PROGRAM PASCA SARJANA TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2014
Abstrak Biokonversi biomassa (lignoselulosa) menjadi bahan bakar (bioetanol) saat ini menjadi perhatian banyak peneliti karena kemampuannya sebagai bahan bakar alternatif pengganti bensin untuk keperluan transportasi. Biomassa yang digunakan berasal dari lignoselulosa seperti tanaman kayu, limbah pertanian,dan tumbuhan lainnya yang terdiri atas tiga komponen utama, yaitu selulosa,hemiselulosa dan lignin. Konversi bahan lignoselulosa menjadi etanol pada dasarnya terdiri atas perlakuan pendahuluan, hidrolisis selulosa menjadi gula, fermentasi gula menjadi etanol, dan pemurnian etanol melalui proses distilasi dan dehidrasi. Biaya produksi etanol masih cukup tinggi Oleh karena itu, berbagai penelitian dilakukan untuk memperbaiki proses produksi mulai dari tahap perlakuan pendahuluan, hidrolisis selulosa, fermentasi gula menjadi etanol sampai dengan pemurnian etanol. Dengan memperhatikan potensi biomassa lignoselulosa yang digunakan sebagai bahan baku utama. Teknologi konversi biomassa secara umum biomassa menjadi bahan bakar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu pembakaran langsung, konversi termokimiawi dan konversi biokimiawi. Dalam hal ini paper ini lebih menitikberatkan teknologi secara biokimia yang merupakan teknologi konversi menggunakan bantuan mikroba dalam menghasilkan bahan bakar atau bioethanol. Konversi biomassa sangat mempertimbangkan pemilihan biomassa agar diperoleh penanganan awal yang sesuai, pengolahan yang efektif,optimasi proses untuk konversi bioetanol. Review dari paper ini menjelaskan konversi lignoselulosa menjadi bahan bakar dengan proses biokimia atau penggunaan mikroba sebagai point utama dalam konversi bioetanol. Diperlukan peran pemerintah untuk dapat mengembangkan potensi biomasa menjadi alternatif bahan bakar (bioetanol) seperti memberikan dukungan kepada instansi-instansi dan perguruan tinggi untuk dapat menemukan optimasi dan penanganan masalah yang terjadi dalam proses biokonversi lignoselulosa menjadi bioetanol.
Kata kunci: Biomasa , lignoselulosa, teknologi biokonversi, bioetanol.
Bab I. Pendahuluan Saat ini energi merupakan masalah utama dalam perkembangan ekonomi suatu negara. Persediaan kita hanya bergantung pada sumber energi fosil, salah satu upaya pemenuhan energi alternatif adalah konversi gula-gula sederhana (karbohidrat) menjadi hidrokarbon yang bisa dicampurkan untuk membentuk bahan bakar kendaraan (gasoline, diesel, dan lain-lain). Indonesia sebagai negara yang memiliki beragam kekayaan alam terbarukan sangat berpotensi menghasilkan bioenergi. Namun dalam pengembangannya, bahan bakar hayati yang dihasilkan menggunakan biomassa yang dapat digunakan sebagai bahan pangan. Bioetanol, misalnya, masih dibuat dari bahan berpati dan bergula yang merupakan bahan pangan. Hal ini akan berdampak buruk bagi penyediaan pangan. Jika BBN terus menerus dibuat dari bahan pangan, akan terjadi persaingan frontal antara penyediaan pangan dan energi. Untuk menghindari persaingan tersebut, telah dikembangkan teknologi Bahan Bakar Nabati (BBN) generasi kedua. Teknologi BBN generasi kedua adalah teknologi yang mampu memproduksi BBN, seperti biodiesel atau bioetanol, dari bahan lignoselulosa. Jika kita membudidayakan tanaman apapun, termasuk tanaman pangan (untuk menghasilkan gula, pati, minyak-lemak, dan sebagainya)dan bahan yang diproduksi terbesar oleh tanaman adalah lignoselulosa. Jika hasil- hasil pertanian dan perkebunan dipanen, bahan lignoselulosa akan tertinggal sebagai limbah pertanian atau sisa penggunaan tanaman dan biasanya kurang termanfaatkan. Hal ini menyebabkan lignoselulosa berpotensi digunakan sebagai bahan mentah produksi BBN. Ada beberapa faktor yang mendorong makin intensifnya dilakukan penelitian pemanfaatan bahan lignoselulosa menjadi sumber energi, dalam hal ini etanol. Pertama, kebutuhan dan konsumsi energi terus meningkat dari tahun ke tahun, sementara sumber daya alam yang dapat menghasilkan energi makin terkuras karena sebagian besar sumber energi saat ini berasal dari sumber daya alam yang tidak terbarukan, seperti minyak, gas, dan batu bara. Kedua, bioetanol memiliki karakteristik yang lebih baik dibandingkan dengan bensin karena dapat meningkatkan efisiensi pembakaran (Hambali et al. 2007) dan mengurangi emisi gas rumah kaca (Costello dan Chum 1998; DiPardo 2000; Kompas 2005; Hambali et al. 2007). Ketiga, bahan lignoselulosa tersedia cukup melimpah dan tidak digunakan sebagai bahan pangan sehingga penggunaannya sebagai sumber energi tidak mengganggu pasokan bahan pangan. Di samping itu, etanol juga merupakan bahan kimia yang banyak fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. Indonesia berpeluang untuk menciptakan pabrik BBN (generasi kedua) dan mungkin berskala kecil (tidak seperti kilang minyak bumi) karena akan terkendala biaya pengumpulan bahan mentah. Namun, kombinasi kedahsyatan biodiversitas, ketersediaan lahan dan juga tenaga kerja membuat Indonesia berpotensi menjadi salah satu sentra produksi BBN dunia.
Bab II. Tinjauan Pustaka Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui pross fotosintetik, baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer serat, bahan pangan, pakan ternak, miyak nabati, bahan bangunan dan sebagainya, biomassa juga digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Umum yang digunakan sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah diambil produk primernya. Sumber energi biomassa mempunyai beberapa kelebihan antara lain merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable) sehingga dapat menyediakan sumber energi secara berkesinambungan (suistainable). Tanaman adalah salah satu biomassa yang memproduksi lignoselulosa cukup besar, yang terdiri dari campuran polymer karbohidrat (selulosa dan hemiselulosa), lignin, ekstraktif, dan abu. Kadang-kadang disebutkan holoselulosa, istilah ini digunakan untuk menyebutkan total karbohidrat yang dikandung di dalam biomassa dan meliputi selulosa dan hemiselulosa. Lignoselulosa mengandung tiga komponen penyusun utama, yaitu selulosa (30-50%-berat), hemiselulosa (15-35%-berat), dan lignin (13-30%-berat). Salah satu BBN yang dapat dihasilkan dari lignoselulosa adalah bioetanol generasi kedua. Proses konversi lignoselulosa menjadi bioetanol terjadi melalui tiga tahap dasar, yaitu: 1. Pengolahan awal atau delignifikasi, agar selulosa dapat dicapai oleh enzim selulase dan air , 2. Hidrolisis dengan enzim khusus, dan 3. Fermentasi menjadi etanol. Komponen selulosa yang bisa dikonversi menjadi etanol adalah hasil hidrolisis selulosa dan hemiselulosa. Potensi produksi etanol dihitung dengan metode yang disampaikan oleh Badger (2002). Tabel 1. Beragam biomassa dengan konversi ethanol yang diperoleh Biomassa Klason Lignin (%) Selulosa (%) Hemiselulosa (%) Ethanol ( ethanol/kg biomassa) Referensi Rice straw 21 38 25 0.19 Taniguchi et al (2005) Oil palm empty fruit bunches 10 50.4 21.9 0.23 Umikalsom et al (1997) Hardwoods stems 18 40 24 0.20 Sun and Cheng (2002) Softwoods stems 25 45 25 0.22 Sun and Cheng (2002) Nut Shells 30 25 25 0.15 Sun and Cheng (2002) Corn cobs 15 45 35 0.24 Sun and Cheng (2002) Grasses 10 25 35 0.18 Sun and Cheng (2002) Paper 0 85 0 0.28 Sun and Cheng (2002) Wheat straw 15 30 50 0.23 Sun and Cheng (2002) Sorted refuse 20 60 20 0.25 Sun and Cheng (2002) Leaves 0 15 80 0.26 Sun and Cheng (2002) Cotton seed hairs 0 80 5 0.28 Sun and Cheng (2002) Newspaper 18 40 25 0.20 Sun and Cheng (2002) Waste papers from chemical pulps 5 60 10 0.23 Sun and Cheng (2002) Primary wastewater solids 24 8 0 0.03 Sun and Cheng (2002) Swine waste 0 6 28 0.09 Sun and Cheng (2002) Solid cattle manure 2.7 1.6 1.4 0.01 Sun and Cheng (2002) Coastal Bermuda Grass 6.4 25 35.7 0.18 Sun and Cheng (2002) Switch grass 12 45 31.4 0.23 Sun and Cheng (2002) Baggase 24.05 42.64 25.4 0.21 Bransby (2007) (Badger 2002)
Metode Konversi Lignoselulosa Biomassa (lignoselulosa) memerlukan teknologi untuk konversinya. Teknologi konversi biomassa tentu saja membutuhkan penanganan yang berbeda untuk mendapatkan produk yang beragam. Secara umum teknologi konversi biomassa menjadi bahan bakar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu pembakaran langsung, konversi termokimiawi dan konversi biokimiawi. Pembakaran langsung merupakan teknologi yang paling sederhana karena pada umumnya biomassa telah dapat langsung dibakar. Beberapa biomassa perlu dikeringkan terlebih dahulu dan didensifikasi untuk kepraktisan dalam penggunaan. Konversi termokimiawi merupakan teknologi yang memerlukan perlakuan termal untuk memicu terjadinya reaksi kimia dalam menghasilkan bahan bakar. Sedangkan konversi biokimiawi merupakan teknologi konversi yang menggunakan bantuan mikroba dalam menghasilkan bahan bakar atau bioethanol. Pemanfaatan lignoselulosa menjadi bahan bakar (biofuel) merupakan alternatif pengurangan bahan bakar fosil, dan teknologi konversi biomassa sangat beragam dan hasilnya juga dapat dapat ditunjukan pada gambar dibawah ini.
Gambar 1. Teknologi konversi biomassa Selulosa dapat dihidrolisis menjadi glukosa dengan bantuan enzim selulase atau, tetapi umumnya tak dipilih, dengan bantuan asam. Hemiselulosa dapat dihidrolisis menjadi pentosa (terutama xilosa) dan heksosa (minor) dengan bantuan asam encer atau enzim hemiselulase. Glukosa dan heksosa lain dapat difermentasi menjadi etanol oleh ragi Saccharomyces cerevisiae dengan reaksi : C 6 H 12 O 6 2C 2 H 5 OH + 2CO 2
Berikut ini adalah skema proses konversi biomassa (bahan lignoselulosa) untuk mendapatkan bioethanol (Dian Shofinita,2009)
Gambar 2. Skema ideal pemanfaatan bahan lignoselulosa untuk memproduksi bioetanol Beberapa xilosa dan pentosa lain dapat difermentasi menjadi etanol oleh ragi yang sesuai (seperti Pichia stipitis) dengan mekanisme reaksi : 3 C 5 H 10 O 5 5 C 2 H 5 OH + 5 CO 2 Skema proses pemanfaatan biomassa (bahan lignoselulosa) dapat dikonversi menjadi produk lain (xilitol, furfural, dan lain-lain), hal ini dapat ditunjukan pada gambar dibawah ini, dimana pretreatmen menjadi hal yang perlu diperhatikan.( Dian Shofinita,2009)
Gambar 3. Skema lain pemanfaatan bahan lignoselulosa untuk memproduksi bioetanol Berdasarkan metode-metode yang diterapkan untuk mengkonversi biomassa menjadi bahan bakar nabati dalam hal ini adalah konversi bioetanol. Untuk konversi lignoselulosa menjadi bioethanol pada umunya memerlukan pra-perlakuan dengan menggunakan asam,basa atau dengan selulase agar lebih mudah terhidrolisa menjadi larutan gula. Perbedaan mendasar konversi lignoselulosa ini memang berada pada perlakuan awal dan proses selanjutnya hampir sama yaitu hidrolisa,fermentasi dan pemurnian untuk mendapatkan produk bioethanol. Keunggulan dan prospek pengembangan industri bioethanol Secara umum ethanol / bio-ethanol dapat digunakan sebagai bahan baku industri turunan alkohol, campuran untuk miras, bahan dasar industri farmasi, campuran bahan bakar untuk kendaraan. Bioetanol memiliki banyak kelebihan dibandingkan bahan bakar minyak (BBM) yang lain (bensin,diesel,dll) dan beberapa kelebihan itu seperti ; (1) Bioetanol aman digunakan sebagai bahan bakar, titik nyala etanol tiga kali lebih tinggi dibandingkan bensin. (2) Emisi hidokarbon lebih sedikit. Industri bioetanol mempunyai prospek yang sangat bagus di Indonesia, karena kebutuhan etanol di Indonesia terus mengalami peningkatan. Hal ini tidak diimbangi dengan kapasitas produksi industri etanol di Indonesia, yang hanya berjumlah sekitar 14 industri. Dalam perkembangannya industri etanol diarahkan untuk diversifikasi penggunaan produk untuk bahan bakar biofuel, mobil yang memakai bahan bakar etanol yang merupakan salah satu bahan bakar yang dapat diperbaharui, sudah seharusnya pengembangan industri bioenergi secara terpadu melibatkan perusahaan,pemerintah,universitas dan petani.
Bab III. Pembahasan Umumnya yang menjadi pokok permasalahan ada pada strategi pengolahan awal, segi ekonomi proses dan jenis bakteri yang digunakan dengan tingkat yield atau konversi yang berbeda setiap jenisnya. Ada tiga tahap dasar yang harus dilewati biomassa untuk dikonversi menjadi etanol selulosa: pengolahan awal, hidrolisis dan fermentasi menjadi etanol. 1. Pengolahan awal Selulosa biasanya ditemukan di tengah-tengah polimer seperti lignin dan gula hemiselulosa. Tujuan utama proses ini adalah untuk memudahkan pemecahan selulosa dengan membuatnya lebih mudah diakses serta membuat gula hemiselulosa yang ada pada biomassa menjadi larut. Bahan baku biomassa direndam dalam campuran asam dan enzim, dalam beberapa kasus juga dipanaskan. Hal ini dilakukan untuk memisahkan polimer yang tidak diinginkan dari selulosa sebelum memasuki tahap hidrolisis. Tahapan ini adalah tahap yang paling mahal karena kompleksitas proses. 2. Hidrolisis Tahapan ini dilakukan untuk memecah selulosa menjadi komponen-komponen gulanya. Ada dua jenis hidrolisis yang dapat dilakukan: hidrolisis kimia dan hidrolisis enzimatik.
Hidrolisis kimia Selulosa pertama-tama diperlakukan dengan asam di bawah panas dan tekanan dan kemudian diairi yang akan membebaskan komponen gulanya. Metode ini tidak umum digunakan karena produk samping yang beracun, yang seringkali mengurangi efektivitas tahap berikutnya.
Hidrolisis enzimatik Proses ini mirip dengan yang terjadi di dalam lambung binatang pemamah biak seperti sapi. Enzim yang mirip dengan selulosa dan telah disintesis secara buatan dengan bantuan bakteri dan jamur digunakan untuk memecah selulosa menjadi komponen gulanya. Hal ini terjadi dalam dua tahap, selulosa pertama-tama diubah menjadi molekul glukosa ganda yang dikenal sebagai selobiosa. Jenis Selulosa lain kemudian digunakan untuk mengkonversi selobiosa menjadi residu glukosa tunggal. 3. Fermentasi Etanol Fermentasi etanol merupakan proses akhir dimana komponen gula dikonversi menjadi etanol dengan menggunakan mikroba. Ragi roti adalah agen yang paling umum digunakan untuk proses ini. Destilasi kemudian dilakukan untuk memisahkan etanol dari air, mikroba dan residu.
Bab IV. Kesimpulan Berdasarkan bahan baku konversi biomassa menjadi bahan bakar dapat dibagi menjadi dua yaitu, biomassa generasi pertama (pati) dan biomassa generasi kedua (lignoselulosa) dan keduanya memiliki pengolahan atau proses yang berbeda untuk menghasilkan bioethanol secara kimia (penggunaan enzim ataupun mikroorganisme). Proses atau teknologi konversi biomassa menjadi etanol atau bioetanol sudah cukup mapan untuk biomassa penghasil karbohidrat jenis pati atau sukrosa, seperti ubi kayu, tongkol jagung, ampas tebu, dan tandang kosong kelapa sawit. Biomassa lignoselulosa memiliki masalah agak berbeda karena dalam bahan lignoselulosa terdapat lignin yang terlebih dulu harus dipisahkan dari selulosa dan hemiselulosa. Selain itu, selulosa merupakan senyawa yang mempunyai bagian yang berstruktur kristal yang agak sulit didegradasi oleh mikroba atau enzim selulase.
Referensi Vishnu Menon, Mala Rao. March 2012, Trends in bioconversion of lignocellulose: Biofuels,platform chemicals & biorefinery concept. Progress in Energy and combustion science 38 (2012) page.522-550 17 march 2012. Nai Y.Chen , Leonar Koenig. March 1985. Process for converting carbohydrates to hydrocarbons ,US patent number : 4,503,278. Assignee. Mobil oil Coporation,New York. Shinya Yokoyama,Yukihiko Matsumura. January 2008 The Asian Biomassa Handbook, The Japan Institute of Energy BAB 5. page 142-143, 2008. http://infokimiawan13o1b-5.blogspot.com/2013/12/review-pemanfaatan-biomassa.html http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Energi%20dan%20Listrik%20Pertanian/MAT ERI%20WEB%20ELP/Bab%20III%20BIOMASSA/pendahuluan.htm http://majarimagazine.com/2009/02/bioetanol-generasi-kedua/by Dian Shofinita 2009 http://www.htysite.com/bio%20etanol%2001.htm