Anda di halaman 1dari 16

Kelompok 5 : 1.

Hellyatunisa
2. Maulidya Muslimah
3. Najimatul El Husna
4. Maryana
5. Rindah Listiyanti
Tugas : Bioteknologi
Materi : Resuman Bioteknologi Bidang Lingkungan

PENGERTIAN

BIOMASSA
A. Pengertian Biomassa
Biomassa adalah material biologis yang berasal dari suatu kehidupan, atau organisme
yang masih hidup yang berstruktur karbon dan campuran kimiawi bahan organik yang
mengandung hidrogen, nitrogen, oksigen, dan sejumlah kecil dari atom-atom & elemen-
elemen lainnya (Pnpm mandiri dalam Alponsin, 2018). Selain itu ada juga yang
menerjemahkan bahwa Biomassa merupakan bahan biologis yang berasal dari organisme
atau makhluk hidup. Dalam berbagai situasi, biomassa juga didefinisikan sebagai bahan-
bahan organik berumur relatif muda yang berasal dari tumbuhan atau hewan, baik yang
terbentuk dari hasil produksinya, sisa metabolismenya, ataupun limbah yang di hasilkannya.
Biomassa dapat di peroleh dari berbagai bidang industri budidaya, baik pertanian,
perkebunan, kehutanan, peternakan, maupun perikanan. Biomassa adalah limbah dari industri
setempat yang dapat dimanfaatkan dalam mengatasi masalah limbah. Biomassa adalah bahan
energi yang dapat diperbaharui karena dapat diproduksi dengan cepat. Karena itu, bahan
organic yang diproses dari proses geologi seperti minyak dan batubara tidak termasuk dalam
biomassa. Biomassa umumnya memiliki kadar volatile yang relative tinggi (sekitar 60-80%,
sehingga lebih reaktif dari batubara), dengan kadar karbon tetap yang rendah dan kadar abu
yang lebih rendah dari batubara (Alponsin, 2018).
B. Sejarah Perkembangan Pemanfaatan Biomassa
Biomassa adalah bahan bakar organic yang dihasilkan dari proses fotosintesis, baik
berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa yaitu tanaman, pepohonan, rumput, ubi,
limbah hutan, tinja, dan kotoran hewan. Awalnya, biomassa digunakan untuk memenuhi
tujuan primer seprti serat, bahan pangan, pakan ternak, minyak nabati, dan bahan bangunan.
Namun lama-kelamaan, biomassa digunakan sebagai bahan energi (bahan bakar). Biomassa
berupa kayu bakar dan limbah pertanian adalah sumber energi tertua. Sampai saat ini,
biomassa sebagai sumber energi masih mengambil peran besar terutama pada negara
berkembang. Dikutip dari data shell briefing servive (1980) mengatakan bahwa konsumsi
energi biomassa di negara berkembang (tidak termasuk negara OPEC) pada tahun 1977
adalah 2.6 BOE per kapita per tahun atau sekitar 54% dari konsumsi energi keseluruhan (Tim
PPPPTK Bidang Mesin dan Keahlian, 2011).
C. Konversi Biomassa
1. Konversi Biomassa menjadi panas
Konversi biomassa menjadi panas umumnya dilakukan dari proses pembakaran.
Pembakaran dapat bersumber pada sumber biomassa secara langsung atau dengan produk
turunannya, berupa arang. Pembakaran adalah konversi klasik dimana biomassa menjadi
energi panas pembakaran, dalam hal ini biomassa digunakan sebagai bahan bakar pada
bentuk aslinya. Energi panas yang dihasilkan dapat langsung dimanfaatkan atau diubah
menjadi bentuk lain, seperti; energi listrik, energi mekanis, dan pendinginan, dengan
langkah konversi yang lebih panjang. Kayu hingga saat ini masih menjadi sumber energi
klasik biomassa. Untuk mengurangi bahan bakar kayu ini, maka dibuatlah beberapa
teknologi untuk mengurangi konsumsi pemakaian kayu, yaitu dengan membuat briket
arang yang terbuat dari limbah dan nonlimbah. Adapun beberapa bahan untuk membuat
briket arang diantaranya; sekam padi, kayu, limbah dari industri penggrajian, tempurung
kelapa, dan bahan organic lainnya.
2. Konversi Biomassa menjadi listrik
Konversi biomassa menjadi listrik adalah pengembangan dari konversi biomassa
menjadi energi panas. Energi panas yang dihasilkan dari pembakaran biomassa dapat
dikonversikan menjadi energi listrik dengan bantuan peralatan, seperti;
a. Boiler biomassa, sistem konversi boiler biomassa yaitu menggunakan biomassa untuk
menghasilkan panas dan listrik yang dapat digunakan untuk mendidihkan berbagai
macam material.
b. Gasifikasi, sistem konversi gasifikasi yaitu bahan bakar mentah yang diubah menjadi
gas yang dapat membakar, dibeberapa negara gas ini digunakan untuk bahan bakar
mesin diesel untuk pembangkit listrik (Tim PPPPTK Bidang Mesin & Keahlian, 2015).
Adapun beberapa keunggulan konversi biomassa menajdi energi listrik yaitu;
a. Biomassa adalah sumber energi yang murah dan sangat mudah untuk mendapatkan
bahan bakunya
b. Mengurangi jumlah sampah dan mengurangi dampak emisi gas rumah kaca sehingga
suhu di permukaan bumi dapat dikurangi
c. Memiliki sumber yang selalu baru (energi yang terbaharukan)
d. Sumber energi memiliki jumlah cadangan yang sangat besar
e. Teknologi pengolahannya tidak terlalu rumit (Pemayun, 2017)
3. Konversi Biomassa menjadi bioenergy
Pengembangan bioenergy atau bahan bakar nabati sebagai sumber energi alternatif
dapat berupa biodiesel, bioethanol, dan minyak nabati murni (Tim PPPPTK Bidang Mesin
& Keahlian, 2015).
D. Karakteristik Biomassa
Biomassa merupakan sumber energi yang dapat digunakan berulang kali dan bersifat
tidak terbatas apabila dilihat dari siklus dasar karbon dari proses fotosintesis. Terbaharui dan
berkelanjutan tidak selalu memiliki arti yang sama untuk setiap sumber energi. Sebab,
kemampuan tumbuhan untuk mendaur ulang adalah berbasis pada prinsip ekosistem yang
rumit. Karena itu, pada biomassa yang berasal dari lahan pertanian perlu diperhatikan
keseimbangan panen, laju pertumbuhan dan juga perlindungan lingkungan.
Adapun karakteristik bahan baku biomassa, yaitu;
1. Terbaharui
Terdapat 2 jenis sumber energi, yaitu tidak terbaharui (batubara, emas, dll) dan
yang terbaharui (sinar matahari, angin, surya, dan biomassa). Meskipun biomassa termasuk
sumber jenis aliran yang bersifat tidak terbatas, namun pada sumber energi yang berasal
dari biomassa dalam penggunaannya harus dibatasi dalam jangka waktu tertentu. Hal ini
karena adanya penggunaan yang berlebihan dapat mengakibatkan dampak tertentu,
misalnya saja dengan penggundulan hutan dapat menyebabkan ketidakberlanjutan sistem
energi keterbarukan ini.
2. Netral karbon
Bahan bakar biomassa juga menghasilkan CO2 melalui pembakaran. Namun, CO2
akan diserap kembali oleh tumbuhan dalam proses pertumbuhan. Hal tersebut dapat
dikatakan bahwa pelepasan CO2, sama dnegan pengikatan CO2 melalui proses
pertumbuhan.
3. Pertanian berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan merupakan penebangan kayu yang disesuaikan dengan
regenerasi hutan. Jadi, jumlah pohon yang ditebang sesuai dengan pohon baru yang
ditanam. Umumnya, penggunaan sumber biomassa harus sebanding dengan penyediaan
biomassa (Tim PPPPTK Bidang Mesin & Keahlian, 2015).

BIOFUEL
Biofuel adalah bahan bakar yang berasal dari biomassa. Biomassa berasal dari tumbuhan
dan hewan. Contoh biomassa yaitu kayu, tanaman dan produk pertanian, tumbuhan air, limbah
tumbuhan dan hewan (Filamon, 2010). Biomassa merupakan bahan biofuel yang dapat
diperbaharui. Dalam arti yang umum biofuel merupakan semua jenis bahan bakar padat, cair dan
gas yang berasal dari biomassa. Contoh biofuel padat yaitu kayu, arang dan ampas tebu. Contoh
biofuel gas yaitu gas metana. Gas metana dapat diperoleh dari fermentasi anaerobik kotoran
hewan. Contoh biofuel cair yaitu etanol, minyak tumbuhan dan biodiesel (Debalina and Ralph,
2013).
Biofuel adalah bahan bakar terbarukan yang menjanjikan. Biofuel dapat didefinisikan
secara luas sebagai bahan bakar padat, cair, atau gas yang mengandung atau berasal dari
biomassa. Definisi yang lebih sempit mendefinisikan biofuel sebagai cairan atau gas yang
bertindak sebagai bahan bakar transportasi yang diturunkan dari biomassa. Biofuel dianggap
sebagai bahan bakar alternatif yang penting karena dapat mengurangi emisi gas dan
meningkatkan ketahanan energi. Penggunaan minyak nabati (BBN) sebagai bahan bakar nabati
dimulai pada tahun 1895 ketika ia mulai. Rudolf Christian Karl Diesel telah mengembangkan
mesin bertenaga biofuel. Pada saat itu, BBN adalah minyak yang diperoleh langsung dari
ekstraksi sumur dan disaring dan dikeringkan. Bahan bakar minyak nabati mentah ditemukan di
Dr. Rudolf Christian Karl Diesel terbuat dari minyak nabati. Namun, karena produksi minyak
bumi yang melimpah dan biaya rendah pada waktu itu, bahan bakar nabati mesin diesel secara
bertahap digantikan oleh minyak diesel yang terbuat dari minyak bumi.
Selain itu, biofuel yang dominan trigliserida memiliki viskositas kinematik yang jauh
lebih tinggi daripada bahan bakar diesel. Viskositas bahan bakar yang tinggi membuat bahan
bakar sulit mengalir ke ruang bakar, yang dapat mempengaruhi kualitas pembakaran dan
performa mesin. Jika Anda menggunakan biofuel secara langsung, Anda harus mengubah mesin
diesel terlebih dahulu. Misalnya, menambahkan pemanas biofuel untuk mengurangi viskositas.
Pemanas dipasang di depan sistem pompa dan injektor. Pada , biofuel digunakan di berbagai
negara, dan industri biofuel meluas ke Eropa, Amerika Serikat dan Asia. Sebagai contoh, India
sedang mengembangkan biodiesel dari tanaman jarak pagar (Jatropha). Kebanyakan biofuel
digunakan dalam lalu lintas mobil. India bertujuan untuk menggunakan 5% bioetanol sebagai
bahan bakar untuk transportasi, dan Cina, produsen utama etanol di Asia, bertujuan untuk
menggunakan 15% bioetanol sebagai bahan bakar untuk transportasi pada tahun 2010. Saya.
Biofuel dapat dengan cepat dibuat dari sumber karbon dan dari biomassa. Sebagai negara agraris,
Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan industri biofuel sendiri. Awalnya, bahan
baku berupa tanaman energi akan tersebar di seluruh Indonesia, dari Saban hingga Merauke.
Produksi tanaman energi juga cenderung meningkat dari tahun ke tahun, sehingga Anda tidak
perlu khawatir akan kehabisan sumber energi nabati tersebut. Misalnya, areal perkebunan tebu
dan singkong yang tumbuh pesat dari tahun ke tahun. Kedua jenis tanaman tersebut merupakan
sumber produksi bioetanol.

BIOETHANOL

BIOGAS
Biogas adalah proses menghasilkan biogas dari bahan organik dengan bantuan bakteri.
Penguraian bahan organik bebas oksigen ini dikenal sebagai fermentasi anaerobik, di mana gas
yang dihasilkan terutama dalam bentuk metana (lebih dari 50%). Bahan organik yang
dikumpulkan dalam fermentor (reaktor) didekomposisi dalam dua tahap dengan bantuan dua
jenis bakteri. Pada langkah pertama, bahan organik dipecah menjadi asam lemah dengan bantuan
bakteri pembentuk asam. Bakteri ini memecah limbah pada tingkat hidrolisis dan pengasaman.
Hidrolisis adalah pemecahan senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang seperti lemak,
protein, dan karbohidrat menjadi senyawa sederhana. Asfiksia, di sisi lain, adalah pembentukan
asam dari senyawa sederhana. Setelah bahan organik diubah menjadi asam, tahap kedua dari
proses fermentasi anaerobik adalah pembentukan gas metana dengan bantuan bakteri
metanogenik seperti methanococcace, methanosarcina dan methanobacterium. Perkembangan
proses pencernaan anaerobik telah terbukti dalam banyak aplikasi. Proses ini memiliki
kemampuan untuk mengubah sampah/limbah yang melimpah dan tidak berguna menjadi produk
yang lebih bernilai. Penerapan pencernaan anaerobik telah terbukti dalam pengolahan limbah
industri, limbah pertanian, kotoran hewan dan limbah kota (MSW).
Generator biogas anaerobik pertama dibangun pada tahun 1900. Pada akhir abad ke-19,
selama dua Perang Dunia, Jerman dan Prancis mempelajari produksi gas metana sebagai biogas.
Selama Perang Dunia II, banyak petani di Inggris dan benua Eropa membuat generator biogas
kecil yang digunakan untuk menggerakkan traktor. Penggunaan biogas dihapuskan pada tahun
1950-an karena kemudahan pengadaan bahan bakar dan harga yang murah. Namun, negara-
negara berkembang selalu membutuhkan sumber energi yang murah dan tersedia. Untuk alasan
ini, India telah memproduksi biogas sejak abad ke-19. Saat ini, negara berkembang lainnya
seperti China, Filipina, Korea Selatan, Taiwan dan Papua Nugini sedang melakukan berbagai
penelitian dan pengembangan pembangkit biogas. Selain di negara berkembang, teknologi
biogas juga telah dikembangkan di negara maju seperti Jerman.
Ada berbagai jenis pengolahan biogas, besar dan kecil. Keduanya membutuhkan bahan
baku yang sama: kotoran dan sampah organik. Perbedaannya adalah banyak digunakan untuk
memberikan energi kepada masyarakat luas dalam lebih banyak aktivitas dan pekerjaan.
Misalnya, pembangkit listrik lokal. Meskipun yang lebih kecil digunakan untuk menghemat
energi untuk bisnis dan aktivitas yang lebih pribadi. Misalnya, salah satu bahan bakar yang
digunakan untuk membuat donat di pabrik donat. Berikut ini adalah contoh metode produksi
biogas.
1. Kotoran sapi beratnya sekitar 1 kg, atau dibungkus dengan plastik kemudian dikubur di dalam
tanah selama kurang lebih 13 bulan
2. Buat wadah di lokasi BDig Generated yang bisa menggali tanah dan puing-puing Jangan lupa
untuk membuat lubang dll untuk mengalirkan gas melalui selang
3. Letakkan kotoran sapi pada tempat yang telah ditentukan dan tambahkan kotoran sapi atau
bahan organik lainnya. Hingga kotoran sapi dipecah oleh bakteri.
Proses Kerja Biogas di dalam digester bakteri-bakteri methan mengolah limbah bio atau
biomassa dan menghasilkan biogas methan. Dengan pipa yang didesain sedemikian rupa, gas
tersebut dapat dialirkan ke kompor yang terletak di dapur. Gas tersebut dapat digunakan untuk
keperluan memasak dan lain-lain. Biogas dihasilkan dengan mencampur limbah yang sebagian
besar terdiri atas kotoran ternak dengan potongan-potongan kecil sisa-sisa tanaman, seperti
jerami dan sebagainya, dengan air yang cukup banyak.
Untuk pertama kali dibutuhkan waktu lebih kurang dua minggu sampai satu bulan
sebelum dihasilkan gas awal. Campuran tersebut selalu ditambah setiap hari dan sesekali diaduk,
sedangkan yang sudah diolah dikeluarkan melalui saluran pengeluaran. Sisa dari limbah yang
telah dicerna oleh bakteri methan atau bakteri biogas, yang disebut slurry atau lumpur,
mempunyai kandungan hara yang sama dengan pupuk organik yang telah matang sebagaimana
halnya kompos sehingga dapat langsung digunakan untuk memupuk tanaman, atau jika akan
disimpan atau diperjualbelikan dapat dikeringkan di bawah sinar matahari sebelum dimasukkan
ke dalam karung.
Manfaat dan Kelebihan yang dimiliki Biogas:
1. Biogas merupakan energi tanpa menggunakan material yang masih memiliki manfaat
termasuk biomassa sehingga biogas tidak merusak keseimbangan karbondioksida yang
diakibatkan oleh penggundulan hutan (deforestation) dan perusakan tanah.
2. Energi biogas dapat berfungsi sebagai energi pengganti bahan bakar fosil sehingga akan
menurunkan gas rumah kaca di atmosfer dan emisi lainnya.
3. Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang keberadaannya duatmosfer akan
meningkatkan temperatur, dengan menggunakan biogas sebagai bahan bakar maka akan
mengurangi gas metana di udara.
4. Limbah berupa sampah kotoran hewan dan manusia merupakan material yang tidak
bermanfaaat, bahkan bisa menngakibatkan racun yang sangat berbahaya. Aplikasi anaerobik
digestion akan meminimalkan efek tersebut dan meningkatkan nilai manfaat dari limbah.
5. Selain keuntungan energi yang didapat dari proses anaerobik digestion dengan menghasilkan
gas bio, produk samping seperti sludge. Meterial ini diperoleh dari sisa proses anaerobik
digestion yang berupa padat dan cair. Masing-masing dapat digunakan sebagai pupuk berupa
pupuk cair dan pupuk padat.

BIODIESEL
A. Pengertian Biodiesel
Biodiesel adalah bahan bakar alternatif potensial yang diperoleh dari minyak
tumbuhan, lemak binatang atau minyak bekas yang diolah melalui esterifikasi dengan alkohol.
Penggunaan istilah biodiesel telah memperoleh persetujuan dari Department of Energi (DOE),
Environmental Protection Agency (EPA) dan American Society of Testing Material (ASTM).
Menurut American Society of Testing Material (ASTM), biodiesel merupakan mono-alkil
ester yang terdiri dari asam lemak rantai panjang yang didapatkan dari lemak terbarukan,
seperti minyak nabati dan lemak hewani.
Mono-alkil ester dapat berupa metil ester atau etil ester, hal tersebut ditentukan oleh
sumber alkohol yang digunakan. Metil ester atau etil ester adalah senyawa yang relatif stabil,
berwujud cairan pada suhu ruang (titik leleh antara 4° – 18°C), berisfat nonkorosif, dan titik
didihnya rendah. Penggunaan biodiesel untuk mesin diesel dapat dilakukan tanpa
memodifikasi. Di pasaran, biodiesel ditulis dengan kode tertentu, seperti B100 yang
menunjukkan jika biodiesel tersebut 100% murni atau B20 yang menyatakan persentase
komposisi campuran biodiesel 20% dan solar 80%.
B. Bahan Baku Biodiesel
Sesuai dengan definisinya, biodiesel diperoleh dari minyak nabati dan hewani. Tidak
seperti bioetanol yang menghasilkan kandungan seragam meski berbeda bahan baku, sumber
bahan baku pembuatan biodiesel akan menentukan sifat kimia yang berbeda satu dengan yang
lainnya. Penggunaan bahan baku dari tumbuhan lebih dominan dan telah digunakan untuk
skala industri. Misalnya, biodiesel dari minyak kelapa sawit yang menjadi salah satu bahan
baku yang cukup produktif. Akan tetapi, penggunaan minyak kelapa sawit berdampak
terhadap peningkatan harga jual produk-produk lain yang berbahan baku sama, seperti
minyak goreng. Penggunaan bahan baku dari tumbuhan lebih dominan dan telah digunakan
untuk skala industri. Misalnya, biodiesel dari minyak kelapa sawit yang menjadi salah satu
bahan baku yang cukup produktif. Akan tetapi, penggunaan minyak kelapa sawit berdampak
terhadap peningkatan harga jual produk-produk lain yang berbahan baku sama, seperti
minyak goreng.
C. Manfaat Biodiesel Sebagai Energi Alternatif
Biodiesel adalah salah satu pilihan energi alternatif pengganti energi fosil.
Penggunaannya akan memberikan manfaat berikut ini:
1. Mengurangi pencemaran hidrokarbon yang tidak terbakar, karbon monoksida, sulfur dan
hujan asam
2. Biodiesel yang berasal dari minyak goreng bekas akan mengurangi beban sampah atau
limbah bagi lingkungan
3. Biodiesel yang berasal dari tumbuhan (nabati) tidak menghasilkan gas karbondioksida
setinggi bahan bakar fosil
4. Energi dari mesin diesel yang menggunakan biodiesel lebih sempurna dibanding
menggunakan solar
5. Pembakaran biodiesel cenderung tidak mengjasilkan asam hitam seperti pembarakn solar.
Selain itu, aroma khas pembakaran biodiesel mirip dengan aroma minyak bekas
menggoreng makanan
D. Kelebihan dan Kekurangan Biodiesel
Sebagai alternatif sumber energi, biodiesel memiliki kekurangan dan kelebihan
sebagai berikut:
1. Kelebihan
Biodiesel dapat digunakan pada mesin diesel tanpa melakukan perubahan, serta
menghasilkan tingkat polusi yang lebih rendah daripada solar. Biodiesel dianggap tidak
menyumbang pemanasan global sebanyak bahan bakar fosil. Pembakaran biodiesel
menghasilkan hidrokarbon yang tidak terbakar, karbon monoksida, partikulat, dan udara
beracun yang lebih rendah dibandingkan dengan pembakaran bensin. Menurut National
Biodiesel Board, keuntungan yang didapatkan ketika menggunakan biodiesel adalah:
a. Biodiesel dapat langsung dipakai pada motor diesel tanpa melakukan modifikasi
signifikan dan memiliki risiko kerusakan yang sangat kecil
b. Biodiesel mempunyai efek pelumasan yang lebih baik daripada solar. Berdasarkan
perhitungan, penambahan 1% biodiesel dapat meningkatkan pelumasan sekitar 30%
c. Biodiesel memberikan konsumsi bahan bakar, horse power, dan torsi yang hampir sama
dengan solar
d. Biodiesel dapat diperbarui dan memiliki siklus karbon yang tidak menyebabkan
pemanasan global. Emisi CO2 secara keseluruhan berkurang sebesar 78% dibandingkan
dengan mesin diesel yang menggunakan bahan bakar fosil
2. Kekurangan
Kelemahan biodiesel disebabkan oleh faktor sumber bahan baku pembuatannya.
Pada umumnya, bahan baku biodiesel yang menggunakan tanaman pangan akan
menyebabkan peningkatan harga pangan dan kemungkinan menimbulkan kelaparan
apabila ketersediaan sumber daya yang terbatas.
E. Proses Produksi Biodiesel
Pembuatan biodiesel dilakukan dengan cara mereaksikan lemak (triglyceride) dengan
alkohol melalui proses transeterifikasi. Proses ini akan menghasilkan biodiesel dan gliserol
(glycerol) sebagai produk sampingan. Proses ekstraksi dilakukan untuk mengambil minyak
dari bahan baku, baik melalui proses pemerasan atau menggunakan pelarut CO2 serta
pemurnian triglyceride dari komponen FFA dan air. Adanya kandungan air akan
menyebabkan triglyceride mengalami hidrolisis menjadi FFA dan berekasi dalam
transesterifikasi menghasilkan sabun. Proses transesterifikasi adalah reaksi reversibel yang
hasilnya ditentukan oleh penggunaan jumlah methanol. Proses ini dibantu katalis NaOH
(Sodium Hydroxide) atau KOH (Potassium Hydroxide) agar tercipta suasana basa.
F. Penggunaan Biodiesel
Biodiesel dapat digunakan dalam kondisi murni atau berupa campuran dengan solar
(petrodiesel). Pertamina sebagai penyedia suplai bahan bakar di Indonesia saat ini
menyediakan biosolar dengan kandungan 2,5%. Bahan bakar biodiesel memiliki sifat
lubrikasi, sehingga dapat melindungi komponen mesin dari keausan. Akan tetapi, biodiesel
memiliki dampak buruk bagi komponen mesin yang terbuat dari karet, tembaga, timah,
sengan dan besi. Umumnya, komponen mesin mobil uang diproduksi sebelum tahun 1992
memiliki toleransi rendah terhadap biodiesel. Selain itu, biodiesel juga memiliki angka cetane
lebih tinggi dari solar. Oleh karena itu, cocok digunakan untuk mesin diesel kecepatan tinggi
karena dapat menurunkan jeda pengapian.
G. Efisiensi Mesin dan Emisi
Mesin diesel sendiri tercipta karena upaya meningkatkan efisiensi mesin bensin. Rata-
rata mesin memiliki efisien sekitar 40%, sedangkan mesin diesel memiliki efisiensi 100%
lebih baik dari mesin bensin yang hanya 15% hingga 20%. Selain itu, densitas enerdi dari
bahan bakar diesel juga lebih tinggi dibanding bahan bakar bensin. Secara umum, mesin
diesel memiliki fuel efficiency (jarak tempuh terhadap konsumsi bahan bakar) lebih tinggi
dibanding mesin bensin.
Secara teori, biodiesel tidak mengandung sulfur dan dikategorikan sebagai Ultra-low
sulfur diesel (ULFD) dengan kandungan maksium sulfur 50 ppm (standar emisi EURO IV).
Dari angka tersebut, pembakaran biodiesel menghasilkan emisi sulfur dalam jumlah yang
sangat kecil, meski menghasilkan emisi NOx yang lebih besar dari petrodiesel. Menurut data
EPA (Environmental Protection Agency) pembakaran 1 liter biodiesel menghasilkan sekitar
2.7 kg gas karbondioksida (Mardiana, 2019).

BIOREMEDIASI
A. Pengertian Bioremediasi
Bioremediasi berasal dari kata bio dan remediasi. Bio berarti kehidupan, sedangkan
remediasi berarti tindakan atau proses penyembuhan. Sehingga bioremediasi bisa dimaknai
sebagai tindakan penyembuhan lingkungan menggunakan makhluk hidup. Bioremediasi
berasal dari kata bio dan remediasi. Bio berarti kehidupan, sedangkan remediasi berarti
tindakan atau proses penyembuhan. Sehingga bioremediasi bisa dimaknai sebagai tindakan
penyembuhan lingkungan menggunakan makhluk hidup.
B. Jenis bioremediasi
Berdasarkan wilayah remediasinya, bioremediasi dibedakan menjadi dua yaitu
bioremediasi ex-situ dan bioremediasi in-situ. Berikut penjelasannya:
1. Bioremediasi ex-situ
Bioremediasi ex-situ adalah usaha pemulihan lingkungan dengan melakukan penggalian
dan membawa unsur yang tercemar tersebut untuk dipulihkan di tempat lain. Dilansir dari
National Center for Biotechnology Information, ada empat cara untuk melakukan
bioremediasi ex-situ yaitu:
a. Biopile yaitu penimbunan di atas galian tanah yang tercemar, diikuti dengan
penambahan nutrisi, dan aerasi untuk meningkatkan aktivitas mikroba. Dalam biopile
juga dapat dilakukan sistem pemanas agar diodegradasi berjalan dengan lebih cepat.
b. Windrow merupakan teknik bioremediasi yang dilakukan dengan pembalikan tumpukan
tanah yang tercemar secara berkala. Pembalikan tanah ini dibarengi dengan peningkatan
aerasi dan juga nutrisi yang akan mempercepat biodegradasi oleh mikroba.
c. Bioreaktor ialah teknik bioremediasi yang dilakukan dalam sebuah tanki besar. Tanki
besar tersebut memiliki kondisi yang terkendali bagi mikroba untuk bertahan hidup,
sehingga biodegradasi bisa berjalan dengan cepat.
d. Land farming adalah teknik bioremediasi ex-situ yang paling sederhana. Dalam land
farming, tanah yang tercemar akan diambil dan dicampur dengan nutrisi seperti
nitrogen, fosfor, dan kalium untuk merangsang aktivitas mikroorganisme. Tanag
tersebut kemudian dicampurkan ke tanah lain yang belum terkontaminasi.
2. Bioremediasi in situ
Bioremediasi in-situ adalah teknik pemulihan lingkungan yang dilakukan secara
langsing di lokasi pencemarannya. Dilansir dari Bioclear Earth, beberapa jenis
bioremediasi in-situ adalah:
a. Biostimulasi adalah teknik bioremediasi yang merangsang aktivitas mikroba asli.
Biostimulasi dilakukan dengan cara menambahkan nutrisi, meningkatkan kelembaban,
dan mengatur suhu untuk merangsang pertumbuhan mikroba.
b. Biosparging yaitu teknik bioremediasi dengan cara menyuntikan oksigen ke dalam
tanah untuk meningkatkan aktivitas bakteri aerob. Biosparging biasa digunakan untuk
membersihkan minyak dan senyawa aromatic seperti benzene, toluene, dan naftalena
dalam tanah.
c. Fitoremediasi merupakan bioremediasi in-situ yang menggunakan tanaman untuk
memulihkan lingkungan dari polutan. Akar tumbuhan dapat menyerap polutan dan
mengeluarkannya dari lingkungan. Tumbuhan yang digunakan dalam fitoremediasi
disesuaikan dengan zat kontaminan yang akan dibersihkan (Nurul Utami, 2021).

FITOREMEDIASI
A. Fitoremediasi
Fitoremediasi berasal dari bahasa Yunani Phyton yang berarti tumbuhan dan
remediation yang berarti memperbaiki.menyembuhkan atau membersihkan sesuatu. Sehingga
fitoremediasi adalah suatu sistem dimana tanaman tertentu yang bekerja sama dengan
mikroorganisme dalam media (tanah, koral dan air) dapat mengubah zat kontaminan
(pencemar/polutan) menjadi kurang atau tidak berbahaya bahkan menjadi bahan yang berguna
secara ekonomi. Singkatnya fitoremidiasi adalah penggunaan tanaman-tanaman tertentu
dengan bagian-bagiannya untuk dekontaminasi limbah dan masalah-masalah pencemaran
lingkungan baik secara ex-situ menggunakan kolam buatan atau in-situ pada tanah atau daerah
yang terkontaminasi limbah (Subroto, 1996).
Keuntungan fitoremediasi yaitu alternatif yang murah dibandingkan remediasi fisiko-
kimia maupun bioremediasi yang menggunakan bakteri, kapang, dan jamur. Keterbatasan
fitoremediasi yaitu berhubungan dengan batasan konsentrasi kontaminan yang dapat ditolerir
oleh tanaman, maslaah kebocoran kontaminan yang larut dalam air dan lamanya waktu yang
diperlukan alam fitoremediasi tanah yang tercemar.
Tumbuhan yang digunakan seperti eceng gondok dengan fitoremediasi phospat. Hasil
penelitian sebelumnya dikatakan bahwa eceng gondok memiliki kemampuan untuk mengolah
limbah baik logam berat, zat organik, ataupun anorganik. Tumbuhan lainnyaa seperti
Solanum nigrum, Anturium merah/kuning, alamanda kuning/ungu, akar wangi, bambu air,
padi-padian, pisang mas, dan lainnya.
1. Cara Berlangsungnya Fitoremediasi
Proses fitoremediasi berlangsung secara alami dengan 6 tahap proses yang
dilakukan tumbuhan terhadap zat kontaminan yaang berada disekitarnya yaitu:
a. Phytoacumulation (phytoextraction) yaitu proses tumbuhan menarik zat kontaminan
dari media sehingga berakumulasi disekitar akar tumbuhan.
b. Rhizofiltration yaaitu proses absorpsi atau pengendapan zat kontaaminaan oleh akar
untuk menempel pada akar.
c. Phytostabilization yaitu penempelan zat-zat kontaminan tertentu pada akar yang tidak
mungkin teresap kedalam batang tumbuhan. Zat tersebut menempel erat (stabil) pada
akar sehingga tidak akan terbawa aliran air dalam media.
d. Rhyzodegradation yaitu penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas microba yang
berada disekitar akar tumbuhan. Misalnya ragi, fungi dan bakteri.
e. Phytodegradation (phytotransformation) yaitu proses yang dilakukan tumbuhan
tumbuhan untuk menguraikan zat kontaminan yang memiliki rantai molekul kompleks
menjadi bahan yang tidak berbahaya dengan susunan molekul lebih sederhana yang
berguna bagi tumbuhan sendiri. Beberapa tanaman dapat mengeluarkan enzim berupa
bahan kimia untuk mempercepat proses degradasi.
f. Phytovolatization yaitu proses menarik dan transpirasi zat kontaminan oleh tumbuhan
dalam bentuk yang telah larut terurai sebagai bahan yang tidak berbahaya bagi untuk
selanjutnya diuapkan ke atmosfer.

Gambar Proses Fitoremediasi


Sumber: Utaka (2019)

2. Penyerapan Logam Berat Oleh Tumbuhan


Menurut Corseuil & Moreno (2000) mekanisme tumbuhan dalam menghadapi
toksikan yaitu:
a. Penghindaran (escape) fenologis, apabila pengaruh yang terjadi pada tanaman
musiman, tanaman dapat menyelesaikan siklus hidupnya pada musim yang cocok.
b. Ekslusi, tanaman mengenal ion yang bersifat toksikm dan mencegah penyerapan
sehingga tidak mengalami keracunan.
c. Penanggulangan (ameliorasi), tanaman mengabsorpsi ion tersebut, tetapi berusaha
untuk meminimumkan pengaruhnya. Jenisnya meliputi pembentukan kelat (chelation),
pengenceran, lokalisasi atau bahkan ekskresi.
d. Toleransi, tanaman dapat mengembangkan sistem metabolit yang dapat berfungsi pada
konsentrasi toksik tertentu dengan bantuan enzim.
Tanaman meremediasi polutan organik dengan tiga cara yaitu menyerap secara
langsung bahan kontaminan, mengakumulaso metabolisme ion non fitotoksik ke sel
tanaman dan melepaskan eksudat da enzim yang dapat menstimulasi aktivitas mikroba
serta menyerap mineral daerah rizosfer. Tanaman juga dapat menguapkan sejumlah air.
penguapan ini bisa mengakibatkan migrasi bahan kimia (Schnoor, dkk., 1995).

DAFTAR PUSTAKA

Alponsin, “Produksi Biomassa pada Tumbuhan”, https://alponsin.wordpress.com/2018/11/10/pr
oduksi-biomassa-pada-tumbuhan/ dalam Google.com. 2018.

Corseuil, HX & FN. Moreno, Phytoremediation Potential of Willow Trees for Aqyufers
Contaminated With Ethanol-Blended Gosaline, Pergamon Press: Elsevier Science Ltd,
2000.

Debalina, S.and Ralph, W. P., Chemicals from Biomass: Integrating Bioprocessors into
Chemical Production Complexes for Sustainable Development, Francis: CRC Press,
Taylor and Francis Group, 6000 Broken Sound Parkway NW, Suite 300 Boca Raton, FL,
2013.

Filamon, A U, Biofuels from Plant Oils, Jakarta,Indonesia.: The ASEAN Foundation, 2010.

Juanda, Asep dkk, Intisari Bahasa dan Sastra  Indonesia  untuk SMA, Bandung: Pustaka Setia,
2006.

Mardiana, Maya, “Biodiesel” https://rimbakita.com/biodiesel/ dalam Google.com. 2019.

Nurul Utami, Silmi, “Apa itu bioremediasi” https://amp.kompas.com/skola/read/2021/06/18/172
403069/apa-itu-bioremediasi dalam Google.com. 2021.

Pemayun, Anak Agung Gede Maharta, Karya Ilmiah: Pembangkit Tenaga Biomassa, Bali:
Fakultas Teknik Universitas Udayana, 2017.

Schnoor, dkk., Phytoremediation of Organic and Nutrient Contaminants, Environt Sci Technol,
1995.
Subroto, MA. 1996. Fitoremediasi. Dalam Prosiding Pelatihan dan Lokakarya Peranan
Bioremediasi Dalam Pengelolaan Lingkungan. Cibinong. 25 Juni 1996.

Tim PPPPTK Bidang Mesin dan Keahlian, Konversi Energi Biomassa, Jakarta: Kementerian
Pendidikan & Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru & Tenaga Kependidikan, 2015.

Utaka, “Fitoremediasi Cara Mengatasi Limbah Dengan Tanaman”,


https://www.utakatikotak.com. dalam Google.com. 2019.

Wijaya, Karna, Biofuel dari Biomassa, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2011.

Anda mungkin juga menyukai