Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Rekayasa
Bioproses dengan judul “Etanol” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga kami berterima kasih kepada seluruh pihak, terutama kepada Ibu Dr. Martha Aznury,
M.Si., selaku dosen mata kuliah Rekayasa Bioproses Politeknik Negeri Sriwijaya yang telah
berkontribusi dalam menyelesaikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai etanol, baik itu sejarah,sifat-sifat, proses pembuatan, serta
kelebihan dan kekurangan etanol. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Penyusun
Etanol Kelompok 1 1 | P a g e
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
Etanol Kelompok 1 2 | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
Etanol Kelompok 1 4 | P a g e
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Etanol telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai bahan pemabuk dalam
minuman beralkohol. Residu yang ditemukan pada peninggalan keramik yang berumur 9000
tahun dari China bagian utara menunjukkan bahwa minuman beralkohol telah digunakan oleh
manusia prasejarah dari masa Neolitik. Etanol dan alkohol membentuk larutan azeotrop.
Karena itu pemurnian etanol yang mengandung air dengan cara penyulingan biasa hanya
mampu menghasilkan etanol dengan kemurnian 96%. Etanol murni (absolut) dihasilkan
pertama kali pada tahun 1796 oleh Johan Tobias Lowitz yaitu dengan cara menyaring alkohol
hasil distilasi melalui arang. Lavoisier menggambarkan bahwa etanol adalah senyawa yang
terbentuk dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Pada tahun 1808 Saussure dapat menentukan rumus kimia etanol. Lima puluh tahun
kemudian (1858), Couper menerbitkan rumus bangun etanol. Dengan demikian etanol adalah
salah satu senyawa kimia yang pertama kali ditemukan rumus bangunnya. Rekaman sejarah
penggunaan alkohol sebagai behan bakar kendaraan dimulai dari Samuel Morey pada tahun
Pada tahun 1826 mengembangkan mesin dengan bahan bakar alkohol dan terpentin. Nicholas
Otto pada tahun 1860, mempergunakan alkohol sebagai salah satu bahan bakar mesin. Pak
Otto dikenal baik dengan pengembangan mesin pembakaran internal (Otto Cycles) di tahun
1876. Pada tahun 1908 Henry Ford memproduksi model T dimana mobil dapat
mempergunakan bahan bakar alkohol atau bensin, atau kombinasi dari keduanya. Empat
negara telah mengembangkan program etanol secara nyata yaitu Brasil, AS, China dan
Kolumbia. Langkah produksi etanol adalah pemurnian pati, pencairan dan pembentukan gula
(hidrolisis), fermentasi, distilasi, dehidrasi, denaturasi jika diperlukan. Selama fermentasi
glukosa atau gula diubah menjadi alkohol dan gas CO2 sebagai berikut:
C6H12O6 → 2CH3CH2OH + 2CO2
Etanol Kelompok 1 5 | P a g e
a. Sifat Fisik Etanol
Etanol adalah cairan tidak berwarna yang mudah menguap dan sedikit berbau. Etanol
terbakar dengan api biru tanpa asap yang tidak selalu terlihat dalam cahaya normal. Sifat fisik
etanol berasal dari kelompok hidroksil. Gugus hidroksil etanol dapat ikut dalam ikatan
hidrogen.
Etanol untuk konsumsi umumnya dihasilkan dengan proses fermentasi atau peragian
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 311,2 Kkal bahan makanan yang mengandung pati atau
karbohidrat, seperti beras, dan umbi. Alkohol yang dihasilkan dari proses fermentasi biasanya
berkadar rendah. Untuk mendapatkan alkohol dengan kadar yang lebih tinggi diperlukan
proses pemurnian melalui penyulingan atau distilasi. Etanol untuk keperluan industri dalam
skala lebih besar dihasilkan dari fermentasi tetes, yaitu hasil samping dalam industri gula tebu
atau gula bit.
Bahan bakar etanol diproduksi dari sari tanaman tebu akan lebih mudah dibanding
dengan fermentasi karbohidrat dari jagung. Selain itu tebu juga lebih mudah ditanam, dapat
menghasilkan gula dan ampasnya dipergunakan untuk menghasilkan energi listrik. Tanaman
tebu dapat dipanen secara manual ataupun mekanis dan dapat di transportasi keberbagai
Etanol Kelompok 1 6 | P a g e
daerah. Di kilang, tebu digiling ditekan dengan silinder berputar untuk memperoleh sari
cairan manis dan menyisakan residu berserat atau bagas. Cairan manis dapat langsung
difermentasi oleh ragi yang akan memecah gula menjadi gas CO2 dan etanol. Campuran air
etanol di distilasi atau dipanaskan diuapkan untuk memperoleh etanol atau alkohol dengan
kandungan air 5%. Alkohol ini sudah dapat dijual untuk bahan bakar mobil. Namun jika
dikehendaki sebagai aditif dengan menambakan 10% kedalam bensin (gasohol), maka alkohol
perlu dimurnikan hingga 100%. Pemurnian hingga 100% dapat dilakukan dengan absorbsi.
Dengan sintesis kimia melalui reaksi antara gas etilen dan uap air dengan asam sebagai
katalis. Katalis yang dipakai misalnya asam fosfat. Asam sulfat dapat juga dipakai sebagai
katalis, namun dewasa ini sudah jarang dipakai.
Etanol Kelompok 1 7 | P a g e
Tabel 1. Konversi Biomassa Menjadi Bioetanol (Wahono, 2006)
Etanol Kelompok 1 8 | P a g e
beberapa
proses, yaitu:
a. Tebu dan gandum manis harus digiling untuk mengekstrak gula.
b. Tepung dan material selulosa harus dihancurkan untuk memecahkan
susunan tepungnya agar bisa berinteraksi dengan air secara baik.
c. Pemasakan, tepung dikonversi menjadi gula melalui proses
pemecahan
menjadi gula kompleks (liquefaction) dan sakarifikasi (saccharification)
dengan penambahan air, enzim yang dihasilkan dari mikrobia (enzim
hidrolisis) (Hidayat, 2006).
2. Tahap Likuifikasi
Tahap likuifikasi memerlukan penanganan sebagai berikut:
Pencampuran dengan air secara merata hingga menjadi bubur.
Pemasakan bubur hingga kisaran 50 sampai dengan 90 ºC, dimana
pati akan mengalami gelatinisasi (mengental seperti jelly). Proses
likuifikasi selesai ditandai dengan parameter dimana bubur yang
diproses menjadi seperti jelly (Hidayat, 2006).
3. Tahap Sakarifikasi
Tahap sakarifikasi adalah pemecahan gula kompleks menjadi gula
sederhana, yang melibatkan proses sebagai berikut:
Pendinginan bubur pati sampai suhu optimum;
Penginokulasian mikroba yang diinginkan untuk
memecah gula kompleks menjadi gula sederhana.
Proses sakarifikasi selesai ditandai dengan bubur pati berubah
menjadi seperti sup (Hidayat, 2006).
4. Fermentasi
Etanol Kelompok 1 9 | P a g e
Pada tahap ini, tepung telah berubah menjadi gula sederhana
(glukosa atau
fruktosa) dimana proses selanjutnya melibatkan enzim yang terdapat pada
ragi (yeast) atau bakteri. Proses fermentasi ini akan menghasilkan etanol
dan CO2.
Pada tahap fermentasi dibutuhkan ketelitian agar tidak terkontaminasi
oleh
mikroba lainnya, Oleh karena itu keseluruhan rangkaian proses dari
likuifikasi,
sakarifikasi dan fermentasi haruslah dilakukan pada kondisi bebas
kontaminan (Hidayat, 2006).
Prinsip fermentasi etanol adalah perubahan kimia yang spesifik
pada substrat karbohidrat yang diinduksi oleh enzim yang dihasilkan
mikroorganisme (Rogers and Cail, 1991). Pada fermentasi terjadi proses
pemecahan gula-gula sederhana menjadi etanol dengan melibatkan enzim
yang berasal dari mikrobia. Fermentasi dilakukan pada kisaran suhu 27-
32°C. Pada tahap ini akan dihasilkan gas CO 2 sebagai by product dan
sludge sebagai limbahnya (Erliza, 2008). Syarat-syarat yang dipergunakan
dalam memilih mikrobia untuk fermentasi adalah cepat berkembang biak,
tahan terhadap alkohol tinggi, tahan terhadap suhu tinggi, mempunyai
sifat yang stabil, cepat mengadakan adaptasi terhadap media yang
difermentasi (Hamidah, 2003).
5. Distilasi
Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dengan beer (sebagian
besar adalah air dan etanol). Titik didih etanol murni adalah 78,4ºC
sedangkan air
adalah 100ºC (kondisi standar). Dengan memanaskan larutan pada suhu
rentang
78-100ºC akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan
melalui unit
kondensasi akan bisa dihasilkan etanol dengan konsentrasi 95% volume
Etanol Kelompok 1 10 | P a g e
(Hidayat,
2006).
Gula dalam medium yang masih dalam bentuk sukrosa dihidrolisis terlebih
dahulu oleh enzim invertase menjadi glukosa dan fruktosa. Saccharomyces
cerevisiae dapat menghasilkan invertase. Selanjutnya glukosa dan fruktosa masuk
dalam sel melalui difusi dengan perantara dan transport aktif (Kosaric et al.,
1982). Setelah itu glukosa akan difermentasi oleh Saccharomyces cerevisiae
Etanol Kelompok 1 11 | P a g e
menjadi etil alkohol melalui jalur Embden – Meyerhof (Gambar 1).
Khamir Saccharomyces cerevisiae menggunakan jalur Embden –
Meyerhof dalam memfermentasi glukosa menjadi etanol pada kondisi netral atau
sedikit asam dan dalam kondisi anaerob (Purwoko, 2007).
Jalur Embden – Meyerhof (EMP) dibagi menjadi 3 tahapan utama. Tahap I merupakan
tahap perubahan glukosa C6 menjadi 2 molekul gliseraldehid-3-fosfat (C3) menggunakan
ATP. Reaksi oksidasi-reduksi dan pelepasan energi tidak terjadi pada tahap ini, kedua reaksi
tersebut baru terjadi dalam tahap II. Energi yang dihasilkan berupa ATP. Piruvat sebanyak 2
molekul juga dihasilkan dalam tahap ini. Tahap III merupakan tahap terjadinya reaksi
oksidasi-reduksi yang ke-2 dan pembentukan produk fermentasi (Madigan et al., 2000).
Etanol yang dihasilkan pada tahap III bersifat ekstraseluler karena dikeluarkan dari sel
melalui membran sel (Guarzoni et al., 1997).
Etanol Kelompok 1 12 | P a g e
Pada kondisi aerob dan konsentrasi gula yang tinggi, Saccharomyces
cerevisiae tumbuh dengan baik tetapi tidak menghasilkan alkohol. Dalam kondisi
lingkungan yang anaerob, pertumbuhan mikrobia lambat dan piruvat
dekarboksilase menjadi asetildehid dan CO2, selanjutnya akan terbentuk etanol
dari hasil reduksi asetaldehid oleh alkohol dehidrogenase (Crueger and Crueger,
1990).
Etanol diklasifikasikan sebagai sebuah alkohol primer yang berarti bahwa karbon
hidroksil yang melekat setidaknya memiliki dua atom hidrogen yang melekat padanya juga.
Banyak reaksi etanol yang terjadi pada gugus hidroksil.
a. Pembentukan Ester
Dengan adanya katalis asam, etanol bereaksi dengan asam karboksilat untuk
menghasilkan etil ester dan air dengan reaksi:
Reaksi yang dilakukan pada industri skala besar ini memerlukan penghapusan air dari
campuran reaksi setelah dibentuk. Ester bereaksi dengan asam atau basa untuk
mengembalikan alkohol dan garam.
Etanol Kelompok 1 13 | P a g e
b. Dehidrasi Etanol
Asam kuat menyebabkan terjadinya dehidrasi parsial etanol. Jika suhu dehidrasi
melebihi sekitar 160 °C, dehidrasi penuh akan terjadi dan etilen menjadi produk utamanya.
CH3CH2OH → H2C=CH2 + H2O (di atas 160 °C)
c. Pembakaran Etanol
Pembakaran sempurna etanol menghasilkan karbon dioksida dan air dengan reaksi:
C2H5OH (l) + 3 O2 (g) → 2 CO2 (g) + 3 H2O (liq); −ΔHc = 1371 kJ/mol = 29.8 kJ/g =
327 kcal/mol = 7.1 kcal/g
C2H5OH (l) + 3 O2 (g) → 2 CO2 (g) + 3 H2O (g); −ΔHc = 1236 kJ/mol = 26.8 kJ/g =
295.4 kcal/mol = 6.41 kcal/g
d. Reaksi Substitusi
Etanol adalah molekul netral dengan pH larutan etanol dalam air hampir 7. Etanol
dapat dikonversi menjadi basa konjugasi melalui reaksi dengan logam alkali seperti natrium:
2CH3CH2OH + 2 Na → 2 CH3CH2ONa + H2
Atau dengan yang lebih kuat seperti natrium hidrida:
CH3CH2OH + NaH → CH3CH2ONa + H2
d. Halogenasi
Etanol bereaksi dengan hidrogen halida menghasilkan etil halida seperti etil klorida
dan etil bromida melalui reaksi SN2:
CH3CH2OH + HCl → CH3CH2Cl + H2O
e. Oksidasi
Etanol dapat dioksidasi menjadi asetildehida dan selanjutnya dioksidasi menjadi asam
asetat bergantung pada reaktan dan kondisi. Oksidasi semacam ini tidak diperlukan dalam
industri, tetapi di dalam tubuh manusia, reaksi oksidasi ini dikatalisis oleh hati. Produk hasil
oksidasi etanol yaitu asam asetat, merupakan zat nutrisi bagi manusia dan menjadi asetil KoA
yang dapat dijadikan energi.
Etanol Kelompok 1 14 | P a g e
2.7 Keuntungan Penggunaan Etanol
Pada umumnya alkohol ditambahkan dalam bensin sebanyak 10% atau dikenal dengan
E10. Maksud penambahan pada mulanya untuk mengurangi emisi gas CO dan sedikit
meningkatkan nilai oktan. Angka oktan yang tinggi secara langsung akan meningkatkan
efisiensi kerja mesin modern. Keuntungan lain penggunaan ethanol sebagai bahan bakar
adalah rendahnya emisi gas berbahaya hasil pembakaran daripada pembakaran buang bensin.
Aditif MTBE pada mulanya dipergunakan untuk meningkatkan nilai oktan, namun saat ini
dilarang dipergunakan. MTBE dapat dideteksi dan menyebabkan pencemaran pada air tanah
sehingga alkohol merupakan alternatif yang menarik untuk mengurangi emisi gas CO.
Alkohol merupakan bahan bakar yang bersih, hasil pembakaran menghasilkan CO2
dan H2O. Penambahan bahan yang mengandung oksigen pada sistem bahan bakar akan
mengurangi emisi gas CO yang sangat beracun dari sisa pembakaran. Penggunaan alkohol
murni dibanding dengan bensin secara umum akan mengurangi kadar CO2 hingga 13% karena
merupakan hasil dari pertanian. E10 dapat langsung dipergunakan pada mobil tanpa banyak
perubahan. Campuran E85 dengan etanol 85% besin 15%, dipergunakan untuk mobil khusus
untuk bahan bakar etanol.
Etanol Kelompok 1 15 | P a g e
sering harus menguras air dari tangki alkohol yang ditambahkan harus bebas dari kandungan
air untuk melindungi mesin mobil dari korosi dan kerusakan bahan packing dari polimer.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Etanol Kelompok 1 16 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Etanol Kelompok 1 17 | P a g e
Etanol Kelompok 1 18 | P a g e