Anda di halaman 1dari 6

TEKNIK KONVERSI DAN KONSERVASI

TUGAS INDIVIDU I DAN 2

POTENSI BIOMASSA DI INDONESIA SERTA DAMPAK


NEGATIF DAN POSITIF BIOMASSA

IKHSAN MAHENDRA

J1B117056

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
Penggunaan energi besar-besaran telah membuat manusia mengalami krisis
energi. Ini disebabkan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil seperti minyak
bumi dan gas alam yang sangat tinggi. Sebagaimana kita ketahui, bahan bakar fosil
merupakan sumber daya alam yang tidak dapat kita perbarui. Untuk mengatasi krisis
energi masa depan, beberapa alternatif sumber energi mulai dikembangkan, salah
satunya adalah energi biomassa.
Pada awalnya, biomassa dikenal sebagai sumber energi ketika manusia
membakar kayu untuk memasak makanan atau menghangatkan tubuh pada musim
dingin. Kayu merupakan sumber energi biomassa yang masih lazim digunakan tetapi
sumber energi biomassa lain termasuk bahan makanan hasil panen, rumput dan
tanaman lain, limbah dan residu pertanian atau pengolahan hutan, komponen organik
limbah rumah tangga dan industri, juga gas metana sebagai hasil dari timbunan
sampah. Sebagai bahan bakar, biomassa perlu diolah terlebih dahulu agar dapat
dengan mudah dipergunakan. Proses ini dikenal sebagai konversi biomassa. Beberapa
proses tersebut adalah dengan mengubah biomassa menjadi briket sehingga mudah
disimpan, diangkut, dan mempunyai ukuran dan kualitas yang seragam. Jenis
konversi lain adalah mengubah biomassa melalui proses kimia dan fisika seperti
anaerobic digestion (peruraian tanpa bantuan oksigen) yang menghasilkan gas
metana, pirolisis (dekomposisi menggunakan panas) yang menghasilkan produk
bahan bakar padat berupa karbon dan produk lain berupa karbon dioksida dan
metana. Biomassa merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang jumlahnya
melimpah dan dapat diolah sebagai bahan bakar padat atau diubah ke dalam bentuk
cair atau gas.
Potensi biomassa yang bisa digunakan sebagai sumber energy sangat
melimpah. Limbah yang berasal dari hewn maupun tumbuhan semuanya potensial
untuk dikembangkan. Potensi bioenergi yang berasal dari limbah biomassa di
Indonesia hanya dimanfaatkan sekitar 3,25% dari potensi yang ada. Pemanfaatan
energi dari limbah biomasa ini, sangat diperlukan oleh industri-industri yang suplai
energi nya bergantung kepada BBM (Bahan Bakar Minyak). Karena semenjak
rencana pemerintah mengurangi subsidi BBM untuk industri, beban ongkos produksi
yang ditanggung oleh industri menjadi meningkat, akan tetapi peningkatan ongkos
produksi tidak diikuti dengan peningkatan daya beli maysarakat, sehingga
menurunkan keuntungan bagi perusahaan. Usaha-usaha untuk menurunkan biaya
BBM oleh peusahaan-perusahaan dalam negeri sudah mulai dilakukan. Selain
peningkatan efesiensi, pemanfaatan limbah biomasa sebagai bahan bakar pengganti
BBM, mulai dikembangkan.
Di lapangan, untuk beberapa jenis limbah biomasa sudah digunakan secara
tradisonal sebagai bahan bakar baik yang digunakan untuk kebutuhan bahan bakar
boiler atau industri skala kecil atau rumah tangga. Potensi yang besar adalah
pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit menjadi bioethanol , yang selama ini hanya
dimanfaatkan sebagai pupuk atau dibakar begitu saja. Bioetanol yang digunakan
sebagai bahan bakar mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya lebih ramah
lingkungan, karena bahan bakar tersebut memiliki nilai oktan 92 lebih tinggi
dibandigkan premium yang nilai oktannya 88, tetapi lebih rendah dibandingkan
dengan pertamx yang nilai oktannya 94. Pemilihan bahan dasar ini (tandan kosong
kelapa sawit) dikarenakan ketersediaan yang melimpah di Indonesia sehingga dapat
dijadikan energi alternative.
Selain pemanfaat menjadi bioethanol, Pemanfaatan biomassa juga bisa
menjadi biogasn dengan menggunakan kotoran ternak, Pemanfaatan kotoran ternak
merupakan pilihan yang tepat dalam rangka penyediaan energi yang terbarukan,
murah, dan ramah lingkungan. Proses ini merupakan peluang besar untuk
menghasilkan energi alternatif sehingga akan mengurangi dampak penggunaan bahan
bakar fosil. Kotoran ternak yang dijadikan biogas mempunyai berbagai manfaat, yaitu
dapat menghasilkan gas sebagai sumber energi, menjaga kelestarian lingkungan,
mengurangi polusi dan meningkatkan kebersihan dan kesehatan. Untuk menuai hasil
yang signifikan, memang diperlukan gerakan secara massal, terarah, dan terencana
meliputi pengembangan teknologi, penyuluhan, dan pendampingan. Dalam jangka
panjang, gerakan pengembangan biogas dapat membantu penghematan sumber daya
minyak bumi dan sumber daya kehutanan.
Semua jenis energi di alam baik itu yang tak terbarukan maupun terbarukan
pastinya tak lepas dari dampak yang ditimbulkan. Begitu juga dengan energi
biomassa tentu mempunyai dampak baik itu dampak positif maupun negatif.
a) Dampak Positif
Ada banyak sumber energi alternatif yang dapat dikembangkan. Biomassa
pun bisa dijadikan salah satu alternatif yang menjanjikan. Pemanfaatan energi
biomassa sebagai sumber energi mempunyai kelebihan atau dampak positif, antara
lain:
1. Merupakan sumber energi paling murah karena jumlahnya melimpah tersedia
di alam bisa dikatakan gratis
2. Dapat diperoleh dengan mudah misalnya sampah atau limbah disekitar kita
3. Biaya operasional sangat rendah, hal ini karena bahan baku tersedia melimpah
dan gratis
4. Tidak mengenal masalah limbah karena dari limbah justru akan diperoleh
energy biomassa
5. Proses produksinya lebih ramah lingkungan karena proses pembakarannya
lebih sempurna, tidak meninggalkan residu atau sisa pembakaran semisal
CO2.
6. Tidak menyebabkan efek rumah kaca atau global warming
7. Tidak terpengaruh kenaikkan harga bahan bakar (Jarass,1980).
8. Mengurangi polusi udara; pembakaran biomassa dari limbah pertanian
dilakukan di dalam ruang bakar menggunakan boiler untuk mengurangi efek
polusi asap karena pembakaran dalam industri menggunakan peralatan
kendali polusi untuk mengendalikan asap, sehingga lebih efisien dan bersih
daripada pembakaran langsung.
9. Mengurangi hujan asam dan kabut asap; Melalui pembakaran biomassa efek
hujan asam ini akan direduksi, karena pembakaran biomassa akan
menghasilkan partikel emisi asam sulfur (SO2) dan nitrogen oksida (NOx)
yang lebih sedikit dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil.
Pembakaran biomasa lebih efisien dan sempurna bila diproses melalui
karbonisasi karena akan menghasilkan bahan bakar yang terbebas dari volatile
matter atau gas mudah terbakar.(www.kamase.org)
b) Dampak Negatif
1. Ekonomi
Dari segi ekonomi terutama biomassa yang diperoleh dari bahan baku pangan
semisal gandum, tebu dan jagung akan memberikan dampak samping salah satunya
naiknya harga bahan baku pangan. Penyebabnya macam-macam. Di Jerman
misalnya, produksi listrik biomassa mendapat subsidi pemerintah kata ahli biologi Dr.
Andre Baumann: Ini memicu persaingan antar petani yang menanam gandum untuk
pangan dan petani biomassa. Selama ini, produsen gandum untuk biomassa mendapat
keuntungan lebih besar daripada petani biasa. Baru belakangan ini, dengan naiknya
harga untuk susu dan gandum, petani biasa dapat bersaing dengan petani biomassa.
Produsen biogas tak lagi dapat membeli bahan dasar gandum dengan harga murah
seperti dalam lima tahun terakhir. Di Jerman, 100 kilogram gandum menghasilkan
energi biomassa seharga 25 Euro. Tapi bila gandum tersebut dijual sebagai bahan
baku pangan, harganya hanya 18 Euro. Kini di sejumlah negara muncul kekuatiran
bahwa para petani bahan pangan beralih ke produksi tanaman untuk biomassa.
Padahal, produksi bahan pangan saat ini saja belum mencukupi untuk menutup
kebutuhan pangan dunia.
2. Lingkungan
Dampak lain penanaman produk pertanian untuk biomassa adalah kerusakan
pada alam. Andre Baumann yang menjabat ketua Organisasi Lingkungan Hidup
Jerman NABU menegaskan produksi tanaman untuk biomassa harus memenuhi
standar amdal: Biomassa sudah digunakan selama ratusan tahun. Tapi dulu produk
biomassa tidak diangkut dengan truk atau pesawat sampai tempat tujuan. Sekam
gandum atau sisa tanaman lainnya digunakan di pertanian yang sama sehingga
membentuk lingkaran yang tertutup. Tapi sekarang, manusia memakai truk dan kapal
laut untuk mengangkut kelapa sawit dari kawasan tropis ke Eropa, ini menyebabkan
siklus penggunaan biomassa tidak lagi tertutup Contohnya di Benua Hitam Afrika.
Pakar lingkungan dari Institut Pertanian untuk Kawasan Tropis dan Subtropis
Universitas Hohenheim Joachim Sauberborn menjelaskan „Di Afrika sumber daya
alam yang dapat diperbarui luas digunakan. Banyak warga masih memakai kayu
untuk memasak. Namun, dampak negatifnya adalah kerusakan kawasan hutan karena
penebangan yang tidak terkontrol. Hilangnya vegetasi hutan menyebabkan pengikisan
lapisan tanah yang subur. Akibatnya, lahan pertanian pun makin berkurang.“Untuk
mendapatkan lahan pertanian baru, penduduk Afrika membuka hutan. Akibatnya
siklus kerusakan alam terus berlanjut. Penebangan pohon-pohon untuk lahan
pertanian menyebabkan karbondioksida dilepaskan ke udara. Padahal karbondioksida
atau CO2 adalah salah satu gas rumah kaca penyebab pemanasan global.

Sumber :Febijanto, I. 2007. Potensi Biomassa Indonesia Sebagai Bahan Bakar


Pengganti Energi Fosil. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia.
Vol. 9 No. 2
Hariansyah, M. 2009. Pemanfaatan Kotoran Ternak Sapi Sebagai Penghasil
Biogas. Jurnal Teknik. Vol. 8. No. 1.
Kholiq, I. 2015. Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Energi Terbarukan
Untuk Mendukung Subtitusi BBM. Jurnal IPTEK. Vol. 19. No.
2
Nasution, H. S. H. C. G. J. 2014. Pertumbuhan Bibit kelapa sawit (Elseis
guineensis Jacq.) Pada berbagai perbandingan media tanam
solid decanter dan tandan kosong kelapa sawit pada sistem
sigle stage. Jurnal online Agroteknologi, 2(2), pp. 691-701.
Papilo P, dkk. 2016. Penilaian Potensi Biomassa Sebagai Alternatif Energi.
Jurnal PASTI. Vol 9. No. 2

Anda mungkin juga menyukai