elektronik. Selain kapasitas penyimpanannya yang besar, kertas super ini dapat diisi
ulang hingga ratusan kali dan setiap proses charge hanya memakan waktu beberapa detik
saja!

Ini adalah salah satu produk impian di tengah-tengah demam energi terbarukan
yang tentunya membutuhkan berbagai metode baru penyimpanan energi. Kebanyakan sumber
energi terbarukan selama ini tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal terkait dengan
keterbatasan metode penyimpanan energi. Film tipis yang berfungsi sebagai kapasitor
sebenarnya sudah dikenal sejak lama, dan para ilmuwan Swedia ini mencoba membuat
material film tiga dimensi (lebih tebal). Material dengan ketebalan tertentu dipandang lebih
aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.

Kertas eksperimen ini tampak seperti kertas plastik yang dapat ditekuk dengan leluasa
tanpa merusak strukturnya. Struktur utamanya adalah material yang disebut nanocellulose,
semacam serat minim. Serat nanocellulose memiliki diameter 20 nm. Para ilmuwan melapisi
serat di dalam sebuah larutan polimer yang telah diisi arus listrik (electrically charged
polymer). Menurut Jesper Edberg, salah seorang ilmuwan yang terlibat, polimer yang
melapisi kertas tersusun saling tindih-menindih dan larutan diantara lapisan polimer bertindak
sebagai elektrolit. Kertas yang telah dilapisi polimer dan dikombinasikan dengan larutan ini
akan mampu mentransfer ion dan elektron secara simultan (yang menjelaskan fungsinya
sebagai penyimpan daya listrik).

Tidak seperti baterai dan kapasitor biasa, kertas eksperimen ini diproduksi hanya dari
dua material sederhana; nanocellulose dan polimer yang dapat diperoleh dengan mudah.
Sesuai namanya, kertas ini sangat ringan dan hebatnya tidak mengandung bahan kimia
berbahaya dan unsur logam berat. Untuk diketahui, kertas ini telah memecahkan 4 rekor
dunia sebagai berikut:

Highest charge and capacitance in organic electronics, 1 C and 2 F (Coulomb and Farad).

Highest measured current in an organic conductor, 1 A (Ampere).

Highest capacity to simultaneously conduct ions and electrons.

Highest transconductance in a transistor, 1 S (Siemens).

Hal ini adalah sebuah langkah hebat dalam hal teknologi penyimpanan energi.
Dengan kemajuan teknologi tersebut maka usaha manusia untuk memanfaatkan sumber
energi terbarukan akan lebih mudah.

http://technonews.id/penemuan-hebat-kertas-yang-mampu-menyimpan-energi-listrik/

9.Penemuan Energi Baru Shale Gas dan Oil AS Dinilai Dapat Guncangkan
Harga Minyak Dunia

Ketersediaan Shale Gas Sangat Melimpah


Dengan ketersediaan Shale Gas yang sangat melimpah membuat Amerika
mengembangkan bahan bakar tipe ini. Diperkirakan di Amerika Utara terdapat sekitar 1.000
triliun kaki kubik shale gas yang cukup untuk memasok gas alam untuk USA selama 50 tahun
atau lebih. Analisa terakhir juga menunjukkan bahwa shale gas bisa menyediakan hingga
setengah pasokan gas USA pada tahun 2020.

Amerika sebagai negara yang selalu haus akan energi dan penciptaan lapangan kerja
baru mendorong Amerika untuk melakukan revolusi terhadap shale gas secara serius.
Majalah The Economist edisi Juli 2012 memprediksi bahwa shale gas saat ini telah
menyumbang sepertiga pasokan gas Amerika Serikat, dan pada tahun 2035 bisa mencapai
50%. Selain itu, diperkirkanan revolusi shale gas ini bisa menciptakan tiga juta lapangan
pekerjaan baru di Amerika Serikat pada 2020.

Dampak Dari Menambang Shale Gas Bagi Lingkungan

Disisi lingkungan. Meski dianggap lebih bersi dibandingkan Batubara, shale gas
memiliki emisi karbon yang sangat segnifikan bila dibandingkan dengan energi terbarukan
lainnya. Karena proses fracking untuk memperoleh shale gas masih dianggap oleh sebagian
pihak membahayakan lingkungan khususnya karena memerlukan air yang jumlahnya besar
serta penggunaan bahan kimia yang berpotensi mencemari lingkungan.

Shale Gas Bisa Membantu dan Mengancam

Shale gas bagaikan koin yang mempunyai dua sisi, di satu sisi shale gas dapat
menurunkan biaya energi, membuat produksi shale gas kemungkinan akan menyebabkan
penurunan harga gas alam secara signifikan. Produksi shale gas yang besar juga akan
membantu meningkatkan keamanan energi, dan membantu mengurangi ketergantungan pada
bahan bakar fosil yang mahal.

dan di lain sisi membuat negara-negara pengekspor minyak dan batubara ketar-ketir
melihat perkembangan Shale Gas karena mengancam pasar dari Minyak Bumi dan Batubara,
munculnya shale gas juga telah menyebabkan jatuhnya harga komoditas energi lain, terutama
batubara. Harga batubara telah turun sangat drastis dari rekor tertinggi US$ 192 per metrik
ton pada Juni 2008 menjadi US$ 96 per metrik ton pada September 2012.

Dan, rasanya bukan sebuah kebetulan jika harga saham BUMI Plc kemudian anjlok
dari GBP 14 pada April 2011 menjadi hanya 147 pound pada akhir September 2012. Begitu
juga dengan harga saham Adaro yang menurun terseret penurunan harga komoditas.

Lalu bagaimana dengan Indonesia, Apakah Indonesia bisa mengembangkan Shale Gas

Indonesia perlu bersyukur karena di berikan alam yang mempunyai sumberdaya alam
yang sangat melimpah dan mungkin kedepannya indonesia akan beralih ke Shale Gas.
Karena Indonesia juga mempunyai cadangan shale gas. Potensi Shale gas di Indonesia pun
cukup besar yaitu sekitar 574 TCF dari total cadangan dunia sebesar 6622 TCF. Cadangan
Shale gas lebih besar dibandingkan CBM sekitar 453,3 TCF dan gas bumi 334,5 TCF.
Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan pemerintah, hingga saat ini terdapat 7
cekungan di Indonesia yang mengandung Shale gas dan 1 berbentuk klasafet formation.
Cekungan terbanyak berada di Sumatera yaitu berjumlah 3 cekungan, seperti Baong Shale,
Telisa Shale dan Gumai Shale. Sedangkan di Pulau Jawa dan Kalimantan, Shale gas masing-
masing berada di 2 cekungan. Di Papua, berbentuk klasafet formation.

Cadangan CBM Indonesia tersebar dalam 11 cekungan. Dengan cadangan 453,3 TCF,
Indonesia termasuk nomor 6 di dunia, berdasarkan evaluasi dilakukan Advanced Resources
International, Inc (ARI) tahun 2003. Rusia menempati posisi teratas dengan cadangan sekitar
450-2.000 TCF. Selengkapnya hasil evaluasi ARI mengenai cadangan CBM di dunia, sebagai
berikut:

1. Rusia: 450-2.000 TCF


2. China: 700-1.270 TCF
3. Amerika Serikat: 500-1.500 TCF
4. Australia/New Zealand: 500-1.000 TCF
5. Kanada: 360-460 TCF
6. Indonesia: 400-453 TCF
7. Afrika bagian Selatan: 90-220 TCF
8. Eropa bagian Barat: 200 TCF
9. Ukraina: 170 TCF
10. Turki: 50-110 TCF
11. India: 70-90 TCF
12. Kazakhstan: 40-60 TCF
13. Amerika bagian Selatan/Meksiko: 50 TCF
14. Polandia: 20-50 TCF.

Cadangan CBM Indonesia terutama berlokasi di Sumatera Selatan sebesar 183 TCF, Barito
101,6 TCF, Kutai 80,4 TCF dan Sumatera Tengah 52,5 TCF.

Jadi salah satu faktor yang membuat harga minyak bumi terus turun akibat dari
Perang OPEC vs AS atau Negara penghasil minyak bumi dan shale gas. Dimana Negara
anggota OPEC terus memacu produksi minyak agar pangsa pasar tidak hilang diambil oleh
Shale Gas. Kita liat saja perkembangan selanjutnya antara OPEC vs AS dan Indonesia
sebagai negara pengimpor minyak di untungkan dari perang ini, karena harga minyak dunia
yang jatuh.

Shale Gas Guncangkan Harga Minyak Dunia

Penemuan energi baru yakni shale gas dan shale oil oleh Amerika Serikat dinilai
dapat menggoncangkan harga minyak dunia. Amerika Serikat yang semula hanya menjadi
konsumen minyak mentah kini menjadi produsen. Hal ini diprediksikan akan menjadi
ancaman bagi sejumlah negara produsen minyak mentah.
Oil shale merupakan batuan sedimen yang mengandung material organik. Dengan
teknologi baru, serpihan-serpihan minyak dan gas alam diekstrak setelah air, pasir, dan zat-zat
kimia dipompa ke bawah tanah pada tekanan tinggi agar batu-batu terpecah. Proses ini
umumnya disebut sebagai teknologi Hydraulic Fracturing atau lebih dikenal dengan
fracking.

Diperkiraan di Amerika Utara saja terdapat sekitar 1.000 triliun kaki kubik shale gas
yang cukup untuk memasok gas alam untuk USA selama 50 tahun atau lebih. Analisa terakhir
juga menunjukkan bahwa shale gas bisa menyediakan hingga setengah pasokan gas USA
pada tahun 2020.

Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan booming produksi shale oil telah
memicu supply shock dengan menciptakan jenis pasokan energi baru. Hal itu dinilai bisa
menciptakan kembali industri minyak global mengingat kualitas shale oil diklaim lebih baik
dibandingkan hasil minyak mentah pada umumnya selama ini.

Berdasarkan laporan Pricewaterhouse Coopers (PwC), produksi oil shale mampu


meningkatkan perekonomian dunia hingga $ 2,7 triliun di tahun 2035.

Pasokan tambahan bisa mencapai 12 persen dari produksi minyak global, atau sekitar
14 juta barel per harinya. Hal ini mampu mendorong harga minyak global turun hingga 40
persen, demikian laporan PwC.

Bilamana supply shock terjadi, akan berpengaruh pada pembentukan reshaping


industri minyak dan gas (migas) di dunia, terutama AS dan sekitarnya.
Faktanya, selama booming produksi di AS, harga minyak mentah dunia tidak turun tajam
alias tetap stabil. Meskipun produksi minyak dari lapangan-lapangan baru AS booming,
terjadi penurunan yang konsisten pada produksi dari lapangan-lapangan tua di seluruh dunia,
dan para anggota OPEC tidak meningkatkan produksi. Sementara itu, meskipun permintaan
minyak di AS jatuh, permintaan tetap kuat di seluruh dunia.

Dalam sebuah posting oleh Lou Gagliardi berjudul 2013 Crude Oil Outlook, ia
menjelaskan permintaan minyak dari negara-negara di luar AS, terutama Asia seperti tidak
pernah terpuaskan. Permintaan terbesar datang dari China, disusul negara-negara Asia
Tenggara termasuk Indonesia. Setelah itu permintaan datang dari negara-negara sub-Sahara
Afrika.
Jadi kesimpulannya adalah booming minyak AS tidak memengaruhi harga karena
total produksi minyak dunia tidak sejalan dengan booming di negara itu.

Potensi Shale Gas di Indonesia

Besarnya kebutuhan gas dalam negeri dan menipisnya potensi gas Indonesia
menggerakkan pemerintah untuk melakukan berbagai usaha guna menambah supply gas
dalam negeri.
Pada awal Mei 2013, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM)
menyatakan akan menggandeng Amerika serikat (AS) untuk bekerja sama dalam
pengembangan gas metana batu bara (CBM) dan shale gas di Indonesia.

Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo mengatakan kerja sama tersebut dilakukan
karena AS cukup berpengalaman dalam pengembangan CBM dan shale gas.

Selain berpengalaman di bidang teknis, AS juga yang terbilang sudah cukup lama
memproduksi shale gas sehingga berpengalaman pada regulasi, keselamatan, dan segi
operasional.

Menurut dia, pengembangan gas yang berasal dari batu bara tersebut sangat baik
untuk ketahanan energi Indonesia serta bisa membantu negara lain yang belum bisa
menikmati energi.

Adapun pada pertengahan Mei, Pertamina telah menjadi perusahaan pertama yang
menandatangani kontrak kerja sama wilayah kerja shale gas atau gas nonkonvensional.
Pertamina menandatangani kontrak PSC Migas Nonkonvensional Sumbagut, yang
merupakan PSC MNK pertama di Indonesia. Pertamina berkomitmen berinvestasi $ 7,8
Miliar atau sekitar Rp 74 triliun.

Kami berharap penandatanganan PSC MNK ini menjadi momentum yang baik untuk
masa depan pengembangan energi alternatif, terutama Shale Gas di Indonesia yang memiliki
sumberdaya yang besar. Kelak, Shale Gas bisa mendukung pemerintah untuk melakukan
diversifikasi energi di Indonesia sehingga ketergantungan terhadap minyak dapat dikurangi.
MNK Sumbagut akan diprioritaskan untuk pasokan domestik, terutama Sumatera Utara,
tutur Karen Agustiawan, Dirut Pertamina.

MNK Sumbagut diperkirakan mengandung potensi shale gas sebesar 18,56 triliun
kaki kubik. Pertamina menargetkan produksi perdana dapat diperoleh pada tahun ke-7 setelah
enam tahun tahap eksplorasi perdana dengan tingkat produksi sebesar 40 MMscfd hingga 100
MMscfd.

http://www.emaritim.com/2015/03/negara-negara-penghasil-minyak-bumi.html
10.Naufal Sang Penemu Energi Listrik Pohon Kayu

Banda Aceh Naufal, begitu biasa dia dipanggil, tubuhnya yang mungil seakan dia lebih
pantas sebagai anak Sekolah Dasar, dengan penuh semangat dan percaya diri pelajar berusia
14 tahun ini memberikan penjelasan kepada penguunjung yang penasaran dengan hasil
risetnya. Siswa kelas II MTSN Kecamatan Langsa Lama ini tampil di arena Pekan Inovasi
Perkembangan (PIN) dan Gelar Teknologi Tepat Guna (TTG) Nasional tanggal 7-12 Oktober
2015 yang berlangsung Stadion Harapan Bangsa Lhong Raya Banda Aceh dengan hasil
risetnya Energi Listrik Dari Pohon Kayu.

Siswa bernama lengkap Naufal Rizki merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari
pasangan Supriaman dan Deski, sejak dari sekolah dasar memiliki rasa ingin tau yang cukup
besar, penemuan kali ini berawal dari pelajaran ilmu pengetahuan alam yang diikutinya di
sekolah, suatu hari, sepulang sekolah dia menjumpai saya, ayah.buah-buahan ini bisa
menghasilkan energi listrik, ayoo kita mencobanya kenang Supriaman.

Disekolah bakat Naufal juga menjadi perhatian para guru, Bu Anita salah seorang guru di
Sekolah Dasar Negeri Langsa Lama memahami dan sangat mendukung bakat anak didiknya
ini, suatu hari Naufal dibawakan brosur tentang perlombaan teknologi tepat guna dari BPM
Provinsi Aceh, Naufal lalu meminta ayahnya untuk membimbingnya untuk bisa ikut
perlobaann itu, dan mulailah Naufal melakukan riset energi listrik dari buah kentang.

saya tanyakan ke Naufal, apa kamu betul-betul yakin ingin ikut perlombaan ini ? Naufal
sangat yakin.saya tidak pernah memaksakan Naufal untuk mengikuti perlombaan ..ini
memang kemauan dari Naufal jelas Supriaman yang ikut mendampingi Naufal saat ditemui
di stan Produk Unggulan Provinsi Aceh, jumat (9/10).

Pada tahun 2014 Naufal mulai melakukan riset energi listrik dari Buah kentang mengacu
pada teori yang dia dapatkan dari sekolah ,buah-buah yang mengandung zat asam dapat
menjadi sumber energi listrik, hasil riset ini lah yang menjadi awal riset energi listrik dari
pohon kayu, Naufal melakukan melakukan berbagai percobaan pada sejumlah pohon, dan
pada akhirnya memilih pohon kayu kedondong pagar yang memiliki kadar asam tertinggi dari
pohon-pohon lain yang dicoba seperti pohon mangga.

Saat ditemui di stan produk unggulan Provinsi Aceh, Naufal kelihatan lelah, suara nya sudah
mulai menghilang, agak kecapekaan, sudah 2 hari ini terus mememberikan penjelasan
kepada pengunjung yang tertarik dengan hasil temuan ini ujar Naufal.

Hasil temuan energi dari pohon kayu ini memang sederhana, dengan rangkaian yang terdiri
dari pipa tembaga, batangan besi, kapasitor dan dioda, arus listrik yang dihasilkan sangat
tergantung kepada kepada kadar keasaman pohon. Sebelumnya Naufal sudah melakukan
lebih dari 60 kali percobaan dan menelan biaya tidak kurang dari RP. 14 juta.

Pada gelar TTG tahun 2014 di Sigli, Naufal mendapatkan uang pembinaan sebesar Rp. 9 juta
rupiah atas riset energi berbahan buah kentang dari Badan Pemberdayaan Masyrakat
Provinsi Aceh, dana ini digunakan untuk melakukan percobaan-percobaan dengan berbagai
macam pohon kayu.

Ditanyakan tentang siapa yang menjadi inspiratornya, dengan malu-malu Naufal menjawab
Sang Ayah lah yang jadi inspiratornya, sambil melirik ke arah Supriaman yang berada
disisinya.

saya tidak pernah memaksa naufal, saya hanya mendukung dia, memberi semangat dan
mengarahkannya, saya membantu Naufal browsing internet untuk mendapatkan informasi-
informasi yang dibutuhkan timpal Supriaman yang berprofesi sebagai tukang Service
Elektronik special sound system.

Disekolahnya, naufal sangat menonjol dan terus mendapatkan rangking, dia menyukai
pelajaran IPA, IPS dan Bahasa Indoensia.

saya inging menjadi Profesor di bidang IPA, saya ingin kuliah diluar, dikampus yang
memiliki teknologi ujar Naufal ditanya tentang cita-citanya.

Mengenai temuannya ini, Naufal dan sang Ayah memiliki harapan dan tujuan yang sama,
mereka ingin alat ini dapaat membantu masyrakat pedalaman/pedesaaan yang belum dialiri
listrik. Mereka berkeinginan lepas dari perhelatan ini akan memproduksi energi listrik dari
pohon kayu ini.
Kami sudah mempraktikkan dirumah, ke depan kami akan mencoba memproduksinya
mungkin dalam skala kecil, kami berharap ini dapat membantu masyarakat atau dapat
digunakan untuk keperluan lampu-lampu jalan di desa ujar Naufal.

Naufal adalah sebuah muatiara, ditangannya pohon kayu kedondong pagar yang selama ini
hanya digunakan sebagai pagar pada rumah atau kebun, disulap menjadi sumber energi.
Jangan sampai mutiara yang sudah muncul ini akan hilang karena kita tidak mampu
menjaganya. Kita berharap adanya bimbingan dan perhatian yang lebih serius dari
Pemerintah.

Selamat untuk Naufal, teruslah berkarya..!

http://acehprov.go.id/news/read/2015/10/10/2628/naufal-sang-penemu-energi-listrik-pohon-
kayu.html

11.Mahasiswa Ubaya Ciptakan Tas Penyimpan Energi Listrik -


Terinspirasi Teman Cari Charge Saat Baterai Lemah

Backpack Inovatif Best of The Best

Mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) Jurusan Desain Manajemen Produk (Fakultas


Industri Kreatif) dan Jurusan Teknik Industri (Fakultas Teknik), Senin (8/10/2012)
memperkenalkan temuan inovasi untuk backpack. Satu diantara backpack berfungsi untuk
alat charger, sedangkan backpack lainnya dapat berguna untuk meja laptop. Penciptanya
adalah tiga serangkai Cindy Eleanora (mahasiswi Desain Manajemen Produk angkatan 2011),
Evita Tania (mahasiswi Teknik Industri angkatan 2010) dan Stella Felicia (Desain
Manajemen Produk angkatan 2010), berhasil memenangkan gelar Best of the Best pada
Lomba Perancangan Tas Nasional 2012 yang berlangsung di Bandung,awalOktober2012.

Backpack Serba Guna Sabet Penghargaan Best of The Best

suarasurabaya.net| Kalau backpack pada umumnya hanya digunakan untuk membawa


barang-barang, ditangan mahasiswa Universitas Surabaya, backpack berfungsi sebagai
charger gadget serta berisi meja laptop sederhana.

Oleh karena fungsi yang serba guna tersebut, backpack inovatif karya Cindy Eleanora, Evita
Tania dan Stella Felicia, ketiganya mahasiswa Desain Manajemen Produk (Fakultas Industri
Kreatif) dan Jurusan Teknik Industri (Fakultas Teknik) Universitas Surabaya, berhasil meraih
penghargaan.

Tak tanggung-tanggung penghargaan itu Best of the Best pada Lomba Perancangan Tas
Nasional 2012, yan gdigelar di Kota Bandung pada awal Oktober 2012 lalu, untuk kedua
backpack karya mereka bertiga.

Menggunakan alat yang dapat mengubah energi kinetik menjadi energi listrik, yaitu
piezoelektrik, dan saat pengguna backpack bergerak, saat berjalan, atau gerakan lainnya, alat
tersebut menyerap energi kinetik dan mengkonversinya menjadi energi listrik.

Energi buangan tersebut sangat berpotensi diolah kembali untuk memenuhi kebutuhan energi
konsumen. Sifat energi yang kekal, namun hanya dapat diubah menjadi bentuk energi lain
dapat dimanfaatkan, terang Cindy Eleanora pada suarasurabaya.net.

Backpack inovatif yang dapat difungsikan sebagai alat charger tersebut sangat mudah dibawa
dan digunakan. Demikian halnya dengan backpack yang berfungsi menjadi meja laptop
sederhana, membuat penggunana tidak repot memangku laptop saat dioperasionalkan.

Padahal banyak bahaya yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan memangku laptop, ujar Stella
Felicia saat berbincang dengan suarasurabaya.net. Ketiga mahasiswi Ubaya tersebut,
menciptakan backpack inovatif tersebut juga berdasar kesadaran terhadap isu lingkungan.

Karya para mahasiswa tersebut tidak hanya sangat sederhana, multi fungsi serta futuristic
tetapi sekaligus juga tergolong green product, atau produk ramah lingkungan dengan
menggunakan material 3R (reduce, reuse, recycle), papar Hayuning Purnama Dewi, humas
Ubaya pada suarasurabaya.net, Senin (8/10/2012).(tok)

Para mahasiswa menciptakan inovasi ini juga berdasar kesadaran terhadap isu lingkungan.
Maraknya pembicaraan tentang green product membuat produsen berlomba-lomba
menghadirkan produk ramah lingkungan. Semakin hari, produsen semakin dituntut
menggunakan material yang mencakup 3R (reduce, reuse, recycle).

http://www.ubaya.ac.id/ubaya/news_detail/1013/MAHASISWA-UBAYA-CIPTAKAN-TAS-
PENYIMPAN-ENERGI-LISTRIK---Terinspirasi-Teman-Cari-Charge-saat-Baterai-
Lemah.html

12.Inovasi anak bangsa, 'sulap' air keran jadi energi listrik


Biaya produksi alat ini sangat murah dan nantinya dapat dikombinasikan dengan teknologi
terbarukan

Techno.id - Untuk yang kesekian kalinya, sebuah inovasi baru kembali lahir dari dalam
negeri. Kali ini, kreativitas anak bangsa tersebut berupa sebuah prototipe teknologi alternatif
untuk memenuhi kebutuhan energi listrik rumah tangga, yaitu 'menyulap' air keran menjadi
energi listrik.

Inovasi baru ini lahir dari tiga orang mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Brawijaya (FT-UB). Mereka adalah Muhammad Fatahila yang berperan sebagai
sang mekanik, Hasan sebagai virtual & design, serta Rosihan Arby Harahap yang berperan
sebagai seorang elektro.

"Alat ini bisa menghasilkan tegangan dan daya listrik optimal di angka 5 volt dan 1 watt,
sehingga dapat digunakan untuk memasok kebutuhan listrik lampu LED atau diintegrasikan
dengan pembangkit lain melalui sistem grid," ujar Fatahila selaku ketua tim.

Perangkat yang berupa generator mini ini diberi nama OASE. Dan selain lampu LED, OASE
diklaim juga dapat digunakan di beberapa jenis lampu lainnya, seperti neon. Hanya saja,
dibutuhkan inverter dan proses yang sedikit lebih lama karena membutuhkan energi listrik
yang lebih besar.
Menurut sang ketua, mekanisme kerja perangkat yang dibuat dalam waktu dua pekan ini
disambungkan dengan storage berupa baterai polymer atau aki. Selain dapat menyimpan
energi, storage juga berfungsi untuk menjaga tegangan agar alus listrik yang keluar tetap
dalam takaran yang stabil.

Dalam rencana pengembangan ke depan, lanjut Fatahila, alat yang dibuat di laboratorium
elektronika tersebut akan dilengkapi dengan kontroler. Jika sudah sempurna, alat ini dapat
dimuat ke dalam produk keran yang dijual di pasaran sebagai bentuk dukungan untuk slogan
"home made energy".

Sebuah fakta menariknya, Fatahila bahkan juga mengungkapkan jika teknologi OASE ini
tidak membutuhkan biaya produksi yang mahal dan nantinya dapat dikombinasikan dengan
energi ramah lingkungan. Misalnya seperti teknologi tenaga surya atau kincir angin.

"Biaya produksi alat ini sangat murah, yakni hanya sebesar Rp 120.000. Sebelumnya alat ini
juga berhasil menempati peringkat tiga di acara National Innovative Product Exhibition
Contest (NAPEC) 2015 yang digelar oleh Program Studi Teknik Kimia FT-UB," paparnya.

http://www.techno.id/gadget/inovasi-anak-bangsa-sulap-air-keran-jadi-energi-listrik-
160127m.html

13.Alat Bernama Orison ini Akan Melengkapi Missing Puzzle dari


Energi Terbarukan
Kesadaran masyarakat tentang penggunaan energi terbarukan sekarang ini mulai terbentuk.
Di Indonesia sendiri penggunaan energi yang berupa angin dan tenaga surya sudah mulai
dilirik oleh masyarakat yang peduli lingkungan. Animo positif ini sangatlah bagus, karena
seperti yang kita tahu bahwa kita sudah tidak bisa berharap banyak pada energi berbasis
bahan bakar fosil.

Energi terbarukan memiliki keuntungan yang jauh lebih banyak dibandingkan bahan bakar
fosil. Diantarany energi terbarukan lebih ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi
karbon. Selain itu dalam hitungan jangka panjang, dengan teknologi terkini harga dari energi
terbarukan sudah mulai bersaing dengan energi bahan bakar fosil. Tetapi, energi terbarukan
memiliki masalah yang susah untuk diatasi yaitu sustainability/keberlangsungannya.
Memang, cukup susah mengatasi masalah sustainibility dari energi terbarukan. Bayangkan
saja, energi terbarukan seperti solar cell/panel surya hanya akan dapat memberi energi di
siang hari, sedangkan untuk malam hari kita tidak dapat bergantung pada sistem ini. Sama hal
nya dengan tenaga angin yang hanya akan bekerja ketika ada angin yang menggerakkan
kincir sehingga energi yang dihasilkan tidak stabil.

Tentu masalah ini selalu dicoba untuk diselesaikan oleh para inovator. Masalah ini dapat
diselesaikan dengan sistem power storage (penyimpanan energi). Sistem penyimpanan energi
tersebut biasanya menggunakan baterai besar atau sistem yang tidak portable yang berada di
luar rumah. Meskipun begitu baru-baru ini ada produk inovatif bernama Orison yang akan
mengubah paradigma kita tentang power storage tersebut. Kita lihat yuk

Power Storage yang Tak Hanya Menyimpan tetapi juga Pintar


Baterai pada umumnya hanya punya kemampuan untuk menyimpan atau mengeluarkan
energi apabila dibutuhkan. Orison ini berbeda, alat ini memiliki sistem pintar sehingga
apabila terdapat kelebihan energi, alat ini akan secara otomatis menyimpan energi tersebut.
Hal ini akan sangat mengefisienkan penggunaan energi sehingga akan menghemat biaya.

Keuntungan Menggunakan Orison

Tidak hanya itu, kita juga bisa mengatur kapan kita akan menyimpan energi tersebut dan
kapan kita akan menggunakannya melalui aplikasi smartphone.

Aplikasi smartphone dari Orison ini benar-benar multifungsi. Tidak hanya sebagai pengatur
penyimpanan, kita juga dapat menghitung berapa energi yang kita simpan, mengatur jadwal
isi ulang dan me-manage alat ini.

Sistem pintar dari alat ini tidak hanya berhenti sampai disitu. Fitur untuk memaksimalkan
efisiensi penggunaan energi benar-benar diperhatikan oleh alat ini. Fitur tersebut meliputi
akses data dari cloud Orison yang akan memberitahukan terjadinya pemadaman listrik,
perkiraan cuaca yang akurat, dan rata-rata penggunaan sehingga penggunaan energi kita akan
lebih aman dan efisien.

Efisiensi Lebih Tinggi dengan Akses data ke Cloud Orison

Spesifikasi dan Desain


Berbeda dengan power storage pada umumnya yang memiliki dimensi besar dan sangat
berat, Orison ini memiliki dimensi yang lebih kecil dan ringan. Selain itu spesifikasi dari alat
penyimpan energi yang satu ini tidak kalah dengan power storage pada umumnya. Mari kita
lihat dimensi dan spesifikasi dari Orison melalui gambar dibawah.

Dimensi dan Spesifikasi Orison


Baterai pada umumnya untuk penyimpanan energi juga tidak memiliki bentuk estetik yang
bagus. Oleh karena itu sangat tidak mungkin baterai tersebut diletakkan dalam rumah.

Berbeda dengan dengan baterai tersebut, Orison memiliki bentuk estetik yang sangat bagus
sehingga sangat indah dipajang dalam rumah. Satelit penerima dari cloud Orison pun
memiliki bentuk yang bagus sehingga tidak hanya bermanfaat tetapi juga membuat rumah
kita jadi indah. Berikut bentuk satelit dan baterai Orison.

Perbandingan Ukuran Orison (kickstarter)

Desain yang praktis dan langsung bisa kita pasang sendiri membuatnya menghemat banyak
biaya. Tidak perlu ongkos ahli untuk memasang, tidak perlu ongkos jasa pengangkutan
karena ringan, dan sudah dilengkap berbagai macam colokan sehingga tidak butuh alat bantu
tambahan.

Baterai dari Orison bisa dipasang secara modular. Setiap baterainya memiliki kekuatan
hingga 2.2 kWh. Ketika kita menggabungkan 4 baterai berarti kita bisa mendapatkan 8.8
kwatt daya. Jumlah sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik 1 bangunan.

Baterai Orison yang dapat Dipasang Secara Modular

Dengan berbagai kelebihannya tersebut, sepertinya Orison akan booming di pasaran. Hal ini
dikarenakan kemampuan, design dan fitur yang semuanya akan membuat efisiensi
penggunaan energi terbarukan menjadi menyenangkan. Hal ini terlihat dari campaignnya di
kickstarter, produk ini telah berhasil menuai kesuksesan campaignnya dengan mendapat
pendanaan sebesar.
Sekian pembahasan alat yang sangat menarik terkait peng-efisienan penggunaan energi
terbarukan. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan baru bagi kita semua.

http://www.penggagas.com/alat-bernama-orison-ini-akan-melengkapi-missing-puzzle-dari-
energi-terbarukan/
14.Manfaatkan Tenaga Pijakan, Mahasiswa Untag Buat Tangga Penghasil
Energi Listrik

Saiful dan Raditiyo mendemonstrasikan tangga statis penghasil energi listrik yang mereka buat. Foto:
Petrus Riski

Luar biasa. Dua mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Jawa Timur,
Radityo Jalu Atmojo dan Saiful Efendi, berhasil memecahkan persoalan energi listrik dengan
memanfaatkan energi pijakan. Melalui karya inovatif yang mereka namakan Tangga Statis,
energi listrik yang dihasilkan ini dapat menerangi ruangan hingga mengoperasikan peralatan
elektronik lainnya.

Inovasi Tangga Statis karya dua mahasiswa semester tujuh Jurusan Teknik Elektro ini,
terinspirasi dari banyaknya anak tangga di sebuah gedung yang seharusnya dapat
dimanfaatkan. Beban pijakan pada anak tangga menjadi dasar sumber energi yang bisa
digunakan untuk menghasilkan energi listrik.

Cara kerjanya menggunakan pijakan, dimana pijakan anak tangga itu didesain sedemikian
rupa dengan menggunakan pegas dan tuas, yang dihubungkan pada gir dan roda penghubung.
Selanjutnya disinkronkan pada sebuah generator yang menyimpan energi listrik yang
dihasilkan oleh batere atau aki, terang Raditiyo kepada Mongabay Indonesia awal pekan ini.

Raditiyo menjelaskan, selama ini, keberadaan anak tangga pada sebuah bangunan atau
gedung sering dipandang hal yang biasa, bahkan kurang mendapat perhatian alias sebagai
pelengkap. Padahal, keberadaan anak tangga merupakan syarat utama dan komponen vital
sebuah bangunan atau gedung bertingkat.

Keberadaan anak tangga statis saat ini bahkan banyak digantikan oleh anak tangga berjalan
atau eskalator maupun lift, yang pengoperasiannya membutuhkan banyak energi listrik dan
bergerak terus menerus.

Berbekal besi, rantai, gir sepeda dan peralatan yang semuanya didapatkan dari rongsokan,
mereka mendesain dan membuat tangga statis penghasil energi listrik dengan memanfaatkan
beban pijakan.

Raditiyo mengatakan, banyaknya energi yang dapat disimpan dipengaruhi oleh banyaknya
anak tangga yang didesain sebagai penghasil energi listrik. Serta, banyaknya orang yang
melewati anak tangga dan berat badan yang melintasi anak tangga itu.

Karena pijakan tersebut dapat menghasilkan energi, kami manfaatkan untuk menghasilkan
energi listrik. Jadi, di setiap anak tangga terdapat pegas yang bila dipijak dapat menggerakkan
gir dan tuas pada generator, paparnya.

Energi listrik yang dihasilkan dapat digunakan sebagai penerangan ruangan. Foto: Petrus Riski

Saiful Efendi menambahkan, prototype tangga statis penghasil energi ini dibuat secara
sederhana. Komponen kelistrikannya seperti alternator, kontrol charge, inverter pengubah
arus DC ke AC, dan aki.
Energi yang disimpan pada batere atau aki bisa digunakan untuk lampu penerangan di
ruangan dan beberapa alat elektronik. Kalau kapasitas batere besar, bisa menerangi ruangan
lebih banyak lagi, tegasnya.

Meski belum berencana menawarkan inovasi hasil karyanya ini, Saiful dan Raditoyo
mengaku masih akan menyempurnakan model Tangga Statis yang mereka buat ini, terutama
mengenai sistem kelistrikan dan mekaniknya.

Ini cocok diterapkan di gedung yang anak tangganya banyak dilewati orang, seperti pasar
dan mall, ujar Raditiyo.

http://www.mongabay.co.id/2016/02/27/manfaatkan-tenaga-pijakan-mahasiswa-untag-buat-
tangga-penghasil-energi-listrik/

15.Pengembangan sumber listrik dari tanaman padi, solusi krisis energi?


Sekitar 35% penduduk Indonesia belum menikmati aliran listrik, terutama di wilayah
terpencil dan pedesaan. Meski saat ini pemerintah mempercepat program penyediaan listrik
35.000 megawatt dalam lima tahun. Tetapi pengembangan teknologi yang dilakukan
mahasiswa Universitas Brawijaya ini menawarkan penyediaan listrik dari sumber alternatif
yaitu padi.

Ketua tim peneliti energi listrik mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang
Dheniz Fajar Akbar, sibuk memantau pertumbuhan padi yang ditanam di dalam rumah kaca
mini sejak dua bulan lalu.

Dia secara rutin memberikan pasokan beberapa tanaman padi ini diberi pasokan air dan
pupuk dengan jumlah yang berbeda.

Tanaman padi semua sejak dua bulan lalu dalam sebuah rumah kaca mini. Sepuluh tanaman
diperlakukan berbeda, mulai pasokan air, dan pemupukan. Hasilnya tanaman dengan
penyiraman 500 mililiter air dan kompos lima persen dari volume tanah.

Kita semai IR64, kita susun dalam 1 pot. Diameter 15 centimeter, tinggi 15
centimeter,Volume tanah kita masukkan 1 centimeter tanah, kemudian kita letakkan karbon
granit yang berfungsi sebagai anoda kita tumpuk tanah," jelas Dheniz.

"Kemudian kita tanam padi, kita tanam karbon lagi berfungsi sebagai katoda. Setelah anoda
dan katoda kita pasang listrik lebih dulu, jelas dia kepada Eko Widianto wartawan di Malang
Jawa Timur.
Sekitar 50% Papua masih gelap, warga Papua berteriak ke Jokowi

Sumba: Pulau dengan sasaran 100% energi terbarukan

Teori ini ditemukan di Belanda pada 2001, tetapi ternyata tak banyak peneliti Indonesia yang
mengembangkan teknologi ini meski di sini memiliki wilayah pertanian yang luas.

Tim yang terdiri dari lima mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya
Malang ini mengembangkan teknologi Plant Microbial Fuell Cell (PMFC), yang dinamai E-
Paddy.

Image caption Sepuluh pot tanaman padi diletakkan di rumah kaca mini.

Skala besar

Tak jauh dari tempat kos Dheniz dan Hamdan terhampar sawah yang cukup luas, seorang
petani tampak tengah mengemburkan tanah dengan menggunakan traktor.

Dheniz berharap teknologi pembangkit listrik yang diujicobanya dapat dikembangkan di


desa-desa yang memiliki lahan pertanian. Lebih murah dari pembangkit listrik konvesional
katanya.

Alat bernama E-Paddy diharapkan bisa mengatasi krisis listrik dan mengaliri wilayah yang
tak belum terkoneksi dengan listrik,

Padi merupakan tananaman yang mengalami reaksi fotositensis menghasilkan glukosa,


oksigen 30 persen dikonsumsi padi. Sebelibnya 70 persen dikonsumsi mikroorganisme dalam
tanah. Mengalami metabolisme menghasilkan elektron negatif mengalir ke anoda, mengalir
ke katoda menghasilkan listrik, seperti dijelaskan salah seorang Hamdan Mursyid.

Hasil uji coba, tanaman padi umur 25-30 hari menjadi puncak produksi listrik mencapai
sebesar 462,4 mili volts per menit. Data listrik yang dihasilkan terekam dalam data loger.
Data terekam setiap saat untuk dianalisis.

Ramah Lingkungan

Image caption Dalam uji coba yang dilakukan, energi listrik dari tanaman padi dapat menambah
kekuatan baterai telepon seluler.

Dalam uji coba para mahasiswa Fakultas Pertanian ini diketahui tanaman pagi yang berumur
kurang sekitar satu bulan, dapat menghasilkan listrik meski baru skala kecil, untuk mengisi
ulang baterai telepon selular.

Tetapi Dheniz menyebutkan listrik yang dihasilkan bisa lebih besar tergantung dari luas
lahan.
Seperti menanam tanaman saja untuk aplikasi, ada tanaman kita beri karbon disambungkan
ke kabel kita sambungkan ke penampung daya. Kemudian kita penyiraman dan kompos nanti
akan terbentuk energi listrik. Dari 1 hektare terbentuk dihasilkan 41 Gigajoule dibutuhkan
beberapa lempengan karbon berfungsi sebagai anoda dan katoda, kata Dheniz.

Listrik yang dihasilkan 41,9 Gigajoule atau setara dengan 1,15 kilo liter minyak bumi.
Sehingga listrik yang dihasilkan dipastikan ramah lingkungan.

Inovasi mahasiswa ini mendapat pembiayaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi sebesar Rp 7,5 juta, dan para mahasiswa
ini berharap dikembangkan secara massal dengan teknologi yang sederhana.

Daripada mereka menggunakan genset yang menggunakan solar, ini ada sawah yang bisa
dimanfaatkan, di lahan pertanian bisa digunakan untuk penyinaran di malam hari, tapi yang
kami harapkan listrik yang dihasilkan ditampung untuk mengaliri listrik di desa kata dia.

Tim juga telah mendapatkan tawaran untuk mengembangkan teknologi ini dengan skala yang
lebih besar kerja sama dengan peneliti dari Belanda.

Ramah lingkungan

Image caption Tim terdiri dari lima mahasiswa memproduksi listrik menggunakan sumber energi
terbarukan.

Inovasi ini bisa dikembangkan di semua tanaman, tak hanya padi. Tanaman padi dipilih
lantaran lahan sawah masih cukup luas. Mereka berharap teknologi ini dikembangkan karena
lebih murah dan ramah lingkungan.

Teknologi PMFC, Plant Microbial Fuell Cell ini alangkah lebih baik dikembangkan untuk
mencukupi aliran listrik di daerah yang belum teraliri listrik. Intinya kita tetap akan
mengembangkan teknologi, agar tersebar luas di Indonesia untuk mencukupi kebutuhan
listrik kata Dheniz.

Dosen pembimbing dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Dewi Maya Maharani
mengatakan inovasi ini bisa dikembangkan di semua tanaman, tak hanya padi, dan dianggap
ramah lingkungan.

"Mungkin yang potensial padi, bisa mangrove juga jadi di daerah pesisir, jadi potensial jadi
untuk proyek kesananya, kita akan mendapatkan keuntungan antara produksi pangan berarti
dari beras sebagai bahan pokok di Indonesia, " jelas Maya.

"Produksi energinya dari energi listriknya dimanfaatkan untuk penerangan, serta dapat
menurunkan emisi metan. Jadi produksi padi ini kan banyak memproduksi gas metan
terbanyak yang berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca," tambah dia.
Tim mahasiswa ini tengah mengajukan hak paten melalui sentra hak intelektual Universitas
Brawijaya Malang.

http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/06/160530_majalah_sains_listrik_padi

16.Siswa SD Buat Inovasi Energi Listrik dari Jus Belimbing

VIVA.co.id - Muhammad Azkar Habibullah, siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Prambanan Klaten
Jawa Tengah, berhasil membuat inovasi energi listrik alternatif dari sebuah jus belimbing. Meski
sederhana, namun upayanya untuk menciptakan listrik terlihat berhasil.

Dalam praktiknya, Azkar hanya menggunakan peralatan sederhana. Yakni satu gelas kosong berisi
tanah, jus belimbing wuluh serta lempeng tembaga dan seng.

"Nanti tanah yang ada di dalam gelas diisi dengan jus belimbing wuluh. Baru kemudian dimasukkan
lempengan tembaga dan seng yang kemudian dihubungkan satu persatu. Barulah keluar listriknya,"
ujar siswa SDIT Salsabila Baiturrahman tersebut di hadapan dewan juri Klaten Science Festival,
Kamis, 30 April 2015.

Tak kalah menarik, inovasi berikutnya juga berhasil dibuat oleh Febrian Lusi Herawati. SIswo kelas V
SDN 1 Gemampir Karangnongko Klaten ini berhasil membuat alat peraga hidrolik yang
menggunakan energi air.
Melalui alat suntik dan selang kecil, air tersebut mampu mengangkat miniatur alat berat mirip
backhoe yang terbuat dari limbah sendok es krim.

Bekerja dengan menggerakkan beberapa suntikan, tekanan air yang disalurkan melalui selang kecil
pun mampu mengangkat beban.

"Ini cuma peraga saja. Saya cuma mencontohknnya dengan menggunakan barang bekas. Barangkali
nanti bisa dibuat dengan alat yang lebih canggih," ujar Lusi.

Sementara Kasi SD Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten Suroyo, mengaku mengapresiasi inovasi
teknologi yang dibuat sejumlah siswa SD tersebut.

"Anak-anak ini sangat hebat. Sedari dini mereka sudah bisa menulis dan meneliti. Bisa dibayangkan
betapa banyak yang bisa dipelajari anak-anak ini," ujar Suroyo.

http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/620300-siswa-sd-buat-inovasi-energi-listrik-dari-
jus-belimbing

17.Energi Hidrogen Terbarukan dari Air dan Cahaya Matahari


Sebuah perusahaan rintisan bernama HyperSolar bekerja sama dengan peneliti dari
Universitas Iowa menghasilkan energi terbarukan terinspirasi dari tumbuhan. Menggunakan
air dan cahaya matahari, mereka membuat energi hidrogen terbarukan.

Akhir bulan Mei lalu, HyperSolar mengumumkan sebuah terobosan dalam hal efisiensi dalam
penelitian ini. Universitas Iowa pun memperpanjang kesepakatan penelitian bersama untuk
setahun berikutnya dengan perusahaan tersebut.

Kerjasama dua tim ini bertujuan untuk menghasilkan energi hidrogen yang bersih dengan
menggunakan proses yang sama seperti fotosintesis. Teknologi ini sangat penting karena
metode yang berkelanjutan dalam menciptakan energi hidrogen selama ini sangatlah mahal.
Terobosan yang dihasilkan HyperSolar dalam memproduksi energi hidrogen bisa mengurangi
biaya tersebut dengan sangat efisien.
Para peneliti dari Universitas Iowa mengembangkan sebuah alat elektrokimia bertenaga surya
yang dapat menghasilkan energi dari air dan cahaya matahari. Foto: Syed
Mubeen/Inhabitat.com

Untuk menciptakan energi hidrogen, mereka menciptakan sebuah alat elektrokimia bertenaga
surya. Alat ini bisa ditempatkan di berbagai jenis air, termasuk air limbah ataupun air laut.
Ketika sinar matahari menerpa alat ini, dia akan mengubah air menjadi hidrogen yang
kemudian bisa disimpan seperti baterai. Ketika hidrogen tersebut diubah kembali menjadi air,
para peneliti tersebut bisa memanen energinya.

Kepala Penelitian HyperSolar, Syed Mubeen mengatakan bahwa mereka berencana untuk
memperbesar skala penelitiannya sehingga mereka bisa menemukan cara untuk memotong
biaya yang diperlukan untuk membuat alat tersebut dan memperkuat prosesnya. Pada
akhirnya, energi yang dihasilkan bisa digunakan pada mobil bertenaga hidrogen atau sebagai
pembangkit listrik yang bersih.

Menurut Syed Mubeen, pengembangan energi terbarukan yang bersih adalah sebuah tujuan
yang ingin dicapai oleh seluruh dunia. Seperti dilansir dari laman Inhabitat.com, Mubeen
mengatakan, saat ini kami memahami bagaimana sebuah sistem energi yang bersih seperti
sel surya, turbin angin dan lainnya bisa bekerja dengan tingkat kerumitan yang tinggi.
Tantangan utama saat ini adalah mengembangkan sistem energi bersih yang terjangkau dan
bisa menyaingi biaya pemakaian bahan bakar minyak sehingga bisa dipakai secara luas dan
tidak terbatas pada negara berkembang saja.

http://www.greeners.co/ide-inovasi/energi-hidrogen-terbarukan-air-dan-cahaya-matahari/

18.Mahasiswa Balikpapan Rancang Alat Pemakaian Listrik Rumah Hemat


Energi

Balikpapan (idcfm.net)Iwan Setiawan, Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Universitas


Balikpapan berhasil merancang alat optimalisasi pemakaian energi listrik rumah hemat
energi. Inovasi Iwan dalam teknologi ini, membawanya menduduki juara pertama Lomba
Kreativitas Teknologi Inovasi 2016 gelaran Jarlitbang Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappeda) Kota Balikpapan.
Selama kurang lebih satu bulan saya kerjakan sendirian. Inovasi dari dosen untuk
merancang suatu alat kendalikan instalasi listrik dengan cara manual otomatis dengan
teknologi pemrograman, terang Iwan usai penyerahan hadiah di Aula Kantor Walikota
Balikpapan pada Selasa (02/08).

Iwan merincikan, alat pengendali instalasi listrik ini dirancang menyerupai sirkuit portable
berbasis Arduino Uno, teknologi dari Italia. Sirkuit portable ini, kata Iwan, dikendalikan oleh
mini komputer yang diprogramkan dengan open source atau software yang memiliki kode
program. Dikatakan hemat energi karena ketika pemilik rumah akan bepergian, cukup
memasukan password pada mini computer dan otomatis seluruh lampu yang tersambung
dalam jaringan sirkuit tersebut akan mati.

Dalam lomba ini saya hanya kendalikan lampu luar saja. Semisal keluar rumah masukan
password yang ada di program. Paswordnya bisa taruh di pintu atau dalam ruangan. Nanti
mati sendiri, terangnya lagi.

Sukses menyabet jawara dalam Lomba Kreativitas Teknologi Inovasi 2016, Iwan berencana
memasarkan temuannya ke kalangan perkantoran dan pengembang perumahan. Namun
Mahasiswa Semester 3 ini akui akan temui sejumlah kendala, terutama dari segi pengadaan
alat dan biaya. Sehingga ia berharap pemerintah kota bisa mendukung penuh rencana
tersebut. Sebab kedepan selain menggunakan password, pemrograman listrik hemat energy
juga bisa dikendalikan melalui smartphone.

Untuk mendesain rancangan ini sempat kesulitan dalam memperoleh alat. Sebagian alat ini
barang bekas yang saya dapat dari teman yang bekerja di perusahaan telekomunikasi. Biaya
pembuatanya kalau dikalkulasi sampai satu jutaan, tukasnya seraya tersenyum.

Sementara itu, Kepala Balitbangda Provinsi Kalimantan Timur, Prof. DR. H. Dwi Nugroho
Hidayanto, M. Pd mengapresiasi program edukasi lomba teknologi gelaran Jarlitbang
Bappeda Kota Balikpapan. Sesuai dengan tahapan RPJMD Provinsi kaltim Tahun 2014-2018,
salahsatu arah kebijakannya adalah penyiapan industrialisasi produk unggulan daerah dan
pengembangan energy baru dan terbarukan.

Peran Litbang Daerah adalah melakukan fasilitasi, advokasi, supervise dan edukasi sebagai
bentuk implementasi penguatan Sistem Inovasi Daerah, kata Dwi.

Ditambahkan Dwi, saat ini hanya Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Kutai Kartanegara
yang sudah memiliki Balitbangda. Balikpapan sendiri masih berupa Jarlitbang yang masih
satu struktur dengan Bappeda. Di Provinsi sendiri, kata Dwi, pihaknya baru memiliki 18
tenaga peneliti dari 180 personel yang ada.

Menurut ketentuan pusat, seharusnya setiap Balitbangda, 40 persennya adalah tenaga


peneliti. Balikpapan juga kami dorong untuk Jarlitbang berdiri sendiri menjadi Bappeda,
tekan Dwi. (Imy)
http://idcfm.net/mahasiswa-balikpapan-rancang-alat-pemakaian-listrik-rumah-hemat-energi/

19.Alat Penyuplai Energi Listrik pada Lapak Angkringan

Angkringan telah menjadi tempat makan favorite bagi masyarakat Yogyakarta, tak ayal
kebeadaannya semakin menjamur. Pada umumnya angkringan memiliki ciri khas berada di
tepi jalan dengan gerobak sehingga kebanyakan lapak angkringan tidak memiliki suplai
energi listrik. Oleh karena itu, lapak angringan biasanya menggunakan arang sebagai bahan
bakar serta lampu sentir/ lampu tempel sebagai penerangan utama. Namun, dari hasil survei
menunjukkan bahwa asap yang ditimbulkan dari proses pembakaran arang dan lampu sentir
dapat menggangu kesehatan dan kenyamanan pengunjung. Sehingga, ketersediaan energi
listrik sebenarnya sangat penting bagi pedagang Angkringan maupun pembelinya.
Kondisi tersebut memunculkan ide kreatif dari sekelompok mahasiswa Universitas Negeri
Yogyakarta dari Fakultas Teknik (FT) berkolaborasi dengan mahasiswa Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) yang tergabung dalam kelompok Program Kreativitas
Mahasiswa (PKM) bidang Teknologi, untuk mengembangkan energi alternatif unruk
memenuhi kebutuhan listrik di lapak angkringan dengan memanfaatkan sistem panel surya.
Kelompok ini terdiri dari Muhamad Iskandar (Pendidikan Teknik Mekatronika), Nurlia
Sutiani (Pendidikan Teknik Informatika), Ahmad Habibullah (Pendidikan Teknik
Mekatronika) dan Maisel Priskila Sisilia (Pendidikan IPA).

Alat yang mereka ciptakan bekerja dengan mengontrol panas matahari untuk mengisi batrei
dan kemudian dikonversi menjadi suplai energi listrik yang siap digunakan untuk kebutuhan
penerangan di lapak angkringan.

Pengembangan alat ini mendapat sokongan dana dari PKM tahun 2013 yang bertujuan untuk
membantu penjual angkringan dalam meningkatkan penghasilannya. Ketut Ima Ismara,
M.Pd, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro sangat mengapresiasi inovasi
ini. Sudah sepatutnya para mahasiswa melakukan pengembangan teknologi yang tepat guna
sehingga dapat membantu masyarakat, tuturnya.

Muhamad Iskandar, ketua kelompok menjelaskan bahwa alatnya mampu menghasilakan


energi listrik hingga 1200 Watt. Dengan tambahan installasi penerangan mini pada warung
angkringan, peran lampu sentir dapat tergantikan, ungkap Iskandar.
Selain itu, dengan daya yang cukup besar alat kami juga mampu untuk menyalakan alat
elektronik lain yang sudah disesuaikan dayanya seperti LCD TV, Radio, Sistem Audio Mini
serta charging ponsel atau laptop, tambahnya.

Dalam sesi uji coba, penerapan alat ini mendapatkan respon yang sangat baik dari dua
pedagang angkringan. Pak Parjo, pedagang angkringan dari Gondokusuman, Yogyakarta
mengungkapkan bahwa alat ini sangat membantu dirinya dalam berdagang angkringan.
Contohnya untuk memanasi air juga menjadi sangat cepat, dengan kompor listrik, tinggal
ceklek langsung panas, ceritanya.

Alat ini memberikan banyak pengetahuan bagi saya yang sudah berumur terkait teknologi
yang ada pada era sekarang lanjut pedagang yang sudah berusia 50an tahun itu.
Sementara itu Pak Sugio yang berjualan angkringan di daerah Sleman juga merasakan
dampak yang sangat positif. Alat ini bermanfaat sekali, karena bisa membuat saya betah.
Meski, pengunjung sepi saya bisa menonton tv serta menikmati lagu-lagu sambil menunggu
pengunjung datang, tutur Pak Sugio sembari tertawa lepas.

Semoga untuk kedepannya alat ini bisa lebih didekatkan kepada masyarakat, khususnya
pedagang warung angkringan yang selama ini setia menjadi trand mark dibidang industri
makanan dan akrab di kalangan mahasiswa khususnya didaerah Istimewa Yogyakarta
tutupnya.

https://ft.uny.ac.id/berita/alat-penyuplai-energi-listrik-pada-lapak-angkringan.html

20.Tiga Siswa SMA Asal Indramayu Temukan Alat Inovasi Energi


Alternatif dari Rumput Laut
Beritaplatmerah, Indramayu Patut diapresiasi, sejumlah pelajar di
Indramayu yang tergabung dalam komunitas Cita Rasa Kebaikan Pelajar (CAKEP) telah
menciptakan sebuah alat inovasi energi alternatif yang bersumber dari rumput laut dan
kemudian menghasilkan biotanol yang kadar oktannya mendekati Petralite.
Ke tiga pelajar tersebut yaitu Hofifah, Tin Haeli, dan Uswatun hasanah. mereka adalah duta
CAKEP yang berasal dari SMAN 1 Sindang Kabupaten Indramayu.

Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam proses produksi Biotaol ini, yaitu : pertama
memilih sample rumput laut, kemudian proses pengeringan, setelah itu dilakukan fermentasi
antara ganggang rumput laut dengan ragi, dan proses terakhir adalah destilasi, yaitu proses
pemisahan antara air dengan biotanol,ungkap Hofifah, selaku Ketua tim Cakep.

Para pelajar ini menyebut teknologi temuan mereka telah dipertimbangkan dari berbagai
aspek, baik aspek kegunaan maupun lingkungan.

Selain itu, karya mereka telah diikutsertakan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI)
EPSILON 2016 yangdilaksaaanakan di UGM Yogyakarta. Lomba tersebut ditujukan untuk
siswa/i SMA se-derajat se Jawa/Bali yang bertujuan untuk menumbuhkan minat peserta
dalam bidang sains dan teknologi terapan, terutama dalam bidang energi terbarukan, serta
diharapkan mampu menumbuhkan semangat berinovasi sebagai jawaban atas krisis
energi yang terjadi di Indonesia.

Lomba tersebut diikuti tak kurang dari 1000 SMA/ Se-derajat se Jawa/Bali. Dan
hasil yang membanggakan diraih wakil dari Indramayu lolos ke semifinal dan saat ini tengah
menunggu untuk tahapan selanjutnya yang akan dilakukan oleh panitia.

Keberhasilan tersebut tak lepas dari peran berbagai pihak, baik pihak Sekolah, Dinas terkait,
dan tentunya para pembimbing atau coach yang melatih para duta CAKEP. (*)

http://beritaplatmerah.com/tiga-siswa-sma-asal-indramayu-temukan-alat-inovasi-energi-
alternatif-dari-rumput-laut/

21.Inovasi Belanda: Mengubah Panas Menjadi Listrik


Bukan hal yang asing jika kita mendengar inovasi yang dilakukan oleh negeri Belanda. Mulai
dari menyulap laut dan rawa-rawa menjadi daratan untuk memperluas negara mereka (bahkan
Belanda dijuluki sebagai Negara di bawah permukaan laut), menjadikan angin sebagai
sumber energi listrik melalui kincir angin. Pada awalnya kincir angin yang dikembangkan
Belanda sejak abad ke-13, penggunaannya hanya untuk mengatasi masalah banjir. Sekitar
tahun 1973, kincir angin modern atau turbin angin dimanfaatkan oleh Belanda sebagai alat
pembangkit energi listrik. Bahkan saat ini Belanda mempunyai inovasi baru yaitu mengubah
energy panas (api) dari sisa pembakaran limbah menjadi energi listrik untuk keperluan
rumah tangga. Bagaimana bisa? Berikut penjelasannya.

Sampah dan limbah merupakan masalah bagi semua Negara, termasuk Belanda. Sampai
dengan abad ke-17 penduduk Belanda masih suka membuang sampah dengan seenaknya. Di
abad berikutnya, masyarakat mulai menyadari bahwa sampah mulai menimbulkan penyakit,
sehingga pemerintah menyediakan tempat-tempat pembuangan sampah. Di abad ke-19, mulai
ada petugas pemerintah daerah yang datang mengambil sampah dari rumah-rumah penduduk
dan mengumpulkannya di tempat pembuangan akhir. Di abad ke-20 sampah yang terkumpul
tidak lagi dibiarkan tertimbun sampai membusuk, melainkan dibakar. Kondisi pengelolaan
sampah di Belanda saat itu kira-kira sama seperti di Indonesia saat ini.

Pada abad ke-21 teknologi pembakaran sampah yang modern mulai diterapkan. Teknologi
yang memungkinkan pembakaran tidak menimbulkan efek samping yang dapat merugikan
kesehatan yang disebut dengan insinerasi. Insinerasi atau pembakaran sampah (bahasa
Inggris: incineration) adalah teknologi pengolahan sampah yang
melibatkanpembakaran bahan organik. Insinerasi dan pengolahan sampah bertemperatur
tinggi lainnya didefinisikan sebagai pengolahan termal. Insinerasi material sampah
mengubah sampah menjadi abu, gas sisa hasil pembakaran, partikulat, dan panas. Gas yang
dihasilkan harus dibersihkan dari polutan sebelum dilepas ke atmosfer. Panas yang dihasilkan
bisa dimanfaatkan sebagai energipembangkit listrik. Insinerasi memiliki banyak manfaat
untuk mengolah berbagai jenis sampah seperti sampah medis dan beberapa jenis sampah
berbahaya di mana patogen dan zat kimia bisa hancur dengan temperatur tinggi (sumber:
http://brainly.co.id/tugas/1656920).

Amsterdam sebagai kota terpadat di Belanda, tentunya memiliki masalah pengolahan sampah
dan limbah yang kompleks. Pemerintah Belanda memutuskan untuk membuat sebuah
perusahaan pengolahan sampah dan limbah yang berada di Amsterdam yaitu City of
Amsterdam Waste and Energy Company yang bertujuan menghasilkan energi baru yang
dapat dipakai kembali. Menurut catatan Kompasiana, dalam sehari sampah dari kota
Amsterdam diangkut 600 truk dan berisi 4400 ton. Lebih dari 1,4 juta sampah domestik dan
industrial diproses setiap tahunnya atau 25% dari total sampah yang dihasilkan warga
Belanda dalam setahun.

Sampah dari berbagai penjuru Amsterdam diangkut menggunakan truk sampah untuk
ditampung di sebuah tempat penampungan setinggi 30 meter. Kemudian sampah tersebut
diangkut menggunakan penjepit besi untuk di bakar hingga 1000-1200 derajat celcius selama
24 jam setiap harinya. Sebelum dibakar sampah mesti dipilah-pilah, bahkan sejak dari rumah.
Hanya yang tidak membahayakan kesehatan yang boleh dibakar. Sampah yang memproduksi
gas beracun ketika dibakar harus diamankan dan tidak boleh dibakar. Dari hasil pembakaran
tersebut akan menghasilkan udara dan uap panas.

Udara panas dapat memutar turbin generator yang diubah menjadi sumber energi listrik.
Sementara uap panas yang dihasilkan bisa digunakan untuk mensuplai 50.000 pemanas
rumah tangga dengan kekuatan 91 kw. Listrik yang diproduksi mencapai 900kw per jamnya,
cukup untuk menerangi lampu-lampu di jalanan kota Amsterdam. Dalam setahun Amsterdam
mampu menghasilkan 1.000.000 mwh listrik atau setara dengan kebutuhan 1% energi listrik
di Belanda. Dan menghasilkan 17.740 ton besi serta 2,6 ton metal. Dari satu ton sampah yang
diproses hanya kilogram saja karena sisanya menjadi limbah yang tak bisa digunakan.

Metode pengolahan sampah menjadi listrik di Amsterdam


(Sumber: Kompasiana)

Seiring dengan makin berkembangnya teknologi, nampaknya pengelolaan sampah harus tetap
menjadi perhatian, mengingat masyarakat dan sampah hidup berdampingan setiap harinya
dimana pengelolaan sampah yang buruk dapat mengganggu kesehatan manusia. Dari sini kita
dapat belajar dari negeri Belanda sebuah hal yang tadinya dianggap tak berguna dan
menjijikan dapat berubah menjadi sebuah energi yang dapat diambil manfaatnya. Bukan tidak
mungkin insinerasi diterapkan di Indonesia, mengingat cadangan pembangkit listrik di
Indonesia sudah semakin memprihatinkan. Sudah saatnya Indonesia membuat inovasi-inovasi
untuk menciptakan sumber energi alternatif yang dapat mendukung kebutuhan listrik di
Indonesia yang semakin hari akan semakin meningkat.

http://hwc2015.nvo.or.id/083-inovasi-belanda-mengubah-panas-menjadi-listrik/
22.Mahasiswa ITB Ciptakan Inovasi Hemat Listrik dengan Restoc

Jakarta, EnergiToday -- Kemunculan sebuah ide selalu tak terduga, bahkan bisa
terinspirasi dari lingkungan sekitar. Gagasan itulah yang akhirnya mampu menyelesaikan
persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, tiga mahasiswa Intitut Teknologi Bandung
(ITB), yakni Nurwanto, Sabituddin dari Fakultas Informatika dan Asep Nurjamil dari Teknik
Elektro, menciptakan inovasi yang berhasil membawa mereka menjadi finalis Olimpiade
Sains Nasional (OSN) Pertamina.
Mengambil judul Restoc: Remote Stop Contact Untuk Efisiensi Penggunaan Energi
Listrik, tim kategori Proyek Sains ini mengaku, piranti yang diciptakannya mampu
menghemat listrik. Sederhananya, jelas Nurwanto, sistem kerja alat tersebut berfungsi untuk
menghemat dan penggunaan listrik yang efisien.
Awalnya, listrik di tempat kost kami sering lupa dimatikan karena harus buru-buru
pergi kuliah. Akhirnya kepikiran ide untuk bikin terminal yang dapat di-switch dari ponsel.
Untuk sementara kita buat tiga port dulu, ungkap Nurwanto.
Bersama kedua kawannya, perangkat keras pun dirakit. Tidak membutuhkan waktu
lama, dengan keahlian mereka di bidangnya masing-masing, aplikasi Restoc mampu
diciptakan hanya dalam sepekan. Meski begitu, ungkap Nurwanto, hasil ide yang
diciptakannya tidak serta merta datang begitu saja. Kita berharap dengan adanya alat ini bisa
membantu masyarakat. Karena Restoc juga bisa diaplikasikan di apartemen, perkantoran dan
jalan raya, ungkapnya di Universitas Indonesia, Depok.
Tak hanya itu, kecanggihan Restoc juga terbukti mampu mengatur listrik lewat smart-
phone dari jarak jauh dengan menggunakan sinyal provider. Terdapat fitur pilihan switch, set
timer dan statistic pada alat tersebut. Semisal dalam fitur switch, dapat diketahui keadaan
perangkat elektronik yang terhubung di dalam port-port terminal dari aplikasi Restoc atau Re-
mote Stop Contact. Jadi satu rumah itu bisa dikontrol oleh handphone. Caranya
menggunakan sistem sms. Pengembangan lebih lanjutnya akan ada analisis keamanannya.
Hanya orang tertentu yang bisa mengetahuinya ditambah aksesnya menggunakan internet,
tandas mahasiswa semester tujuh itu.
Selain menghemat energi, dari aspek biaya pun terhitung hemat. Menurutnya,
kebutuhan listrik tiap tahun mengalami peningkatan. Seiring dengan meningkatnya
permintaan listrik, sumber daya untuk membangkitkan listrik juga meningkat. Oleh karena itu
perlu upaya penghematan energi listrik sebelum sumber daya pembangkit listrik tidak dapat
memenuhi permintaan kebutuhan listrik.
Nurwanto mengatakan, Restoc berguna untuk menghemat penggunaan listrik yang
berlebih, memudahkan pengguna dalan mengakses switch atau saklar dari jarak jauh dengan
menggunakaan smartphone, selanjutnya dapat memonitor listrik dalam jangka waktu tertentu
sehingga dapat mengetahui tingkat konsumsi listrik.
Menurut Nurwanto, apa yang mereka upayakan sejalan dengan program pemerintah
untuk menghemat energi listrik, menurunkan tingkat pencemaran lingkungan, dan
meningkatkan perekonomian masyarakat.
Mereka optimis dengan aplikasi yang diciptakannya bisa mendorong program
pemerataan listrik di seluruh Indonesia. Terlebih, sebagai upaya mengampanyekan program
penghematan listrik. [us/prt]

http://energitoday.com/2014/12/mahasiswa-itb-ciptakan-inovasi-hemat-listrik-dengan-restoc/

23.Termoelektrik, Pemanfaatan Energi Panas Menjadi Energi Listrik

Pada tanggal 5 September 1977, NASA meluncurkan Voyager 1 yang dirancang khusus
untuk terbang menjauhi tata surya sehingga solar cell tidak dapat dipergunakan. Dalam
menempuh perjalanan yang tak terbatas itu diperlukan pula energi listrik yang besar dan
stabil untuk mengirimkan data ke Bumi. Voyager menggunakan generator listrik RTG
(Radioisotop Thermoelectric Generator) dengan plutonium-238 yang memanfaatkan
teknologi termoelektrik. Sistem ini mampu membangkitkan listrik sebesar 400 W, serta
secara kontinu dan tanpa perawatan apa pun, Voyager tetap dapat mengirimkan data walau
sudah terbang selama 30 tahun.

Gambar 1. Voyager 1 yang diluncurkan NASA

Gambar 2. RTG (Radioisotop Thermoelectric Generator) yang ada pada Voyager 1

Apakah termoelektrik itu?

Teknologi termoelektrik adalah teknologi yang bekerja dengan mengkonversi energi panas
menjadi listrik secara langsung (generator termoelektrik), atau sebaliknya, dari listrik
menghasilkan dingin (pendingin termoelektrik). Untuk menghasilkan listrik, material
termoelektrik cukup diletakkan sedemikian rupa dalam rangkaian yang menghubungkan
sumber panas dan dingin. Dari rangkaian itu akan dihasilkan sejumlah listrik sesuai dengan
jenis bahan yang dipakai.

Prinsip kerja dari termoelektrik adalah dengan berdasarkan Efek Seebeck yaitu jika 2 buah
logam yang berbeda disambungkan salah satu ujungnya, kemudian diberikan suhu yang
berbeda pada sambungan, maka terjadi perbedaan tegangan pada ujung yang satu dengan
ujung yang lain ( Muhaimin, 1993).

Gambar 3. Thermoelectric conversion material

Untuk keperluan pembangkitan lisrik tersebut umumnya bahan yang digunakan adalah bahan
semikonduktor. Semikonduktor adalah bahan yang mampu menghantarkan arus listrik namun
tidak sempurna. Semikonduktor yang digunakan adalah semikonduktor tipe n dan tipe p.
Bahan semikonduktor yang digunakan adalah bahan semikonduktor ekstrinsik. Terdapat tiga
sifat bahan termoelektrik yang penting, yaitu :

1. Koefisien Seebeck (s)

2. Konduktifitas panas (k)

3. Resistivitas ()

Gambar 4. Skema dasar termoelektrik

Sejarah penemuan energi termoelektrik


Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh ilmuwan Jerman, Thomas
Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian. Di antara
kedua logam tersebut lalu diletakkan jarum kompas. Ketika sisi logam tersebut dipanaskan,
jarum kompas ternyata bergerak. Belakangan diketahui, hal ini terjadi karena aliran listrik
yang terjadi pada logam menimbulkan medan magnet. Medan magnet inilah yang
menggerakkan jarum kompas. Fenomena tersebut kemudian dikenal dengan efek Seebeck.

Penemuan Seebeck ini memberikan inspirasi pada Jean Charles Peltier untuk melihat
kebalikan dari fenomena tersebut. Dia mengalirkan listrik pada dua buah logam yang
direkatkan dalam sebuah rangkaian. Ketika arus listrik dialirkan, terjadi penyerapan panas
pada sambungan kedua logam tersebut dan pelepasan panas pada sambungan yang lainnya.
Pelepasan dan penyerapan panas ini saling berbalik begitu arah arus dibalik. Penemuan yang
terjadi pada tahun 1934 ini kemudian dikenal dengan efek Peltier. Efek Seebeck dan Peltier
inilah yang kemudian menjadi dasar pengembangan teknologi termoelektrik.

Pengembangan energi termoelektrik


Sejak awal tahun 1990, tuntutan dunia tentang teknologi yang ramah lingkungan sangat
besar. Ini memberikan imbas kepada teknologi termoelektrik sebagai sumber energi
alternatif. Banyak aplikasi lain penggunaan energi termoelektrik selain pada RTG yang
digunakan oleh Voyager 1.
Salah satunya adalah penerapan teknologi termoelektrik pada pembangkitan listrik dari
sumber panas. Sampai saat ini pembangkitan listrik dari sumber panas harus melalui
beberapa tahap proses. Bahan bakar fosil akan menghasilkan putaran turbin apabila dibakar
dengan tekanan yang sangat tinggi. Hasil putaran turbin tersebut akan dipakai untuk
memproduksi tenaga listrik. Efisiensi energi pembangkit ini masih rendah akibat beberapa
kali proses konversi. Panas yang dihasilkan banyak yang dilepas atau terbuang percuma.
Dapat digunakan suatu metode yang dikenal sebagai cogeneration di mana panas yang
dihasilkan selama proses dapat digunakan untuk tujuan alternatif. Dengan menggunakan
termoelekrik, panas yang dihasilkan selama proses diubah menjadi listrik, sehingga panas
yang dihasilkan tidak terbuang secara percuma dan energi yang dihasilkan oleh pembangkit
menjadi lebih besar, serta efisiensi energi menjadi lebih tinggi.
Contoh penerapan lainnya yang sedang dikembangkan saat ini adalah pemanfaatan
perbedaan panas di dasar laut dan darat, sistem hybrid pada kendaraan bermotor yang
memanfaatkan motor listrik dan mesin pembakaran, serta pemanfaatan pada pembangkit
listrik tenaga surya.
Kesulitan terbesar dalam pengembangan energi ini adalah mencari material termoelektrik
yang memiliki efisiensi konversi energi yang tinggi. Parameter material termoelektrik dilihat
dari besar figure of merit suatu material. Idealnya, material termoelektrik memiliki
konduktivitas listrik tinggi dan konduktivitas panas yang rendah. Namun kenyataannya
sangat sulit mendapatkan material seperti ini, karena umumnya jika konduktivitas listrik
suatu material tinggi, konduktivitas panasnya pun akan tinggi.
Walaupun demikian, teknologi material yang saat ini sedang berkembang pesat terutama
kemampuan menyusun material dalam level nano diharapkan dapat menghasilkan suatu
material termoelektrik dengan efisiensi yang tinggi.
http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bentuk-energi-
baru/termoelektrik-pemanfaatan-energi-panas-menjadi-energi-listrik

24.TOPIC: Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC)

Konversi energi termal lautan (Inggris: Ocean Thermal Energy Conversion/OTEC) adalah
metode untuk menghasilkan energi listrik menggunakan perbedaan temperatur yang berada
di antara laut dalam dan perairan dekat permukaan untuk menjalankan mesin kalor. Seperti
pada umumnya mesin kalor, efisiensi dan energi terbesar dihasilkan oleh perbedaan
temperatur yang paling besar. Perbedaan temperatur antara laut dalam dan perairan
permukaan umumnya semakin besar jika semakin dekat ke ekuator. Pada awalnya, tantangan
perancangan OTEC adalah untuk menghasilkan energi yang sebesar-besarnya secara efisien
dengan perbedaan temperatur yang sekecil-kecilnya.
Permukaan laut dipanaskan secara terus menerus dengan bantuan sinar matahari, dan lautan
menutupi hampir 70% area permukaan bumi. Perbedaan temperatur ini menyimpan banyak
energi matahari yang berpotensial bagi umat manusia untuk dipergunakan. Jika hal ini bisa
dilakukan dengan cost effective dan dalam skala yang besar, OTEC mampu menyediakan
sumber energi terbaharukan yang diperlukan untuk menutupi berbagai masalah energi.
Siklus kalor yang sesuai dengan OTEC adalah siklus Rankine, menggunakan turbin
bertekanan rendah. Sistem dapat berupa siklus tertutup ataupun terbuka. Siklus tertutup
menggunakan cairan khusus yang umumnya bekerja sebagai refrigeran, misalnya ammonia.
Siklus terbuka menggunakan air yang dipanaskan sebagai cairan yang bekerja di dalam
siklusnya.

Prinsip Kerja Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC)


Secara sederhana dapat disebutkan bahwa OTEC bekerja dengan memanfaatkan perbedaan
temperatur untuk membangkitkan tenaga listrik dengan cara memanfaatkannya untuk
menguapkan Ammonia atau Freon. Tekanan uap yang timbul kemudian dipergunakan untuk
memutar turbin.
Adapun prinsip kerja dari OTEC secara umum adalah:
1. Konversi energi panas laut atau OTEC menggunakan perbedaan temperatur antara
permukaan yang hangat dengan air laut dalam yang dingin, minimal sebesar 77 derajat
Fahrenheit (25C) agar bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.
2. Laut menyerap panas yang berasal dari matahari. Panas matahari membuat permukaan air
laut lebih panas dibandingkan air di dasar laut. Hal ini menyebabkan air laut bersirkulasi dari
dasar ke permukaan. Sirkulasi air laut ini juga dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan
turbin dan menghasilkan energi listrik.
3. Dalam beroperasinya OTEC, pipa-pipa akan ditempatkan di laut yang berfungsi untuk
menyedot panas laut dan mengalirkannya ke dalam tangki pemanas guna mendidihkan fluida
kerja. Umumnya digunakan ammonia sebagai fluida kerja karena mudah menguap. Dari uap
fluida tersebut selanjutnya akan digunakan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik.
Selanjutnya, uap fluida dialirkan ke ruang kondensor. Didinginkan dengan memanfaatkan air
laut bersuhu 5 derajat Celcius. Air hasil pendinginan kemudian dikeluarkan kembali ke laut.
Begitu siklus seterusnya. (Zaiki, 2009)

Jenis Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC)


1. Closed-Cycle (Siklus Tertutup):
Closed-cycle system menggunakan fluida dengan titik didih rendah,seperti ammonia,
untuk memutar turbin guna membangkitkan listrik. Air laut permukaan yang hangat
dipompa melewati sebuah heat exchanger (penukar panas) di mana fluida dengan titik
didih rendah tadi diuapkan. Fluida yang mengalami perubahan wujud menjadi uap
akan mengalami peningkatan tekanan. Uap bertekanan tinggi ini kemudian dialirkan
ke turbin untuk menghasilkan listrik. Kemudian air dingin dari dasar lautan dipompa
melewati heat exchanger yang kedua, mengembunkan hasil penguapan tadi menjadi
fluida lagi, di mana siklus ini berputar terus menerus.
2. Open-Cycle (Siklus Terbuka):
Open-Cycle OTEC menggunakan air laut permukaan yang hangat untuk
membangkitkan listrik. Ketika air laut hangat dipompakan ke dalam kontainer
bertekanan rendah, air ini mendidih. Uap yang mengembang menggerakkan turbin
tekanan rendah untuk membangkitkan listrik. Uap ini,meninggalkan garam-garam di
belakang kontainer. Jadi uap ini hampir merupakan air murni. Uap ini kemudian
dikondensasikan kembali dengan menggunakan suhu dingin dari air dasar laut.

3. Hybrid System (Siklus Gabungan):


Siklus hybrid menggunakan keunggulan sistem siklus terbuka dan tertutup. Siklus
hybrid menggunakan air laut yang diletakkan di tangki bertekanan rendah (vacuum
chamber) untuk dijaikan uap. Lalu uap tersebut digunakan untuk menguapkan fluida
bertitik didih rendah (amonia atau yang lainnya) yang akan menggerakkan turbin
guna menghasilkan listrik. Uap air laut tersebut lalu dikondensasikan untuk
menghasilkan air tawar desalinasi.

Kelebihan
Tidak menghasilkan gas rumah kaca ataupun limbah lainnya.
Tidak membutuhkan bahan bakar.
Biaya operasi rendah.
Produksi listrik stabil.
Dapat dikombinasikan dengan fungsi lainnya: menghasilkan air pendingin,
produksi air minum, suplai air untuk aquaculture, ekstraksi mineral, dan produksi
hidrogen secara elektrolisis.

Kekurangan:
Jika menggunakan amonia sebagai bahan yang diuapkan menimbulkan potensi bahaya
kebocoran.
Efisiensi total masih rendah sekitar 1%-3%.

http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/energi-laut/ocean-thermal-
energy-conversion-otec

25.Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut Sebagai Pemanfaatan terhadap


Wilayah Laut Indonesia

PLTA yang umum kita ketahui adalah pembangkit listrik yang energi penggerak utamanya
bersumber dari air yang dibuat sedemikian hingga agar mampu menggerakan turbin. PLTA
merupakan jenis pembangkit sumber energi terbarukan dan tanpa menimbulkan emisi. Tetapi
untuk skala besar masih banyak masalah-masalah yang harus dihadapi dari pengembangan
PLTA ini. Permasahan yang sering timbul adalah, besarnya biaya untuk pembangunan dan
pemeliharaan PLTA, Kebutuhan lahan yang sangat luas dan efek samping yang diakibatkan
terhadap lingkungan juga menjadi kendala, karena alasan tersebut, akhir-akhir ini banyak
yang mengembangkan alternatif teknologi baru sistem pembangkit listrik yang menggunakan
tenaga air untuk mengahasilkan enegi listrik, salah satunya adalah Pembangkit Listrik Tenaga
Arus Sungai/Laut (PLTAL).

Menurut beberapa sumber yang dibaca, arus sungai mempunyai kelebihan dibandingkan
dengan angin ataupun matahari yang cenderung lebih dipengaruhi oleh cuaca, sementara arus
sungai mempunyai aliran yang tetap dan tidak banyak mengalami perubahan hingga ratusan
tahun. Selain itu, air mempunyai berat jenis yang lebih besar dibandingkan dengan udara, dan
hal itu berarti bahwa potensi energi yang bisa dihasilkan 321.800 km sungai-sungai besar di
dunia lebih besar dibandingkan dengan energi yang bersumber dari angin.

Berbeda dengan arus sungai, arus laut juga mempunyai kandungan energi yang bisa
dimanfaatkan sebagai energi terbarukan. Namun arus laut cenderung mengalami perputaran
atau biasa disebut juga arus putar sehingga cenderung pula untuk merusak. Pada selat, teluk
dan tempat-tempat lainnya dimana arus laut mengalami penyempitan berupa bottle neck, arus
laut akan sangat kuat sehinga sangat potensial untuk dimanfaatkan energinya.

Teknologi yang digunakan bekerja dengan cara mengkonversi energi kinetik dari arus laut ke
energi listrik. Untuk melakukan hal tersebut, tidak dapat dilakukan dengan cara menghalangi
seluruh jalan dari arus tersebut. Jika jalan dari arus tersebut dihalangi seluruhnya, maka
energi yang ada tidak dapat diambil atau bahkan dapat merusak ekosistem yang ada. Maka
dibuatlah desain untuk memaksimalkan jumlah energi yang dapat diambi sementara arus laut
dapat berjalan sebagaimana mestinya tetapi dengan energi yang berkurang.
Ada beberapa macam kategori untuk mengubah energi arus laut menjadi energi listrik. Salah
satu kategorinya ialah berdasarkan pada konfigurasi rotor :

1. Horizontal axis

2. Reciprocating hydrofoil

3. Vertical axis

Sedangkan sistem turbinnya terdiri dari dua tipe:


Tidal Fence

Tidal fences ini sangat efektif untuk menghalangi arus. Keuntungan lain dari alat ini ialah
bahwa semua peralatan listrik (generator dan transformator) dapat ditaruh di atas permukaan
air. Selain itu, dengan memotong saluran arus, maka kecepatan turbin akan meningkat secara
signifikan. Namun alat ini mempunyai beberapa kekurangan. Karena alat ini ditempatkan di
tepi muara, maka dapat mengganggu ekosistem yang ada.

Tidal turbin

Tidal turbin merupakan alternartif dari tidal fence. Bentuknya yang menyerupai turbin angin,
mempunyai beberapa kelebihan daripada tidal fence. Alat ini lebih aman bagi lingkungan,
tidak menghalangi kapal kecil untuk bergerak di atasnya atau di area tempat turbin ini berada,
dan pembuatannya yang membutuhkan sedikit material daripada tidal fence.

Tidal turbin dapat bekerja dengan baik di tempat yang mempunyai arus 2-2.5 m/s (arus yang
lebih lambat tidak ekonomis sedangkan arus yang lebih cepat akan memberikan tekanan yang
besar pada peralatan yang ada). Arus tersebut akan memberikan kerapatan energi empat kali
lebih besar daripada udara, yang berarti turbin air dengan diameter 15 m akan menghasilkan
energi yang sama dengan turbin angin dengan diameter 60 m. Sebagai tambahan, arus laut
dapat diprediksi dan andal, sehingga dapat dikatakan lebih baik daripada energi angin atau
energi matahari

Ada banyak tempat di seluruh dunia yang memungkinkan untuk dipasang tidal turbin. Tempat
yang ideal ialah tempat yang dekat dengan tepi laut (1 km) dan di air dengan kedalaman 20-
30m. Menurut Peter Fraenkel,direktur dari UK-based Marine Current Turbines, tempat yang
ideal akan menghasilkan 10 MW/km2. Uni Eropa telah mengidentifikasi 106 tempat yang
cocok untuk dipasang turbin ini. Fraenkel juga percaya bahwa Indonesia juga dapat
mengembangkan teknologi ini untuk membangkitkan energi.
Menurt pendapat dari Rick Drisscoll, kepala Pusat Teknologi Energi Laut menjelaskan bahwa
tantangan terbesar adalah pengembangan perangkat yang mampu bertahan di tempat dengan
kekuatan arus yang besar.

Sangat banyak potensi yang bisa diambil, tetapi di sana juga masih terdapat keterbatasan
pendanaan,

dari data perusahan Bourne Energi, energi listrik yang dihasilkan dari air mengalami
peningkatan dari 16% di tahun 2003 hingga 19% di saat ini. Sementara energi angin hanya
mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar kurang dari 1%. hasil ini lebih besar dibanding
listrik yang bersumber dari biomassa, geothermal, surya dan angin.
Pembangkit listrik tenaga arus laut mempunyai beberapa keuntungan jika digunakan sebagai
pembangkit listrik

1. Merupakan energi terbarukan

2. Mengurangi ketergantungan kepada bahan bakar fosil

3. Tidak menghasilkan polusi/ ramah lingkunga

4. Pembangunannya yang relative cepat.

Namun saat ini untuk menerapkan teknologi PLTAL masih dihadang kendala dana dan
penelitian daerah mana yang memiliki potensi terbesar dalam penerapan teknologi tersebut,
namun dapat dipastikan penggunaan energi ini menjadi salah satu alternatif yang berpotensi
besar, khususnya di negara kita Indonesia yang berupa negara kepulauan.

http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/energi-laut/pembangkit-listrik-
tenaga-arus-laut-pltal

26.Belimbing Wuluh sebagai Sumber Energi Alternatif

Energi adalah suatu hal yang tak dapat lepas dari kehidupan sehari-hari. Dari hari ke hari
kebutuhan akan energi semakin meningkat, peningkatan ini dipengaruhi oleh banyak faktor
yaitu, gaya hidup, kepuasan manusia yang tak ada hentinya, semakin majunya peradaban
manusia dan lain-lain. Energi berdasarkan sumbernya dibedakan atas 2 yaitu energi yang
terbarukan dan yang tidak terbarukan. Energi yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-
hari adalah energi yang tidak terbarukan. Dengan demikian energi tersebut semakin lama
akan semakin berkurang. Contoh dari energi yang tak terbarukan adalah minyak bumi yang
berasal dari fosil-fosil yang telah berjuta-juta tahun berada di dalam perut bumi.

Meihat hal tersebut, maka dibutuhkan suatu energi yang terbarukan sehingga dapat
mengurangi penggunaan energi yang tak terbarukan seperti minyak bumi. Melihat potensi
dari belimbing wuluh yang tumbuh subur di Indonesia maka penulis ingin memaparkan
penggunaan dari belimbing wuluh sebagai medai sumber energi alternatif.

Belimbing wuluh yang dalam bahasa latin dikenal dengan nama avverhoa bilimbi adalah
tanaman asli Amerika yang tumbuh subur di daerah yang banyak mendapat sinar matahari
langsung tetapi cukup kelembaban udaranya. Belimbing Wuluh merupakan tumbuhan
berbatang keras yang memiliki ketinggian mencapai 11 m. Biasanya ditanam di tempat yang
cukup mendapatkan sinar matahari. Batangnya keras dan tidak bercabang banyak. Buahnya
berwarna hijau muda, berbentuk lonjong sebesar ibu jari dan rasanya asam. Buahnya sering
dipakai untuk memasak sehingga sering disebut juga belimbing sayur ataupun untuk
membersihkan noda yang menempel pada kain seperti kuningan dan tembaga. Daunnya yang
kecil berhadap-hadapan. Bunganya berbentuk bintang dan berwarna merah muda keunguan.
Gambar dibawah ini menunjukkan belimbing wuluh.
Gambar 1. Belimbing Wuluh
Kandungan dan Khasiat Belimbing Wuluh: Belimbing wuluh bermanfaat sebagai anti radang
karena mengandung flavon. Selain itu, kaliumnya melancarkan keluarnya air seni (diuretik)
sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Belimbing wuluh juga mampu mengeluarkan
dahak dan menurunkan panas. Buahnya mengandung zat: asam-kalium-akolat. Ini adalah
salah satu kegunaan dari belimbing wuluh diluar sebagai sumber energi alternatif.

Belimbing wuluh yang tumbuh subur di pekarangan rumah, dapat disulap menjadi zat
pengurai yang mampu menghasilkan tenaga listrik alternatif, di tengah keluhan warga akan
kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Untuk menciptakan energi listrik tersebut, awalnya
belimbing yang biasa digunakan sebagai sayuran ini dihaluskan untuk diambil airnya.
Selanjutnya, dengan menggunakan media tanah yang ditaruh dalam gelas bekas air mineral
ini, air belimbing ini disuntikan secukupnya.

Selanjutnya, masing masing gelas berisi tanah bercampur sari air belimbing ini dihubungkan
dengan rangkaian kawat lempengan tembaga dan seng, guna mengalirkan arus listrik.
Hasilnya, energi listrikpun tercipta dengan tegangan yang lumayan, yakni hingga mencapai 5
volt, cukup untuk menghidupkan lampu penerangan. Tegangan yang dihasilkan ini juga lebih
besar dari tegangan satu buah batu baterai.
Alat dan Bahan yang diperlukan:
1) Belimbing Wuluh
2) Blender
3) Gelas plastic
4) Tanah
5) Air
6) Lempeng tembaga (sebagai elektroda positif)
7) Lempeng seng (sebagai elektroda negatif)
8) Kabel

Cara pembuatan Energi Alternatif dari Blimbing Wuluh:


1) Blender blimbing wuluh sampe halus (jadi jus belimbing wuluh; masak jus apel) sehingga
diperoleh cairan yang menyerupai air (tanpa serabut/ampas).
2) Siapkan gelas-gelas plastik dan diisi dengan tanah liat (bukan tanah berpasir ataupun yang
mengandung sampah). Gelas tersebut dapat berasala dari sisa minuman air mineral.
3) Masukan jus blimbing wuluh tersebut ke dalam gelas-gelas plastik yang sudah diisi tanah.

Gambar 2. Cairan dimasukkan kedalam gelas yang telah diisi dengan tanah
4) Susun berderet gelas-gelas yang sudah diisi tanah dan jus blimbing wuluh

Gambar 3. Susunan gelas-gelas yang sudah diisi tanah dan jus blimbing wuluh serta telah
dimasukkan elektroda

5) Buat rangkaian elektroda dengan menyambungkan antara lempeng tembaga dan lempeng
seng menggunakan kabel (kira-kira dengan kabel masing-masing 15cm)
6) Susun rangkaian elektroda tersebut ke dalam gelas-gelas tanah yang telah disiapkan
sebelumnya, dengan susunan lempeng tembaga-lempeng seng-lempeng tembaga dan begitu
seterusnya, jadi satu gelas akan berisi susunan satu lempeng tembaga dan satu lempeng seng
dari rangkaian elektroda yang berbeda
7) Siapkan dua rangkaian elektroda dengan kabel yang lebih panjang dan hanya
menggunakan satu lempeng saja, satu tembaga dan satu seng. Untuk gelas terluar (gelas
pertama dan terakhir yang hanya memiliki satu lempeng: gelas pertama lempeng tembaga dan
gelas terakhir lempeng seng) disambungkan dengan rangkaian elektroda baru ini. Gelas
pertama dengan yang rangkaian seng, gelas terakhir disambungkan dengan rangkaian
tembaga. Ujung dari dua kabel rangkaian terakhir inilah yang akan disambungkan dengan
lampu yang akan dinyalakan.

Gambar4.Susunangelas-gelas yang sudahdiisitanahdan jus


blimbingwuluhsertatelahdimasukkanelektroda

8)Jadilahrangkaiansederhanapembangkitenergialternatifini.
Satu gelas bisa menghasilkan energi sebesar 0,5 volt, jadi untuk menghasilkan energ yang
lebih besar tinggal menambahkan jumlah gelas dalam rangkaian yang akan dibuat. Satu gelas
rangkaian ini bisa bertahan kurang lebih selama 15 hari.

Gambar5.Lampu LED yang mampu dibangkitkan oleh Belimbing Wuluh


http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bioenergy/belimbing-wuluh-
sebagai-sumber-energi-alternatif

27.Rumput Laut Penghasil Bioethanol, Potensi Besar Laut Indonesia

Pada era sekarang ini, penggunaan energi semakin meningkat, akan tetapi persediaan energi
terutama energi berbahan baku fosil semakin menipis. Persediaan minyak bumi dan batu bara
sangat terbatas dan memerlukan waktu jutaan tahun untuk kembali terbentuk. Selain itu,
bahan bakar yang berasal dari minyak bumi dan batu bara menghasilkan polusi dan berakibat
pada pemanasan global. Oleh karena itu, diperlukan suatu energi terbarukan dan merupakan
energi yang ramah lingkungan sehingga dapat mengatasi permasalahan energi dan pemanasan
global.

Salah satu energi yang terbarukan yaitu energi yang berbahan baku rumput laut. Rumput laut
dapat dimanfaatkan sebagai bioethanol. Caulerpa serrulata dan Gracilaria verrucosa
merupakan spesies rumput laut yang dapat menghasilkan bioetanol. Jenis ini memiliki
kandungan selulosa yang dapat dihidrolisis menjadi glukosa yang selanjutnya dapat diubah
menjadi bioetanol.

Proses pembuatan bioetanol dari rumput laut yaitu persiapan bahan baku, yang berupa proses
hidrolisa pati menjadi glukosa. Tahap kedua berupa proses fermentasi, mengubah glukosa
menjadi etanol dan CO2. Sedangkan, tahap ketiga yaitu pemurnian hasil dengan cara distilasi.
Tetapi sebelum distilasi, perlu dilakukan pemisahan antara padatan dengan cairan, untuk
menghindari terjadinya penyumbatan selama proses distilasi. Distilasi dilakukan untuk
memisahkan etanol dengan air. Titik didih etanol murni adalah 78 oC sedangkan air adalah
100 oC untuk kondisi standar. Dengan memanaskan larutan pada suhu rentang 78 100 oC
akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi akan bisa
dihasilkan etanol dengan konsentrasi 95 % volume.

Keuntungan mengembangkan energi berbahan baku rumput laut yaitu, proses pembudidayaan
rumput laut tidak mengurangi lahan pertanian pangan karena tidak memerlukan lahan darat.
Selain itu, Indonesia sebagai Negara kepulauan yang daerahnya terdiri dari 2/3 lautan dan
memiliki panjang pantai sekitar 81.000 km memiliki potensi besar untuk membudidayakan
rumput laut. Indonesia memiliki luas area untuk kegiatan budidaya rumput laut seluas
1.110.900 ha, tetapi pengembangan budidaya rumput laut baru memanfaatkan lahan seluas
222.180 ha sekitar 20% dari luas areal potensial.
Proses pembudidayaan rumput laut pun relatif singkat karena hanya memerlukan sekitar 45
hari untuk bisa dipanen. Produktivitas rumput laut cukup tinggi dibandingkan dengan
menggunakan tebu, singkong, ubi jalar, dan jagung sebagai bahan baku bioetanol. Rumput
laut pun melakukan fontosintesis sehingga dapat menyerap gas CO2 yang menyebabkan
pemanasan global di dunia. Selama ini, pengatasian pemanasan global selalu dikaitkan
dengan penanaman pohon. Padahal, laut memiliki potensi yang besar untuk membantu
mengatasi masalah pemanasan global. Pengaruh industri bioetanol dari rumput laut terhadap
upaya meringankan dampak pemanasan global lebih besar karena etanol rumput laut
menyerap karbon dari udara tujuh kali lebih besar dibanding bioetanol dari kayu.

Rumput laut sebagai biodiesel dinilai lebih kompetitif dibandingkan komoditas lainnya. 1 ha
lahan rumput laut dapat menghasilkan 58.700 liter (30% minyak) pertahunnya, jumlah
tersebut sangat besar dibandingkan jagung yang menghasilkan 172 liter/tahun dan kelapa
sawit yang menghasilkan 5.900 liter/tahun.

Bioetanol dari rumput laut telah terbukti lebih murah biaya dan menguntungkan dibanding
dari tebu dan kayu karena pertumbuhannya lebih cepat sehingga memungkinkan panen
sampai enam kali dalam setahun. Biaya produksi bioetanol dari rumput laut lebih murah
dibanding dari kayu karena rumput laut tidak mengandung lignin sehingga proses
pengolahannya tidak dibebankan oleh penanganan pendahuluan proses.

http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bioenergy/rumput-laut-
penghasil-bioethanol-potensi-besar-laut-indonesia

28.Pengolahan Limbah Tahu Menjadi Biogas

Materi
Perombakan (degradasi) limbah cair organik akan menghasilkan gas metana, karbondioksida
dan gas-gas lain serta air. Perombakan tersebut dapat berlangsung secara aerobik maupun
anaerobik. Pada proses aerobik limbah cair kontak dengan udara, sebaliknya pada kondisi
anaerobik limbah cair tidak kontak dengan udara luar.

Biasanya biogas dibuat dari limbah peternakan yaitu kotoran hewan ternak maupun sisa
makanan ternak, namun pada prinsipnya biogas dapat juga dibuat dari limbah cair. Biogas
sebenarnya adalah gas metana (CH4). Gas metana bersifat tidak berbau, tidak berwarna dan
sangat mudah terbakar. Pada umumnya di alam tidak berbentuk sebagai gas murni namun
campuran gas lain yaitu metana sebesar 65%, karbondioksida 30%, hidrogen disulfida
sebanyak 1% dan gas-gas lain dalam jumlah yang sangat kecil. Biogas sebanyak 1000 ft3
(28,32 m3) mempunyai nilai pembakaran yang sama dengan 6,4 galon (1 US gallon = 3,785
liter) butana atau 5,2 gallon gasolin (bensin) atau 4,6 gallon minyak diesel. Untuk memasak
pada rumah tangga dengan 4-5 anggota keluarga cukup 150 ft3 per hari.

Proses dekomposisi limbah cair menjadi biogas memerlukan waktu sekitar 8-10 hari. Proses
dekomposisi melibatkan beberapa mikroorganisme baik bakteri maupun jamur, antara lain :

a. Bakteri selulolitik

Bakteri selulolitik bertugas mencerna selulosa menjadi gula. Produk akhir yang dihasilkan
akan mengalami perbedaan tergantung dari proses yang digunakan. Pada proses aerob
dekomposisi limbah cair akan menghasilkan karbondioksida, air dan panas, sedangkan pada
proses anaerobik produk akhirnya berupa karbondioksida, etanol dan panas.

b. Bakteri pembentuk asam

Bakteri pembentuk asam bertugas membentuk asam-asam organik seperti asam-asam butirat,
propionat, laktat, asetat dan alkohol dari subtansi-subtansi polimer kompleks seperti protein,
lemak dan karbohidrat. Proses ini memerlukan suasana yang anaerob. Tahap perombakan ini
adalah tahap pertama dalam pembentukan biogas atau sering disebut tahap asidogenik.

c. Bakteri pembentuk metana

Golongan bakteri ini aktif merombak asetat menjadi gas metana dan karbondioksida. Tahap
ini disebut metanogenik yang membutuhkan suasana yang anaerob, pH tidak boleh terlalu
asam karena dapat mematikan bakteri metanogenik.

Biaya

* Biaya Langsung

- Biaya bahan baku : Kacang Kedelai, mikroorganisme atau bakteri pendukung proses
pengolahan

* Biaya tidak Langsung : upah pekerja, perawatan peralatan.

Energi
Penggunaan limbah tahu cair sebagai bahan baku pembuatan biogas memanfaatkan bahan-
bahan yang dapat diperbaharui seperti penggunaan bakteri atau mikroorganisme pada proses
pengolahannya. Sehingga pada proses pengolahan tersebut dapat mengemat energi.

Produk Baru
Produk yang dihasilkan dari pengolahan limbah tahu cair adalah biogas. Bio gas sangat
bermanfaat bagi alat kebutuhan rumah tangga/kebutuhan sehari-hari, misalnya sebagai bahan
bakar kompor (untuk memasak), lampu, penghangat ruangan/gasolec, suplai bahan bakar
mesin diesel, untuk pengelasan (memotong besi), dan lain-lain. Sedangkan manfaat bagi
lingkungan adalah dengan proses fermentasi oleh bakteri anaerob (Bakteri Methan) tingkat
pengurangan pencemaran lingkungan dengan parameter BOD dan COD akan berkurang
sampai dengan 98% dan air limbah telah memenuhi standard baku mutu pemerintah sehingga
layak di buang ke sungai. Bio gas secara tidak langsung juga bermanfaat dalam penghematan
energi yang berasal dari alam, khususnya sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
(minyak bumi) sehingga sumber daya alam tersebut akan lebih hemat dalam penggunaannya
dalam jangka waktu yang lebih lama lagi.

http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bioenergy/pengolahan-limbah-
tahu-menjadi-biogas

29.Ponsel dengan Tenaga Bio Battery (Coca-cola)

Suatu ide yang sangat menarik dan inovatif menurut saya, menggunakan minuman (yang
mengandung gula) sebagai pengganti baterai konvensional. Kosep ini dikembangkan oleh
Daizi Zheng dengan menggunakan minuman ringan yang biasa kita temukan sehari-hari yaitu
coca-cola. Baterai konvensional selain menggunakan biaya pembuatan yang mahal juga tidak
ramah lingkungan. Maka dengan inovasi menggunakan bio battery ini selain ramah
lingkungan, sumber energi ponsel juga didapatkan dengan mudah (lebih mudah menemukan
pedagang minuman bergula dari pada pedagang baterai)

Konsep dasarnya adalah menggunakan bio baterai untuk menciptakan lingkungan bebas
polusi. Bio baterai energi yang ramah lingkungan dengan menghasilkan listrik dari
karbohidrat (saat ini menggunakan gula) dan menggunakan enzim sebagai katalis. Dengan
menggunakan bio baterai sebagai sumber tenaga ponsel, itu hanya membutuhkan minuman
gula dan akan menghasilkan sisa air dan oksigen ketika baterai sudah habis.

Dan seseorang nara sumber (prasetya17 via kaskus) Ponsel Daizi Zheng ini bisa beroperasi
tiga hingga empat kali lebih lama ketimbang baterai ponsel Lithium-Ion biasa. Tapi, ponsel
ini masih belum dijual secara luas, karena masih merupakan ponsel konseptual yang ia
rancang untuk Nokia.
Mekanisme Bio Battery

Bio battery gula ini memiliki anoda yang terdiri dari enzim pengolah gula dan mediator, dan
katoda yang terdiri dari mediator dan enzim pengurang oksigen serta pemisah selofan di
kedua sisi. Anode menghasilkan elektron dan hidrogen dari glukosa melalui proses berikut:

Ion hidrogen dari proses ini akan bergerak ke katoda melalui separator. Kemudian ketika
sampai di katoda, ion hidrogen dan elektron akan menyerap oksigen dari udara untuk
menghasilkan air:

Perkembangan bio batter


Salah satu pengembang yang cukup serius mengembangkan bio battery ini adalah Sony.
Sampai April 2010 Sony dapat menciptakan bio battery dengan daya 10mW/cm 2(electrode
area). Bio battery kembangan Sony ini sudah dipamerkan pada expo-expo maupun forum
international dan diharapkan bahwa bio battery ini merupakan salah satu solusi energi yang
ramah lingkungan dan dapat digunakan oleh gadget-gadget yang lebih besar seperti laptop
atau netbook.

Dan untuk yang mau mengembangkan dengan mengutip dari website Sony (walau saya tidak
terlalu mengerti ) tapi ada beberapa hal yang dapat diperhatikan antara lain adalah:

Untuk pengembangan bio battery ini ada hal-hal penting yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Adanya teknologi untuk meningkatkan imobilisasi enzim dan mediator pada elektroda.
Agar penggunaan efektif glukosa terjadi, anoda harus memiliki mediator dan enzim
konsentrasi tinggi dengan aktivitas yang tetap. Teknologi ini memakai dua polimer untuk
merangkai komponen ke anoda. Tiap polimer bermuatan berlawanan sehingga interaksi
elektrostatis antar dua polimer mengamankan enzim dan mediator. Kesetimbangan ionik dan
dan imobilisasi telah dioptimalkan untuk pengekstrakan elektron dari glukosa secara efisien.
2. Struktur katoda untuk penyerapan oksigen yang efisien.
Air dalam katoda penting untuk menjamin kondisi optimal untuk reduksi oksigen secara
efisien. Bio battery memakai elektroda karbon berporos yang memuat enzim terimobilisasi
dan mediator yang dipartisi menggunakan pemisah selofan. Optimisasi struktur elektroda dan
proses pemeliharaan tingkat air yang sesuai dapat meningkatkan reaktivitas katoda.

3. Optimisasi elektrolit untuk memenuhi struktur sel bio battery


Penyangga fosfat 0.1 M biasanya dipakai pada penelitian enzim, tapi penyangga dengan
konsentrasi tinggi 1.0 M digunakan pada bio battery. Ini berdasarkan penelitian bahwa
tingkat konsentrasi tinggi sangat efektif untuk menjaga aktivitas enzim dalam elektroda.

4. Sel uji dengan daya output tinggi dan ukuran yang diinginkan.
Sel uji dengan daya tinggi dan ukuran bio baterry yang sesuai telah diproduksi dengan
pemanfaatan teknologi ini. Bio battery ini tidak memerlukan penyampuran, atau konveksi
larutan glukosa atau udara; sebagai baterai pasif, cara kerjanya hanya menyuplai larutan gula
ke unit baterai. Sel kubik menghasilkan 50 mW yang merupakan daya output terbesar
diantara baterai tipe pasif dengan ukuran sekitar 39 mm setiap rusuknya. Dengan merangkai 4
sel kubik mampu untuk menyalakan walkman dan sepasang speaker. Tempat bio battery
gula ini terbuat dari plastik berbahan tumbuhan dan didesain dengan citra sel biologi.
http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bioenergy/ponsel-dengan-
tenaga-bio-battery-coca-cola

30.Insect Cyborg Dengan Bio-Fuel Cell

Sekelompok peneliti dari Case Western Reserve University melaporkan bahwa reaksi kimia
pada serangga (kecoa) dapat dikonversi menjadi listrik yang cukup untuk melistriki perangkat
sensor, perangkat rekaman atau bahkan untuk mengontrol kecoa itu sendiri.
Temuan ini, bisa menjadi cikal bakal penciptaan insect cyborg, sebagaimana perangkat mata-
mata pada fiksi ilmiah yang segera akan menjadi kenyataan. Dalam hal ini, sumber tenaganya
tidak bergantung pada gerakan, cahaya atau baterai, namun hanya berasal dari makanan
serangga. Karya ini diterbitkan dalam jurnal online dari American Chemical Society.

"Hal ini hampir mustahil jika dimulai dari awal dan membuat sesuatu yang bekerja seperti
serangga. Namun justru menggunakan serangga itu sendiri jauh lebih mudah " kata Daniel
Scherson, profesor kimia, penulis laporan tersebut.

Cara kerjanya, energi listrik diperlukan untuk sensor dan untuk merangsang neuron sehingga
serangga dapat melakukan apa yang kita inginkan. Ini menggunakan implan bio-fuel cell
sebagai alat konversi kimia ke listrik pada serangga itu.

Kunci untuk mengubah energi kimia yaitu dengan menggunakan enzim secara seri pada
anoda. Enzim pertama akan memecah gugus kimia gula dan trehalosa yang terus-menerus
diproduksi kecoa dari makanan, menjadi dua gula sederhana yang disebut monosakarida.

Enzim kedua mengoksidasi monosakarida sehingga melepaskan elektron. Arus elektron


(dalam hal ini listrik) mengalir ke katoda, di mana oksigen dari udara mengambil elektron
dan direduksi menjadi air.

Diukur menggunakan potensiostat, output dari bio-fuel cell memiliki kerapatan daya
maksimum mencapai 100 mikrowatt per sentimeter persegi pada tegangan 0,2 volt dan
kerapatan arus maksimum sekitar 450 mikroamp per sentimeter persegi.

http://majalahenergi.com/internasional/insect-cyborg-dengan-bio-fuel-cell

31.Bakteri Penghasil Sumber Energi

Seperti yang telah kita ketahui bersama, energi fosil yang merupakan sumber energi utama
pada saat ini, berasal dari jasad renik makhluk hidup yang terkubur berjuta-juta tahun lalu.
Jasad-jasad renik tersebut diuraikan oleh bakteri-bakteri ataupun mikroorganisme di dalam
tanah sehingga mengalami pengubahan bentuk menjadi minyak bumi, gas alam, maupun batu
bara. Hal itu menggambarkan bahwa bakteri-bakteri berperan penting dan besar dalam
pembentukan sumber energi fosil yang kita pergunakan selama ini.

Bakteri metanogen merupakan salah satu jenis bakteri yang dapat menghasilkan sumber
energi. Sumber energi yang dapat dihasilkan oleh bakteri ini adalah biogas. Biogas
merupakan gas yang dilepaskan jika bahan-bahan organik difermentasi atau mengalami
proses metanisasi. Proses fermentasi (penguraian material organik) tersebut terjadi secara
anaerob (tanpa oksigen). Biogas terdiri atas beberapa macam gas, antara lain metana (55-
75%), karbon dioksida (25-45%), nitrogen (0-0.3%), hydrogen (1-5%), hidrogen sulfida (0-
3%), dan oksigen (0.1-0.5%). Persentase terbesar dalam biogas ini, metan, membuat gas ini
mudah terbakar dan dapat disamakan kualitasnya dengan gas alam setelah dilakukan
pemurnian terhadap gas metan.

Sumber pembuatan gas metan ini berasal dari bahan-bahan organik yang tidak memerlukan
waktu yang terlalu lama dalam penguraiannya, seperti kotoran hewan, dedaunan, jerami, sisa
makanan, dan sortiran sayur. Dalam menghasilkan gas metan ini, bakteri metanogen tidak
bekerja sendiri. Terdapat beberapa tahap yang harus dilalui dan memerlukan kerja sama
dengan kelompok bakteri yang lain. Berikut ini merupakan tahapan dalam proses
pembentukan biogas :

1. Hidrolisis
Hidrolisis merupakan penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang
menjadi senyawa yang sederhana. Pada tahap ini, bahan-bahan organik seperti
karbohidrat, lipid, dan protein didegradasi menjadi senyawa dengan rantai pendek,
seperti peptida, asam amino, dan gula sederhana. Kelompok bakteri hidrolisa, seperti
Steptococci, Bacteriodes, dan beberapa jenis Enterobactericeae yang melakukan
proses ini.

2. Asidogenesis
Asidogenesis adalah pembentukan asam dari senyawa sederhana. Bakteri asidogen,
Desulfovibrio, pada tahap ini memproses senyawa terlarut pada hidrolisis menjadi
asam-asam lemak rantai pendek yang umumnya asam asetat dan asam format.

3. Metanogenesis
Metanogenesis ialah proses pembentukan gas metan dengan bantuan bakteri
pembentuk metan seperti Mathanobacterium, Mathanobacillus, Methanosacaria, dan
Methanococcus. Tahap ini mengubah asam-asam lemak rantai pendek menjadi H 2,
CO2, dan asetat. Asetat akan mengalami dekarboksilasi dan reduksi CO2, kemudian
bersama-sama dengan H2 dan CO2 menghasilkan produk akhir, yaitu metan (CH4) dan
karbondioksida (CO2).
Penghasilan biogas dapat mencapai kondisi optimum jika bakteri-bakteri yang terlibat
dalam proses tersebut berada dalam lingkungan yang nyaman. Berikut ini merupakan
beberapa hal yang perlu diperhatikan agar bakteri-bakteri penghasil biogas dapat
menghasilkan gas secara optimum, yaitu:
1. Lingkungan abiotis
Bakteri yang dapat memproduksi gas metan tidak memerlukan oksigen dalam
pertumbuhannya (anaerobik). Oleh karena itu, biodigester harus tetap dijaga dalam
keadaan abiotis (tanpa kontak langsung dengan Oksigen (O2)).
2. Temperatur
Secara umum terdapat 3 rentang temperatur yang disenangi oleh bakteri, yaitu:
a. Psikrofilik (suhu 0 25C), optimum pada suhu 20-25C
b. Mesofilik (suhu 20 40C), optimum pada suhu 30-37C
c. Termofilik (suhu 45 70C), optimum pada suhu 50-55C
Temperatur merupakan salah satu hal yang penting bagi pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri. Menjaga temperatur tetap pada kondisi optimum yang
mendukung pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri, akan meningkatkan
produksi biogas.
3. Derajat keasaman (pH)
Bakteri asidogen dan metanogen memerlukan lingkungan dengan derajat keasaman
optimum yang sedikit berbeda untuk berkembangbiak. pH yang rendah dapat
menghambat pertumbuhan bakteri asidogenesis, sedangkan pH di bawah 6,4 dapat
meracuni bakteri metanogenesis. Rentang pH yang sesuai bagi perkembangbiakan
bakteri metanogenesis 6,6-7 sedangkan rentang pH bagi bakteri pada umumnya
adalah 6,4-7,2. Derajat keasaman harus selalu dijaga dalam wilayah
perkembangbiakan optimum bagi bakteri agar produksi biogas stabil.
4. Rasio C/N bahan isian
Syarat ideal untuk proses digesti adalah C/N = 25 30. Nilai rasio C/N yang terlalu
tinggi menandakan konsumsi yang cepat oleh bakteri metanogenisis, hal itu dapat
menurunkan produksi biogas. Sedangkan rasio C/N yang terlalu rendah akan
menyebabkan akumulasi ammonia sehingga pH dapat terus naik pada keadaan basa
hingga 8,5. Kondisi tersebut dapat meracuni bakteri metanogen. Kadar C/N yang
sesuai dapat dicapai dengan mencampurkan beberapa macam bahan organik, seperti
kotoran dengan sampah organik.

Biogas yang dihasilkan oleh sekelompok bakteri yang telah diuraikan di atas, dapat dijadikan
sebagai sumber energi alternatif untuk menggantikan sumber energi fosil yang saat ini
semakin menipis jumlahnya. Meskipun sama-sama dihasilkan oleh mikroorganisme, namun
pembentukan biogas tidak memerlukan waktu yang sangat lama seperti pembentukan energi
fosil.

http://majalahenergi.com/terbaru/bakteri-penghasil-sumber-energi
32.Baterai Yang Bisa Mengisi Sendiri

Sebuah ide menarik lahir dari Hong Kong Polytechnic University. Fisikawan Zihan Xu, telah
berhasil membuat baterai yang bisa mengisi sendiri secara alami (self-charge) dengan cara
memanen energi panas dari suhu ruang.

Dalam penelitiannya, Xu menggunakan graphene yang dicelupkan dalam larutan tembaga


klorida yang kemudian dihubungkan dengan sirkuit LED. Dengan proses sederhana seperti
itu LED tersebut dapat menyala.

Sirkuit tersebut terdiri dari enam graphene yang disusun secara seri dan menghasilkan
tegangan 2 Volt sehingga cukup melistriki LED.

Yang terjadi pada baterai tersebut adalah ion tembaga yang memiliki muatan positif ganda,
bergerak pada larutan dengan kecepatan sekitar 300 meter per detik dikarenakan energi panas
larutan pada suhu ruang. Ketika sebuah ion menubruk graphene, tumbukan menghasilkan
energi yang cukup untuk mengubah posisi elektron dari graphene.

Elektron kemudian memiliki dua pilihan, ia dapat meninggalkan graphene dan


menggabungkan dengan ion tembaga atau dapat berjalan disepanjang permukaan graphene
sehingga mengalir ke rangkaian listrik.

"Elektron yang dilepaskan lebih memilih berjalan di permukaan graphene, bukannya bersatu
dengan larutan elektrolit. Itulah bagaimana tegangan listrik dihasilkan oleh perangkat kami,"
kata Xu.

Xu juga menjelaskan bahwa peningkatan suhu larutan berkorelasi dengan peningkatan


tegangan listrik yang dihasilkan. Xu bahkan mengklaim bisa menjalankan baterai graphene
tersebut selama 20 hari terus menerus hanya menggunakan energi panas dari suhu ruang.
Temuan ini memberikan cara baru untuk memahami perilaku dari graphene pada skala
molekuler dan menjadi terobosan besar pada penelitian teknologi self-powered devices.
Selain itu penemuan ini akan bermanfaat untuk berbagai aplikasi seperti organ buatan, energi
terbarukan dan elektronik portabel.

http://majalahenergi.com/internasional/baterai-yang-bisa-mengisi-sendiri

33.Listrik dari Suara


Suara adalah gelombang yang merambat dengan cara osilasi tekanan melalui media padat, cair, atau
gas. Suara dapat didengar jika ada sumber suara yang menghasilkan suara pada rentang frekuensi
pendengaran tertentu dan merambat pada suatu media sehingga akan menggetarkan organ
pendengaran kita. Setiap gelombang suara yang ada merupakan sebuah energi. Kemudian timbulah
gagasan untuk mengubah suara menjadi pembangkit energi.

Setiap hari kita dapat mendengar suara di kampus, di jalan, di rumah, di tempat perbelanjaan,dsb.
Entah pagi,siang, dan malam_pasti kita akan mendengar suara meskipun suara itu sangat kecil.
Intinya adalah suara itu sangat melimpah dan dapat ditemukan di mana pun dan kapan pun. Baik yang
dibangkitkan maupun yang terjadi dengan sendirinya, maupun suara yang memang diharapkan dan
suara yang dihindarkan.

Lalu apa yang dapat kita pikirkan apa yang terjadi jika ada suara yang memiliki energi besar dan
terlebih energi tersebut tidak diharapkan? Sebut saja bising pada industri dan ruang kerja yang sangat
sesungguhnya dapat saja kita manfaatkan. Namun pemanfaatan ini masih belum bisa dilakukan
karena usaha pembangkitan listrik hanya baru tahap penelitian yang bahkan belumberada pada tahap
pengembangan sehingga masih belum memiliki data yang konkret dan data dapat bisa berubah
sewaktu-waktu sesuai perkembangan. Berikut ini adalah konsep penelitian bagaimana cara
memanfaatkan suara:

1) Array Sensor. Kita membutuhkan banyak sensor penangkap suara yang disusun dalam bentuk
array yang disesuaikan dengan bidang pantul agar mendapatkan energi suara maksimal. Jika satu mic
dapat membangkitkan maksimal 100 mW dan jika diinginkan modul dapat menghasilkan tegangan
puncak 10 W, maka kita memerlukan kurang lebih 100 mic. Dan kita dapat mendesainnya dalam
bentuk suatu array mic.

2) Mic dengan Kepekaan Tinggi. Kita perlu memakai mic dengan kepekaan tinggi sehingga suara
yang kecil pun dapat ditangkap dengan baik dan dapat menghasilkan arus listrik yang memadai.
Namun tentunya kepekaan ini harus disesuaikan dengan tingkat energy suara yang ditangkap. Jika
sumber suara menghasilkan tingkat energy yang tinggi tentunya akan merusak seketika mic yang
memiliki kepekaan tinggi.

3) Alat untuk Mengkonsentrasikan Suara. Bersifat menyebar ketika dihantarkan dari sumber
suaranya. Untuk memusatkan kembali suara tersebut digunakan alat yang berbentuk cekung seperti
parabola dan corong. Atau pemantul lain yang dapat disusun dan dirancang untuk memusatkan suara.

4) Alat Penyimpan Listrik.suara tidak selalu berada dalam kondisi konstan dan maksimal, maka jika
langsung digunakan pada alat listrik tentunya akan merusak alat tersebut. Listrik yang telah
dibangkitkan disimpan dalam baterai sehingga listrik dapat digunakan ketika dibutuhkan.

5) Penempatan Sensor. Penempatan sensor dapat dilakukan dimana saja, namun untuk lebih optimal
maka sebaiknya ditempatkan diruang yang memiliki tingkat energy suara besar.

http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bentuk-energi-baru/listrik-dari-
suara

34.Peristiwa Osmosis Untuk Pembangkit Listrik


Peristiwa Osmosis Untuk Pembangkit Listrik

Pada perkembangan jaman sekarang ini, kebutuhan akan energi meningkat dengan pesat, namun
karena sumber energi utama, terutama listrik masih diperoleh dari bahan bakar fosil tentunya akan
menimbulkan dampak lingkungan apabila digunakan dengan jumlah besar. Untuk itu berbagai
penelitian sangat diupayakan untuk mendapatkan energi yang ramah lingkungan dan juga memiliki
nilai ekonomis yang tinggi dan hasil daya yang besar juga. Untuk Salah satu dari hasil usaha tersebut
berupa memaanfaatkan teknik energi osmosis pada suatu pembangkit listrik.
Osmosis merupakan suatu sifat yang dimiliki oleh fluida atau benda cair untuk berpindah melewati
suatu lapisan semipermiabel diantara dua fluida yang memiliki kepekaan yang berbeda. Lapisan
semipermiabel ini berfungsi untuk memisahkan dua lapisan dimana lapisan tersebut hanya mampu di
lewati oleh air. Sedangkan partikel-partikel lain tetap bertahan dan tidak mampu melewati lapisan
tersebut. Tentunya dari peristiwa tersebut arah pergerakan fluida berasal dari fluida dengan kepekatan
rendah menuju fluida dengan kepekatan lebih tinggi. Proses ini akakn berhenti apabila kepekatan
kedua fluida tersebut akan sama.

Peristiwa perpindahan fluida ini tentunya akan mengakibatkan perubahan volume dan perubahan
tekanan pada sisi fluida yang lebih pekat. Tekakan inilah yang kemudian menyebabkan pergerakan
fluida dan tekanan yang diperolah akan dimaanfaatkan sebagai sumber energi kinetik. Kemudian
energi kinetik inilah yang kemudian dimaanfaatkan untuk memutar rotor pada sebuah generator.
Prinsip itu kemudian diterapkan pada pembangkit listrik dengan menyalurkan air tawar dan air laut
yang memiliki kandungan garam tinggi ke bilik yang dipisahkan oleh sebuah membran buatan.
Membran tipis itu dapat dilewati air, tapi tak dapat ditembus garam.

Molekul garam dalam air laut menarik air tawar menembus membran, menyebabkan tekanan pada
bilik air laut meningkat. Hal itu terjadi karena air mengalir dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang
lebih tinggi. Tekanan setara dengan tangki air setinggi 120 meter atau sama dengan sebuah air terjun
itulah yang digunakan untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik.

Untuk memahami proses osmosis tersebut dapat dilihat sebagai gambar berikut :
Kondisi Awal
Lapisan Semipermiabel
Setelah mencapai kesetimbangan

Lapisan semipermiabel

Dengan konsep ini maka pembangkitan energi listrik dengan menggunakan prinsip osmosi ini dapat
dilakukan dengan menggunakan fluida yang berbeda tingkat kepekatannya. Fluida yang dimaanfakan
dapat berupa air laut dan air murni yang memiliki kepekatan yang berbeda. Dengan kedua jenis fluida
ini pembangkitan energi listrik dengan cara osmosis dapat dikembangkan.
Untuk teknik osmosis yang digunakan pembangkit listrik memiliki dua tipe yang berbeda yaitu
SHEEOP Converter dan Underground PLO Plant

1.SHEEOP Converter

SHEEOP Converter merupakan pembangkit listrik yang diguanakn di permukaan laut. Prinsip ini
menggunakan air laut sebagai fluida pekat dan memaanfaatkan aliran Dam atau aliran sungai sebagai
fluida yang kurang pekat. Peletakan pembangkit ini didasar laut dikarenakan faktor beda ketinggian
dan jga kadar kepekatan air laut tersebut. Faktor-faktor ini cukup mempengaruhi energi listrik yang
nantinya dapat di bangkitkan.
2. Underground PLO Plant

Perbedaan teknik ini dengan SHEOP Converter adalah pada penempatan pembangkit. Apabila pada
SHEOP Converter pembangkita diletakkan pada dasar laut untuk memastikan tekanan dan jumlah
fluida yang tepat maka pada tipe pembangkit Underground PLO Plant diletakkan di bawah tanah hal
ini di dasarkan untuk memunculkan perbedaan tekanan, dengan cara menglirkan air dari sungai atau
dam dan air laut menuju ke level ekanan yang lebih rendah.

Negara Indonesia sendiri tentunya sangat berpeluang untuk memaanfaatkan peristiwa osmosis ini
mengingat indonesia memiliki laut yang sangta luas dan juga sungai yang melimpah dengan kapasitas
aliran yang besar juga. Dengan dikembangkannya teknologi ini tentunya bangsa kita akan memiliki
sumber energi yang ramah lingkungan dan akan mengurangi budaya penggunaan bahan bakar fosil
untuk pembangkitan energi. Tentunya efek samping yang diakibatkan oleh bahan bakar fosil akan
dapat di kurangi.
Walaupun pembangkit ini ramah lingkungan , namun konsep ini masih memiliki banyak tantangan.
Hal ini dikarenakan oleh faktor-faktor kualitas , kuantitas dan ekonomis yang kurang baik.
Permasalahan ini terutama pada kemampuan lapisan semipermeable sebagai bagian penting teknik ini
dan juga faktor biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan energi listrik per Watt-nya.

http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bentuk-energi-baru/peristiwa-
osmosis-untuk-pembangkit-listrik

34.Penggunaan Pasir sebagai Sumber Energi Alternatif Masa


Depan
Latar Belakang

Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan masyarakat karena hampir semua aktivitas
manusia selalu membutuhkan energi. Misalnya untuk penerangan, proses industri atau untuk
menggerakkan peralatan rumah tangga diperlukan energi listrik, untuk menggerakkan kendaraan baik
roda dua maupun empat diperlukan bensin, serta masih banyak peralatan di sekitar kehidupan
manusia yang memerlukan energi. Sebagian besar energi yang digunakan di Indonesia berasal dari
energi fosil yang berbentuk minyak bumi dan gas bumi.

Selama bertahun-tahun sejak masa Orde Baru sampai Orde Reformasi, pasir laut kita ditambang
secara besar-besaran dengan kapal-kapal keruk. Pasir itu dijual ke Singapura dan dipakai negara itu
untuk mereklamasi pantainya sehingga negara pulau itu bertambah areanya. Jadi, pasir laut itu hanya
dinilai sebagai tanah uruk (land-fill), dan karena dibeli secara borongan dengan partai besar, harganya
sangat murah. Padahal seharusnya jika dapat dikelola dengan baik pasir tersebut dapat digunakan
sebagai sumber energi alternatif sehingga dapat digunakan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Gambar 1 : Penambangan pasir

Permasalahan
Pasir terdapat di banyak tempat, baik dalam bentuk batuan atau pasir seperti yang terdapat di gurun
pasir. Pasir sebagian besar tersusun oleh silisiumdioksida, sehingga dapat digunakan sebagai bahan
baku produksi silisium. Dalam proses pengolahan silisiumdioksida menjadi silisium atau bahan metal
yang berwarna abu-abu dapat digunakan energi yang ramah lingkungan dan disediakan oleh alam,
yaitu energi angin atau tenaga dari sinar matahari. Silisium merupakan bahan tidak beracun serta
memiliki kandungan energi seperti karbon, yang merupakan inti energi fosil. Energi dalam silisium
tersimpan dengan aman karena adanya ikatan kimia, serta dapat dipindahkan ke tempat yang lain
dengan aman.

Silisium murni merupakan bahan baku industri yang bernilai miliaran dollar, karena silisium
merupakan bahan baku untuk memproduksi chip komputer dan silikon. Saat dilakukan proses
produksi silisium menjadi silikon diperoleh produk samping cair, Tetramethylsilan (TMS) yang
memiliki energi bakar sebesar bensin dari minyak bumi. Apabila TMS ini dibakar, maka akan
dihasilkan energi serta gas CO2 yang lebih sedikit dibandingkan bensin serta pasir bersih. Dengan
demikian, TMS ini bisa digunakan sebagai bahan bakar alternatif masa depan, walaupun perlu
diperhatikan pasir yang dihasilkan selama proses pembakaran.Reaktor silisium merupakan reaktor
yang ramah lingkungan, karena dalam proses pembakaran untuk menghasilkan energi, reaktor ini
menggunakan gas O2 dan N2 yang banyak tersedia di udara bebas. Panas yang dihasilkan dari proses
pembakaran dapat digunakan untuk menjalankan turbin yang dapat menghasilkan energi listrik.
Selain dihasilkan energi panas, dalam proses pembakaran juga dihasilkan pasir dan silisium nitrit,
yang dapat digunakan untuk memproduksi keramik atau gelas. Adapun dari silisium nitrit sendiri
dapat dihasilkan gas NH3 atau amoniak, yang juga dapat digunakan sebagai bahan bakar penggerak
motor atau mobil di masa yang akan datang. Selain itu, gas CO2, yang dikeluarkan selama proses
dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan methan, bahan bakar pengganti bensin.

Kesimpulan
Pengetahuan awal tentang penggunaan pasir sebagai bahan bakar alternatif di masa mendatang masih
perlu dikembangkan lebih lanjut. Tetapi terobosan ilmiah ini perlu mendapat perhatian dari semua
pihak baik pemerintah, perusahaan, dan lembaga penelitian atau perguruan tinggi yang memberikan
prioritas dalam pengembangan energi masa depan.
Referensi :
http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bentuk-energi-baru/penggunaan-
pasir-sebagai-sumber-energi-alternatif-masa-depan

35. Disko Sambil Menghasilkan Energi Listrik, Mengapa Tidak?


Sebuah eco-nightclub Surya di London, Inggris, memanfaatkan energi gerakan para clubbers untuk
menghasilkan listrik. Lantai disko yang telah dipasangi pegas dan material piezoelektrik ini
mengubah energi kinetik dari hentakan kaki para clubbers yang berdisko menjadi energi listrik yang
dimanfaatkan untuk keperluan elektrik club tersebut. Aksi sustainable nightclub ini tidak hanya
dilakukan oleh nightclub di Inggris tetapi juga oleh Sustainable Dance Club di Rotterdam, Belanda.
Pemilik club tersebut, bahkan, memanfaatkan listrik yang dihasilkan untuk mengaktifkan microchip
yang mengontrol nyala array LED (Light-Emitting Diode) yang disusun menyerupai baterai raksasa
sehingga memungkinkan clubbers melihat hasil energi yang mereka hasilkan. Energi listrik tersebut
memang disimpan dalam baterai, sehingga selama para clubbers berdisko, pergerakan di lantai akan
secara konstan mengisi baterai. Semakin banyak orang berdisko, semakin banyak energi yang
dihasilkan. Dengan lantai piezoelektrik tersebut, 60% kebutuhan energi club tersebut dapat terpenuhi.

Gbr1.Display Baterai, Club Watt, Belanda

Bagaimana energi kinetik/mekanik dapat diubah menjadi energi listrik? Material piezoelektrik,
berupa kristal atau keramik, memiliki kemampuan menghasilkan arus dalam jumlah kecil ketika
dikenai tekanan mekanikal seperti dorongan, hentakan, tekukan, atau putaran. Kumpulan dari
material-material piezoelektrik yang diletakan saling berdekatan pada area yang banyak dilalui
manusia ini berpotensi menghasilkan daya listrik yang cukup besar. Defense Advanced Research
Projects Agency (DARPA) milik NASA mengestimasi bahwa setiap satu langkah dapat menghasilkan
1 sampai 2 watt listrik. Bayangkan dengan 85.162.203 langkah pada kerumunan manusia, listrik yang
dihasilkan bahkan cukup untuk meluncurkan sebuah pesawat ruang angkasa!

Gbr2. Cara Kerja Lantai Piezoelektrik

Menjadi Sumber Inspirasi

Instalasi bahan piezoelektrik pada lantai ini menjadi inspirasi konsep crowd farming, memanen
energi dari langkah manusia pada area yang ramai dilalui manusia (crowded). Tidak terbatas pada
nightclub, fasilitas-fasilitas publik yang selalu ramai dikunjungi orang seperti stasiun kereta api dan
bandara berpotensi untuk dipasangi lantai dengan sistem piezoelektrik. The East Japan Railway
Company bekerja sama dengan para peneliti Universitas Keio, Jepang, misalnya, memasang karpet
piezoelektrik pada lantai di gerbang tiket dan area lain di Stasiun Tokyo yang ramai oleh orang yang
berlalu-lalang. Sistem piezoelektrik ini mampu mensuplai listrik 1400 kW, pada kondisi normal
trafic, yang dapat menyediakan energi listrik untuk semua display di stasiun tersebut.

Gbr3. Instalasi Karpet Piezoelektrik di Gerbang Tiket Stasiun Tokyo

Apakah harus selalu langkah manusia? Mengacu pada sistem kerja piezoelektrik sebelumnya, muatan
listrik dapat dipicu oleh sumber-sumber penghasil tekanan mekanik, tidak terbatas hanya pada
langkah manusia. Rel kereta api, landasan terbang pesawat, dan jalan raya dengan volume kendaraan
yang besar bahkan merupakan sumber-sumber potensi tekanan mekanik yang lebih besar. Sebagai
contoh, di Israel, para engineer Israel melakukan tes terhadap 100 meter jalan raya yang telah
terpasang dengan jaringan Piezo Electric Generators(IPEGTM). Seberapa besar energi listrik yang
dihasilkan bergantung kepada massa kendaraan, gerakan, vibrasi, dan perubahan temperatur. Semakin
berat kendaraan dan semakin banyak voulme kendaraan yang berlalu-lalang, maka semakin banyak
energi listrik yang dapat dipanen. Menariknya, sistem ini tidak hanya meng-capture energi yang
dibuang oleh kendaraan selama melaju pada jalan raya ber-piezoelektrik tetapi juga dapat
menyediakan informasi massa, frekuensi, kecepatan dan jarak antar kendaraan. Dengan keunggulan-
keunggulan tersebut, smart road tersebut dapat menjadi sistem manajemen lalu lintas yang
terintegrasi. Belum lagi, listrik yang dihasilkan dapat disalurkan ke grid listrik ataupun digunakan
untuk kepentingan penerangan jalan dan kepentingan infrastruktur lainnya. Mengenai instalasi,
instalasi sistem ini dapat dilakukan pada jalan raya yang akan dibangun ataupun jalan raya yang
existing.

Tantangan dan Prospek Masa Depan

Keterbatasan sistem piezoelektrik ini, seperti halnya keterbatasan pada hampir semua sumber energi
alternatif terbarukan, yaitu ketika trigger (cahaya matahari, angin, langkah manusia, dll) hilang,
kapasitas pengisian energi pada media penyimpanan (misalnya baterai) akan menurun secara drastis.
Tantangan lainnya, yaitu masih terbatasnya material piezoelektrik di pasaran sehingga menyebabkan
harga bahan piezoelektrik masih belum kompetitif dibandingkan fossil fuel.

Namun demikian, penelitian mengenai bahan piezoelektrik dan teknologi penggunaannya terus
dikembangkan oleh para peneliti di universitas dan di industri. Misalnya, untuk panel piezoelektrik di
Stasiun Tokyo yang masih dilapisi karet, di masa yang akan datang akan dikembangkan menyerupai
keramik lantai seperti keramik lantai yang dipakai di permukaan lainnya di stasiun.

Adapun prospek pengembangan sumber energi alternatif ini di Indonesia sendiri cukup besar,
mengingat Indonesia memiliki People Power dengan populasi penduduk terbesar ke-4 di dunia
setelah China, India, dan Amerika. Indonesia juga tengah gencar membangun infrastruktur-
infrastruktur publik yang memerlukan sumber energi independen.

http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bentuk-energi-baru/disko-
sambil-menghasilkan-energi-listrik-mengapa-tidak

36."Coal Bed Methan" Bentuk Energi Masa Depan


Coal bed methane (CBM) merupakan sumber energi yang relatif masih baru. Sumber energi
ini merupakan salah satu energi alternatif yang dapat diperbaharui penggunaannya. Gas
metane yang diambil dari lapisan batubara ini dapat digunakan sebagai energi untuk berbagai
kebutuhan manusia. Walaupun dari energi fosil yang tidak terbaharukan, tetapi gas ini terus
terproduksi bila lapisan batubara tersebut ada. Mari kita bahas.

Meski Coalbed Methane, atau sering disingkat sebagai CBM sudah cukup lama dikenal,
namun sumberdaya gas batubara ini baru dieksploitasi dan diproduksi dalam jumlah besar
oleh perusahaan-perusahaan besar di Amerika dan Australia baru pada tahun 1980-an.
Sedangkan China saat ini sedang mengembangkannya. CBM telah menjadi perhatian dalam
beberapa tahun terakhir ini. Beberapa negara seperti Amerika Serikat, China, India, Kanada,
Rusia, dan beberapa negara di Eropa Timur telah melakukan studi dan pengembangan akan
pemanfaat CBM ini.

Berdasarkan perkiraan dari sebuah institusi di Prancis, maka konsumsi energi di dunia tetap
akan memakai minyak, batubara dan gas sebagai energi primer (gambar di bawah). Projeksi
ini memberikan gambaran sebagaimana pentingnya peran energi fosil sebagai energi yang
harus terbarukan. Kata-kata harus disini mungkin tidak masuk akal, karena energi tersebut
memang habis dipakai (tidak dapat diperbaharui). Dengan adanya teknologi, riset dan
pemikiran baru, maka sebuah lapisan batubara dapat memberikan sebuah energi baru berupa
gas yang dapat kita pakai.
CBM ini tidak berbau, tidak berwarna dan sangat mudah terbakar. CBM terbentuk bersama
air, nitrogen dan karbondioksida ketika material tumbuhan tertimbun dan berubah menjadi
batubara karena panas dan proses kimia selama waktu geologi yang sering disebut dengan
"coalification".

CBM dalam dunia pertambangan didefinisikan sebagai gas metana yang terbentuk dari
aktivitas mikrobial (biogenic) atau panas (thermogenic) selama terjadinya proses
pembentukan batubara. Jumlah kandungan CBM dalam lapisan batubara sangat tergantung
pada kedalaman dan kualitas batubaranya. Semakin dalam lapisan batubara terbenam dari
permukaan tanah (sebagai hasil dari tekanan formasi batuan di atasnya), semakin tinggi nilai
energi dari batubara tersebut, dan semakin banyak pula kandungan CBM didalamnya. Secara
umum, lapisan batubara bisa menyimpan gas metana sebesar 6 7 kali lebih banyak
daripada jenis batuan lain (pada volume yang sama) dari reservoir gas.

Gas ini berasal dari proses pembetukan batubara yang berlangsung selama jutaan tahun. Gas
ini tersimpan di dalam rekahan-rekahan yang ada di sepanjang lapisan batubara. Gas metan
merupakan gas karbon yang bisa terbakar dan menghasilkan energi panas dan terbuang sia-
sia ke udara saat batubara ini ditambang dengan metode tambang terbuka. Lengkapnya,
CBM adalah gas methane (CH4) yang terperangkap dalam microcope atau pori-pori batubara
melalui proses biogenic. Untuk memproduksi CBM, lapisan batubara harus terairi dengan
baik sampai pada titik dimana gas terdapat pada permukaan batubara. Gas tersebut akan
teraliri melalui matriks dan pori, dan keluar melalui rekahan atau bukaan yang terdapat pada
sumur (gambar di bawah).

Air dalam lapisan batubara didapat dari adanya proses penggambutan dan pembatubaraan,
atau dari masukan (recharge) air dalam outcrops dan akuifer. Air dalam lapisan tersebut
dapat mencapai 90% dari jumlah air keseluruhan. Selama proses pembatubaraan, kandungan
kelembaban (moisture) berkurang, dengan rank batubara yang meningkat.
Gas biogenik dari lapisan batubara subbituminus akan dapat berpotensi menjadi CBM. Gas
biogenik tersebut terjadi oleh adanya reduksi bakteri dari CO2, dimana hasilnya berupa
methanogens, bakteri anaerobik yang keras, menggunakan H2 yang tersedia untuk
mengkonversi asetat dan CO2 menjadi metane sebagai by produk dari metabolismenya.
Sedangkan beberapa methanogens membuat amina, sulfida, dan methanol untuk
memproduksi metane.

Aliran air, dapat memperbaharui aktivitas bakteri, sehingga gas biogenik dapat berkembang
hingga tahap akhir. Pada saat penimbunan maksimum, temperatur maksimum pada lapisan
batubara mencapai 40-90C, dimana kondisi ini sangat ideal untuk pembentukan bakteri
metane. Metane tersebut terbentuk setelah aliran air bawah tanah pada saat ini telah ada.

Apabila air tanah turun, tekanan pada reservoir turun, pada saat ini CBM bermigrasi menuju
reservoir dari sumber lapisan batubara. Perulangan kejadian ini merupakan regenerasi dari
gas biogenik. Kejadian ini dipicu oleh naiknya air tanah atau lapisan batubara yang tercuci
oleh air. Hal tersebut yang memberikan indikasi bahwa CBM merupakan energi yang dapat
terbaharui.

Lapisan batubara dapat menjadi batuan sumber dan reservoir, karena itu CBM diproduksi
secara insitu, tersimpan melalui permukaan rekahan, mesopore, dan mikropore (gambar
berikut). Permukaan tersebut menarik molekul gas, sehingga tersimpan menjadi dekat. Gas
tersebut tersimpan pada rekahan dan sistem pori pada batubara sampai pada saat air merubah
tekanan pada reservoir. Gas kemudian keluar melalui matriks batubara dan mengalir melalui
rekahan sampai pada sumur. Gas tersebut sering kali terjebak pada rekahan-rekahan.
CBM juga dapat bermigrasi secara vertikal dan lateral ke reservoir batupasir yang saling
berhubungan. Selain itu, dapat juga melalui sesar dan rekahan. Kedalaman minimal dari
CBM yang telah dijumpai 300 meter dibawah permukaan laut.

Gas terperangkap pada lapisan batubara sangat bergantung pada posisi dari ketinggian air
bawah tanah. Normalnya, tinggi air berada diatas lapisan batubara, dan menahan gas di
dalam lapisan. Dengan cara menurunkan tinggi air, maka tekanan dalam reservoir berkurang,
sehingga dapat melepaskan CBM (gambar di bawah).

Pada saat pertama produksi, ada fasa dimana volume air akan dikurangi (dewatering) agar
gas yang dapat diproduksi dapat meningkat. Setelah fasa ini, fasa-fasa produksi stabil akan
terjadi. Seiring bertambahnya waktu, peak produksi akan terjadi, saat ini merupakan saat
dimana produksi CBM mencapai titik maksimal dan akan turun (decline).

Volume gas yang diproduksi akan berbanding terbalik dengan volume air. Bila volume gas
yang diproduksi tinggi, maka volume air akan berkurang. Setelah peak produksi, akan terjadi
fasa selanjutnya, yaitu fasa penurunan produksi (gambar di bawah). Seperti produksi minyak
dan gas pada umumnya, fasa-fasa tersebut biasa terjadi. Namun demikian, seperti yang telah
diuraikan, CBM dapat terbaharukan.

Indonesia memiliki cadangan coalbed methane (CBM) yang cukup besar yaitu sekitar 350-
400 triliun cubic feet (TCF) atau ketujuh di dunia. Cadangan itu tersebar di berbagai
cekungan yang ada. Potensi sumberdaya yang begitu besar ini seharusnya dikembangkan
menjadi salah satu sumber energi alternatif pengganti BBM.

Berdasarkan data Bank Dunia, konsentrasi potensi terbesar terletak di Kalimantan dan
Sumatera. Di Kalimantan Timur, antara lain tersebar di Kabupaten Berau dengan kandungan
sekitar 8,4 TCS, Pasir/Asem (3 TCS), Tarakan (17,5 TCS), dan Kutai (80,4 TCS). Kabupaten
Barito, Kalimantan Tengah (101,6 TCS). Sementara itu di Sumatera Tengah (52,5 TCS),
Sumatera Selatan (183 TCS), dan Bengkulu 3,6 TCS, sisanya terletak di Jatibarang, Jawa
Barat (0,8 TCS) dan Sulawesi (2 TCS).

Sebagai informasi, sumber daya terbesar sebesar 6,49 TCS ada di blok Sangatta-1 dengan
operator Pertamina hulu energi methane Kalimantan A dengan basin di Kutai. Disusul
Indragiri hulu dengan operator Samantaka mineral prima dengan basin Sumatera Selatan
yang mempunyai sumber daya 5,50 TCS, dan sumber daya paling rendah terlatak di blok
Sekayu yang dioperatori Medco SBM Sekayo dengan basin Sumatera Selatan, dengan
sumber daya 1,70 TCS.

http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bentuk-energi-baru/coal-bed-
methan-bentuk-energi-masa-depan

37.Sederhana dan Tepat Guna : Pengolahan Tuak menjadi


Bahan Bakar
Sederhana dan Tepat Guna : Pengolahan Tuak menjadi Bahan Bakar

Di Indonesia tuak atau yang juga disebut arak merupakan sejenis minuman hasil fermentasi
bahan minuman/buah yang mengandung gula. Bahan baku yang biasa dipakai adalah: beras
atau cairan yang diambil dari tanaman seperti nira kelapa atau aren, legen dari pohon
siwalan atau tal, atau sumber lain. Produk fermentasi ini tentu saja memiliki kadar alkohol,
sehingga di beberapa daeraha di Indonesia menjadi minuman keras khas daerah. Kadar
alkohol berbeda-beda bergantung daerah pembuatnya. Arak yang dibuat di pulau Bali yang
dikenal juga dengan nama brem bali, dikenal mengandung alkohol yang kadarnya cukup
tinggi. Beberapa tempat di Pulau Madura dahulu dikenal sebagai sebagai penghasil tuak,
namun orang Madura tidak mempunyai kebiasaan minum yang kuat. Masyarakat Tapanuli
(Sumatera Utara), khususnya masyarakat beretnis Batak menganggap bahwa tuak berkhasiat
menyehatkan badan karena mengandung efek menghangatkan tubuh.

Gambar 1. Pohon nira

Sejak sekitar setahun yang lalu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban, Jawa Timur,
mengembangkan minuman "tuak" menjadi etanol yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan
bakar minyak (BBM). "Uji coba yang kami lakukan mendapatkan tanggapan positif
masyarakat, buktinya mereka datang untuk mempelajari proses pembuatan tuak menjadi
etanol," ungkap Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Pemerintah Kabupaten Tuban.
Tidak hanya itu, Bupati Tuban Haeny Relawati merekomendasi proses uji coba tuak menjadi
etanol masuk dalam kurikulum pendidikan.

Secara umum, teknis pengolahan tuak hingga menjadi ethanol adalah sebagai berikut. Tuak
sebanyak 10 liter dicampur dengan gula jawa setelah dilakukan fermentasi selama tujuh hari
dan disuling menghasilkan 2 liter etanol.Biaya produksi tuak 10 liter tersebut diperhitungkan
sebesar Rp15.000 dan menjadi 2 liter etanol harga jualnya mencapai Rp17.500. Di Tuban,
memiliki sekitar 4.000 pohon nira yang bisa diambil hasilnya menjadi tuak.

Etanol yang dihasilkan dari tuak dapat digunakan sebagai BBM. Etanol dapat digunakan
sebagai bahan bakar untuk mobil, baik sendiri (E100) dalam mesin khusus atau sebagai
tambahan bensin untuk mesin bensin.Etanol dapat dicampur dengan bensin dalam kuantitas
yang bervariasi untuk mengurangi konsumsi bahan bakar minyak bumi, dan juga untuk
mengurangi polusi udara. Bahan bakar tersebut dikenal di Amerika Serikat sebagai gasohol
dan di Brasil sebagai bensin tipe C. Dua campuran umum di AS adalah E10 dan E85 yang
mengandung 10% dan 85% etanol. Sedangkan campuran yang umum di Brasil adalah bensin
tipe C dan jenis oktan tinggi, yang mengandung 20-25% ethanol.

Dengan adanya pengembangan energi alternatif dari tuak ini, diharapkan dapat mendorong
perekonomian daerah setempat. Hendaknya juga terbentuk masyarakat yang mandiri energi
sesuai dengan sumber daya yang ada.

http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bentuk-energi-baru/sederhana-
dan-tepat-guna-pengolahan-tuak-menjadi-bahan-bakar

38.Potensi Petir Di Indonesia Sebagai Sumber Energi


Terbarukan
Di zaman krisis energy seperti saat ini berbagai sumber energy alternative terus
dikembangkan. Sumber energy tersebut juga haruslah memenuhi syarat ramah lingkungan
mengingat adanya isu pemanasan global. Memanfaatkan energy petir mungkin adalah hal
yang masih asing di telinga kita, namun hal ini mungkin untuk dilakukan. Tahukah anda jika
potensi petir di Indonesia sangatlah besar untuk dijadikan sumber energy.
Petir disebabkan oleh adanya muatan listrik diudara, dimasa depan diharapkan setiap rumah
memiliki sebuah perangkat diatas atap untuk menangkap muatan listrik tersebut dan
disalurkan kedalam rumah sehingga dapat menghasilkan energy yang bersih dan murah.
Energi yang dilepaskan oleh satu sambaran petir lebih besar dari pada yang dihasilkan oleh
seluruh pusat pembangkit tenaga listrik di Amerika. Suhu pada jalur di mana petir terbentuk
dapat mencapai 10.000 derajat. Cahaya yang dikeluarkan oleh petir lebih terang daripada
cahaya 10 juta bola lampu pijar berdaya 100 watt. Sebuah sambaran petir berukuran rata-
rata memiliki energi yang dapat menyalakan sebuah bola lampu 100 watt selama lebih dari 3
bulan. Sebuah sambaran kilat berukuran rata-rata mengandung kekuatan listrik sebesar
20.000 amp. Sebuah las menggunakan 250-400 amp untuk mengelas baja. Kilat bergerak
dengan kecepatan 150.000 km/detik, atau setengah kecepatan cahaya, dan 100.000 kali lipat
lebih cepat daripada suara Kilatan yang terbentuk turun sangat cepat ke bumi dengan
kecepatan 96.000 km/jam.

Majalah Intisari pada edisi September 2002 mengatakan bahwa petir berarus listrik terbesar
terdapat di Indonesia, tepatnya di daerah Depok. PLN Cabang Depok, pada bulan April, Mei
dan Juni 2002, mensponsori penelitian untuk mengenali perilaku petir di wilayah kota di
selatan Jakarta dengan menggunakan teknologi lighting position and tracking system
(LPATS). Tak disangka, para peneliti mendapati arus petir negatif berkekuatan 379,2 kA
(kilo Ampere) dan petir positif mencapai 441,1 kA.
Dengan kuat arus sebesar itu, petir mampu meratakan bangunan yang terbuat dari beton
sekalipun. Selama ini, Indonesia memang dikenal sebagai negara dengan sambaran petir
cukup tinggi. Kondisi meteorologis Indonesia memang sangat ideal bagi terciptanya petir.
Tiga syarat pembentukan petir yaitu udara naik, kelembaban, dan partikel bebas atau
aerosol, terpenuhi dengan baik di Indonesia sebagai negara maritim.

Sambaran petir di Depok terjadi hampir sepanjang tahun. Yang tertinggi pada bulan Maret,
April, dan Mei, atau pada musim hujan. Sambaran agak mereda di bulan Februari. Warta
Kota juga mengutip data yang didapat pada laboratorium di ITB, Jaringan Deteksi Petir
Nasional, bahwa Indonesia memiliki hari guruh (hari terjadinya petir dalam setahun) 200
hari. Sementara Brasil 140 hari, Amerika Serikat 100 hari, dan Afrika Selatan 60 hari.

Ketika langit berawan, tidak semua awan adalah awan petir. Hanya awan cumulonimbus
yang menghasilkan petir. Petir terjadi karena pelepasan muatan listrik dari satu awan
cumulonimbus ke awan lainnya, atau dari awan langsung ke Bumi.
Nah sekarang pertanyaannya bagaimana cara memanfaatkan energy petir yang sangat besar
tersebut agar tak terbuang percuma, energy sebesar itu pastilah diciptakan yang maha kuasa
untuk suatu tujuan tertentu, tinggal bagaimana kita sebagai manusia untuk
memanfaatkannya. beberapa penelitian memang sudah ada yang diarahkan untuk
memanfaatkan energy petir, namun penelitian tersebut masih membutuhkan waktu yang
panjang untuk mencapai sempurna.

http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bentuk-energi-baru/potensi-
petir-di-indonesia-sebagai-sumber-energi-terbarukan

39. Alternatif Gas Elpiji untuk Konsumsi Rumah Tangga


Sudah bosan rasanya kita melihat berita di media massa tentang ledakan tabung gas elpiji.
Hampir tiap hari selalu ada saja kasus ledakan gas yang memakan korban jiwa dan materi
yang tidak sedikit jumlahnya. Gas memang terkesan carut-marut di negara kita. Bahan bakar
fosil yang diklaim sebagai bahan bakar bersih ini menjadi primadona di pasar dunia. Ekspor
gas alam Indonesia menggeliat naik seiring tingginya permintaan dari mancanegara.
Pemerintah melalui Kementrian ESDM dan Kementrian Perindustrian dan Perdagangan
beramai-ramai menggalakkan sektor ekspor gas alam demi menambah devisa negara.

Fenomena gas tak berhenti sampai di situ. Di tahun 2008, munculah suatu revolusi di bidang
bahan bakar konsumsi rumah tangga yaitu konversi minyak tanah ke gas elpiji. Subsidi
minyak tanah dicabut sehingga menjadi langka dan harganya meroket. Sedangkan produk
baru bernama tabung gas LPG 3 kg berwarna hijau melon muncul dan dibagikan secara
gratis kepada hampir 100 juta penduduk Indonesia lengkap dengan kompor dan selang serta
regulatornya. Langkah revolusioner pemerintah ini membawa ketidaknyamanan bagi para
eksportir gas. Tentu saja konsumsi gas dalam negeri yang tiba-tiba naik secara drastis ini
sedikit banyak mempengaruhi kebijakan ekspor gas ke mancanegara. Tak mau kehilangan
lahan penghasilan, segala cara dilakukan, sampai akhirnya memaksakan kenaikan harga gas
untuk industri hingga pengurangan jatah gas terutama untuk industri-industri yang
mengonsumsi gas dalam jumlah besar seperti pabrik pupuk. oleh sebab itulah beberapa
pabrik pupuk terancam ditutup karena kekurangan pasokan gas.

Konversi minyak tanah ke gas juga hanya mulus dan lancar di awalnya saja. Sebelum agen
agen dan oknum nakal menyadari kalau si melon 3 kg ternyata memperoleh subsidi yang
lebih besar ketimbang saudara tuanya si biru 12 kg. Sampai akhirnya tercetuslah ide
pengoplosan atau apapun namanya yang intinya memindahkan isi tabung 3 kg ke tabung 12
kg sehingga tabung 3 kg rusak karena dibuka secara paksa dan diisi ulang tanpa melalui
pemeriksaan dan quality control yang baik sampai akhirnya jatuh ke tangan konsumen yang
kurang beruntung yang notabene masyarakat ekonomi lemah tanpa didukung background
pendidikan yang memadai.
Masalah bertambah pelik ketika pemerintah mulai mencetuskan ide mengurangi subsidi si
melon agar harganya naik dan tidak terdapat gap yang cukup besar dengan si biru
sehingga ujung-ujungnya dapat meminimalisasi potensi pengoplosan. Namun bagaimana
dengan kualitas serta kontrol dari komponen tabung sendiri serta regulatornya? Keberhasilan
konversi minyak tanah ke gas mulai dipertanyakan seiring dengan semakin seringnya kasus
ledakan terjadi. Bahkan terdapat anekdot kalau si melon bukanlah alat untuk memasak
tetapi alat pembunuh massal keluaran pemerintah. Masyarakat kecil jangankan yang tinggal
di pedesaan, yang tinggal di perkotaan saja sudah antipati terhadap LPG dan rela memakai
kayu bakar sebagai alat masaknya. Namun tentu saja dengan kembalinya masyarakat ke kayu
bakar adalah suatu kemunduran dan harus dihindari.

Di saat carut marut LPG semakin kencang, ternyata ada pihak yang masih peduli dengan
nasib rakyat kecil yang mulai meragukan proyek konversi. Beberapa penemu-penemu yang
kebanyakan dari kelas kampung dari kalangan sipil bukan dari kalangan peneliti muncul
menawarkan suatu alternatif sumber bahan bakar yang dapat digunakan untuk rumah tangga
yang aman dan efisien. Alternatif pertama adalah kompor biomassa. Seperti namanya,
kompor ini berbahan bakar biomassa seperti ranting, dedaunan dan sampah-sampah kering
seperti kertas dan lain-lain. Riset dan pengembangan kompor ini sebenarnya telah lama
dilakukan, Dari mulai kompor biomassa sederhana yang masih menghasilkan banyak asap
sehingga kegiatan memasak mesti dilakukan di luar rumah hingga akhirnya kini telah hadir
kompor biomassa ciptaan Bapak Nurhuda, seorang dosen Fisika di UniBraw yang mampu
menghasilkan api biru tanpa asap dengan metode gasifikasi terpanaskan. Kompor ciptaan
Pak Nurhuda ini berbahan bakar ranting-ranting pohon dengan ukuran sedang maupun kayu-
kayu yang sudah tak terpakai lagi. jika tidak ada kayu, bisa juga dipakai briket jerami dengan
harga Rp 1.500 per kilogram untuk 2 jam pemakaian. Penemuan Pak Nurhuda ini seolah
membuka jalan bagi penemuan-penemuan kompor dengan energi alternatif untuk menggeser
kedudukan elpiji sebagai primadona kompor saat ini.

Kompor biomassa cocok diterapkan untuk masyarakat ekonomi lemah terutama yang tinggal
di pedesaan dengan masih melimpahnya persediaan kayu bakar dan ranting kering. Namun
bagaimana dengan masyarakat yang tinggal di wilayah kota besar? Sebenarnya sebelum
biomassa ada yang namanya biogas, yaitu gas metana yang dihasilkan dari pembusukan
kotoran hewan ternak ataupun sampah organik. Namun dengan memperhitungkan efisiensi,
biogas sulit diterapkan terutama di kota-kota besar karena sempitnya lahan dan orang
umumnya enggan mengolah biogas karena berasal dari sesuatu yang bau.

Hingga akhirnya, munculah bahan bakar yang disebut bioetanol. Nampaknya sudah tidak
perlu dijelaskan lagi apa itu bioetanol, dan bagaimana proses pembuatannya, yang pasti,
bioetanol adalah bahan bakar berbasis alkohol (karbon) yang berasal dari fermentasi tumbuh-
tumbuhan pati seperti ubi, singkong, sorgum, tebu bahkan yang baru ditemukan yaitu pisang!
Semua masyarakat Indonesia terutama yang tinggal di pedesaan tahu dan mengerti cara
membuat bioetanol. Hanya saja mereka tidak tahu kalau yang mereka buat itu bioetanol.
Mereka hanya tahu kalau namanya arak, tuak, atau apapun itu yang biasa dipakai mabuk atau
untuk perayaan dan seremonial di kalangan suku tertentu.

Potensi bioetanol sebagai bahan bakar sebenarnya besar. Hanya saja, masyarakat dan
pemerintah hanya tahu kalau bioetanol itu bahan bakar premium alias ekslusif. Hanya
dipakai untuk pencampuran saus rokok, kepentingan farmasi, pembuatan cat, pewarna tekstil
sampai hanya tahu sebatas bahan campuran untuk membuat biofuel yang jumlahnya bahkan
tak sampai 10%. Banyak yang masih belum sadar kalau bioetanol sebenarnya menyimpan
potensi besar untuk dipakai sebagai alternatif kompor elpiji sehingga gas elpijij bisa
dimaksimalkan untuk sektor lain seperti industri atau ekspor bukan habis untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga.

Riset-riset serta penemuan-penemuan kompor bioetanol muncul dari kalangan bawah dalam
artian bukan dari kalangan peneliti. Mereka berasal dari kelompok orang yang peduli akan
nasib rakyat kecil yang dihantui benda yang katanya bom berkedok bahan bakar bernama
tabung gas elpiji 3 kg. Kemunculan kompor bioetanol sudah sejak lama, mungkin sekitar 5
tahun lalu. Semuanya berawal dari pemberian alternatif untuk masyarakat kecil yang masih
menggunakan kompor minyak tanah di pedesaan yang cukup jauh dari keramaian. Minyak
tanah sulit masuk ke daerah tersebut dan potensi bioetanol di sana cukup besar dengan
banyaknya tanaman penghasil bioetanol seperti singkong, ubi, tebu, dan lain-lain. Cost
produksinya pun lebih murah.. Dengan peralatan sederhana saja bioetanol dengan kadar
minimal 60% sudah bisa dihasilkan dan dapat dipakai sebagai bahan bakar kompor bioetanol.
Jika dihitung secara kasar, cost produksi bioetanol berbasis singkong per liternya hanya Rp
3.400,- jauh lebih murah ketimbang minyak tanah yang saat itu masih di atas Rp 4.500,- per
liter.

Performansi kompor bioetanol juga lebih unggul ketimbang kompor minyak tanah. Apinya
meski kadang berwarna kuning, tidak berjelaga di bagian dasar panci atau wajan, tidak
seperti minyak tanah yang meski biru masih meninggalkan jelaga. Kesimpulannya, kompor
bioetanol yang paling pertama dan sederhana sekalipun mampu unggul dibanding kompor
minyak tanah. Nah, setelah minyak tanah menghilang dan muncul elpiji, kompor bioetanol
tak mampu bersaing jika tidak segera dilakukan inovasi. Mulailah dari sini, berbagai macam
ide berkembang. Muncul banyak sekali kompor-kompor bioetanol terbaru dengan berbagai
metode seperti pre-heating, kemudian menggantungkan tabung bahan bakarnya di tempat
yang lebih tinggi agar mendapat tambahan tekanan dengan bantuan gaya gravitasi dan lain-
lain. Semuanya demi mencapai satu tujuan, yaitu mendekati performansi kompor elpiji si
primadona.

Akan tetapi, meski sudah dihasilkan api yg biru dan bersih serta tingkat efisiensinya hampir
menyamai kompor elpiji, kompor bioetanol hanya mampu menyentuh kalangan masyarakat
di pedesaan dan sedikit di kota besar. Penyebabnya jelas : performansi kompor bioetanol
belum bisa menyamai gas elpiji dalam hal api yang bertekanan sehingga proses memasak
menjadi lebih cepat. Selain itu, pemerintah juga terkesan belum memandang bioetanol
sebagai energi terbarukan yang memiliki prospek besar. Akibatnya, pajak bioetanol semakin
besar padahal sebelum ditemukannya kompor bioetanol, masyarakat kecil di banyak daerah
di Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur telah banyak yang beralih profesi menjadi pengrajin
bioetanol karena seperti yang saya katakan di atas, membuat bioetanol sangatlah mudah.
Alat-alat sederhana pun mampu untuk menghasilkan bioetanol dengan kadar maksimal 60%
dan bahan bakunya banyak tersedia.

Imbasnya, dewasa ini banyak pengrajin bioetanol di pedesaan gulung tikar karena produk
mereka kurang laku akibat terbatasnya penggunaan bioetanol ke industri rokok dan farmasi.
Yang menang adalah perusahaan bioetanol besar yang mempunyai kekuatan untuk
menentukan harga pasar dan memiliki stok melimpah.

Lantas, apakah kedudukan kompor elpiji sulit atau tak bisa digeser? Sebenarnya tidak.
Dewasa ini, orang-orang yang masih yakin dengan prospek bioetanol sebagai energi
terbarukan yang aman bagi rumah tangga terus melakukan penelitian guna menciptakan
kompor bioetanol yang mampu bersaing dengan kompor elpiji dari segi performansi. Baru-
baru ini muncullah suatu metode pemrosesan bioetanol untuk pembakaran dengan cara
mengonversinya menjadi gas dan menyekapnya dalam burner agar dihasilkan gas bertekanan
yang siap dibakar. Prospek nya besar sekali. Dengan metode ini, bahan bakar bioetanol cair
tak langsung dibakar, akan tetapi diubah dahulu menjadi gas dengan bantuan elemen
pemanas listrik kemudian gas yang dihasilkan disekap dalam suatu burner hingga dihasilkan
gas dengan tekanan yang cukup untuk dibakar. Api yang dihasilkan kompor bioetanol metode
baru ini biru dan bertekanan, persis sama seperti elpiji meski efisiensi nya tertinggal sedikit
dari elpiji.

Namun dengan membandingkan harga bahan bakarnya, elpiji 3 kg yg masih disubsidi


pemerintah saja harganya sudah Rp 13.500, sedangkan cost produksi bioetanol seperti yang
disebutkan di atas, per liternya hanya kurang dari Rp 4.000 dan cukup digunakan 3-4 liter
bioetanol untuk menyamai elpiji 3 kg. Kompor bioetanol metode baru ini lebih aman dari
kompor elpiji karena tabungnya tak bertekanan akibat bahan bakar yang ada di dalamnya
berwujud cair (liquid) bukan gas yang ditekan seperti tabung elpiji yang selama ini selalu
membawa masalah. Tekanan yang dihasilkan pun diciptakan dalam burner dalam kompor
sehingga akan lebih aman bagi pengguna. Konsumsi listrik yang dipakai pun terhitung kecil
karena hanya digunakan untuk mengubah fasa bioetanol yang tak lebih dari 150 Watt saja.
Dan listriknya pun tak selamanya digunakan karena ada otomatisasi apabila suhu yang
diinginkan telah tercapai (80 derajat C), konsumsi listrik akan berhenti.

Kompor bioetanol metode baru ini masih dalam tahap pengembangan karena masih terdapat
beberapa kekurangan kecil seperti apinya kadang belum stabil karena sulit menciptakan
burner ideal yang mampu menyeimbangkan antara gas yg masuk dari pipa pemanasan
dengan gas yang digunakan untuk dibakar.

Namun saya yakin, sebentar lagi, kompor ini mampu menjawab tantangan untuk memberi
alternatif selain elpiji sebagai bahan bakar kompor untuk rumah tangga dengan performansi
yang hampir menyerupai elpiji. Tinggal bagaimana pemerintah merespon perkembangan
kompor ini saja.

Kesimpulan yang bisa diambil dari artikel ini adalah potensi bioetanol sangat besar untuk
digunakan sebagai bahan bakar konsumsi rumah tangga karena peluang untuk
merealisasikannya jauh lebih besar ketimbang merealisasikan penggunaan bioetanol untuk
kendaraan dan sebagainya yang masih jauh dari kenyataan.

Banyak dampak positif dari penggunaan bioetanol untuk konsumsi rumah tangga, salah
satunya adalah bangkitnya industri kecil pengrajin bioetanol yang telah mati serta
pembukaan lahan pertanian dan pembukaan lapangan kerja di sektor pertanian untuk
menyediakan bahan baku penghasil bioetanol. Tinggal bagaimana peran pemerintah saja
sebagai regulator dalam mengatur tata niaga bioetanol serta menetapkan standardisasi harga
dan mutu bioetanol yang akan digunakan sebagai bahan bakar kompor karena kompor
bioetanol metode baru optimal jika menggunakan bioetanol dengan kadar di atas 70%.

Namun jangan lupa juga, Indonesia bukanlah Brazil yang sudah mampu swasembada pangan
sehingga kebutuhan bahan baku bioetanol tak akan mengganggu kebutuhan pangan.
Sedangkan di Indonesia yang masih banyak kekurangan pangan perlu dibuat regulasi khusus
agar pengadaan bahan baku untuk bioetanol tak bentrok dengan kepentingan pangan.

http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bioenergy/dicari-alternatif-gas-
elpiji-untuk-konsumsi-rumah-tangga

40.Urine sebagai sumber energi altenatif


Bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam merupakan sumber utama
energi yang dimiliki saat ini. Tetapi sumber-sumber ini menimbulkan polusi dan jumlahnya
terbatas. Oleh karena itu, para ilmuwan mencoba mencari sumber energi lain sebagai
altenatif, salah satunya hydrogen. Pemanfaatan hydrogen sebagai bahan bakar merupakan
salah satu topic yang gencar diteliti di dunia dan pemakaiannya semakin meningkat dari hari
ke hari. Dengan mengggunakan gas hydrogen maka gas buang yang dihasilkan tidak
mencemari lingkungan karena yang dikeluarkan hanya uap air. Akan tetapi salah satu
kendala yang dihadapi adalah kurangnya sumber gas hydrogen yang murah dan mudah
diperbaharui. Selain itu, hydrogen murni memiliki sifat mudah terbakar dan
penyimpanannya membutuhkan tekanan tinggi dan temperatur rendah. Karena banyaknya
kendala dalam pemanfaatan gas hydrogen, maka kini para ilmuwan mencoba mencari
sumber energi hydrogen dalam bentuk lain, yaitu urine.

Urine merupakan limbah yang paling melimpah di dunia yang sebagian besar terdiri dari
unsur urea. Sementara itu, urea merupakan unsur yang potensial untuk dijadikan sebagai
sumber hidrogen. Urea memiliki empat atom hydrogen per molekulnya, ikatan hydrogen
dengan atom N dalam urea lebih lemah dibandingkan ikatan hydrogen dengan atom O dalam
air.

Peneliti dari Bristol Robotics Lab (BRL) University of Bristol sedang meneliti urine untuk
dijadikan sebagai sel bahan bakar mikroba atau Microbial Fuel Cells (MFC), sehingga dapat
digunakan sebagai penghasil energi tanpa menyebabkan polusi. Urine secara kimia sangat
aktif, banyak mengandung nitrogen, urea, klorida, kalium dan bilirubin sehingga akan
menjadi bahan bakar yang sangat baik untuk sel bahan bakar mikroba. Untuk meneliti energi
ini, peneliti telah menghabiskan lebih dari tiga tahun dalam mengembangkan robot yang
dinamakan EcoBot-III. Robot ini berisi sejumlah sel bahan bakar mikroba dan menggunakan
bahan limbah seperti lalat mati dan limbah air (urine) untuk menjalankannya.

Gerardine Botte peneliti dari Universitas Ohio memilih untuk menggunakan elektrolisis
untuk memecah bagian molekul urea dengan menggunakan elektroda berbasis nikel yang
bersifat selektif dan efisien untuk mengoksidasi urea. Untuk memecah molekul urea ini
diperlukan voltase sebesar 0,37 Volt yang mana voltase ini masih lebih rendah jika
dibandingkan yang diperlukan untuk mengelektrolisis air yaitu sekitar 1,23 volt. Selama
proses yang terjadi urea teradsorbsi pada elektroda nikel, yang kemudian mengalirkan
elektron sehingga molekul urea terurai. Gas hydrogen murni terbentuk pada katoda, gas
nitrogen, sedikit gas oksigen, dan hydrogen terbentuk di anoda. Gas karbondioksida juga
dihasilkan pada saat elektrolisis akan tetapi gas ini tidak bercampur dengan gas yang
dihasilkan pada anoda dan katoda karena gas ini bereaksi dengan KOH membentuk kalium
karbonat.

Proses yang ada untuk memisahkan urine dari air saat ini sangat mahal dan tidak efisien.
Urin umumnya terhidrolisis menjadi amoniak sebelum terlepas ke udara sebagai gas
ammonia. Terbentuknya gas ini akan membentuk ammonium sulfat dan partikel nitral di
udara, dimana kedua zat ini dapat menyebabkan berbagai macam permasalahan bagi
kesehatan manusia seperti asma, bronchitis, dan kematian dini.

Pengembangan dan penelitian lebih lanjut dalam pemanfaatan urine sebagai sumber energi
altenatif masih sangat diperlukan, baik dari segi proses mendapatkan urine, pengolahan
urine, proses untuk mendapatkan hydrogen, dan limbah yang dihasilkan. Bukanlah tidak
mungkin, urine akan menggantikan bahan bakar fosil dimasa yang akan datang.

http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/bioenergy/urine-sebagai-
sumber-energi-altenatif

Anda mungkin juga menyukai