Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ENERGI SECARA UMUM

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak lepas dari kebutuhan akan bahan bakar. Bahan
bakar merupakan senyawa kimia yang dapat menghasilkan energi melalui perubahan
kimia. Dalam pengertian umum energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja.
Energi dihasilkan oleh sumber energi secara langsung maupun melalui proses
konversi. Energi yang berada di alam sangatlah banyak dan beraneka ragam serta
dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan peralatan mekanik
maupun elektronik. Salah satu fungsi energi adalah sebagai materi bahan bakar.

Bahan bakar adalah istilah populer media untuk menyalakan api. Bahan bakar
dapat bersifat alami atau ditemukan langsung dari alam, tetapi juga bersifat buatan
yaitu diolah manusia dengan teknologi. Bahan bakar adalah suatu zat atau materi yang
mengandung energi. Bahan bakar terdiri dari 4 jenis yaitu : bahan bakar padat, cair,
gas dan nuklir. Ada berbagai jenis bahan bakar padat seperti batu bara dan kayu.
Bahan bakar cair contohnya minyak, bensin, methanol, etanol, solar dan kerosin serta
bahan bakar gas, contohnya gas alam.

Energi akan tetap dibutuhkan dari masa ke masa. Pada saat ini di era
industrialisasi dan transportasi, energi digunakan sebagai bahan bakar utama
penggerak sektor tersebut. Energi yang umumnya sekarang digunakan berasal dari
bahan bakar fosil yaitu minyak bumi, gas alam dan batu bara. Ketiga bahan bakar
tersebut saat ini merupakan pensuplai energi terbesar di dunia. Bahan bakar fosil
memampu mendominas 81% energi primer dunia dan juga berkontribusi pada 66%
pembangkitan listrik global. Padahal bahan bakar tersebut termasuk sumber daya

Universitas Sumatera Utara

energi yang tidak dapat diperbaharui dan lama kelamaan keberadaannya akan langka
dan habis. Beberapa data menyebutkan bahwa sampai dengan taraf tertentu, krisis
energi kita hadapi dimasa akan datang.

Peranan energi sangat penting artinya bagi peningkatan kegiatan ekonomi,


sehingga

penglolaan

energi

yang

meliputi

penyediaan,

pemanfaatan

dan

pengusahaannya harus dilaksanakan secara terpadu. Cadangan sumber daya energi


bahan bakar fosil keberadaannya sangat terbatas, maka perlu adanya kegiatan
diversifikasi sumber daya energi agar ketersediaan energi dimasa depan terjamin.
Bahan bakar fosil juga menghasilkan bahan pencemar yang mengganggu kesehatan,
dan menurunkan kualitas lingkungan, seperti Pb (timbal), CO (Carbon monoksida)
dan CO2 (Carbon dioksida).

Situasi energi di Indonesia tidak lepas dari situasi energi dunia. Konsumsi
energi dunia yang makin meningkat membuka kesempatan bagi Indonesia untuk
mencari

sumber

energi

alternatif

untuk

memenuhi

kebutuhannya

sendiri.

Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap bahan bakar minyak sangatlah besar.


Berdasarkan data energi sumber daya mineral 2006, bahwa minyak bumi seperti solar,
premium, minyak tanah, minyak diesel, dan minyak bakar mendominasi 52,5%
pemakaian energi di Indonesia, gas bumi sebesar 19%, batu bara 21,5%, air 3,7%,
panar bumi 3% dan energi terbarukan renewable hanya sekitar 0,2% dari total
penggunaan energi. Padahal menurut data ESDM 2006, cadangan minyak bumi
Indonesia hanya sekitar 9M barel/tahun dan produksi Indonesia hanya sekitar 900 jt
barel/tahun. Jika terus dikonsumsi dan tidak ditemukan cadangan minyak baru atau
tidak ditemukan teknologi baru untuk meningkatkan recovery minyak bumi
diperkirakan cadangan minyak Indonesia habis dalam waktu 23 tahun mendatang.
(Banun, Muhammad Syariful. 2011)

Ditengah persoalan tersebut, pengembangan energi baru dan terbarukan


sebagai pengganti bahan bakar minyak menjadi solusi alternatif. Pemerintah Indonesia
telah mengeluarkan blue print pengelolaan energi nasional periode 2005-2025 yang
merupakan penjabaran dari kebijakan energi nasional ( peraturan presiden no 5 tahun

Universitas Sumatera Utara

2006). Dalam cetak biru itu, peran energi baru dan terbarukan ditargetkan meningkat
pada tahun 2025 disusul inpres no 1/2006 tentang pemanfaatan bahan bakar nabati.

Kontinuitas penggunaan bahan bakar fosil memunculkan dua ancaman serius


yaitu :
1. Faktor ekonomi, berupa jaminan ketersediaan bahan bakar fosil untuk beberapa
dekade mendatang, masalah suplay, harga, dan fluktuasi nya.
2. Polusi akibat pembakaran bahan bakar fosil kelingkungan. Polusi yang ditimbukan
oleh pembakaran bahan bakar fosil memiliki dampak langsung maupun tidak
langsung bagi kesehatan manusia. Kesadaran terhadap ancaman serius tersebut
telah mengintensifkan berbagai riset yang bertujuan menghasilkan sumber-sumber
energi maupun pembawa energi yang terjamin keberlanjutannya dan lebih ramah
lingkungan. Salah satu solusi untuk menghadapi tantangan krisi energi dimasa
depan adalah mencari sumber energi alternatif. Energi alternatif adalah sumber
energi yang dapat digunakan untuk menggantinkan bahan bakar konvensional.

Berbagai energi alternatif yang dikenal selama ini untuk pegganti bahan bakar
fosil adalah : panas bumi (geo termal) tenaga matahari, tenaga angin, gelombang laut,
arus, dan pasang surut. Namun keberadaan sumber daya tersebut terkendala oleh
beberapa faktor seperti kondisi alam, musim, dan lamanya paparan. Karna itu
beberapa negara mulai mengambil kebijakan untuk mencari sumber energi lain yang
terbarukan, yang tidak terpengaruh musim, salah satunya adalah menggunakan bahan
bakar hayati. Jadi disimpulkan perlu adanya sumber energi terbarukan disebabkan
beberapa hal diantara adalah :
1. konsumsi energi yang semakin meningkat
2. Bahan bakar fosil akan habis karena termasuk bahan bakar tak terbarukan
3. Kebutuhan bahan bakar yang tak seimbang dengan produksi sehingga masih
mengimpor bahan bakar minyak.
4. Potensi biomasa Indonesia yang besar karena keanekaragaman tumbuhan yang
sangat tinggi serta dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar.
5. Adanya kebijakan internasional maupun nasional mengenai energi
6. Potensi lahan-lahan kosong dan tandus yang dapat digunakan untuk menanam
tanaman yang dapat dikonversikan menjadi bahan bakar

Universitas Sumatera Utara

7. Potensi sumber daya manusia untuk mengolah, memanfaatkan dan menghasikan


bahan bakar alternatif untuk kebutuhan dimasa depan.
8. Penyerapan tenaga kerja dalam pengelolaan lahan pertanian dan perkebunan
9. Untuk mengurangi efek-efek buruk dari pembakaran bahan bakar fosil maka
diperlukan sumber energi yang lebih ramah lingkungan
10. Bahan bakar minyak juga mengandung polutan berbahaya bagi kesehatan
manusia seperti hidro karbon, Pb dan CO.

Berdasarkan peraturan presiden no 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi


nasional Indonesia memiliki target energi terbarukan sampai 15%, terutama bahan
bakar hayati sampai 5%. Oleh karena itu perlu dicari sumber bahan bakar hayati
terutama produk biomassa untuk di konversikan menjadi energi.

2.2 BAHAN BAKAR HAYATI

Menurut data di Indonesia memiliki potensi energi terbarukan sebesar 311.232 MW


namun kurang lebih hanya 22% yang mampu dimanfaatkan . Hal ini karena
keberadaan bahan bakar fosil masih tersedia, dan harganya murah, sehingga tidak
memikirkan, memanfaatkan dan mengembangkan sumber energi alternatif yang dapat
di perbaharui.

Potensi energi terbarukan yang besar dan belum banyak dimanfaatkan adalah
energi dari bio massa. Potensi biomassa sebesar 5000 MW. Dari potensi itu hanya 320
MW yang sudah dimanfaatkan atau hanya 0.64% dari seluruh potensi yang ada.
Potensi biomassa di Indonesia bersumber dari produk samping kelapa sawit, sisa
panen tebu, sekam, jerami, kayu, sisa daun kakao, dan limbah industri pertanian
lainnya.

Berdasarkan laporan International Energy Agency (IEQ) diprediksikan bahwa


pada tahun 2050 bahan bakar hayati dapat menurunkan kebutuhan bahan bakar
minyak bumi sebanyak 20-40%. Bahan bakar hayati adalah bahan bakar organik yang
di hasilkan oleh makhluk hidup, berupa bahan padat, cair, atau gas. Bahan bakar

Universitas Sumatera Utara

hayati dalam bentuk padatan dapat berupa kayu dan briket arang. Bahan bakar padat
merupakan bahan bakar zaman dahulu, karena masyarakat memanfaatkan langsung
dari sisa-sisa tumbuhan seperti kayu, ranting, dahan dan dedaunan yang jatuh kering
dapat dibakar secara langsung untuk bahan bakar memasak. Selain itu bagian tanaman
tersebut dapat dijadikan arang, misalkan arang kayu, arang tempurung kelapa, dan
akhir-akhir ini ada juga dikenal briket bioarang yang berasal dari sampah organik.

2.3 BIOMASSA UNTUK BAHAN BAKAR

Biomassa adalah bahan bakar organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis baik
berupa produk maupun buangan. Istilah biomassa adalah bahan organik baik dari
tumbuhan ataupun hewan yang kaya akan cadangan energi. Sehingga setelah diubah
menjadi energi tersebut dengan bioenergi. Selanjutnya bioenergi tersebut dapat
digunakan sesuai kebutuhan manusia. Untuk menghasilkan panas, gerak, atau untuk
menghasilkan listrik.

Energi biomasssa dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan


bakar fosil karena beberapa sifatnya yang menguntungkan yaitu, dapat dimanfaatkan
secara lestari karena sifatnya yang dapat diperbaharui, relatif tidak mengandung unsur
sulfur sehingga tidak menyebabkan polusi udara dan juga dapat meningkatkan
efisiensi pemanfaatan sumber daya hutan dan pertanian.

Biomassa dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu biomassa basah dan


biomassa kering. Contoh biomassa basah adalah sisa sayuran, sampah organik rumah
tangga, sampah pasar tradisional, kotoran ternak. Sedangkan contoh biomassa kering
contohnya adalah jerami, sekam, ranting, rumput, kayu dan limbah pertanian
dedaunan dan lain sebagainya.

Pemanfaatan biomassa menjadi solusi yang sangat menjanjikan untuk


permasalahan sampah di berbagai daerah baik kota maupun desa. Energi yang
dihasilkan dari biomassa diperoleh dengan berbagai proses teknologi. Menurut data
hasil laporan Uni Eropa mengungkapkan bahwa biomassa berpotensi besar untuk

Universitas Sumatera Utara

dikonversikan menjadi energi. Dan diperkirakan tahun 2020 nanti 19 juta ton minyak
tersedia dari biomassa, 46% dari limbah yang dihasilkan makhluk hidup seperti
limbah pasar, sisa pertanian, dan limbah perternakan.

Potensi biomassa di Indonesia cukup tinggi. Dengan hutan tropis Indonesia


yang sangat luas, setiap tahun diperkirakan terdapat limbah kayu sebanyak 25 tahun
ton yang terbuang dan belum dimanfaatkan . Jumlah energi yang terkandung dalam
kayu yaitu 100 milyar kkal dalam setahun. Demikian juga sekam padi, tongkol
jagung, cangkang kemiri, kulit durian dan tempurung kelapa yang merupakan limbah
pertanian dan perkebunan yang memiliki potensi yang besar sekali.

2.3.1 KONVERSI TERMAL BIOMASSA

Teknologi konversi termal biomassa meliputi pembakaran langsung, gasifikasi,


pirolisi atau karbonisasi. Dalam teknologi konversi termal biomassa, proses
pembakaran langsung adalah proses yang paling mudah dibandingkan dengan lainnya.
Biomassa langsung dibakar tanpa proses-proses lainnya.

Biomassa dapat dibakar dalam bentuk serbuk, briket, ataupun batangan yang
disesuaikan dengan penggunaan dan kondisi biomassa. Teknologi pembakaran
langsung relatif memiliki efisiensi cukup rendah, yaitu 20% 25%.

Teknologi konversi termal berikutnya adalah pirolisis, yaitu pembakaran


biomassa pada kondisi tanpa oksigen. Tujuannya adalah melepaskan zat terbang
(volatile matter) yang terkandung pada biomassa. Secara umum kandungan zat
terbang dalam biomassa cukup tinggi. Produk padat pada proses ini berupa arang
(char) yang kemudian disebut karbonisasi. Karbonisasi biomassa atau yang lebih
dikenal dengan pengarangan adalah suatu proses untuk menaikkan nilai kalor
biomassa dan dihasilkan pembakaran yang bersih dengan sedikit asap.

Hasil karbonisasi adalah berupa arang yang tersusun atas karbon dan berwarna
hitam. Prinsip proses karbonisasi adalah pembakaran biomassa tanpa adanya

Universitas Sumatera Utara

kehadiran oksigen. Sehingga yang terlepas hanya bagian volatile matter, sedangkan
karbonnya tetap tinggal di dalamnya. Temperatur karbonisasi akan sangat
berpengaruh terhadap arang yang dihasilkan sehingga penentuan temperatur yang
tepat akan menentukan kualitas arang. Sedikit banyaknya arang yang dihasilkan
bergantung pada komposisi awal biomassa. Semakin banyak kandungan valotile
matter maka semakin sedikit arang yang dihasilkan karena banyak bagian yang
terlepas keluar.

2.3.2 PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN MENJADI BAHAN BAKAR


BIOMASSA

Energi dari sampah adalah energi yang dapat diperbaharui (renewable). Di daerah
pedesaan penggunaan bahan bakar masih banyak yang menggunakan bahan langsung
dari alam. Pemakaian energi dari kayu bakar yang selama ini dilakukan, akan
berakibat pada penggundulan hutan dan berakibat kerusakan hutan. Karena itu perlu
diversifikasi sumber energi. Salah satunya memanfaatkan

sampah atau limpah

sebagai bahan bakar alternatif.

Bila kita membakar sampah ditempat terbuka dengan sempurna sampai api dan
baranya padam, maka yang tersisa adalah abu. Abu tidak dapat dibakar lagi, ada
perbedaan abu dengan arang. Abu adalah sisa pembakaran sempurna yang sudah tidak
dapat dibakar kembali, biasanya berwarna putih abu-abu. Sementara itu arang adalah
gumpalan padat sisa pembakaran yang belum sempurna yang masih dapat dibakar
kembali dan berwarna hitam.

Limbah pertanian terjadi pada pengelolaan apa yang dinamakan tanaman


pangan, seperti padi, jagung, ubi kayu, kacang tanah, dan kedelai. Sedangkan jenis
tanaman keras menghasilkan terutama kelapa dan kelapa sawit. Berikut ini adalah
Tabel potensi energi biomassa di Indonesia :

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1 Potensi energy biomassa di Indonesia


Produksi 106 ton/th

Energy 109 kcal/th

Pangsa (%)

Kayu

25,0

100,0

72,0

Sekam padi

7,55

27,0

19,4

Jenggal jagung

1,52

6,8

4,9

Tempurung kelapa

1,25

5,1

3,7

Potensi total

35,32

138,9

100%

Sumber energy

(sumber : Abdul kadir, 1995)

Bahan buangan kegiatan pertanian lainnya dapat disebut ubi kayu (batang dan
daun), kacang tanah (batang, daun dan kulit polong) dan kedelai (batang, daun dan
kulit polong) pada umumnya dapat dimanfaatkan

oleh masyarakat sendiri untuk

berbagai keperluan. (Abdul kadir, 1995).

2.4 TANAMAN KEMIRI

Kemiri (Aleurites Moluccana Willd), merupakan pohon yang sudah tidak asing lagi
bagi masyarakat di Indonesia. Kemiri menurut buku Ensiklopedia berasal dari
kepulauan Maluku, dan menurut Burkill (1935) berasal dari Malaysia. Tanaman
Kemiri (Aleurites moluccana) termasuk suku Euphorbiaceae. Ketinggian tanaman
dapat mencapai 40 meter dan diameter batang bagian bawah dapat mencapai 1,25
meter.

Buah kemiri termasuk buah batu, berbentuk bulat telur dan ada bagian yang
menonjol ke samping. Daging buahnya kaku dan mengandung 1-2 biji yang diselimuti
oleh kulit biji yang keras. Dimana, menurut Mody Lempang (2011) kulit biji yang
keras (cangkang kemiri) memiliki kandungan kimia sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2 Kandungan Kimia Cangkang Kemiri


No.

Komponen (Component)

Kadar (Content) %

1.

Holoselulosa (Holosellulose)

49,22

2.

Pentosa (Pentosan)

14,55

3.

Lignin

54,46

4.

Abu (Ash )

8,73

Daerah yang paling banyak pertanaman kemirinya adalah Propinsi Nusa


Tenggara Timur (luas area 84.941 hektar dan produksi 1.390 ton) diikuti oleh propinsi
Sulawesi Selatan (luas area 52.722 hektar dan produksi 26.194 ton), Aceh (luas area
23.645 hektar dan memproduksi 16.671 ton), Sumatera Utara (luas area 15.680 hektar
dan produksi 8.177 ton) dan propinsi lainnya. (www.pusatbudidaya.com, 2011)

Kemiri sudah banyak ditanam oleh rakyat, meskipun masih banyak pula yang
tumbuh secara liar di hutan-hutan. Rakyat menanam kemiri umumnya bertujuan untuk
diambil buahnya, sedangkan dinas kehutanan menanamnya lebih untuk diambil
kayunya. Penanaman kemiri sebagai tanaman reboisasi atau penghijauan seperti
halnya yang dilakukan oleh dinas kehutanan ini menyebabkan penyebaran tanaman
kemiri jauh lebih cepat.

Tanaman

kemiri

merupakan

tanaman

industri,

sebab

produk

yang

dihasilkannya dapat dipakai untuk bahan berbagai barang industri. Kayunya yang
ringan dapat digunakan untuk bahan pembuat perabot (peralatan) rumah tangga atau
bahan industri lain seperti batang korek api dan kotak korek api. Batang kemiri juga
dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bahan pulp (bahan pembuat kertas).

Biji buah kemiri banyak digunakan oleh masyarakat untuk bumbu masak. Biji
buah kemiri juga dapat diambil minyaknya untuk berbagai keperluan bahan industri,
misalnya untuk bahan cat, pernis, sabun, obat-obatan dan kosmetik. Kulit bijinya
(cangkang atau batoknya) dapat dimanfaatkan untuk bahan obat nyamuk bakar atau
arang untuk bahan bakar. Ampas dari pengolahan minyak dapat digunakan untuk
pakan ternak dan pupuk tanaman sebab mengandung unsur NPK yang cukup tinggi.
(Sutanto, Ir. Hatta. 1994)

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1 Cangkang Kemiri

Cangkang kemiri juga merupakan limbah pertanian yang dapat digunakan


sebagai bahan bakar alternatif, dengan cara mengubahnya menjadi briket. Dari
penelitian yang telah dilakukan oleh Junifa Layla Sihombing (2006) briket arang
cangkang kemiri dengan ukuran butir 60 Mesh dan konsentrasi bahan perekat tapioka
sebanyak 20%, menghasilkan nilai kalor sebesar 5916 kal/gr.

2.5 TANAMAN DURIAN

Durian adalah nama tumbuhan tropik yang berasal dari asia tenggara sekaligus nama
buahnya yang biasa dimakan. Nama ini diambil dari ciri khas kulit buahnya yang
keras dan berlekuk-lekuk tajam sehingga menyerupai duri. Varian namanya yang juga
populer adalah duren. Orang-orang menyebutnya kadu. Tanaman durian banyak
tumbuh di hutan-hutan yang memiliki ketinggian kurang dari 800 m diatas permukaan
laut, jenis tanah yang gembur, dan kedalaman lapisan tanah atas lebih dari 1 meter.
Tanaman durian banyak diperbanyak secara generatif (biji) atau secara vegetatif
(misalnya okulasi, sambung, dan susun). (AKK, 1996)

Para ahli berpendapat bahwa mulanya tanaman durian tumbuh liar di daerah
hutan Malaysia, Sumatera, dan kalimantan. Kemudian, tanaman durian tersebut

Universitas Sumatera Utara

menyebar keseluruh Indonesia. Penyebaran tanaman durian ke arah barat adalah ke


Thailand, Birma, India, dan Pakistan. (Sari, Yuana Purnama. 2011)

Kulit durian

mengandung unsur selulose yang tinggi (50-60 %) dan

kandungan lignin (5 %) serta kandungan pati yang rendah (5 %). Hasil utama tanaman
durian ialah buahnya. (Fadli, Ade. 2010)

Produksi buah durian terbanyak menurut provinsi per tahun adalah Provinsi
Sumatera Utara dengan jumlah produksi 128.803 ton, diikuti Provinsi Jawa Barat,
Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Tengah masing-masing dengan jumlah
produksi 91.097 ton, 91.078 ton dan 65.019 ton, sementara total produksi buah durian
di Indonesia adalah 682.323 ton. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa sebagai
daerah yang banyak memproduksi buah durian, berarti banyak pula sampah biji dan
kulit durian yang dihasilkan.

Tanaman durian memberikan beberapa manfaat dan hasil ikutan, antara lain
sebagai berikut.
1. Tanaman durian dapat dimanfaatkan

sebagai pencegah erosi di lahan-lahan

miring, terutama tanah yang miring ke timur karena intensitas sinar matahari pagi
yang diterima akan lebih banyak. Perakaran durian akan mencengkram lapisan
tanah atas sehingga tanah tersebut terbebas dari erosi. Adapun sisa-sisa tanaman
akan tertahan oleh batang-batang durian sehingga dapat menyuburkan tanah.
2. Batang durian dapat digunakan untuk bahan bangunan atau perkakas rumah
tangga. Kendati tidak termasuk kelas istimewa kayu durian dapat digunakan
sebagai bahan bangunan. Kulit durian setaraf dengan kayu sengon sebab kayu
durian cenderung lurus. Disamping itu, kayu durian bisa diolah menjadi kayu
lapis olahan dan mudah dibubut serta dibentuk menjadi perkakas rumah tangga,
seperti rak gelas dan piring, sendok nasi, alu, lumpang, dan lain-lain.
3. Biji durian memiliki kandungan pati yang cukup tinggi sehingga berpotensi
sebagai alternatif pengganti bahan makanan. Biji durian sebagai bahan makanan
memang belum dimasyarakatkan di Indonesia. Di Thailand, biji duria sudah
cukup memasyarakat untuk dibuat bubur dengan cara diberi campuran daging

Universitas Sumatera Utara

buahnya. Bubur biji durian ini menghasilkan kalori yang cukup potenisal bagi
manusia.
4. Kulit durian dapat dipakai sebagai bahan baku abu gosok dan briket yang bagus.
Caranya adalah dengan dijemur sampai kering, kemudian dibakar sampai hancur.
Lalu dibentuk menjadi briket. Untuk menjadi abu gosok, harus dibakar hingga
menjadi abu, kemudian abu itu dipakai untuk mencuci piring dan gelas. Abu ini
juga dapat digunakan sebagai media tanaman di dalam pot, baik tanaman indoor
maupun bunga-bungaan.

2.2 Kulit durian yang akan dijadikan briket


Sumber : http://engineeringforbetterlife.blogspot.com/2011/06/briket-kulit-duriansalah-satu-pilihan.html

Kulit durian adalah salah satu limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan
kembali, dengan membuatnya menjadi briket. Menurut penelitian Samsudin Anis
(2006) dapat diketahui bahwa briket kulit durian mempunyai nilai kalor diatas nilai
kalor briket arang kayu, yaitu 5.010 kal/gr.

Beberapa keunggulan briket kulit durian adalah nilai kalorinya relatif tinggi,
tak berbau, tidak bersifat polutan, tidak menghasilkan gas SO, dan bisa langsung
menyala. (Green Action, 2009)

Universitas Sumatera Utara

2.6 BRIKET

Mendengar kata briket, kebanyakan orang akan langsung berfikir kepada batu bara.
Sebenarnya briket tidaklah identik dengan bahan bakar karena definisi briket itu
sendiri adalah suatu bahan yang berupa serbuk atau potongan potongan kecil yang
dipadatkan dengan menggunakan mesin press dengan dicampur bahan perekat
sehingga menjadi bentuk yang solid.

Atau dengan kata lain briket adalah bahan bakar padat yang dapat digunakan
sebagai sumber energi alternatif. Ada 2 jenis briket, yaitu :
1. Briket Batubara, terbuat dari batu bara.
2. Briket Bioarang, terbuat dari limbah hutan, limbah pertanian, dan sebagainya.

2.7 BRIKET BIOARANG

Bioarang merupakan sumber energi biomassa yang ramah lingkungan dan


biodegradable. Briket arang berfungsi sebagai pengganti bahan bakar minyak, baik itu
minyak tanah, maupun elpiji. Biomassa ini merupakan sumber energi bagi masa depan
yang tidak akan pernah habis, bahkan jumlahnya akan bertambah, sehingga sangat
cocok sebagai sumber bahan bakar rumah tangga. (Basriyanta, 2007)

Bioarang adalah arang (salah satu jenis bahan bakar) yang dibuat dari aneka
macam bahan hayati atau biomassa, misalnya kayu, ranting, jerami, dan limbah
pertanian lainnya. Biasanya, bahan-bahan tersebut dianggap sampah yang tidak
berguna sehingga sering di musnahkan dengan cara di bakar. Namun, bahan-bahan
tersebut sebenarnya dapat diolah menjadi arang, yang selanjutnya disebut bioarang.
Bioarang ini dapat digunakan sebagai bahan bakar yang tidak kalah dari bahan bakar
sejenis yang lain. Akan tetapi, untuk memaksimalkan pemanfaatannya, bioarang ini
masih harus melalui sedikit proses pengolahan sehingga menjadi briket bioarang.
Adan, Ir. Ismun Uti, 1998)

Universitas Sumatera Utara

Briket arang merupakan energi yang alternatif yang ditawarkan unuk


menggantikan bahan bakar minyak dan fungsinya seperti minyak tanah, yaitu sebagai
bahan bakar langsung untuk memasak. Bioarang adalah arang untuk bahan bakar yang
dibuat dari beraneka ragam biomassa (sampah daun kering, serasah, jerami, sekam,
ranting, dan kayu serta limbah pertanian lainnya). Bahan tersebut dianggap tidak
bermanfaat, tetapi jika diolah dengan teknologi akan dapat menjadi bahan bakar yang
disebut bioarang atau briket arang.

Pembuatan briket arang dengan menggunakan metode pembakaran pirolisis


dari sampah organik. Pirolisis merupakan proses dekomposisi bahan organik dengan
pemanasan tanpa oksigen. Proses ini sebenarnya bagian dari proses karbonisasi yaitu
proses untuk memperoleh karbon atau arang, tetapi sebagian menyebut pada proses
pirolisis merupakan high temperatur carbonization (HTC), lebih dari 500 oC.

Proses pirolisis menghasilkan produk berupa bahan bakar padat yaitu karbon,
cairan berupa tar dan beberapa zat lainnya. Bila oksigen ada pada suatu rektor pirolisis
maka akan bereaksi dengan material sehingga membentuk abu (ash). Untuk
menghilangkan oksigen, pada proses pirolisis biasanya menggunakan aliran gas linear
berfungsi untuk mengikat oksigen dan mengeluarkan oksigen dari reaktor. Produk dari
pirolisis berupa gas, fluida cair dan padat berupa karbon dan abu. Gas hasil pirolisis
dapat diolah menjadi bahan bakar gas. Sedangkan karbon dapat dimanfaatkan
menjadi bahan bakar padat.

Briket merupakan gumpalan lunak yang dikeraskan dan dibuat dengan bentuk
tertentu. Manfaat pengolahaan ini adalah dapat membantu mengatasi permasalahan
sampah khususnya sampah organik. Sebenarnya dari pembakaran pirolisis bioarang
ini akan menghasilkan asap cair jika kita proses lebih lanjut. Asap hasil pembakaran
diproses melalui destilasi. Asap cair berguna untuk mengawetkan makanan sebagai
pengawet sintesis.
Beberapa bentuk dan tipe briket yang umum dikenal, antara lain : bantalan
(oval), sarang tawon (honey comb), silinder (cylinder), telur (egg), dan lain-lain. Ada
pun keuntungan dari bentuk briket adalah sebagai berikut:
1. Ukuran dapat disesuaikan dengan kebutuhan

Universitas Sumatera Utara

2. Porositas dapat diatur untuk memudahkan pembakaran


3. Mudah dipakai sebagai bahan bakar.

Beberapa aspek di bawah ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan


dalam penggunaan energi biomassa menurut Gan Thay Kong (2010), yaitu :
1. Aspek ketersediaan biomassa dan nilai kalorinya.
2. Aspek kandungan kelembapannya, abu dan zat terbangnya.
3. Aspek kandungan unsur klorin
4. Aspek rantai suplai biomassa

2.7.1 SIFAT-SIFAT BRIKET BIOARANG

Sifat-sifat briket yang baik adalah sebagai berikut, yaitu :


1.

Tidak berasap dan tidak berbau pada saat pembakaran.

2.

Mempunyai kekuatan/daya tekan tertentu sehingga tidak mudah pecah sewaktu


diangkat dan dipindah-pindah. Dari pengalaman, briket dengan kekuatan tekan >
6 kg/cm2, cukup kuat dan tidak mudah pecah pada saat briket dibawa, diangkat
dan diangkut.

3.

Mempunyai suhu pembakaran tetap, dengan jangka waktu nyala yang relatif lama
(8-10 jam).

4.

Setelah pembakaran dan ada sisa, masih mempunyai kekuatan tekan sehingga
mudah dikeluarkan dari dalam tungku atau dipindahkan ke tempat lain. Hasil
pembakaran tidak mengandung gas karbon monoksida dengan kadar tinggi.

Syarat briket yang baik adalah briket permukaannya halus dan tidak
meninggalkan bekas hitam ditangan. Selain itu, sebagai bahan bakar, briket juga harus
memenuhi kriteria mudah dinyalakan, tidak mengeluarkan asap, emisi gas hasil
pembakaran tidak mengandung racun, tidak berjamur bila disimpan pada waktu lama,
menunjukkan laju pembakaran dan suhu pembakaran yang baik.

Universitas Sumatera Utara

2.7.2 PARAMETER DALAM PEMBUATAN BRIKET BIOARANG

Beberapa parameter yang perlu diperhatikan dalam pembuatan briket adalah sebagai :
1.

Ukuran butir. Makin kecil ukuran butir bahan baku pembuatan briket, makin kuat
daya rekat antar butir (apabila padanya telah ditambah bahan perekat).

2.

Tekanan mesin pencetak. Diusahakan agar briket yang dihasilkan kompak, tidak
rapuh dan tidak mudah pecah apabila dipindah-pindah. Di samping itu diusahakan
padanya masih terdapat pori-pori yang memungkinkan udara (dalam hal ini
oksigen) masih ada di dalamnya. Keberadaan oksigen dalam briket sangat
penting, karena akan mempermudah proses pembakaran.

3.

Kandungan air, akan berpengaruh ada nilai kalor/panas yang dihasilkan. Apabila
kandungan airnya tinggi, maka sebagian kalori/panas yang dihasilkan briket akan
dipergunakan terlebih dahulu untuk menguapkan air yang terdapat dalamnya.
Kalori sisa, baru dapat dimanfaatkan sebagai penghasil panas, baik dengan cara
pemanasan kontak langsung ataupun cara pemanasan kontak tidak langsung.

2.7.3 TAHAPAN PEMBUATAN BRIKET BIOARANG

Secara umum proses pembuatan briket melalui tahapan penggerusan, pencampuran,


pencetakan, pengeringan dan pengepakan.
1. Penggerusan adalah mengerus bahan baku briket untuk mendapatkan ukuran
butiran tertentu. Alat yang digunakan crusher atau blender.
2. Pencampuran adalah mencampurkan bahan baku briket pada komposisi tertentu
untuk mendapatkan adonan yang homogen. Alat yang digunakan adalah mixer,
combining blender.
3. Pencetakan adalah mencetak adonan briket untuk mendapatkan bentuk tertentu
sesuaikan yang diinginkan.
4. Pengeringan adalah proses mengeringkan briket menggunakan udara panas pada
temperatur tertentu untuk menurunkan kandungan air briket.
5. Pengepakan adalah pengemasan prosuk briket sesuai dengan spesifikasi kualitas
dan kuantitas yang telah ditentukan.

Universitas Sumatera Utara

2.7.4 PRINSIP DASAR PEMBUATAN BRIKET BIORANG

Karbonisasi atau pengarangan adalah proses mengubah bahan baku asal menjadi
karbon berwarna hitam melalui pembakaran dalam ruang tertutup dengan udara yang
terbatas atau seminimal mungkin. Sebenarnya teknik pengarangan sudah dikenal dari
ratusan tahun yang lalu, tetapi yang diarangkan adalah kayu dan bukan limbah
pertanian.

2.7.4.1 Proses karbonisasi

Proses karbonisasi atau pengarangan biasanya dilakukan dengan memasukkan bahan


organik kedalam lubang atau ruangan yang dindingnya tertutup seperti, di dalam tanah
atau tangki yang terbuat dari plat baja. Setelah dimasukkan, bahan disulut api hingga
terbakar. Nyala api tersebut dikontrol. Tujuan dari pengendalian tersebut, agar bahan
yang dibakar tidak menjadi abu, tetapi menjadi arang yang masih terdapat energi di
dalamnya sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar.

2.7.4.2 Prinsip Karbonisasi

Prinsip dari karbonisasi adalah energi pada bahan dibebaskan secara perlahan, dan
apabila proses pembakaran dihentikan secara tiba-tiba ketika bahan masih membara,
bahan tersebut akan menjadi arang berwarna kehitaman. Bahan tersebut masih
terdapat sisa energi yang dapat dimanfaatkan

untuk berbagai keperluan, seperti

memasak, memanggang, dan mengeringkan. Bahan organik yang sudah menjadi arang
tersebut akan mengeluarkan sedikit asap.

Lamanya pengarangan ditentukan oleh jumlah atau volume bahan organik.


Ukuran parsial bahan, densitas bahan, tingkat kekeringan bahan, jumlah oksigen yang
masuk, dan asap yang keluar dari ruang pembakaran. Seperti pada bagan dibawah ini,
yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Pembakaran tidak sempurna


Bahan Organik

Oksigen bebas

Energi Parsial

Arang

Gambar 2.5 Bagan proses Karbonisasi


Sumber : Oswan Kurniawan dan Marsono, (2008)

2.7.4.3 Metode Karbonisasi

Pelaksanaan karbonisasi meliputi teknik yang paling sederhana hingga yang paling
canggih. Tentu saja metode pengarangan yang dipilh sesuaikan dengan kemampuan
dan kondisi keuangan. Berikut dijelaskan beberapa metode karbonisasi (pengarangan).
1. Pengarangan terbuka
Metode pengarangan terbuka artinya pengarangan tidak di dalam
ruangan sebagaimana mestinya. Resiko kegagalannya lebih besar karena udara
langsung kontak dengan bahan baku. Metode pengarangan ini paling murah
dan paling cepat, tetapi bagian yang menjadi abu juga paling banyak, terutama
jika selama proses pengarangan tidak ditunggu dan dijaga. Selain itu bahan
baku harus selalu dibolak-balik agar arang yang diperoleh seragan dan merata
warnanya.
2. Pengarangan di dalam drum
Drum bekas aspal atau oli yang masih baik bisa digunakan sebagai
tempat proses pengarangan. Metode pengarangan di dalam drum cukup praktis
karena bahan baku tidak perlu ditunggu terus-menerus sampai menjadi arang.
3. Pengarangan di dalam silo
Sistem pengarangan dalam silo diterapkan untuk produksi arang dalam
jumlah banyak. Dimana dinding dalam terbuat dari batu bata tahan api, dan
dinding luarnya disemen dan dipasang 4 buah tiang yang jaraknya disesuaikan
dengan keliling silo. Di sisi bawah silo diberi pintu yang berfungsi untuk
mempermudah pengeluaran arang yang sudah jadi. Hal yang penting dalam
metode ini adalah menyediakan air yang banyak untuk memadamkan bara.
4. Pengarangan semi modern
Sumber api pada pengarangan ini berasal dari plat yang dipanasi atau
batu bara yang dibakar. Akibatnya udara disekeliling bara menjadi panas dan

Universitas Sumatera Utara

memuai ke seluruh ruangan pembakaran. Panas yang ada kemudian


dihembuskan oleh kipas angin bertenaga listrik.
5. Pengarangan supercepat
Hanya membutuhkan waktu pengarangan hanya dalam hitungan menit.
Metode ini menggunakan penerapan roda berjalan. Bahan baku akan meleati
lorong besi yang panas dengan suhu mendekati 70oC.

2.7.4.4 Pengilingan Arang

Arang yang dihasilkan dari proses karbonisasi masih berbentuk aslinya. Oleh karena
itu agar bentuk dan ukuran arang seram, maka diperlukan alat atau mesin
penggilingan. Tipe mesin penggiling yang digunakan sama dengan penggilingan
tepung atau juga bisa digunakan blender, namun sebelumnya dihancurkan terlebih
dahulu dalam ukuran kecil tergantung dari ukuran dan tingkat kekerasan arang, setelah
itu disaring dengan menggunakan saringan.

2.7.4.5 Bahan Perekat

Untuk merekatkan partikel partikel zat dalam bahan baku pada proses pembuatan
briket maka diperlukan zat pengikat sehingga menghasilkan briket yang kompak.
Berdasarkan fungsi dari pengikat dan kualitasnya, pemilihan bahan pengikat dapat
dibagi sebagai berikut :
1. Berdasarkan sifat / bahan baku perekatan briket
Adapun karakteristik bahan baku perekatan untuk pembuatan briket adalah
sebagai berikut :
a. Memiliki gaya kohesi yang baik bila dicampurkan dengan semikokas atau batu
bara.
b. Mudah terbakar dan tidak berasap.
c. Mudah didapat dalam jumlah banyak dan murah harganya.
d. Tidak mengeluarkan bau, tidak beracun dan tidak berbahaya.
2. Berdasarkan jenis

Universitas Sumatera Utara

Jenis bahan baku yang umum dipakai sebagai pengikat untuk pembuatan briket,
yaitu :
a. Perekat anorganik
Pengikat anorganik dapat menjaga ketahanan briket selama proses
pembakaran sehingga dasar permeabilitas bahan bakar terganggu. Pengikat
anorganik ini mempunyai kelemahan yaitu adanya tambahan abu yang
berasal dari bahan pengikat sehingga dapat menghambat pembakaran dan
menurunkan nilai kalor. Contoh dari pengikat anorganik antara lain, semen
dan natrium silikat.
b. Perekat organik
Pengikat organik menghasilkan abu yang relatif sedikit setelah pembakaran
briket dan umumnya merupakan bahan perekat yang efektif. Contoh dari
pengikat organik diantaranya :
1) Clay (Lempung)
Clay (lempung) atau juga sering disebut tanah liat, umumnya banyak
digunakan sebagai bahan perekat briket. Jenis lempung yang dapat
dipakai untuk pembuatan briket terdiri dari jenis lempung warna
kemerah-merahan, kekuning-kuningan dan abu-abu. Perekat jenis ini
menyebabkan briket membutuhkan waktu yang lama untuk proses
pengeringannya dan briket menjadi agak sulit menyala ketika di bakar.
2) Tapioka
Jenis

tapioka

beragam

kualitasnya

tergantung

dari

proses

pembuatannya terutama pencampuran airnya dan pada saat dimasak


sampai mendidih. Tapioka juga banyak digunakan sebagai bahan
pengenanya, bahan pengisi dan bahan pengikat dalam industri
makanan.
3) Getah karet
Daya lekat getah karet lebih kuat dibandingkan dengan tanah liat dan
tapioaka. Namun, ongkos produksinya lebih mahal dan agak sulit
mendapatkannya karena harus membeli. Briket dengan perekat jenis ini
kan menghasilkan asap tebal berwarna dan beraroma kurang sedap bila
di bakar.
4) Getah pinus

Universitas Sumatera Utara

Keunggulan perekat ini terletak pada daya benturannya yang kuat,


meskipun dijatuhkan ditempat yang tinggi briket akan tepat utuh serta
mudah menyala jika dibayar. Namun, asap yang keluar cukup banyak
dan menyebabkan bau yang agak menusuk.

Jenis-jenis bahan perekat diatas, yang paling umum digunakan adalah bahan
perekat tapioka. Hal ini sebabkan karena faktor harga dan ketersediaannya dipasaran
yang cukup banyak.

Tabel 2.3 Daftar Analisa Bahan Perekat


Jenis tepung

Air

Abu

Lemak

Protein

Serat

Karbon

(%)

(%)

(%)

(%)

kasar (%)

(%)

Tepung jagung

10,52

1,27

4,89

8,48

1,04

73,80

Tepung beras

7,85

0,68

4,53

9,89

0,84

76,90

Tepung terigu

10,70

0,86

2,0

11,50

0,64

74,20

Tepung tapioka

9,84

0,36

1,5

2,21

0,69

85,20

Tepung sagu

14,10

0,67

1,03

1,12

0,37

82,70

Sumber : Anonimous, 1989 di dalam Nodali Ndraha, 2010

2.7.5 KEUNGULAN BRIKET ARANG (BIOARANG)

Adapun keunggulan dari briket bioarang adalah sebagai berikut :


1. Menjadi alternatif bahan bakar karena tidak tergantung pada bahan bakar
minyak atau gas.
2. Murah, praktis, dan cara membuatnya mudah.
3. Memiliki bentuk seragam karena pembuatannya dicetak menggunakan alat, hal
berbeda dengan briket kayu yang memilki bentuk yang tidak seragam.
4. Penampilan arang yang lebih menarik
5. Daya panas yang dihasilkan dari pembakaran briket sampah tidak kalah
dibandingkan dengan bahan bakar minyak. Dari hasil percobaan untuk
memanaskan 1 liter air hanya memerlukan sekitas 300 gram briket dalam
waktu kurang lebih 12 menit.

Universitas Sumatera Utara

6. Briket sampah daun memiliki kemampuan penyebaran bara api yang baik,
tidak mudah padam, dan tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra untuk
pengipasan. Tanpa dikipasi pun briket sampah organik mudah menyala
dengan stabil.
7. Briket bioarang menyala stabil dan tidak perlu tenaga ekstra untuk pengipasan.
8. Tidak berbahaya seperti gas elpiji yang dapat menimbulkan ledakan.
9. Volume asap yang dikeluarkan briket sampah tidak sebanyak yang dihasilkan
kayu atau minyak tanah.
10. Berkurangnya asap yang diproduksi disebabkan karbon dioksida, karbon
monoksida, dan kandungan air yang tersimpan dalam bahan briket telah
direduksi pada saat proses pengarangan.
11. Menghasilkan gas seperti CO dan CO2 hanya sedikit sehingga tidak banyak
menimbulkan pencemaran udara.
12. Peralatan tungku yang digunakan untuk keperluaan bahan bakar briket relatif
lebih murah dan lebih mudah dalam perawatannya. Jenis tungku yang
digunakan terbuat dari tanah liat yang dibentuk sedemikian rupa.
13. Briket arang tidak mengandung unsur belerang sehingga mengurangi efek
hujan asam.
14. Dari segi aroma, briket bioarang tidak jauh berbeda dengan bau khas arang
yang dibakar. Bahkan masyarakat daerah tertentu, seperti masyarakat
pedesaan lebih menyukai menggunakan bahan bakar nonminyak dengan
alasan perbedaan rasa dan aroma.
15. Pengolahan masakan yang menggunakan tungku briket bioarang, diperoleh
cita rasa yang berbeda.

Universitas Sumatera Utara

2.7.6 BRIKET MENURUT STANDAR MUTU INDONESIA (SNI)

Briket arang kayu menurut SNI adalah serbuk arang kayu dan bahan penolong dicetak
dengan bentuk dan ukuran tertentu yang dikeraskan melalui proses pengepresan yang
digunakan untuk bahan bakar. Syarat mutu briket arang kayu menurut SNI 01-62352000, yaitu :

Tabel 2.4 Syarat Mutu Briket Arang Kayu


No

Jenis Uji

Persyaratan

1.

Kadar air

Maksimum 8 %

2.

Bagian yang hilang pada pemanasan 90o

Maksimum 15 %

3.

Kadar Abu

Maksimum 8 %

4.

Kalori

Minimum 5000 kal/g


(Disalin Ulang dari Standar Nasional Indonesia)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai