ENERGI TERBARUKAN
(BIOMASSA)
Disusun Oleh :
ABDUL LATIF
2004102010013
M. REZA PAHLEVI
2004102010080
RIZQAN KARIM
200410201075
LABORATORIUM THERMAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2022
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
1. Biomassa Basah
Biomasa basah yang berupa kotoran ternak atau sampah rumah tangga perlu
diubah terlebih dahulu melalui proses anaerobik untuk menghasilkan gas
metana yang dapat digunakan untuk menggerakkan generator listrik. Proses
ini lebih dikenal dengan nama Biogas. Umumnya biogas lebih banyak
menggunakan kotoran ternak. Di dalam biomassa basah terdapat penggunaan
gas metana. Gas metana tersebut dapat digunakan untuk menghasilkan listrik
dengan dua cara yaitu, untuk menggerakkan mesin bakar internal atau untuk
menggerakkan turbin gas sebagai penghasil tenaga gerak untuk generator.
Selanjutnya generator tersebut yang akan menghasilkan energi listrik. Motor
bakar internal (MBI) yang digunakan pada prinsipnya sama dengan yang
digunakan untuk MBI bensin dan solar. MBI gas ini cukup efisien untuk
menghasilkan listrik sampai dengan 100 kW. Sedangkan untuk menghasilkan
tenaga listrik yang lebih besar lagi dapat digunakan turbin gas.
2. Biomassa Kering
Biomassa kering ini dapat diperoleh dari bahan tanaman yang berasal dari
hutan atau areal pertanian. Dari hutan biasanya hanya kayu yang dianggap
memiliki nilai ekonomis tinggi sebagai bahan baku bubur kertas, pertukangan
atau kayu bakar. Peluang kayu untuk bioenergi baik selama masih di hutan
maupun setelah masuk industri cukup besar. Pemanfaatan kayu yang ditebang
untuk bahan baku kertas/pertukangan hanya sekitar 50% saja.
Ada berbagai teknologi konversi yang bisa digunakan untuk merubah kualitas
biomassa sesuai dengan tujuan penggunaannya. Ada teknik fisika, kimia dan
biologi. Gambar 2.1 menunjukkan teknologi konversi yang biasa digunakan. 11
Konversi fisika termasuk penggerusan, penggerindaan, dan pengukusan untuk
mengurai struktur biomassa dengan tujuan meningkatkan luas permukaan sehingga
proses selanjutnya, yaitu kimia, termal dan biologi bisa dipercepat.
Proses ini juga meliputi pemisahan, ekstraksi, penyulingan dan sebagainya
untuk mendapatkan bahan berguna dari biomassa serta proses pemampatan,
pengeringan atau kontrol kelembaban dengan tujuan membuat biomassa lebih
mudah diangkut dan disimpan. Teknologi konversi fisika sering digunakan pada
perlakuan pendahuluan untuk mempercepat proses utama.
Konversi kimia meliputi hidrolisis, oksidasi parsial, pembakaran, karbonisasi,
pirolisis, reaksi hidrotermal untuk penguraian biomassa, serta sintesis, polimerisasi,
hidrogenasi untuk membangun molekul baru atau pembentukan kembali biomassa.
Penghasilan elektron dari proses oksidasi biomassa dapat digunakan pada sel bahan
bakar untuk menghasilkan listrik. Konversi biologi umumnya terdiri atas proses
fermentasi seperti fermentasi etanol, fermentasi metana, fermentasi aseton-butanol,
fermentasi hidrogen, dan perlakuan enzimatis yang berperan penting pada
penggunaan bioetanol generasi kedua.
Aplikasi proses fotosintesis dan fotolisis akan menjadi lebih penting untuk
memperbaiki sistem biomassa menjadi lebih baik. Teknologi praperlakuan seperti
pemisahan, pengekstrakan, kisaran, asahan, kontrol kelembaban dan selainnya
sering dilakukan sebelum proses konversi utama. Gambar 2.1 menunjukkan contoh
yang disebut kotak ajaib dimana biomassa ditempatkan di bawah dan diubah
melalui berbagai teknik untuk memenuhi tujuan Penggunannya. Penilaian terhadap
proses-proses konversi ini dilakukan berdasarkan kualitas produk, efisiensi energi,
hasil dan ekonomi sistem. Perancangan sistem konversi dan penggunaan
seharusnya mempertimbangkan aspek-aspek yang berikut: naik turun pasokan
biomassa, cara dan biaya transportasi dan penyimpanan, manajemen organisasi dan
peraturan seperti yang ditetapkan otoritas yang terkait dan juga dari aspek ekonomi
untuk keseluruhan sistem.
2.13.2 Pemeletan
Pemeletan adalah proses untuk menekan bahan menjadi bentuk pelet. Ada
berbagai jenis bahan baku seperti bahan bakar padat, obat-obatan, bahan pengisi,
bijih dan sebagainya telah dipeletkan. Untuk bahan bakar padat, ia disebut sebagai
pelet kayu, ogalite (briket kayu), briket batu bara atau bahan bakar komposit. Pelet
kayu yang disajikan dalam Gambar 2.2 (a) adalah terbuat dari limbah kayu seperti
serbuk gergaji dan debu penghancuran. Diameter peletadalah 6-12 mm dan
panjangnya 10-25 mm. Gambar (b) dan (c) menunjukkan pelet ukuran besar (briket
kayu dan briket jerami padi). Diameter briket adalah 50-80 mm dan panjangnya
300 mm. Gambar (d) menunjukkan CCB yang merupakan sejenis bahan bakar
komposit campuran biomassa dan batu bara. Ia disebut sebagai Biobriket.
2.13.3 Gasifikasi
Secara sederhana, gasifikasi biomassa dapat didefinisikan sebagai proses
konversi bahan selulosa dalam suatu reaktor gasifikasi (gasifier) menjadi bahan
bakar. Gas tersebut dipergunakan sebagai bahan bakar motor untuk menggerakan
generator pembangkit listrik. Gasifikasi merupakan salah satu alternatif dalam
rangka program penghematan dan diversifikasi energi. Selain itu gasifikasi akan
membantu mengatasi masalah penanganan dan pemanfaatan limbah pertanian,
perkebunan dan kehutanan.
2.13.4 Pirolisa
Pirolisa adalah penguraian biomassa (lysis) karena panas (pyro) pada suhu
yang lebih dari 150oC. Pada proses pirolisa terdapat beberapa tingkatan proses,
yaitu pirolisa primer dan pirolisa sekunder. Pirolisa primer adalah pirolisa yang
terjadi pada bahan baku (umpan), sedangkan pirolisa sekunder adalah pirolisa
yang terjadi atas partikel dan gas/uap hasil pirolisa primer. Penting diingat
bahwa pirolisa adalah penguraian karena panas, sehingga keberadaan O2
dihindari pada proses tersebut karena akan memicu reaksi pembakaran.
Fotosintesis dan pirolisis dapat digambarkan secara sederhana seperti berikut,
2.13.5 Produksi Biodisel
Dibandingkan dengan sumber biomassa lainnya, minyak dan lemak memiliki
kapasitas panas yang tinggi, dan mayoritas keduanya berbentuk cair. Meskipun
karakteristik ini lebih disukai untuk bahan bakar kendaraan, viskoelastisitas (>
30mm2/dtk pada 40°C) dan titik flash (> 300°C) sangat tinggi sehingga tidak
dapat digunakan tanpa modifikasi. Oleh karena itu, dengan
mentransesterifikasikan trigliserida dari minyak dan lemak, viskoelastisitas dan
titik flash dikurangi masing-masing menjadi 3~5mm2/dtk dan 160°C yang akan
sesuai dengan jumlah angka setana dari 50-60 untuk menggantikan bahan bakar
diesel. Metil ester asam lemak ini disebut bahan bakar biodiesel (BDF).
2.13.7 Pengomposan
Kompos adalah campuran dari bahan organik biodegradable seperti jerami,
sekam, kulit kayu, produk limbah hewani dan bahan organik hewan/tanaman yang
terakumulasi atau dicampur, dan terurai oleh panas.
2.13.8 Biometanasi
"Fermentasi metana" atau "pencernaan anaerobik" biasanya digunakan
untuk menunjukkan "biometanasi". Biometanasi adalah proses mikroba yang
kompleks dimana senyawa organik terdegradasi menjadi metana dan karbon
dioksida oleh berbagai anaerob. Biogas ini memiliki nilai kalor rendah 20-25
MJ/m3-N (5.000~6.000 kcal/m3-N) dan dapat digunakan untuk bahan bakar
setelah desulfurisasi hidrogen sulfida. Biometanasi digunakan sebagai teknik
pemulihan biofuel dari biomassa dan perlakuan limbah biomassa. Limbah
fermentasi dapat digunakan untuk pupuk cair dan bahan baku kompos.
3.1.1. Biogas
A. Pengertian Biogas
Biogas merupakan sebuah proses produksi gas bio dari material organik
dengan bantuan bakteri. Proses degradasi material organik ini tanpa melibatkan
oksigen disebut anaerobik digestion Gas yang dihasilkan sebagian besar (lebih 50
% ) berupa metana. material organik yang terkumpul pada digester (reaktor) akan
diuraiakan menjadi dua tahap dengan bantuan dua jenis bakteri. Tahap pertama
material orgranik akan didegradasi menjadi asam asam lemah dengan bantuan
bakteri pembentuk asam. Bakteri ini akan menguraikan sampah pada tingkat
hidrolisis dan asidifikasi. Hidrolisis yaitu penguraian senyawa kompleks atau
senyawa rantai panjang seperti lemak, protein, karbohidrat menjadi senyawa yang
sederhana. Sedangkan asifdifikasi yaitu pembentukan asam dari senyawa
sederhana.
Setelah material organik berubah menjadi asam asam, maka tahap kedua dari
proses anaerobik digestion adalah pembentukan gas metana dengan bantuan
bakteri pembentuk metana seperti methanococus, methanosarcina, methano
bacterium.
Perkembangan proses Anaerobik digestion telah berhasil pada banyak
aplikasi. Proses ini memiliki kemampuan untuk mengolah sampah / limbah yang
keberadaanya melimpah dan tidak bermanfaat menjadi produk yang lebih bernilai.
Aplikasi anaerobik digestion telah berhasil pada pengolahan limbah industri,
limbah pertanian limbah peternakan dan municipal solid waste (MSW).
B. Sejarah Biogas
Gas methan sudah lama digunakan oleh warga Mesir, China, dan Roma
kuno untuk dibakar dan digunakan sebagai penghasil panas. Sedangkan, proses
fermentasi lebih lanjut untuk menghasilkan gas methan ini pertama kali
ditemukan oleh Alessandro Volta (1776). Hasil identifikasi gas yang dapat
terbakar ini dilakukan oleh Willam Henry pada tahun 1806. Dan Becham (1868),
murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882), adalah orang pertama yang
memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan methan.
Adapun alat penghasil biogas secara anaerobik pertama dibangun pada tahun
1900. Pada akhir abad ke-19, riset untuk menjadikan gas methan sebagai biogas
dilakukan oleh Jerman dan Perancis pada masa antara dua Perang Dunia. Selama
Perang Dunia II, banyak petani di Inggris dan Benua Eropa yang membuat alat
penghasil biogas kecil yang digunakan untuk menggerakkan traktor. Akibat
kemudahan dalam memperoleh BBM dan harganya yang murah pada tahun 1950-
an, proses pemakaian biogas ini mulai ditinggalkan. Tetapi, di negara-negara
berkembang kebutuhan akan sumber energi yang murah dan selalu tersedia selalu
ada. Oleh karena itu, di India kegiatan produksi biogas terus dilakukan semenjak
abad ke-19. Saat ini, negara berkembang lainnya, seperti China, Filipina, Korea,
Taiwan, dan Papua Nugini, telah melakukan berbagai riset dan pengembangan
alat penghasil biogas . Selain di negara berkembang, teknologi biogas juga telah
dikembangkan di negara maju seperti Jerman .
C. Prinsip Teknologi
Pada prinsipnya, teknologi biogas adalah teknologi yang memanfaatkan
proses fermentasi (pembusukan) dari sampah organik secara anaerobik (tanpa
udara) oleh bakteri methan sehingga dihasilkan gas methan. Gas methan adalah
gas yang mengandung satu atom C dan 4 atom H yang memiliki sifat mudah
terbakar. Gas methan yang dihasilkan kemudian dapat dibakar sehingga
dihasilkan energi panas. Bahan organik yang bisa digunakan sebagai
bahan baku industri ini adalah sampah organik, limbah yang sebagian besar terdiri
dari kotoran, dan potongan-potongan kecil sisa-sisa tanaman, seperti jerami dan
sebagainya, serta air yang cukup banyak . Proses ini sebetulnya terjadi secara
alamiah sebagaimana peristiwa ledakan gas yang terbentuk di bawah tumpukan
sampah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Leuwigajah, Kabupaten
Bandung, Jawa Barat .
Prinsip pembangkit biogas, yaitu menciptakan alat yang kedap udara
dengan bagian-bagian pokok terdiri atas pencerna (digester), lubang pemasukan
bahan baku dan pengeluaran lumpur sisa hasil pencernaan (slurry), dan pipa
penyaluran biogas yang terbentuk. Di dalam digester ini terdapat bakteri methan
yang mengolah limbah bio atau biomassa dan menghasilkan biogas. Dengan pipa
yang didesain sedemikian rupa, gas tersebut dapat dialirkan ke kompor yang
terletak di dapur. Gas tersebut dapat digunakan untuk keperluan memasak dan
lain-lain .
D. Komposisi
Biogas sebagian besar mengandung gs metana (CH4) dan karbon dioksida
(CO2), dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hydrogen
sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) serta hydrogen dan (H2), nitrogen yang
kandungannya sangat kecil.
Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana
(CH4). Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar kandungan energi
(nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil kandungan metana
semakin kecil nilai kalor. Kualitas biogas dapat ditingkatkan dengan
memperlakukan beberapa parameter yaitu : Menghilangkan hidrogen sulphur,
kandungan air dan karbon dioksida (CO2). Hidrogen sulphur mengandung racun
dan zat yang menyebabkan korosi, bila biogas mengandung senyawa ini maka
akan menyebabkan gas yang berbahaya sehingga konsentrasi yang di ijinkan
maksimal 5 ppm. Bila gas dibakar maka hidrogen sulphur akan lebih berbahaya
karena akan membentuk senyawa baru bersama-sama oksigen, yaitu sulphur
dioksida /sulphur trioksida (SO2 / SO3). senyawa ini lebih beracun. Pada saat
yang sama akan membentuk Sulphur acid (H2SO3) suatu senyawa yang lebih
korosif. Parameter yang kedua adalah menghilangkan kandungan karbon dioksida
yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas, sehingga gas dapat digunakan
untuk bahan bakar kendaraan. Kandungan air dalam biogas akan menurunkan titik
penyalaan biogas serta dapat menimbukan korosif.
E. Pengolahan Biogas
Pengolahan biogas banyak macamnya, di antaranya dengan skala besar
atau skala kecil. Keduanya membutuhkan bahan baku yang sama yaitu kotoran
atau sampah organik. Perbedaannya untuk skala besar digunakan untuk
menampung energi bagi masyarakat luas dengan kegiatan atau pekerjaan yang
lebih banyak. Contohnya, pembangkit listrik di pedesaan. Sedangkan skala kecil
digunakan untuk menampung energi bagi usaha atau kegiatan yang lebih personal.
Contohnya, salah satu bahan bakar untuk memproduksi kue donat di pabrik donat.
Berikut contoh cara pembuatan biogas:
1. Kotoran sapi kira-kira 1kg atau berapalah dibungkus plastik kemudian di
kubur dalam tanah selama kurang lebih 1-3 bulan
2. Buat wadah untuk tempatnya misalnya gali tanah atau di tong sampah jangan
lupa buat lubang atau apalah untuk nyalurin gas yang dihasilkannya melalui
selang
3. Masukkan kotoran sapi tadi ke dalam tempat yang sudah disediakan tadi
kemudian tambahkan kotoran sapi atau sampah organik lain tutup tempatnya
tunggu sampai kotoran sapi tadi diuraikan bakteri.
F. Reaktor Biogas
Ada beberapa jenis reaktor biogas yang dikembangkan diantaranya adalah
reaktor jenis kubah tetap (Fixed-dome), reaktor terapung (Floating drum), reaktor
jenis balon, jenis horizontal, jenis lubang tanah, jenis ferrocement. Dari keenam
jenis digester biogas yang sering digunakan adalah jenis kubah tetap (Fixed-
dome) dan jenis Drum mengambang (Floating drum). Beberapa tahun terakhi ini
dikembangkan jenis reaktor balon yang banyak digunakan sebagai reaktor
sedehana dalam skala kecil.
G. Reaktor kubah tetap (Fixed-dome)
Reaktor ini disebut juga reaktor china. Dinamakan demikian karena reaktor
ini dibuat pertama kali di chini sekitar tahun 1930 an, kemudian sejak saat itu
reaktor ini berkembang dengan berbagai model. Pada reaktor ini memiliki dua
bagian yaitu digester sebagai tempat pencerna material biogas dan sebagai rumah
bagi bakteri,baik bakteri pembentuk asam ataupun bakteri pembentu gas metana.
bagian ini dapat dibuat dengan kedalaman tertentu menggunakan batu, batu bata
atau beton. Strukturnya harus kuat karna menahan gas aga tidak terjadi kebocoran.
Bagian yang kedua adalah kubah tetap (fixed-dome). Dinamakan kubah tetap
karena bentunknya menyerupai kubah dan bagian ini merupakan pengumpul gas
yang tidak bergerak (fixed). Gas yang dihasilkan dari material organik pada
digester akan mengalir dan disimpan di bagian kubah.
Keuntungan dari reaktor ini adalah biaya konstruksi lebih murah daripada
menggunaka reaktor terapung, karena tidak memiliki bagian yang bergerak
menggunakan besi yang tentunya harganya relatif lebih mahal dan perawatannya
lebih mudah. Sedangkan kerugian dari reaktor ini adalah seringnya terjadi
kehilangan gas pada bagian kubah karena konstruksi tetapnya.
H. Reaktor floating drum
Reaktor jenis terapung pertama kali dikembangkan di india pada tahun
1937 sehingga dinamakan dengan reaktor India. Memiliki bagian digester yang
sama dengan reaktor kubah, perbedaannya terletak pada bagian penampung gas
menggunakan peralatan bergerak menggunakan drum. Drum ini dapat bergerak
naik turun yang berfungsi untuk menyimpan gas hasil fermentasi dalam digester.
Pergerakan drum mengapung pada cairan dan tergantung dari jumlah gas yang
dihasilkan.
Keuntungan dari reaktor ini adalah dapat melihat secara langsung volume
gas yang tersimpan pada drum karena pergerakannya. Karena tempat
penyimpanan yang terapung sehingga tekanan gas konstan. Sedangkan
kerugiannya adalah biaya material konstruksi dari drum lebih mahal. faktor korosi
pada drum juga menjadi masalah sehingga bagian pengumpul gas pada reaktor ini
memiliki umur yang lebih pendek dibandingkan menggunakan tipe kubah tetap.
I. Reaktor balon
Reaktor balon merupakan jenis reaktor yang banyak digunakan pada skala
rumah tangga yang menggunakan bahan plastik sehingga lebih efisien dalam
penanganan dan perubahan tempat biogas. reaktor ini terdiri dari satu bagian yang
berfungsi sebagai digester dan penyimpan gas masing masing bercampur dalam
satu ruangan tanpa sekat. Material organik terletak dibagian bawah karena
memiliki berat yang lebih besar dibandingkan gas yang akan mengisi pada rongga
atas.
J. Proses Kerja Biogas
Di dalam digester bakteri-bakteri methan mengolah limbah bio atau
biomassa dan menghasilkan biogas methan. Dengan pipa yang didesain
sedemikian rupa, gas tersebut dapat dialirkan ke kompor yang terletak di dapur.
Gas tersebut dapat digunakan untuk keperluan memasak dan lain-lain. Biogas
dihasilkan dengan mencampur limbah yang sebagian besar terdiri atas kotoran
ternak dengan potongan-potongan kecil sisa-sisa tanaman, seperti jerami dan
sebagainya, dengan air yang cukup banyak.
Untuk pertama kali dibutuhkan waktu lebih kurang dua minggu sampai
satu bulan sebelum dihasilkan gas awal. Campuran tersebut selalu ditambah setiap
hari dan sesekali diaduk, sedangkan yang sudah diolah dikeluarkan melalui
saluran pengeluaran. Sisa dari limbah yang telah dicerna oleh bakteri methan atau
bakteri biogas, yang disebut slurry atau lumpur, mempunyai kandungan hara yang
sama dengan pupuk organik yang telah matang sebagaimana halnya kompos
sehingga dapat langsung digunakan untuk memupuk tanaman, atau jika akan
disimpan atau diperjualbelikan dapat dikeringkan di bawah sinar matahari
sebelum dimasukkan ke dalam karung.