Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH BIOLOGI

“Pemanfaatan Limbah Pertanian Sebagai Alternatif Bahan Bakar”

Disusun Oleh:

Amabelle Shakeela Kusuma (24030122140118)

Dosen Pengampu:
Dr. Kasiyati, M.Si
Rully Rahadian, S.Si, M.Si, Ph.D

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Bahan bakar alternatif adalah bahan bahan bakar yang dapat digunakan sebagai energi
alternatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam memutar roda kehidupan. Penggunaan
minyak sebagai sumber energi utama secara luas mendukung berbagai fungsi kota. Mulai dari
rumah tangga hingga industri, semuanya bergantung pada ketersediaan bahan bakar yang berasal
dari minyak bumi. Peralatan mekanik Solar membutuhkan solar sebagai bahan bakarnya,
kebanyakan kendaraan roda dua atau empat membutuhkan bensin sebagai bahan bakarnya, dapur
memasak ada yang membutuhkan minyak tanah dan gas sebagai bahan bakarnya. Jadi bisa
dikatakan hampir di semua bidang kehidupan sosial penggunaan bahan bakar fosil (minyak
bumi) sangat diperlukan. Minyak dan bahan bakar fosil lainnya telah menjadi sumber energi
utama sepanjang hidup manusia dan sebagai penopang dalam segala sisi kehidupan (Mohanty
dan Abdullahi, 2016).
Seiring dengan berkembangnya zaman, jumlah penduduk semakin bertambah.
Pertumbuhan penduduk yang meningkatkan berimbas terhadap konsumsi penggunaan energi
dalam bentuk minyak bumi, baik bensin, solar, elpiji, bahkan minyak tanah. Pada saat yang
sama, ketersediaan minyak semakin berkurang. Jika hal ini terus berlanjut, kemungkinan sumber
energi yang berasal dari minyak bumi tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
yang terus bertambah. Oleh karena itu, kita perlu mencari cara untuk mengatasi hal ini agar
masalah energi tidak mengganggu kehidupan sosial di masa depan. Salah satu solusi yang
ditawarkan untuk masalah energi terbarukan di atas adalah dengan menggunakan bahan bakar
alternatif sebagai sumbernya (Hambali et al., 2008)
Penggunaan limbah pertanian sebagai sumber bahan bakar alternatif contohnya. Produk
limbah pertanian di lingkungan masyarakat cukup banyak dan belum termanfaatkan secara
optimal. Potensi limbah pertanian sebagai energi di Indonesia diperkirakan mencapai 200 juta
ton/tahun dari residu pertanian, perkebunan, kehutanan, dan limbah padat/sampah kota. Limbah
pertanian atau dikenal sebagai biomassa mengandung bahan organik tinggi (selulosa,
hemiselulosa, dan lignin) yang memiliki kadar energi. Tetapi ketersediaan biomassa ini masih
diperlukan perlakuan khusus, karena perbandingan kandungan energi yang dimiliki oleh
biomassa lebih kecil dari pada bahan bakar minyak.
Salah satu cara memanfaatkan energi biomassa secara efektif adalah dengan gasifikasi.
Dengan memanfaatkan teknologi gasifikasi secara intensif dapat menurunkan tingginya biaya
produksi ke tingkat yang lebih kompetitif dan menguntungkan. Tujuan gasifikasi biomassa yaitu
untuk pemanfaatan yang sebesar-besarnya dari sumber daya alam dan sumber daya manusia
yang ada di pedesaan agar kesejahteraan merata dan untuk menjaga lingkungan hidup dengan
memanfaatkan green energy.
Selain itu cara memanfaatkan energi biomaasa juga dapat dengan mengolah limbah
menjadi bioethanol. Beberapa limbah industry pangan yang dapat diolah menjadi bioethanol
antara lain limbah minyak kelapa sawit (CPO), limbah padi, dan limbah pabrik gula. Limbah
yang diolah menjadi bioethanol umumnya mengandung lignoselulosa yang dihidrolisis menjadi
glukosa dan kemudian difermentasi menjadi etanol.
II. Rumusan Masalah
Penambangan minyak bumi yang tiada hentinya akan menyebabkan persediaan minyak
bumi semakin menipis. Dengan pemanfaatan energi terbarukan maka kehidupan kita tetap akan
terpenuhi. Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah yaitu:
II.1. Bagaimana produksi bioetanol dalam pemanfaatan limbah pertanian?
II.2. Bagaimana gasifikasi biomassa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Produksi Bioetanol dari Limbah Pertanian


Sebagai negara agraris, Indonesia mempunyai potensi yang besar sebagai bahan bakar
alternatif biomasa dari hasil pertanian serta limbah dari industri pertanian. Bioetanol diperoleh
dari hasil fermentasi bahan yang mengandung gula. Secara umum, produksi bioetanol mencakup
tiga rangkaian proses, yaitu persiapan bahan baku, fermentasi dan pemurnian.

Gambar 1. Diagram Alir Tahapan Produksi Etanol


Sumber: Soerawidjaja (2006) dalam Hambali, dkk (2008)

Wajib untuk bahan lignoselulosa seperti limbah agroindustry melalui tahap pengolahan
pertama seperti penyiapan bahan baku. Limbah pada saat ini dihancurkan dalam industri
pertanian dan kemudian dihilangkan terlebih dahulu kandungan lignin melalui proses keganasan
dengan hidrolisis asam kuat (H2SO4) atau basa kuat (NaOH). Delignifikasi dapat dilakukan
dengan beberapa cara Rendam dalam NaOH 5% dengan pemanasan hingga 120°C. Tindakan ini
adalah dengan desain memisahkan lignin dan selulosa. Lignin dapat larut atau terurai dalam
larutan Asam dan basa agar lignin dapat dipisahkan dan tidak menghambat proses hidrolisi dari
selulosa. Proses selanjutnya yaitu proses sakarifikasi atau pembentukan gula dari bahan yang
mengandung lignoselulosa. Selulosa dihidrolisis dengan asam atau hidrolisis enzimatis menjadi
glukosa. Hidrolisis secara enzimatis bisa dengan enzim selulase yang akan mengubah selulosa
menjadi gula – gula sederhana (glukosa). Sebenarnya proses hidrolisis ini dapat juga dilakukan
dengan cara penambahan asam kuat seperti H2 SO 4 pekat atau HCl pekat dan berlangsung lebih
cepat. Tetapi karena sifat asam kuat yang tidak spesifik terhadap substrat maka asam tidak hanya
menghidrolisis selulosa tetapi juga menguraikan hemiselulosa menjadi senyawa furfural yang
dapat menghambat proses hidrolisis. Sehingga rendemen glukosa yang dihasilkan cukup sedikit.
Reaksi sakarifikasi/hidrolisis yang terjadi yaitu:
(C6H10O5)n + nH2O  nC6H12O6
Selulosa Air Glukosa

Glukosa yang dihasilkan kemudian difermentasi dengan enzim dari ragi Saccharomyces
cereviseae menjadi etanol, air dan CO2. Kondisi optimum fermentasi adalah pada suhu 30°C, pH
4,0 – 4,5 dan kadar gula 10 – 18%. Selama fermentasi dilakukan pengadukan (aerasi) dan akan
terjadi kenaikan suhu sehingga perlu dilakukan pendinginan. Pada awal fermentasi perlu
ditambahkan nutrien dan kofaktor yang berperan penting bagi kehidupan khamir seperti karbon,
oksigen, nitrogen, hidrogen, fosfor, sulfur, potasium dan magnesium agar pertumbuhan khamir
bisa optimal. Proses fermentasi berlangsung selama 30 – 72 jam dan akan terhenti setelah kadar
etanol sebesar 12 %. Hal ini karena etanol 12 % dapat membunuh khamir itu sendiri sehingga
menghambat fermentasi. Etanol yang dihasilkan kemudian didestilasi untuk meningkatkan
kadarnya. Etanol yang telah didestilasi mempunyai kadar 91 – 92 %. Peningkatan kemurnian
etanol dapat dicapai dengan cara dehidrasi sehingga mencapai kemurnian 99,7 %. Etanol tersebut
sudah siap digunakan sebagai bahan bakar baik sebagai bahan bakar murni maupun pengoplos
bensin dan juga sebagai bahan bakar kompor.
Bioetanol memiliki karakteristik yang lebih baik dibandingkan dengan bensin berbasis
petrochemichal. Berikut ini adalah kelebihan bioetanol sebagai bahan bakar nabati (biofuel)
menurut Hambali, dkk (2008):
 Mengandung 35% oksigen, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pembakaran dan
mengurangi emisi karbon.
 Memiliki nilai oktan (ON) 96-113, sedangkan nilai oktan bensin 85-96.
 Bersifat ramah lingkungan, karena gas buangnya rendah terhadap senyawa-senyawa yang
berpotensi sebagai polutan, seperti karbon monoksida, nitrogen oksida, dan gas-gas
rumah kaca.

B. Pemanfaatan Biomassa dengan Gasifikasi


Gasifikasi biomassa merupakan suatu proses dekomposisi termal dari bahan-bahan
organik melalui pemberian sejumlah panas tinggi dengan suplai oksigen terbatas untuk
menghasilkan synthesis gas yang terdiri dari CO, H2, dan CH4 sebagai produk utama dan
sejumlah kecil bio-arang, abu dan sisa material yang tidak terbakar sebagai produk ikutan (Eggen
dan Kraatz, 1976). Proses gasifikasi biomassa dilakukan dengan cara melakukan pembakaran
secara tidak sempurna di dalam sebuah ruangan yang mampu menahan temperature tinggi yang
disebut reactor gasifikasi. Ada 3 tipe dan modifikasi reactor gasifikasi yaitu:
a) Up draft (counter current) gasifikasi

b) Down draft (co current) gasifikasi

c) Cross draft gasifikasi

Gas hasil gasifikasi yang terdiri dari gas-gas mudah terbakar seperti CO, H2, dan CH4
dan gas-gas tidak mudah terbakar CO2 dan N2 sangat tergantung pada komposisi unsur
dalam biomassa, bentuk dan partikel biomassa serta kondisi-kondisi proses gasifikasi. Gas
hasil biomassa tergolong gas bahan bakar berkualitas rendah (dibandingkan dengan panas
pembakaran gas alam 32000 kJ/m3. Gas hasil gasifikasi dapat digunakan untuk motor diesel,
motor bensin atau alat pemanasan dan pengeringan. Namun, dalam motor diesel tidak seluruh
kebutuhan solar dapat tergantikan, karena sedikit solar tetap diperlukan untuk sarana
pengapian. Operasi ini disebut sebagai system bahan bakar ganda.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan dan analisa yang telah dilakukan pada judul percobaan
“Pemanfaatan Limbah Pertanian Sebagai Alternatif Bahan Bakar” diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Potensi limbah industri pertanian sebagai sumber bioetanol di Indonesia sangat luas,
namun membutuhkan teknologi proses yang lebih kompleks dan lebih lama daripada
bioetanol yang terbuat dari bahan bertepung dan gula. Karena Indonesia memiliki banyak
biomassa dan banyak penelitian yang berhasil mengembangkan bioetanol dari limbah
pertanian, pemerintah harus serius tentang bioetanol dan produksi massal bioetanol untuk
dikomersialkan untuk mengurangi konsumsi bahan bakar fosil.
2. Gasifikasi biomassa menawarkan sistem energi alternatif yang paling menarik untuk
dikembangkan dengan sistem jenis gasifikasi down draft, karena gas yang dihasilkan
lebih bersih
DAFTAR PUSTAKA

Eggen, A. C. W., and Kraatz, R. 1976. Gasification of Solid Waste in Fixed Beds. Mechanical
Engineering, 24.
Hambali, E., S. Mujdalifah, A. H. Tambunan, A. W. Pattiwiri, dan R. Hendroko. Teknologi
Bioenergi. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 2008

Mohanty B. dan Abdullahi I.I. 2016. Bioethanol Production from Lignocellulosic Waste-A
Review. Biosci., Biotech. Res. Asia, Vol.13(2), 1153-1161.

Anda mungkin juga menyukai