Anda di halaman 1dari 3

LATAR BELAKANG

Masyarakat global memang masih terbawa euforia teknologi ramah lingkungan.


Kampanye ramah lingkungan, “Go Green” dari masyarakat yang sadar akan pentingnya
nuansa ramah lingkungan dalam setiap sendiri kehidupan bermasyarakat kini semakin akrab
di dengar telinga. Mulai dari ekonomi, sosial, hingga infrastruktur yang mendukung
perputaran nadi sebuah masyarakat.Seiring dengan kebutuhan masyarakat dan sistem
perkotaan terhadap transportasi massal, secara otomatis bus ramah lingkungan juga
diharapkan dapat me-nunjang aktivitas dalam bertransportasi. Kendaraan transportasi massal
berbasis jalan raya, yakni bus rendah emisi juga ditunggu-tunggu kehadirannya. Sejumlah
negara telah memelopori keberadaan bus tersebut untuk mengangkut penumpang dari dan ke
sebuah tujuan.

Keberadaan bus ramah lingkungan memang dapat menjadi sebuah solusi inovasi yang
bisa ditawarkan kepada masyarakat yang haus akan nuansa ramah lingkungan. Beberapa
tahun belakangan, sejumlah negara memang telah menggunakan bus ramah lingkungan.
Keberadaan bus ramah lingkungan memang dapat menjadi sebuah solusi inovasi yang bisa
ditawarkan kepada masyarakat yang haus akan nuansa ramah lingkungan. Beberapa tahun
belakangan, sejumlah negara memang telah menggunakan bus ramah lingkungan.

Amerika Serikat (AS), tepatnya di Indianapolis, terdapat IndyGo, perusahaan


tranportasi umum yang busnya menggunakan bahan bakar hibrida dengan teknologi hibrida
terbaru yang menghemat bahan bakar, mengurangi emisi, dan memiliki pergerakan mesin
yang lebih halus.Salah satunya terlihat dari strategi yang digunakan perusahaan transportasi
publik IndyGo yang menggunakan bus ramah lingkungan. Malah perawatannya
menggunakan metode ramah lingkung-an. Diantaranya dengan sistem pencucian
menggunakan pembersih nontoksin ramah lingkungan. Pembersih yang digunakan juga
berasal dari bahan nabati seperti jagung, kacang kedelai, jeruk nipis, dan kelapa. Selain itu,
terdapat sekitar 30 halte IndyGo yang dilengkapi penerangan tenaga surya.Selain itu, dalam
konferensi Paratransit dan Bus Tahunan yang diselenggarakan American Public
Transportation Association (APTA) pada 2013, dipamerkan sejumlah bus yang menggunakan
bahan bakar alternatif, mulai dari bus listrik, bus berbahan bakar hibrida, sampai dengan bus
yang menggunakan bahan bakar gas alam terkompresi (CNG) atau bus rendah emisi. Salah
satunya digunakan Crosspoint Kinetics, anak perusahaan Cummins Crosspoint yang
menggunakan bus sistem tenaga hybrid pada layar yang dengan teknologi ultra-kapasitor non
ba-terai yang menyimpan energi yang dipro-duksi dan dirakit di negara bagian Indiana.

Berdasarkan laporan American Public Transportation Association (APTA),


transportasi publik di negeri Paman Sam tersebut sangat vital perannya dalam mendukung
pengurangan gas rumah kaca serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar
minyak. Pihak APTA menyatakan, sangat bersyukur bahwa dengan penggunaan transportasi
publik yan pada hari kerja jumlahnya mencapai 35 juta kali, membuat emisi karbon
berkurang sekitar 37 juta metrik ton dan mampu menghemat sekitar 450 juta galon bahan
bakar di Amerika Serikat (AS). Negara lain yang ikut mendorong penggunaan bus ramah
lingkungan adalah Norwegia. Di negara tersebut, komunitas penggunaan kendaraan
berbahan bakar hidrogen semakin mewabah. Sejumlah stasiun pengisian bahan bakar
hidrogen marak tersebar di sana. Norwegia terus menggalakan program Hydrogen Road to
Norway. Sejak 2006, negara tersebut telah meresmikan stasiun pengisian bahan bakar
hydrogen pertama.

Bus bertenaga hidrogen juga ditemukan di Islandia. Pemerintah negara itu


menyediakan bus berbahan bakar hidrogen guna menarik masyarakat bertransportasi massal
dengan cara yang ramah lingkungan. Islandia menyediakan SPBU khusus untuk mengisi
ulang sumber energi hidrogen. Maraknya penggunaan ken-daraan berbahan bakar energi
ramah lingkungan, mendorong Komisi Uni Eropa mendorong dan memberikan dukungan
untuk pembangunan stasiun pengisian bahan bakar ramah lingkungan. Apalagi, mobil listrik
maupun berbahan gas inovatif sebagian ada yang tak bisa menempuh jarak jauh akibat
minimnya infrastruktur.

Menurut Komisaris Transportasi Eropa, Siim Kallas, beberapa tahun ke depan


Komisi Uni Eropa terus mendorong pembangunan stasiun pengisian ulang energi untuk
mobil listrik. Demikian juga pe-netapan target pada negara anggota Uni Eropa dalam
penyediaan stasiun pengisian bahan bakar gas dan hidrogen hingga 2020. Dengan demikian,
transportasi di Eropa dapat semakin minim ketergantungannya terhadap bahan bakar minyak
dan di lain sisi semakin memudahkan transisi pada teknologi ramah lingkungan.Komisi
Eropa juga mengusulkan radius jarak 150 sampai dengan 400 kilo meter (Km) di jalanan
utama untuk disipakan stasiun-stasiun pengisian bahan bakar gas bumi dan gas alam cair
(LPG). Komisi Eropa juga menginginkan adanya standar bersama untuk pengisian bahan
bakar hidrogen. Di Inggris, GENeco perusahaan penghasil bahan bakar gas melakukan
terbosan dengan memroduksi bus yang menggunakan bahan bakar dari sampah dan kotoran
manusia pada bus penghubung Bath dan bandar udara Bristol. Sebelumnya, London juga
telah menggunakan bus hybrid untuk transportasi umum massal di kota tersebut.Pemerintah
Inggris telah mengembangkan program “The Green Bus Fund” yang pertama kali
diluncurkan pada 2009-2010 dengan investasi £30 juta dan diikuti dengan program tahap II
pada 2010-2011 melalui investasi £15 juta.Pengembangan lain adalah bus listrik. DI Jerman,
negara itu kini siap dengan 1937 stasiun pengisian energi bagi mobil listrik. Sampai dengan
2020 mendatang akan disediakan sekitar 150 ribu sambungan pengisian energi yang sekitar
sepuluh persennya harus terbuka untuk umum.Bularia dan Prancis juga tak mau ke-tinggalan.
Bulgaria mengaku siap menempatkan 7000 unit sumber pengisian mobil listrik. Sementara
Perancis siap menyediakan 97.000 unit stasiun pengisian energi mobil listrik dari 1600
stasiun pengisian bahan bakar hijau. Di indonesia sendiri sudah banyak produk produk anak
bangsa yang berdasar pada teknologi ramah lingkungan namun sampai saat ini kendaraan
yang seharusnya dapat mengurangi emisi bahan bakar dan polusi ini hanya sebatas karya
yang belum bisa dipasarkan secara bebas dikarenakan rumitnya proses dan daya tarik
masyarakat yang rendah akan kendaraan ini. Namun para aak bangsa tetap semangat untuk
membuat kendaraan yang akan berdampak pada pengurangan bahan bakar sehingga dapat
menghemat pengguanaan bahan bakar dan juga pengurangan gas polusi yang ditimbulkan,
GAGASAN

Di Surabaya, rencananya akan menggukan bus ramah lingkungan pada beberapa bus
yang ada. Selain itu, sejumlah penelitian juga telah dilakukan di Indonesia dalam rangka
mendorong penggunaan bus ramah lingkungan. Salah satunya seperti yang dilakukan pihak
Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya yang berhasil membuat bus tenaga
listrik.Melalui uji coba yang dilakukan, bus listrik tersebut diperkirakan mampu menghemat
biaya operasional hampir separuh bus bermesin diesel. Per Kwh energi listrik dikatakan dapat
menjalankan bus sejauh 3,9 kilometer. Artinya, angka itu jauh lebih hemat dari bus diesel
yang per liter solar hanya untuk menjalankan bus sejauh 12 kilome-ter.

Menurut pihak ITS, jika dilakukan perbandingan, dengan tarif listrik Rp 1.200/Kwh
setara dengan solar nonsubsidi yang sebesar adalah Rp 13 ribu/liter. Selain penghematan
tersebut, ada lagi penghematan lain, yakni adanya sekitar 20 persen daya dari panel surya
yang dipasang pada atap bus. Panel Surya pada bus yang diberi nama Electric Solar Bus
(ESB) itu, berfungsi untuk mengoperasikan pendingin ruangan, sistem rem, serta sistem
lampu.Hanya saja, pihak ITS menyatakan, untuk menjadikan bus itu sebagai modal
transportasi secara massal masih cukup panjang. Pasalnya, bus ini masih butuh perbaikan
bertahap guna pengembangan dua protoripe lanjutan agar bisa didaftarkan sejumlah ujian
standardisasi. Kemungkinan, sebelum bisa diproduksi massal masih butuh waktu perbaikan
selama sekitar tiga tahun ke depan.Yang jelas, inovasi penggunaan bus-bus ramah lingkungan
sangat dibutuhkan di Indonesia baik di Jakarta maupun di kota-kota besar lain yang sekarang
ini semakin sarat polusi. Sama halnya yang dilakukan oleh salah UNESA (Universitas Negeri
Surabaya). Riset yang dilakukan oleh UNESA yakni dengan diadakannya kereta sebagai
salah satu transportasi internal kampus yang ramah lingkungan bagi para mahasiswa sehingga
dicipiptakannya kampus UNESA yang berprogam dari ECO CAMPUS. Untuk
mengembangkan transportasi kampus yang ramah lingkungan dibutuhkan pengembangan
riset agar diciptanya transportasi ramah lingkungan yang bersifat massal dan dapat digunakan
untuk melayani rute di dalam dan di sekitar kampus unesa, akan dilakukan pengembangan
desain alat transportasi ramah lingkungan ,perencanaan system manajemen transportasinya
serta pembangunan sarana prasarana pendukung kegiatan transportasi ramah lingkungan
tersebut. Jadi dari penjelasan diatas dapat kami ajukan ide dan gagasan kami yakni dengan
penerapan bis ramah lingkungan yang sudah diterapkan di Institut Teknologi Sepuluh
November yakni bus dengan bahan bakar listrik yang ramah lingkungan dan irit BBM serta
emisi gas yang dihasilkan tidak akan mencermari lingkungan dan udara sehingga terciptanya
udara bersih dikasawasan UNESA yang menjadi kampus ECO CAMPUS. Penerapan bus ini
sangat dapat diterapkan di UNESA karena dengan model bus yang tidak terlalu besar ini
diharapkan dapat menjadi transportasi andalan kampus sehingga para mahasiswa sekiar
UNESA tidak perlu membawa kendaraan pribadi yang dapat menambah polusi udara serta
dengan adanya bus ini UNESA dapat menunjukkan dirinya sebagai kampus yang
berlandaskan ECO CAMPUS.

Anda mungkin juga menyukai