Semester IV 2015/2016
MAKALAH
BIOETANOL
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
etanol selulosa dapat menyumbangkan perannya lebih besar pada masa
mendatang.
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut:
a. Mengetahui definisi bioetanol
b. Mengetahui sejarah bioetanol
c. Mengetahui bagaimana proses produksi bioethanol
d. Mengetahui manfaat bioethanol
1.4 MANFAAT
Adapun manfaat dari makalah ini yaitu sebagai berikut:
a. Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam lingkup bidang
bioproses, khususnya bioetanol.
b. Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi kita untuk mulai memanfaatkan
dan menerapkan etanol/bioetanol sebagai pengganti bahan bakar.
c. Dapat menjadi bahan referensi bagi orang yang ingin meneliti tentang
proses dehidrasi etanol.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1DEFINISI BIOETANOL
Bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber
karbohidrat (pati) menggunakan bantuan mikroorganisme. Produksi bioetanol
dari tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat, dilakukan melalui
proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) dengan beberapa metode
diantaranya dengan hidrolisis asam dan secara enzimatis. Metode hidrolisis
secara enzimatis lebih sering digunakan karena lebih ramah lingkungan
dibandingkan dengan katalis asam. Glukosa yang diperoleh selanjutnya
dilakukan proses fermentasi atau peragian dengan menambahkan yeast atau
ragi sehingga diperoleh bioetanol sebagai sumber energi.
Etanol atau biasa juga disebut etil alkohol, alkohol murni,
alkohol absolut, atau alkohol adalah sejenis cairan yang mudah menguap,
mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat
psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer
modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang paling tua.
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia
C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari
dimetil eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan
singkatan dari gugus etil (C2H5).
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia
yang ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah
pada parfum, perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia,
etanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk
sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam sejarahnya etanol telah lama
digunakan sebagai bahan bakar.
Ethanol merupakan senyawa yang tidak terdapat secara bebas di alam.
Zat ini adalah golongan alkohol biasa atau alkohol primer yang dibuat dari
glukosa atau jenis gula yang lain dengan jalan peragian.
Alkohol sebagai minuman keras dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1
Minuman yang tidak disuling, yaitu minuman yang hanya mengandung
alkohol paling banyak 12%, contoh bir dan anggur.
Minuman yang disuling, yaitu minuman yang mengandung alkohol
kurang lebih 55%, contoh Whisky, arak, cognac.
Agar alkohol yang digunakan sebagai bahan bakar dan keperluan
farmasi serta industri tidak diminum, maka ethanol dibuat tidak terminum
dengan cara diberi methanol dan zat pewarna (denaturasi alkohol), misalnya
alkohol yang dipakai sebagai spirtus bakar.
Rumus Bangun
1
Larut dalam air dan pelarut organik lainnya (meliputi asam
asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida, dietil eter, etilena
glikol, gliserol, nitrometana, piridina, dan toluena).
Larut dalam hidrokarbon alifatik yang ringan, seperti pentana
dan heksana.
Larut dalam senyawa klorida alifatik seperti trikloroetana dan
tetrakloroetilena.
2.2SEJARAH BIOETANOL
(Bio)Etanol telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai
bahan pemabuk dalam minuman beralkohol. Residu yang ditemukan pada
peninggalan keramik yang berumur 9000 tahun dari China bagian utara
menunjukkan bahwa minuman beralkohol telah digunakan oleh manusia
prasejarah dari masa Neolitik.
Campuran dari (Bio)etanol yang mendekati kemrunian untuk pertama
kali ditemukan oleh Kimiawan Muslim yang mengembangkan proses distilasi
pada masa Kalifah Abbasid dengan peneliti yang terkenal waktu itu adalah
Jabir ibn Hayyan (Geber), Al-Kindi (Alkindus) dan al-Razi (Rhazes). Catatan
yang disusun oleh Jabir ibn Hayyan (721-815) menyebutkan bahwa uap dari
wine yang mendidih mudah terbakar. Al-Kindi (801-873) dengan tegas
menjelaskan tentang proses distilasi wine. Sedangkan (Bio)etanol absolut
didapatkan pada tahun 1796 oleh Johann Tobias Lowitz, dengan
menggunakan distilasi saringan arang.
Antoine Lavoisier menggambarkan bahwa (Bio)etanol adalah
senyawa yang terbentuk dari karbon, hidrogen dan oksigen. Pada tahun 1808
Nicolas-Thodore de Saussure dapat menentukan rumus kimia etanol.
Limapuluh tahun kemudian (1858), Archibald Scott Couper menerbitkan
rumus bangun etanol. Dengan demikian etanol adalah salah satu senyawa
kimia yang pertama kali ditemukan rumus bangunnya. Etanol pertama kali
1
dibuat secara sintetis pada tahu 1829 di Inggris oleh Henry Hennel dan
S.G.Serullas di Perancis. Michael Faraday membuat etanol dengan
menggunakan hidrasi katalis asam pada etilen pada tahun 1982 yang
digunakan pada proses produksi etanol sintetis hingga saat ini.
Pada tahun 1840 etanol menjadi bahan bakar lampu di Amerika
Serikat, pada tahun 1880-an Henry Ford membuat mobil quadrycycle dan
sejak tahun 1908 mobil Ford model T telah dapat menggunakan (bio)etanol
sebagai bahan bakarnya. Namun pada tahun 1920an bahan bakar dari
petroleum yang harganya lebih murah telah menjadi dominan menyebabkan
etanol kurang mendapatkan perhatian. Akhir-akhir ini, dengan meningkatnya
harga minyak bumi, bioetanol kembali mendapatkan perhatian dan telah
menjadi alternatif energi yang terus dikembangkan.
Ahli Kimia Perancis, Louis Pasteur adalah seorang zymologist
pertama ketika pada tahun 1857 mengkaitkan ragi dengan fermentasi. Ia
mendefinisikan fermentasi sebagai "respirasi (pernapasan) tanpa udara".
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik
(tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi
anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan
fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa
akseptor elektron eksternal.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh
hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi
beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam
butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam
fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman
beralkohol lainnya. Respirasi anaerobik dalam otot mamalia selama kerja
yang keras (yang tidak memiliki akseptor elektron eksternal), dapat
dikategorikan sebagai bentuk fermentasi yang mengasilkan asam laktat
sebagai produk sampingannya. Akumulasi asam laktat inilah yang berperan
dalam menyebabkan rasa kelelahan pada otot.
Distilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad
pertama masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh
1
tingginya permintaan akanspritus. Hypathia dari Alexandria dipercaya telah
menemukan rangkaian alat untuk distilasi dan Zosimus dari Alexandria-lah
yang telah berhasil menggambarkan secara akurat tentang proses distilasi
pada sekitar abad ke-4.
Bentuk modern distilasi pertama kali ditemukan oleh ahli-ahli
kimia Islam pada masa kekhalifahan Abbasiah, terutama oleh Al-Razi pada
pemisahan alkohol menjadi senyawa yang relatif murni melalui alat alembik,
bahkan desain ini menjadi semacam inspirasi yang memungkinkan rancangan
distilasi skala mikro, The Hickman Stillheaddapat terwujud. Tulisan
oleh Jabir Ibnu Hayyan (721-815) yang lebih dikenal dengan Ibnu
Jabir menyebutkan tentang uap anggur yang dapat terbakar. Ia juga telah
menemukan banyak peralatan dan proses kimia yang bahkan masih banyak
dipakai sampai saat kini. Kemudian teknik penyulingan diuraikan dengan
jelas oleh Al-Kindi (801-873).
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan
kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap
(volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga
menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk
cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.
1
sedikitnya 35.000 stasiun pengisian bahan bakar dengan sedikitnya satu
pompa etanol. Etanol selulosit dapat diproduksi dari berbagai macam bahan
pangan, dan melibatkan penggunaan seluruh bagian hasil pertanian.
Pendekatan baru ini meningkatkan hasil etanol yang diproduksi dan
mengurangi emisi karbon karena jumlah energi pertanian yang digunakan
sama untuk sejumlah etanol yang lebih tinggi.
1
Etanol juga dihasilkan selama perkecambahan banyak tanaman. Etanol
telah terdeteksi di luar angkasa, membentuk lapisan es pada butir-butir
debu.
2.3PRODUKSI BIOETANOL
Secara umum, produksi bioethanol ini mencakup 3 (tiga) rangkaian
proses, yaitu: Persiapan Bahan baku, Fermentasi, dan Pemurnian atau
Destilasi.
1. Bahan Baku Pembuatan Bioetanol
Merujuk pada berbagai literatur dan jurnal maupun karya-karya
ilmiah, ethanol/bioethanol (alkohol) dapat diproduksi dengan
menggunakan bahan baku tanaman yang mengandung pati atau
karbohidrat, yaitu melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula
(glukosa) larut air. Beberapa jenis tanaman yang banyak dijumpai
sebagai bahan baku produksi etanol/bioetanol antara lain; ubi jalar, ubi
kayu, sorgum manis (cantel), jagung, molasse (tetes tebu - hasil
samping produksi gula), dan aren (nira aren).
Namun demikian, Bank Dunia merekomendasikan sorgum
manis (sorghum bicolor) sebagai bahan-baku produksi bioetanol dan
tidak menyarankan penggunaan bahan-baku yang saat ini merupakan
konsumsi pangan dan pakan, sehingga dikemudian hari produksi
bioetanol tidak menimbulkan konflik kepentingan yang mengganggu
ketersediaan pangan dan pakan yang dapat memicu terjadinya krisis
pangan (dan pakan) dunia. Analogi sederhana-nya, kalo harga bioetanol
bergerak naik maka niscaya harga bahan bakunya akan bergerak naik.
Dan, jika bahan bakunya juga digunakan untuk bahan pangan dan
pakan maka harganya akan ikut terdongkrak naik.
Bila dikaji lebih jauh dengan memperhatikan kondisi berbagai
daerah di Indonesia, biaya produksi yang terkait dengan harga beli
bahan-baku ditingkat petani untuk jenis tanaman yang sama antara satu
daerah dengan daerah lain sangatlah mungkin terjadi perbedaan harga
yang signifikan. Begitu pula perbedaan upah kerja satu daerah dengan
daerah lain (setingkat propinsi) serta besaran pembiayaan pada sisi
transportasi-distribusi. Artinya, dalam konteks ini, harga pokok
1
produksi (HPP) pembuatan bioetanol antara satu daerah dengan daerah
lain jelas tidak otomatis sama, meskipun menggunakan bahan baku dari
tanaman yang sama.
Hasil Panen Perolehan Alkohol
Sumber Karbohidrat
Ton/ha/th Liter/ton Liter/ha/th
Singkong 25 (236) 180 (155) 4500 (3658)
Tetes 3,6 270 973
Sorgum Bici 6 333,4 2000
Ubi Jalar 62,5* 125 7812
Sagu 6,8$ 608 4133
Tebu 75 67 5025
Nipah 27 93 2500
Sorgum Manis 80** 75 6000
*) Panen 2 kali/th; $ sagu kering; ** panen 2 kali/th. Sumber:
Villanueva (1981); kecuali sagu, dari Colmes dan Newcombe (1980);
sorgum manis, dari Raveendram; dan Deptan (2006) untuk singkong;
tetes dan sorgum biji (tulisan baru)
1
merupakan mikroba yang paling banyak digunakan pada fermentasi
alcohol karena dapat berproduksi tinggi, tahan terhadap kadar
alcohol yang tinggi, tahan terhadap kadar gula yang tinggi dan
tetap aktif melakukan aktivitasnya pada suhu 4-32oC.
Clostridium thermocellum adalah bakteri termofilik yang anaerobik
memiliki kemampuan mendegradasi selulosa kompleks ke bentuk
etanol. Selain Clostridium thermocellum, bakteri termofilik
anaerob lain, Clostridium stercorarium, baru-baru ini diketahui
mempunyai pula sifat selulolitik pula. Menutut Viljoen, et al.
(1980) bahwa C thermocellum didapat setelah mengisolasi dari
kotoran kuda. Bakteri Clostridium thermocellum tersebar luas di
alam, habitatnya adalah bahan organik yang di dekomposisi.
Clostridium thermocellum dapat pula ditemukan di pengolahan
limbah pertanian, saluran pencernaan, lumpur, tanah, dan mata air
panas. Clostridium thermocellum dapat tumbuh di lingkungan
anaerobiosis dan temperatur termofilik. Suhu optimum untuk
pertumbuhan adalah 60-64C dan pH optimum berkisar 6,1-7,5.
Zymomonas mobilis dapat mengubah gula menjadi etanol melalui
fermentasi lebih cepat dari ragi dan tahan terhadap konsentrasi
etanol yang tinggi. Jadi, akan lebih menguntungkan jika enzim-
enzim yang digunakan untuk reaksi hidrolisis pati dan selulosa
dapat dimasukkan ke dalam bakteri Zymomonas mobilis, sehingga
gula yang dihasilkan dapat langsung difermentasi menjadi etanol.
3. Pembuatan Bioetanol
Secara umum, produksi bioethanol ini mencakup 3 (tiga)
rangkaian proses, yaitu: Persiapan Bahan baku, Fermentasi, dan
Destilasi (Pemurnian).
a) Persiapan bahan baku
Persiapan bahan baku dilakukan untuk mendapatkan
glukosa. Glukosa diperoleh melalui 2 tahap yaitu delignifikasi
dan hidrolisa. Pada tahap delignifikasi akan menghasilkan
selulosa. Selulosa akan diproses lebih lanjut dengan proses
hidrolisa sehingga akan dihasilkan glukosa. Untuk bahan molase
1
(tetes) dapat langsung ditambahkan yeast (ragi) tanpa perlu
melalui proses delignifikasi dan hidrolisis.
Delignifikasi
Dalam proses pembuatan bioetanol lignin merupakan
salah satu bagian yang mengayu dari tanaman seperti janggel,
kulit keras, biji, bagian serabut kasar, akar, batang dan daun.
Lignin mengandung substansi yang kompleks dan merupakan
suatu gabungan beberapa senyawa yaitu karbon, hidrogen
dan oksigen. Pada tahap delignifikasi ini akan dihasilkan
selulosa. Selulosa merupakan polisakarida yang didalamnya
mengandung zat-zat gula. Proses pemisahan atau
penghilangan lignin dari serat-serat selulosa disebut
delignifikasi atau pulping.
Proses pemisahan lignin dapat dibedakan menjadi 3,
yaitu :
Cara mekanis
Cara kimia
Cara semikimia
Hidrolisa
Prinsip dari hidrolisis pati ini pada dasarnya adalah
pemutusan rantai polimer pati menjadi unit-unit dekstrosa
(C6H12O6). Pemutusan rantai polimer tersebut dapat dilakukan
dengan berbagai metode, misalnya secara enzimatis, kimiawi
ataupun kombinasi keduanya. Hidrolisis secara enzimatis
memiliki perbedaan mendasar dibandingkan hidrolisis secara
kimiawi dan fisik dalam hal spesifitas pemutusan rantai
polimer pati. Hidrolisis secara kimiawi dan fisik akan
memutus rantai polimer secara acak, sedangkan hidrolisis
enzimatis akan memutus rantai polimer secara spesifik pada
percabangan tertentu. Sedangkan untuk pembuatan etanol
dengan bahan baku selulosa, hidrolisisnya meliputi proses
pemecahan polisakarida di dalam biomassa lignoselulosa,
yaitu: selulosa dan hemiselulosa menjadi monomer gula
penyusunnya.
1
Hidrolisis sempurna selulosa menghasilkan glukosa,
sedangkan hemiselulosa menghasilkan beberapa monomer
gula pentose (C5) dan heksosa (C6). Hidrolisis dapat
dilakukan secara kimia (asam) atau enzimatik. Meskipun
demikian, produk akhir etanol yang dimaksudkan merupakan
konversi dari glukosa yang didapat baik dari pati maupun
selulosa. Di dalam metode hidrolisis asam, biomassa
lignoselulosa dipaparkan dengan asam pada suhu dan tekanan
tertentu selama waktu tertentu, dan menghasilkan monomer
gula dari polimer selulosa dan hemiselulosa. Beberapa asam
yang umum digunakan untuk hidrolisis asam antara lain
adalah asam sulfat (H2SO4), asam perklorat, dan HCl. Asam
sulfat merupakan asam yang paling banyak diteliti dan
dimanfaatkan untuk hidrolisis asam. Hidrolisis asam dapat
dikelompokkan menjadi: hidrolisis asam pekat dan hidrolisis
asam encer (Taherzadeh & Karimi, 2007). Hidrolisa
merupakan proses antara reaktan dengan menggunakan air
supaya suatu persenyawaan pecah atau terurai. Reaksi
hidrolisa yaitu :
(C6H10O5)n + nH2O -------- nC6H12O6
Selulosa Air Glukosa
Zat - zat penghidrolisa ada beberapa rnacam, antara lain:
Air
Asam
Basa
Enzim
b) Fermentasi
Tahap selanjutnya pada produksi bioetanol adalah proses
fermentasi. Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel
dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum,
fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan
tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan
fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan
1
tanpa akseptor elektron eksternal. Pada proses fermentasi
penguraian bahan-bahan karbohidrat tidak menimbulkan bau
busuk dan menghasilkan gas karbondioksida. Suatu fermentasi
yang busuk merupakan fermentasi yang mengalami kontaminasi.
Fermentasi pembentukan alkohol dari gula dilakukan oleh
mikroba. Mikroba yamg biasa digunakan adalah Saccharomyces
cereviseae. Perubahan yang terjadi biasanya dinyatakan dalarn
persamaan berikut:
C6H12O6 + Saccharomyces cereviseae ----- 2 C2H5OH + 2 CO2
Gula sederhana + ragi (yeast) ------ alkohol + karbondioksida
Yeast tersebut dapat berbentuk bahan murni pada media
agar - agar atau dalam bentuk yeast yang diawetkan (dried yeast).
Misalnya ragi roti dengan dasar pertimbangan teknik dan
ekonomis, maka biasanya sebelum digunakan untuk meragikan
gula menjadi alkohol, yeast terlebih dahulu dibuat starter.
Tujuan pembuatan starter adalah:
Memperbanyak jumlah yeast, sehingga yang dihasilkan lebih
banyak, reaksi biokimianya akan berjalan dengan baik.
Melatih ketahanan yeast lerhadap kondisi must.
Untuk tujuan tersebut yang perlu diperhatikan adalah zat
asam yang terlarut. Karena itu botol pembuatan starter cukup
ditutup dengan kapas atau kertas saring, dikocok untuk memberi
aerasi. Aerasi ini penting karena pada pembuatan starter tidak
diinginkan terjadinya peragian alkohol.
C6H12O6 + 6O2 -------- 6CO2 + 6H2O + energi
c) Pemurnian/Destilasi
Untuk memisahkan alkohol dari hasil fermentasi dapat
dilakukan dengan destilasi. Destilasi adalah metode pemisahan
berdasarkan perbedaan titik didih. Proses ini dilakukan untuk
mengambil alkohol dari hasil fermentasi.Destilasi dapat dilakukan
pada suhu 80C, karena titik alkohol 78C. sedangkan titik didih
air 100oC.
1
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan
bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan
menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat
dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan
kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih
lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini merupakan
termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan
proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan,
masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya.
Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer (sebagian
besar adalah air dan etanol).
2.4MANFAAT BIOETANOL
Manfaat bioetanol sendiri dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai
bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan karena memiliki bilangan
oktan yang cukup tinggi, selain itu juga bioetanol dijadikan sebagai bahan
baku beralkohol. Adapun manfaat bioetanol yang lainnya adalah:
Sebagai bahan bakar kendaraan
Sebagai bahan dasar minuman beralkohol
Sebagai bahan kimia dasar senyawa organic
Sebagai bahan bakar roket
Sebagai antiseptic
Sebagai antidote beberapa racun
Sebagai pelarut untuk parfum, cat dan larutan obat.
1
BAB III
PENUTUP
3.1KESIMPULAN
1). Bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber
karbohidrat (pati) menggunakan bantuan mikroorganisme.
2). Etanol telah dikenal sejak zaman prasejarah dari masa Neolitik.
Campuran dari (Bio)etanol yang mendekati kemrunian untuk pertama
kali ditemukan oleh Kimiawan Muslim yang mengembangkan proses
distilasi pada masa Kalifah Abbasid dengan peneliti yang terkenal
waktu itu adalah Jabir ibn Hayyan (Geber), Al-Kindi (Alkindus) dan
al-Razi (Rhazes).
3). Bakteri pada pembuatan bioetanol terbentuk pada proses fermentasi
dengan menggunakan yeast. Mikroba yang dapat digunakan dalam
pembuatan etanol adalah Saccharomyces cerevisiae, Clostridium
thermocellum, dan Zymomonas mobilis. Produksi bioethanol ini
mencakup 3 (tiga) rangkaian proses, yaitu: Persiapan Bahan baku,
fermentasi, dan destilasi (pemurnian).
4). Secara umum bioetanol dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar,
bahan dasar minuman beralkohol, bahan kimia dasar senyawa
organik, dan dimanfaatkan dalam industri farmasi dan kosmetik
3.2SARAN
Dari pembuatan makalah ini, diharapkan pembaca dapat menambah
pengetahuan mengenai pembuatan bioetanol. Serta dapat mensosialisasikan
dalam kehidupan bermasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
1
Anonim. (2008). Bioetanol, Sejarah dan Umum. [Online]. Tersedia:
https://energibio.wordpress.com/category/bioetanol/bioetanol-sejarah-dan-
umum/ [26 Mei 2016].
Miska, Yunita., dkk. (2013). Bioethanol. [Online]. Tersedia:
http://makalahbioproseskelompokdua.blogspot.co.id/ [26 Mei 2016]
Ramadhani, Nurhikma., dkk. (2013). Makalah Bioetanol. [Online]. Tersedia:
https://www.scribd.com/doc/149941109/Makalah-Bioetanol [26 Mei 2016].
Saputra, Zulfikar Cahya. (2014). Sejarah dan Proses Pembuatan Bioetanol.
[Online]. Tersedia: http://julfikarcahyasaputra.blogspot.co.id [26 Mei 2016].