Anda di halaman 1dari 17

JURNAL ENERGI BARU DAN TERBARUKAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Energi Baru dan Terbarukan
Semester VI Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2017/2018

Disusun oleh :

Guntur Indra Prahasta (100.701.15.068)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1439 H / 2018 M
ENERGI BARU DAN TERBARUKAN
Guntur Indra Prahasta
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung

Abstrak : Kebutuhan akan energi masyarakat saat ini semakin meningkat, kebutuhan
energi tersebut sudah banyak yang dipenuhi oleh bahan bakar fosil akan tetapi, bahan bakar
fosil ini tidak selalu bisa memenuhi kebutuhan manusia didaerah yang terpencil
dikarenakan akses jalan yang buruk dan harga bahan bakar yang mahal yang menyebabkan
pendistribusian tidak merata pada daerah yang terpencil. Mengingat Indonesia merupakan
negara agraris yang memiliki banyak bahan yang dapat dijadikan sebagai sumber energi
alternatif atau energi baru dan terbarukan yang tentunya energi alternatif ini dapat
dikembangkan pada daerah yang terpecil dan terisolasi.

I. Pendahuluan
Permasalahan mengenai energi di Indonesia sangatlah rumit, hal ini dimulai dari
cadangan batubara yang mulai semakin sedikit dan cadangan minyak juga hampir habis.
Selain itu bahan bakar yang berasal dari fosil akan menyebabkan pencemaran lingkungan
dan emisi gas.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pengembangan dan pemanfaatan energi
baru dan terbarukan sangat cocok diterapkan di negara Indonesia mengingat di Indonesia
sendiri merupakan negara agraris yang mempunyai banyak bahan yang dapat dijadikan
sumber energi baru dan terbarukan.

II. Teori
2.1 Energi Air
Indonesia memiliki potensi besar untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga
air. Itu disebabkan kondisi topografi Indonesia bergunung dan berbukit serta dialiri oleh
banyak sungai dan daerah daerah tertentu mempunyai danau/waduk yang cukup potensial
sebagai sumber energi air.
Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) adalah salah satu teknologi yang sudah
terbukti (proven), tidak merusak lingkungan, menunjang diversifikasi energi dengan
memanfaatkan energi terbarukan, menunjang program pengurangan pemanfaatan BBM,
dan sebagian besar memakai kandungan lokal. Besar potensi energi air di Indonesia adalah
74.976 MW, sebanyak 70.776 MW ada di luar Jawa, yang sudah termanfaatkan adalah
sebesar 3.105,76 MW sebagian besar berada di Pulau Jawa.
Pembangunan setiap jenis pembangkit listrik didasarkan pada kelayakan teknis dan
ekonomis dari pusat listrik serta hasil studi analisis mengenai dampak lingkungan. Sebagai
pertimbangan adalah tersedianya sumber energi tertentu, adanya kebutuhan (permintaan)
energi listrik, biaya pembangkitan rendah, serta karakteristik spesifik dari setiap jenis
pembangkit untuk pendukung beban dasar (base load) atau beban puncak (peak load) Selain
PLTA, energi mikrohidro (PLTMH) yang mempunyai kapasitas 200 - 5.000 kW potensinya
adalah 458,75 MW, sangat layak dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik
di daerah pedesaan di pedalaman yang terpencil ataupun pedesaan di pulau-pulau kecil
dengan daerah aliran sungai yang sempit.
Biaya investasi untuk pengembangan pembangkit listrik mikrohidro relatif lebih
murah dibandingkan dengan biaya investasi PLTA. Hal ini disebabkan adanya
penyederhanaan standar konstruksi yang disesuaikan dengan kondisi pedesaan. Biaya
investasi PLTMH adalah lebih kurang 2.000 dollar/kW, sedangkan biaya energi dengan
kapasitas pembangkit 20 kW (rata rata yang dipakai di desa) adalah Rp 194/kWh.
2.2 Biofuel
Ada beberapa jenis-jenis energi biofuel yang dapat digunakan atau dapat
dimanfaatkan, yaitu sebagai berikut:
2.2.1 Minyak Sayur
Minyak sayur dapat digunakan sebagai makanan atau bahan bakar meskipun
kualitasnya rendah. Minyak sayur dapat digunakan dalam mesin diesel yang tua, yang
dilengkapi dengan sistem injeksi tidak langsung, akan tetapi hanya dalam iklim yang
hangat. Dalam banyak kasus, minyak sayur dapat digunakan untuk memproduksi biodiesel
yang dapat digunakan kebanyakan mesin diesel bila dicampur dengan bahan bakar diesel
konvensional. Minyak sayur bekas yang diproses menjadi biodiesel mengalami
peningkatan dan dalam skala kecil jika dibersihkan dari air dan partikel dapat digunakan
sebagai bahan bakar. Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Sumber : pse-ugm.ac.id
Gambar 2.1
Proses Pembuatan Minyak Sayur Menjadi Biofuel
2.2.2 Biodiesel
Biodiesel merupakan biofuel yang paling umum digunakan di Eropa, Biodiesel ini
diproduksi dari minyak atau lemak yang menggunakan transesterifikasi dan merupakan
cairan yang komposisinya mirip jika dicampur dengan diesel mineral. Untuk di beberapa
negara, produsen memberikan garansi untuk penggunaan 100% biodiesel. Yang
kebanyakan produsen kendaraan membatasi rekomendasi mereka untuk penggunaan
biodiesel sebanyak 15% yang dicampur dengan diesel mineral. Di kebanyakan negara
Eropa, campuran biodiesel 5% banyak digunakan luas dan tersedia di banyak stasiun bahan
bakar. Adapun cara kerja pembuatan biodesel yaitu dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Sumber : senyumsimetri.blogspot.com
Gambar 2.2
Proses Pembuatan Biodiesel
2.2.3 Bioalkohol
Ethanol merupakan jenis alkohol yang diproduksi secara biologi dan pada
umumnya digunakan sebagai bahan bakar. Di Brazil menjadi salah satu negara yang
menggunakan bahan bakar Ethanol dengan cara fermentasi gula yang dihasilkan dari
gandum, jagung, bit gula, tebu, molasses dan amilum yang dapat dijadikan minuman
beralkohol seperti kentang dan sisa buah. Dalam proses ini membutuhkan banyak energi
untuk pemanasan, bahkan seringkali menggunakan gas alam.
Ethanol dapat digunakan dalam mesin bensin sebagai pengganti bensin atau dapat
dicampur dengan bensin dengan persentase tertentu. Kebanyakan mesin bensin dapat
beroperasi menggunakan campuran ethanol sampai 15%. Bensin dengan ethanol memiliki
angka oktan yang lebih tinggi, yang berarti mesin dapat terbakar lebih panas dan lebih
efisien. Namun alkohol dapat bercampur dengan bensin dan air, jadi bahan bakar ethanol
dapat tercampur setelah proses pembersihan dengan menyerap kelembaban dari atmosfer.
Air dalam bahan bakar ethanol dapat mengurangi efisiensi, menyebabkan mesin susah di
hidupkan, yang menyebabkan gangguan operasi dan mengoksidasi aluminum (karat pada
karburator dan komponen dari besi).
Bioetanol generasi satu dibuat dari bahan bergula atau berpati melalui proses
fermentasi. Bahan tersebut antara lain : tepung ubikayu, nira batang sorgum manis,
molasses tebu, nira aren, nira kelapa atau tanaman palma lainnya maupun bahan bergula
atau berpati lainnya misalnya sagu. Bioetanol ini kemudian diproses dehidrasi untuk
menghilangkan airnya sehingga diperoleh bioetanol dengan kadar 99,95 % atau biasa
disebut full grade bioetanol yang siap dicampur dengan premium. Bioetanol ini yang
sekarang dicampurkan dan diproses oleh Pertamina menjadi Biopremium dan dijual di
pompa bensin.

Sumber : bambang.energy.blogspot.com
Gambar 2.3
Proses Pembuatan Bioetanol
2.2.4 Biogas
Biogas ini dapat diproduksi melalui bahan sisa yang dapat terurai atau
menggunakan tanaman energi yang dimasukan ke dalam pencernaan aerobik untuk
menambah gas yang dihasilkan. Biogas mengandung metana dan dapat diperoleh dari
digesti anaerobik industri dan sistem pengelolaan biologi mekanik. Gas sampah yaitu
sejenis biogas yang tidak bersih yang diproduksi dalam tumpukan sampah melalui digesti
anaerobik yang terjadi secara alami. Apabila gas ini lepas atmosfer, gas ini menjadi gas
rumah kaca.
Menurut para ahli, biogas yang dibuat dengan kotoran ternak bisa dibuat secara
sederhana dan murah meriah namun bisa bertahan bertahun-tahun utuk digunakan, selain
biogas bisa dibuat secara sederhana dan murah meriah, biogas juga dipercaya lebih aman,
karena gas dalam fermentasi kotoran cukup aman dan ramah lingkungan serta keuntungan
menggunakan biogas petani bisa mendapat pupuk organik yang berguna untuk tanaman
budidaya mereka. Prinsip kerja biogas adalah, ketika masuknya kotoran ternak sapi
ketabung penampungan kemudian difermentasikan untuk menghasilkan gas metana. gas
metana tersebut di tampung di penampungan gas dan kemudian di alirkan secara diatur ke
kompor dan siap digunakan.

Sumber : bambang.energy.blogspot.com
Gambar 2.4
Proses Pembuatan Biogas
2.3 Energi Surya
Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia
menunjukan bahwa radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan berturutturut untuk
kawasan barat dan timur Indonesia dengan distribusi penyinaran :
 Kawasan barat Indonesia (KBI) = 4.5 kWh/m2.hari, variasi bulanan sekitar 10%
 Kawasan timur Indonesia (KTI) = 5.1 kWh/m2.hari, variasi bulanan sekitar 9%
Rata-rata Indonesia = 4.8 kWh/m2.hari, variasi bulanan sekitar 9%.
Hal ini mengisyaratkan bahwa:
 Radiasi surya tersedia hampir merata sepanjang tahun,
 kawasan timur Indonesia memiliki penyinaran yang lebih baik.
Energi surya dapat dimanfaatkan melalui dua macam teknologi yaitu energi surya termal
dan surya fotovoltaik.
a. Surya Fotovoltaik
Energy surya atau lebih dikenal sebagai solar cell atau photovoltaic cell,
merupakan sebuah divais semikonduktor yang memiliki permukaan yang luas dan terdiri
dari rangkaian dioda tipe p dan n, yang mampu merubah langsung energi surya menjadi
energi listrik.
b. Surya Termal
Sebagian besar dan secara komersial, pemanfaatan energi surya termal banyak
digunakan untuk penyediaan air panas rumah tangga, khususnya rumahtangga perkotaan.
Jumlah pemanas air tenaga surya (PATS) diperkirakan berjumlah 150.000 unit dengan total
luasan kolektor sebesar 400,000 m2. Secara non-komersial dan tradisional, energi surya
termal banyak digunakan untuk keperluan pengeringan berbagai komoditas pertanian,
perikanan, perkebunan, industri kecil, dan keperluan rumah tangga. Secara komersial,
energi surya mempunyai potensi ekonomi untuk penyediaan panas proses suhu rendah (s/d
90 oC) menggunakan sistem energi surya termik (SEST) bagi keperluan pengolahan pasca
panen komoditas tersebut dengan lebih efektif dan efisien. Pengalaman menunjukkan
bahwa penerapan SEST untuk pengeringan dapat memberikan berbagai nilai tambah yang
tinggi berupa: peningkatan dan jaminan kualitas produk, mengurangi rugi-rugi (losses)
material selama produksi (a.l. rusak dan hilang), dan waktu pengolahan yang lebih singkat.
Meskipun belum banyak dikembangkan, pemanfaatan energi surya termal untuk proses
disalinasi pada daerah atau pemukiman dekat pantai kemungkinanbesar akan berkembang
mengingat mulai munculnya banyak kesulitan air dikawasan kawasan tersebut.
Cara kerja dari pembangkit listrik jenis ini cukup sederhana. Komponen utama dari
sumber energi ini adalah sel foltovotaik. Sel tersebut memiliki peranan untuk menangkap
panas matahari yang kemudian akan diubah menjadi energi listrik. Jika dibandingkan
dengan pembangkit listrik yang lain, jenis pembangkit listrik ini diklaim lebih ramah
lingkungan, murah dan hampir tidak memiliki polusi ataupun limbah.
Dan seperti yang Anda ketahui, hal tersebut merupakan beberapa keuntungan dari
pembangkit listrik ini. Setelah panas matahari ditangkap oleh sel foltovotaik lalu panas
tersebut akan digunakan untuk memanaskan cairan yang selanjutnya menjadi uap yang
dihasilkan akan dipanaskan oleh sebuah generator yang akhirnya akan menghasilkan
listrik. Umumnya prinsip kerja dari pembangkit listrik jenis ini hampir sama seperti cara
kerja pembakaran bahan bakar fosil dalam pengolahannya.
Yang membedakan dari pembangkit listrik bahan bakar fosil dan pembangkit
listrik tenaga matahari ini adalah uap yang dihasilkan bukan dari pembakaran minyak fosil,
akan tetapi dari tenaga surya atau cahaya matahari.
2.4 Energi Angin
Secara umum Indonesia masuk kategori negara tanpa angin, mengingatbahwa
kecepatan angin minimum rata-rata yang secara ekonomis dapat dikembangkan sebagai
penyedia jasa energi adalah 4m/dt. Kendatipun demikian ada beberapa wilayah dimana
sumber energi angin kemungkinan besar layak dikembangkan. Wilayah tersebut antara lain
Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Selatan dan
Tenggara, Pantai Utara dan Selatan Jawa dan Karimun Jawa.
Semua energi yang dapat diperbaharui dan bahkan energi pada bahan bakar fosil
kecuali energi pasang surut dan panas bumi berasal dari Matahari. Matahari meradiasi 1,74
x 1.014 kilowatt jam energi ke Bumi setiap jam. Dengan kata lain, Bumi menerima 1,74 x
1.017 watt daya.
Sekitar 1-2 persen dari energi tersebut diubah menjadi energi angin. Jadi,
energi angin berjumlah 50-100 kali lebih banyak daripada energi yang diubah
menjadi biomassa oleh seluruh tumbuhan yang ada di muka Bumi. Sebagaimana diketahui,
pada dasarnya angin terjadi karena ada perbedaan temperatur antara udara panas dan
udara dingin. Daerah sekitar khatulistiwa, yaitu pada busur 0°, adalah daerah yang
mengalami pemanasan lebih banyak dari Matahari dibanding daerah lainnya di Bumi.
Daerah panas ditunjukkan dengan warna merah, oranye, dan kuning pada
gambar inframerah dari temperatur permukaan laut yang diambil dari satelit NOAA-7
pada Juli 1984. Udara panas lebih ringan daripada udara dingin dan akan naik ke
atas sampai mencapai ketinggian sekitar 10 kilometer dan akan tersebar ke arah utara
dan selatan.
Jika Bumi tidak berotasi pada sumbunya, maka udara akan tiba di kutub utara
dan kutub selatan, turun ke permukaan lalu kembali ke khatulistiwa. Udara yang
bergerak inilah yang merupakan energi yang dapat diperbaharui, yang dapat digunakan
untuk memutar turbin dan akhirnya dapat menghasilkan listrik.
Cara kerja dari pembangkitan listrik tenaga angin ini yaitu awalnya energi angin
memutar turbin angin. Turbin angin bekerja berkebalikan dengan kipas angin (bukan
menggunakan listrik untuk menghasilkan listrik, namun menggunakan angin untuk
menghasilkan listrik). Kemudian angin akan memutar sudut turbin, lalu diteruskan untuk
memutar rotor pada generator di bagian belakang turbin angin.
Generator mengubah energi gerak menjadi energi listrik dengan teori medan
elektromagnetik, yaitu poros pada generator dipasang dengan material ferromagnetik
permanen. Setelah itu di sekeliling poros terdapat stator yang bentuk fisisnya adalah
kumparan-kumparan kawat yang membentukloop. Ketika poros generator mulai berputar
maka akan terjadi perubahan fluks pada stator yang akhirnya karena terjadi perubahan fluks
ini akan dihasilkan tegangan dan arus listrik tertentu.
Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan ini disalurkan melalui kabel jaringan
listrik untuk akhirnya digunakan oleh masyarakat. Tegangan dan arus listrik yang
dihasilkan oleh generator ini berupa AC (alternating current) yang memiliki bentuk
gelombang kurang lebih sinusoidal. Energi Listrik ini biasanya akan disimpan kedalam
baterai sebelum dapat dimanfaatkan.
2.5 Energi Biomassa
Energi biomassa merupakan sumber energi yang berasal dari bahan biologis atau
organik yang telah baru saja mati ataupun masih hidup. Biomassa dapat berupa tumbuhan,
atau hewan, atau residu yang dihasilkan oleh tumbuhan atau hewan. Biomassa adalah salah
satu energi baru terbarukan, karena dapat diperbarui, misalnya, pada biomassa yang berasal
dari tumbuhan, kita dapat menanam tanaman secara terus-menerus yang menghasilkan
energi, dan pemanfatan biomassa pun dapat disesuaikan dengan potensi biomassa yang ada
disuatu wilayah. Penggunaan Biomassa pun bermacam-macam, ada yang menjadi bahan
campuran suatu sumber energi ada pula yang secara murni menjadi sumber energi. Contoh
jenis dan penggunaanya yaitu: sebagai Bio Fuel (seperti biodiesel, bioethanol, bio avtur,
dll), biobriket, biogas, sebagai sumber bahan bakar, bahkan sebagai sumber energi
pembangkit listrik.
Menurut LIPI Potensi biomassa yang ada di Indonesia sbesar 50 GW, namun yang
baru dimanfaatkan saat ini adalah 5 persen (1). Sumber biomassa pun beragam seperti:
tanaman jagung, singkong, kentang, ubi, sekam padi, kelapa sawit, jarak, kayu, kotoran
hewan, serta limbah atau residu. Namun penggunaan biomassa juga harus memperhatikan
dengan pemenuhan kebutuhan bahan nabati untuk konsumsi mahluk hidup, jangan sampai
terjadi krisis pangan akibat pemanfaatan tanaman yang sepenuhnya untuk sumber
biomassa, namun hal tersebut dapat dicegah dengan pengelolan yang baik antara
pemanfaatan tanaman sebagai sumber makanan dan sumber energi biomassa.
Saat biomasa diubah menjadi energi, CO2 yang akan dilepaskan ke
atmosfer. Siklus CO2 akan menjadi lebih pendek dibandingkan dengan yang dihasilkan
dari pembakaran minyak bumi atau gas alam. Ini berarti CO2 yang dihasilkan tersebut
tidak memilikiefek terhadap kesetimbangan CO2 di atmosfer. Kelebihan ini yang dapat
dimanfaatkan untuk mendukung terciptanya energi yang berkelanjutan.
Biomasa dapat diambil dari bahan tanaman yang berupa limbah pertanian, limbah
industri pengolahan kayu atau dari tanaman yang memang ditanam secara khusus untuk
menghasilkan energi bagi mesin bakar. Di samping itu dapat juga dimanfaatkan limbah
peternakan dan limbah rumah tangga. Dari kedua jenis bahan penyusun biomassa tersebut
dapat dua bagian besar yaitu, biomasa kering (limbah kayu, jerami atau sekam) dan
biomassa basah ( kotoran ternak dan sampah rumah tangga).
2.6 Energi Gelombang Air Laut
Gelombang laut adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus
permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal. Gelombang laut biasanya
disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan memindahkan tenaganya ke permukaan
perairan, menyebabkan riak-riak, alunan/bukit, dan berubah menjadi apa yang kita sebut
sebagai gelombang atau ombak.
Di bawah permukaan, gerakan putaran gelombang akan semakin mengecil.
Pergerakan orbital yang mengecil seiring dengan kedalaman air, sehingga kemudian di
dasarnya akan membuat sisa gerakan kecil mendatar dari sisi ke sisi yang biasa disebut
“surge”.
Gelombang yang menjalar dari laut dalam (deep water) menuju ke pantai akan
mengalami perubahan bentuk karena adanya perubahan kedalaman laut. Apabila
gelombang bergerak mendekati pantai, pergerakan gelombang di bagian bawah yang
berbatasan dengan dasar laut akan melambat. Ini adalah akibat dari friksi/gesekan antara
air dan dasar pantai. Sementara itu, bagian atas gelombang di permukaan air akan terus
melaju. Semakin menuju ke pantai, puncak gelombang akan semakin tajam dan lembahnya
akan semakin datar. Fenomena ini yang menyebabkan gelombang tersebut kemudian
pecah.
Gelombang laut secara ideal dapat dipandang berbentuk gelombang yang memiliki
ketinggian puncak maksimum dan lembah minimum. Pada selang waktu tertentu,
ketinggian puncak yang dicapai serangkaian gelombang laut berbeda-beda, bahkan
ketinggian puncak ini berbeda-beda untuk lokasi yang sama jika diukur pada hari yang
berbeda. Meskipun demikian secara statistik dapat ditentukan ketinggian signifikan
gelombang laut pada satu titik lokasi tertentu.
Bila waktu yang diperlukan untuk terjadi sebuah gelombang laut dihitung dari data
jumlah gelombang laut yang teramati pada sebuah selang tertentu, maka dapat diketahui
potensi energi gelombang laut di titik lokasi tersebut. Hal tersebut juga dapat memprediksi
berbagai potensi energi dari gelombang laut di berbagai tempat di dunia. Dari data tersebut,
diketahui bahwa pantai barat Pulau Sumatera bagian selatan dan pantai selatan Pulau Jawa
bagian barat berpotensi memiliki energi gelombang laut sekitar 40kw/m.
Pada dasarnya prinsip keria teknologi yang mengkonversi energi gelombang laut
menjadi energi listrik adalah mengakumulasi energi gelombang laut untuk memutar turbin
generator. Karena itu sangat penting memilih lokasi yang secara topografi memungkinkan
akumulasi energi. Meskipun penelitian untuk mendapatkan teknologi yang optimal dalam
mengkonversi energi gelombang laut masih terus dilakukan, saat ini, ada beberapa
alternatif teknologi yang dapat dipilih.
2.7 Energi Pasang Surut Laut
Selain panas laut dan pasang surut, masih terdapat satu lagi energi samudera yaitu
energi gelombang. Sudah banyak pemikiran untuk mempelajari kemungkinan pemanfaatan
energi yangtersimpan dalam ombak laut. Salah satu negara yang sudah banyak meneliti hal
ini adalah Inggris. Berdasarkan hasil pengamatan yang ada, deretan ombak (gelombang)
yang terdapat di sekitar pantai Selandia Baru dengan tinggi rata-rata 1 meter dan periode
9 detik mempunyai daya sebesar 4,3 kW per meter panjang ombak. Sedangkan deretan
ombak serupa dengan tinggi 2 meter dan 3meter dayanya sebesar 39 kW per meter panjang
ombak. Untuk ombak dengan ketinggian 100meter dan perioda 12 detik menghasilkan
daya 600 KW per meter.
Di Indonesia, banyak terdapatombak yang ketinggiannya di atas 5 meter sehingga
potensi energi gelombangnya perlu ditelitilebih jauh. Negara-negara maju seperti Amerika
Serikat, Inggris, Jepang, Finlandia, dan Belanda, banyak menaruh
perhatian pada energi ini. Lokasi potensial untuk membangun sistem energigelombang
adalah di laut lepas, daerah lintang sedang dan di perairan pantai. Energi gelombang bisa
dikembangkan di Indonesia di laut selatan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.
Ocean energi memfokuskan pengembangan pembangkit listrik
gelombang laut denganmembuat oscilating water column yang mengapung di atas sebuah
ponton dengan dipancangkandi dasar laut menggunakan kawat baja. Listrik yang
dihasilkan dialirkan melalui kabel transmisimenuju ke daratan. Berlokasi di
Irlandia, sebuah negara yang terletak di salah satu tempat dengan iklim yang
mendukung terjadinya gelombang laut dengan energi yang lebih dari cukup
untuk dipanen, perusahaan tersebut memiliki lokasi yang tepat
u n t u k m e l a k u k a n r i s e t d a n pengembangan.
Dengan sistem yang dimilikinya, pembangkit listrik tersebut bisa memanfaatkan
efisiensi optimal dari energy gelombang dengan meminimalisir gelombang-
gelombang yang ekstrim.Efisiensi optimal bisa didapat ketika gelombang dalam
kondisi normal. Hal tersebut bisa dicapaidengan digunakannya katup khusus yang
menghindarkan turbin tersebut dari overspeed.
Energi gelombang laut/ombak laut adalah energi yang dihasilkan dari
pergerakangelombang laut menuju daratan dan sebaliknya. Pada dasarnya
pergerakan laut yang menghasilkan gelombang laut terjadi akibat dorongan
pergerakan angin. Angin timbul akibat perbedaan tekanan pada 2 titik yang diakibatkan oleh
respons pemanasan udara oleh matahari yang berbeda di kedua titik tersebut.
Mengingat sifat tersebut maka energigelombang laut dapat dikategorikan sebagai energi
terbarukan.Gelombang laut secara idealdapat dipandang berbentuk gelombang yang memiliki
ketinggian puncak maksimum dan lembah minimum.
Alternatif teknologi yang diprediksikan tepat dikembangkan di pesisir pantai selatanPulau Jawa
adalah Teknologi Tapered Channel (Tapchan). Prinsip teknologi ini cukupsederhana, gelombang
laut yang datang disalurkan memasuki sebuah saluran runcing
yang berujung pada sebuah bak penampung yang diletakkan pada sebuah ketinggian terte
ntu.Air laut yang berada dalam bak penampung dikembalikan ke laut
melaluisaluran yang terhubung dengan turbin generator penghasil energi listrik
.
Adanya bak penampung memungkinkan aliran air penggerak turbin dapat bero
perasi terus menerusdengan kondisi gelombang laut yang berubah-
ubah. Teknologi ini tetap memerlukan bantuan mekanisme pasang surut dan
pilihan topografi garis pantai yang tepat. Teknologiini telah dikembangkan sejak tahun 1985.
Alternatif teknologi pembangkit tenaga gelombang laut yang
l e b i h b a n y a k dikembangkan adalah teknik osilasi kolom air (the oscillating water column).
Teknologi ini telah dikembangkan BPPT dengan didirikannya sebuah Pembangkit Listrik
BertenagaOmbak (PLTO) di Yogyakarta, yaitu modelOscillating Water Column.
Kolom air y a n g berosilasi (Oscillating Water Column). Alat ini membangkitkan
listrik dari naik turunnyaair akibat gelombang dalam sebuah pipa silindris yang berlubang. Naik
turunnyakolom air i n i a k a n m e n g a k i b a t k a n k e l u a r m a s u k n y a u d a r a d i
l u b a n g b a g i a n a t a s p i p a d a n menggerakkan turbin.
2.8 Energi Panas Bumi
Energi geothermal atau energi panas bumi merupakan salah satu energi baru dan
terbarukan yang relatif ramah lingkungan karena bersumber dari panas dalam bumi. Energi
panas bumi merupakan energi panas yang terdapat dan terbentuk di dalam kerak bumi.
Temperatur di bawah kerak bumi bertambah seiring bertambahnya kedalaman. Suhu di
pusat bumi diperkirakan mencapai 5400 °C. Menurut Pasal 1 UU No.27 tahun 2003 tentang
Panas Bumi Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas,
uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya
tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi dan untuk pemanfaatannya
diperlukan proses penambangan.
Energi panas bumi ini berasal dari aktivitas tektonik di dalam bumi yang terjadi
sejak planet ini diciptakan. Panas ini juga berasal dari panas matahari yang diserap oleh
permukaan bumi. Selain itu sumber energi panas bumi ini diduga berasal dari beberapa
fenomena:
1. Peluruhan elemen radioaktif di bawah permukaan bumi.
2. Panas yang dilepaskan oleh logam-logam berat karena tenggelam ke dalam pusat
bumi.
3. Efek elektromagnetik yang dipengaruhi oleh medan magnet bumi.
Indonesia benar-benar dianugerahi dengan potensi alam yang luar biasa. Panas
bumi yang terkandung di dalam perut buminya merupakan bentuk energi hasil rekayasa
alam sehingga tidak diperlukan variasi rekayasa buatan untuk menggali potensi energi
tersebut. Investasi yang diperlukan akan jauh lebih murah jika dibandingkan dengan negara
lain. Dengan kisaran investasi yang sama, energi yang dihasilkan oleh Panas bumi
Indonesia 10 kali lebih besar jika dibandingan dengan panas bumi dari negara lain.
Potensi geotermal Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal. Lapangan
geotermal kamojang menjadi salah satu sumur produksi panas bumi paling produktif.
Sumur ini masih dimanfaatkan hingga sekarang walau sudah beroperasi selama 27 tahun
dan masih memiliki kapasitas panas bumi sebanyak 93%. Efisiensi energi yang sangat baik
diperlihatkan oleh panas bumi sebagai sumber energi.
Dalam grafik yang diperoleh dari salah satu sumber di atas, potensi produksi sumur
geothermal terus meningkat sejak pertama kali proses produksi dilakukan. Pada tahun 2025
diproyeksikan geothermal Indonesia dapat menghasilkan panas bumi sebesar 9500 MW
atau setara dengan 400 ribu barel oil equivalen (boe) per harinya. Sebuah potensi energi
yang sangat besar.
Berdasarkan informasi dari Kementrian ESDM, sampai dengan November 2009
total potensi panas bumi Indonesia diperkirakan mencapai 28.112 MWe yang tersebar di
256 titik. Terdapat penambahan 8 lokasi baru dengan potensi 400 MWe yang berasal dari
penemuan lapangan pada tahun 2009. Dengan segala potensi yang dimiliki, Indonesia
seharusnya mampu menjadikan panas bumi sebagai sumber energi utama dan menjadi
acuan bagi negara lainnnya. Selama ini kita masih berkiblat pada selandia baru dan islandia
dalam upaya pemanfaatan teknologi panas bumi.
Indonesia memiliki sumberdaya panas bumi terbesar di dunia, dengan hampir 40
persen sumberdaya global yang sudah diketahui. Diperkirakan Indonesia memiliki potensi
listrik sebesar 27.000 Megawatt, hampir setara dengan total pasokan listrik nasional saat
ini. Cepatnya pertumbuhan ekonomi membuat kebutuhan listrik naik pesat, sehingga
meningkatkan penggunaan panas bumi menjadi hal yang penting. Karena itu, pemerintah
Indonesia menjadikan pengembangan energi panas bumi sebagai prioritas. Proyek listrik
10.000 MW percepat pembangkit listrik baru.
Sektor energi Indonesia masih mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan listrik
akibat pertumbuhan ekonomi yang pesat. Sebagai akibatnya, pemadaman sering terjadi
yang berdampak buruk bagi ekonomi dan konsumen. Melihat kebutuhan listrk harus cepat
dipenuhi, pada tahun 2006 pemerintah Indonesia mulai menjalankan Proyek Listrik 10.000
Megawatt. Sejumlah pembangkit listrik baru dibangun di berbagai wilayah menggunakan
batu bara yang murah dan banyak tersedia. Pembangkit ini menggantikan pembangkit
listrik bertenaga minyak bumi atau solar sehingga meningkatkan jumlah listrik dengan
harga yang lebih terjangkau.
Namun, proyek listrik 10.000 MW membawa masalah baru. Pembangkit batu bara
memperparah kondisi lingkungan hidup lokal dan global, juga semakin membuat Indonesia
tergantung pada bahan bakar fosil. Saat ini lebih dari 80 persen listrik bersumber dari bahan
bakar fosil. Agar lebih ramah lingkungan, pemerintah meluncurkan proyek listrik 10.000
MW kedua pada tahun 2008 yang didominasi energi terbarukan – 4.000 MW akan berasal
dari panas bumi. Diharapkan proyek ini akan meningkatkan penggunaan energi terbarukan
Indonesia secara signifikan. Proyek ini juga akan meningkatkan penggunaan panas bumi
global, yang saat ini berjumlah 10.000 MW, naik sebanyak 40 persen.
Meski adanya usaha untuk meningkatkan, pasokan listrik hasil panas bumi di Indonesia
hanya mencapai 1.189 Megawatt. Belum lama ini pemerintah melakukan upaya untuk
meningkatkan penggunaannya. Ada beberapa hambatan yang harus ditangani:
1. Kurangnya investasi untuk mendukung mencapai target peningkatan panasa bumi
2. Keterbatasan kebijakan dan regulasi untuk mendukung undang-undang panas bumi
3. Kurangnya insentif dan mekanisme harga yang sesuai dengan manfaat bagi
lingkungan hidup untuk melakukan investasi terutama dengan risiko lebih tinggi
di wilayah panas bumi yang belum dieksplorasi
4. Terbatasnya kemampuan institusional untuk merencanakan pengembangan energi
panas bumi dan melibatkan para pengembang
5. Lemahnya kemampuan lokal dalam bidang pengkajian sumberdaya, pembuatan
peralatan, konstruksi, serta mengjalankan dan merawat fasilitas pembangkit panas
bumi.
Bank Dunia dukung perluasan energi panas bumi Indonesia
Meski banyak tantangan, panas bumi tetap menjadi prioritas pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan listrik serta menjadi bagian penting strategi pertumbuhan rendah karbon. Bank
Dunia mendukung Indonesia mencapai sasarannya melalui strategi yang terbagi dalam dua
cara.
Pertama, Bank Dunia membantu pemerintah Indonesia melakukan reformasi untuk
meningkatkan investasi di sektor energi panas bumi. Proyek Geothermal Power Generation
Development yang didanai hibah dari Global Environment Facility mendukung
Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral melakukan perbaikan kebijakan dan
regulasi. Pada saat yang sama, Bank Dunia juga membantu menstimulasi investasi dengan
memberi dukungan langsung bagi pengembang public dan swasta. Ini termasuk investasi
Geothermal Clean Energy Investment Project yang baru disetujui untuk mendukung
Pertamina Geothermal Energy (PGE). “Proyek penting ini merupakan proyek pertama di
kawasan Asia Timur yang didanai mekanisme Clean Technology Fund,” .
Secara garis besar struktur biaya pembangkitan PLTP meliputi dua komponen
yaitu biaya investasi serta biaya operasional dan perawatan. Biaya investasi dapat dibagi
menjadi biaya investasi eskplorasi, biaya pengembangan lapangan uap, dan biaya investasi
pembangkit. Sedangkan biaya operasional dan perawatan meliputi biaya operasional
pembangkit listrik, biaya pemeliharaan pembangkit listrik, dan biaya pemeliharaan
lapangan dan pembuatan sumur make-up. Ada dua parameter penting yang mempengaruhi
besarnya biaya investasi, yaitu kualitas sumber daya dan kondisi infrastruktur di lokasi
tersebut. Sumber daya panas bumi dapat mempunyai kualitas tinggi, menengah dan rendah.
Sedangkan infrastruktur di lokasi pengembangan panas bumi dapat sudah maju, sedang
maupun masih terpencil. Besarnya biaya investasi ditunjukkan pada dan merupakan total
biaya modal langsung ataupun tidak langsung.
III. Kesimpulan
1. Kondisi atau keadaan energi saat ini sekali lagi mengajarkan kepada kita bahwa
usaha serius dan sistematis untuk mengembangkan dan menerapkan sumber energi
terbarukan guna mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil perlu
segera dilakukan.
2. Penggunaan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan juga berarti
menyelamatkan lingkungan hidup dari berbagai dampak buruk yang ditimbulkan
akibat penggunaan BBM.
3. Terdapat beberapa sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan yang bisa
diterapkan segera di tanah air, seperti bioethanol, biodiesel, tenaga panas bumi,
tenaga surya, mikrohidro, tenaga angin, dan sampah/limbah.
4. Kerjasama, koordinasi antar Departemen Teknis serta dukungan dari industri dan
masyarakat sangat penting untuk mewujudkan implementasi sumber energi
terbarukan tersebut

Anda mungkin juga menyukai