Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM I

KIMIA
STOIKIOMETRI REAKSI SEDERHANA

A. Tujuan Percobaan
1. Menentukan koefisien reaksi berdasarkan reaksi pembentukan endapan
dan perubahan temperatur.
2. Menentukan hasil reaksi berdasarkan konsep mol.

B. Dasar Teori

Ilmu kimia mempelajari perubahan materi secara kimia, yakni perubahan


yang menghasilkan materi dengan jenis dan sifat yang berbeda dari materi
pembentuknya. Perubahan ini dapat diamati dari bentuk hasil reaksi seperti
terbentuk gas, endapan, terjadi perubahan warna, atau perubahan kalor.

Secara teoristis, perubahan kimia dapat ditulis dalam bentuk persamaan


reaksi kimia yang menunjukan reaktan dan produk reaksi. Persamaan tersebut
disertakan dengan koefisien reaksi, yakni konversi yang menunjukan jumlah
atom atau molekul yang terlibat dalam reaksi. Secara stoikiometri, koefisien
tersebut menyatakan jumlah mol senyawa yang bereaksi seperti reaksi antara
gas nitrogen dan gas hydrogen membentuk gas amonia sebagai berikut:
N2(g) + 3H2(g)  2NH3(g)

Persamaan ini menyatakan bahwa 1 molekul nitrogen bereaksi dengan 3


molekul hydrogen membentuk 2 molekul ammonia. Jika dikonversi ke mol,
berarti 1 mol nitrogen bereaksi dengan 3 mol hydrogen membentuk 2 mol
ammonia. Angka 1, 3, dan 2 adalah koefisien reaksi sebagai faktor konversi.

Koefisien tersebut dapat ditentukan secara eksperimen. Salah satu cara


sederhana yang sering digunakan digunakan adalah metode variasi kontinu.
Dalam sedereta percobaan yang dilakukan, jumlah molar tital campuran
pereaksi dibuat tetap, sedangkan jumlah molar masing-masing reaktan diubah
secara teratur. Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan jumlah zat,
volume, atau temperature sistem.

Metode variasi kontinu disesuaikan dengan sifat reaksi. Misal reaksi


hidrolisis asam basa yang menghasilkan endapan, maka variasi kontinu yang
digunakan berdasarkan jumlah endapan yang terbentuk. Jika sifat reaksi
menghasilkan perubahan temperature, misal asam basa yang bersifat
eksotermis, maka variasi kontinu yang digunakan adalah perbedaan
temperature. Reaksi yang menghasilkan endapan, temperature, atau parameter
lainnya yang terstuktur maksimal adalah reaksi yang koefisiennya sesuai.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Gelas piala 50 ml
b. Penggaris
c. Pipet ukur 5 mL
d. Termometer
2. Bahan
a. NaOH 0,1 M
b. NaOH 1,0 M
c. CuSO4 0,1 M
d. HCl 1,0 M
e. Kertas Saring
f. Akuades
D. Gambar Alat

(a) Gelas Piala (c) penggaris (c) Termometer

(d) Pipet Ukur (e) Kertas Saring

E. Cara Kerja
1. Stoikiometri reaksi pengendapan
a. Memasukan 5 mL NaOH 0,1 M pada gelas piala 50 mL, kemudian
tambahkan 25 mL larutan CuSO4 0,1 M. Aduk lalu diamkan hingga
terbentuk endapan.
b. Ukur tinggi endapan yang terbentuk menggunakan mistar (agar
akurat gunakan satuab millimeter).
c. Lakukan cara yang sama untuk:
- 10 ml NaOH 0,1 M dan 20 ml CuSO4 0,1 M
- 15 ml NaOH 0,1 M dan 15 ml CuSO4 0,1 M
- 20 ml NaOH 0,1 M dan 10 ml CuSo4 0,1 M
- 25 ml NaOH 0,1 M dan 5 ml CuSO4 0,1 M
d. Sering larutan yang endpannya paling tinggi menggunakan kertas
saring yang telah diketahui. Endapan yang diperoleh dikeringkan
kemudian ditimbang.
2. Stoikiometri reaksi asam-basa
a. Masukkan 5 mL NaOH 1,0 M ke dalam gelas piala 50 mL, kemudian
tambahkan 25 ml HCl 1,0 M. Sebelum dicampurkan, wadah larutan
direndam dalam penanggas agar temperaturnya sama.
b. Setelah tercampur, ukur temperatur campuran dan cacat temperatur
maksimum yang konstan.
c. Lakukanlah cara yang sama untuk:
- 10 ml NaOH 1,0 M dan 20 ml HCl 1,0 M
- 15 ml NaOH 1,0 M dan 15 ml HCl 1,0 M
- 20 ml NaOH 1,0 M dan 10 ml HCl 1,0 M
- 25 ml NaOH 1,0 M dan 5 ml HCl 1,0 M
F. Hasil Pengamatan
1. Stoikiometri reaksi pengendapan
No Jumlah NaOH 0,1 M Jumlah CuSO4 0,1 M Tinggi Endapan
(mL) (mL) (mm)
1 5 25 1
2 10 20 2
3 15 15 3
4 20 10 4
5 25 5 3

4.5
4
3.5
3
2.5
2 Series1
1.5
1
0.5
0
1 2 3 4 5
2. Stoikiometri reaksi asam-basa
No Jumlah NaOH 1,0 M Jumlah HCl 1,0 M Temperatur larutan
(mL) (mL) (ºC)
1 5 25 31 ºC
2 10 20 32 ºC
3 15 15 39 ºC
4 20 10 33 ºC
5 25 5 38 ºC

45

40

35

30

25

20 Series1

15

10

0
1 2 3 4 5

G. Pengolahan Data
1. perhitungan mol reaktan terhadap reaksi pengendapan
a. 5 NaOH + 25 CuSO 4
n=M XV
n = 5 X 0,1
n = 0,5 mmol
mol
𝑆𝐽𝑅 =
koefisien
0,5 𝑚𝑚𝑜𝑙
𝑆𝐽𝑅 =
2
SJR = 0,25 mmol
b. 10 NaOH + 20 CuSO4
n=MXV
n = 10 X 0,1
n = 1 mmol
mol
𝑆𝐽𝑅 =
koefisien
1 𝑚𝑚𝑜𝑙
𝑆𝐽𝑅 =
2
SJR = 0,5 mmol

c. 15 NaOH + 15 CuSO4
n=MXV
n = 15 X 0,1
n = 1,5 mmol
𝑚𝑜𝑙
𝑆𝐽𝑅 =
koefisien
1,5 mmol
𝑆𝐽𝑅 =
2
SJR = 0,75 mmol

d. 20 NaOH + 10 CuSO4
n=MXV
n = 20 X 0,1
n = 2 mmol
𝑚𝑚𝑜𝑙
𝑆𝐽𝑅 =
koefisien
2 𝑚𝑚𝑜𝑙
𝑆𝐽𝑅 =
2
SJR = 1 mmol

e. 25 NaOH + 5 CuSO4
n=MXV
n = 25 X 0,1
n = 2,5 mmol
mol
𝑆𝐽𝑅 =
koefisien
2,5 mmol
𝑆𝐽𝑅 =
2
𝑆𝐽𝑅 = 1,25 𝑚𝑚𝑜𝑙
2. Bandingkan koefisien tersebut dengan koefisien reaksi secara teori
berdasarkan persamaan reaksinya.
a. Sudah sesuai
b. Sudah sesuai
c. Sudah sesuai
d. Sudah sesuai
e. Sudah sesuai

3. Tentukan rendemen hasil reaksi pengendapan menggunakan konsep mol


berdasarkan berat endapan yang diperoleh
Massa endapan = massa larutan yang disaring – massa kertas
= 0,45 gram – 0,3 gram
= 0,15 gram
Mr = 142
gram
Mol =
𝑀𝑟
0,15
Mol =
142
n NaOH = M X V
n NaOH = 0,1 X 20 = 2 mmol
n CuSO4 = M X V
n CuSO4 = 0,1 X 10 = 1 mmol
NaOH + CuSO4 Cu (OH)2 + Na2SO4
m=2 1 - -
r =1 1 1 1
s =1 - 1 1
Massa Na2SO4 = mol X Mr
Massa Na2SO4 = 0,001 X 142
Massa Na2SO4 = 0,142 gram
berat sesungguhnya
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = ( ) 𝑋 100%
berat teoritis
(0,45 − 0,3)
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = ( ) 𝑋 100%
0,142
0,15
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = ( ) 𝑋 100%
0,142
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 1,056 𝑋 100%
Rendemen = 1,056%

H. Pembahasan

Pada percobaan stoikiometri reaksi pengendapan, yaitu stoikiometri


sistem NaOH dengan CuSO4. Pertama – tama NaOH dicampur dengan
larutan CuSO4. Reaksi yang terjadi antara NaOH dan CuSO4. Merupakan
reaksi pengendapan yang dicirikan dengan terbentuknya produk yang tidak
larut atau endapan.

Pada saat 5 mL larutan NaOH 0,1 M dicampurkan dengan 25 mL


CuSO4 0,1 M terjadi endapan setinggi 1 mm dengan warna endapan biru
muda. pada saat mencampurkan 10 mL NaOH dengan 20 mL CuSO4 0,1 M
terjadi endapan setinggi 2 mm dengan warna endapan biru muda. Pada saat
0,1 M NaOH sebanyak 15 mL dicampurkan dengan 15 mL CuSO4 0,1 M,
dihasilkan endapan 3 mm dengan warna biru muda. Ketika 20 mL NaOH
0,1 M dicampurkan dengan 10 mL CuSO4 0,1 M terjadi endapan setinggi 4
mm. Sedangkan 25 mL NaOH 0,1 M dicampurkan dengan 5 mL CuSO4 0,1
M dihasilkan endapan setinggi 3 mm.

Dari hasil yang diperoleh maka dapat diketahui jika semakin banyak
volume NaOH yang dicampurkan maka akan menghasilkan warna yang
semakin gelap. Sebaliknya, jika volume NaOH yang dicampurkan semakin
sedikit warna endapannya/ larutan semakin bening atau cerah. Semakin
banyak volume NaOH yang dicampur, semakin tinggi endapannya. Namun
ketinggian tersebut terus naik sampai titik optimum.
Reaksi antara NaOH dan HCl merupakan reaksi penetralan. Reaksi
penetralan yaitu reaksi antara asam HCl dengan basa NaOH. Reaksi asam
basa dalam medium air biasanya menghasilkan garam dan air. Dalam reaksi
ini dihasilkan garam NaCl. Garam yang terbentuk merupakan senyawa
ionik yang terbentuk dari suatu kation selain H+ dan suatu anion selain OH-
atau O2-. Karena asam HCl dan basa NaOH senyawa ini terionisasi
sempurna dalam larutan.

Pada percobaan kedua yaitu stoikiometri NaOH 1,0 M dengan HCL


1,0 M. Pada saat 5 mL larutan NaOH 1,0 M dicampurkan dengan 25 mL
HCl 1,0 M suhu larutannya 31⁰C. Pada saat mencampurkan 10 mL NaOH
dengan 20 mL HCl 1,0 M suhu yang dihasilkan adalah 32⁰C. Pada saat 1,0
M NaOH sebanyak 15 mL dicampurkan dengan 15 mL HCl 1,0 M, suhu
yang terbentuk adalah 39⁰C. Ketika 20 mL NaOH 1,0 M dicampurkan
dengan 10 mL HCl 1,0 M suhunya sebesar 33⁰C. Sedangkan 25 mL NaOH
1,0 M dicampurkan dengan 5 mL HCl 1,0 M menghasilkan suhu 38⁰C.

Dari hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin


banyak volume NaOH semakin tinggi suhunya sampai mencapai titik
optimum, kemudian suhu turun lagi sehingga membentuk kurva.
Berdasarkan hasil diatas, perubahan yang menjadi faktor utama adalah
perubahan suhu yang digunakan untuk menentukan stoikiometri dari larutan
tersebut.

Apabila suatu larutan berbeda dicampurkan biasanya terjadi


perubahan sifat fisik, seperti perubahan warna, suhu, bentuk dan lain-lain.
Dalam percobaan ini yang dibahas adalah suhu. Suhu terendah dari suatu
campuran disebut minimum sedangkan suhu tertinggi disebut maksimum.
Biasanya titik maksimum didapat apabila reaksi tersebut adalah
stoikiometri.
I. Kesimpulan
1. Koefisien reaksi dapat ditentukan dari titik maksimum suatu reaksi.
Titik optimum pada reaksi pengendapan terjadi pada volume 20 mL
NaOH 0,1 M dan 10 mL CuSO4 0,1 M dengan tinggi endapan 4 mm.
Titik optimum pada reaksi system asam-basa diperoleh pada volume 15
mL NaOH 1,0 M dengan 15 mL HCl 1,0 M dengan perubahan suhu
sebesar 7˚C.
2. Pada reaski antara NaOH CuSO4 merupakan reaksi pengendapan.
Endapan yang diperoleh dari reaksi ini adalah Cu(OH)2. Endapan yang
terbentuk dipengaruhi oleh ion OHˉ . Pada reaksi antara NaOH dan HCl
merupakan reaksi penggaraman atau penetralan. Disebut reaksi
penggaraman karena dalam reaski NaOH dan HCl dihasilkan garam
NaCl. Disebut reaksi penetralan karena reaksi ini merupakan reaksi
antara asam dan basa. Reaksi antara asam dan basa akan menghasilkan
garam dan air.
DAFTAR PUSTAKA

Kusumawardani, Novia. 2015. Laporan Hasil Praktikum Kimia Dasar I


Stoikiometri Reaksi. diakses melalui https://www.academia.edu
pada 11 Oktober 2019 Pukul 15.00

Laboratorium Teknik Kimia. 2019. Petunjuk Praktikum Kimia Pendidikan

Biologi. Purwokerto: Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Anda mungkin juga menyukai