Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Energi listrik menjadi kebutuhan utama manusia baik sektor rumah tangga, industri,
perkantoran, dan lainnya. Kebutuhan energi terus meningkat seiring dengan meningkatnya
perkembangan teknologi dan informasi serta pertumbuhan penduduk di Indonesia yang semakin
tinggi. Kebutuhan akan energi listrik tidak dapat dipisahkan dari aktivitas keseharian, mulai dari
peralatan rumah tangga sampai alat telekomunikasi membutuhkan energi listrik ini.
Terpenuhinya kebutuhan energi yang murah atau dengan kata lain terjangkau semua
kalangan serta ramah lingkungan untuk aktivitas sehari-hari dalam jangka panjang menjadi hal
yang penting dalam kehidupan manusia untuk mencapai tujuan sosial, ekonomi, dan
pembangunan.
Ada dua isu besar yang menjadi masalah energi konvensional sekarang ini. Masalah yang
pertama adalah tentang kedersediaan energi konvensional yang semakin menipis, sedangkan
kebutuhan energi semakin meningkat. Keterbatasan tersebut berpengaruh terhadap harga beli
bahan bakar dan tarif listrik. Menurut beberapa data, salah satunya yang dikemukakan oleh
International Energy Outlook menyatakan bahwa cadangan bahan bakar cair diperkiran akan
habis sekitar 40-50 tahun lagi. Perkiraan tersebut berdasarkan pada hitung-hitungan konsumsi
bahan bakar cair saat ini. Isu kedua adalah isu lingkungan. Bahan bakar fosil dan minyak bumi
yang digunakan sebagai energi listrik saat ini terbukti berpengaruh buruk terhadap kondisi
lingkungan seperti misalnya sisa pembakaran batu bara pada pembangkit listrik tenaga uap yang
berpengaruh terhadap kondisi udara dan pemanasan global. Menurut laporan US EPA tahun
2000, lebih dari 90% gas rumah kaca dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil. Penggunaan
bahan bakar fosil tidak hanya menghasilkan gas CO2, akan tetapi juga menghasilkan gas-gas
sebagai polutan lainnya seperti nitrogen oksida, sulfur oksida, dan juga logam berat.
Energi terbarukan menjadi bahasan yang sedang hangat diperbincangkan dikalangan
penggiat energi karena seolah menjadi jawaban dari persoalan-persoalan energi yang dihadapi
dewasa ini. Energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan sumber daya energi yang
secara alamiah tidak akan habis, seperti contohnya angin, air, dan lain-lain. Sumber-sumber
energi terbarukan tergolong sumber energi yang ramah lingkungan karena tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan.

1
Biomassa merupakan material yang berasal dari makhluk hidup. Dalam kaitannya dengan
energi biasanya berasal terutama dari tumbuh tumbuhan seperti kayu, potongan dedaunan dan
ranting, serta rumput-rumputan. Di samping itu, biji-bijian yang mengandung minyak seperti
sawit dan kelapa juga termasuk dalam kategori biomassa ini. Selain itu, kotoran hewan pun
sering dikategorikan sebagai salah satu biomassa ini. Material biomassa mulai banyak
dipergunakan sebagai sumber energi yang lebih ramah lingkungan. Besarnya potensi biomassa
dapat dijadikan energi alternatif pilihan yang mudah didapat serta ramah lingkungan. Sebagai
contoh pemanfaatan biomassa anatara lain limbah kelapa sawit dan ampas tebu yang
dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit listrik untuk perusahaan.
Indonesia memiliki banyak pabrik gula yang tersebar di hampir setiap wilayah. Pabrik-pabrik
gula tersebut menghasilkan limbah tebu sisa produksi yang cukup banyak untuk dimanfaatkan.
Limbah ampas tebu di pabrik gula merupakan salah satu biomassa yang perlu dianalisis
potensinya dan dikembangkan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun perumusan masalah yang didapatkan dari penulisan makalah ini, diantaranya :
1. Apa saja keunggulan dari Sistem Pembangkit Listrik Energi Biomassa bila dibandingkan dengan
Sistem Pembangkit lainnya?
2. Bagaimana perkembangan Sistem Pembangkit Listrik Energi Biomassa sekarang ini?
3. Bagaimana proses konversi limbah ampas tebu menjadi energi listrik?

1.3 Tujuan Penulisan


Dari perumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan disampaikan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui keunggulan dari Sistem Pembangkit Listrik Energi Biomassa dibnadingkan
dengan sistem pembangkit lainnya.
2. Untuk mengetahui perkembangan Sistem Pembangkit Listrik Energi Biomassa sekarang ini.
3. Untuk mengetahui bagaimana proses konversi limbah ampas tebu menjadi energi listrik

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Biomassa

Secara umum, biomassa merupakan bahan yang dapat diperoleh dari tanaman baik
langsung maupun tidak langsung dan dimanfaatkan sebagai energi atau bahan dalam jumlah
yang besar, secara tidak langsung mengacu pada produk yang diperoleh melalui peternakan dan
industri makanan. Biomassa disebut juga sebagai fitomassa dan sering di terjemahkan sebagai
bloresource atau sumber daya yang diperoleh dari hayati. Basis sumber daya meliputi ratusan
dan ribuan spesies tanaman, daratan maupun lautan berbagai sumber petanian, kehutanan dan
limbah residu dan proses industri, limbah dan kotoran hewan. Tanaman energi yang membuat
perkebunan energi skala besar akan menjadi salah satu biomassa yang menjanjikan, walaupun
belum dikomersialkan saat ini. Biomassa secara spesifik berarti kayu, rumput, ecenggondok,
rumput laut raksasa, chorella, serbuk gergaji, serpihan kayu, jerami, sekam padi, sampah dapur,
lumpur pulp, kotoran hewan, dan lain-lain. Biomassa jenis perkebunan, seperti kayu putih,
poplar hibrid, kelapa sawit, tebu dan rumput gajah.

Banyak kajian yang menyarankan bahwa energi turunan biomassa akan memberikan
sumbangan yang besar terhadap suplai energi keseluruhan karena harga bahan bakar fosil akan
meningkat pada beberapa dekade akan datang. Penggunaan biomassa sebagai sumber energy
merupakan sumber energi dalam jumlah bersih CO2, dimana sama dengan nol oleh karena itu,
tidak berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca. Hampir semua karbon dalam bahan
bakar akan diubah menjadi CO, seperti yang digunakan selama konsumsi bahan bakar fosil.
Namun biomassa dikatakan memiliki jumlah bersih CO2 yang nol berdasarkan anggapan bahwa
pohon-pohon baru atau tumbuhan lain yang ditanam kembali akan membersihkan CO2 yang
dihasilkan selama penggunaan energi biomassa. Maksudnya di sini, gas CO2 yang dihasilkan dari
penggunaan energi biomassa akan diproses atau diserap oleh tumbuhan hijau yang baru ditanam
kembali.

Biomassa sangat beragam dan berbeda dalam hal sifat kimia, sifat fisis, kadar air,
kekuatan mekanis, dan sebagainya. Teknologi konversi bahan menjadi energi juga berbeda.
Penelitian untuk menghasilkan teknologi konversi dengan biaya terjangkau serta teknologi

3
konversi yang ramah lingkungan telah dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan
bakar fosil, menekan emisi gas CO2, dan untuk menggerak- kan perekonomian perdesaan.

Biomassa adalah bahan bakar yang dapat diperbaharui dan secara umum berasal dari
makhluk hidup (non-fosil) yang didalamnya tersimpan energi atau dalam definisi lain, biomassa
merupakan keseluruhan materi yang berasal dari makhluk hidup, termasuk bahan organik yang
hidup maupun yang mati, baik di atas permukaan tanah maupun yang ada di bawah permukaan
tanah. Biomassa merupakan produk fotosintesa dimana energi yang diserap digunakan untuk
mengkonversi karbon dioksida dengan air menjadi senyawa karbon, hidrogen, dan oksigen.
Biomasa bersifat mudah didapatkan, ramah lingkungan dan terbarukan. Secara umum potensi
energi biomassa berasal dari limbah tujuh komoditif yang berasal dari sektor kehutanan,
perkebunan dan pertanian. Potensi limbah biomassa terbesar adalah dari limbah kayu hutan,
kemudian diikuti oleh limbah padi, jagung, ubi kayu, kelapa, kelapa sawit dan tebu. Secara
keseluruhan potensi energi limbah biomassa Indonesia diperkirakan sebesar 49.807,43 MW.
Dari jumlah tersebut, kapasitas terpasang hanya sekitar 178 MW atau 0,36% dari potensi yang
ada (Hendrison, 2003; Agustina, 2004). Biomassa merupakan bahan energi yang dapat
diperbaharui karena dapat diproduksi dengan cepat. Karena itu bahan organik yang diproses
melalui proses geologi seperti minyak dan batubara tidak dapat digolongkan dalam kelompok
biomassa. Biomassa umumnya mempunyai kadar volatile relatif tinggi, dengan kadar karbon
tetap yang rendah dan kadar abu lebih rendah dibandingkan batubara. Biomassa juga memiliki
kadar volatil yang tinggi (sekitar 60-80%) dibanding kadar volatile batubara, sehingga biomass
lebih reaktif dibandingkan batubara.

Teknologi biomassa telah diterapkan sejak zaman dahulu dan telah mengalami banyak
perkembangan. Biomassa memegang peran penting dalam menyelamatkan kelangsungan energi
di bumi ditinjau dari pengaruhnya terhadap kelestarian lingkungan. Sifat biomassa yang
merupakan energi dengan kategori sumber energi terbarukan mendorong penggunaannya
menuju ke skala yang lebih besar lagi sehingga manusia tidak hanya tergantung dengan energi
fosil.Biomassa memiliki kelebihan yang memberi pandangan positif terhadap keberadaan energi
ini sebagai alternatif energi pengganti energi fosil. Beberapa kelebihan itu antara lain, biomassa
dapat mengurangi efek rumah kaca, mengurangi limbah organik, melindungi kebersihan air dan
tanah, mengurangi polusi udara, dan mengurangi adanya hujan asam dan kabut asam.

4
2.2 Karakteristik Biomassa

Sumber daya biomassa dapat digunakan berulang kali dan bersifat tidak terbatas
berdasarkan siklus dasar karbon berdasarkan fotosintesis, Sebaliknya. sumber daya fosil secara
prinsip bersifat terbatas dan hanya untuk sementara, Selain itu, CO, tak terbalikkan dari
pembakaran fosil akan memberi efek yang serius terhadap iklim global. Akan tetapi, kata
terbarui dan berkelanjutan tidak selalu memiliki arti yang sama. Kemampuan tumbuhan untuk
mendaur ulang adalah berbasis prinsip ekosistem yang rumit. Kondisi yang diperlukan untuk
ekosistem diperlukan untuk sistem adalah mempertahankan keseimbangan panen versus laju
pertumbuhan dan juga perlindungan lingkungan untuk lahan pertanian. Jika tidak, biomassa tidak
akan tercapai. Adapun hal -hal yang perlu diperhatikan dalam mengolah atau mengembangkan
biomassa, sebagai berikut:

a. Terbarui

Ada dua jenis sumber energi, yaitu: (1) sumber daya yang tidak dapat terbarukan (jenis
stok) dan (2) sumber daya terbarukan (jenis aliran, seperti matahari, angin, kekuatan hidro, dan
biomassa). Sumber jenis aliran bersifat tidak terbatas namun ia harus dibatasi dalam jangka
waktu tertentu. Penggunaan yang berlebihan seperti penggundulan hutan bisa menyebabkan
ketidakberlanjutan energi yang terbarukan ini. Biomassa memiliki dua jenis sumber daya, yaitu:
(1) bioomassa jenis aliran, seperti pengolahan limbah, dan (2) biomassa jenis stok, seper bahan-
bahan yang terdapat di hutan

b. Netral Karbon

Bahan bakar biomassa juga menghasilkan CO2 melalui pembakaran. Akan tetapi,
biomassa akan diserap oleh tumbuhan semasa pertumbuhan. Hal ini bisa dikatakan bahwa
[pelepasan CO2] = [pengikatan CO2 melalui proses pertumbuhan]. Walaupun batu bara juga
berasal dari biomassa namun kisaran karbonnya berada dalam jangka waktu yang panjang yaitu
beberapa juta tahun. Untuk pertimbangan jangka peng- hasilan kembali CO2, laju kekebalan CO2
haruslah diperkirakan. CO2 tidak bisa diproduksi kembali setelah pembakaran biomassa. Maka,
bahan ba kar fosil tidak mampu memiliki daur CO2 yang efektif.

5
c. Pertanian Berkelanjutan

Sumber biomassa yang baik digunakan yaitu biomassa yang bersumber dari hutan
daripada tanaman pertanian karena energi untuk mena- namnya kembali jauh lebih kecil. Hal
tersebut dinyatakan berdasarkan pertimbangan terhadap tenaga kerja untuk mengembangkan
biomassa dari pertanian lebih banyak daripada sumber biomassa dari hutan, kadar pupuk
pertanian lebih besar daripada pupuk biomassa yang dimanfaatkan dari tanaman di hutan
sehingga tidak merusak kadar nitrogen dalam tanah, dan konservasi keanekaragaman hayati akan
terganggu jika dilakukan pengembangan biomassa secara seragam dan serentak serta dalam skala
besar.

2.3 Teknologi Konversi Biomassa

Secara umum teknologi konversi biomassa menjadi bahan bakar dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu pembakaran langsung, konversi termokimiawi dan konversi biokimiawi. Pembakaran
langsung merupakan teknologi yang paling sederhana karena pada umumnya biomassa telah
dapat langsung dibakar. Beberapa biomassa perlu dikeringkan terlebih dahulu dan didensifikasi
untuk kepraktisan dalam penggunaan. Konversi termokimiawi merupakan teknologi yang
memerlukan perlakuan termal untuk memicu terjadinya reaksi kimia dalam menghasilkan bahan

6
bakar. Sedangkan konversi biokimiawi merupakan teknologi konversi yang menggunakan
bantuan mikroba dalam menghasilkan bahan bakar.

1. Pembakaran langsung (direct combustion) dalam bentuk pemanfaatan panas.

Pemanfaatan panas biomassa telah dikenal sejak dulu seperti pemanfaatan kayu bakar.
Pemanfaatan yang cukup besar umumnya untuk menghasilkan uap pada pembangkitan listrik
atau proses manufaktur. Dalam sistem pembangkit, kerja turbin biasanya memanfaatakan
ekspansi uap bertekanan dan bertemperatur tinggi untuk menggerakkan generator. Di industri
kayu dan kertas, serpihan kayu terkadang langsung dimasukkan ke boiler untuk menghasilkan
uap untuk proses manufaktur atau menghangatkan ruangan. Beberapa sistem pembangkit
berbahan bakar batubara menggunakan biomassa sebagai sumber energi tambahan dalam boiler
efisiensi tinggi untuk mengurangi emisi.

2. . Konversi termokimiawi

Konversi termokimiawi merupakan teknologi yang memerlukan perlakuan termal untuk


memicu terjadinya reaksi kimia dalam menghasilkan bahan bakar.

a. Biobriket

Briket adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengkonversi sumber energi
biomassa ke bentuk biomassa lain dengan cara dimampatkan sehingga bentuknya menjadi lebih
teratur. Briket yang terkenal adalah briket batubara namun tidak hanya batubara saja yang bisa di
bikin briket. Biomassa lain seperti sekam, arang sekam, serbuk gergaji, serbuk kayu, dan limbah-
limbah biomassa yang lainnya. Pembuatan briket tidak terlalu sulit, alat yang digunakan juga
tidak terlalu rumit.

b. Gasfikasi

Gasifikasi adalah suatu proses konversi bahan bakar padat menjadi gas mampu bakar
(CO, CH4, dan H2) melalui proses pembakaran dengan suplai udara terbatas (20%-40% udara
stoikiometri) (Guswendar, 2012). Proses gasifikasi merupakan suatu proses kimia untuk
mengubah material berkarbon menjadi gas mampu bakar. Berdasarkan definisi tersebut, maka
bahan bakar yang digunakan Gasifikasi merupakan proses konversi bahan bakar yang
mengandung karbon menjadi gas yang memiliki nilai bakar pada temperatur tinggi (Pahlevi,

7
2012). Bahan bakar padat tersebut dapat berupa batubara, ataupun limbah biomassa, yaitu
potongan kayu, tempurung kelapa, sekam padi maupun limbah pertanian lainnya. Gas yang
diperoleh dari hasil gasifikasi mengandung CO, H2, dan CH4. untuk proses gasifikasi
menggunakan material yang mengandung hidrokarbom seperti batubara, petcoke (petroleum
coke), dan biomassa. Bahan baku untuk proses gasifikasi dapat berupa limbah biomassa, yaitu
potongan kayu, tempurung kelapa, sekam padi maupun limbah pertanian lainnya. Gasi hasil
gasifikasi ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan sebagai sumber bahan bakar, seperti
untuk menjalankan mesin pembakaran, digunakan untuk memasak sebagai bahan bakar kompor,
ataupun digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik sederhana.
Keseluruhan proses gasifikasi terjadi di dalam reaktor gasifikasi yang dikenal dengan
nama gasifier. Gasifier adalah istilah untuk reaktor yang memproduksi gas produser dengan
cara pembakaran tidak sempurna (oksidasi sebagian) bahan bakar biomassa pada temperatur
sekitar 1000 oC (Hantoko, 2012). Di dalam gasifier inilah terjadi suatu proses pemanasan
sampai temperatur reaksi tertentu dan selanjutnya bahan bakar tersebut melalui proses
pembakaran dengan bereaksi terhadap oksigen untuk kemudian dihasilkan gas mampu bakar
dan sisa hasil pembakaran lainnya.
Gasifikasi umumnya terdiri dari empat proses, yaitu pengeringan, pirolisis, reduksi dan
oksidasi dengan rentang temperatur masing-masing proses, yaitu:
- Pengeringan: T < 150 °C
- Pirolisis/Devolatilisasi: 150 < T < 700 °C
- Reduksi: 800 < T < 1000 °C

- Oksidasi: 700 < T < 1500 °C


Proses pengeringan, pirolisis, dan reduksi bersifat menyerap panas (endotermik), sedangkan
proses oksidasi bersifat melepas panas (eksotermik). Pada pengeringan, kandungan air pada
bahan bakar padat diuapkan oleh panas yang diserap dari proses oksidasi. Pada pirolisis,
pemisahan volatile matters (uap air, cairan organik, dan gas yang tidak terkondensasi) dari
arang atau padatan karbon bahan bakar juga menggunakan panas yang diserap dari proses
oksidasi. Pembakaran mengoksidasi kandungan karbon dan hidrogen yang terdapat pada
bahan bakar dengan reaksi eksotermik, sedangkan gasifikasi mereduksi hasil pembakaran
menjadi gas bakar dengan reaksi endotermik.

Tahapan proses Gasifikasi terdiri dari empat tahapan proses atas dasar perbedaan rentang
kondisi temperatur, yaitu pengeringan (T>150 °C), pirolisis (150<T<700 °C), oksidasi

8
(700<T<1500 °C), dan reduksi (800<T<1000 °C) (lihat Gambar 1). Proses pengeringan,
pirolisis, dan reduksi bersifat menyerap panas (endotermik), sedangkan proses oksidasi bersifat
melepas panas (eksotermik). Panas yang dihasilkan dalam proses oksidasi digunakan dalam
proses pengeringan, pirolisis dan reduksi. Bahan kering hasil dari proses pengeringan mengalami
proses pirolisis, yaitu pemisahan volatile matters (uap air, cairan organik, dan gas yang tidak
terkondensasi) dari arang. Hasil pirolisis berupa arang mengalami proses pembakaran dan proses
reduksi yang menghasilkan gas produser yaitu, H2 dan CO (Pranolo, 2010)
1. Proses Pengeringan (Drying)

Reaksi ini terletak pada bagian atas reaktor dan merupakan zona dengantemperatur
paling rendah di dalam reaktor yaitu berkisar antara 100oC – 150oC. Proses pengeringan ini
sangat penting dilakukan agar pengapian pada burner dapat terjadi lebih cepat dan lebih stabil.
Pada reaksi ini, bahan bakar yang mengandung air akan dihilangkan dengan cara diuapkan dan
dibutuhkan energi sekitar 2260 kJ untuk melakukan proses tersebut sehingga cukup menyita
waktu operasi.

2. Proses Pirolisis

Pada pirolisis, pemisahan volatile matters (uap air, cairan organik, dan gas yang tidak
terkondensasi) dari padatan karbon bahan bakar menggunakan panas yang diserap dari proses
oksidasi sehingga pirolisis (devolatilisasi) disebut juga gasifikasi parsial. Suatu rangkaian
proses fisik dan kimia terjadi selama proses pirolisis. Komposisi produk yang tersusun
merupakan fungsi dari temperatur, tekanan, dan komposisi gas selama proses pirolisi
berlangsung. Produk cair yang menguap akibat dari fenomena penguapan komponen yang tidak
stabil secara termal mengandung tar dan polyaromatic hydrocarbon. Produk pirolisis terdiri atas
gas ringan, tar, dan arang.
Pirolisis adalah proses pemecahan struktur bahan bakar dengan menggunakan sedikit
oksigen melalui pemanasan menjadi gas. Proses pirolisis pada bahan bakar terbentuk pada
temperatur antara 150oC sampai 700oC di dalam reaktor. Proses pirolisis menghasilkan produk
berupa arang atau karbon, tar, gas (CO2, H2O, CO, C2H2, C2H4, C2H6, dan C2H6). Ketika
temperatur pada zona pirolisis rendah, maka akan dihasilkan banyak arang dan sedikit cairan (air,
hidrokarbon, dan tar). Sebaliknya, apabila temperatur pirolisis tinggi maka arang yang dihasilkan
sedikit tetapi banyak mengandung cairan.

9
3. Proses Reduksi

Reduksi melibatkan suatu rangkaian reaksi endotermik yang disokong oleh panas yang
diproduksi dari reaksi pembakaran. Reaksi reduksi terjadi antara temperatur 500 oC sampai
1000 oC. Pada reaksi ini, arang yang dihasilkan melalui reaksi pirolisis tidak sepenuhnya
karbon tetapi juga mengandung hidrokarbon yang terdiri dari hidrogen dan oksigen. Untuk
itu, agar dihasilkan gas mampu bakar seperti CO, H2 dan CH4 maka arang tersebut harus
direaksikan dengan air dan karbon dioksida.

4. Proses Oksidasi

Proses pembakaran mengoksidasi kandungan karbon dan hidrogen yang terdapat dalam
bahan bakar dengan reaksi eksotermik, sedangkan gasifikasi mereduksi hasil pembakaran
menjadi gas bakar dengan reaksi endotermik. Oksidasi merupakan reaksi terpenting di dalam
reaktor gasifikasi karena reaksi ini menyediakan seluruh energi panas yang dibutuhkan pada
reaksi endotermik. Proses ini terjadi pada temperatur yang relatif tinggi, umumnya berkisar
antara 700 oC sampai 1500 0C. Oksigen yang dipasok ke dalam reaktor bereaksi dengan
substansi yang mudahterbakar yang menghasilkan produk berupa CO2 dan H2O yang secara
berurutan direduksi ketika kontak dengan arang yang diproduksi pada proses pirolisis. Produk
lain yang dihasilkan dalam reaksi oksidasi berupa air, panas, cahaya, N2 dan gas lainnya (SO2,
CO, NO2, dan lain-lain).

10
SHREDDER PENGERING
SAMPAH
SAMPAH BASAH
KERING SAMPAH

SAMPAH FLOATING Gas PEMBANGKIT


SHREDDER LISTRIK
TANK SAMPAH GASIFIER BERBAHAN
KERING BAKAR GAS

FILTER

( Sumber : www.google.com / Sampah )


Bagan Proses Gassification

Pada gambar di bawah ini adalah gambar sebuah reaktor gasifier sebagai tempat pembakaran
sampah sehingga menghasilkan gas penggerak mesin pembangkit listrik.

Biomassa

Daerah Pengeringan
Temperatur : 100-200 C
Gashasil:CO,H2,CH4,H2,C
O2
Daerah pirolisa
Temperatur:1200-500
Udara
C
Daerah Oksidasi
Temperatur:1200-
1400C
Daerah reduksi
Temperatur:500-1200C

ABU

Proses Gassification

11
Prinsip kerja dari reaktor gasifier ini adalah melalui 4 proses, pertama sampah organik
kering yang telah melalui proses shredder akan dimasukkan ke dalam suatu tangki reaktor
gasifier dan kemudian akan melalui proses pengeringan dengan pembakaran sampah yang
temperatur pembakarannya antara 100 – 200 oC, kemudian pada proses selanjutnya sampah
berada pada daerah pirolisa dengan melakukan pembakaran dengan temperatur suhu antara 200-
500oC, pada proses ini sudah dapat menghasilkan gas berupa CO2 (karbon dioksida), CO
(karbon monoksida), CH4 (metana), dan gas H2 (hidrogen). Proses selanjutnya sampah akan
melewati daerah oksidasi dimana gas yang dihasilkan berupa gas CO dan energi panas,
temperatur suhu yang digunakan antara 1200-1400oC. Proses terakhir adalah sampah
berada pada daerah reduksi dimana pada tahap ini dibakar dengan temperatur suhu antara 500-
1200oC dan dilakukan pencampuran gas udara, yang nantinya keluaran dari proses ini
merupakan gas akhir berupa CO, H2, CH4, H2, CO2 dan gas lain yang tidak diperlukan, yang
nantinya akan dipisahkan melalui proses treatment gas. Limbah yang dihasilkan proses gasifier
ini adalah berupa abu dimana abu ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos.

c. Pirolisa

Pirolisa adalah penguraian biomassa (lysis) karena panas (pyro) pada suhu yang lebih dari
1500C. Pada proses pirolisa terdapat beberapa tingkatan proses, yaitu pirolisa primer dan pirolisa
sekunder. Pirolisa primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku (umpan), sedangkan
pirolisa sekunder adalah pirolisa yang terjadi atas partikel dan gas/uap hasil pirolisa primer.
Penting diingat bahwa pirolisa adalah penguraian karena panas, sehingga keberadaan O2
dihindari pada proses tersebut karena akan memicu reaksi pembakaran.

12
d. Liquification

Liquification merupakan proses perubahan wujud dari gas ke cairan dengan proses
kondensasi, biasanya melalui pendinginan, atau perubahan dari padat ke cairan dengan
peleburan, bisa juga dengan pemanasan atau penggilingan dan pencampuran dengan cairan lain
untuk memutuskan ikatan. Pada bidang energi liquification tejadi pada batubara dan gas menjadi
bentuk cairan untuk menghemat transportasi dan memudahkan dalam pemanfaatan.

3.Konveksi Biokimiawi

konversi biokimiawi merupakan teknologi konversi yang menggunakan bantuan mikroba


dalam menghasilkan bahan bakar. Pemanfaatan biokimia lainnya adalah proses biokimia.Contoh
proses yang termasuk ke dalam proses biokimia adalah hidrolisis, fermentasi dan an-aerobic
digestion. An-aerobic digestion adalah penguraian bahan organik atau selulosa menjadi CH4 dan
gas lain melalui proses biokimia. Selain anaerobic digestion, proses pembuatan etanol dari
biomassa tergolong dalam konversi biokimiawi. Biomassa yang kaya dengan karbohidrat atau
glukosa dapat difermentasi sehingga terurai menjadi etanol dan CO2. Akan tetapi, karbohidrat
harus mengalami penguraian (hidrolisa) terlebih dahulu menjadi glukosa. Etanol hasil fermentasi
pada umumnya mempunyai kadar air yang tinggi dan tidak sesuai untuk pemanfaatannya sebagai
bahan bakar pengganti bensin. Etanol ini harus didistilasi sedemikian rupa mencapai kadar etanol
di atas 99.5%.

2.4 Keunggulan Sistem Pembangkit Listrik Energi Biomassa

Penggunaan Sistem Pembangkit Listrik Energi Biomassa sebagai salah satu alternatif
untuk mendapatkan energi listrik sekarang ini memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan
dengan penggunaan Sistem Pembangkit Listrik lainnya. Keunggulannya antara lain adalah :

1. Dibandingkan dengan sistem pembangkit lainnya Biomass merupakan sumber energi yang
murah, karena untuk memperoleh bahan bakunya sangat mudah.
2. Timbunan sampah dapat menghasilkan emisi GRK (Gas Rumah Kaca) berupa gas metana yang
cukup besar yang dapat menyerap radiasi matahari di atmosfer sehingga menyebabkan suhu
permukaan bumi menjadi panas, dengan pengembangkan sistem pembangkit energi biomassa ini

13
maka jumlah sampah dapat diminimalisasikan, sehingga pengaruh GRK terhadap suhu
permukaan bumi dapat dikurangi.
3. Biomassa dapat mengurangi jumlah sampah yang dapat mencermarkan lingkungan sekitar.
4. Mempunyai sumber yang selalu baru (merupakan jenis energi terbarukan).
5. Sumber energi mempunyai jumlah cadangan sangat besar.
6. Teknologi pengolahannya tidak terlalu rumit.

2.5 Manfaat Tebu Dari Segi Industri

1. Bahan Pokok Pembuatan Gula


Seperti yang sudah diketahui, tebu kebanyakan dipasarkan dalam bentuk gula kristal
curah. Pertama-tama bahan mentah dihancurkan dan diperas, sarinya dikumpulkan dan disaring,
cairan yang terbentuk kemudian ditambahkan bahan tambahan (biasanya menggunakan kalsium
oksida) untuk menghilangkan ketidakmurnian, campuran tersebut kemudian diputihkan dengan
belerang dioksida. Campuran yang terbentuk kemudian dididihkan, endapan dan sampah yang
mengambang kemudian dapat dipisahkan. Setelah cukup murni, cairan didinginkan dan
dikristalkan (biasanya sambil diaduk) untuk memproduksi gula yang dapat dituang ke cetakan.
Sebuah mesin sentrifugal juga dapat digunakan pada proses kristalisasi. Tidak hanya gula dalam
bentuk kristal, akan tetapi juga dalam bentuk gula batu. Gula batu adalah gula tebu yang tidak
melalui tahap kristalisasi. Gula kotak/blok adalah gula kristal lembut yang dipres dalam bentuk
dadu.

2. Bahan Pembuat Kertas


Proses pembuatan tebu menjadi gula menghasilkan cukup banyak ampas. Dan ketika
ampas tersebut dibakar, bagian dari tebu tersebut menjadi tidak berguna. Saat ini, telah
ditemukan berbagai solusi pemanfaatan ampas tebu. Salah satu contohnya adalah membuat
kertas dari ampas tebu. Selama ini sisa ampas batang tebu di Indonesia hanya dijadikan bahan
bakar pabrik gula. Tapi sekarang ada teknologi menjadikan ampas tebu tadi sebagai bahan baku
membuat kertas waterproof yang setelah tidak berguna dapat hancur melalui proses pembusukan.
Penemuan ini terjadi di Australia. Melalui proses bio-engineering, selulosa pada ampas tebu
disulap menjadi kertas dan karton waterproof. Kalau sudah tidak terpakai, tidak perlu
dimasukkan ke incinerator, tapi cukup dibawa ke tempat pembuangan sampah biasa nanti akan
hancur dengan sendirinya dimakan bakteri. Atau sampahnya didaur ulang kembali menjadi

14
kertas dan karton waterproof. Sekarang karton yang dipakai perusahaan movers dilapisi dengan
lilin berbasis produk minyak atau berlapis plastik sehingga karton tidak dapat didaur ulang. Les
Edye dan Bill Doherty pimpinan tim mendapat penemuan itu di Cooperative Research Centre
for Sugarcane Innovation through Biotechnology disingkat CRB SIIB yang bertempat di
University of Queensland di St. Lucia.Menurut Doherty, potensi biomassa tebu luar biasa untuk
mendongkrak industri gula, “Apa yang sudah kita capai baru sebagian saja mengungkap
kegunaan industri gula. Selama ini berapa ribu ton ampas tebu kita bakar begitu saja yang hanya
menambah pencemaran udara.”
“Padahal dari ampas tebu kita dapat membuat karton waterproof yang sangat kita
perlukan untuk industri packaging yang punya nilai komersial tinggi”, kata Doherty. “Di CRC
kita ekstraksi selulosa dari limbah tebu, lalu melalui fermentasi kita hasilkan lignin yang adalah
bahan baku pelapis waterproof untuk berbagai jenis kertas.”
“Kegiatan ini memerlukan sinergi antara perkebunan tebu – pabrik gula – pabrik kertas untuk
menghasilkan karton kemasan dan kertas waterproof terbikin dari limbah bahan nabati yang
sepenuhnya dapat didaur ulang serta ramah lingkungan.” (Doherty et al, 1996)

3. Bahan Pembuat Alkohol


Tetes tebu (molase) adalah salah satu hasil samping pabrik gula tebu yang masih
mempunyai nilai ekonomi yang cukup disebabkan kandungan gulanya yang tinggi sekitar 52%
(Baikow, 1982) sehingga memungkinkan dijadikan bahan baku berbagai industri. Industri yang
memanfaatkan tetes diantaranya adalah industri yang menghasilkan produk distilasi seperti rum,
alkohol, industri fermentasi seperti monosodium glutamat, lisin, asam sitrat, vinegar, protein sel
tunggal, aseton-butanol, gum xanthan dan sebagainya.

4. Pembangkit Listrik
energi di pabrik gula dapat dipenuhi oleh sebagian ampas dari gilingan akhir. Sebagai
bahan bakar ketel, jumlah ampas dari stasiun gilingan adalah sekitar 30% berat tebu dengan
kadar air sekitar 50%. Berdasarkan bahan kering, ampas tebu terdiri dari unsur C (karbon) 47%,
H (hidrogen) 6,5%, O (oksigen) 44% dan Ash (abu) 2,5%. Menurut rumus Pritzelwitz (Hugot,
1986) tiap kilogram ampas dengan kandungan gula sekitar 2,5% akan memiliki kalor sebesar
1825 kkal. Nilai bakar tersebut akan meningkat dengan menurunnya kadar air dan gula dalam
ampas.

15
Dengan penerapan teknologi pengeringan ampas yang memanfaatkan energi panas dari
gas buang cerobong ketel, dimana kadar air ampas turun menjadi 40% akan dapat meningkatkan
nilai bakar per kg ampas hingga 2305 kkal. Sehingga penggunaannya sebagai bahan bakar ketel
di pabrik gula dapat meningkatkan produksi uap sekitar 10%. Dari segi pemanfaatan energi
ampas secara optimal, teknologi pengeringan tersebut telah banyak diandalkan oleh banyak
pabrik gula di luar negeri.
Kelebihan ampas dapat membawa masalah bagi pabrik gula, ampas bersifat bulky
sehingga untuk menyimpannya perlu area luas. Ampas mudah terbakar karena di dalamnya
terkandung air, gula, serat dan mikroba, sehingga bila tertumpuk akan terfermentasi dan
melepaskan panas. Terjadinya kasus kebakaran ampas di beberapa pabrik gula diduga akibat
proses tersebut. Beberapa pabrik gula mencoba mengatasi kelebihan ampas dengan
membakarnya secara berlebihan (inefisien).
Sejalan dengan terus meningkatnya kebutuhan gula nasional, produksi tebu giling akan
terus dipacu sehingga akan meningkatkan kelebihan ampas. Dengan bahan bakar dari ampas
tebu, pabrik gula mempunyai peluang yang besar untuk menghasilkan tenaga listrik. Dibanding
dari sumber energi listrik yang lain. Kontinuitas tenaga listrik dari ampas dapat lebih terjamin
karena ampas bersifat terbaharui (renewable), dan harganya akan menjadi lebih murah.
Sementara bahan bakar dari fosil seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara akan semakin
langka dan mahal.

2.6 Sumber Energi Biomassa Tebu

Tanaman tebu merupakan alternatif sumber energi yang potensial karena tebu
menghasilkan biomassa berupa ampas tebu dan daun tebu kering. Tebu juga tergolong sebagai
tanaman yang paling efektif dalam mengubah energi matahari menjadi energi kimia dalam
bentuk biomasa. Tanaman tebu mampu memproduksi biomassa tidak kurang dari 100 tebu/Ha
dalam waktu 1 tahun (Kurniawan, 2009). Dengan demikian, biomassa tebu merupakan sumber
energi terbarukan yang potensial sebagai sumber energi listrik karena tersedia dalam jumlah
yang cukup besar di pabrik gula.

Seiring perkembangan teknologi, produksi energi listrik dari tebu menjad imakin efisien,
baik konversi ampas menjadi uap maupun konversi menjadi energi listrik. Dengan menggunakan
teknologi konvensional untuk memproduksi 1kWh energi listrik diperlukan 10 kg ampas, tetapi

16
dengan teknologi modern hanya dibutuhkan 2 kg ampas (Lamonica et al, 2005), kondisi tersebut
menunjukkan bahwa produksi energi listrik dari ampas tebu makin kompetitif. Nilai kalori
ampas tebu dalam bentuk net calorific value sekitar 7.600 kJ/kg pada kadar air 50 persen
(paturau 1989) Nilai kalori tersebut lebih rendah daripada nilai kalori kayu sebesar 1715 kJ/kg
pada kadar air 30 persen. Walaupun demikian, ampas tebu merpakan sumber energi yang
potensial karena tersedia di pabrik gula dalam jumlah besar dan bersifat terbarukan. Hanya
dalam waktu 12 bulan, setiap hektar lahan dapat menghasilkan tidak kurang dari 30 ton ampas
tebu.

Jumlah ampas yang tersedia di pabrik gula bergantung pada banyaknya tebu yang
digiling dan kadar sabut dari varietas tebu. Jumlah ampas yang tersedia di pabrik gula bervariasi
antara 25-31 persen dari bobot tebu yang digiling. Jadi, bila jumlah ampas tebu rata-rata 30
persen dari bobot tebu dan kapasitas giling sebuah pabrik gula sebesar 5.000 ton tebu perhari
(TTH), maka jumlah ampas yang tersedia sekitar 1500 t /hari. Ampas tersebut digunakan sebagai
sumber energi untuk mengolah tebu menjadi gula pada pabrik gula yang pegolahan energinya
efisien, potensi surplus ampas bisa mencapai 10 persen dari bobot tebu atau sekitar 500 ton
ampas per hari untuk pabrik gula berkapasitas 5000 TTH. Untuk musim giling selama musim
giling selama 180 hari, maka sebuah pabrik gula dengan kapasitas 5.000 TTH berpotensi
menghasilkan surplus ampas 90.000 ton dalam satu sim giling atau setara dengan 34.483 MWH
(Kumiawan, 2009). Dengan produksi tebu nasional sekitar 33 juta t/tahun, dan 30 persen dari
jumlah tersebut dapat diolah secara efisien dengan surplus ampas 10 persen dari tebu yang
digiling, maka potensi surplus ampas yang diperoleh sebesar 990.000 ton atau setara dengan
379.310 MWh per musim giling.

Dengan konsumsi energi yang efisien, pabrik gula berpeluang menjual listrik ke PLN. Di
samping itu, beberapa keuntungan lain dapat di peroleh, seperti menghindari suplesi energi,
menghemat biaya membuka peluang untuk optimasi penggunaan peralatan, dan meningkatkan
daya saing perusahaan. Tetapi di balik keuntungan ini, kendala pengembangan pada industri gula
justru terletak pada ketersediaan ampas tebu yang relative kecil kemudian penjualan listrik ini
juga diminati banyak investor.

17
2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Potensi Energi Listrik dari Ampas Tebu

Potensi energy yang ada di pabrik gula dapat diwujudkan apabila dilakukan optimasi
terhadap jumlah dan kualitas ampas digilingan, produksi uap di stasium ketel,dan penggunaan
uap dalam pabrik. Secara perincinya dijelaskan sebagai berikut:

1. Jumlah Ampas

Jumlah ampas dipengaruhi oleh kadar sabut yang terkait dengan varietas, karena tinggi
rendahnya kadar sabut adalah bawaan genetic varietas. Disamping kadar sabut juga dipengaruhi
oleh umur tebu, tebu muda umumnya memiliki kadar sabut rendah dan sebaliknya tebu semakin
masak memiliki kadar sabut tebu yang lebih tinggi.

2. Kualitas Ampas di Gilingan

Semakin tinggi kualitas ampas berarti semakin tinggi kalorinya. Kualitas ampas
dipengaruhi oleh kadar air ampas, dengan meningkatkan supervise di gilingan dapat di harapkan
kadar air ampas system elektrifikasi untuk penggerak seluruh peralatan. Dengan meningkatnya
kadar air, nilai bakar ampas akan menurun. Ampas yang semakin basah berpengaruh terhadap
penurunan kalori. Dengan arti kata, semakin basah ampas maka semakin sedikit kalori yang
dihasilkan. Menurut rumus Pritzelwitz (Pressa, 2009), tiap kilogram ampas dengan kandungan
gula sekitar 2,5 persen akan memiliki kalor sebesar 1825 kkal. Nilai bakar tersebut akan
meningkat dengan menurunkan kadar air dan gula dalam ampas. Untuk optimasi kualitas ampas
melalui penerapan teknologi pengeringan, yaitu dengan memanfaatkan energy panas dari gas
buangan cerobong ketel yang masih memiliki suhu hingga 225˚C. Kualitas ampas sebagai bahan
bakar juga dipengaruhi oleh tingkat kelembutan dan kandungan tanah atau pasir dalam ampas
(Saechu, 2009). Kehadiran tanah atau pasir dalam ampas akan meningkatkan kandungan kadar
abu, menurunkan efisiensi ketel dan menimbulkan kesulitan seperti rate pembakaran menurun
serta timbulnya abrasi dari perpipaan.

3. Produksi Uap di Stasium Ketel

Proses pembakaran ampas pada ketel berlangsukng sempurna apabila ampas dan udara
bakar dapat terdistribusi secara merata di atas rangka bakar (grate). Di Indonesia digunakan ketel
dengan sistem cogeneration dengan turbin uap double extraction condensing turbine yang

18
mempunyai konsumsi uap rendah. Ketel dengan sistem cogenerator dapat berfungsi ganda, yaitu
sebagai unit penghasil gula dan pembangkit listrik sepanjang tahun. Sistem cogenerator ini
bekerja secara ganda, di mana uap yang diproduksi dari ketel pembakaran ampas pertama yang
meng- hasilkan uap bekas digunakan untuk turbin penggerak gilingan dan uap yang keluar dari
ketel digunakan untuk menghasilkan tenaga listrik. Pengoperasian ketel yang kurang optimal
juga dapat memengaruhi kadar uap yang dihasilkan. Kinerja ketel menurun tersebut diakibatkan
dari ampas halus yang jatuh menumpuk di ruang bakar bagian depan atau tidak terdistribusi
merata di atas grate dan banyak udara luar masuk dapur karena bocoran pada dinding ketel.

4. Penggunaan Uap dalam Pabrik

Uap yang digunakan di pabrik tebu dapat dibedakan atau di bagi dalam 2 kategori yaitu;

1) Uap baru (UBA). UBA adalah uap yang keluar dari ketel pada tekanan sesuai desain operasi
ketel. Penggunaan UBA akan menjadi kurang optimal apabila pabrik gula masih
menggunakan mesin uap atau turbin untuk menggerakkan banyak peralatan. Sebaliknya
penggunaan UBA akan menjadi optimal apabila untuk penggerak peralatan dalam pabrik
gula menuju ke sistem elektrifikasi dengan menggunakan elektromotor, Prinsipnya
penggunaan UBA dapat berlangsung optimal dalam sistem cogenerator
2) Uap bekas (UBE) adalah uap bekas yang keluar dari mesin atau turbin penggerak
turboalternator, gilingan, peralatan di stasiun ketel dengan tekanan uap hingga lkg/cm2
Kebutuhan UBE hanya digunakan pada evaporator

5. Faktor Lain

Untuk optimasi pemanfaatan energi ampas di pabrik gula juga tidak terlepas dari faktor
kehilangan panas akibat radiasi, kondensasi, kebocoran pada pipa distribusi uap dan bejana
proses karena isolasi, pergerakan, korosi, dan flends yang kurang sempurna.

Selain itu, jam berhenti (stoping time) giling juga dapat menyebab kan pemanfaatan energi
di pabrik gula kurang optimal. Dengan pola jam berhenti terjadwal dapat dimanfaatkau untuk
program perawatan terjadwal dapat disebabkan oleh faktor dari publik karena kerusakan
peralatan dan faktor luar pabrik karena transportasi atau tenaga terbang tebu terganggu.

19
2.8 Aspek yang dipertimbangkan Pada Pengolahan Ampas Tebu Menjadi Energi Listrik

1. Limbah Gas

Kesempurnaan pembakaran ampas tebu dipengaruhi oleh kualitas ampas sebagai bahan
bakar, jenis, dan kondisi dapur + ketel. Namun demikian, pembakaran yang sempurna dapat
diidentifikasi dari kualitas gas cerobong (kadar CO2>12%, O2 < 7 dan produksi uap per kg
ampas >2 kg). Dan bila pembakaran tidak sempurna, maka akan dihasilknn gas CO yang keluar
dari cerobong. Kelebihan bahan bakar ampas tebu dibanding dengan batubara adalah tidak
dihasilkan limhah gas SO2 dan NOx seperti pada batubara sehingga mengurangi faktor penyebab
turunnya hujan asam.

Pada tahap pengoperesian akan terjadi penurunan kualitas udara yaitu berupa peningkatan
konsentrasi gas COx akibat pembakaran ampas tebu ini. Konsentrasi gas CO2 yang besar di
dalam udara, bisa menyebabkan efek rumah kaca, oleh karena itu, perlu dilakukan perghijauan
di sekitar pabrik agar gas CO2 yang berlebih bisa dipakai tumbuhan untuk fotosintesis. Selain
itu, gas CO2 yang dihasilkan, dapat dimanfaatkan kembali untuk keperluan pemurnian nira
sebagai pengganti ga SO2 atau dimanfaatkan dalam pemurnian defekasi remelt karbonatasi.
Sehingga harga belerang yang semakin mahal, tidak menbuat harga gula juga semakin mahal
dan hal itu sekaligus bisa mengurangi pencemaran akibat kadar gas CO2 yang berlebihan dalam
udara.

2. Limbah Padat

Abu pembakaran ampas tebu, dibagi menjadi dua, yaitu fly ash dan bottom ash. Fly ash
merupakan abu pembakaran ampas tebu yang sangat kecil yang berdiameter 1-50 µm dan ringan
sehingga terbawa asap terbang keluar melalui cerobong. Hal itu bisa menyebabkan pencemaran
udara berat bila dibiarkan. oleh karena itu, digunakan alat yang disebut electrostatic precipitator
(EP). Pada electrostatic precipitator fly melalui medan electrostatic yang dihasilkan oleh 2 set
electrode dengan tegangan fungsi arus searah. Dalam melewati medan electrosatic tersebut,
partikel-partikel fly ash jadi termuati medan listrik, sebagian besar adalah muatan negatif dan
tertarik pada electroda pengumpul. Sebagian partikel, mendapat muatan positif dan tertarik pada
emmity electrode. Jika lapisan abu tersebut demikian tebal dan menggumpal akan jatuh atau
terlepas dengan sendirinya atau dengan bantuan getaran mekanik dan secara gravitasi jatuh pada

20
hopper Abu yang terkumpul pada hopper diangkut dengan truk dan dibuang ke area penimbunan
abu (ash yard).

Adapun bottom ash adalah abu hasil pembakaran ampas tebu yang lebih berat dari fly ash
sehingga jatuh dan menumpuk di bagian dasar ruang pembakaran. Bottom ash tidak berdampak
secara langsung pada lingkungan, hanya saja bila tidak dibersihkan akan mengganggu proses
pembakaran pada ruang pembakaran. Abu hasil pembakaran ampas tebu mempunyai jumlah
yang lebih sedikit dibandingkan dengan abu pembakaran batubara. Pada pembakaran batubara
dihasilkan abu sejumlah 6 % -10 % dari batubara yang dibakar. Adapun pada pembakaran ampas
tebu hanya meng- hasilkan abu sebanyak 2,5 % dari ampas tebu yang dibakar.

Limbah abu ini biasanya dibuang sebagai tanah uruk atau digunakan pada pembuatan bata,
keramik dan beton. Komposisinya yang mengandung sebagian besar silica (71 persen) banyak
diteliti untuk digunakan sebagai penguat pada bata, keramik ataupun beton.

3. Limbah Cair

Pabrik gula tidak memerlukan air pendingin untuk mengondensasi kan uap air. Sebab uap air
yang masih bersuhu sekitar 175 C, yang keluar dari turbin generatorakan dipakai lagi untuk
memanaskan nira pada stasiun penguapan dan masakan. Sehingga uap air sudah berubah menjadi
air kembali saat keluar dari stasiun tersebut.

Untuk optimasi pemanfaatan energy ampas di PG juga tidak terlepas dari faktor kehilangan
panas akibat radiasi, kondensasi, kebocoran pada pipa distribusi uap dan bejana proses karena,
isolasi, pengerakan, korosi dan flends yang kurang sempurna. Dari pengalaman, kerugian panas
akibat dari hal-hal tersebut di atas dapat mencapai 5 persen dan pada kondisi terburuk dapat
mencapai 12 persen dari produksi uap. Melalui penanganan yang optimal kehilangan tersebut
dapat ditekan hingga kondisi normal 1 persen. Keadaan tersebut antara lain dapat ditandai oleh
dinginnya udara dalam pabrik sehingga para operator dapat bekerja dengan nyaman dan tidak
gerah.

2.9 Pembangkit Listrik Biomassa Ampas Tebu

Jenis pembangkit yang digunakan di sini adalah jenis Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU). PLTU adalah pembangkit yang menggunakan tenaga uap sebagai penggerak turbin,

21
dimana poros dari turbin ini dikopel dengan poros generator dan supaya konservasi energy untuk
peningkatan efisiensi system tercapai maka penerapan system pembangkit menggunakan
teknologi kogenerasi. Dimana pada system ini uap sisa (residu steam) yang masih bertekanan
tinggi dapat digunakan lagi untuk proses lainnya.

Setelah uap yang bertekanan tinggi dipakai sebagai penggerak turbin generator, residu uap
yang masih bertekanan cukup tinggi digunakan lagi untuk menggerakkan turbin giling satu, dua,
dan tiga. Hal ini lebih menguntungkan bila ditinjau dari sudut efisiensi energy>Selain bahan
bakar pembangkit listrik yang digunakan merupakan limbah dari proses penggilingan tebu, sisa
uap dari penggerak turbin generator masih dapat juga digunakan untuk proses penggilingan tebu
itu sendiri. Dalam proses konversi limbah ampas tebu menjadi energy listrik, terdapat dua jenis
pemrosesan :

a) Proses penggilingan tebu yang menghasilkan ampas tebu


b) Proses konversi energy dari ampas tebu mnejadi energy listrik

Kedua proses tersebut dijelaskan sebagi berikut :


1. Proses Penggilingan Tebu yang Menghasilkan Limbah Ampas Tebu

Tebu dari lahan setelah ditebang dibawa oleh truk dan lori ke stasiun persiapan untuk
ditimbang. Tebu-tebu akan masuk ke stasiun penggilingan dari lori diangkat ke cane table
dengan bantuan cane hoist. Masing-masing cane table di lengkapi dengan leveler yang berfungsi
sebagai pengatur jumlah tebu yang jatuh di cane carrier dan diteruskan menuju unigerator.
Unigerator dengan menggunakan pisau-pisau yang berputar akan memotong dan memecah
pembuluh pembuluh tebu tanpa terjadi pemerahan nira.
Langkah pertama dalam proses pembuatan gula adalah pemerahan tebu digilingan. Pada
proses ini tebu yang ditebang dari kebun dicacah menggunakan alat pencacah tebu. Biasanya
terdiri dari cane cutter, hammer shredder atau kombinasi dari keduanya. Tebu diperah
menghasilkan "nira" dan "ampas". Nira inilah yang mengandung gula dan akan dihasilkan pada
lebih digunakan untuk berbagai keperluan. Kegunaan utama dari ampas yang dihasilkan pada
proses pemerahan digunakan untuk berbagai keperluan. Kegunaan utama dari ampas adalah
sebagai bahan bakar ketel (boiler) dan apabila berlebih bisa digunakan sebagai bahan partikel
board, furfural, xylitol, dan produk lain.

22
.

Proses di stasium penggilingan ini bertuuan untuk mengekstraksi nira mentah dari tebu,
memisahkan nira (cairan yang digunakan untuk membuat gula) mentah dari ampas tebu, dan
menimbang hasil dari nira mentah sebelum masuk ke stasiun pemurnian. Alat penggilingan tebu
yang digunakan disusun dalam suatu rangkaian yang berjumlah lima unit, tiap unit terdiri dari
tiga buah roller millyang permukaannya beralurdan berbentuk v terbalik dengan sudut 30. Rol
bagian atas berfungsi mengatur kapasitas gilingan. Pada rol atas dipasang pemberat pada bagian
samping penggilingan yang berdasarkan asas mekanika fluida. Pemberat ini berfungsi untuk
meningkatkan daya peras rol.

Proses ekstraksi dilakukan sebanyak lima kali agar diperoleh nira maksimal. Serpihan-
serpihan tebu masuk ke gilingan pertama, nira perahan pertama yang diperoleh langsung disaring
dengan saringan tembaga dan ditampung di bak penampung. Lalu ampasnya dengan lMC (Inter
Mediate Carrier) dibawa menuju gilingan kedua. Nira dari gilingan kedua diimbibisi oleh nira
hasil gilingan ketiga dan air imbibisi. Ampas dari gilingan kedua masuk ke gilingan ketiga dan
air imbibisi. Ampas dari gilingan kedua masuk kegilingan ketiga dengan imbibisi oleh nira hasil
gilingan keempat dan air imbibisi. Ampas dari gilingan ketiga masuk ke gilingan keempat
dengan diimbibisi oleh air imbibisi. Ampas dari gilingan keempat masuk ke gilingan kelima
dengan diimbibisi oleh air imbibisi. Kemudian ampas dari gilingan kelima dibawa dengan
elevator menuju ke separator untuk dipisahkan antara yang kasar dan yang halus. Ampas yang
kasar dibawa ke stasiun ketel untuk digunakan sebagai bahan bakar, sedangkan ampas yang
halus digunakan sebagai bahan pencampur dalam proses filtrasi nira kotor di rotary bacum filter.

23
2. Proses Konversi Energi dariAmpasTebu Menjadi Energi Listrik

Energi listrik dapat diperoleh dengan melalui proses yang bertahap dari sumber bahan bakar
menjadi energi listrik. Dari Gambar 8.4 terlihat bahwa ampas tebu dimasukkan ke dalam furnace
chamber melalui bagian atas. Lalu ampas tebu tersebut dimasukkan ke dalam furnace chamber
dengan menggunakan grate sehingga ampas tebu benar-benar terbakar sempurna. Lalu, ampas
tebu yang terbakar sempurna itu jatuh ke bagian bawah furnace chamber.
Boiler terdiri dari dua drum yang berada dibagian atas dan berada di bagian bawah. Dua drum
tersebut dihubungkan dengan pipa yang mele bagian dalam furnace chamber. Sehingga air dari
drum bawah yang dialirkan ke drum bagian atas akan langsung menjadi uap saat pipa melewati
bagian dalam firmace chamber. Uap yang dihasilkan tersebut lalu dialirkan ke drum bagian
atas.Uap yang dihasilkan bersuhu 325C dengan tekanan sedang yaitu 18 kg/cm3.Lalu uap yang
dihasilkan ditimbun di steam heater,supaya terkumpul banyak,lalu setelah itu digunakan untuk
memutar turbin.Turbin yang berputar,dengan kecepatan yang cukup tinggi yang direduksi
kecepatan putarrnya oleh reduction gear yang dipasang antara turbin dan generator sehingga
diperoleh sinkronisasi kecepatan antara turbin dan generator.Dan karena generator berputar maka
akan menimbulkan medan listrik sehingga akanmembangkitkan tenaga listrik.

Siklus yang tepat digunakan untuk system pembangkit biomassa ampas tebu adalah
siklus topping dengan uap exhaust yang dihasilkan dengan tekanan bertekanan rendah.Uap
bertekanan rendah tersebut digunakan untuk mengerakan mesin uap pada penggiling
satu,dua,tiga serta digunakan untuk proses pembuatan gula.
Boiler digunakan dengan system water tube,air umpan boiler mengalir melalui pipa-pipa
masuk kedalam drum. Air tersirkulasi dipanaskan oleh gas pembakar membentuk steam pada
daerah uap dalam drum.Boiler ini dipilih jika kebutuhan steam dan tekanan steam sangat tinggi
seperti pada kasus boiler untuk pembangkit tenaga.Tujuan untuk menggunakan water tube yaitu:

24
a) Diperlukan uap murni dan jenuh berkualitas tinggi tanpa adanya kontaminasi zat-zat
padat larut dan tak larut.
b) Dilengkapi steam super heater dengan demikian tidak akan terjadi deposit pada pipa-pipa
steam superheater.

Fungsi utama turbin adalah untuk mentransformasikan energi panas menjadi energi mekanik
yang berupa putaran pada poros turbin.Transformaasi ini dapat dicapai dengan ekspansi
energi.Dari trothel valve uap diekspansi melalui nozzle ke turbin.Pada Nozzle sendiri, uap
mengalami kenaikan speed dan penurunan tekanan.Uap dari nozzle akan menumbuk sudu-sudu
turbin sehingga poros turbin ikut berputar dan poros turbin dikopel dengan poros generator
sehingga generator ikut berputar pula.Untuk mendapatkan efisiensi max,maka speed putaran
motor turbin harus tinggi dan putaran rotor generator harus rendah.Tapi untuk mendapatkan
koordinasi yang baik maka antara turbin dan generator digunakan reduction gear box.
Biomassa adalah bahan organic yang dihasilkan melalui proses fotosintetik,baik berupa
produk maupun buangan,contoh biomassa tanaman , pepohonan, rumput,ubi,limbah
pertanian,limbah hutan,tinja dan kotoran ternak.Selain digunakan untuk tujuan primer
serat,bahan pangan ,pakan ternak,minyak nabti,dan bahan bangunan,dan sebagainya.Biomassa
juga digunakan sebagai sumber energi bahan bakar.Umum yang digunakan sebagai bahan bakar
adalah biomassa yang digunakan sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya
rendah atau merupakan limbah setelah diambil produk primernya.
Pemanfaatan limbah bahan bakar nabati memberi 3 keuntungan langsung:
1. Peningkatan efisiensi energi secara keseluruhan karena kandungan energi energi yang
terdapat di limbah cukup besar dan akan terbuang percuma jika tidak dimanfaatkan.
2. Penghematan biaya,karena sering kali membuang limbah lebih mahal daripada
memanfaatkannya.
3. Mengurangi keperluan akan tempat penimbunan sampah karena tempat penyediian
pemnimbunan akan menjadi sulit dan mahal khususnya didaersah perkotaan.

2.10 Konsep Fisika Pada Energi Biomassa

Menurut Siswanto(2010), “salahatu cara dalam pengolahan biomasa yaitu melalui proses
gasifikasi”. Gasifikasi biomassa untuk menghasilkan energi melibatkan proses pemanasan
biomassa dengan lingkungan beroksigen rendah untuk menghasilkan gas berkalori rendah dan
sedang.Biogas ini kemudian digunakan pada unit bahan bakar pembangkit listrik combined cycle

25
yang terdiri atas turbin gas disiklus atas dan turbin uap di siklus bawah.Gasifikasi dilakukan
dengan cara dengan oksigen terbatas untuk menghasilkan gas low heating value.
Energi yang terkandung pada biomassa:

Energi biomassa(J) = (1-m)*(RPR*P)*K


Dengan:
m = % kadar air ,merupakan jumlah kadar air yang terkandung dalam residu
RPR = Konstansta residu dari limbah biomassa (%)
P= Jumlah produksi biomassa(kg)
K = nilai kalor ,jumlah kalor yang tersimpan(MJ/kg)
Berikut ini menyajiakn beberapa komunitas biomassa dari jumlah pertanian dan
perkebunan beserta nilai kalor yang terdapat dalam komuditas tersebut setiap 1kg
.untuk mengetahui daya yang dihasilkan dari energi tersebut adalah menggunakan
pesamaan :
P = E/t
Dengan
P = daya (J/s,watt)
E= energi (J)
t= waktu (s)
Tabel Komoditi biomassa dari limbah pertanian dan perkebunan beserta nilai kalorinya
Komoditas Residu RPR Kadar Air (%) Nilai
Kalor(MJ/Kg)
Kelapa Tandan 0.23 55 8,16
Sawit Kosong 0.11 40 11,34
Sabut 0.06 10 18,83
Cangkang
Kelapa Sabut 0,419 10,3 18,62
Tempurung 0,12 8,7 18,09
Padi Sekam 0,267 12,37 19,33
Jerami 1,757 12,71 16,02
Tebu Bagase 0,29 49 18,1
Top/Leaves 0,3 10 17,41
Kopi Husk 2,1 15 12,38

26
Ubi Kayu Batang 0,062 15 17,5
Jagung Tongkol 0,273 7,53 16,28
Batang 2 15 19,66
Kacang Kulit 0,477 8,2 15,66
tanah

Dalam buku Asian Biomass Handbook dinyatakan bahwa untuk menghasilkan listrik dari
biomass, energi dari biomassa diubah menjadi energi kinetic untuk menggerakkan dynamo dan
sebagai akibatnya energi listrik diperoleh.Metode utama untuk mengubah energi biomassa
menjadi energi kinetic,sebagai berikut:
1. Uap yang berasal dari panas pembakaran biomassa dan turbin uap diputar
2. Gas mudah terbakar yang berasal dari pirolisis atau degradasi mikro biomassa dan mesin
gas atau turbin gas diputar menggunakan gas.

Untuk mengubah energi biomassa menjadi energi listrik,kita membutuhkan alat-alat sebagai
berikut:
a. Boiler(ketel uap): bejana tertutup dimana panas hasil pembakaran dialirkan ke air sampai
terbentuk air panas dan uap.
b. Boiler blowdown: proses blowndown adalah proses dimana sejumlah volume air
dikeluarkan secara otomatis diganti dengan air umpan yang bertujuan untuk mengurangi
padatan yang terlarut dalamair dan cenderung tinggal pada permukaan boiler.
c. Super heater, merupakan alat perubah panas yang khusus dibuat dari tabung-tabung yang
disusun parallel,menerima uap dari boiler yang dilepaskan dari drum untuk menaikkan
temperature.
d. Air pengisi boiler, air yang siap dimasukkan dalam boiler disimpan dalam water storage
dan sudah mengalami perlakuan khusus untuk mendapatkan syarat yang memenuhi
sebagai air pengisi boiler.Karakteristik air pengisi boiler yang baik yaitu: 1)tidak
mengakibatkan korosi pada dinding,pipa-pipa air dan peralatannya, 2)tidak member
endapan yang terbentuk kerak.
e. Turbin uap dan alternator : turbin uap adalah penggerak mula mula yang terus menerus
mengubah energi uap panas yang bertekanan bersuhu tinggi menjadi energi mekanik
yang berupa putaran pada poros turbin. Uap ini berekspansi melalui sudu-sudu turbin
berputar dan menggerakkan generator untuk menghasilkan listrik. Alternator belitan
medan berada pada rotor dan belitan jangkar berada pada stator.Energi mekanik rotasi

27
dari turbin dikonversi menjadi energi listrik di generator dengan perputaran medan
magnet rotor.Rotor generator dikelilingi oleh stator yang berisi konduktor tembaga.
Medan magnet rotor yang melewati stator membuat electron dalam konduktor stator
bergerak, jika ada pergerakan electron maka akan terjadi arus.

Contoh Soal
1. Sebuah rancangan PLTU dengan bahan bakar biomassa ampas tebu yang digunakan untuk
menghasilkan listrik sebanyak 5 ton/hari dimana ampas tebu residu yang digunakan yaitu residu
bagase. Tentukan energi biomassa dan daya yang dihasilkan dari rancangan PLTU tersebut?
Diketahui: Dari tabel Komoditi biomassa dari limbah pertanian dan perkebunan beserta nilai
kalorinya,didapat data:
RPR residu bagase pada tebu : 29% = 0,29
Kadar air: 49% = 0,49
1.000.000 𝐽
Nilai kalor: 18,1 MJ/Kg x = 18.100.000 J/Kg
1 𝑀𝐽
1.000𝑘𝑔
Berat ampas tebu: 5 ton x = 5000 kg
1 𝑡𝑜𝑛
3600 𝑠
Waktu : 1hari = 24 jam x = 86.400 s
1 𝑗𝑎𝑚

Penyelesaian:
Energi biomassa(J) = (1-m)*(RPR*P)*K
= (1- 0,49) x (0,29 x 5000 kg) x ( 18.100.000 J/Kg)
= 1,338495 x 1010 J
P = E/t
1,338495 x 1010 J
= = 154.918,4028 J/s
86.400 𝑠
1 𝑀𝑤
=154.918,4028 watt x 1.000.000 𝑤 = 0,15 Mw

28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Biomassa merupakan bahan yang dapat diperoleh dari tanaman baik langsung maupun
tidak langsung dan dimanfaatkan sebagai energi atau bahan dalam jumlah yang besar, secara
tidak langsung mengacu pada produk yang diperoleh melalui peternakan dan industri makanan.
Biomassa disebut juga sebagai fitomassa dan sering di terjemahkan sebagai bloresource atau
sumber daya yang diperoleh dari hayati.Sebagai contoh ,tanaman tebu merupakan alternatif
sumber energi yang potensial karena tebu menghasilkan biomassa berupa ampas tebu dan tebu
kering. Tebu juga tergolong sebagai tanaman yang paling efektif dalam mengubah energi panas
menjadi energi listrik dalam bentuk biomassa.
Jenis pembangkit listrik yang digunakan untuk energi biomassa adalah pembangkit listrik
tenaga uap (PLTU). PLTU adalah pembangkit yang menggunakan tenaga uap sebagai penggerak
turbin, dimana poros dari turbin ini dikopel dengan poros generator dan supaya konversi energi
untuk peningkatan efisiensi system tercapai, maka penerapan system pembangkit menggunakan
teknologi kaogenarasi. Teknologi konversi biomassa tentu saja menggunakan perbedaan alat
yang digunakan untuk mengkonversi biomassa dan menghasilkan pebedaan bahan bakar yang
dihasilkan. Secara umum, konversi biomassa menjadi bahan bakar dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu: pembakaran langsung,konversi termokimiawi ,dan konversi biokimiawi.Pemabakaran
langsung merupakan teknologi yang paling sederhana Karena pada umumnya biomassa dapat
langsung dibakar.Beberapa biomassa perlu dikeringkan terlebih dahulu untuk kepraktisan dalam
penggunaan.Konversi termokimiawi,merupakan teknologi Yang mememrlukan perlakuan
tetrmal.Untuk memicu terjadinya reaksi kimiadalam menghasilkan bahan bakar.Adapun konversi
biokimiawi merupakan teknologi konversi yang menggunakan bantuan mikroba dalam
menghasilkan bahan bakar.

3.2 Saran
Demi kesempurnaan penyusunan makalah ini maka penulis mengharapkan masukan-
masukan yang bersifat membangun baik itu berupa saran-saran ataupun kritikan-kririkan,
sehingga makalah ini menjadi lebih sempurna. Untuk dapat memahami lebih jelas mengenai
sistem pembangkit, sebaiknya dilakukan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat
mendidik seperti melakukan kunjungan ke tempat-tempat dimana terdapat sistem pembangkit.

29
DAFTAR PUSTAKA

Hamdi.2014.Energi Terbarukan Edisi Pertama.Jakarta:Kencana

Cassidy, David. Holton,Gerald. Rutherford, James.2002.Understanding physic. NewYork:


Springer-Verlag. Inc.

Fay, James A. Golomb, Dan S. 2002. Energy and Environment. New York: Oxford University
Press.

Kalscheur, R.,Ulthoff, S.,Luftmann, H.&Steinbu’’chel,A.2003. In vitro and in vivo


biosynthesis of wax diesters by an unspecific bifunctional wax ester synthaselacyl-CoA:
diacylglycerol acyltransferase from Aci-netobacter calcoacetius ADP1.Eur J Lipid Sci
Technol 105,578-584.

Suwono,.2003.Indonesia’s potential contribution of biomass in sustainable energy


development. Thermodynamics Laboratory.IURC for engineering science.Bandung: Institut
Teknologi Bandung

Vidian, fajri. Gasifikasi Tempurung Kelapa Menggunakan Updraft Gasifier pada Beberapa
Variasi Laju Alir Udara Pembakaran Mesin Sinkron, Jurnal Teknik Mesin, Universitas
Sriwijaya, Palembang Vol. 10, No. 2, Oktober 2008.

M, Muharnif. “Pemanfaatan Bahan bakar Nabati Sebagai Sumber Energi Alternatif


Dalam Proses Gasifikasi”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.3 No.3. Desember
2010. ISSN LIPI: 1979-9640

Eastop, T. D. and D.R. Croft. Energy Efficiency. Harlow: Longman, 1990

Reynolds, W.C and Henry C. Perkint. Engineering Thermodinamycs. Translated by filling


Harahap. Jakarta:

30

Anda mungkin juga menyukai