Anda di halaman 1dari 20

JURNAL Praktikum Kimia Dasar STOIKIOMETRI

STOIKIOMETRI

31 Oktober 2014

MUHAMMAD RUSDIL FIKRI

11140162000033

UIN JAKARTA

Abstrak

Dalam percobaan praktikum ini dilakukan untuk menentukan koefisien reaksi berdasarkan pada
pembentukan endapan. Pada stoikiometri ini mempelajari kuantitas dari reaktan dan produk dalam
reaksi kimia. Terdapat dua macam larutan yang diuji yakni CuSO4 0,1M dan NaOH 0,1M. terdapat lima
sampel percobaan yang masing-masing berjumlah 6 ml dari reagen campuran, dengan jumlah volume
yang berbeda dari setiap larutan. Yakni pada sampel pertama dicampur 5ml CuSO4 dan 1 ml NaOH,
sampel kedua 4 ml CuSO4 dan 2 ml NaOH, sampel ketiga 3 ml CuSO4 dan NaOH, sampel keempat 2 ml
CuSO4 dan 4 ml NaOH, sampel kelima 1 ml CuSO4 dan 5 ml NaOH, setelah larutan dicampur lalu
didiamkan beberapa menit, lalu akan terjadi pengendapan didasar tabung reaksi, setelah mengendap
dengan sempurna, lalu amati ketinggian endapan menggunakan satuan mm. kemudian setelah
ketinggian endapan didapat, dilanjutkan dengan membuat kurva perbandingan antara tinggi endapat
dengan volume larutan CuSO4 dan NaOH.
Kata Kunci : Koefisien, reaktan, produk, reagen campuran.

A. Pendahuluan

Stoikiometri ialah ilmu yang mempelajari kuantitas dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia.
Meskipun satuan yang digunakan untuk reaktan (produk) adalah mol, gram, liter (gas), atau satuan
lainnya, kita menggunakan satuan mol untuk menghitung jumlah produk yang terbentuk dalam reaksi
kimia. Sebagai contoh pembakaran karbon monoksida diudara menghasilkan karbon dioksida :

2 CO + O2 2CO2

Untuk perhitungan stoikiometri, kit abaca persamaan diatas sebagai 2 mol gas karbon monoksida
bergabung dengan 1 mol gas oksigen membentuk 2 mol gas karbon dioksida (Chang, 2005: 74)

Menentukan efisiensi suatu reaksi, dapat menggunakan persen hasil yang dijabarkan sebagai
perbandingan hasil sebenarnya terhadap hasil teoritis sebagai berikut :

%hasil = hasil sebenarnya x 100%

hasil teoritis

Persen hasil dapat berada antara 1 persen sampai 100 persen, dan faktor yang dapat mempengaruhi
persen hasil adalah suhu dan tekanan. (Chang, 2005: 80)

dalam suatu persamaan reaksi, jumlah bilangan sebelah kiri dan kanan harus sama, suatu reaksi belum
dapat dikatakan persamaan sebelum diberikan koefisien reaksi untuk mendapatkan keadaan setimbang,
dan diberi istilah persamaan kimia, menyatakan bahwa persamaan itu telah disetimbangkan penting
diketahui bahwa untuk menyatakan bahwa suatu reaksi belum diberikan koefisien reaksi sering disebut :
persamaan belum disetimbangkan, dan sebaliknya : persamaan kimia sudah disetimbangkan (Petrucci,
1987: 93)

Dengan koefisien reaksi, kita dapat menentukan : manakah pereaksi pembatas, berapa hasil yang dapat
yang dihasilkan dari suatu reaksi, berapa banyak bahan baku harus disediakan untuk memperoleh hasil.
Ada empat cara yang dikemukakan, keempat nya bertumpu pada dua dasar utama yakni hokum
kekebalan massa dan teori atom Dalton. Menurut hokum kekekalan massa, bobot zat yang bereaksi
selalu sama dengan jumlah berat hasil reaksi. Teori atom Dalton menjelaskan kenyataan itu dengan
menyatakan bahwa dalam reaksi, susunan atau gabungan atom didalam pereaksi diuraikan lalu disusun
kembali menjadi hasil reaksi. (Staf pengajar FMIPA IPB, V-IX V-X)

B. Metodologi

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada percobaan praktikum kali ini yaitu, 2 buah gelas beker 250 ml, 5 buah tabung
reaksi, 1 buah rak tabung reaksi, 2 buah pipet tetes. Bahan yang digunakan yaitu 15 ml NaOH 0,1 M dan
15 ml CuSO4 0,1 M.

Cara Kerja

Dalam percobaan ini, hal yang pertama dilakukan yaitu menyiapkan semua alat dan bahan, menuangkan
larutan CuSO4 ke tabung reaksi sebanyak 5 ml, kemudian dicampur dengan larutan NaOH sebanyak 1 ml
sambil menunggu terbentuk endapan, lakukan hal yang sama dengan volume larutan yang berbeda
yaitu 4 ml CuSO4 dan 2 ml NaOH, 3 ml CuSO4 dan 3 ml NaOH, 2 ml CuSO4 dan 4 ml NaOH, 1 ml CuSO4
dan 5 ml NaOH. Setelah semua larutan dicampur dalam tabung reaksi, lalu amati perubahan yang
terjadi.
C. Hasil dan Pembahasan

Hasil

Pada percobaan kali ini sampel pertama yang berisi 5 ml CuSO4 dan 1 ml NaOH mendapatkan tinggi
endapan sebanyak 20 mm, sampel kedua yang berisi 4 ml CuSO4 dan 2 ml NaOH mendapatkan tinggi
endapan sebanyak 33 mm, sampel ketiga yang berisi 3 ml CuSO4 dan 3 ml NaOH mendapatkan tinggi
endapan sebanyak 38 mm, sampel keempat yang berisi 2 ml CuSO4 dan 4 ml NaOH mendapatkan tinggi
endapan sebanyak 31 mm, dan sampel kelima yang berisi 1 ml CuSO4 dan 5 ml NaOH mendapatkan
tinggi endapan sebanyak 12 mm. tinggi endapan yang maksimum didapat saat volume larutan CuSO4
dan NaOH sama besar.

Pembahasan

Sampel pertama 5 ml CuSO4 0,1 M + 1 ml NaOH 0,1 M menghasilkan perubahan warna menjadi biru
terang dan terjadi endapan.

Penyebab :

warna awal CuSO4 adalah biru, maka yang terjadi pengendapan ialah (Cu) nya dikarenakan Qc < Ksp
maka larutan belum jenuh walau terjadi endapan.
Sampel kedua 4 ml CuSO4 0,1M -+ 2 ml NaOH 0,1M menghasilkan perubahan warna menjadi biru terang
dan terjadi endapan

Penyebab :

warna awal CuSO4 adalah biru, maka yang terjadi pengendapan ialah (Cu) nya dikarenakan Qc < Ksp
maka larutan mulai jenuh walau terjadi endapan, karena tinggi endapan sudah lebih tinggi dari larutan
yang belum jenuh.

Sampel ketiga 3 ml CuSO4 0,1 M + 3 ml NaOH 0,1 M menghasilkan perubahan warna menjadi biru
terang namun memudar dan terjadi endapan.

Penyebab :

warna awal CuSO4 adalah biru, maka yang terjadi pengendapan ialah (Cu) nya, Qc = Ksp maka larutan
tepat jenuh dan terjadi endapan, karena pada sampel ini terjadi tinggi endapan yang lebih tinggi dari
keempat sampel lainnya.

Sampel keempat 2 ml CuSO4 0,1 M + 4 ml NaOH 0,1 M menghasilkan perubahan warna menjadi biru
memudar dan terjadi endapan.

Penyebab :
warna awal CuSO4 adalah biru, maka yang terjadi pengendapan ialah (Cu) nya dan yang larut (SO4), Qc >
Ksp maka larutan lewat jenuh dan terjadi endapan, warna biru memudar disebabkan larutan lewat
jenuh karena konsentrasi NaOH lebih besar dari kelarutan CuSO4-.

Sampel kelima 1 ml CuSO4 0,1 M + 5 ml NaOH 0,1 M menghasilkan perubahan warna menjadi biru
memudar dan terjadi endapan sempurna.

Penyebab :

warna awal CuSO4 adalah biru, maka yang terjadi pengendapan ialah (Cu) nya dan yang larut (SO4), Qc >
Ksp maka larutan lewat jenuh dan terjadi endapan yang lebih kental, warna biru memudar disebabkan
larutan lewat jenuh karena konsentrasi NaOH lebih besar dari kelarutan CuSO4-.

D. Kesimpulan

Dari percobaan praktikum stoikiometri ini, dapat disimpulkan yaitu :

1. Apabila 2 zat yang berbeda dicampur maka akan terjadi perubahan suhu, warna, dan endapan.

- Semakin banyak NaOH yang dimasukkan, maka warna campuran larutan akan semakin gelap.

- Semakin banyak CuSO4 yang dimasukkan, maka warna campuran larutan akan semakin terang.
2. Perubahan tinggi endapan dipengaruhi 3 faktor, yaitu jumlah pereaksi, suhu larutan, dan volume
larutan.

3. Stoikiometri merupakan aspek kimia yang menyangkut hubungan berbagai komponen dalam
reaaksi kimia dan hubungan kuantitatif diantara komponen tersebut.

E. Daftar Pustaka

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-konsep inti Jilid 1. Jakarta :Erlangga.

Petrucci, Ralph. 1987. Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Modern Jilid 1. Jakarta :Erlangga

Staf Pengajar FMIPA IPB. Kimia Dasar 1. Bogor :IPB Press.


F. Lampiran

i. Persamaan Reaksi

2NaOH (aq) + CuSO4 (aq) Cu(OH)2 (s) + Na2SO4 (aq)

http://fikri-muhammadrusdil.blogspot.co.id/2015/03/jurnal-praktikum-kimia-dasar_20.html

APORAN PRAKTIKUM KIMIA STOIKIOMETRI REAKSI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori

Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang materi dan perubahan materi baik secara
fisik maupun materi. Pada prinsifnya materi terbagi menjadi tiga wujud yaitu padat, cair, dan gas.
Padatan adalah materi yang kaku dengan bentuk yang pasti. Cairan tidak sekaku padatan dan bersifat
fluida yaitu dapat mengalir dan mengambil bentuk sesuai dengan bentuk wadahnya. Gas bersifat fluida,
tetapi tidak seperti cairan, gas dapat mengembang tanpa batas. Ketiga wujud materi ini dapat berubah
dari wujud yang satu menjadi wujud yang lain. Dengan ilmu kimia ketiga wujud materi tersebut bias
berubah wujud menjadi wujud yang lain.perubahan yang menghasilkan zat baru yang jenis dan sifatnya
berbeda dari zat pembentuknya disebut sebagai perubahan kimia atau reaksi kimia. Perubahan kimia
dapat diamati dengan terbentuknya hasil reaksi seperti timbulnya gas, endapan, perubahan warna,
maupun perubahan kalor.

Untuk berkomunikasi satu sama lain tentang reaksi kimia, cara standar yang digunakan untuk
menggambarkan reaksi tersebut melalui persamaan kimia. Peramaan kimia menunjukan zat-zat yang
bereaksi dan hasil reaksi, untuk menunjukan bahwa reaksi setara, diungkapkan dengan koefisien reaksi.
Koefisian reaksi merupakan konversi yang menunjukan jumlah atom atau molekul yang terlibat dalam
reaksi atau menyatakan pula jumlah mol senyawa yang bereaksi. Dalam reaksi hokum kekelalan massa
berlaku, banyaknya tiap-tiap jenis atom di kedua sisi harus sama atau jumlah atom sebelum dan
susudah reaksi harus sama. Koefisien reaksi juga digunakan untuk menyetarakan suatu reaksi supaya
setara. Contoh reaksi antara gas nitrogen dan gas hydrogen menghasilkan gas ammonia, persamaan
reaksinya:
N2 (g) + 3 H2 (g) 2 NH3 (g)

persamaan ini menyatakan bahwa satu molekul gas nitrogen bereaksi dengan 3 molekul gas hydrogen
membentuk 2 molekul gas ammonia. Angka 1, 3, dan 2 merupakan koefisien reaksi sebagai faktor
konversi.

Secara laboratorium, untuk menentukan koefisien dalam persamaan kimia diperlukan


sederetan hasil percobaan. Salah satu cara sederhana untuk menentukan koefisien reaksi yaitu dengan
metode variasi kontinu. Pada dasarnya dalam sederetan percobaan dilakukan, jumlah molar total
campuran pereaksi dibuat tetap sedangkan jumlah molar masing-masing dibuat berubah secara teratur
(diberagamkan secara beraturan dan kontinu). Perubahan yang terjadi akibat adanya reaksi antara
campuran pereaksi seperti massa, volum dan suhu dialurkan terhadap jumlah molar masing-masing
pereaksi dalam suatu grafik, sehingga diperoleh titik optimum. Titik optimum terbentuk menyatakan
perbandingan koefisien dari masing-masing pereaksi.

1.2 Tujuan Praktikum

1. Menentukan koefisien reaksi berdasarkan pembentukan endapan dan perubahan suhu.

2 Menentukan hasil reaksi berdasarkan konsep mol.

1.3 Alat dan Bahan

1. Alat

Gelas beker 50 mL (4)

Mistar ukuran 20 cm (1)

Thermometer (2)

2. Bahan

NaOH 0,1 M

NaOH 1,0 M

CuSO4 0,1 M

HCl 1,0 M

1.4 Cara Kerja

1. Stoikiometri Reaksi Pengendapan


Pertama, sediakan dua buah gelas beker 50 mL. Ke dalam 1 gelas beker dimasukan 1 mL NaOH 0,1
M. Pada gelas beker yang lain dimasukan 5 mL CuSO4 0,1 M. Setelah itu, kedua larutan tersebut di
campurkan dan kemudian dikocok. Selanjutnya campuran tersebut dibiarkan agar endapan yang
terbentuk berada di dasar gelas beker. Kemudian tinggi endapan yang terbentuk diukur dengan
menggunakan mistar. Supaya lebih akuran satuan yang digunakan adalah mili meter. Setelah itu
digunakan cara kerja yang sama tetapi volume pereaksi masing-masing diubah dengan catatan volume
total tetap 6 ml, yaitu:

2 mL NaOH 0,1 M dan 4 mL CuSO4 0,1 M

3 mL NaOH 0,1 M dan 3 mL CuSO4 0,1 M

4 mL NaOH 0,1 M dan 2 mL CuSO4 0,1 M

5 mL NaOH 0,1 M dan 1 mL CuSO4 0,1 M

Setelah dilakukan percobaan pada masing-masing larutan, kemudian dibuat grafik yang
menyatakan antara tinggi endapan (sumbu y) dan volume larutan (sumbu x), sehingga diperoleh titik
optimum kurva. Dari grafik tersebut ditentukan koefisien reaksi berdasarkan titik optimumnya. Titik
optimum menyatakan perbandingan koefisien reaksi. Kemudian koefisien yang diperoleh dari titik
optimum kurva dibandingkan dari menyetarakan persamaan reaksi. Terakhir, hasil reaksi yang terbentuk
ditentukan rendemennya dengan menggunakan konsep mol.

2. Stoikiometri Sistem Asam-Basa

Pertama, sediakan dua buah gelas beker 50 mL. Ke dalam 1 gelas beker dimasukan 1 mL NaOH
1,0 M. Pada gelas beker yang lain dimasukan 5 mL HCl 1.0 M. Kemudian kedua larutan tersebut diukur
temperature (TM). Setelah itu, kedua larutan tersebut dicampurkan dan dikur serta dicatat suhu
maksimum yang konstan (TA). Setelah itu digunakan cara kerja yang sama tetapi volume pereaksi
masing-masing diubah dengan catatan volume total tetap 6 ml, yaitu:

2 mL NaOH 1,0 M dan 4 mL HCl 1,0 M

3 mL NaOH 1,0 M dan 3 mL HCl 1,0 M

4 mL NaOH 1,0 M dan 2 mL HCl 1,0 M

5 mL NaOH 1,0 M dan 1 mL HCl 1,0 M

Setelah dilakukan percobaan pada masing-masing larutan, kemudian dibuat grafik yang
menyatakan antara perubahan temperatur (sumbu y) dan volume larutan (sumbu x), sehingga diperoleh
titik optimum kurva. Dari grafik tersebut ditentukan koefisien reaksi berdasarkan titik optimumnya. Titik
optimum menyatakan perbandingan koefisien reaksi. Kemudian koefisien yang diperoleh dari titik
optimum kurva dibandingkan dari menyetarakan persamaan reaksi. Terakhir, hasil reaksi yang terbentuk
ditentukan rendemennya dengan menggunakan konsep mol.
BAB II

HASIL PENGAMATAN

1.1 Hasil Pengamatan dan Grafik

1.1.1 Stoikiometri Reaksi Pengendapan

Tinggi
Warna
No. Larutan Endapan
Endapan
(mm)

1 1 mL NaOH 0,1M dan 5 Biru muda 3


mL CuSO4 1,0 M

2 2 mL NaOH 0,1M dan 4 Biru tua 8


mL CuSO4 1,0 M

3 3 mL NaOH 0,1M dan 3 Biru tua 9


mL CuSO4 1,0 M

4 4 mL NaOH 0,1M dan 2 Hijau tua 30


mL CuSO4 1,0 M

5 5 mL NaOH 0,1M dan 1 Hijau lumut 27


mL CuSO4 1,0 M

1.1.2 Stoikiometri Sistem Asam-Basa

Perubahan TEmperatur
No. Larutan
(C)

1 1 mL NaOH 1,0 M dan 5 mL HCl 1,0 M 3

2 2 mL NaOH 1,0 M dan 4 mL HCl 1,0 M 2


3 3 mL NaOH 1,0 M dan 3 mL HCl 1,0 M 4

4 4 mL NaOH 1,0 M dan 2 mL HCl 1,0 M 2

5 5 mL NaOH 1,0 M dan 1 mL HCl 1,0 M 1

1.2 Reaksi dan Perhitungan

1.2.1 Larutan NaoH dan CuSO4

Reaksi 1 mL NaOH 0,1 M dan 5 mL CuSO4 0,1 M

Mol NaOH = Molaritas NaOH x Volume NaOH

= 0,1 M x 1 mL

= 0,1 mmol

Mol CuSO4 = Molaritas CuSO4 x Volume CuSO4

= 0,1 M x 5 mL

= 0,5 mmol

2 NaOH (aq) + CuSO4 (aq) Cu(OH)2 (s) + Na2SO4 (aq)

Mula-mula: 0,1 mmol 0,5 mmol - -

Reaksi : 0,1 mmol 0,05 mmol 0,05 mmol 0,05 mmol

Sisa: - 0.45 mmol 0,05 mmol 0,05 mmol

Pereaksi pembatas : NaOH

Pereaksi sisa : CuSO4

Massa endapaan Cu(OH)2 yang terbentuk :

0,05 mmol = 0,00005 mol

massa Cu(OH)2 = mol Cu(OH)2 x Mr Cu(OH)2

= 0,00005 mol x 97,5 gram/mol

= 0,004875 gram
Reaksi 2 mL NaOH 0,1 M dan 4 mL CuSO4 0,1 M

2 NaOH (aq) + CuSO4 (aq) Cu(OH)2 (s) + Na2SO4 (aq)

Mula-mula: 0,2 mmol 0,4 mmol - -

Reaksi : 0,2 mmol 0,1 mmol 0,1 mmol 0,1 mmol

Sisa: - 0,3 mmol 0,1 mmol 0,1 mmol

Pereaksi pembatas : NaOH

Pereaksi sisa : CuSO4

Massa endapaan Cu(OH)2 yang terbentuk :

0,1 mmol = 0,0001 mol

massa Cu(OH)2 = mol Cu(OH)2 x Mr Cu(OH)2

= 0,0001 mol x 97,5 gram/mol

= 0,00975 gram

Reaksi 3 mL NaOH 0,1 M dan 3 mL CuSO4 0,1 M

2 NaOH (aq) + CuSO4 (aq) Cu(OH)2 (s) + Na2SO4 (aq)

Mula-mula: 0,3 mmol 0,3 mmol - -

Reaksi : 0,3 mmol 0,15 mmol 0,15 mmol 0,15 mmol

Sisa: - 0,15 mmol 0,15 mmol 0,15 mmol

Pereaksi pembatas : NaOH

Pereaksi sisa : CuSO4

Massa endapaan Cu(OH)2 yang terbentuk :

0,15 mmol = 0,00015 mol

massa Cu(OH)2 = mol Cu(OH)2 x Mr Cu(OH)2

= 0,00015 mol x 97,5 gram/mol


= 0,014625 gram

Reaksi 4 mL NaOH 0,1 M dan 2 mL CuSO4 0,1 M

2 NaOH (aq) + CuSO4 (aq) Cu(OH)2 (s) + Na2SO4 (aq)

Mula-mula: 0,4 mmol 0,2 mmol - -

Reaksi : 0,4 mmol 0,2 mmol 0,2 mmol 0,2 mmol

Sisa: - - 0,2 mmol 0,2 mmol

Pereaksi pembatas : -

Pereaksi sisa :-

Massa endapaan Cu(OH)2 yang terbentuk :

0,2 mmol = 0,0002 mol

massa Cu(OH)2 = mol Cu(OH)2 x Mr Cu(OH)2

= 0,0002 mol x 97,5 gram/mol

= 0,0195 gram

Reaksi 5 mL NaOH 0,1 M dan 1 mL CuSO4 0,1 M

2 NaOH (aq) + CuSO4 (aq) Cu(OH)2 (s) + Na2SO4 (aq)

Mula-mula: 0,5 mmol 0,1 mmol - -

Reaksi : 0,2 mmol 0,1 mmol 0,1 mmol 0,1 mmol

Sisa: 0,3 mmol - 0,1 mmol 0,1 mmol

Pereaksi pembatas : NaOH

Pereaksi sisa : CuSO4

Massa endapaan Cu(OH)2 yang terbentuk :

0,1 mmol = 0,0001 mol


massa Cu(OH)2 = mol Cu(OH)2 x Mr Cu(OH)2

= 0,0001 mol x 97,5 gram/mol

= 0,00975 gram

Persamaan ioniknya:

3Na+ (aq) + 2OH- (aq) + Cu2+ (aq) + SO42- (aq) Na2+ (aq) + SO42- (aq) + Cu(OH)2 (s).

persamaan ionik totalnya :

Cu2+ (aq) + OH- (aq) Cu(OH)2 (s)

1.2.2 Larutan NaOH dan HCl

Reaksi 1 mL NaOH 1,0 M dan 5 mL HCl 1,0 M

NaOH (aq) + HCl (aq) NaCl (aq) + H2O (l)

Mula-mula: 1 mmol 5 mmol - -

Reaksi: 1 mmol 1 mmol 1mmol 1 mmol

Sisa: - 4 mmol 1 mmol 1 mmol

Pereakai pembatas : NaOH

Pereaksi sisa : HCl sebanyak 4 mmol

Garam yang terbentuk : NaCl sebanyak 1 mmol

Reaksi 2 mL NaOH 1.0 M dan 4 mL HCl 1.0 M

NaOH (aq) + HCl (aq) NaCl (aq) + H2O (l)

Mula-mula: 2 mmol 4 mmol - -

Reaksi: 2 mmol 2 mmol 2 mmol 2 mmol

Sisa: - 2 mmol 2 mmol 2 mmol


Pereakai pembatas : NaOH

Pereaksi sisa : HCl sebanyak 2 mmol

Garam yang terbentuk : NaCl sebanyak 2 mmol

Reaksi 3 mL NaOH 1,0 M dan 3 mL HCl 1,0 M

NaOH (aq) + HCl (aq) NaCl (aq) + H2O (l)

Mula-mula: 3 mmol 3 mmol - -

Reaksi: 3 mmol 3 mmol 3 mmol 3 mmol

Sisa: - 2 mmol 2 mmol 2 mmol

Pereakai pembatas : -

Pereaksi sisa :-

Garam yang terbentuk : NaCl sebanyak 3 mmol

Reaksi 4 mL NaOH 1,0 M dan 2 mL NaOH 1,0 M

NaOH (aq) + HCl (aq) NaCl (aq) + H2O (l)

Mula-mula: 4 mmol 2 mmol - -

Reaksi: 2 mmol 2 mmol 2 mmol 2 mmol

Sisa: 2 mmol - 2 mmol 2 mmol

Pereakai pembatas : HCl

Pereaksi sisa : NaOH sebanyak 2 mmol

Garam yang terbentuk : NaCl sebanyak 2 mmol


Reaksi 5 mL NaOH 1,0 M dan 1 mL HCl 1,0 M

NaOH (aq) + HCl (aq) NaCl (aq) + H2O (l)

Mula-mula: 5 mmol 1 mmol - -

Reaksi: 1 mmol 1 mmol 1 mmol 1 mmol

Sisa: 4 mmol - 1 mmol 1 mmol

Pereakai pembatas : HCl

Pereaksi sisa : NaOH sebanyak 4 mmol

Garam yang terbentuk : NaCl sebanyak 1 mmol

Persamaan ioniknya:

H+ (aq) + Cl- (aq) + Na+ (aq) + OH- (aq) Na+ (aq) + Cl- (aq) + H2O (l)

persamaan ionic totalnya yaitu :

H+ (aq) + OH- (aq) H2O (l)

Na+ dan Cl- merupakan ion-ion pendamping

BAB III

PEMBAHASAN

Dari grafik hubungan tinggi endapan dan volume larutan diperoleh titik optimum pada
koordinat (4+2, 30). Titik optimum terjadi pada volume 4mL NaOH 0.1 M dan 2 mL CuSO4 0.1M dengan
tinggi endapan 30 milimeter. Untuk menentukan koefisien reaksi berdasarkan titik optimum, harus
ditentukan terlebih dahulu molnya. Dari penghitungannya sudah di bahas di bab sebelumnya dan
diperoleh bahwa mol NaOH sebesar 0.4 mmol dan mol CuSO4 sebesar 0.2 mmol. Karena perbandingan
mol sama dengan perbandingan koefisien, maka koefisien diperoleh dengan perbandingan 4:2 atau 2:1.
Maka koefisien untuk NaOH yaitu 2 dan koefisien untuk CuSO4 yaitu 1. Koefisien berdasarkan titik
optimum dan menyetarakan persamaan reaksi hasilnya sama. Persamaan reaksi antara NaOH dan
CuSO4 sudah di buat di bab sebelumnya. Dari menyetarakan persamaan reaksi bahwa jumlah mol yang
bereaksi dengan jumlah mol yang dihasilkan harus sama. Untuk bias membentuk senyawa Cu(OH)2 dan
Na2SO4 diperlukan jumlah atom Cu sebanyak 1 atom, atom O yaitu 6, atom H yaitu 2, dan atom S yaitu 1.
Maka jumlah atom yang bereaksinya juga harus sama. Untuk bias diperoleh hasil yang sama setelah di
setarakan diperoleh koefisien NaOH 2 dan CuSO4 1.

Reaksi yang terjadi antara NaOH dan CuSO4 merupakan reaksi pengendapan yang dicirikan
dengan terbentuknya produk yang tidak larut atau endapan. Endapan yang dihasilkan yaitu Cu(OH)2. Zat
dikatakan dapat larut jika sebagian besar zat tersebut melarut bila ditambahkan air. Cu(OH)2 yang
terbentuk tidak larut karena mengandung (OH-). Senyawa yang mengandung hidroksida (OH-) tidak
dapat larut pengecualiannya adalah hidroksida logam alkali dan Ba(OH)2.

Reaksi antara 1 mL NaOH dan 5 mL CuSO4 merupakan reaksi non stoikiometri karena NaOH
habis bereaksi terlebih dahulu dan CuSO4 masih bersisa 0.45 mmol. Karena NaOH habis terlebih dahulu
maka NaOH merupakan pereaksi pembatas dan CuSO4 merupakan pereaksi sisa. Pada reaksi 1 mL NaOH
dan CuSO4 dihasilkan endapan Cu(OH)2 sebanyak 0.004875 gram dengan tinggi endapan 3 mm. Reaksi
antara 2 mL NaOH dan 4 mL CuSO4 merupakan reaksi non stoikiometri karena NaOH habis bereaksi
terlebih dahulu dan CuSO4 masih bersisa 0.3 mmol. Endapan Cu(OH)2 yang terbentuk sebanyak 0.00975
gram dan tinggi endapan 8 mm. reaksi antara 3 mL NaOH dan 3 mL CuSO 4 merupakan reaksi non
stoikiometri karena NaOH habis bereaksi terlebih dahulu dan CuSO4 bersisa 0.15 mmol. Endapan
Cu(OH)2 yang terbentuk sebanyak 0.014625 gram dan tinggi endapan 9 mm. Reaksi antara 4 mL NaOH
dan 2 mL CuSO4 merupakan reaksi stoikiometri karena tidak ada zat yang bersisa. Semua pereaksi habis
bereaksi dan tidak ada reaksi pembatasnya. Endapan Cu(OH)2 yang terbentuk sbanyak 0.0195 gram
dengan tinggi endapan 30 mm. Reaksi antara 5 ml NaOH dan 1 mL CuSO4 merupakan reaksi non
stoikiometri karena CuSO4 habis bereaksi terlebih dahulu dan NaOH masih bersisa sebesar 0,3 mmol.
Endapan Cu(OH)2 yang terbentuk sebanyak 0.00975 gram dengan tinggi endapan 27 mm. Dari kelima
reaksi antara NaOH dan CuSO4 dengan volume berparisasi dapat di simpulkan bahwa semakin semakin
tinggi endapan, maka semakin banyak pula massa endapan yang terbentuk. Endapan yang terbentuk
dipengaruhi oleh ion (OH-). Semakin banyak hidroksida maka semakin banyak pula massa endapan yang
mengendap.

Pada reaksi antara NaOH dan HCl berdasarkan grafik hubungan volume dan perubahan suhu,
titik optimum diperoleh pada koordinat titik (3+3, 4). Titik optimum diperoleh pada volume 3 mL NaOH
1,0 M dan 3 mL HCl 1,0 M dengan perubahan suhu sebesar 4C. koefisien reaksi berdasarkan titik
optimum yaitu 1:1, artinya satu mol NaOH bereaksi dengan satu mol HCl. Persamaan reaksi berdasarkan
titik optimum dengan menyetarakan persamaan reaksi sama yaitu dihasilkan satu mol garam NaCl dan
satu mol air.

Reaks antara 1 mL NaOH dan 5 mL HCl merupakan reaksi non stoikiometri karena NaOH habis
bereaksi terlebih dahulu dan masih bersisa 4 mmol HCl. Pada reaksi antara 2 mL NaOH dan 4 mL HCl
merupakan reaksi non stoikiometri karena NaOH habis bereaksi terlebih dahulu dan masih bersisa HCl
sebanyak 2 mmol. Reaksi antara 3 mL NaOH dan 3 mL HCl merupakan reaksi stoikiometri karena semua
pereaksi habis bereaksi dan tidak ada yang bersisa. Reaksi 4 mL NaOH dan 2 mL HCl merupakan reaksi
non stoikiometri karena HCl habis bereaksi terlebih dahulu dan bersisa NaOH sebanysk 2 mmol. Reaksi
antara 5 mL dan 1 mL HCl merupakan reaksi non stoikiometri karena HCl habis bereaksi terlebih dahulu
dan masih bersisa NaOH sebanyak 4 mmol.

Reaksi antara NaOH dan HCl merupakan reaksi penetralan. Reaksi penetralan yaitu reaksti
antara asam (HCl) dengan basa (NaOH). Reaksi asam-basa dalam medium air biasanya menghasilkan
garam dan air. Dalam reaksi ini dihasilkan garam NaCl. Garam yang terbentuk merupakan senyawa ionic
yang terbentuk dari suatu kation selain H+ dan suatu anion selain OH- atau O2-. Karena asam (HCl) dan
basa (NaOH) senyawa ini terionisasi sempurna dalam larutan.

BAB VI

KESIMPULAN

1. Koefisien rraksi dapat ditentukan dari titik maksimum suatu reaksi. Titik optimum pada reaksi
pengendapan terjadi pada volume 4 mL NaOH dan 2 mL CuSO4 dengan tinggi endapan 30 mm. koefisien
reaksi NaOH dan CuSO4 perbandingannya adalah 2:1. Titik optimum pada reaksi system asam-basa
diperoleh pada volume 3 mL HCl dam 3 mL NaOH dengan perubahan suhu sebesar 4C. Perbandingan
koefisien reaksi HCl dan NaOH adalah 1:1.

2. Pada reaksi antara NaOH dan CuSO4 merupakan reaksi pengendapan. Endapan yang diperoleh dari
reaksi ini adalah Cu(OH)2. Endapan yang terbentuk dipengaruhi oleh ion OH-. Pada reaksi antara NaOH
dan HCl merupakan reaksi penggaraman atau penetrala. Disebut reaksi penggaraman karena dalam
reaksi NaOH dan HCl dihasilkan garam NaCl. Disebut reaksi penetralan karena reaksi ini merupakan
reaksi antara asam dan basa. Reaks antara asam dan basa aka n menghasilkan garam dan air.

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga

Keenan. 1984. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga

Petrucci., Ralp. 1987. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga

Supriadi, D. perhitungan-perhitungan kimia.http//dsupradi.wordpress.com. 10 November 2014


Yusuf.2011. Stoikiometri.http://yusufzae.blogspot.com/2011/12/stoikiometri.html. 10 november 2014

http://suparmancecep.blogspot.co.id/

Anda mungkin juga menyukai