Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Rekayasa
Bioproses dengan judul “Etanol” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga kami berterima kasih kepada seluruh pihak, terutama kepada Ibu Dr. Martha Aznury,
M.Si., selaku dosen mata kuliah Rekayasa Bioproses Politeknik Negeri Sriwijaya yang telah
berkontribusi dalam menyelesaikan tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai etanol, baik itu sejarah,sifat-sifat, proses pembuatan, serta
kelebihan dan kekurangan etanol. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat.

Palembang, November 2016

Penyusun

Etanol Kelompok 1 1 | P a g e
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................

DAFTAR ISI .............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Penemuan Etanol………………………………………………….

2.2 Sifat-sifat Etanol......……………………………………………………….

2.3 Pembuatan Etanol………………………………………………………….

2.4 Produksi Bioetanol dengan Substrat Pati………………………………….

2.5 Ciri-Ciri Saccharomyces cerevisiae dan Aktivitasnya Dalam Produksi


Bioetanol.......……………………………………...………………………
2.6 Reaksi-reaksi Etanol……………………………………………………...
2.7 Keuntungan Penggunaan Etanol………………………………………….
2.8 Kelemahan Penggunaan Etanol…………………………………………..
BAB III PENUTUP…………………………………………………………..........................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................

Etanol Kelompok 1 2 | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alkohol adalah senyawa hidrokarbon berupa gugus hidroksil (-OH)


dengan 2 atom karbon (C). Spesies alkohol yang banyak digunakan adalah
CH3OH yang disebut metil alkohol (metanol), C2H5OH yang diberi nama etil alkohol (etanol),
dan C3H7OH yang disebut isopropil alkohol (IPA) atau propanol-2. Dalam dunia perdagangan
yang disebut alkohol adalah etanol atau etil alkohol atau metil karbinol dengan rumus kimia
C2H5OH (Rama, 2008).
Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH atau
CH3CH2OH dengan titik didihnya 78,4° C. Etanol memiliki sifat tidak berwarna, volatil dan
dapat bercampur dengan air (Kartika dkk., 1997).
Ada 2 jenis etanol menurut Rama (2008), etanol sintetik sering disebut metanol atau
metil alkohol atau alkohol kayu, terbuat dari etilen, salah satu derivat minyak bumi atau batu
bara. Bahan ini diperoleh dari sintesis kimia yang disebut hidrasi, sedangkan bioetanol
direkayasa dari biomassa (tanaman) melalui proses biologi (enzimatik dan fermentasi).
Mengingat pemanfaatan bioetanol/etanol beraneka ragam, sehingga grade etanol
yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai dengan penggunaannya. Untuk etanol yang
mempunyai grade 90-96,5% dapat digunakan pada industri, sedangkan etanol yang
mempunyai grade 96-99,5% dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan
dasar industri farmasi. Besarnya grade etanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan
bakar untuk kendaraan sebesar 99,5-100%. Perbedaan besarnya grade akan berpengaruh
terhadap proses konversi
karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air (Indyah, 2007).
Etanol dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan dengan kandungan hidrokarbon tinggi.
Etanol (disebut juga etil-alkohol atau alkohol saja) adalah alkohol yang paling sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Karena sifatnya yang tidak beracun bahan ini banyak
dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan dan minuman. Etanol
tidak berwarna dan tidak berasa tapi memilki bau yang khas. Bahan ini dapat memabukkan
jika diminum bila dalam minuman beralkohol atau arak, selain digunakan di dalam arak,
etanol juga digunakan sebagai bahan api menggantikan gasolin. Etanol sering ditulis dengan
rumus EtOH. Rumus molekul etanol adalah C2H5OH atau rumus empiris C2H6O. Etanol
Etanol Kelompok 1 3 | P a g e
merupakan senyawa yang sering digunakan dalam industri kimia antara lain sebagai pelarut
(40%), untuk membuat asetaldehid (36%), eter, glikol eter, etil asetat dan kloral (9%).
Kebutuhan akan etanol semakin bertambah seiring dengan menipisnya persediaan bahan
bakar minyak bumi.
Negara yang secara luas telah menggunakan etanol sebagai bahan bakar adalah Brasil.
Negara tersebut memproduksi etanol dari tetes tebu dengan proses fermentasi. Beberapa
komoditas pertanian yang mengandung karbohidrat seperti gula sederhana, pati dan selulosa
(seperti rumput, kayu pohon, jerami) merupakan sumber energi penting untuk fermentasi
etanol. Sumber karbohidrat tersebut dapat diperoleh dari kultivasi tanaman sumber energi,
tanaman potensial yang tumbuh secara alami, maupun limbah hasil pertanian. Untuk
fermentasi etanol perlu dipertimbangkan terlebih dahulu bahan-bahan yang akan dipilih.
Bahan yang mengandung gula memerlukan teknologi sederhana, bahan berpati juga melalui
penerapan teknologi sederhana yang telah dikembangkan, sedangkan untuk bahan berselulosa
memerlukan proses biokonversi yang lebih kompleks. Komoditas hasil pertanian mengandung
bahan berpati yang lazim dipakai untuk fermentasi etanol misalnya serelia dan umbi-umbian.
Golongan umbi-umbian seperti ubi kayu, ubi jalar dan kentang telah banyak diteliti sebagai
bahan pembuatan etanol.

Etanol Kelompok 1 4 | P a g e
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Penemuan Etanol

Etanol telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai bahan pemabuk dalam
minuman beralkohol. Residu yang ditemukan pada peninggalan keramik yang berumur 9000
tahun dari China bagian utara menunjukkan bahwa minuman beralkohol telah digunakan oleh
manusia prasejarah dari masa Neolitik. Etanol dan alkohol membentuk larutan azeotrop.
Karena itu pemurnian etanol yang mengandung air dengan cara penyulingan biasa hanya
mampu menghasilkan etanol dengan kemurnian 96%. Etanol murni (absolut) dihasilkan
pertama kali pada tahun 1796 oleh Johan Tobias Lowitz yaitu dengan cara menyaring alkohol
hasil distilasi melalui arang. Lavoisier menggambarkan bahwa etanol adalah senyawa yang
terbentuk dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Pada tahun 1808 Saussure dapat menentukan rumus kimia etanol. Lima puluh tahun
kemudian (1858), Couper menerbitkan rumus bangun etanol. Dengan demikian etanol adalah
salah satu senyawa kimia yang pertama kali ditemukan rumus bangunnya. Rekaman sejarah
penggunaan alkohol sebagai behan bakar kendaraan dimulai dari Samuel Morey pada tahun
Pada tahun 1826 mengembangkan mesin dengan bahan bakar alkohol dan terpentin. Nicholas
Otto pada tahun 1860, mempergunakan alkohol sebagai salah satu bahan bakar mesin. Pak
Otto dikenal baik dengan pengembangan mesin pembakaran internal (Otto Cycles) di tahun
1876. Pada tahun 1908 Henry Ford memproduksi model T dimana mobil dapat
mempergunakan bahan bakar alkohol atau bensin, atau kombinasi dari keduanya. Empat
negara telah mengembangkan program etanol secara nyata yaitu Brasil, AS, China dan
Kolumbia. Langkah produksi etanol adalah pemurnian pati, pencairan dan pembentukan gula
(hidrolisis), fermentasi, distilasi, dehidrasi, denaturasi jika diperlukan. Selama fermentasi
glukosa atau gula diubah menjadi alkohol dan gas CO2 sebagai berikut:
C6H12O6 → 2CH3CH2OH + 2CO2

2.2 Sifat-Sifat Etanol

Etanol Kelompok 1 5 | P a g e
a. Sifat Fisik Etanol
Etanol adalah cairan tidak berwarna yang mudah menguap dan sedikit berbau. Etanol
terbakar dengan api biru tanpa asap yang tidak selalu terlihat dalam cahaya normal. Sifat fisik
etanol berasal dari kelompok hidroksil. Gugus hidroksil etanol dapat ikut dalam ikatan
hidrogen.

b. Sifat Pelarut Etanol


Etanol adalah pelarut serbaguna karena dapat larut dengan air dan dengan banyak jenis
pelarut organik termasuk asam asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dietil
eter, etilena glikol, gliserol, nitrometana, piridin, dan toluena. Etanol juga dapat larut dengan
hidrokarbon alifatik ringan seperti pentana dan heksana serta dengan klorida alifatik seperti
trikloroetan dan tetrakloroetil.

c. Sifat Mudah Terbakar Etanol


40% larutan etanol dalam air akan terbakar jika dipanaskan sampai sekitar 26 °C. Titik
nyala etanol murni adalah 16,60 °C, kurang dari rata-rata suhu kamar. Minuman beralkohol
yang memiliki konsentrasi etanol rendah dapat terbakar jika terkena api atau percikan listrik.
Titik nyala anggur biasa yang mengandung 12,5% etanol adalah sekitar 52 °C. Efek wajan
yang terbakar pada saat koki memasak disebut Flambé.

2.3 Pembuatan Etanol

Etanol untuk konsumsi umumnya dihasilkan dengan proses fermentasi atau peragian
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 311,2 Kkal bahan makanan yang mengandung pati atau
karbohidrat, seperti beras, dan umbi. Alkohol yang dihasilkan dari proses fermentasi biasanya
berkadar rendah. Untuk mendapatkan alkohol dengan kadar yang lebih tinggi diperlukan
proses pemurnian melalui penyulingan atau distilasi. Etanol untuk keperluan industri dalam
skala lebih besar dihasilkan dari fermentasi tetes, yaitu hasil samping dalam industri gula tebu
atau gula bit.
Bahan bakar etanol diproduksi dari sari tanaman tebu akan lebih mudah dibanding
dengan fermentasi karbohidrat dari jagung. Selain itu tebu juga lebih mudah ditanam, dapat
menghasilkan gula dan ampasnya dipergunakan untuk menghasilkan energi listrik. Tanaman
tebu dapat dipanen secara manual ataupun mekanis dan dapat di transportasi keberbagai

Etanol Kelompok 1 6 | P a g e
daerah. Di kilang, tebu digiling ditekan dengan silinder berputar untuk memperoleh sari
cairan manis dan menyisakan residu berserat atau bagas. Cairan manis dapat langsung
difermentasi oleh ragi yang akan memecah gula menjadi gas CO2 dan etanol. Campuran air
etanol di distilasi atau dipanaskan diuapkan untuk memperoleh etanol atau alkohol dengan
kandungan air 5%. Alkohol ini sudah dapat dijual untuk bahan bakar mobil. Namun jika
dikehendaki sebagai aditif dengan menambakan 10% kedalam bensin (gasohol), maka alkohol
perlu dimurnikan hingga 100%. Pemurnian hingga 100% dapat dilakukan dengan absorbsi.
Dengan sintesis kimia melalui reaksi antara gas etilen dan uap air dengan asam sebagai
katalis. Katalis yang dipakai misalnya asam fosfat. Asam sulfat dapat juga dipakai sebagai
katalis, namun dewasa ini sudah jarang dipakai.

2.4 Produksi Bioetanol dengan Substrat Pati

Bahan baku bioetanol dapat diperoleh dari berbagai tanaman yang


menghasilkan gula (seperti tebu dan molase) dan tepung (seperti jagung,
singkong, dan sagu) (Anonim, 2008a). Pada tahap persiapan, bahan baku
berupa
padatan harus dikonversi terlebih dahulu menjadi larutan gula sebelum
akhirnya
difermentasi untuk menghasilkan etanol, sedangkan bahan-bahan yang
sudah
dalam bentuk larutan gula (seperti molase) dapat langsung difermentasi.
Bahan
padatan dikenai perlakuan pengecilan ukuran dan tahap pemasakan.
Proses
pengecilan ukuran dapat dilakukan dengan menggiling bahan (singkong,
sagu, dan
jagung) sebelum memasuki tahap pemasakan (Erliza, 2008).

Konversi biomassa menjadi bioetanol dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel


tersebut menunjukkan bahwa jagung memiliki kandungan pati yang lebih tinggi dari pada
bahan baku lainnya dan juga menghasilkan perbandingan biomassa dan
etanol yang lebih kecil.

Etanol Kelompok 1 7 | P a g e
Tabel 1. Konversi Biomassa Menjadi Bioetanol (Wahono, 2006)

Biomassa Berat Gula/Pati Jumlah Hasil


(kg) (kg) Bioetanol Biomassa:Bioeta
(L) nol
Ubi 1.00 240-300 166,6 6,5 : 1
Kayu 0
Ubi 1.00 150-200 125 8:1
Jalar 0
Jagung 1.00 600-700 400 2,5 : 1
0
Sagu 1.00 120-160 90 12 : 1
0
Tetes 1.00 450-520 250 4:1
0
Tebu 1.00 110 67 15 : 1
0

Menurut Hidayat (2006), secara umum produksi bioetanol


mencangkup
lima rangkaian proses, yaitu persiapan bahan baku, tahap likuifikasi dan
sakarifikasi, fermentasi, dan pemurnian.

1. Persiapan Bahan Baku


Bahan baku untuk produksi etanol bisa didapatkan dari tanaman,
baik yang
secara langsung menghasilkan gula sederhana semisal tebu, gandum
manis atau
yang menghasilkan tepung seperti jagung (corn), singkong (cassava) dan
gandum
(grain sorghum) disamping bahan lainnya. Persiapan bahan baku beragam
bergantung pada bahan bakunya, tetapi secara umum terbagi menjadi

Etanol Kelompok 1 8 | P a g e
beberapa
proses, yaitu:
a. Tebu dan gandum manis harus digiling untuk mengekstrak gula.
b. Tepung dan material selulosa harus dihancurkan untuk memecahkan
susunan tepungnya agar bisa berinteraksi dengan air secara baik.
c. Pemasakan, tepung dikonversi menjadi gula melalui proses
pemecahan
menjadi gula kompleks (liquefaction) dan sakarifikasi (saccharification)
dengan penambahan air, enzim yang dihasilkan dari mikrobia (enzim
hidrolisis) (Hidayat, 2006).

2. Tahap Likuifikasi
Tahap likuifikasi memerlukan penanganan sebagai berikut:
 Pencampuran dengan air secara merata hingga menjadi bubur.
 Pemasakan bubur hingga kisaran 50 sampai dengan 90 ºC, dimana
pati akan mengalami gelatinisasi (mengental seperti jelly). Proses
likuifikasi selesai ditandai dengan parameter dimana bubur yang
diproses menjadi seperti jelly (Hidayat, 2006).

3. Tahap Sakarifikasi
Tahap sakarifikasi adalah pemecahan gula kompleks menjadi gula
sederhana, yang melibatkan proses sebagai berikut:
 Pendinginan bubur pati sampai suhu optimum;
 Penginokulasian mikroba yang diinginkan untuk
memecah gula kompleks menjadi gula sederhana.
Proses sakarifikasi selesai ditandai dengan bubur pati berubah
menjadi seperti sup (Hidayat, 2006).

4. Fermentasi

Etanol Kelompok 1 9 | P a g e
Pada tahap ini, tepung telah berubah menjadi gula sederhana
(glukosa atau
fruktosa) dimana proses selanjutnya melibatkan enzim yang terdapat pada
ragi (yeast) atau bakteri. Proses fermentasi ini akan menghasilkan etanol
dan CO2.
Pada tahap fermentasi dibutuhkan ketelitian agar tidak terkontaminasi
oleh
mikroba lainnya, Oleh karena itu keseluruhan rangkaian proses dari
likuifikasi,
sakarifikasi dan fermentasi haruslah dilakukan pada kondisi bebas
kontaminan (Hidayat, 2006).
Prinsip fermentasi etanol adalah perubahan kimia yang spesifik
pada substrat karbohidrat yang diinduksi oleh enzim yang dihasilkan
mikroorganisme (Rogers and Cail, 1991). Pada fermentasi terjadi proses
pemecahan gula-gula sederhana menjadi etanol dengan melibatkan enzim
yang berasal dari mikrobia. Fermentasi dilakukan pada kisaran suhu 27-
32°C. Pada tahap ini akan dihasilkan gas CO 2 sebagai by product dan
sludge sebagai limbahnya (Erliza, 2008). Syarat-syarat yang dipergunakan
dalam memilih mikrobia untuk fermentasi adalah cepat berkembang biak,
tahan terhadap alkohol tinggi, tahan terhadap suhu tinggi, mempunyai
sifat yang stabil, cepat mengadakan adaptasi terhadap media yang
difermentasi (Hamidah, 2003).

5. Distilasi
Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dengan beer (sebagian
besar adalah air dan etanol). Titik didih etanol murni adalah 78,4ºC
sedangkan air
adalah 100ºC (kondisi standar). Dengan memanaskan larutan pada suhu
rentang
78-100ºC akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan
melalui unit
kondensasi akan bisa dihasilkan etanol dengan konsentrasi 95% volume

Etanol Kelompok 1 10 | P a g e
(Hidayat,
2006).

2.5 Ciri-Ciri Saccharomyces cerevisiae dan Aktivitasnya Dalam Produksi


Bioetanol

Nama ilmiah Saccharomyces cerevisiae berarti jamur yang melakukan


fermentasi gula pada sereal (Saccharo-mocus cerevisiae) untuk menghasilkan
alkohol dan karbon dioksida (Anonim, 2002). Saccharomyces cerevisiae
merupakan salah satu jenis khamir. Khamir adalah fungi uniseluler yang
eukariotik. Sel khamir yang termasuk jenis Saccharomyces berbentuk bulat, oval
atau memanjang dan dapat membentuk pseudomiselium. Sel Saccharomyces
cerevisiae berukuran (3-10) × (4,5-21) µm. (Fardiaz, 1992; Jutono dkk., 1980).
Khamir dan bakteri telah digunakan untuk produksi etanol. Bakteri yang
paling banyak digunakan adalah Zymomonas mobilis. Khamir yang umum
digunakan adalah Saccharomyces cerevisiae, Saccharomyces uvarum
(Carlsbergensis), Schizosacchanomyces pombe dan Kluyveromyces fragilis
(Crueger and Crueger, 1990).
Pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan sebagai tempat tumbuhnya, berupa temperatur, pH dan medium.
Strain mesofilik Saccharomyces dapat tumbuh secara optimum pada temperatur
28-35°C (Atkinson & Mavituno, 1991). Khamir pada umumnya dapat tumbuh dan
secara efisien melakukan fermentasi etanol pada pH 3-8,5 dan bersifat fakultatif
aerobik (Kosaric et al, 1983). Saccharomyces cerevisiae memiliki kemampuan
untuk menggunakan berbagai jenis gula yaitu : glukosa, fruktosa, galaktosa,
sukrosa, maltosa, manosa, rafinosa, treholusa, dan malfotriosa (Kosaric et al.,
1982).

Gula dalam medium yang masih dalam bentuk sukrosa dihidrolisis terlebih
dahulu oleh enzim invertase menjadi glukosa dan fruktosa. Saccharomyces
cerevisiae dapat menghasilkan invertase. Selanjutnya glukosa dan fruktosa masuk
dalam sel melalui difusi dengan perantara dan transport aktif (Kosaric et al.,
1982). Setelah itu glukosa akan difermentasi oleh Saccharomyces cerevisiae

Etanol Kelompok 1 11 | P a g e
menjadi etil alkohol melalui jalur Embden – Meyerhof (Gambar 1).
Khamir Saccharomyces cerevisiae menggunakan jalur Embden –
Meyerhof dalam memfermentasi glukosa menjadi etanol pada kondisi netral atau
sedikit asam dan dalam kondisi anaerob (Purwoko, 2007).
Jalur Embden – Meyerhof (EMP) dibagi menjadi 3 tahapan utama. Tahap I merupakan
tahap perubahan glukosa C6 menjadi 2 molekul gliseraldehid-3-fosfat (C3) menggunakan
ATP. Reaksi oksidasi-reduksi dan pelepasan energi tidak terjadi pada tahap ini, kedua reaksi
tersebut baru terjadi dalam tahap II. Energi yang dihasilkan berupa ATP. Piruvat sebanyak 2
molekul juga dihasilkan dalam tahap ini. Tahap III merupakan tahap terjadinya reaksi
oksidasi-reduksi yang ke-2 dan pembentukan produk fermentasi (Madigan et al., 2000).
Etanol yang dihasilkan pada tahap III bersifat ekstraseluler karena dikeluarkan dari sel
melalui membran sel (Guarzoni et al., 1997).

Gambar 1. Jalur Embden-Meyerhof (Sumber: Madigan et al., 2000)


Menurut Indyah (2007), fermentasi gula menjadi etanol dengan
penambahan yeast atau ragi akan menghasilkan reaksi sederhana yaitu sebagai
berikut:

Etanol Kelompok 1 12 | P a g e
Pada kondisi aerob dan konsentrasi gula yang tinggi, Saccharomyces
cerevisiae tumbuh dengan baik tetapi tidak menghasilkan alkohol. Dalam kondisi
lingkungan yang anaerob, pertumbuhan mikrobia lambat dan piruvat
dekarboksilase menjadi asetildehid dan CO2, selanjutnya akan terbentuk etanol
dari hasil reduksi asetaldehid oleh alkohol dehidrogenase (Crueger and Crueger,
1990).

2.6 Reaksi-Reaksi Etanol

Etanol diklasifikasikan sebagai sebuah alkohol primer yang berarti bahwa karbon
hidroksil yang melekat setidaknya memiliki dua atom hidrogen yang melekat padanya juga.
Banyak reaksi etanol yang terjadi pada gugus hidroksil.

a. Pembentukan Ester
Dengan adanya katalis asam, etanol bereaksi dengan asam karboksilat untuk
menghasilkan etil ester dan air dengan reaksi:

RCOOH + HOCH2CH3 → RCOOCH2CH3 + H2O

Reaksi yang dilakukan pada industri skala besar ini memerlukan penghapusan air dari
campuran reaksi setelah dibentuk. Ester bereaksi dengan asam atau basa untuk
mengembalikan alkohol dan garam.

Etanol Kelompok 1 13 | P a g e
b. Dehidrasi Etanol
Asam kuat menyebabkan terjadinya dehidrasi parsial etanol. Jika suhu dehidrasi
melebihi sekitar 160 °C, dehidrasi penuh akan terjadi dan etilen menjadi produk utamanya.
CH3CH2OH → H2C=CH2 + H2O (di atas 160 °C)

c. Pembakaran Etanol
Pembakaran sempurna etanol menghasilkan karbon dioksida dan air dengan reaksi:

C2H5OH (l) + 3 O2 (g) → 2 CO2 (g) + 3 H2O (liq); −ΔHc = 1371 kJ/mol = 29.8 kJ/g =
327 kcal/mol = 7.1 kcal/g

C2H5OH (l) + 3 O2 (g) → 2 CO2 (g) + 3 H2O (g); −ΔHc = 1236 kJ/mol = 26.8 kJ/g =
295.4 kcal/mol = 6.41 kcal/g

d. Reaksi Substitusi
Etanol adalah molekul netral dengan pH larutan etanol dalam air hampir 7. Etanol
dapat dikonversi menjadi basa konjugasi melalui reaksi dengan logam alkali seperti natrium:
2CH3CH2OH + 2 Na → 2 CH3CH2ONa + H2
Atau dengan yang lebih kuat seperti natrium hidrida:
CH3CH2OH + NaH → CH3CH2ONa + H2

d. Halogenasi
Etanol bereaksi dengan hidrogen halida menghasilkan etil halida seperti etil klorida
dan etil bromida melalui reaksi SN2:
CH3CH2OH + HCl → CH3CH2Cl + H2O

e. Oksidasi
Etanol dapat dioksidasi menjadi asetildehida dan selanjutnya dioksidasi menjadi asam
asetat bergantung pada reaktan dan kondisi. Oksidasi semacam ini tidak diperlukan dalam
industri, tetapi di dalam tubuh manusia, reaksi oksidasi ini dikatalisis oleh hati. Produk hasil
oksidasi etanol yaitu asam asetat, merupakan zat nutrisi bagi manusia dan menjadi asetil KoA
yang dapat dijadikan energi.

Etanol Kelompok 1 14 | P a g e
2.7 Keuntungan Penggunaan Etanol

Pada umumnya alkohol ditambahkan dalam bensin sebanyak 10% atau dikenal dengan
E10. Maksud penambahan pada mulanya untuk mengurangi emisi gas CO dan sedikit
meningkatkan nilai oktan. Angka oktan yang tinggi secara langsung akan meningkatkan
efisiensi kerja mesin modern. Keuntungan lain penggunaan ethanol sebagai bahan bakar
adalah rendahnya emisi gas berbahaya hasil pembakaran daripada pembakaran buang bensin.
Aditif MTBE pada mulanya dipergunakan untuk meningkatkan nilai oktan, namun saat ini
dilarang dipergunakan. MTBE dapat dideteksi dan menyebabkan pencemaran pada air tanah
sehingga alkohol merupakan alternatif yang menarik untuk mengurangi emisi gas CO.
Alkohol merupakan bahan bakar yang bersih, hasil pembakaran menghasilkan CO2
dan H2O. Penambahan bahan yang mengandung oksigen pada sistem bahan bakar akan
mengurangi emisi gas CO yang sangat beracun dari sisa pembakaran. Penggunaan alkohol
murni dibanding dengan bensin secara umum akan mengurangi kadar CO2 hingga 13% karena
merupakan hasil dari pertanian. E10 dapat langsung dipergunakan pada mobil tanpa banyak
perubahan. Campuran E85 dengan etanol 85% besin 15%, dipergunakan untuk mobil khusus
untuk bahan bakar etanol.

2.8 Kelemahan Penggunaan Etanol

Seperti diketahui produk pertanian memerlukan gas CO2 untuk metabolismenya.


Penggunaan alkohol bukan tanpa masalah pada lingkungan hidup, dimana VOC atau
komponen bahan organik mudah menguap meningkat, kebutuhan lahan pertanian
dikhawatirkan akan mengurangi jumlah hutan dan tentunya akan bersaing dengan kebutuhan
makanan. Etanol untuk dipergunakan sebagai bahan harus dimurnikan dari air. Cara lama
dilakukan dengan destilasi tetapi kemurnian hanya sampai 96% karena adanya peristiwa
azeotrop antara campuran alkohol dan air. Tidak mungkin memperoleh alkohol murni dengan
cara ini maka dipergunakan absorbsi fisik atau molecular sieve. Selain itu energi menjadi
berkurang atau jumlah bahan bakar bertambah, karena etanol telah mengandung oksigen.
Jumlah bensin 15% diperlukan karena etanol kurang mudah menguap sehingga pada suhu
dingin kesulitan untuk menyalakan mesin. Keluhan dari pengguna bensin-etanol adalah:

Etanol Kelompok 1 15 | P a g e
sering harus menguras air dari tangki alkohol yang ditambahkan harus bebas dari kandungan
air untuk melindungi mesin mobil dari korosi dan kerusakan bahan packing dari polimer.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

1. Etanol dapat dihasilkan dari tumbuhan yang mengandung karbohidrat


2. Alkohol merupakan senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil dengan
rumus C2H5OH yang menpunyai sifat-sifat tak berwarna mudah menguap berbau khas
mudah terbakar larut dalam air, titik didih 78,342oC. Densitas 0,7893 gr/Lt.
3. Proses pembutan alkohol dengan cara fermentasi tetes ( maltose) dengan bakteri
saccharomyces cerefisiae dan H2SO4 menghasilkan C2H5OH murni 95%.
4. Ethanol banyak digunakan untuk pelarut, antiseptik, insektisida, bahan bakar, dan lain-
lain.
5. Kebutuhan ethanol dalam negri cukup besar sehingga untuk mencukupinya harus
mengimport dari luar negeri , ini membuka peluang baru ungtuk merangsang
peetumbuhan ekonomi.
6. Etanol dapat dihasilkan dengan proses hidrolisis dan fermentasi

Etanol Kelompok 1 16 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

 Anonim. 2006. Etanol. http://id.wikipedia.org/wiki/Etanol. Diakses pada 27 Oktober


2016.
 Faisal, Assegaf. 2009. Prospek Produksi Bioetanol Bonggol Pisang (Musa
Paradisiacal) Menggunakan Metode Hidrolisis Asam Dan Enzimatis.
 Lily Surayya Eka Putri, Dede Sukandar. 2008. Konversi Pati Ganyong (Canna edulis
Ker.) Menjadi Bioetanol melalui Hidrolisis Asam dan Fermentasi. Volume 9, Nomor 2
Halaman: 112-116
 Misri, Gozan, Muhammad Samsuri, Fani Siti H., Bambang P dan M. Nasikin, 2007.
Sakarifikasi Dan Fermentasi Bagas Menjadi Ethanol Menggunakan Enzim Selulase
Dan Enzim Sellobiase. Jurnal Teknologi. Edisi 3. Halaman 20-215.
 M. Samsuri, M. Gozan, R. Mardias, M. Baiquni, H. Hermansyah1, A. Wijanarko, B.
Prasetya, dan M. Nasikin. 2007. Pemanfaatan Sellulosa Bagas Untuk Produksi
Ethanol Melalui Sakarifikasi Dan Fermentasi Serentak Dengan Enzim Xylanase.
Makara Teknologi. Vol II (1). Halaman 17-24.
 Putra,A.E , Surya Rosa Putra. 2006. Produksi Etanol Menggunakan Saccharomyces
Cerevisiae Yang Diamobilisasi Dengan Agar Batang. Akta Kimindo Vol. 1 No. 2
halaman 105-114.
 Ratna Putri Puspita Sari. 2009. Pembuatan Etanol Dari Nira Sorgum Dengan Proses
Fermentasi. Seminar Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Kimia UNDIP 2009.

Etanol Kelompok 1 17 | P a g e
Etanol Kelompok 1 18 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai