Anda di halaman 1dari 29

Percobaan pertama pembentukan CO2

Dari percobaan yang telah kami lakukan, pada percobaan 1 pembuatan gas karbon
dioksida (CO2 ) dari CaCO3 halus yang berwarna putih dengan 10 mL HCl 0,2 M tak
berwarna dalam tabung berpipa samping . Dalam tabung reaksi berpipa tersebut muncul
gelembung-gelembung gas yang kemudian gas tersebut ditampung didalam gelas ukur. Gas
tersebut adalah gas CO2. Gas yang terbentuk dapat membuat air yang ada di dalam gelas
ukur keluar, dan tergantikan oleh gas CO 2. Hal tersebut disebabkan karena tekanan gas CO 2
lebih besar dari tekanan air. Setelah gas yang terkumpul memenuhi gelas ukur,selang dilepas
dan gelas ukur diangkat dengan ditutup menggunakan tangan. Tujuan ditutup dengan tangan
adalah agar gas yang terdapat dalam gelas ukur tidak keluar. Kemudian gas tersebut diuji
dengan lidi menyala dan diperoleh hasil bahwa api pada lidi tersebut padam ketika api
berada di dalam gelas ukur. Gas CO 2 yang bersifat tak berwarna . Api lidi tersebut mati
karena tidak adanya oksigen dan sifat dari gas CO2 yang dapat memadamkan api. Gas CO2
dapat terbentuk apabila terjadi reaksi antara logam karbonat dalam hal ini adalah CaCO 3
dengan asam yakni HCl. Persamaan reaksi dari percobaan ini adalah

CaCO3(s) + 2HCl (aq) CaCl2(aq) +CO2(g) +H2O(l)

Percobaan selanjutnya tetap menggunakan zat yang sama yang diletakkan dalam
tabung berpipa samping yang terhubung dengan selang,hanya saja ujung selang pada
percobaan ini dihubungkan ke tabung reaksi yang telah berisi larutan air kapur atau
Ca(OH)2 . Hasil reaksi dimasukkan ke dalam 2 tabung larutan Ca(OH) 2 dengan volume yang
sama. Sehingga, gas CO2 bereaksi dengan larutan air kapur yang berwarna putih tanpa
endapan. Hasil dari percobaan ini adalah warna larutan air kapur menjadi putih dengan
endapan /keruh. Air kapur berubah menjadi keruh dikarenakan akibat terbentuknya endapan
berwarna putih( CaCO3). Kekeruhan itu juga menunjukkan adanya karbonat dalam larutan
tersebut. Sesuai persamaan reaksi

CO2 + H2O 2H+ + CO32-

Ca2+ + CO32- CaCO3

Ca2+ dan H2O dalam reaksi ini diperoleh dari larutan Ca(OH)2 karena keduanya terkandung
dalam larutan tersebut. Atau reaksi gas karbon dioksida dan air kapur dapat ditulis dengan
persamaan
CO2 (g) + Ca(OH)2(aq) CaCO3 (s) + H2O(l)

Kemudian ketika salah satu tabung berisi air kapur keruh dipanaskan terjadi
perubahan dari keruh menjadi lebih jernih dibandingkan larutan Ca(OH) 2 pada tabung reaksi
lain yang tidak dipanaskan karena endapan dalam larutan menghilang. Hal ini disebabkan
endapan CaCO3 karena terurai kembali membentuk CO2.

CaCO3 (s) + H2O (l) CO2 (g) + Ca(OH)2 (aq)

Berdasarkan reaksi tersebut larutan yang dipanaskan akan berubah menjadi keruh kembali
karena gas CO2 yang dilepaskan kembali saat larutan dibiarkan sehingga larutan menjadi
keruh dan terbentuk lapisan putih dipermukaan

Pada percobaan kedua yaitu Pembentukan Gas CO:

Dalam percobaan ini sebelum direaksikan 1 mL Asam Formiat, HCOOH ( tidak


berwarna) dan 0,5 mL Asam Sulfat, H2SO4 (tidak berwarna). Setelah direaksikan
menghasilkan larutan tidak berwarna yang terdiri dari H+ ;HSO4- ; H2O dan gas CO dengan
persamaan reaksi:

HCOOH(aq)+ H2SO4(aq) CO(g) + H+(aq) + HSO4-(aq)+ H2O(l)

Reaksi ini dapat terjadi karena H2SO4 merupakan asam pendehidrasi, jadi H2SO4
melepaskan H2O dari larutan asam formiat. Sehingga terbentuk gas CO dan H2O.

Adanya gas CO dapat dibuktikan dengan:

Ketika lilin diberi nyala api dan didekatkan pada tabung reaksi berisi larutan diatas
maka api akan menyala di bibir tabung reaksi dengan nyala api biru.Hal tersebut karena
ketika gas CO dibakar, maka api akan berwarna biru.

Pada percobaan ketiga yaitu karbon sebaggai pereduksi.

Percobaan ketiga adalah tembaga oksida halus (CuO) yang berwarna hitam dimasukkan
dalam tabung reaksi dengan sumbat kemudian ditambahkan serbuk arang (C) berwarna hitam
dan dihubungkan ke dalam air kapur melalui selang plastik. Kemudian dipanaskan tabung
yang berisi campuran tadi secara mendatar. Dari peristiwa tersebut terjadi perubahan yakni
air kapur menjadi keruh karena dihasilkannya gas CO 2. Air kapur keruh menunjukkan adanya
karbonat. Hal tersebut karena gas CO2 bereaksi dengan larutan Ca(OH)2 menghasilkan
CaCO3 yang berupa endapan putih dan H2O. Kemudian di dalam tabung reaksi, terbentuk
padatan Cu berwarna coklat. Pada reaksi ini terjadi reaksi oksidasi-reduksi (redoks). Karbon
mengalami reaksi oksidasi, sehingga disebut reduktor. Karena karbon mengalami reaksi
oksidasi, maka karbon mampu mereduksi CuO menjadi Cu sehingga CuO mengalami reaksi
reduksi.

Persamaan reaksi : 2CuO(s) + C(s) 2Cu(s) + CO2(g)

Oksidasi : C(s) CO2(g)

Reduksi : 2CuO(s)2Cu(s)

Setelah itu gas CO2 yang terbentuk dapat diuji dengan dialirkan pada larutan Ca(OH)2.

CO2 (g)+ Ca(OH)2(aq) CaCO3 (s) + H2O(l)

Percobaan karbon :

Dalam percobaan ini, sebelum reaksi, arang berupa serbuk berwarna hitam dan 1 mL
larutan Fuchsin berwarna biru. Setelah ditambahkan serbuk arang yang berwarna hitam,
Larutan Fuchsin maka dihasilkan larutan dengan warna hitam. Setelah itu larutan disaring
menggunakan kertas saring dan filtrat dari penyaringan tersebut adalah air (tidak berwarna).
Hal tersebut terjadi karena arang tulang mampu mengadsorbsi zat warna pada larutan fuchsin.
Karbon aktif (arang) mengambil senyawa organik dari larutan Fuchsin dengan cara adsorpsi.
Pada proses adsorpsi,molekul organik yang berada di fase cair ditarik dan diikat ke
permukaan pori karbon aktif,ketika cairan tersebut melewati karbon aktif yang kemudian zat
organik tersebut ditahan dalam permukaan karbon. Karbon aktif merupakan suatu bentuk
arang yang telah melalui aktivasi dengan menggunakan gas CO 2, uap air atau bahan-bahan
kimia sehingga pori-porinya terbuat dan dengan demikian daya adsorbsinya menjadi lebih
tinggi terhadap zat warna dan bau.

H .Kesimpulan

Dari percobaan yang telah kami lakukan, kami dapat menyimpulkan bahwa:
1. Pembuatan gas CO2 dapat dilakukan dengan cara mereaksikan serbuk CaCO3
dengan larutan HCl. Adapun gas CO 2 yang terbentuk dapat diuji dengan cara,
yaitu:
Diuji pada lidi yang meyala, maka api pada lidi tersebut mati karena tidak
adanya gas oksigen.
Direaksikan dengan Ca(OH)2, terbentuk endapan CaCO3 yang berwarna
putih, sehingga larutan menjadi keruh.
Selain itu pembuatan gas CO juga dapat dilakukan dengan cara
mereaksikan asam formiat pekat dengan H2SO4 pekat.

2. Karbon dapat membentuk berbagai senyawa. Salah satunya yang selalu ada di
sekeliling kita adalah gas CO2, selain itu karbon monoksida dan asam atau
garam karbonat yang emiliki sifat beragam yang ada di alam.

I. Jawaban Pertanyaan

PERTANYAAN :

1. Jelaskan mengapa air kapur yang keruh karena gas yang terjadi menjadi jernih
kembali bila dipanaskan ?

2. Pada permukaan air kapur terdapat lapisan putih keruh dan keras,apakah zat tersebut
?

JAWABAN :

1. Air kapur yang keruh menunjukkan adanya karbonat dengan pengaliran karbon
dioksida yang terlalu lama maka kekeruhan perlahan-lahan akan hilang dan
menjadi jernih akibat terbentuknya suatu hidrogen karbonat yang larut ini bisa
dilihat dari reaksi :

CaCO3 + CO2 + H2O Ca2+ + 2 HCO-3


Dan apabila setelah dipanaskan menjadi keruh kembali karena setiap asam yang
lebih kuat dari asam karbonat ( K1 = 4,31 x 10-7 ) akan mendesaknya terutama
pada pemanasan maka karbonat akan terurai sehingga air kapur yang jernih
menjadi keruh kembali karena penguraian karbonat dalam air sehingga terjadi
reaksi kesetimbangan.
2. Berdasarkan persamaan reaksi saat larutan air kapur yang telah dialiri gas CO 2
berikut ini

Ca(HCO3)2 CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (s)

Dapat dipastikan bahwa lapisan putih keruh yang terdapat pada larutan air kapur
yang dipanaskan adalah CaCO3.
H . Pembahasan :

Kesetimbangan kimia adalah proses dinamis ketika reaksi kedepan dan reaksi balik
terjadi pada laju yang sama tetapi pada arah yang berlawanan. Kebanyakan reaksi kimia
berlangsung secara reversible (dua arah). Kesetimbangan kimia dapat dipengaruhi oleh
konsentrasi, suhu, tekanan, dan volume. Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui
mempelajari kesetimbangan ion-ion dalam larutan.

Percobaan pertama yakni bertujuan untuk mengetahui kesetimbangan Besi (III)


tiosanat (rodanida). Pada percobaan ini kami memasukkan 5 ml KSCN 0,002 M ke dalam
gelas kimia lalu ditambahkan 2 tetes Fe(NO 3)3 0,1 M, yang berwarna merah kecoklatan lalu
dikocok hingga rata (sampai larutan homogen) dan menghasilkan larutan Fe(SCN) 3 berwarna
oranye (+). Perubahan ini disebabkan karena adanya pembentukan suatu kompleks besi (III)
tiosianat yang tidak berdisosiasi, sesuai dengan persamaan reaksi berikut.

3KSCN ( aq ) + Fe(N O3 )3 ( aq ) Fe ( SCN )3 ( aq ) +K NO3 (aq)

2+
(FeSCN) + NO 3 - FeCSN( NO3 )(s)

Setelah itu larutan Fe(SCN)3 didistribusikan ke dalam 4 tabung reaksi lainnya. Pada
tabung 1 larutan Fe(SCN)3 disimpan sebagai pembanding dengan larutan tetap berwarna
oranye (+). Pada tabung 2 larutan Fe(SCN) 3 ditambah 3 tetes KSCN 1M lalu dikocok dan
larutan berubah menjadi warna merah kecoklatan Penambahan konsentrasi larutan KSCN ini
menyebabkan terjadinya pergeseran kesetimbangan ke arah produk hal ini juga dikarenakan
ion SCN- pada hasil reaksi yang membentuk Fe(SCN) 3. . Pada tabung 3 larutan Fe(SCN) 3
ditambah 3 tetes Fe(NO)3 0,1 M lalu dikocok dan larutan menjadi oranye (++).Penambahan
larutan Fe(NO3)3 ini menyebabkan terjadinya pergeseran kesetimbangan ke arah produk
karena kation Fe3+ membentuk Fe(SCN)3 . Sedangkan untuk tabung ke 4, larutan Fe(SCN) 3
ditambah butiran kecil NaH2PO4 lalu dikocok dan larutan berubah menjadi jernih tak
berwarna. Penyebab larutan berubah menjadi tak berwarna berasal dari endapan putih yang
dihasilkan oleh asam mineral bebas. Pada penambahan 1 butir NaH 2PO4, kesetimbangan
mulai terganggu karena NaH2PO4 sebagai inhibitor, yaitu pengganggu kesetimbangan dengan
cara membentuk larutan asam sehingga kesetimbangan ke arah reaktan, hal ini sesuai dengan
persamaan berikut.

Fe3+ + HPO42- FePO4 + H+

Kemudian dibandingkan ketiga tabung itu (tabung 2, 3,dan 4) dengan tabung


pembanding (tabung 1). Perbedaan warna pada setiap tabung reaksi disebabkan oleh
pengaruh konsentrasi, perubahan volume, dan zat pengganggu (inhibitor). Sehingga
kesetimbangan kimia dapat bergeser ke arah produk (tabung 2 dan 3) atau bergeser ke arah
reaktan (tabung 4). Apabila konsentrasi salah satu zat diperbesar, maka kesetimbangan akan
bergeser ke arah yang berlawanan dari zat tersebut. Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu zat
diperkecil, maka kesetimbangan akan bergeser ke pihak zat tersebut.

Pada percobaan kedua yaitu untuk mengetahui kesetimbangan Natrium


dikromat. Pada percobaan ini kami menyiapkan 2 tabung reaksi. Kemudian
memasukkan larutan K2Cr2O7 1M yang berwarna jingga ke dalam masing-masing
tabung. Warna jingga dari larutan tersebut berasal dari ion dikromat (Cr 2O72-).
Tabung reaksi 1 disimpan sebagai pembanding. Sedangkan pada tabung reaksi 2
ditambahkan NaOH 10 tetes sampai larutan berwarna kuning. Perubahan warna
tersebut disebabkan oleh adanya ion kromat (CrO 42-). Sesuai dengan persamaan
reaksi.
K2Cr2O7 (aq) + NaOH(aq) 2K+ + 2CrO42- + Na+ + OH-
Cr2O72- + 2OH- 2CrO42- + H2O
Kemudian ditambahkan juga larutan HCl 0,5M dengan jumlah tetesan yang
sama dengan jumlah tetesan saat penambahan larutan NaOH yakni
sebanyak 10 tetes. Sehingga warna larutan berubah kembali menjadi jingga.
Perubahan ini disebabkan oleh adanya penambahan volume HCl yang sama dengan
NaOH dengan konsentrasi yang sama sehingga menjadi reaksi penetralan. Oleh
karena itu warna larutan kembali seperti awal (pada tabung 1 berwarna jingga). Jadi,
pada percobaan kedua ini terjadi kesetimbangan ion-ion dalam larutan. Dengan
persamaan sebagai berikut,
K2CrO4 (aq) + NaOH(aq) + HCl(aq) 2K+ + Cr2O72- + H2O + Na+ + Cl-
2CrO42- + 2H+ 2HCrO4- Cr2O7 + H2O

Pada percobaan ketiga yaitu untuk mengetahui kesetimbangan Magnesium


hidroksida. Pada percobaan ini kami menyiapkan 2 tabung reaksi. Kemudian
memasukkan 1 mL MgCl2 0,2M dan 1 mL larutan NH4OH 0,5M ke dalam masing-
masing tabung reaksi. Pada tabung reaksi 1 akan terbentuk endapan Mg(OH) 2
berwarna putih. Hal ini disebabkan karena konsentrasi ion hidroksil (OH -) yang rendah
masih makin berkurang lagi sehingga banyak dari garam magnesium itu tetap berada
dalam larutan. Sedangkan pada tabung reaksi 2 ditambahkan lagi 1 mL larutan NH 4Cl
0,5M. Penambahan larutan NH4Cl menyebabkan konsentrasi produk bertambah,
sehingga kesetimbangan bergeser ke arah reaktan. Kami dapatkan persamaan
reaksi sebagai berikut.
MgCl2(aq) + 2NH4OH Mg(OH)2(s) + 2NH4Cl(aq)
Hal ini disebabkan endapan Mg(OH)2 larut dalam garam-garam ammonium yaitu
NH4Cl. Larutnya kembali endapan Mg(OH)2 menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi
larutan NH4Cl menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah reaktan atau pereaksi.
Kesetimbangan ini dipengaruhi oleh volume.

Pada percobaan keempat kami bertujuan untuk mengetahui cara pembentukan cincin
coklat. Pembentukan cincin coklat dilakukan dengan cara memasukkan kedalam tabung
reaksi padatan FeSO4 yang kemudian ditambahkan dengan aquades sebanyak 2 mL lalu
kocok hingga rata setelah itu kami menambahkan 5 tetes H 2SO4 0,01 M + 1 mL NaNO3
kemudian ditambahkan lagi secara perlahan pada dinding tabung dengan cara memutar 2 mL
H2SO4 pekat dan diamati perubahhannya. Perubahan yang terjadi yakni dengan terbentuknya
cincin coklat pada tabung reaksi selama selang waktu 5 menit. Terbentuknya Cincin
tersebut berasal dari ion kompleks [Fe(NO)]2+. Reaksi antara larutan nitrit (NaNO3) dengan
larutan asam pekat (FeSO4) dapat membentuk cincin coklat [Fe(NO)]2+ pada perbatasan
antara kedua larutan tersebut. Persamaan reaksi tersebut adalah sebagai berikut.

2NaNO3(aq) + 4H2SO4(aq) + 7FeSO4(aq) Na2SO4(aq)+ SO42- (aq) + NO(aq) +


4H2O(l) + 3Fe2(SO4)3(aq) + [Fe(NO)]2+(aq)
Dari percobaan tersebut reaksi kesetimbanga berasal dari penambahan konsentrasi serta
reaksi reduksi oksidasi yang terjadi dalam reaksi diatas.

Pada percobaan kelima yaitu untuk mengetahui kesetimbangan Timbal (II)


sulfat. Pada percobaan ini kami menambahkan sebanyak 2 mL larutan Pb(NO3)3
0,5M yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan beberapa
tetes larutan H2SO4 1M dan beberapa tetes alkohol. Fungsi alkohol disini yakni
untuk menurunkan kelarutan sehingga terbentuk endapan, sehingga
menghasilkan larutan keruh yang terdapat endapan putih PbSO 4 dan tabung reaksi
menjadi hangat. Keadaan ini menunjukkan bahwa reaksi yang terjadi adalah reaksi

eksoterm ( H= ). Sedangkan, adanya endapan putih PbSO4 disebabkan karena

endapan putih timbal (II) sulfat (PbSO 4) ini tak larut dalam reagen berlebih. Selain
itu, dengan adanya penambahan alkohol maka suhu reaksi akan menjadi turun,
karena sifat alkohol yang dingin, sehingga kesetimbangan akan bergeser ke
arah eksoterm, yang menyebabkan endapan PbSO4 menjadi lebih banyak.
H=
Pb(NO3)2 (aq) + H2SO4(aq) PbSO4(s) + 2HNO3(aq) )

Setelah ditambahkan alkohol, kemudian larutan dipanaskan sampai endapan


PbSO4(s) larut kembali. Pemanasan ini bertujuan untuk menaikkan suhu reaksi,
sehingga reaksi akan bergeser ke arah endoterm, hal ini menyebabkan endapan
PbSO4(s) larut kembali. Dan ketika larutan tersebut dibiarkan hingga menjadi dingin
maka endapan PbSO4(s) akan terbertuk kembali karena kesetimbangan akan kembali
bergeser ke arah eksoterm. Dari percobaan terakhir ini dapat disimpulkan
bahwa kesetimbangan kimia dipengaruhi oleh konsentrasi dan
temperatur. Apabila konsentrasi salah satu zat diperbesar, maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah yang berlawanan dari zat tersebut.
Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu zat diperkecil, maka
kesetimbangan akan bergeser ke pihak zat tersebut. Serta, apabila
kesetimbangan dalam kondisi eksoterm (H=-), jika suhu dinaikkan maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah endoterm, sedangkan jika suhu
diturunkan maka kesetimbangan akan bergeser ke arah eksoterm.

I . Kesimpulan :

1. Kesetimbangan ion dapat bergeser karena pengaruh beberapa faktor, diantaranya:

Perubahan konsentrasi salah satu zat: jika konsentrasi salah satu zat diperbesar, maka
kesetimbangan akan bergeser kearah yang berlawanan dari zat tersebut, jika
konsentrasi salah satu zat diperkecil, kesetimbangan akan bergesr kearah zat tersebut
Perubahan suhu: jika suhu dinaikkan , maka kesetimbangan reaksi bergeser kea rah
reaksi endoterm, jika suhu diturunkan maka kesetimbangan reaksi bergeser ke arah
reaksi eksoterm.
Perubahan volume atau tekanan : jika tekanan diperbesar (atau volume diperkecil)
kesetimbangan akan begeser kearah jumlah koefisien yang lebih kecil. jika tekanan
diperkecil (atau volume diperbesar) kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah
koefisien reaksi yang lebih besar

2. Dalam reaksi kesetimbangan kimia terjadi kesetimbangan ion-ion dalam larutan.

3. Kesetimbangan kimia dapat menghasilkan ion kompleks. Contoh : [Fe(NO)]2+


J. Jawaban Pertanyaan :

1. Dengan anggapan sistem kesetimbangan untuk reaksi :


H2 + I 2 2HI

Jika 23 gram I2 dan 0,5 gram H2 dipanaskan pada 450oC sampai


kesetimbangan tercapai, tentukan berat I 2 jika berat mula-mula 8,95 gram.
Hitunglah konsentrasi HI dan H2 dalam campuran itu jika volume sistem 1
Liter!

Jawaban :

H2 + I2 2HI

m : 0,25 0,09 -
r : 0,09 0,09 0,18
s : 0,16 - 0,18
( HI )2
K c=
( H2)
2
(0,18)

(0,16)

0,025

2HI H + I2
2

m : 0,07 - -

r : 0,05 0,025 0,025

s : 0,02 0,025 0,025

Massa I2 = n . Mr

= 0,025 mol . 254 gr/mol


=6,35 gr

V sistem = 1 L

MHI = nHI / V

= 0,02 / 1 = 0,02M

MH2 = nH2 / V

= 0,025 / 1

= 0,025 M

2. Sistem kesetimbangan akan bergeser kearah mana bila :


a. Volume system diperbesar
b. Temperatur system dinaikkan

Jawaban :

a. Jika volume pada system diperbesar maka system kesetimbangan akan


bergeser ke arah produk.
b. Jika temperature pada system dinaikkan maka system kesetimbangan
akan bergeser ke arah reaksi endoterm.
G. Analisis :

Percobaan 1 :

Pada percobaan pertama ini, kami meraksikan Na2C2O3dengan HCl. Kami melakukan
4 kali percobaan, dimana pada gelas kimia A berisi Na2C2O3 dengan konsentrasi 1M
berbeda dengan gelas B yakni dengan konsentrasi Na2C2O3 sebanyak 0,5 M kemudian
berikutnya pada gelas kimia C sebanyak 0,1 M dan gelas kimia D berisi 0,05 M Na2C2O3
Pada ke-empat gelasnya ditambahkan sebanyak 7 mL HCl 0,25 M pada masing masing
gelas kimia.
Hal tersebut kami lakukan agar dapat membuktikan bahwa apabila suatu reaksi
konsentrasi zat diperbesar makan laju reaksi semakin cepat pula. Berdasarkan teori yang
telah kami dapatkan semakin besar konsentrasi suatu zat maka semakin kepekatan zat
tersebut semakin tinggi. Kepekatan konsentrasi suatu zat menunjukkan bahwa banyak
partikel yang ada didalamnya. Ketika partikel-partikelnya semakin banyak, tumbukan
yang terjadi juga akan semakin sering. Apabila tumbukan yang terjadi semakin sering
akan mengakibatkan laju reaksi berjalan lebih cepat
Percoban yang kami lakukan menggunakan perbedaan konsentrasi dimulai dari gelas
A dengan konsentrasi paling pekat yakni Na2C2O3 1 M,kemudian berlanjut gelas B
sebanyak 0,5 M kemudian konsentrasi diperkecil pada gelas C sebesar 0,1 M terakhir
pada gelas D konsentrasi sebesar 0.05 M
Warna sebelum pada gelas kimia A, B,C dan D sebelum ditambahkan HCl tidak
berwarna sedangkan pada saat diteteskan HCl gelas A merupakan gelas dengan tingkat
kekeruhan relatif keruh (+++) dikarenakan tingginya konsentrasi Na2C2O3 sedangkan
pada gelas B,C,D tingkat kepekatan relatif sama karena perbedaan konsentrasi yang tidak
cukup berbeda Tetapi ketika gelas kimia A,B,C an D ditambahkan dengan HCl baunya
sangat menyengat. Kekeruhan pada gelas kimia A>B>C>D hal tersebut dikarenakan
semakin pekat konsentrasi larutan maka semakin tinggi tingkat kekeruhan yang
dihasilkan. Dari hasil pengamatan tersebut dapat kita analisa bahwa gelas kimia A
memiliki laju reaksi yang lebih cepat ketimbang gelas kimia B, C, dan D dengan catatan
waktu yang kami peroleh dari uji pengaruh konsentrasi pada laju reaksi adalah sebagai
berikut :
`

No. Gelas Kimia Waktu (s)


1. A 13
2. B 20
3. C 176
4. D 325

Reaksi yang terjadi :

Na2S2O3 (aq) + 2 HCl (aq) = 2NaCl (aq) + S (g) + SO2 (g) + H2O (l)

Grafik percobaan 1 : pengaruh konsentrasi zat pereaksi terhadap laju reaksi :


pengaruh konsentrasi dalam laju reaksi
350
300
250
200
150 waktu (s)
waktu yang dibutuhkan
100
50
0
0.1 0.3 0.5 0.7 0.9
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

konsententrasi (M)

Percobaan 2 :

Pada percobaan kedua kami menggunakan butiran dan serbuk marmer (CaCO3), dua
buah balon, 2 buah labu Erlenmeyer, serta HCl 0,05 M. Kegunaan butiran dan serbuk
marmer adalah sebagai bahan penguji salah satu faktor yang mempengaruhi laju reaksi,
yaitu luas permukaan sentuhan. Pada percobaan ini dilakukan dengan tabung erlemeyer
sebagai alat bantu agar dapat membuat balon berdiri karena adanya gas yang bereaksi
dalam tabung erlemeyer,sedangkan balon adalah media bantu untuk mengetahui manakah
laju reaksi yang lebih cepat antara butiran dan serbuk marmer.
Pada percobaan yang kami lakukan. Adanya perbedaan antara butiran dan serbuk
marmer(CaCO3) bertujuan untuk menguji kecepatan laju reaksi. Menurut ilmu yang telah
kami dapat, luas permukaan mempercepat laju reaksi karena semakin luas permukaan zat,
semakin banyak bagian zat yang saling bertumbukan dan semakin besar peluang adanya
tumbukan efektif. Karena semakin luas permukaan zat, semakin kecil ukuran partikel zat.
Jadi semakin kecil ukuran partikel zat, reaksi pun akan semakin cepat.
Sebelum direaksikan CaCO3dan HCl tidak berwana. Setelah direaksikan antara
butiran maupun serbuk CaCO3dengan HCl tetap tidak berwarna, akan tetapi menimbulkan
gas CO2 yang mengakibatkan balon yang menempel pada mulut labu Erlenmeyer yang
awalnya tidak berdiri menjadi berdiri. Hal ini dimaksudkan agar terdapat perbedaan
perlakuan pada balon sehingga waktu yang dibutuhkan balon untuk berdiri menjadi
berbeda antara erlemeyer 1 dan 2 .
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan reaksi antara butiran maupun serbuk
marmer (CaCO3) dengan HCl akan menghasilkan gas berupa CO2, dimana gas
CO2tersebut akan mengisi ruang kosong berada pada balon. Semakin banyak gas
CO2yang dihasilkan dari reaksi tersebut dan mengisi ruang kosong pada balon, maka
semakin cepat pula balon berdiri. Semakin cepatnya balon berdiri menandakan bahwa
laju reaksi berjalan semakin cepat. Cara menentukan cepatnya laju reaksi adalah dengan
menggunakan stopwatch tepat pada saat butiran atau serbuk marmer (CaCO 3) yang
berada didalam balon dituangkan kedalam labu Erlenmeyer. Labu Erlenmeyer A berisi
butiran marmer dan 10 mL HCl 0,05 M, sedangkan labu Erlenmeyer B berisi serbuk
marmer dan 10 mL HCl 0,05 M. Sesuai dengan teori, reaksi yang berada pada labu
Erlenmeyer B berjalan lebih cepat dikarenakan CaCO3 yang digunakan berbentuk serbuk.
Karena semakin luas permukaan zat, semakin kecil ukuran partikel zat. Jadi semakin kecil
ukuran partikel zat, reaksi pun akan semakin cepat. Catatan waktu yang kami dapatkan
dari uji pengaruh luas permukaan sentuhn pada laju reaksi adalah sebagai berikut :

No. CaCO3 Waktu (s)


1. Butiran 209
2. Serbuk 33

Reaksi :

CaCO3 (s) + 2 HCl (aq) CaCl2 (aq) + CO2 (g) + H2O (l)

Percobaan 3 :

Pada percoban ketiga kami melakukan percobaan pertama kami mengencerkan 10


tetes H2C2O4 0,05 M dengan air hingga volumenya 5 mL sehingga terbentuk H 2C2O4
encer (larutan A). Kemudian prcobaan kedua kami mengencerkan 10 tetes KMnO 4 0,01
M dengan air hinggal volumenya 10 mL sehingga terbentuk KMnO4 encer (larutan B).
Setelah beberapa pengenceran tersebut dilakukan kami mengambil 5 tetes larutan A dan 5
tetes H2SO4 untuk dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dicatat suhu awalnya,
kemudian kami teteskan 2 tetes larutan B, tepat pada saat tetesan larutan B kami
menyalakan stopwatch dan kami hentikan stopwatch tepat saat warna permanganat yang
berada pada tabung reaksi menghilang. Percobaan selanjutnya sama dengan percoban
sebelumnya, tetapi ada perbedaannya yaitu terletak pada pemanasan air panas yang
dilakukan hingga mencapai suhu 50C, 45C, 40C, 35C dan suhu kamar atau normal.
Warna H2C2O4sebelum bereaksitidak berwarna begitupula dengan warna H2SO4.
Sedangkan warna KMnO4 adalah ungu. Ketika KMnO4ditambahkan pada tabung reaksi
yang berisi 5 tetes larutan A dan 5 tetes H2SO4 tetap berwarna ungu, tetapi seiring
berjalannya waktu, warna KMnO4semakin lama semakin memudar dan akhirnya
menghilang.
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan dengan suhu berbagai suhu yang berbeda,
hilangnya warna KMnO4 lebih cepat dari pada suhu yang lebih rendah. Catatan waktu
yang kami dapatkan dari uji pengaruh temperature pada laju reaksi adalah sebagai berkut
:

Reaksi yang terjadi :


5 H2C2O4 (aq) + 3 H2SO4 (aq) + 2 KMnO4 (aq) 2 MnSO4 (aq) + 10 CO2 (g) +
K2SO4 (aq) + 8 H2O (l)
No. Suhu (C) Waktu (s)
1. Suhu normal 29 188
2. 35 148
3. 40 107
4. 45 62
5. 50 34

Grafik percobaan 3 : pengaruh temperatur (suhu) terhadap laju reaksi

Pengaruh suhu terhadap laju reaksi


0.035
0.030
0.025
0.020
1/t
waktu yang diperlukan (1/t) 0.015
0.010
0.005
0.000
25 30 35 40 45 50 55

temperatur

Percobaan 4 :

Pada percobaan keempat kami menggunakan 10 tetes KMnO4 dan mengencerkannya


dengan air hingga volumenya 10 mL sehingga terbentuk KMnO 4 encer. Setelah itu kami
siapkan 2 tabung reaksi, dimana tabung reaksi A berisi 4 tetes H2C2O4 dan 4 tetes H2SO4
erta 1 tetes larutan KMnO4 encer kemudian kami mulai menyalakan stopwatch tepat pada
saat tetesan terakhir kemudian kami hentikan stopwatch tepat saat warna permanganat
hilang, hal tersebut dilakukan secara berlanjut hingga 3 kali penetesan KMnO4 encer.
Percobaan selanjutnya pada tabung reaksi B diberi 4 tetes H2C2O4 dan 4 tetes H2SO4serta
1 tetes larutan MnSO4 dan 1 tetes larutan KMnO4 encer kami nyalaan stopwatch tepat
pada saat tetesan terakhhir tersebut ditambahkan dan kami hentikan stopwatch tepat saat
warna permanganat hilang, hal tersebut dilkukan secara continue hingga 3 kali penetesan
KMnO4 encer.
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan kami mendapatkan adanya perbedaan
waktu dalam laju reaksi ketika MnSO4ditambahkan. Pada percobaan pertama tidak ada
larutan MnSO4, sedangkan pada percobaan kedua terdapat MnSO4. Pada percobaan uji
faktor katalis terhadap laju reaksi, MnSO4 berperan sebagai katalis. Hal ini terbukti
bahawa pada percobaan tanpa adanya MnSO 4,laju reaksi yang dihasilkan memiliki waktu
lebih lama dibandingkan pada percobaan yang menggunakan MnSO4 sebagai katalis.
Catatan waktu yang kami dapatkan dari uji pengaruh katalis pada laju reaksi adalah
sebagai berikut :

perlakuan Jumlah tetesan Waktu (s) 1/t


Tanpa katalis 1 137 0,007
2 165 0,006
3 182 0,005
Dengan katalis 1 7,3 0,137
2 4,2 0,238
3 3 0,333
Reaksi yang berlangsung :

5 H2C2O4 (aq) + 3 H2SO4 (aq) + 2 KMnO4 (aq) 2 MnSO4 (aq) + 10 CO2 (g) +
K2SO4 (aq) + 8 H2O (l)
MnS
5 H2C2O4 (aq) + 3 H2SO4 (aq) + 2 KMnO4 (aq) 2 MnSO4 (aq) + 10 CO2
(g) + K2SO4 (aq) + 8 H2O (l)

Grafik pengaruh katalis terhadap laju reaksi :

Pengaruh katalis terhadap laju reaksi

tanpa katalis
waktu yang diperlukan
dengan katalis

0 1 2 3 4

jumlah tetesan (KMnO4)


H. Pembahasan :

Laju reaksi dapat diartikan sebagai berkurangnya jumlah pereaksi tiap satuan waktu
atau bertambahnya jumlah hasil reaksi tiap satuan waktu. Laju reaksi dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :

1. konsentrasi pereaksi

2. luas permukaan

3. temperatur

4. katalis
Dari praktikum yang telah kami lakukan pada praktikum pertama kami melakukan
percobaan perngaruh konsentrasi suatu zat terhadap laju reaksi Percoban yang kami
lakukan menggunakan perbedaan konsentrasi dimulai dari gelas A dengan konsentrasi
paling pekat yakni Na2C2O3 1 M,kemudian berlanjut gelas B sebanyak 0,5 M kemudian
konsentrasi diperkecil pada gelas C sebesar 0,1 M terakhir pada gelas D konsentrasi
sebesar 0.05 M Warna sebelum pada gelas kimia A, B,C dan D sebelum ditambahkan HCl
tidak berwarna sedangkan pada saat diteteskan HCl gelas A merupakan gelas dengan
tingkat kekeruhan relatif keruh (+++) dikarenakan tingginya konsentrasi Na2C2O3
sedangkan pada gelas B terdapat kekeruhan namun tidak sekeruh gelas A(++) sedangkan
gelas C kepekaan tidak terlalu mendominasi (+) dan gelas D kepeatan hampir sama
seperti gelas C (+) tingkat kepekatan relatif sama karena perbedaan konsentrasi yang
tidak cukup berbeda Tetapi ketika gelas kimia A,B,C an D ditambahkan dengan HCl
baunya sangat menyengat. Kekeruhan pada gelas kimia A>B>C>D hal tersebut
dikarenakan semakin pekat konsentrasi larutan maka semakin tinggi tingkat kekeruhan
yang dihasilkan. Dari hasil pengamatan tersebut dapat kita analisa bahwa gelas kimia A
memiliki laju reaksi yang lebih cepat ketimbang gelas kimia B, C, dan D. Semakin pekat
(tinggi) konsentrasi Na2S2O3 (pereaksi) maka semakin cepat pula reaksinya,
Percobaan kedua kami membuktikan faktor pengaruh laju reaksi yang lain yakni luas
permukaan. Pada percobaan yang kami lakukan. Adanya perbedaan antara butiran dan
serbuk marmer(CaCO3) yang kami gunakan bertujuan untuk menguji kecepatan laju
reaksi. Menurut ilmu yang telah kami dapat, luas permukaan mempercepat laju reaksi
karena semakin luas permukaan zat, semakin banyak bagian zat yang saling bertumbukan
dan semakin besar peluang adanya tumbukan efektif. Karena semakin luas permukaan
zat, semakin kecil ukuran partikel zat. Jadi semakin kecil ukuran partikel zat, reaksi pun
akan semakin cepat.
Sebelum direaksikan CaCO3dan HCl tidak berwana. Setelah direaksikan antara
butiran maupun serbuk CaCO3dengan HCl tetap tidak berwarna, akan tetapi
menimbulkan gas CO2 yang mengakibatkan balon yang menempel pada mulut labu
Erlenmeyer yang awalnya tidak berdiri menjadi berdiri. Hal ini dimaksudkan agar
terdapat perbedaan perlakuan pada balon sehingga waktu yang dibutuhkan balon
untuk berdiri menjadi berbeda antara erlemeyer 1 dan 2, kemudian saat larutan HCl
bercampur dengan serbuk CaCO3 larutan yang semula tak berwarna menjadi keruh
dan terdapat gelembung-gelembung gas CO2. Waktu yang dihasilkan dari reaksi HCl
dengan butiran CaCO3 akan berbeda dengan waktu yang dihasilkan dari reaksi HCl
dengan serbuk CaCO3. Hal ini disebabkan karena luas permukaan mempengaruhi
kecepatan laju reaksi. Jika luas permukaan sentuhan besar maka partikel akan lebih
banyak, sehingga tumbukan antar partikel lebih sering terjadi. Akibat tumbukan lebih
sering terjadi maka laju reaksi yang dihasilkan juga akan semakin cepat.
Percobaan ketiga yakni pembuktian bahwa suhu dapat mempengaruhi laju reaksi
dengan percobaan sebagai berikut Pada percoban ketiga kami melakukan percobaan
pertama kami mengencerkan 10 tetes H2C2O4 0,05 M dengan air hingga volumenya 5 mL
sehingga terbentuk H2C2O4 encer (larutan A). Kemudian prcobaan kedua kami
mengencerkan 10 tetes KMnO4 0,01 M dengan air hinggal volumenya 10 mL sehingga
terbentuk KMnO4 encer (larutan B). Setelah beberapa pengenceran tersebut dilakukan
kami mengambil 5 tetes larutan A dan 5 tetes H2SO4 untuk dimasukkan kedalam tabung
reaksi dan dicatat suhu awalnya, kemudian kami teteskan 2 tetes larutan B, tepat pada saat
tetesan larutan B kami menyalakan stopwatch dan kami hentikan stopwatch tepat saat
warna permanganat yang berada pada tabung reaksi menghilang. Percobaan selanjutnya
sama dengan percoban sebelumnya, tetapi ada perbedaannya yaitu terletak pada
pemanasan air panas yang dilakukan hingga mencapai suhu 50C, 45C, 40C, 35C dan
suhu kamar atau normal.
Warna H2C2O4sebelum bereaksitidak berwarna begitupula dengan warna H2SO4.
Sedangkan warna KMnO4 adalah ungu. Ketika KMnO4ditambahkan pada tabung reaksi
yang berisi 5 tetes larutan A dan 5 tetes H2SO4 tetap berwarna ungu, tetapi seiring
berjalannya waktu, warna KMnO4semakin lama semakin memudar dan akhirnya
menghilang.
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan dengan suhu berbagai suhu yang berbeda,
hilangnya warna KMnO4 lebih cepat dari pada suhu yang lebih rendah. Ilmu yang kami
dapatkan adalah pengaruh suhu terhadap laju reaksi, suhu yang tinggi dapat lebih
mempercepat laju reaksi. Karena semakin tinggi suatu suhu, maka semakin besar pula
energi kinetik yang dihasilkan. Jika energi kinetik yang dihasilkan semakin besar maka
laju reaksi berlangsung semakin cepat.

Percobaan keempat yaki dengan atau tanpa katalis suatu reaksi berlangsung. Pada
percobaan keempat kami menggunakan 10 tetes KMnO4 dan mengencerkannya dengan air
hingga volumenya 10 mL sehingga terbentuk KMnO4 encer. Setelah itu kami siapkan 2
tabung reaksi, dimana tabung reaksi A berisi 4 tetes H2C2O4 dan 4 tetes H2SO4 erta 1 tetes
larutan KMnO4 encer kemudian kami mulai menyalakan stopwatch tepat pada saat
tetesan terakhir kemudian kami hentikan stopwatch tepat saat warna permanganat hilang,
hal tersebut dilakukan secara berlanjut hingga 3 kali penetesan KMnO4 encer. Percobaan
selanjutnya pada tabung reaksi B diberi 4 tetes H2C2O4 dan 4 tetes H2SO4serta 1 tetes
larutan MnSO4 dan 1 tetes larutan KMnO 4 encer kami nyalaan stopwatch tepat pada saat
tetesan terakhhir tersebut ditambahkan dan kami hentikan stopwatch tepat saat warna
permanganat hilang, hal tersebut dilkukan secara continue hingga 3 kali penetesan KMnO4
encer.

Berdasarkan percobaan yang kami lakukan kami mendapatkan adanya


perbedaan waktu dalam laju reaksi ketika MnSO4ditambahkan. Pada percobaan
pertama tidak ada larutan MnSO4, sedangkan pada percobaan kedua terdapat MnSO4.
Pada percobaan uji faktor katalis terhadap laju reaksi, MnSO4 berperan sebagai katalis.
Hal ini terbukti bahawa pada percobaan tanpa adanya MnSO 4,laju reaksi yang
dihasilkan memiliki waktu lebih lama dibandingkan pada percobaan yang
menggunakan MnSO4 sebagai katalis. Karena fungsi katalis dalam reaksi ini adalah
untuk mempercepat terjadinya reaksi. Penambahan katalis dapat menurunkan energi
aktivasi suatu zat. Energi aktivasi yaitu energi yang dibutuhkan suatu zat untuk
bereaksi. Sehingga jika energi aktivasi semakin rendah maka reaksi akan semakin
cepat terjadi. Semakin cepat reaksi terjadi maka semakin cepat laju reaksinya.
J. Jawaban pertanyaan :

1. Tulis semua persamaan reaksi yang terjadi pada percobaan di atas !


Jawab :
Percobaan 1 :
Na2S2O3 (aq) + 2 HCl (aq) = 2NaCl (aq) + S (g) + SO2 (g) + H2O (l)

Percobaan 2 :
CaCO3 (s) + 2 HCl (aq) = CaCl2 (aq) + CO2 (g) + H2O (l)

Percobaan 3 :
5 H2C2O4 (aq) + 3 H2SO4 (aq) + 2 KMnO4 (aq) = 2 MnSO4 (aq) + 10 CO2 (g) + K2SO4
(aq) + 8 H2O (l)

Percobaan 4 :
5 H2C2O4 (aq) + 3 H2SO4 (aq) + 2 KMnO4 (aq) = 2 MnSO4 (aq) + 10 CO2 (g) + K2SO4
(aq) + 8 H2O (l)

MnS
5 H2C2O4 (aq) + 3 H2SO4 (aq) + 2 KMnO4 (aq) = 2 MnSO4 (aq) + 10 CO2
(g) + K2SO4 (aq) + 8 H2O (l)

2. Tulislah persamaan laju untuk reaksi berorde satu dan dua jika konsentrasi masing-
masing zat berbeda dan jika kedua zat memiliki konsentrasi yang sama.
Jawab :
Jika konsentrasi zat yang berbeda :
Orde satu : r = k [A] [B]
Orde dua : r = k [A]2 [B]2
Jika konsentrasi zat yang sama :
r 1 k [ A ] [B ]
Orde satu : =
r 2 k [ A ] [B ]

r 1 k [ A ]2 [B]2
=
Orde dua : r 2 k [ A ]2 [B]2

3. Gas apa yang terbentuk pada percobaan reaksi antara kalsium karbonat dan asam
klorida, tuliskan persamaan reaksinya !
Jawab :
Gas karbondioksida (CO2)
Persamaan reaksi :
CaCO3 (s) + 2 HCl (aq) = CaCl2 (aq) + CO2 (g) + H2O (l)

4. Apakah fungsi penambahan asam sulfat pada reaksi antara asam oksalat dengan
kalium permanganat ?
Jawab :
Fungsi penambahan asam sulfat adalah sebagai zat pengoksidasi kuat yang dapat
mengoksidasi asam oksalat H2C2O4 menjadi karbondioksida dan air H2O.
Penambahan KMnO4 menyebabkan terjadinya reaksi yang disertai dengan
meningkatnya suhu.

5. Jelaskan mengapa pada percobaan pengaruh temperatur pada laju reaksi warna
KMnO4 tidak nampak seiring bertambahnya waktu ?
Jawab :

Reaksi tersebut merupakan reaksi redoks, asam oksalat H 2C2O4 dalam suasana asam
(karena di campur dengan asam sulfat /H 2SO4), dalam hal ini asam oksalat H2C2O4
akan mengalami oksidasi sehingga menjadi gas kabondioksida, dan kalium
permanganat KMnO4 mengalami reduksi sehingga menjadi MnO2, jadi asam oksalat
bertindak sebagai reduktor, dan kalium permanganat sebagai oksidator. Jadi
perubahan kalium permanganat karena reduksi oleh asam oksalat. Selain itu
temperatur berguna untuk mempercepat laju reaksi sehingga semakin tinggi
temperatur pada suatu larutan yang akan di reaksikan, maka laju reaksi semakin cepat
terjadi.
IX. Analisis Data
Pada percobaan 1.a disediakan 3 tabung reaksi yang masing-masing dimasukkan
1 mL larutan KI 0,1 M dan 5 tetes larutan Kanji. Pada bagian ini larutan berwarna putih
keruh. Pada tabung pertama ditambahkan 1 mL H2SO4 2 M dan larutan tetap berwarna
putih keruh, kemudian ditambahkan 0,5 mL H2O2 3% sehingga larutan berubah warna
menjadi hitam keunguan. Pada tabung kedua ditambahkan 1 mL H2SO4 2 M dan larutan
menjadi berwarna ungu bening, kemudian ditambahkan 0,5 mL FeCl3 0,1 M sehingga
larutan berubah warna menjadi hitam. Pada tabung ketiga dimasukkan beberapa tetes
HNO3 pekat (183 tetes) sehingga larutan menjadi berwarna ungu tua. Untuk pembuktian
bahwa I- telah teroksidasi menjadi I2, dimasukkan 5 tetes larutan I2 yang berwarna merah
darah ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 2 tetes larutan kanji sehingga
larutan menjadi berwarna hitam. Reaksi-reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah :

Tabung 1

2 KI(aq) + H2SO4(aq) K2SO4(aq) + I2(aq) + H2(g).

K2SO4(aq) + I2(aq) + H2(g) + H2O2(aq) K2SO4(aq) + I2(aq) + 2 H2O(l).

Tabung 2

2 KI(aq) + H2SO4(aq) K2SO4(aq) + I2(aq) + H2(g)

K2SO4(aq) + I2(aq) + H2(g) + FeCl3(aq) FeSO4(aq) + KCl(aq) + I2(aq)+ H2O(l)

Tabung 3

2 KI(aq) + 2 HNO3(aq) 2 KNO3(aq) + I2(aq) + H2(aq)

Pada percobaan 1.b larutan H2SO4 2 M dimasukkan ke dalam tabung U hingga


2 cm dari mulut tabung. Kemudian pada lubang kiri tabung ditambahkan 2 mL
K2Cr2O7 0,1 M sehingga larutan berubah warna menjadi orange. Sedangkan pada lubang
sebelah kanan ditambahkan 2 mL (NH4)2Fe(SO)4 jenuh dan larutan menjadi berwarna
kuning muda. Kemudian, ditambahkan 5 tetes KCNS 0,1 M sehingga larutan menjadi
berwarna orange kehitaman. Kemudian pada kedua ujung tabung dicelupkan elektroda
karbon dan dihubungkan dengan kabel selama beberapa menit sehingga pada lubang
tabung sebelah kanan larutan menjadi berwarna orange kehitaman (++) sedangkan pada
lubang (ujung) sebelah kiri menjadi berwarna orange. Untuk membuktikan bahwa
Fe2+ telah teroksidasi menjadi Fe3+ maka dimasukkan 2 mL larutan FeCl3 ke dalam tabung
reaksi kemudian ditambahkan beberapa tetes KCNS 0,1 M sehingga larutan menjadi
berwarna orange kehitaman. Reaksi-reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah :

3H2SO4(aq) + 6KCNS(aq) + (NH4)2 Fe(SO4)2(aq) 2Fe(CNS)3(aq) + 3K2SO4(aq) +


(NH4)2SO4(aq) + 3H2 (aq)
K2Cr2O7(aq) + 2H2SO4(aq) 2Cr3+ + SO2(aq) + 2K+ + SO42- + 2H2O(l)
FeCl3(aq) + 3KCNS(aq) Fe(CNS)3(aq) + KCl(aq)
Pada percobaan kedua disediakan sebanyak 15 mL larutan CuSO4 0,1 M pada
gelas kimia dan 15 mL larutan ZnSO4 0,1 M pada gelas kimia. Diantara keduanya dibuat
jembatan garam dari tissue yang digulung dan kemudian dibasahi dengan garam NaCl.
Kemudian dicelupkan lempengan seng (Zn) pada larutan ZnSO4 dan lempengan tembaga
(Cu). Pada larutan CuSO4 kemudian keduanya dihubungkan pada voltmeter dengan
ketentuan kabel dari seng dihubungkan pada ujung negative (-) dan kabel dari tembaga
pada ujung positif (+) voltmeter. Pada saat proses tersebut berlangsung terdapat
gelembung gas pada lempengan seng. Dan batas skala yang digunakan adalah
10.sehingga diperoleh nilai Daya Gerak Listrik sebesar +1,1 Volt.

1,2
E= x 10=+1,2 Volt
10

Dan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Katoda : Cu2+ (aq) + 2e Cu(s) Esel = Ereduksi - Eoksidasi

Anoda : Zn(s) Zn2+(aq) + 2e = 0,34 (0,76)

Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+(aq) + Cu(s) = + 1,1 Volt

Pada percobaan ketiga larutan KI 0,25 M dimasukkan kedalam tabung U hingga


2 cm dari mulut pipa. Kemudian pada kedua mulut pipa dicelupkan elektroda karbon.
Selanjutnya elektroda pada mulut tabung sebelah kanan dihubungkan dengan kutub
negatif pada sumber arus (katoda) dan elektroda mulut tabung sebelah kiri dihubungkan
dengan kutub positif pada sumber arus (anoda). Setelah 5 menit pada katoda tidak
terjadi perubahan warna sedangkan pada anoda larutan berubah warna menjadi kuning
jingga. Kemudian sebanyak 2 mL larutan dari katoda diambil dan dimasukkan dalam
tabung reaksi dan ditetesi indikator universal sehingga larutannya menjadi ungu
kemudian ditambahkan 2 mL FeCl30,1 M sehingga berubah warna menjadi orange
kecoklatan. Selanjutnya sebanyak 2 mL larutan dari anoda diambil dengan pipet tetes dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 mL CHCl3 sehingga larutan
menjadi dua warna yakni orange pekat (++) pada bagian bawah dan jingga pada bagian
atas. Reaksi yang terjadi pada proses ini adalah

KI(aq) K+(aq) + I-(aq)


Anoda : 2I- (aq) I2 (aq) + 2e
Katoda : 2H2O(l) + 2e 2H2(g) + 2OH-(aq)

2I- (aq) + 2H2O(l) I2(aq) + 2H2(g) + 2OH-(aq)

X. Pembahasan
Pada percobaan pertama, mengidentifikasi reaksi redoks. Pada percobaan 1.a
H2SO4 2M/pekat berfungsi sebagai pemberi suasana asam. Asam sulfat memiliki sifat
Tidak terbakar, tetapi asam pekat bersifat oksidator yang dapat menimbulkan kebakaran
bila kontak dengan zat organik seperti gula, selulosa dan lain-lain. Amat reaktif dengan
bubuk zat organik. Mengalami penguraian bila kena panas, mengeluarkan gas SO2.
Larutan kanji atau amilum berfungsi sebagai indikator. Pada tabung pertama dan kedua
ditambahkan H2SO4. Kemudian pada tabung pertama ditambahkan larutan H2O2 3 % yang
berfungsi sebagai indikator, sedangkan pada tabung kedua ditambahkan larutan FeCl3
yang juga berfungsi sebagai indikator. Pada tabung ketiga hanya ditambahkan HNO3 pekat
sebagai pemberi suasana asam dan juga indikator. Pada tabung pertama dan kedua
ditambahkan indikator namun pada tabung ketiga tidak hal ini dikarenakan KI bersifat
basa kuat dan H2SO4 bersifat asam kuat, sehingga larutan bersifat netral. Oleh karena itu
perlu untuk ditambahkan indikator agar reaksi redoks dapat terjadi. Sedangkan pada
tabung ketiga HNO3 tidak perlu ditambahkan indikator karena sudah dapat terjadi reaksi
redoks. Secara teori, larutan yang berubah warna menandakan adanya reaksi redoks.
Larutan yang berubah warna menjadi ungu kehitaman mengandung I2 lebih banyak
daripada amilum. Sehingga warna ungu kehitaman menandakan adanya I2. Pada tabung
pertama KI berfungsi sebagai reduktor sedangkan H2O2 sebagai oksidator.

2 KI(aq) + H2SO4(aq) + H2O2(aq) K2SO4(aq) + I2(aq) + 2 H2O(l)


-1 -1 0 -2
oksida

reduksi
Pada tabung kedua KI sebagai reduktor dan FeCl3 sebagai oksidator. Ion I- dioksidasi
menjadi I2 dan ion Fe3+ direduksi menjadi Fe2+.

2KI(aq) + H2SO4(aq) + FeCl3(aq) FeSO4(aq) + KCl(aq) + I2(aq)+ H2O(l)


-1 +3 +2 0

Reduks
Oksida

Pada tabung ketiga KI sebagai reduktor dan HNO3 sebagai oksidator. Ion I- teroksidasi
menjadi I2 dan ion H+ tereduksi menjadi H2
2 KI(aq) + 2 HNO3(aq) 2 KNO3(aq) + I2(aq) + H2(aq)
-1 +1 0 0
oksida

reduks

Untuk pembuktian bahwa I2 telah terbentuk, dimasukkan 5 tetes larutan I2 yang berwarna
merah darah ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 2 tetes larutan kanji
sehingga larutan menjadi berwarna hitam
Pada percobaan 1.b dengan menggunakan tabung U H2SO4 dimasukkan
kedalam pipa U pada ujung pipa sebelah kanan K2Cr2O7 sedangkan pada ujung pipa
sebalah kiri ditambahkan (NH4)2Fe(SO)4 jenuh dan 5 tetes KCNS. (NH4)2Fe(SO)4
memiliki fungsi untuk meramalkan daya oksidasi dari beberapa oksidator seperti
K2Cr2O7, KMnO4, dan KBrO3 terhadap ion Fe2+. Dan penambahan KCNS berfungsi agar
terjadi reaksi redoks Dan K2Cr2O7 memiliki sifat oksidator kuat yaitu dalam hal ini Cr6+
direduksi menjadi Cr3+. Kemudian pada kedua ujung pipa dicelupkan elektroda karbon
dan dihubungkan dengan kabel selama beberapa menit sehingga pada ujung pipa sebelah
kanan larutan menjadi berwarna orange kehitaman sedangkan pada ujung pipa sebelah
kiri menjadi berwarna orange. Kemudian pada kedua ujung tabung dicelupkan elektroda
karbon dan dihubungkan dengan kabel selama beberapa menit sehingga pada lubang
tabung sebelah kanan larutan menjadi berwarna orange kehitaman (++) sedangkan pada
lubang (ujung) sebelah kiri menjadi berwarna orange. Warna orange kehitaman terbentuk
karena Fe2+ telah teroksidasi menjadi Fe3+ sesuai dengan dugaan reaksi, yaitu :

3H2SO4(aq) + 6KCNS(aq) + (NH4)2 Fe(SO4)2(aq) 2Fe(CNS)3(aq) + 3K2SO4(aq) +


(NH4)2SO4(aq) + 3H2 (aq)

Reaksi pada lubang kiri (Cr6+ direduksi menjadi Cr3+)


K2Cr2O7(aq) + 2H2SO4(aq) 2Cr3+ (aq) + SO2(aq) + 2K+ (aq) + SO42- (aq) + 2H2O(l)

Untuk membuktikannya dimasukkan 2 mL larutan FeCl3 kedalam tabung reaksi


kemudian ditambahkan beberapa tetes KCNS sehingga terjadi reaksi :

FeCl3(aq) + 3 KCNS(aq) Fe(CNS)3(aq) + KCl(aq).

Ternyata larutan menjadi berwarna orange kehitaman.

Pada percobaan kedua yaitu menentukan Daya Gerak Listrik (DGL) Sel
Elektrokimia. Digunakan 15 mL larutan CuSO4 0,1 M pada gelas kimia dan 15 mL
larutan ZnSO4 0,1 M pada gelas kimia. Kemudian dicelupkan lempengan seng (Zn) pada
larutan ZnSO4 dan lempengan tembaga (Cu). Diantara keduanya dibuat jembatan garam
dari tissue yang digulung dan kemudian dibasahi dengan garam NaCl.

Jembatan garam berfungsi untuk menghantarkan arus listrik antara kedua elektrolit yang
berada dalam gelas kimia. Selain itu, jembatan garam juga berfungsi untuk menetralkan
kelebihan atau kekurangan muatan dari ion-ion yang berada dalam kedua gelas kimia
tersebut selama proses elektrokimia berlangsung. Oleh karena itu syarat zat yang
digunakan untuk jembatan garam adalah zat tersebut tidak boleh bereaksi dengan
elektrolit yang digunakan dalam pengukuran sel. Dalam hal ini, proses yang terjadi
adalah logam Zn dioksidasi menjadi Zn2+. Reaksi : Zn(s) Zn2+ + 2e. Elektron dari Zn
berpindah menuju gelas kimia lain melalui jembatan garam kemudian elektron
digunakan ion Cu2+ untuk menjadi Cu. Reaksi : Cu2+ + 2e Cu(s). Kelebihan SO42-
berpindah ke gelas kimia yang berisi Zn2+. Sehingga terjadi keseimbangan muatan.
Kemudian kedua lempeng dihubungkan ke voltmeter menggunakan kabel. Dengan batas
pengukuran 10x. Diperoleh nilai daya gerak listrik sebesar +1,2 Volt. Hasil ini tidak
berbeda jauh dengan teori yaitu sebesar +1,1 Volt.
1,2
E= x 10=+1,2 Volt
10

Dan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Katoda : Cu2+ (aq) + 2e Cu(s) Esel = Ereduksi - Eoksidasi

Anoda : Zn(s) Zn2+ (aq) + 2e = 0,34 (0,76)

Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+(aq) + Cu(s) = + 1,1 Volt


Pada percobaan ini terjadi perubahan energi kimia menjadi energi listrik.
Pada percobaan ketiga, menguji elektrolisis larutan KI. Menggunakan tabung U
dan dimasukkan larutan KI. Pada saat dielektrolisis terdapat gelembung-gelembung gas.
Pada katoda setelah dielektrolisis tetap tidak berwarna sedangkan pada anoda berwarna
orange muda. Ini menandakan bahwa I- telah teroksidasi menjadi I2. Kemudian sebanyak
2 mL larutan dari katoda diambil dan dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditetesi
indikator universal sehingga larutannya menjadi ungu. Hal ini menandakan bahwa
larutan ini bersifat basa karena menghasilkan OH- pada reaksi. Kemudian ditambahkan 2
mL FeCl30,1 M sehingga berubah warna menjadi orange kecoklatan. Hal ini
menunjukkan adanya ion Fe3+ yang berikatan dengan OH- dan menghasilkan Fe(OH)3.
Selanjutnya sebanyak 2 mL larutan dari anoda diambil dengan pipet tetes dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 mL CHCl3 sehingga larutan
menjadi dua warna yakni orange pekat (++) pada bagian bawah dan jingga pada bagian
atas. Hal ini dikarenakan kloroform merupakan senyawa polar sedangkan I2 senyawa non
polar, sehingga larutan tidak bisa bersatu. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
KI (aq) K+ (aq) + I-(aq)
Anoda : 2I- (aq) I2 (aq) + 2e
Katoda : 2H2O(l) + 2e 2H2(g) + 2 OH-(aq)

2I-(aq) + 2H2O(l) I2(aq) + 2H2(g) + 2 OH-(aq)

XI. Diskusi
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, terdapat ketidaksesuaian hasil
praktikum dengan teori yang ada. Pada percobaan ketiga yaitu elektrolisis larutan KI
seharusnya pada anoda larutan berubah menjadi dua warna yaitu merah muda keunguan
pada bagian bawah dan kuning kecoklatan pada bagian atas. Sedangkan pada katoda
berwarna merah muda keunguan. Kesalahan tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor
diantaranya kurangnya ketelitian praktikan mengukur banyaknya larutan yang akan
ditambahkan, tabung reaksi yang digunakan belum dalam keadaan benar-benar bersih,
dan karena proses elektrolisis hanya dilakukan dalam waktu 5 menit sehingga hasil
yang diperoleh atau warna larutan tidak berubah sesuai apa yang dikehendaki.

XII. Kesimpulan
Berdasarkan percoban yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa :
Reaksi redoks menjelaskan berubahnya biloks atom-atom dalam reaksi kimia. Reaksi
disproporsionasi adalah reaksi dimana suatu zat mengalami reaksi oksidasi dan
reduksi.
Pada percobaan pertama (a) I- telah teroksidasi menjadi I2 yaitu dibuktikan dengan
adanya warna ungu setelah ditambahkan kanji. Dan pada percobaan pertama (b) Fe 2+
telah teroksidasi menjadi Fe3+ dan Terjadi reduksi Cr6+ menjadi Cr3+
Sel volta merupakan sel elektrokimia yang menghasilkan energi lisrik. Pada
percobaan kedua Besar Daya Gerak Listrik yang diperoleh dari CuSO 4 dan ZnSO4
adalah 1,2 Volt.
Pada percobaan ketiga Terjadi perubahan energi listrik menjadi energi kimia. Di
anoda terjadi oksidasi I- menjadi I2 dan di katoda terjadi reduksi H+ menjadi H2
Pada elektrolisis larutan KI, anode mengalami oksidasi dan katode mengalami
reduksi. Pada larutan anode terbentuk 2 fase, yaitu fase air (larutan anode) dan fase
organik (larutan CHCl3).

XIII. Pertanyaan
1. Mengapa percobaan redoks tidak diperlukan sumber arus, sedangkan pada elektrolisis
diperlukan arus. Mengapa demikian ? Dan jelaskan apa sebenarnya fungsi arus
tersebut !
Jawab : Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit dalam sel elektrolisis oleh
arus listrik. Dalam reaksi oksidasi reduksi berlangsung dengan spontan, dan energi
kimia yang menyertai reaksi kimia diubah menjadi energi listrik. Sedangkan
elektrolisis merupakan reaksi kebalikan dari redoks yang potensial selnya negatif atau
dengan kata lain, dalam keadaan normal tidak akan terjadi reaksi dan reaksi dapat
terjadi bila diinduksi dengan energi listrik dari luar.
2. Apa yang dimaksud dengan jembatan garam, apa fungsinya dan jelaskan cara
pembuatannya dengan kertas tissue !

Jawab : Jembatan garam biasanya berupa tabung berbentuk U yang diisi dengan agar-
agar yang dijenuhkan dengan KCl atau berupa gulungan dari tissu yang dibasahi
dengan larutan garam/ elektrolit kuat spt : KCl, NaCl, K 2SO4, KNO3. Jembatan garam
berfungsi untuk menjaga kenetralan muatan listrik pada larutan. Karena konsentrasi
larutan elektrolit pada jembatan garam lebih tinggi daripada konsentrasi elektrolit di
kedua bagian elektroda, maka ion negatif dari jembatan garam masuk ke salah satu
setengah sel yang kelebihan muatan positif dan ion positif dari jembatan garam
berdifusi ke bagian lain yang kelebihan muatan negatif. cara pembuatan jembatan
garam dengan tissu : tissu yang akan digunakan sebaiknya panjang agar dapat
menghubungkan kedua larutan dalam sel volta dan tidak hanya 1 lapis agar tidak
mudah hancur, tissu digulung sedemikian hingga dan dibasahi dengan larutan garam
(misalnya KCl) sampai benar-benar terbasahi secara keseluruhan, kemudian dibentuk
U.

Anda mungkin juga menyukai