Dari percobaan yang telah kami lakukan, pada percobaan 1 pembuatan gas karbon
dioksida (CO2 ) dari CaCO3 halus yang berwarna putih dengan 10 mL HCl 0,2 M tak
berwarna dalam tabung berpipa samping . Dalam tabung reaksi berpipa tersebut muncul
gelembung-gelembung gas yang kemudian gas tersebut ditampung didalam gelas ukur. Gas
tersebut adalah gas CO2. Gas yang terbentuk dapat membuat air yang ada di dalam gelas
ukur keluar, dan tergantikan oleh gas CO 2. Hal tersebut disebabkan karena tekanan gas CO 2
lebih besar dari tekanan air. Setelah gas yang terkumpul memenuhi gelas ukur,selang dilepas
dan gelas ukur diangkat dengan ditutup menggunakan tangan. Tujuan ditutup dengan tangan
adalah agar gas yang terdapat dalam gelas ukur tidak keluar. Kemudian gas tersebut diuji
dengan lidi menyala dan diperoleh hasil bahwa api pada lidi tersebut padam ketika api
berada di dalam gelas ukur. Gas CO 2 yang bersifat tak berwarna . Api lidi tersebut mati
karena tidak adanya oksigen dan sifat dari gas CO2 yang dapat memadamkan api. Gas CO2
dapat terbentuk apabila terjadi reaksi antara logam karbonat dalam hal ini adalah CaCO 3
dengan asam yakni HCl. Persamaan reaksi dari percobaan ini adalah
Percobaan selanjutnya tetap menggunakan zat yang sama yang diletakkan dalam
tabung berpipa samping yang terhubung dengan selang,hanya saja ujung selang pada
percobaan ini dihubungkan ke tabung reaksi yang telah berisi larutan air kapur atau
Ca(OH)2 . Hasil reaksi dimasukkan ke dalam 2 tabung larutan Ca(OH) 2 dengan volume yang
sama. Sehingga, gas CO2 bereaksi dengan larutan air kapur yang berwarna putih tanpa
endapan. Hasil dari percobaan ini adalah warna larutan air kapur menjadi putih dengan
endapan /keruh. Air kapur berubah menjadi keruh dikarenakan akibat terbentuknya endapan
berwarna putih( CaCO3). Kekeruhan itu juga menunjukkan adanya karbonat dalam larutan
tersebut. Sesuai persamaan reaksi
Ca2+ dan H2O dalam reaksi ini diperoleh dari larutan Ca(OH)2 karena keduanya terkandung
dalam larutan tersebut. Atau reaksi gas karbon dioksida dan air kapur dapat ditulis dengan
persamaan
CO2 (g) + Ca(OH)2(aq) CaCO3 (s) + H2O(l)
Kemudian ketika salah satu tabung berisi air kapur keruh dipanaskan terjadi
perubahan dari keruh menjadi lebih jernih dibandingkan larutan Ca(OH) 2 pada tabung reaksi
lain yang tidak dipanaskan karena endapan dalam larutan menghilang. Hal ini disebabkan
endapan CaCO3 karena terurai kembali membentuk CO2.
Berdasarkan reaksi tersebut larutan yang dipanaskan akan berubah menjadi keruh kembali
karena gas CO2 yang dilepaskan kembali saat larutan dibiarkan sehingga larutan menjadi
keruh dan terbentuk lapisan putih dipermukaan
Reaksi ini dapat terjadi karena H2SO4 merupakan asam pendehidrasi, jadi H2SO4
melepaskan H2O dari larutan asam formiat. Sehingga terbentuk gas CO dan H2O.
Ketika lilin diberi nyala api dan didekatkan pada tabung reaksi berisi larutan diatas
maka api akan menyala di bibir tabung reaksi dengan nyala api biru.Hal tersebut karena
ketika gas CO dibakar, maka api akan berwarna biru.
Percobaan ketiga adalah tembaga oksida halus (CuO) yang berwarna hitam dimasukkan
dalam tabung reaksi dengan sumbat kemudian ditambahkan serbuk arang (C) berwarna hitam
dan dihubungkan ke dalam air kapur melalui selang plastik. Kemudian dipanaskan tabung
yang berisi campuran tadi secara mendatar. Dari peristiwa tersebut terjadi perubahan yakni
air kapur menjadi keruh karena dihasilkannya gas CO 2. Air kapur keruh menunjukkan adanya
karbonat. Hal tersebut karena gas CO2 bereaksi dengan larutan Ca(OH)2 menghasilkan
CaCO3 yang berupa endapan putih dan H2O. Kemudian di dalam tabung reaksi, terbentuk
padatan Cu berwarna coklat. Pada reaksi ini terjadi reaksi oksidasi-reduksi (redoks). Karbon
mengalami reaksi oksidasi, sehingga disebut reduktor. Karena karbon mengalami reaksi
oksidasi, maka karbon mampu mereduksi CuO menjadi Cu sehingga CuO mengalami reaksi
reduksi.
Reduksi : 2CuO(s)2Cu(s)
Setelah itu gas CO2 yang terbentuk dapat diuji dengan dialirkan pada larutan Ca(OH)2.
Percobaan karbon :
Dalam percobaan ini, sebelum reaksi, arang berupa serbuk berwarna hitam dan 1 mL
larutan Fuchsin berwarna biru. Setelah ditambahkan serbuk arang yang berwarna hitam,
Larutan Fuchsin maka dihasilkan larutan dengan warna hitam. Setelah itu larutan disaring
menggunakan kertas saring dan filtrat dari penyaringan tersebut adalah air (tidak berwarna).
Hal tersebut terjadi karena arang tulang mampu mengadsorbsi zat warna pada larutan fuchsin.
Karbon aktif (arang) mengambil senyawa organik dari larutan Fuchsin dengan cara adsorpsi.
Pada proses adsorpsi,molekul organik yang berada di fase cair ditarik dan diikat ke
permukaan pori karbon aktif,ketika cairan tersebut melewati karbon aktif yang kemudian zat
organik tersebut ditahan dalam permukaan karbon. Karbon aktif merupakan suatu bentuk
arang yang telah melalui aktivasi dengan menggunakan gas CO 2, uap air atau bahan-bahan
kimia sehingga pori-porinya terbuat dan dengan demikian daya adsorbsinya menjadi lebih
tinggi terhadap zat warna dan bau.
H .Kesimpulan
Dari percobaan yang telah kami lakukan, kami dapat menyimpulkan bahwa:
1. Pembuatan gas CO2 dapat dilakukan dengan cara mereaksikan serbuk CaCO3
dengan larutan HCl. Adapun gas CO 2 yang terbentuk dapat diuji dengan cara,
yaitu:
Diuji pada lidi yang meyala, maka api pada lidi tersebut mati karena tidak
adanya gas oksigen.
Direaksikan dengan Ca(OH)2, terbentuk endapan CaCO3 yang berwarna
putih, sehingga larutan menjadi keruh.
Selain itu pembuatan gas CO juga dapat dilakukan dengan cara
mereaksikan asam formiat pekat dengan H2SO4 pekat.
2. Karbon dapat membentuk berbagai senyawa. Salah satunya yang selalu ada di
sekeliling kita adalah gas CO2, selain itu karbon monoksida dan asam atau
garam karbonat yang emiliki sifat beragam yang ada di alam.
I. Jawaban Pertanyaan
PERTANYAAN :
1. Jelaskan mengapa air kapur yang keruh karena gas yang terjadi menjadi jernih
kembali bila dipanaskan ?
2. Pada permukaan air kapur terdapat lapisan putih keruh dan keras,apakah zat tersebut
?
JAWABAN :
1. Air kapur yang keruh menunjukkan adanya karbonat dengan pengaliran karbon
dioksida yang terlalu lama maka kekeruhan perlahan-lahan akan hilang dan
menjadi jernih akibat terbentuknya suatu hidrogen karbonat yang larut ini bisa
dilihat dari reaksi :
Dapat dipastikan bahwa lapisan putih keruh yang terdapat pada larutan air kapur
yang dipanaskan adalah CaCO3.
H . Pembahasan :
Kesetimbangan kimia adalah proses dinamis ketika reaksi kedepan dan reaksi balik
terjadi pada laju yang sama tetapi pada arah yang berlawanan. Kebanyakan reaksi kimia
berlangsung secara reversible (dua arah). Kesetimbangan kimia dapat dipengaruhi oleh
konsentrasi, suhu, tekanan, dan volume. Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui
mempelajari kesetimbangan ion-ion dalam larutan.
2+
(FeSCN) + NO 3 - FeCSN( NO3 )(s)
Setelah itu larutan Fe(SCN)3 didistribusikan ke dalam 4 tabung reaksi lainnya. Pada
tabung 1 larutan Fe(SCN)3 disimpan sebagai pembanding dengan larutan tetap berwarna
oranye (+). Pada tabung 2 larutan Fe(SCN) 3 ditambah 3 tetes KSCN 1M lalu dikocok dan
larutan berubah menjadi warna merah kecoklatan Penambahan konsentrasi larutan KSCN ini
menyebabkan terjadinya pergeseran kesetimbangan ke arah produk hal ini juga dikarenakan
ion SCN- pada hasil reaksi yang membentuk Fe(SCN) 3. . Pada tabung 3 larutan Fe(SCN) 3
ditambah 3 tetes Fe(NO)3 0,1 M lalu dikocok dan larutan menjadi oranye (++).Penambahan
larutan Fe(NO3)3 ini menyebabkan terjadinya pergeseran kesetimbangan ke arah produk
karena kation Fe3+ membentuk Fe(SCN)3 . Sedangkan untuk tabung ke 4, larutan Fe(SCN) 3
ditambah butiran kecil NaH2PO4 lalu dikocok dan larutan berubah menjadi jernih tak
berwarna. Penyebab larutan berubah menjadi tak berwarna berasal dari endapan putih yang
dihasilkan oleh asam mineral bebas. Pada penambahan 1 butir NaH 2PO4, kesetimbangan
mulai terganggu karena NaH2PO4 sebagai inhibitor, yaitu pengganggu kesetimbangan dengan
cara membentuk larutan asam sehingga kesetimbangan ke arah reaktan, hal ini sesuai dengan
persamaan berikut.
Pada percobaan keempat kami bertujuan untuk mengetahui cara pembentukan cincin
coklat. Pembentukan cincin coklat dilakukan dengan cara memasukkan kedalam tabung
reaksi padatan FeSO4 yang kemudian ditambahkan dengan aquades sebanyak 2 mL lalu
kocok hingga rata setelah itu kami menambahkan 5 tetes H 2SO4 0,01 M + 1 mL NaNO3
kemudian ditambahkan lagi secara perlahan pada dinding tabung dengan cara memutar 2 mL
H2SO4 pekat dan diamati perubahhannya. Perubahan yang terjadi yakni dengan terbentuknya
cincin coklat pada tabung reaksi selama selang waktu 5 menit. Terbentuknya Cincin
tersebut berasal dari ion kompleks [Fe(NO)]2+. Reaksi antara larutan nitrit (NaNO3) dengan
larutan asam pekat (FeSO4) dapat membentuk cincin coklat [Fe(NO)]2+ pada perbatasan
antara kedua larutan tersebut. Persamaan reaksi tersebut adalah sebagai berikut.
endapan putih timbal (II) sulfat (PbSO 4) ini tak larut dalam reagen berlebih. Selain
itu, dengan adanya penambahan alkohol maka suhu reaksi akan menjadi turun,
karena sifat alkohol yang dingin, sehingga kesetimbangan akan bergeser ke
arah eksoterm, yang menyebabkan endapan PbSO4 menjadi lebih banyak.
H=
Pb(NO3)2 (aq) + H2SO4(aq) PbSO4(s) + 2HNO3(aq) )
I . Kesimpulan :
Perubahan konsentrasi salah satu zat: jika konsentrasi salah satu zat diperbesar, maka
kesetimbangan akan bergeser kearah yang berlawanan dari zat tersebut, jika
konsentrasi salah satu zat diperkecil, kesetimbangan akan bergesr kearah zat tersebut
Perubahan suhu: jika suhu dinaikkan , maka kesetimbangan reaksi bergeser kea rah
reaksi endoterm, jika suhu diturunkan maka kesetimbangan reaksi bergeser ke arah
reaksi eksoterm.
Perubahan volume atau tekanan : jika tekanan diperbesar (atau volume diperkecil)
kesetimbangan akan begeser kearah jumlah koefisien yang lebih kecil. jika tekanan
diperkecil (atau volume diperbesar) kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah
koefisien reaksi yang lebih besar
Jawaban :
H2 + I2 2HI
m : 0,25 0,09 -
r : 0,09 0,09 0,18
s : 0,16 - 0,18
( HI )2
K c=
( H2)
2
(0,18)
(0,16)
0,025
2HI H + I2
2
m : 0,07 - -
Massa I2 = n . Mr
V sistem = 1 L
MHI = nHI / V
= 0,02 / 1 = 0,02M
MH2 = nH2 / V
= 0,025 / 1
= 0,025 M
Jawaban :
Percobaan 1 :
Pada percobaan pertama ini, kami meraksikan Na2C2O3dengan HCl. Kami melakukan
4 kali percobaan, dimana pada gelas kimia A berisi Na2C2O3 dengan konsentrasi 1M
berbeda dengan gelas B yakni dengan konsentrasi Na2C2O3 sebanyak 0,5 M kemudian
berikutnya pada gelas kimia C sebanyak 0,1 M dan gelas kimia D berisi 0,05 M Na2C2O3
Pada ke-empat gelasnya ditambahkan sebanyak 7 mL HCl 0,25 M pada masing masing
gelas kimia.
Hal tersebut kami lakukan agar dapat membuktikan bahwa apabila suatu reaksi
konsentrasi zat diperbesar makan laju reaksi semakin cepat pula. Berdasarkan teori yang
telah kami dapatkan semakin besar konsentrasi suatu zat maka semakin kepekatan zat
tersebut semakin tinggi. Kepekatan konsentrasi suatu zat menunjukkan bahwa banyak
partikel yang ada didalamnya. Ketika partikel-partikelnya semakin banyak, tumbukan
yang terjadi juga akan semakin sering. Apabila tumbukan yang terjadi semakin sering
akan mengakibatkan laju reaksi berjalan lebih cepat
Percoban yang kami lakukan menggunakan perbedaan konsentrasi dimulai dari gelas
A dengan konsentrasi paling pekat yakni Na2C2O3 1 M,kemudian berlanjut gelas B
sebanyak 0,5 M kemudian konsentrasi diperkecil pada gelas C sebesar 0,1 M terakhir
pada gelas D konsentrasi sebesar 0.05 M
Warna sebelum pada gelas kimia A, B,C dan D sebelum ditambahkan HCl tidak
berwarna sedangkan pada saat diteteskan HCl gelas A merupakan gelas dengan tingkat
kekeruhan relatif keruh (+++) dikarenakan tingginya konsentrasi Na2C2O3 sedangkan
pada gelas B,C,D tingkat kepekatan relatif sama karena perbedaan konsentrasi yang tidak
cukup berbeda Tetapi ketika gelas kimia A,B,C an D ditambahkan dengan HCl baunya
sangat menyengat. Kekeruhan pada gelas kimia A>B>C>D hal tersebut dikarenakan
semakin pekat konsentrasi larutan maka semakin tinggi tingkat kekeruhan yang
dihasilkan. Dari hasil pengamatan tersebut dapat kita analisa bahwa gelas kimia A
memiliki laju reaksi yang lebih cepat ketimbang gelas kimia B, C, dan D dengan catatan
waktu yang kami peroleh dari uji pengaruh konsentrasi pada laju reaksi adalah sebagai
berikut :
`
Na2S2O3 (aq) + 2 HCl (aq) = 2NaCl (aq) + S (g) + SO2 (g) + H2O (l)
konsententrasi (M)
Percobaan 2 :
Pada percobaan kedua kami menggunakan butiran dan serbuk marmer (CaCO3), dua
buah balon, 2 buah labu Erlenmeyer, serta HCl 0,05 M. Kegunaan butiran dan serbuk
marmer adalah sebagai bahan penguji salah satu faktor yang mempengaruhi laju reaksi,
yaitu luas permukaan sentuhan. Pada percobaan ini dilakukan dengan tabung erlemeyer
sebagai alat bantu agar dapat membuat balon berdiri karena adanya gas yang bereaksi
dalam tabung erlemeyer,sedangkan balon adalah media bantu untuk mengetahui manakah
laju reaksi yang lebih cepat antara butiran dan serbuk marmer.
Pada percobaan yang kami lakukan. Adanya perbedaan antara butiran dan serbuk
marmer(CaCO3) bertujuan untuk menguji kecepatan laju reaksi. Menurut ilmu yang telah
kami dapat, luas permukaan mempercepat laju reaksi karena semakin luas permukaan zat,
semakin banyak bagian zat yang saling bertumbukan dan semakin besar peluang adanya
tumbukan efektif. Karena semakin luas permukaan zat, semakin kecil ukuran partikel zat.
Jadi semakin kecil ukuran partikel zat, reaksi pun akan semakin cepat.
Sebelum direaksikan CaCO3dan HCl tidak berwana. Setelah direaksikan antara
butiran maupun serbuk CaCO3dengan HCl tetap tidak berwarna, akan tetapi menimbulkan
gas CO2 yang mengakibatkan balon yang menempel pada mulut labu Erlenmeyer yang
awalnya tidak berdiri menjadi berdiri. Hal ini dimaksudkan agar terdapat perbedaan
perlakuan pada balon sehingga waktu yang dibutuhkan balon untuk berdiri menjadi
berbeda antara erlemeyer 1 dan 2 .
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan reaksi antara butiran maupun serbuk
marmer (CaCO3) dengan HCl akan menghasilkan gas berupa CO2, dimana gas
CO2tersebut akan mengisi ruang kosong berada pada balon. Semakin banyak gas
CO2yang dihasilkan dari reaksi tersebut dan mengisi ruang kosong pada balon, maka
semakin cepat pula balon berdiri. Semakin cepatnya balon berdiri menandakan bahwa
laju reaksi berjalan semakin cepat. Cara menentukan cepatnya laju reaksi adalah dengan
menggunakan stopwatch tepat pada saat butiran atau serbuk marmer (CaCO 3) yang
berada didalam balon dituangkan kedalam labu Erlenmeyer. Labu Erlenmeyer A berisi
butiran marmer dan 10 mL HCl 0,05 M, sedangkan labu Erlenmeyer B berisi serbuk
marmer dan 10 mL HCl 0,05 M. Sesuai dengan teori, reaksi yang berada pada labu
Erlenmeyer B berjalan lebih cepat dikarenakan CaCO3 yang digunakan berbentuk serbuk.
Karena semakin luas permukaan zat, semakin kecil ukuran partikel zat. Jadi semakin kecil
ukuran partikel zat, reaksi pun akan semakin cepat. Catatan waktu yang kami dapatkan
dari uji pengaruh luas permukaan sentuhn pada laju reaksi adalah sebagai berikut :
Reaksi :
CaCO3 (s) + 2 HCl (aq) CaCl2 (aq) + CO2 (g) + H2O (l)
Percobaan 3 :
temperatur
Percobaan 4 :
5 H2C2O4 (aq) + 3 H2SO4 (aq) + 2 KMnO4 (aq) 2 MnSO4 (aq) + 10 CO2 (g) +
K2SO4 (aq) + 8 H2O (l)
MnS
5 H2C2O4 (aq) + 3 H2SO4 (aq) + 2 KMnO4 (aq) 2 MnSO4 (aq) + 10 CO2
(g) + K2SO4 (aq) + 8 H2O (l)
tanpa katalis
waktu yang diperlukan
dengan katalis
0 1 2 3 4
Laju reaksi dapat diartikan sebagai berkurangnya jumlah pereaksi tiap satuan waktu
atau bertambahnya jumlah hasil reaksi tiap satuan waktu. Laju reaksi dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
1. konsentrasi pereaksi
2. luas permukaan
3. temperatur
4. katalis
Dari praktikum yang telah kami lakukan pada praktikum pertama kami melakukan
percobaan perngaruh konsentrasi suatu zat terhadap laju reaksi Percoban yang kami
lakukan menggunakan perbedaan konsentrasi dimulai dari gelas A dengan konsentrasi
paling pekat yakni Na2C2O3 1 M,kemudian berlanjut gelas B sebanyak 0,5 M kemudian
konsentrasi diperkecil pada gelas C sebesar 0,1 M terakhir pada gelas D konsentrasi
sebesar 0.05 M Warna sebelum pada gelas kimia A, B,C dan D sebelum ditambahkan HCl
tidak berwarna sedangkan pada saat diteteskan HCl gelas A merupakan gelas dengan
tingkat kekeruhan relatif keruh (+++) dikarenakan tingginya konsentrasi Na2C2O3
sedangkan pada gelas B terdapat kekeruhan namun tidak sekeruh gelas A(++) sedangkan
gelas C kepekaan tidak terlalu mendominasi (+) dan gelas D kepeatan hampir sama
seperti gelas C (+) tingkat kepekatan relatif sama karena perbedaan konsentrasi yang
tidak cukup berbeda Tetapi ketika gelas kimia A,B,C an D ditambahkan dengan HCl
baunya sangat menyengat. Kekeruhan pada gelas kimia A>B>C>D hal tersebut
dikarenakan semakin pekat konsentrasi larutan maka semakin tinggi tingkat kekeruhan
yang dihasilkan. Dari hasil pengamatan tersebut dapat kita analisa bahwa gelas kimia A
memiliki laju reaksi yang lebih cepat ketimbang gelas kimia B, C, dan D. Semakin pekat
(tinggi) konsentrasi Na2S2O3 (pereaksi) maka semakin cepat pula reaksinya,
Percobaan kedua kami membuktikan faktor pengaruh laju reaksi yang lain yakni luas
permukaan. Pada percobaan yang kami lakukan. Adanya perbedaan antara butiran dan
serbuk marmer(CaCO3) yang kami gunakan bertujuan untuk menguji kecepatan laju
reaksi. Menurut ilmu yang telah kami dapat, luas permukaan mempercepat laju reaksi
karena semakin luas permukaan zat, semakin banyak bagian zat yang saling bertumbukan
dan semakin besar peluang adanya tumbukan efektif. Karena semakin luas permukaan
zat, semakin kecil ukuran partikel zat. Jadi semakin kecil ukuran partikel zat, reaksi pun
akan semakin cepat.
Sebelum direaksikan CaCO3dan HCl tidak berwana. Setelah direaksikan antara
butiran maupun serbuk CaCO3dengan HCl tetap tidak berwarna, akan tetapi
menimbulkan gas CO2 yang mengakibatkan balon yang menempel pada mulut labu
Erlenmeyer yang awalnya tidak berdiri menjadi berdiri. Hal ini dimaksudkan agar
terdapat perbedaan perlakuan pada balon sehingga waktu yang dibutuhkan balon
untuk berdiri menjadi berbeda antara erlemeyer 1 dan 2, kemudian saat larutan HCl
bercampur dengan serbuk CaCO3 larutan yang semula tak berwarna menjadi keruh
dan terdapat gelembung-gelembung gas CO2. Waktu yang dihasilkan dari reaksi HCl
dengan butiran CaCO3 akan berbeda dengan waktu yang dihasilkan dari reaksi HCl
dengan serbuk CaCO3. Hal ini disebabkan karena luas permukaan mempengaruhi
kecepatan laju reaksi. Jika luas permukaan sentuhan besar maka partikel akan lebih
banyak, sehingga tumbukan antar partikel lebih sering terjadi. Akibat tumbukan lebih
sering terjadi maka laju reaksi yang dihasilkan juga akan semakin cepat.
Percobaan ketiga yakni pembuktian bahwa suhu dapat mempengaruhi laju reaksi
dengan percobaan sebagai berikut Pada percoban ketiga kami melakukan percobaan
pertama kami mengencerkan 10 tetes H2C2O4 0,05 M dengan air hingga volumenya 5 mL
sehingga terbentuk H2C2O4 encer (larutan A). Kemudian prcobaan kedua kami
mengencerkan 10 tetes KMnO4 0,01 M dengan air hinggal volumenya 10 mL sehingga
terbentuk KMnO4 encer (larutan B). Setelah beberapa pengenceran tersebut dilakukan
kami mengambil 5 tetes larutan A dan 5 tetes H2SO4 untuk dimasukkan kedalam tabung
reaksi dan dicatat suhu awalnya, kemudian kami teteskan 2 tetes larutan B, tepat pada saat
tetesan larutan B kami menyalakan stopwatch dan kami hentikan stopwatch tepat saat
warna permanganat yang berada pada tabung reaksi menghilang. Percobaan selanjutnya
sama dengan percoban sebelumnya, tetapi ada perbedaannya yaitu terletak pada
pemanasan air panas yang dilakukan hingga mencapai suhu 50C, 45C, 40C, 35C dan
suhu kamar atau normal.
Warna H2C2O4sebelum bereaksitidak berwarna begitupula dengan warna H2SO4.
Sedangkan warna KMnO4 adalah ungu. Ketika KMnO4ditambahkan pada tabung reaksi
yang berisi 5 tetes larutan A dan 5 tetes H2SO4 tetap berwarna ungu, tetapi seiring
berjalannya waktu, warna KMnO4semakin lama semakin memudar dan akhirnya
menghilang.
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan dengan suhu berbagai suhu yang berbeda,
hilangnya warna KMnO4 lebih cepat dari pada suhu yang lebih rendah. Ilmu yang kami
dapatkan adalah pengaruh suhu terhadap laju reaksi, suhu yang tinggi dapat lebih
mempercepat laju reaksi. Karena semakin tinggi suatu suhu, maka semakin besar pula
energi kinetik yang dihasilkan. Jika energi kinetik yang dihasilkan semakin besar maka
laju reaksi berlangsung semakin cepat.
Percobaan keempat yaki dengan atau tanpa katalis suatu reaksi berlangsung. Pada
percobaan keempat kami menggunakan 10 tetes KMnO4 dan mengencerkannya dengan air
hingga volumenya 10 mL sehingga terbentuk KMnO4 encer. Setelah itu kami siapkan 2
tabung reaksi, dimana tabung reaksi A berisi 4 tetes H2C2O4 dan 4 tetes H2SO4 erta 1 tetes
larutan KMnO4 encer kemudian kami mulai menyalakan stopwatch tepat pada saat
tetesan terakhir kemudian kami hentikan stopwatch tepat saat warna permanganat hilang,
hal tersebut dilakukan secara berlanjut hingga 3 kali penetesan KMnO4 encer. Percobaan
selanjutnya pada tabung reaksi B diberi 4 tetes H2C2O4 dan 4 tetes H2SO4serta 1 tetes
larutan MnSO4 dan 1 tetes larutan KMnO 4 encer kami nyalaan stopwatch tepat pada saat
tetesan terakhhir tersebut ditambahkan dan kami hentikan stopwatch tepat saat warna
permanganat hilang, hal tersebut dilkukan secara continue hingga 3 kali penetesan KMnO4
encer.
Percobaan 2 :
CaCO3 (s) + 2 HCl (aq) = CaCl2 (aq) + CO2 (g) + H2O (l)
Percobaan 3 :
5 H2C2O4 (aq) + 3 H2SO4 (aq) + 2 KMnO4 (aq) = 2 MnSO4 (aq) + 10 CO2 (g) + K2SO4
(aq) + 8 H2O (l)
Percobaan 4 :
5 H2C2O4 (aq) + 3 H2SO4 (aq) + 2 KMnO4 (aq) = 2 MnSO4 (aq) + 10 CO2 (g) + K2SO4
(aq) + 8 H2O (l)
MnS
5 H2C2O4 (aq) + 3 H2SO4 (aq) + 2 KMnO4 (aq) = 2 MnSO4 (aq) + 10 CO2
(g) + K2SO4 (aq) + 8 H2O (l)
2. Tulislah persamaan laju untuk reaksi berorde satu dan dua jika konsentrasi masing-
masing zat berbeda dan jika kedua zat memiliki konsentrasi yang sama.
Jawab :
Jika konsentrasi zat yang berbeda :
Orde satu : r = k [A] [B]
Orde dua : r = k [A]2 [B]2
Jika konsentrasi zat yang sama :
r 1 k [ A ] [B ]
Orde satu : =
r 2 k [ A ] [B ]
r 1 k [ A ]2 [B]2
=
Orde dua : r 2 k [ A ]2 [B]2
3. Gas apa yang terbentuk pada percobaan reaksi antara kalsium karbonat dan asam
klorida, tuliskan persamaan reaksinya !
Jawab :
Gas karbondioksida (CO2)
Persamaan reaksi :
CaCO3 (s) + 2 HCl (aq) = CaCl2 (aq) + CO2 (g) + H2O (l)
4. Apakah fungsi penambahan asam sulfat pada reaksi antara asam oksalat dengan
kalium permanganat ?
Jawab :
Fungsi penambahan asam sulfat adalah sebagai zat pengoksidasi kuat yang dapat
mengoksidasi asam oksalat H2C2O4 menjadi karbondioksida dan air H2O.
Penambahan KMnO4 menyebabkan terjadinya reaksi yang disertai dengan
meningkatnya suhu.
5. Jelaskan mengapa pada percobaan pengaruh temperatur pada laju reaksi warna
KMnO4 tidak nampak seiring bertambahnya waktu ?
Jawab :
Reaksi tersebut merupakan reaksi redoks, asam oksalat H 2C2O4 dalam suasana asam
(karena di campur dengan asam sulfat /H 2SO4), dalam hal ini asam oksalat H2C2O4
akan mengalami oksidasi sehingga menjadi gas kabondioksida, dan kalium
permanganat KMnO4 mengalami reduksi sehingga menjadi MnO2, jadi asam oksalat
bertindak sebagai reduktor, dan kalium permanganat sebagai oksidator. Jadi
perubahan kalium permanganat karena reduksi oleh asam oksalat. Selain itu
temperatur berguna untuk mempercepat laju reaksi sehingga semakin tinggi
temperatur pada suatu larutan yang akan di reaksikan, maka laju reaksi semakin cepat
terjadi.
IX. Analisis Data
Pada percobaan 1.a disediakan 3 tabung reaksi yang masing-masing dimasukkan
1 mL larutan KI 0,1 M dan 5 tetes larutan Kanji. Pada bagian ini larutan berwarna putih
keruh. Pada tabung pertama ditambahkan 1 mL H2SO4 2 M dan larutan tetap berwarna
putih keruh, kemudian ditambahkan 0,5 mL H2O2 3% sehingga larutan berubah warna
menjadi hitam keunguan. Pada tabung kedua ditambahkan 1 mL H2SO4 2 M dan larutan
menjadi berwarna ungu bening, kemudian ditambahkan 0,5 mL FeCl3 0,1 M sehingga
larutan berubah warna menjadi hitam. Pada tabung ketiga dimasukkan beberapa tetes
HNO3 pekat (183 tetes) sehingga larutan menjadi berwarna ungu tua. Untuk pembuktian
bahwa I- telah teroksidasi menjadi I2, dimasukkan 5 tetes larutan I2 yang berwarna merah
darah ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 2 tetes larutan kanji sehingga
larutan menjadi berwarna hitam. Reaksi-reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah :
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
1,2
E= x 10=+1,2 Volt
10
X. Pembahasan
Pada percobaan pertama, mengidentifikasi reaksi redoks. Pada percobaan 1.a
H2SO4 2M/pekat berfungsi sebagai pemberi suasana asam. Asam sulfat memiliki sifat
Tidak terbakar, tetapi asam pekat bersifat oksidator yang dapat menimbulkan kebakaran
bila kontak dengan zat organik seperti gula, selulosa dan lain-lain. Amat reaktif dengan
bubuk zat organik. Mengalami penguraian bila kena panas, mengeluarkan gas SO2.
Larutan kanji atau amilum berfungsi sebagai indikator. Pada tabung pertama dan kedua
ditambahkan H2SO4. Kemudian pada tabung pertama ditambahkan larutan H2O2 3 % yang
berfungsi sebagai indikator, sedangkan pada tabung kedua ditambahkan larutan FeCl3
yang juga berfungsi sebagai indikator. Pada tabung ketiga hanya ditambahkan HNO3 pekat
sebagai pemberi suasana asam dan juga indikator. Pada tabung pertama dan kedua
ditambahkan indikator namun pada tabung ketiga tidak hal ini dikarenakan KI bersifat
basa kuat dan H2SO4 bersifat asam kuat, sehingga larutan bersifat netral. Oleh karena itu
perlu untuk ditambahkan indikator agar reaksi redoks dapat terjadi. Sedangkan pada
tabung ketiga HNO3 tidak perlu ditambahkan indikator karena sudah dapat terjadi reaksi
redoks. Secara teori, larutan yang berubah warna menandakan adanya reaksi redoks.
Larutan yang berubah warna menjadi ungu kehitaman mengandung I2 lebih banyak
daripada amilum. Sehingga warna ungu kehitaman menandakan adanya I2. Pada tabung
pertama KI berfungsi sebagai reduktor sedangkan H2O2 sebagai oksidator.
reduksi
Pada tabung kedua KI sebagai reduktor dan FeCl3 sebagai oksidator. Ion I- dioksidasi
menjadi I2 dan ion Fe3+ direduksi menjadi Fe2+.
Reduks
Oksida
Pada tabung ketiga KI sebagai reduktor dan HNO3 sebagai oksidator. Ion I- teroksidasi
menjadi I2 dan ion H+ tereduksi menjadi H2
2 KI(aq) + 2 HNO3(aq) 2 KNO3(aq) + I2(aq) + H2(aq)
-1 +1 0 0
oksida
reduks
Untuk pembuktian bahwa I2 telah terbentuk, dimasukkan 5 tetes larutan I2 yang berwarna
merah darah ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 2 tetes larutan kanji
sehingga larutan menjadi berwarna hitam
Pada percobaan 1.b dengan menggunakan tabung U H2SO4 dimasukkan
kedalam pipa U pada ujung pipa sebelah kanan K2Cr2O7 sedangkan pada ujung pipa
sebalah kiri ditambahkan (NH4)2Fe(SO)4 jenuh dan 5 tetes KCNS. (NH4)2Fe(SO)4
memiliki fungsi untuk meramalkan daya oksidasi dari beberapa oksidator seperti
K2Cr2O7, KMnO4, dan KBrO3 terhadap ion Fe2+. Dan penambahan KCNS berfungsi agar
terjadi reaksi redoks Dan K2Cr2O7 memiliki sifat oksidator kuat yaitu dalam hal ini Cr6+
direduksi menjadi Cr3+. Kemudian pada kedua ujung pipa dicelupkan elektroda karbon
dan dihubungkan dengan kabel selama beberapa menit sehingga pada ujung pipa sebelah
kanan larutan menjadi berwarna orange kehitaman sedangkan pada ujung pipa sebelah
kiri menjadi berwarna orange. Kemudian pada kedua ujung tabung dicelupkan elektroda
karbon dan dihubungkan dengan kabel selama beberapa menit sehingga pada lubang
tabung sebelah kanan larutan menjadi berwarna orange kehitaman (++) sedangkan pada
lubang (ujung) sebelah kiri menjadi berwarna orange. Warna orange kehitaman terbentuk
karena Fe2+ telah teroksidasi menjadi Fe3+ sesuai dengan dugaan reaksi, yaitu :
Pada percobaan kedua yaitu menentukan Daya Gerak Listrik (DGL) Sel
Elektrokimia. Digunakan 15 mL larutan CuSO4 0,1 M pada gelas kimia dan 15 mL
larutan ZnSO4 0,1 M pada gelas kimia. Kemudian dicelupkan lempengan seng (Zn) pada
larutan ZnSO4 dan lempengan tembaga (Cu). Diantara keduanya dibuat jembatan garam
dari tissue yang digulung dan kemudian dibasahi dengan garam NaCl.
Jembatan garam berfungsi untuk menghantarkan arus listrik antara kedua elektrolit yang
berada dalam gelas kimia. Selain itu, jembatan garam juga berfungsi untuk menetralkan
kelebihan atau kekurangan muatan dari ion-ion yang berada dalam kedua gelas kimia
tersebut selama proses elektrokimia berlangsung. Oleh karena itu syarat zat yang
digunakan untuk jembatan garam adalah zat tersebut tidak boleh bereaksi dengan
elektrolit yang digunakan dalam pengukuran sel. Dalam hal ini, proses yang terjadi
adalah logam Zn dioksidasi menjadi Zn2+. Reaksi : Zn(s) Zn2+ + 2e. Elektron dari Zn
berpindah menuju gelas kimia lain melalui jembatan garam kemudian elektron
digunakan ion Cu2+ untuk menjadi Cu. Reaksi : Cu2+ + 2e Cu(s). Kelebihan SO42-
berpindah ke gelas kimia yang berisi Zn2+. Sehingga terjadi keseimbangan muatan.
Kemudian kedua lempeng dihubungkan ke voltmeter menggunakan kabel. Dengan batas
pengukuran 10x. Diperoleh nilai daya gerak listrik sebesar +1,2 Volt. Hasil ini tidak
berbeda jauh dengan teori yaitu sebesar +1,1 Volt.
1,2
E= x 10=+1,2 Volt
10
XI. Diskusi
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, terdapat ketidaksesuaian hasil
praktikum dengan teori yang ada. Pada percobaan ketiga yaitu elektrolisis larutan KI
seharusnya pada anoda larutan berubah menjadi dua warna yaitu merah muda keunguan
pada bagian bawah dan kuning kecoklatan pada bagian atas. Sedangkan pada katoda
berwarna merah muda keunguan. Kesalahan tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor
diantaranya kurangnya ketelitian praktikan mengukur banyaknya larutan yang akan
ditambahkan, tabung reaksi yang digunakan belum dalam keadaan benar-benar bersih,
dan karena proses elektrolisis hanya dilakukan dalam waktu 5 menit sehingga hasil
yang diperoleh atau warna larutan tidak berubah sesuai apa yang dikehendaki.
XII. Kesimpulan
Berdasarkan percoban yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa :
Reaksi redoks menjelaskan berubahnya biloks atom-atom dalam reaksi kimia. Reaksi
disproporsionasi adalah reaksi dimana suatu zat mengalami reaksi oksidasi dan
reduksi.
Pada percobaan pertama (a) I- telah teroksidasi menjadi I2 yaitu dibuktikan dengan
adanya warna ungu setelah ditambahkan kanji. Dan pada percobaan pertama (b) Fe 2+
telah teroksidasi menjadi Fe3+ dan Terjadi reduksi Cr6+ menjadi Cr3+
Sel volta merupakan sel elektrokimia yang menghasilkan energi lisrik. Pada
percobaan kedua Besar Daya Gerak Listrik yang diperoleh dari CuSO 4 dan ZnSO4
adalah 1,2 Volt.
Pada percobaan ketiga Terjadi perubahan energi listrik menjadi energi kimia. Di
anoda terjadi oksidasi I- menjadi I2 dan di katoda terjadi reduksi H+ menjadi H2
Pada elektrolisis larutan KI, anode mengalami oksidasi dan katode mengalami
reduksi. Pada larutan anode terbentuk 2 fase, yaitu fase air (larutan anode) dan fase
organik (larutan CHCl3).
XIII. Pertanyaan
1. Mengapa percobaan redoks tidak diperlukan sumber arus, sedangkan pada elektrolisis
diperlukan arus. Mengapa demikian ? Dan jelaskan apa sebenarnya fungsi arus
tersebut !
Jawab : Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit dalam sel elektrolisis oleh
arus listrik. Dalam reaksi oksidasi reduksi berlangsung dengan spontan, dan energi
kimia yang menyertai reaksi kimia diubah menjadi energi listrik. Sedangkan
elektrolisis merupakan reaksi kebalikan dari redoks yang potensial selnya negatif atau
dengan kata lain, dalam keadaan normal tidak akan terjadi reaksi dan reaksi dapat
terjadi bila diinduksi dengan energi listrik dari luar.
2. Apa yang dimaksud dengan jembatan garam, apa fungsinya dan jelaskan cara
pembuatannya dengan kertas tissue !
Jawab : Jembatan garam biasanya berupa tabung berbentuk U yang diisi dengan agar-
agar yang dijenuhkan dengan KCl atau berupa gulungan dari tissu yang dibasahi
dengan larutan garam/ elektrolit kuat spt : KCl, NaCl, K 2SO4, KNO3. Jembatan garam
berfungsi untuk menjaga kenetralan muatan listrik pada larutan. Karena konsentrasi
larutan elektrolit pada jembatan garam lebih tinggi daripada konsentrasi elektrolit di
kedua bagian elektroda, maka ion negatif dari jembatan garam masuk ke salah satu
setengah sel yang kelebihan muatan positif dan ion positif dari jembatan garam
berdifusi ke bagian lain yang kelebihan muatan negatif. cara pembuatan jembatan
garam dengan tissu : tissu yang akan digunakan sebaiknya panjang agar dapat
menghubungkan kedua larutan dalam sel volta dan tidak hanya 1 lapis agar tidak
mudah hancur, tissu digulung sedemikian hingga dan dibasahi dengan larutan garam
(misalnya KCl) sampai benar-benar terbasahi secara keseluruhan, kemudian dibentuk
U.