TINJAUAN PUSTAKA
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak lepas dari kebutuhan akan bahan bakar. Bahan
bakar merupakan senyawa kimia yang dapat menghasilkan energi melalui perubahan
kimia. Dalam pengertian umum energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja.
Energi dihasilkan oleh sumber energi secara langsung maupun melalui proses
konversi. Energi yang berada di alam sangatlah banyak dan beraneka ragam serta
dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan peralatan mekanik
maupun elektronik. Salah satu fungsi energi adalah sebagai materi bahan bakar.
Bahan bakar adalah istilah populer media untuk menyalakan api. Bahan bakar
dapat bersifat alami atau ditemukan langsung dari alam, tetapi juga bersifat buatan
yaitu diolah manusia dengan teknologi. Bahan bakar adalah suatu zat atau materi yang
mengandung energi. Bahan bakar terdiri dari 4 jenis yaitu : bahan bakar padat, cair,
gas dan nuklir. Ada berbagai jenis bahan bakar padat seperti batu bara dan kayu.
Bahan bakar cair contohnya minyak, bensin, methanol, etanol, solar dan kerosin serta
bahan bakar gas, contohnya gas alam.
Energi akan tetap dibutuhkan dari masa ke masa. Pada saat ini di era
industrialisasi dan transportasi, energi digunakan sebagai bahan bakar utama
penggerak sektor tersebut. Energi yang umumnya sekarang digunakan berasal dari
bahan bakar fosil yaitu minyak bumi, gas alam dan batu bara. Ketiga bahan bakar
tersebut saat ini merupakan pensuplai energi terbesar di dunia. Bahan bakar fosil
memampu mendominas 81% energi primer dunia dan juga berkontribusi pada 66%
pembangkitan listrik global. Padahal bahan bakar tersebut termasuk sumber daya
energi yang tidak dapat diperbaharui dan lama kelamaan keberadaannya akan langka
dan habis. Beberapa data menyebutkan bahwa sampai dengan taraf tertentu, krisis
energi kita hadapi dimasa akan datang.
penglolaan
energi
yang
meliputi
penyediaan,
pemanfaatan
dan
Situasi energi di Indonesia tidak lepas dari situasi energi dunia. Konsumsi
energi dunia yang makin meningkat membuka kesempatan bagi Indonesia untuk
mencari
sumber
energi
alternatif
untuk
memenuhi
kebutuhannya
sendiri.
2006). Dalam cetak biru itu, peran energi baru dan terbarukan ditargetkan meningkat
pada tahun 2025 disusul inpres no 1/2006 tentang pemanfaatan bahan bakar nabati.
Berbagai energi alternatif yang dikenal selama ini untuk pegganti bahan bakar
fosil adalah : panas bumi (geo termal) tenaga matahari, tenaga angin, gelombang laut,
arus, dan pasang surut. Namun keberadaan sumber daya tersebut terkendala oleh
beberapa faktor seperti kondisi alam, musim, dan lamanya paparan. Karna itu
beberapa negara mulai mengambil kebijakan untuk mencari sumber energi lain yang
terbarukan, yang tidak terpengaruh musim, salah satunya adalah menggunakan bahan
bakar hayati. Jadi disimpulkan perlu adanya sumber energi terbarukan disebabkan
beberapa hal diantara adalah :
1. konsumsi energi yang semakin meningkat
2. Bahan bakar fosil akan habis karena termasuk bahan bakar tak terbarukan
3. Kebutuhan bahan bakar yang tak seimbang dengan produksi sehingga masih
mengimpor bahan bakar minyak.
4. Potensi biomasa Indonesia yang besar karena keanekaragaman tumbuhan yang
sangat tinggi serta dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar.
5. Adanya kebijakan internasional maupun nasional mengenai energi
6. Potensi lahan-lahan kosong dan tandus yang dapat digunakan untuk menanam
tanaman yang dapat dikonversikan menjadi bahan bakar
Potensi energi terbarukan yang besar dan belum banyak dimanfaatkan adalah
energi dari bio massa. Potensi biomassa sebesar 5000 MW. Dari potensi itu hanya 320
MW yang sudah dimanfaatkan atau hanya 0.64% dari seluruh potensi yang ada.
Potensi biomassa di Indonesia bersumber dari produk samping kelapa sawit, sisa
panen tebu, sekam, jerami, kayu, sisa daun kakao, dan limbah industri pertanian
lainnya.
hayati dalam bentuk padatan dapat berupa kayu dan briket arang. Bahan bakar padat
merupakan bahan bakar zaman dahulu, karena masyarakat memanfaatkan langsung
dari sisa-sisa tumbuhan seperti kayu, ranting, dahan dan dedaunan yang jatuh kering
dapat dibakar secara langsung untuk bahan bakar memasak. Selain itu bagian tanaman
tersebut dapat dijadikan arang, misalkan arang kayu, arang tempurung kelapa, dan
akhir-akhir ini ada juga dikenal briket bioarang yang berasal dari sampah organik.
Biomassa adalah bahan bakar organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis baik
berupa produk maupun buangan. Istilah biomassa adalah bahan organik baik dari
tumbuhan ataupun hewan yang kaya akan cadangan energi. Sehingga setelah diubah
menjadi energi tersebut dengan bioenergi. Selanjutnya bioenergi tersebut dapat
digunakan sesuai kebutuhan manusia. Untuk menghasilkan panas, gerak, atau untuk
menghasilkan listrik.
dikonversikan menjadi energi. Dan diperkirakan tahun 2020 nanti 19 juta ton minyak
tersedia dari biomassa, 46% dari limbah yang dihasilkan makhluk hidup seperti
limbah pasar, sisa pertanian, dan limbah perternakan.
Biomassa dapat dibakar dalam bentuk serbuk, briket, ataupun batangan yang
disesuaikan dengan penggunaan dan kondisi biomassa. Teknologi pembakaran
langsung relatif memiliki efisiensi cukup rendah, yaitu 20% 25%.
Hasil karbonisasi adalah berupa arang yang tersusun atas karbon dan berwarna
hitam. Prinsip proses karbonisasi adalah pembakaran biomassa tanpa adanya
kehadiran oksigen. Sehingga yang terlepas hanya bagian volatile matter, sedangkan
karbonnya tetap tinggal di dalamnya. Temperatur karbonisasi akan sangat
berpengaruh terhadap arang yang dihasilkan sehingga penentuan temperatur yang
tepat akan menentukan kualitas arang. Sedikit banyaknya arang yang dihasilkan
bergantung pada komposisi awal biomassa. Semakin banyak kandungan valotile
matter maka semakin sedikit arang yang dihasilkan karena banyak bagian yang
terlepas keluar.
Energi dari sampah adalah energi yang dapat diperbaharui (renewable). Di daerah
pedesaan penggunaan bahan bakar masih banyak yang menggunakan bahan langsung
dari alam. Pemakaian energi dari kayu bakar yang selama ini dilakukan, akan
berakibat pada penggundulan hutan dan berakibat kerusakan hutan. Karena itu perlu
diversifikasi sumber energi. Salah satunya memanfaatkan
Bila kita membakar sampah ditempat terbuka dengan sempurna sampai api dan
baranya padam, maka yang tersisa adalah abu. Abu tidak dapat dibakar lagi, ada
perbedaan abu dengan arang. Abu adalah sisa pembakaran sempurna yang sudah tidak
dapat dibakar kembali, biasanya berwarna putih abu-abu. Sementara itu arang adalah
gumpalan padat sisa pembakaran yang belum sempurna yang masih dapat dibakar
kembali dan berwarna hitam.
Pangsa (%)
Kayu
25,0
100,0
72,0
Sekam padi
7,55
27,0
19,4
Jenggal jagung
1,52
6,8
4,9
Tempurung kelapa
1,25
5,1
3,7
Potensi total
35,32
138,9
100%
Sumber energy
Bahan buangan kegiatan pertanian lainnya dapat disebut ubi kayu (batang dan
daun), kacang tanah (batang, daun dan kulit polong) dan kedelai (batang, daun dan
kulit polong) pada umumnya dapat dimanfaatkan
Kemiri (Aleurites Moluccana Willd), merupakan pohon yang sudah tidak asing lagi
bagi masyarakat di Indonesia. Kemiri menurut buku Ensiklopedia berasal dari
kepulauan Maluku, dan menurut Burkill (1935) berasal dari Malaysia. Tanaman
Kemiri (Aleurites moluccana) termasuk suku Euphorbiaceae. Ketinggian tanaman
dapat mencapai 40 meter dan diameter batang bagian bawah dapat mencapai 1,25
meter.
Buah kemiri termasuk buah batu, berbentuk bulat telur dan ada bagian yang
menonjol ke samping. Daging buahnya kaku dan mengandung 1-2 biji yang diselimuti
oleh kulit biji yang keras. Dimana, menurut Mody Lempang (2011) kulit biji yang
keras (cangkang kemiri) memiliki kandungan kimia sebagai berikut :
Komponen (Component)
Kadar (Content) %
1.
Holoselulosa (Holosellulose)
49,22
2.
Pentosa (Pentosan)
14,55
3.
Lignin
54,46
4.
Abu (Ash )
8,73
Kemiri sudah banyak ditanam oleh rakyat, meskipun masih banyak pula yang
tumbuh secara liar di hutan-hutan. Rakyat menanam kemiri umumnya bertujuan untuk
diambil buahnya, sedangkan dinas kehutanan menanamnya lebih untuk diambil
kayunya. Penanaman kemiri sebagai tanaman reboisasi atau penghijauan seperti
halnya yang dilakukan oleh dinas kehutanan ini menyebabkan penyebaran tanaman
kemiri jauh lebih cepat.
Tanaman
kemiri
merupakan
tanaman
industri,
sebab
produk
yang
dihasilkannya dapat dipakai untuk bahan berbagai barang industri. Kayunya yang
ringan dapat digunakan untuk bahan pembuat perabot (peralatan) rumah tangga atau
bahan industri lain seperti batang korek api dan kotak korek api. Batang kemiri juga
dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bahan pulp (bahan pembuat kertas).
Biji buah kemiri banyak digunakan oleh masyarakat untuk bumbu masak. Biji
buah kemiri juga dapat diambil minyaknya untuk berbagai keperluan bahan industri,
misalnya untuk bahan cat, pernis, sabun, obat-obatan dan kosmetik. Kulit bijinya
(cangkang atau batoknya) dapat dimanfaatkan untuk bahan obat nyamuk bakar atau
arang untuk bahan bakar. Ampas dari pengolahan minyak dapat digunakan untuk
pakan ternak dan pupuk tanaman sebab mengandung unsur NPK yang cukup tinggi.
(Sutanto, Ir. Hatta. 1994)
Durian adalah nama tumbuhan tropik yang berasal dari asia tenggara sekaligus nama
buahnya yang biasa dimakan. Nama ini diambil dari ciri khas kulit buahnya yang
keras dan berlekuk-lekuk tajam sehingga menyerupai duri. Varian namanya yang juga
populer adalah duren. Orang-orang menyebutnya kadu. Tanaman durian banyak
tumbuh di hutan-hutan yang memiliki ketinggian kurang dari 800 m diatas permukaan
laut, jenis tanah yang gembur, dan kedalaman lapisan tanah atas lebih dari 1 meter.
Tanaman durian banyak diperbanyak secara generatif (biji) atau secara vegetatif
(misalnya okulasi, sambung, dan susun). (AKK, 1996)
Para ahli berpendapat bahwa mulanya tanaman durian tumbuh liar di daerah
hutan Malaysia, Sumatera, dan kalimantan. Kemudian, tanaman durian tersebut
Kulit durian
kandungan lignin (5 %) serta kandungan pati yang rendah (5 %). Hasil utama tanaman
durian ialah buahnya. (Fadli, Ade. 2010)
Produksi buah durian terbanyak menurut provinsi per tahun adalah Provinsi
Sumatera Utara dengan jumlah produksi 128.803 ton, diikuti Provinsi Jawa Barat,
Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Tengah masing-masing dengan jumlah
produksi 91.097 ton, 91.078 ton dan 65.019 ton, sementara total produksi buah durian
di Indonesia adalah 682.323 ton. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa sebagai
daerah yang banyak memproduksi buah durian, berarti banyak pula sampah biji dan
kulit durian yang dihasilkan.
Tanaman durian memberikan beberapa manfaat dan hasil ikutan, antara lain
sebagai berikut.
1. Tanaman durian dapat dimanfaatkan
miring, terutama tanah yang miring ke timur karena intensitas sinar matahari pagi
yang diterima akan lebih banyak. Perakaran durian akan mencengkram lapisan
tanah atas sehingga tanah tersebut terbebas dari erosi. Adapun sisa-sisa tanaman
akan tertahan oleh batang-batang durian sehingga dapat menyuburkan tanah.
2. Batang durian dapat digunakan untuk bahan bangunan atau perkakas rumah
tangga. Kendati tidak termasuk kelas istimewa kayu durian dapat digunakan
sebagai bahan bangunan. Kulit durian setaraf dengan kayu sengon sebab kayu
durian cenderung lurus. Disamping itu, kayu durian bisa diolah menjadi kayu
lapis olahan dan mudah dibubut serta dibentuk menjadi perkakas rumah tangga,
seperti rak gelas dan piring, sendok nasi, alu, lumpang, dan lain-lain.
3. Biji durian memiliki kandungan pati yang cukup tinggi sehingga berpotensi
sebagai alternatif pengganti bahan makanan. Biji durian sebagai bahan makanan
memang belum dimasyarakatkan di Indonesia. Di Thailand, biji duria sudah
cukup memasyarakat untuk dibuat bubur dengan cara diberi campuran daging
buahnya. Bubur biji durian ini menghasilkan kalori yang cukup potenisal bagi
manusia.
4. Kulit durian dapat dipakai sebagai bahan baku abu gosok dan briket yang bagus.
Caranya adalah dengan dijemur sampai kering, kemudian dibakar sampai hancur.
Lalu dibentuk menjadi briket. Untuk menjadi abu gosok, harus dibakar hingga
menjadi abu, kemudian abu itu dipakai untuk mencuci piring dan gelas. Abu ini
juga dapat digunakan sebagai media tanaman di dalam pot, baik tanaman indoor
maupun bunga-bungaan.
Kulit durian adalah salah satu limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan
kembali, dengan membuatnya menjadi briket. Menurut penelitian Samsudin Anis
(2006) dapat diketahui bahwa briket kulit durian mempunyai nilai kalor diatas nilai
kalor briket arang kayu, yaitu 5.010 kal/gr.
Beberapa keunggulan briket kulit durian adalah nilai kalorinya relatif tinggi,
tak berbau, tidak bersifat polutan, tidak menghasilkan gas SO, dan bisa langsung
menyala. (Green Action, 2009)
2.6 BRIKET
Mendengar kata briket, kebanyakan orang akan langsung berfikir kepada batu bara.
Sebenarnya briket tidaklah identik dengan bahan bakar karena definisi briket itu
sendiri adalah suatu bahan yang berupa serbuk atau potongan potongan kecil yang
dipadatkan dengan menggunakan mesin press dengan dicampur bahan perekat
sehingga menjadi bentuk yang solid.
Atau dengan kata lain briket adalah bahan bakar padat yang dapat digunakan
sebagai sumber energi alternatif. Ada 2 jenis briket, yaitu :
1. Briket Batubara, terbuat dari batu bara.
2. Briket Bioarang, terbuat dari limbah hutan, limbah pertanian, dan sebagainya.
Bioarang adalah arang (salah satu jenis bahan bakar) yang dibuat dari aneka
macam bahan hayati atau biomassa, misalnya kayu, ranting, jerami, dan limbah
pertanian lainnya. Biasanya, bahan-bahan tersebut dianggap sampah yang tidak
berguna sehingga sering di musnahkan dengan cara di bakar. Namun, bahan-bahan
tersebut sebenarnya dapat diolah menjadi arang, yang selanjutnya disebut bioarang.
Bioarang ini dapat digunakan sebagai bahan bakar yang tidak kalah dari bahan bakar
sejenis yang lain. Akan tetapi, untuk memaksimalkan pemanfaatannya, bioarang ini
masih harus melalui sedikit proses pengolahan sehingga menjadi briket bioarang.
Adan, Ir. Ismun Uti, 1998)
Proses pirolisis menghasilkan produk berupa bahan bakar padat yaitu karbon,
cairan berupa tar dan beberapa zat lainnya. Bila oksigen ada pada suatu rektor pirolisis
maka akan bereaksi dengan material sehingga membentuk abu (ash). Untuk
menghilangkan oksigen, pada proses pirolisis biasanya menggunakan aliran gas linear
berfungsi untuk mengikat oksigen dan mengeluarkan oksigen dari reaktor. Produk dari
pirolisis berupa gas, fluida cair dan padat berupa karbon dan abu. Gas hasil pirolisis
dapat diolah menjadi bahan bakar gas. Sedangkan karbon dapat dimanfaatkan
menjadi bahan bakar padat.
Briket merupakan gumpalan lunak yang dikeraskan dan dibuat dengan bentuk
tertentu. Manfaat pengolahaan ini adalah dapat membantu mengatasi permasalahan
sampah khususnya sampah organik. Sebenarnya dari pembakaran pirolisis bioarang
ini akan menghasilkan asap cair jika kita proses lebih lanjut. Asap hasil pembakaran
diproses melalui destilasi. Asap cair berguna untuk mengawetkan makanan sebagai
pengawet sintesis.
Beberapa bentuk dan tipe briket yang umum dikenal, antara lain : bantalan
(oval), sarang tawon (honey comb), silinder (cylinder), telur (egg), dan lain-lain. Ada
pun keuntungan dari bentuk briket adalah sebagai berikut:
1. Ukuran dapat disesuaikan dengan kebutuhan
2.
3.
Mempunyai suhu pembakaran tetap, dengan jangka waktu nyala yang relatif lama
(8-10 jam).
4.
Setelah pembakaran dan ada sisa, masih mempunyai kekuatan tekan sehingga
mudah dikeluarkan dari dalam tungku atau dipindahkan ke tempat lain. Hasil
pembakaran tidak mengandung gas karbon monoksida dengan kadar tinggi.
Syarat briket yang baik adalah briket permukaannya halus dan tidak
meninggalkan bekas hitam ditangan. Selain itu, sebagai bahan bakar, briket juga harus
memenuhi kriteria mudah dinyalakan, tidak mengeluarkan asap, emisi gas hasil
pembakaran tidak mengandung racun, tidak berjamur bila disimpan pada waktu lama,
menunjukkan laju pembakaran dan suhu pembakaran yang baik.
Beberapa parameter yang perlu diperhatikan dalam pembuatan briket adalah sebagai :
1.
Ukuran butir. Makin kecil ukuran butir bahan baku pembuatan briket, makin kuat
daya rekat antar butir (apabila padanya telah ditambah bahan perekat).
2.
Tekanan mesin pencetak. Diusahakan agar briket yang dihasilkan kompak, tidak
rapuh dan tidak mudah pecah apabila dipindah-pindah. Di samping itu diusahakan
padanya masih terdapat pori-pori yang memungkinkan udara (dalam hal ini
oksigen) masih ada di dalamnya. Keberadaan oksigen dalam briket sangat
penting, karena akan mempermudah proses pembakaran.
3.
Kandungan air, akan berpengaruh ada nilai kalor/panas yang dihasilkan. Apabila
kandungan airnya tinggi, maka sebagian kalori/panas yang dihasilkan briket akan
dipergunakan terlebih dahulu untuk menguapkan air yang terdapat dalamnya.
Kalori sisa, baru dapat dimanfaatkan sebagai penghasil panas, baik dengan cara
pemanasan kontak langsung ataupun cara pemanasan kontak tidak langsung.
Karbonisasi atau pengarangan adalah proses mengubah bahan baku asal menjadi
karbon berwarna hitam melalui pembakaran dalam ruang tertutup dengan udara yang
terbatas atau seminimal mungkin. Sebenarnya teknik pengarangan sudah dikenal dari
ratusan tahun yang lalu, tetapi yang diarangkan adalah kayu dan bukan limbah
pertanian.
Prinsip dari karbonisasi adalah energi pada bahan dibebaskan secara perlahan, dan
apabila proses pembakaran dihentikan secara tiba-tiba ketika bahan masih membara,
bahan tersebut akan menjadi arang berwarna kehitaman. Bahan tersebut masih
terdapat sisa energi yang dapat dimanfaatkan
memasak, memanggang, dan mengeringkan. Bahan organik yang sudah menjadi arang
tersebut akan mengeluarkan sedikit asap.
Oksigen bebas
Energi Parsial
Arang
Pelaksanaan karbonisasi meliputi teknik yang paling sederhana hingga yang paling
canggih. Tentu saja metode pengarangan yang dipilh sesuaikan dengan kemampuan
dan kondisi keuangan. Berikut dijelaskan beberapa metode karbonisasi (pengarangan).
1. Pengarangan terbuka
Metode pengarangan terbuka artinya pengarangan tidak di dalam
ruangan sebagaimana mestinya. Resiko kegagalannya lebih besar karena udara
langsung kontak dengan bahan baku. Metode pengarangan ini paling murah
dan paling cepat, tetapi bagian yang menjadi abu juga paling banyak, terutama
jika selama proses pengarangan tidak ditunggu dan dijaga. Selain itu bahan
baku harus selalu dibolak-balik agar arang yang diperoleh seragan dan merata
warnanya.
2. Pengarangan di dalam drum
Drum bekas aspal atau oli yang masih baik bisa digunakan sebagai
tempat proses pengarangan. Metode pengarangan di dalam drum cukup praktis
karena bahan baku tidak perlu ditunggu terus-menerus sampai menjadi arang.
3. Pengarangan di dalam silo
Sistem pengarangan dalam silo diterapkan untuk produksi arang dalam
jumlah banyak. Dimana dinding dalam terbuat dari batu bata tahan api, dan
dinding luarnya disemen dan dipasang 4 buah tiang yang jaraknya disesuaikan
dengan keliling silo. Di sisi bawah silo diberi pintu yang berfungsi untuk
mempermudah pengeluaran arang yang sudah jadi. Hal yang penting dalam
metode ini adalah menyediakan air yang banyak untuk memadamkan bara.
4. Pengarangan semi modern
Sumber api pada pengarangan ini berasal dari plat yang dipanasi atau
batu bara yang dibakar. Akibatnya udara disekeliling bara menjadi panas dan
Arang yang dihasilkan dari proses karbonisasi masih berbentuk aslinya. Oleh karena
itu agar bentuk dan ukuran arang seram, maka diperlukan alat atau mesin
penggilingan. Tipe mesin penggiling yang digunakan sama dengan penggilingan
tepung atau juga bisa digunakan blender, namun sebelumnya dihancurkan terlebih
dahulu dalam ukuran kecil tergantung dari ukuran dan tingkat kekerasan arang, setelah
itu disaring dengan menggunakan saringan.
Untuk merekatkan partikel partikel zat dalam bahan baku pada proses pembuatan
briket maka diperlukan zat pengikat sehingga menghasilkan briket yang kompak.
Berdasarkan fungsi dari pengikat dan kualitasnya, pemilihan bahan pengikat dapat
dibagi sebagai berikut :
1. Berdasarkan sifat / bahan baku perekatan briket
Adapun karakteristik bahan baku perekatan untuk pembuatan briket adalah
sebagai berikut :
a. Memiliki gaya kohesi yang baik bila dicampurkan dengan semikokas atau batu
bara.
b. Mudah terbakar dan tidak berasap.
c. Mudah didapat dalam jumlah banyak dan murah harganya.
d. Tidak mengeluarkan bau, tidak beracun dan tidak berbahaya.
2. Berdasarkan jenis
Jenis bahan baku yang umum dipakai sebagai pengikat untuk pembuatan briket,
yaitu :
a. Perekat anorganik
Pengikat anorganik dapat menjaga ketahanan briket selama proses
pembakaran sehingga dasar permeabilitas bahan bakar terganggu. Pengikat
anorganik ini mempunyai kelemahan yaitu adanya tambahan abu yang
berasal dari bahan pengikat sehingga dapat menghambat pembakaran dan
menurunkan nilai kalor. Contoh dari pengikat anorganik antara lain, semen
dan natrium silikat.
b. Perekat organik
Pengikat organik menghasilkan abu yang relatif sedikit setelah pembakaran
briket dan umumnya merupakan bahan perekat yang efektif. Contoh dari
pengikat organik diantaranya :
1) Clay (Lempung)
Clay (lempung) atau juga sering disebut tanah liat, umumnya banyak
digunakan sebagai bahan perekat briket. Jenis lempung yang dapat
dipakai untuk pembuatan briket terdiri dari jenis lempung warna
kemerah-merahan, kekuning-kuningan dan abu-abu. Perekat jenis ini
menyebabkan briket membutuhkan waktu yang lama untuk proses
pengeringannya dan briket menjadi agak sulit menyala ketika di bakar.
2) Tapioka
Jenis
tapioka
beragam
kualitasnya
tergantung
dari
proses
Jenis-jenis bahan perekat diatas, yang paling umum digunakan adalah bahan
perekat tapioka. Hal ini sebabkan karena faktor harga dan ketersediaannya dipasaran
yang cukup banyak.
Air
Abu
Lemak
Protein
Serat
Karbon
(%)
(%)
(%)
(%)
kasar (%)
(%)
Tepung jagung
10,52
1,27
4,89
8,48
1,04
73,80
Tepung beras
7,85
0,68
4,53
9,89
0,84
76,90
Tepung terigu
10,70
0,86
2,0
11,50
0,64
74,20
Tepung tapioka
9,84
0,36
1,5
2,21
0,69
85,20
Tepung sagu
14,10
0,67
1,03
1,12
0,37
82,70
6. Briket sampah daun memiliki kemampuan penyebaran bara api yang baik,
tidak mudah padam, dan tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra untuk
pengipasan. Tanpa dikipasi pun briket sampah organik mudah menyala
dengan stabil.
7. Briket bioarang menyala stabil dan tidak perlu tenaga ekstra untuk pengipasan.
8. Tidak berbahaya seperti gas elpiji yang dapat menimbulkan ledakan.
9. Volume asap yang dikeluarkan briket sampah tidak sebanyak yang dihasilkan
kayu atau minyak tanah.
10. Berkurangnya asap yang diproduksi disebabkan karbon dioksida, karbon
monoksida, dan kandungan air yang tersimpan dalam bahan briket telah
direduksi pada saat proses pengarangan.
11. Menghasilkan gas seperti CO dan CO2 hanya sedikit sehingga tidak banyak
menimbulkan pencemaran udara.
12. Peralatan tungku yang digunakan untuk keperluaan bahan bakar briket relatif
lebih murah dan lebih mudah dalam perawatannya. Jenis tungku yang
digunakan terbuat dari tanah liat yang dibentuk sedemikian rupa.
13. Briket arang tidak mengandung unsur belerang sehingga mengurangi efek
hujan asam.
14. Dari segi aroma, briket bioarang tidak jauh berbeda dengan bau khas arang
yang dibakar. Bahkan masyarakat daerah tertentu, seperti masyarakat
pedesaan lebih menyukai menggunakan bahan bakar nonminyak dengan
alasan perbedaan rasa dan aroma.
15. Pengolahan masakan yang menggunakan tungku briket bioarang, diperoleh
cita rasa yang berbeda.
Briket arang kayu menurut SNI adalah serbuk arang kayu dan bahan penolong dicetak
dengan bentuk dan ukuran tertentu yang dikeraskan melalui proses pengepresan yang
digunakan untuk bahan bakar. Syarat mutu briket arang kayu menurut SNI 01-62352000, yaitu :
Jenis Uji
Persyaratan
1.
Kadar air
Maksimum 8 %
2.
Maksimum 15 %
3.
Kadar Abu
Maksimum 8 %
4.
Kalori