Anda di halaman 1dari 16

EKSPLORASI LIMBAH KULIT BUAH NAGA

UNTUK PEMBUATAN BIOETANOL


SEBAGAI SUMBER ENERGI TERBARUKAN

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari

Yang dibina oleh

Bapak Aman Santoso

Oleh

Kelompok 2

Astrid Nurmayasari (150331603320)

Insani Mutiara Dewi (150331603262)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
Februari 2017
BAB I

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pada masa sekarang kecenderungan pemakaian bahan bakar sangat tinggi sedangkan
sumber bahan bakar minyak bumi yang di pakai saat ini semakin menipis. Oleh karena itu, perlu
adanya bahan alternatif yang dapat digunakan sebagai pengganti minyak bumi. Bioetanol dapat
digunakan sebagai bahan bakar untuk pemecahan masalah energi pada saat ini. Saat ini sedang
diusahakan secara intensif pemanfaatan bahan-bahan yang mengandung serat kasar dengan
karbohidrat yang tinggi, dimana semua bahan yang mengandung karbohidrat dapat diolah
menjadi bioetanol. Misalnya umbi kayu, ubi jalar, pisang, buah naga, dan lain-lain. Bioetanol
dapat dihasilkan dari tanaman yang banyak mengandung senyawa selulosa dengan menggunakan
bantuan dari aktivitas mikroba. Buah naga dengan nama Latin Hylocereos undatus merupakan
jenis buah-buahan jenis kaktus yang berasal dari Mexico, Amerika Tengah, namun sekarang juga
dibudidayakan di negara-negara Asia termasuk Indonesia (Wikipedia, 2017).
Biasanya buah naga diolah sebagai makanan dan minuma. Kulit dari buah naga biasanya
oleh masyarakat hanya dibuang dan hal itu menjadi permasalahan limbah di alam karena akan
meningkatkan keasaman tanah dan mencemarkan lingkungan. Bioetanol merupakan cairan hasil
proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme Produksi
bioetanol dari tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses
konversi karbohidrat menjadi gula atau glukosa dengan beberapa metode diantaranya dengan
hidrolisis asam dan secara enzimatis. Metode hidrolisis secara enzimatis lebih sering digunakan
karena lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan katalis asam. Glukosa yang diperoleh
selanjutnya dilakukan proses fermentasi atau peragian dengan menambahkan yeast atau ragi
sehingga diperoleh bioetanol (Khairani, 2007).

2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa


masalah, sebagai berikut:
1) Apakah yang dimaksud dengan alkohol dan bioetanol?
2) Bagaimana cara menjaga keseimbangan antara perkembangan teknologi dengan
kebutuhan bahan bakar saat ini?
3) Bagaimana cara membuat bioetanol dengan memanfaatkan limbah kulit buah Naga?

3. TUJUAN

Tujuan yang akan dicapai dari permasalahan yang telah dijabarkan akan diuraikan
sebagai berikut.
1) Memahami hakikat dari alkohol dan bioetanol
2) Menemukan solusi untuk menjaga keseimbangan antara perkembangan teknologi
dengan kebutuhan bahan bakar
3) Memahami cara pembuatan bioetanol dengan memanfaatkan limbah kulit buah Naga.
BAB II
PEMBAHASAN

1. ALKOHOL

PENGERTIAN ALKOHOL
Alkohol adalah senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada
atom karbon, yang terikat pada atom hidrogen atau atom karbon lain.

RUMUS UMUM ALKOHOL


Rumus kimia umum alkohol adalah CnH2n+2OH'

JENIS-JENIS ALKOHOL
Alkohol dapat dibagi kedalam beberapa kelompok tergantung pada bagaimana posisi gugus -OH
dalam rantai atom-atom karbonnya.
1. Alkohol Primer
Pada alkohol primer(1), atom karbon yang membawa gugus -OH hanya terikat pada satu
gugus alkil.
Ada pengecualian untuk metanol, CH3OH, dimana metanol ini dianggap sebagai sebuah
alkohol primer meskipun tidak ada gugus alkil yang terikat pada atom karbon yang
membawa gugus -OH.
2. Alkohol sekunder
Pada alkohol sekunder (2), atom karbon yang mengikat gugus -OH berikatan langsung
dengandua gugus alkil, kedua gugus alkil ini bisa sama atau berbeda.
3. Alkohol tersier
Pada alkohol tersier (3), atom karbon yang mengikat gugus -OH berikatan langsung
dengan tigagugus alkil, yang bisa merupakan kombinasi dari alkil yang sama atau berbeda.
Jika didasarkan atas jumlah gugus hidroksil (-OH) yang terdapat dalam strukturnya, alkohol
dibagi menjadi :
1. Alkohol monohidroksi adalah alkohol yang mempunyai 1 gugus OH.
Contoh : CH3-CH2-OH.
2. Alkohol dihidroksi adalah alkohol yang mempunyai 2 gugus OH.
Contoh : CH2(OH)-CH2(OH)
3. Alkohol trihidroksi adalah alkohol yang mempunyai 3 gugus OH.
Contoh : CH2(OH)-CH(OH)-CH2(OH).

KEGUNAAN ALKOHOL
1) Etanol
a. Minuman. "Alkohol" yang terdapat dalam minuman beralkohol adalah etanol.
b. Spirit (minuman keras) bermetil yang diproduksi dalam skala industry. Sebenarnya
merupakan sebuah etanol yang telah ditambahkan sedikit metanol dan kemungkinan
beberapa zat warna. Metanol beracun, sehingga spirit bermetil dalam skala industri
tidak cocok untuk diminum. Penjualan dalam bentuk spirit dapat menghindari pajak
tinggi yang dikenakan untuk minuman beralkohol (khususnya di Inggris).
c. Sebagai bahan bakar. Etanol dapat dibakar untuk menghasilkan karbon dioksida dan
air serta bisa digunakan sebagai bahan bakar baik sendiri maupun dicampur dengan
petrol (bensin). "Gasohol" adalah sebuah petrol / campuran etanol yang mengandung
sekitar 10 20% etanol.
d. Sebagai pelarut. Etanol banyak digunakan sebagai sebuah pelarut. Etanol relatif
aman, dan bisa digunakan untuk melarutkan berbagai senyawa organik yang tidak
dapat larut dalam air. Sebagai contoh, etanol digunakan pada berbagai parfum dan
kosmetik.
2) Metanol
a. Sebagai bahan bakar. Metanol jika dibakar akan menghasilkan karbon dioksida dan
air. Metanol bisa digunakan sebagai sebuah aditif petrol untuk meningkatkan
pembakaran, atau kegunaannya sebagai sebuah bahan bakar independen (sekarang
sementara diteliti).
b. Sebagai sebuah stok industry. Kebanyakan metanol digunakan untuk membuat
senyawa-senyawa lain seperti metanal (formaldehida), asam etanoat, dan metil ester
dari berbagai asam. Kebanyakan dari senyawa-senyawa selanjutnya diubah menjadi
produk.
c. Propan-2-ol
Propan-2-ol banyak digunakan pada berbagai situasi yang berbeda sebagai sebuah
pelarut.

PROSES PEMBUATAN ALKOHOL


Secara garis besar, langkah-langkah dalam proses pembuatan alkohol ada tiga macam, yaitu:
proses fermentasi, destilasi, dan dehidrasi.
1) Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi
energi dalam sel dalam keadaan
anaerobik (tanpa oksigen). Secara
umum, fermentasi adalah salah satu
bentuk respirasi anaerobic. Namun,
terdapat definisi yang lebih jelas yang
mendefinisikan fermentasi sebagai
respirasi dalam lingkungan anaerobik
dengan tanpa akseptor elektron
eksternal. (kandungan alkohol 7-9 %
untuk bahan dari ubi kayu)

2) Destilasi
Destilasi merupakan proses
pembuangan air dari dalam alkohol
yang kadar airnya masih tinggi.
Prinsip dasar dari proses destilasi
adalah memisahkan dua buah
campuran cairan dengan
memanfaatkan perbedaan titik didih
dari kedua zat cair tersebut. Alkohol
yang titik didihnya lebih rendah dari air akan diuapkan dengan jalan memanaskanya. Air
akan tinggal dan alkohol akan menguap. Uap alkohol ini dijadikan cairan lagi dengan cara
mendinginkannya. Dalam proses destilasi ini kadar alkohol yang diperoleh sampai 96 %.

3) Dehidrasi
Dehidrasi merupkan proses untuk
membuang air sampai menjadi 99,5%.
Alkohol 99,5% ini yang bisa digunakan
untuk menjadi bahan bakar energi
alternatif. Proses dehidrasi ini ada tiga
macam yaitu proses azeotropic
distillation, molecular sieve dan
membran pervoration. Alkohol juga
dapat dibuat dari bahan alam, alcohol yang dihasilkan dinamakan bioetanol yang akan
dibahas pada pembahasan besrikut ini.

2. BIOETANOL

Bioetanol adalah salah satu bentuk energi terbaharukan yang dapat diproduksi dari
tumbuhan. Bioetanol dapat dibuat dari tanaman-tanaman yang umum,
misalnya tebu, kentang, singkong, dan jagung. Telah muncul perdebatan, apakah bioetanol ini
nantinya akan menggantikan bensin yang ada saat ini. Kekhawatiran mengenai produksi dan
adanya kemungkinan naiknya harga makanan yang disebabkan karena dibutuhkan lahan yang
sangat besar, ditambah lagi energi dan polusi yang dihasilkan dari keseluruhan produksi
bioetanol, terutama tanaman jagung. Namun pada pembahasan kali ini bahan baku pembuatan
etanol bukanlah bahan pangan yang dapat menyebabkan persaingan antara kebutuhan panggan
masyarakat dengan bahan baku pembuatan etanol, karena yangakan digunakan kali ini dalah
limbah kulit buah naga. Pengembangan terbaru dengan munculnya komersialisasi dan produksi
etanol selulosa mungkin dapat memecahkan sedikit masalah.
Sudah menjadi pembicaraan hangat di masyarakat dan media massa, kenaikan harga
BBM sudah tidak bisa dielakkan lagi. Satu sisi dengan pertimbangan subsidi yang
membengkak perlu dikendalikan agar tidak menguras APBN, sedangkan disisi lain kalau
terjadi kenaikan pasti akan berdampak pada kenaikan kebutuhan hidup serta yang akan paling
merasakan dampak tersebut adalah rakyat kelas bawah.
Kebijakan eksplorasi dan eksploitasi energi, sampai saat ini masih menitikberatkan
pada energi fosil yang pada saatnya akan habis. Kebijakan energi harusnya diarahkan pada
konservasi energi untuk meningkatkan efisiensi energi pada sisi pemanfaatannya, demikian
halnya dengan diversifikasi energi dengan tujuan meningkatkan energi baru terbarukan dalam
bauran energi nasional. Demikian dikatakan Ketua Program Studi Teknik Energi Terbarukan
Jurusan Teknik Politeknik Negeri Jember (Polije) Muh. Nuruddin, ST, M.Si dalam seminat
energi di Gedung Serbaguna Soetrisno Widjaja Sabtu kemarin (1/11/2014).
Pemanfaatan bioenergi merupakan salah satu solusi mengatasi masalah
ketergantungan terhadap sumber energi fosil, ungkap Nuruddin. Potensi bioenergi di
Indonesia sangat besar, terutama yang berasal dari sektor pertanian baik dari sektor tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan dan peternakan.
Menurut Ketua Laboratorium Teknik Energi Terbarukan Yuana Susmiati. S.TP, M.Si,
salah satu sumber energi yang sangat potensial dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai energi
alternatif adalah Bioetanol. Sumber bahan baku pembuatan Bioetanol dapat berasal dari bahan
baku yang mengandung glukosa atau gula, pati dan bahan belignoselulosa. Sumber bahan
baku Bioetanol dari bahan bergula adalah Tebu, Aren dan Sorgum Manis, yang dari bahan
baku berpati berasal dari Sagu, Ubi Kayu, Ubi Jalar dan Jagung, sedangkan sumber bahan baku
berlignoselulosa yaitu Jerami, Bagas dan Onggok, cetus Yuana Susmiati dalam ketika
menjadi narasumber seminar energi waktu lalu.
Bioetanol merupakan sumber energi yang ramah lingkungan karena memiliki angka
oktan yang lebih tinggi dibanding premium. Angka oktan Bioetanol sebesar 115, sedangkan
premiun 88 dan pertamax sebesar 98, ungkap Yuana Susmiati dengan mantap. Bioetanol
dapat dipergunakan sebagai aditif untuk menggantikan TEL atau MTBE yaitu yang berfungsi
sebagai aditif peningkat nilai oktan yang mengandung timbal dan karsinogenik. Penggunaan
Bioetanol dapat mengurangi efek gas rumah kaca karena siklus emisi gas rumah kaca lebih
rendah 14-19% dibandingkan dengan premium. Berikut akan dijelaskan langkah-langkah
sederhana pembuatan etanol.

PEMBUATAN

Produksi etanol/bioetanol (atau alkohol) dengan bahan baku tanaman yang mengandung
pati atau karbohydrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa)
larut air. Konversi bahan baku tanaman yang mengandung pati atau karbohydrat dan tetes
menjadi bioetanol ditunjukkan pada Tabel 1.

Glukosa dapat dibuat dari pati-patian, proses pembuatannya dapat dibedakan berdasarkan
zat pembantu yang dipergunakan, yaitu Hydrolisa asam dan Hydrolisa enzyme. Berdasarkan
kedua jenis hydrolisa tersebut, saat ini hydrolisa enzyme lebih banyak dikembangkan, sedangkan
hydrolisa asam (misalnya dengan asam sulfat) kurang dapat berkembang, sehingga proses
pembuatan glukosa dari pati-patian sekarang ini dipergunakan dengan hydrolisa enzyme. Dalam
proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air dilakukan dengan penambahan air
dan enzyme; kemudian dilakukan proses peragian atau fermentasi gula menjadi etanol dengan
menambahkan yeast atau ragi. Reaksi yang terjadi pada proses produksi etanol/bio-etanol secara
sederhana ditujukkan pada reaksi 1 dan 2.

H2O
(C6H10O5)n ---------------------------- C6H12O6 (1)
Enzyme
(pati) ------------------------------------ (glukosa)

(C6H12O6)n ----------------------------2 C2H5OH + 2 CO2 (2)


yeast (ragi)
(glukosa) -------------------------------- (etanol)
Selain etanol/bioetanol dapat diproduksi dari bahan baku tanaman yang mengandung pati
atau karbohydrat, juga dapat diproduksi dari bahan tanaman yang mengandung selulosa (mis:
jerami padi), namun dengan adanya lignin mengakibatkan proses penggulaannya menjadi lebih
sulit, sehingga pembuatan etanol/bioetanol dari selulosa sementara ini tidak di rekomendasikan.
Meskipun teknik produksi etanol/bioetanol merupakan teknik yang sudah lama diketahui, namun
etanol/bioetanol untuk bahan bakar kendaraan memerlukan etanol dengan karakteristik tertentu
yang memerlukan teknologi yang relatif baru di Indonesia antara lain mengenai neraca energi
(energy balance) dan efisiensi produksi, sehingga penelitian lebih lanjut mengenai teknologi
proses produksi etanol masih perlu dilakukan. Secara singkat teknologi proses produksi
etanol/bioetanol tersebut dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu persiapan bahan baku, fermentasi,
pemurnian/destilasi

1) Persiapan Bahan Baku


Bahan baku untuk produksi bietanol bisa didapatkan dari berbagai tanaman, baik
yang secara langsung menghasilkan gula sederhana semisal Tebu (sugarcane), gandum
manis (sweet sorghum) atau yang menghasilkan tepung seperti jagung (corn), singkong
(cassava) dan gandum (grain sorghum) disamping bahan lainnya.
Persiapan bahan baku beragam bergantung pada bahan bakunya, tetapi secara
umum terbagi menjadi beberapa proses, yaitu:
Bahan baku harus digiling untuk mengekstrak gula, kemudian tepung dan
material selulosa harus dihancurkan untuk memecahkan susunan tepungnya agar
bisa berinteraksi dengan air secara baik
Pemasakan, Tepung dikonversi menjadi gula melalui proses pemecahan menjadi
gula kompleks (liquefaction) dan sakarifikasi (Saccharification) dengan
penambahan air, enzyme serta panas (enzim hidrolisis). Pemilihan jenis enzim
sangat bergantung terhadap supplier untuk menentukan pengontrolan proses
pemasakan.Tahap Liquefaction memerlukan penanganan sebagai berikut:
1) Pencampuran dengan air secara merata hingga menjadi bubur
2) Pengaturan pH agar sesuai dengan kondisi kerja enzim
3) Penambahan enzim (alpha-amilase) dengan perbandingan yang tepat
Pemanasan bubur hingga kisaran 80 sd 90 C, dimana tepung-tepung yang bebas
akan mengalami gelatinasi (mengental seperti Jelly) seiring dengan kenaikan
suhu, sampai suhu optimum enzim bekerja memecahkan struktur tepung secara
kimiawi menjadi gula komplek (dextrin). Proses Liquefaction selesai ditandai
dengan parameter dimana bubur yang diproses menjadi lebih cair seperti sup.
Tahap sakarifikasi (pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana)
melibatkan proses sebagai berikut:
1) Pendinginan bubur sampai suhu optimum enzim sakarifikasi bekerja
2) Pengaturan pH optimum enzim
3) Penambahan enzim (glukoamilase) secara tepat
4) Mempertahankan pH dan temperature pada rentang 50 sd 60 C sampai proses
sakarifikasi selesai (dilakukan dengan pengetesan gula sederhana yang
dihasilkan)
2) Fermentasi
Pada tahap ini, tepung telah sampai pada titik perubahan menjadi gula sederhana
(glukosa dan sebagian fruktosa) dimana proses selanjutnya melibatkan penambahan
enzim yang diletakkan pada ragi (yeast) agar dapat bekerja pada suhu optimum. Proses
fermentasi ini akan menghasilkan etanol dan CO2.
Bubur kemudian dialirkan kedalam tangki fermentasi dan didinginkan pada suhu
optimum kisaran 27 sd 32oC, dan membutuhkan ketelitian agar tidak terkontaminasi oleh
mikroba lainnya. Karena itu keseluruhan rangkaian proses dari liquefaction, sakarifikasi
dan fermentasi haruslah dilakukan pada kondisi bebas kontaminan.
Selanjutnya ragi akan menghasilkan etanol sampai kandungan etanol dalam
tangki mencapai 8 sd 12 % (biasa disebut dengan cairan beer), dan selanjutnya ragi
tersebut akan menjadi tidak aktif, karena kelebihan etanol akan berakibat racun bagi ragi.
Dan tahap selanjutnya yang dilakukan adalah destilasi, namun sebelum destilasi
perlu dilakukan pemisahan padatan-cairan, untuk menghindari terjadinya clogging
selama proses distilasi.

3) Pemurnian / Distilasi
Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer (sebagian besar adalah air
dan etanol). Titik didih etanol murni adalah 78 C sedangkan air adalah 100 C (Kondisi
standar). Dengan memanaskan larutan pada suhu rentang 78 - 100 C akan mengakibatkan
sebagian besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi akan bisa dihasilkan etanol
dengan konsentrasi 95 % volume.
Prosentase Penggunaan Energy

Prosentase perkiraan penggunaan energi panas/steam dan listrik diuraikan dalam tabel
berikut ini:

Prosentase Penggunaan Energi

Identifikasi Proses Steam Listrik

Penerimaan bahan baku, penyimpanan,


0% 6.1 %
dan penggilingan

Pemasakan (liquefaction) dan


30.5 % 2.6 %
Sakarifikasi

Produksi Enzim Amilase 0.7 % 20.4 %

Fermentasi 0.2 % 4%

Distilasi 58.5 % 1.6 %

Etanol Dehidrasi (jika ada) 6.4 % 27.1 %


Penyimpanan Produk 0% 0.7 %

Utilitas 2.7 % 27 %>

Bangunan 1 %> 0.5 %

TOTAL 100 % 100 %

Sumber: A Guide to Commercial-Scale Etanol Production and


Financing, Solar Energy Research Institute (SERI), 1617 Cole
Boulevard, Golden, CO 80401

Peralatan Proses
Adapun rangkaian peralatan proses adalah sebagai berikut:

Peralatan penggilingan, pemasak, termasuk support, pengaduk dan motor, steam line dan
insulasi, External Heat Exchanger, Pemisah padatan - cairan (Solid Liquid Separators), Tangki
Penampung Bubur, Unit Fermentasi (Fermentor) dengan pengaduk serta motor, Unit Distilasi,
termasuk pompa, heat exchanger dan alat kontrol, Boiler, termasuk system feed water dan
softener, Tangki Penyimpan sisa, termasuk fitting.

PEMANFAATAN

1. Sebagai bahan bakar substitusi BBM pada motor berbahan bakar bensin; digunakan
dalam bentuk neat 100% (B100) atau dicampur dengan premium (EXX).
2. Gasohol* s.d E10 bisa digunakan langsung pada mobil bensin biasa (tanpa mengharuskan
mesin dimodifikasi).
Keterangan :
*Gasohol campuran bioetanol kering/absolut terdena-turasi dan bensin pada kadar
alkohol s/d sekitar 22 %-volume. Istilah bioetanol identik dengan bahan bakar murni.
3. Motor atau mobil yang menggunakan bahan bakar campuran bioetanol kerja mesinnya
lebih bagus. Bisa membuat kendaraan sanggup menempuh jarak lebih jauh. Syaratnya,
bioetanol yang digunakan sebagai campuran harus murni 99,5%. Artinya, nyaris tak
tercampur zat lain. Pernah dilakukan uji coba pada dua buah motor. Satu motor diisi 1
liter bensin campur bioetanol, motor yang satunya diisi 1 liter bensin murni. Motor
dengan bensin campur bioetanol meampu menempuh jarak 47 km, motor bensin murni
40 km.
4. Gas buang bioetanol lebih sedikit polusinya. Itu karena gas buang bioetanol melepas
karbondioksida lebih banyak dari pada karbonmonoksida. Karbondioksida adalah zat
yang diperlukan tumbuhan untuk memasak makanan. Sebaliknya, gas buang bensin
banyak mengandung karbonmonoksida yang merugikan kesehatan makhluk hidup.
5. Pencampuran bioetanol juga bisa menghemat penggunaan bensin. Dalam setahun, kita
bisa menghemat bensin sebanyak 1,5 juta kiloliter. Kalau diuangkan, itu setara dengan
Rp 8.170.000.000.000,00.
6. Pembakarannya lebih sempurna. Asapnya pun lebih ramah lingkungan dan tanaman ini
dikenal gampang hidup. Tinggal tancap batangnya di tanah basah, ketela pohon (Manihot
utilissima atau Manihot esculenta) niscaya tumbuh.

3. INOVASI

Pemanfaatan kulit buah naga sebagai bahan bakar hampir tidak ditemukan.
Padahal, kulit buah naga berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan
bioetanol yang merupakan energi baru terbarukan sebagai pengganti bensin untuk
mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil sebagaimana pemerintah
mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No.5 Tahun 2006 tentang kebijakan energi
nasional. Dengan kekayaan biomasanya, Indonesia merupakan negara yang potensial
dalam pengembangan bioetanol. Namun, pengembangan bioetanol masih memiliki
banyak kendala diantaranya harga yang tidak kompetitif, ketersediaan bahan baku, dan
kualitas bioetanol tersebut. BBN yang terdiri dari biodiesel dan bioetanol merupakan
bahan bakar alternatif yang paling potensial mengurangi dominasi bahan bakar minyak.
Selama kurun waktu 23 tahun (2012-2035), diprediksi BBN meningkat dengan laju
pertumbuhan 15,9% (0,7 juta kl pada 2012 menjadi 21 juta kl pada 2035) per tahun
untuk skenario dasar dan 17,4% untuk skenario tinggi(BPPT 2014). Pada hakikatnya,
pertumbuhan bioetanol sangat rendah. Hal ini disebabkan hampir semua bahan baku
bioetanol diperlukan sebagai bahan pangan atau farmasi sehingga cukup sulit untuk
mengembangkan perkebunan energi untuk bioetanol sementara sementara hasil
perkebunan tersebut masih diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan
komoditas ekspor.

GAGASAN
Kondisi Kekinian
Buah naga atau Hylocereos undatus terbilang buah yang baru dikenal di Indonesia. Buah
yang berasal dari Meksiko ini terkenal mujarab menurunkan kadar gula darah dan kolesterol.
Dan kini buah naga mulai dikembangkan di tanah air, serta memiliki peluang besar untuk
disebarluaskan.
Buah naga termasuk dalam keluarga tanaman kaktus dengan karakteristik memiliki duri
pada setiap ruas batangnya. Aslinya berasal dari Meksiko, Amerika Selatan. Konon disebut buah
naga, karena seluruh batangnya yang menjulur panjang seperti layaknya naga. Dalam
perkembangannya, tanaman ini kemudian dikembangkan di Israel, Thailand dan Australia.
Di Indonesia sendiri baru masuk sekitar tahun 2000 dan dibudidayakan untuk pertama
kalinya oleh seorang warga Delangu, Klaten, Jawa Tengah. Awalnya tidak mudah baginya untuk
budidaya buah naga. Buah naga tersebut didatangkan dari Thailand sekitar 250 benih. Selama 2
tahun, bibit-bibit tanaman buah naga yang di tanam, tidak kunjung membuahkan hasil. Tapi
setelah mempelajari karakteristik yang melekat pada tanaman ini, akhirnya upaya untuk
membudidayakannya mulai tampak.
Buah Naga banyak mengandung gizi yang sangat penting untuk tubuh kita, gizi yang
terkandung dalam buah naga cukup banyak. Buah ini juga banyak mengandung vitamin seperti
vitamin C, vitamin B1, vitamin B2 dan vitamin B12. Dalam 100 g buah naga, mengandung
kalori 60 kkal, protein 0, 53 g, karbohidrat 11, 5 g, serat 0,71 g, kalsium 134,5 mg, fosfor 87 mg,
zat besi 0,65 mg, vitamin C 9,4 mg, serta kandungan airnya sebanyak 90%.
Proses destilasi adalah cara pemisahan zat cair dari campurannya berdasarkan perbedaan
titik didih atau berdasarkan kemapuan zat untuk menguap. Dimana zat cair dipanaskan hingga
titik didihnya, serta mengalirkan uap ke dalam alat pendingin (kondensor) dan mengumpulkan
hasil pengembunan sebagai zat cair. Pada kondensor digunakan air yang mengalir sebagai
pendingin. Air pada kondensor dialirkan dari bawah ke atas, hal ini bertujuan supaya air tersebut
dapat mengisi seluruh bagian pada kondensor sehingga akan dihasilkan proses pendinginan yang
sempurna. Saat suhu dipanaskan, cairan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap terlebih
dahulu. Uap ini akan dialirkan dan kemudian didinginkan sehingga kembali menjadi cairan yang
ditampung pada wadah terpisah. Zat yang titik didihnya lebih tinggi masih tertinggal pada wadah
semula.
Prinsip dari destilasi adalah penguapan dan pengembunan kembali uapnya dari tekanan
dan suhu tertentu. Tujuan dari destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya dan
memisahkan cairan dari zat padat. Uap yang dikeluarkan dari campuran disebut sebagai uap
bebas. Kondensat yang jatuh sebagai destilat dan bagian cair yang tidak menguap sebagai residu.
Apabila yang diinginkan adalah bagian bagian campurannya yang tidak teruapkan dan bukan
destilatnya maka proses tersebut dinamakan pengentalan dengan evaporasi. Destilasi adalah
sebuah aplikasi yang mengikuti prinsip-prinsip Jika suatu zat dalam larutan tidak sama-sama
menguap, maka uap larutan akan mempunyai komponen yang berbeda dengan larutan aslinya.
Jika salah satu zat menguap dan yang lain tidak, pemisahan dapat terjadi sempurna. Tetapi jika
kedua zat menguap tetapi tidak sama, maka pemisahnya hanya akan terjadi sebagian, akan tetapi
destilat atau produk akan menjadi kaya pada suatu komponen dari pada larutan aslinya.

Solusi yang Pernah Dilakukan


Dalam sebuah penelitian telah dilaporkan bahwa zat betasianin pada kulit buah naga
dieksplorasi kemudian di elaborasi untuk mendapatkan hasil bioetanol kulit buah naga yang
sesungguhnya. Bahan utama dalam proses ini pada penelitian sebelumnya adalah kulit buah
naga. Kelemahan dari penelitian tersebut adalah hanya dimanfaatkan untuk
media Atlas pada materi bahan kimia dalam kehidupan.

Kehandalan Gagasan
Dari penelitian ini, digunakan metode yang sangat unik dalam memperoleh ekstrak
betasianin pada kulit buah naga dengan menggunakan metode fermentasi dan destilasi. Metode
fermentasi ini pada umumnya digunakan untuk megubah karbohidrat menjadi alkohol dan
karbon dioksida atau asam amino organik menggunakan ragi, bakteri, fungi atau kombinasi dari
ketiganya di bawah kondisi anaerobik. Sedangkan destilasi pada umumnya digunakan untuk
pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas)
bahan. Keunggulan penggunaan metode ini untuk menghasilkan produk bioetanol yang optimal.

Strategi Penerapan
1. Persiapan Bahan Baku
Bahan baku untuk produksi bietanol bisa didapatkan dari berbagai tanaman, baik yang
secara langsung menghasilkan gula sederhana semisal Tebu (sugarcane), gandum manis
(sweet sorghum) atau yang menghasilkan tepung seperti jagung (corn), singkong (cassava)
dan gandum (grain sorghum) disamping bahan lainnya.
Persiapan bahan baku beragam bergantung pada bahan bakunya, tetapi secara umum
terbagi menjadi beberapa proses, yaitu:
Bahan baku harus digiling untuk mengekstrak gula, kemudian tepung dan material
selulosa harus dihancurkan untuk memecahkan susunan tepungnya agar bisa berinteraksi
dengan air secara baik
Pemasakan, Tepung dikonversi menjadi gula melalui proses pemecahan menjadi gula
kompleks (liquefaction) dan sakarifikasi (Saccharification) dengan penambahan air,
enzyme serta panas (enzim hidrolisis). Pemilihan jenis enzim sangat bergantung
terhadap supplier untuk menentukan pengontrolan proses pemasakan.Tahap Liquefaction
memerlukan penanganan sebagai berikut:
1. Pencampuran dengan air secara merata hingga menjadi bubur
2. Pengaturan pH agar sesuai dengan kondisi kerja enzim
3. Penambahan enzim (alpha-amilase) dengan perbandingan yang tepat
Pemanasan bubur hingga kisaran 80 sd 90 C, dimana tepung-tepung yang bebas akan
mengalami gelatinasi (mengental seperti Jelly) seiring dengan kenaikan suhu, sampai suhu
optimum enzim bekerja memecahkan struktur tepung secara kimiawi menjadi gula komplek
(dextrin). Proses Liquefaction selesai ditandai dengan parameter dimana bubur yang diproses
menjadi lebih cair seperti sup. Tahap sakarifikasi (pemecahan gula kompleks menjadi gula
sederhana) melibatkan proses sebagai berikut:

1. Pendinginan bubur sampai suhu optimum enzim sakarifikasi bekerja


2. Pengaturan pH optimum enzim
3. Penambahan enzim (glukoamilase) secara tepat
4. Mempertahankan pH dan temperature pada rentang 50 sd 60 C sampai proses sakarifikasi
selesai (dilakukan dengan pengetesan gula sederhana yang dihasilkan)
2. Fermentasi
Pada tahap ini, tepung telah sampai pada titik perubahan menjadi gula sederhana
(glukosa dan sebagian fruktosa) dimana proses selanjutnya melibatkan penambahan enzim
yang diletakkan pada ragi (yeast) agar dapat bekerja pada suhu optimum. Proses fermentasi
ini akan menghasilkan etanol dan CO2.
Bubur kemudian dialirkan kedalam tangki fermentasi dan didinginkan pada suhu
optimum kisaran 27 s/d 32oC, dan membutuhkan ketelitian agar tidak terkontaminasi oleh
mikroba lainnya. Karena itu keseluruhan rangkaian proses dari liquefaction, sakarifikasi dan
fermentasi haruslah dilakukan pada kondisi bebas kontaminan.
Selanjutnya ragi akan menghasilkan etanol sampai kandungan etanol dalam tangki
mencapai 8 sd 12 % (biasa disebut dengan cairan beer), dan selanjutnya ragi tersebut akan
menjadi tidak aktif, karena kelebihan etanol akan berakibat racun bagi ragi.
Dan tahap selanjutnya yang dilakukan adalah destilasi, namun sebelum destilasi perlu
dilakukan pemisahan padatan-cairan, untuk menghindari terjadinya clogging selama proses
distilasi.
3. Pemurnian / Distilasi
Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer (sebagian besar adalah air dan
etanol). Titik didih etanol murni adalah 78oC sedangkan air adalah 100oC (Kondisi standar).
Dengan memanaskan larutan pada suhu rentang 78 100oC akan mengakibatkan sebagian
besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi akan bisa dihasilkan etanol dengan
konsentrasi 95 % volume.
KESIMPULAN

1. Pengertian alkohol dan bioethanol


Alkohol adalah senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang
terikat pada atom karbon, yang terikat pada atom hidrogen atau atom karbon lain.
Bioethanol adalah alkohol yang terbuat dari bahan-bahan alami.
2. Cara menjaga keseimbangan antara perkembangan teknologi dengan kebutuhan bahan bakar
saat ini adalah dengan memanfaatkan limbah yang tidak berguna lagi seperti kulit buah Naga
untuk diolah menjadi bioethanol yang akan digunakan sebagai bahan bakar terbaru.
3. Cara membuat bioetanol dengan memanfaatkan limbah kulit buah Naga adalah melalui
serangkaian proses persiapan bahan baku, fermentasi, serta destilasi.
RUJUKAN INTERNET
http://greensingkong.blogspot.co.id/2014/11/dinamika-pengembangan-industri.html
http://www.manfaatonline.com/tabel-nutrisi-kulit-buah-naga-dan-kandungan-kimia-kulit-buah-
naga/
https://ardra.biz/sain-teknologi/bio-teknologi/pengertian-manfaat-proses-fermentasi/
https://id.wikipedia.org/wiki/Fermentasi_(makanan)
http://gustireza2906.blogspot.co.id/2013/10/pengertian-destilasi-dan-macam-macam.html
https://www.ilmukimia.org/2013/05/destilasi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Distilasi
http://manfaatnyasehat.blogspot.co.id/2013/10/kandungan-manfaat-dan-khasiat-buah-naga.html
http://www.akuratpost.com/51/manfaat-buah-naga.html
https://pasarflona.wordpress.com/agribisnis/
https://www.potensilokal.com/pesatnya-perkembangan-buah-naga-di-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai