Disusun Oleh:
KELOMPOK III
Maria Simbolon
(J2C009003)
Tifa Nurmaya
(J2C009021)
(J2C009022)
(J2C009023)
Ika Rissanti
(J2C009024)
Yudhi Richard
(J2C009025)
Yuga Pratama
(J2C009026)
Merry Gultom
(J2C009027)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009
PERCOBAAN 3
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN: PENURUNAN TITIK BEKU
I.
Tujuan Percobaan
I.1 Mampu menjelaskan pengaruh zat terlarut pada sifat fisik pelarut
murni.
I.2 Mampu menentukan konstanta penurunan titik beku suatu pelarut.
I.3 Mampu menentukan berat molekul suatu senyawa.
II.
Tinjauan Pustaka
II.1Sistem Larutan
Larutan adalah campuran homogen dari molekul atom maupun ion
dari dua zat atau lebih.Larutan disebut campuran karena susunannya
berubah-ubah.Larutan disebut homogen karena susunannya begitu
seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang
berlainan bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.Dalam campuran
heterogen, permukaan-permukaan tertentu dapat dideteksi antara
bagian-bagian
atau
fase-fase
yang
terpisah.Meskipun
semua
campuran fase gas bersifat homogen dan karena itu disebut larutan,
molekul-molekulnya begitu terpisah sehingga tak dapat saling
menarik dengan efektif.Larutan fase padat sangat dikenal dan sangat
berguna.
Contoh : - Perunggu ( tembaga dan zink sebagai penyusun utama )
- Emas perhiasan ( biasanya campuran emas dan tembaga )
Biasanya, larutan berfase cair. Salah satu komponen larutan yaitu
pelarut harus berfase cair sedangkan zat terlarut dapat berbentuk gas,
padatan, atau larutan ( cairan ).
( Keenan, 1990 )
II.2Sifat Koligatif Larutan
Sifat koligatif karutan adalah sifat-sifat larutan yang hanya
ditentukan oleh jumlah partikel dalam larutan dan tidak tergantung
kepada jenis partikelnya.
( Sukardjo, 1985 )
Terdapat empat sifat yang berhubungan dengan larutan encer, atau
kira-kira pada larutan yang ada.Jadi, sifat-sifat tersebut tidak
tergantung pada jenis terlarut.Keempat sifat tersebut ialah penurunan
tekanan uap, peningkatan titik didih, penurunan titik beku, dan
tekanan
osmotik
yang
semuanya
dinamakan
sifat-sifat
m
Kf
P = P-P
Menurut Roult, jika zat terlarut sukar menguap, maka penurunan
tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol terlarut, sedangkan
tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol pelarut.
P
= Xpel . P
P
= P - (Xpel . P)
= P (1-Xter)P
= P-P+(Xter . P)
P
= Xter . P
( Yazid, 2005 )
( Chemistry.org, 2009 )
Keterangan :
A = titik didih air pada suhu 100C dan tekanan uap 1 atm
B = titik pada 100C dan tekanan uap kurang dari 1 atm, dimana
larutan belum mendidih
C = titik pada tekanan uap 1 atm dan suhu lebih besar dari 100C,
dimana larutan mendidih.
Suhu pada saat akan tercapai tekanan uap larutan 1 atm, maka
larutan akan mendidih. Harga titik didih ini lebih besar dari 100C,
atau lebih tinggi dari titik didih pelarutnya disebut kenaikan titik didih
(Tb).
Tb = Tb - Tb
Tb = Kb .m
W 1000
.
Tb = Kb . M P
Keterangan :
Tb = titik didih pelarut
Tb
= titik didih larutan
Kb
= tetapan kenaikan titik didih molekul
M
= berat molekul zat terlarut
W
= massa zat terlarut
P
= massa zat pelarut
( Yazid, 2005 )
II.6Tekanan Osmosis ( )
Osmosis adalah suatu perpindahan / merambatnya molekul pelarut
dari larutan yang konsentrasinya rendah (encer) menuju larutan yang
konsentrasinya tinggi melalui selaput semipermeabel, sedangkan
tekanan osmotik adalah besarnya tekanan larutan yang digunakan
untuk mempertahankan perpindahan pelarut pada peristiwa osmotik,
dirumuskan :
=MRT
gr 1000
R T
Mr
P
(Sukardjo, 1985)
II.7Fase Zat
Bila zat padat dipanaskan, mula-mula pada suhu sedikit dibawah
titik lelehnya. Kemudian suhunya mulai naik ketika lelehnya tercapai,
suhunya akan tetap sampai seluruh bagian zat meleleh, demikian juga
dengan proses pembekuan. Suhunya akan konstan sampai tercapai
titik beku zat tersebut. Super cooling terjadi saat suhu cairan turun
dibawah titik beku.
1. Diagram pemanasan
2. Dagram pendinginan
3.
Diagram Supercooling
( Brady, 1998 )
II.8Titik Leleh
Titik leleh merupakan salah satu sifat fisik yang penting untuk
karakterisasi suatu senyawa. Titik leleh ( melting point ) dari suatu
senyawa adalah temperatur yang menunjuk tepat pada saat proses
transformasi senyawa tersebut antara fasa padat dan cair.
( Wade, 1999 )
II.9Termostat
nA
N , dengan nA adalah banyaknya
Molaritas
Sistem konsentrasi ini didasarkan pada volume larutan dan dengan
demikian cocok untuk digunakan prosedur laboratorium yang volume
larutan merupakan jumlah yang diukur batasnya adalah sebagai
berikut :
Molaritas : jumlah mol solut perliter larutan
n
M= v
Dengan ketentuan :
M adalah molaritas
n adalah jumlah mol solut
v adalah volume larutan dalam liter
q
n=
dengan ketentuan
Karena
:
Bm
q = solut dan Bm = berat molekuler solut, maka
q
M= Bm . V
II.12
(Underwood, 1980)
Molalitas
Molalitas adalah banyaknya mol zat terlarut yang dilarutkan dalam
1 kg (1000g) pelarut, artinya :
mol zat terlarut
Molalitas
massa pelarut ( Kg)
(Chang,2009)
Kegunaan
Sifat Fisik
III.
Metoda Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat :
a. kertas saring
h. pengaduk
b. termometer
c. gelas beaker
d. penjepit
e. penggerus
f. tabung reaksi
g. neraca/ timbangan
i. hot plate
j. isolasi
k. pipa kapiler
l.kakitiga
m. tabung spiritus
n. termostat
3.1.2 Bahan
a. Asam Stearat
b. Asam benzoat
c. Air
3.2 Gambar Alat
1. Kertas Saring
2.Termometer
3. Gelas Beaker
4. Penggerus
5. Spiritus
6. Tabung Reaksi
7. Solasi
8. Neraca
9. Pipa Kapiler
10. Pengaduk
11. Penjepit
12. Hot
Plate
13.
Kaki Tiga
14. Termostat
Hasil
3 gr asam stearat
Gelas beaker
Hasil
3 gr asam stearat
Gelas beaker
-penimbangan 0,6 gr asam benzoat
-pemanasan asam stearat diatas hot plate
sampai mendidih 50
-penambahan 0,6 gr asam benzoat
-pengadukan
-pendinginan dalam air dingin
-penghalusan
-pengamatan
Hasil
3.4.2
Perlakuan
Hasil
Preparasi Sampel
Asam stearat
meleleh ketika
50
pengadukan + pendinginan +
penghalusan
-3gr asam stearat + pemanasan
50
pengadukan + pendinginan +
penghalusan
-3gr asam stearat + pemanasan
50
dipanaskan. Saat
ditambah asam
benzoat dan diaduk
sambil didinginkan ,
mengkristal seperti
lilin berwarna putih
namun lebih keras.
Lalu dihaluskan
seperti bubuk.
pengadukan + pendinginan +
2
penghalusan
Pengamatan Titik Leleh
-pengamatan titik leleh 3gr asam stearat
naik ke permukaan
sasat
gelembung
pertama muncul.
V. PEMBAHASAN
5.1 Preparasi Sampel
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh zat
terlarut pada sifat fisik pelarut murninya. Percobaan ini dilakukan
dengan cara menimbang 3 gr asam stearat (CH3(CH2)6COOH) tiga kali
berturut-turut, kemudian penimbangan 0,2 gr; 0,4 gr; dan 0,6 gr asam
benzoat (C6H5COOH).
Setelah melakukan penimbangan terhadap masing-masing sampel,
langkah selanjutnya adalah memanaskan 3 gr asam stearat pada 3
macam beaker glass yang berbeda, sampai meleleh, lalu tambahkan
0,2 gr; 0,4 gr; dan 0,6 gr asam benzoat pada masing-masing beaker
glass yang berbeda. Kristalkan larutan tersebut dengan cara
melakukan pengadukan, yang bertujuan agar reaksi berjalan dengan
cepat (sebagai katalisator). Selain dilakukan pengadukan, katalisator
dapat dilakukan dengan cara mencelupkan beaker glass yang berisi
larutan asam stearat dengan asam benzoat ke dalam penangas air yang
berisi air dingin sampai larutan tersebut mengkristal.
5.2 Pengukuran titik leleh
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui konstanta
penurunan titik beku suatu sampel. Setelah dilakukan preparasi
sampel hingga didapatkan kristal ( masing-masing dari 3 gr asam
stearat + 0,2 gr ,0,4 gr , 0,6 gr asam benzoat), masing-masing kristal
tersebut ditumbuk hingga halus agar bisa dimasukkan ke dalam pipa
kapiler. Setelah itu ikatlah pipa kapiler yang telah berisi kristal
dengan selotip pada termometer. Hal ini dilakukan melalui dua cara,
yaitu dengan menggunakan termostat primer dan termostat sekunder.
Tf =2 C
Tf
= 4C
Tf = 3C
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
a. Pada jenis sifat koligatif, pengaruh zat terlarut pada sifat fisik pelarut
murni yaitu dengan penambahan zat terlarut terjadi penurunan titik beku
pelarut murni.
b. Semakin besar massa zat terlarut (asam benzoat) yang dilarutkan
dalam zat pelarut (asam stearat) semakin besar pula penurunan titik
lelehnya.
c. Konstanta penurunan titik beku suatu pelarut yang diperoleh yaitu
C
mol
6.2 Saran
Sebaiknya, sebelum dan sesudah melakukan percobaan praktikum,
alat-alat laboratorium terlebih dahulu dibersihkan agar alat bersih untuk
menghindari kesalah pada saat melakukan percobaan.
LAMPIRAN
1. Struktur Asam Stearat
CH3 CH2 (CH2)13 CH2 CH2 C
OH
Rumus : C17H35COOH
2. Struktur Asam Benzoat
Rumus : C6H5COOH
3. Titik leleh asam stearat menurut literatur adalah 700C.
4. Berat Molekul Asam Stearat dan Asam Benzoat
a.Berat MolekulAsam Stearat (CH3(CH2)6COOH)
BM =8.Ar C+16.Ar H+2.Ar O
=8(12)+16(1)+2(16)
=96+16+32
=144 gr/mol
b.Berat Molekul Asam Benzoat (C6H5COOH)
BM =7.Ar C+ 6.Ar H+ 2.Ar O
=7(12)+ 6(1)+ 2(16)
=84 +6 +32
=122 gr/mol
5. Perhitungan
Dik : T1= titik leleh larutan pertama adalah 540C
T2= titik leleh larutan ke-2 adalah 550C
T3= titik leleh larutan ke-3 adalah 500C
Massa asam benzoat ke-1= 0,2 gr
Massa asam benzoat ke-2= 0,4 gr
Massa asam benzoat ke-3= 0,6 gr
Massa asam stearat = 3 gr
BM asam benzoat = 122 gr/mol
Dit :
a.Tf..?
b.Kf0,2...?
c.Kf 0.4...?
d.Kf 0,6...?
e. Kf . ?
Jawab!
T 1+ T 2+T 3
54 C+ 55 C+50 C
a. Tf=
=
=530C
3
3
b.
Tf
0,2
= m 0,2. Kf 0,2
530C-510C =
20C
Kf 0,2 =
732
200
. Kf 0,2
Tf
530C-490C
= m 0,4. Kf 0,4
massaas .benzoat 1000
.
.
=
Kf 0,4
Bm as .benzoat
P
40C
0,4 gr
1000
.
122 gr /mol 3
Kf0,4
1464
400
c.
0,4
. Kf 0,4
d.
0,6
530C-500C
= m 0,6. Kf 0,6
massaas .benzoat 1000
.
.
=
Kf 0,6
Bm as .benzoat
P
3C
0,4 gr
1000
.
122 gr /mol 3
Kf 0,6
1098
600
f.
Kf Rata-rata =
9,15
=3.05 /mol
3
. Kf 0,6
LEMBAR PENGESAHAN
Semarang, 23 Desember 2009
Praktikan,
Maria Simbolon
Tifa Nurmaya
J2C009003
J2C009021
Octafsari Kristiana S.
J2C009022
J2C009023
Ika Rissanti
Yudhi Richard
J2C009024
J2C009025
Yuga Pratama
Merry Gultom
J2C009026
J2C009027
Mengetahui,
Asisten
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James. 1994. Kimia Universitas Asas dan Struktur, jilid 1, edisi
kelima. Jakarta: Erlangga.
Chang, Raymond. 2009. Chemistry. USA: Random House.
Daintith, Jhon. 1994. Kamus Kimia Lengkap, Oxford edisi baru. Jakarta:
Erlangga.
Keenan, Charles. 1990.Ilmu Kimia untuk Universitas, edisi kelima.
Jakarta: Erlangga.
Petrucci, Ralph. 1987. General Chemistry. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, Ralph. 1994. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Pudjaatmaka,H. Kamus Kimia Organik. Jakarta: Depdikbud.
Sukardjo. 1985. Kimia Organik. Yogyakarta: Bina Aksara.
Underwood. 1980. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Wade.L. G. Jr. 1999. Organic Chemistry. USA: Prentice Hall.
Yazid,Estien. 2005.Kimia Fisika untuk Paramedis.Yogyakarta: CV. Andi
Offset.