PERCOBAAN IV
KESETIMBANGAN : HASIL KALI KELARUTAN
DOSEN PEMBIMBING : CHAIRUL IRAWAN, PH.D
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK XV
2017
ABSTRAK
Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan dimana suatu reaksi bolak-balik berlangsung
terus-menerus tetapi tidak ada perubahan yang dapat diamati. Hasil kali kelarutan atau Ksp merupakan
hasil kali konsentrasi ion-ion yang terlarut dalam larutan tersebut di mana pada suhu tertentu terjadi
kesetimbangan antara konsentrasi ion-ion tersebut dengan padatannya. Untuk menentukan hasil kali
kelarutan dapat melalui percobaan dengan cara membuat larutan jenuh CaCO 3, menentukan kelarutan
garam CaCO3 dan menentukan hasil kali kelarutan garam CaCO3.
Metodologi yang digunakan pada percobaan ini adalah dengan cara menitrasi. Larutan yang
digunakan yaitu larutan CaCO3 dengan HCl yang sebelumnya ditambahkan indikator metil merah. Ksp
CaCO3 kemudian dihitung dan dibandingkan dengan harga Ksp teoritis.
Kelarutan CaCO3 yang didapat dengan perhitungan adalah 7,4 x 10 -5M. Ksp CaCO3 yang
didapat pada perhitungan adalah 5,476 x 10 -9 m2. Harga Ksp yang didapat lebih kecil dari harga Ksp
teoritis, yaitu sebesar 4,8 x 10 -9 M2. Ketidak sesuaian nilai Ksp yang diperoleh dapat disebabkan
adanya pengaruh suhu ruangan yang tidak sesuai yaitu pada 25oC dan larutan CaCO3 yang digunakan
lewat jenuh, padatan CaCO3 sangat larut sehingga nilai Ksp yang didapat lebih besar dari nilai Ksp
teoritis.
Kata kunci : hasil kali kelarutan, kelarutan, kesetimbangan kimia, larutan jenuh, titrasi.
IV-i
PERCOBAAN 4
KESETIMBANGAN: HASIL KALI KELARUTAN
4.1 PENDAHULUAN
IV-1
IV-2
Reaksi kimia adalah perubahan spontan pereaksi menjadi hasil reaksi menuju
kesetimbangan. Kesetimbangan terbagi menjadi dua yaitu kesetimbangan statis dan
kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan statis adalah kesetimbangan yang merupakan
akibat tidak terjadinya perpindahan materi antara sistem dengan lingkungan.
Sedangkan kesetimbangan dinamis adalah kesetimbangan yang terjadi akibat didalam
sistem terus berlangsung perubahanan. Suatu kesetimbangan kimia mempunyai
konstanta yang nilainya bergantung pada suhu dan jenis kesetimbangan. Keadaan
setimbang sistem dengan lingkungan yang ditandai dengan kesetimbangan statis
karena tidak terjadi perpindahan materi antar sistem ke lingkungan. Sedangkan
kesetimbangan yang terjadi dalam sistem itu sendiri dan bukan sistem dengan
lingkungannya disebut kesetimbangan dinamis, karena dalam sistem berlangsung
perubahan terus-menerus dan berkesinambungan (Syukri, 1999).
Istilah analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang
dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui
dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan dari
zat yang akan ditetapkan. Larutan dengan konsentrasi yang diketahui tepat disebut
larutan standar. Larutan standar biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret.
Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap disebut titrasi dan zat
yang akan ditetapkan dititrasi. Titik (saat) pada reaksi itu tepat lengkap disebut titik
ekuivalen atau titik akhir teoritis. Lengkapnya titrasi, lazimnya harus terdeteksi oleh
suatu perubahan, yang tak dapat salah lihat oleh mata. Setelah reaksi antara zat dan
larutan standar lengkap, indikator harus memberikan perubahan visual yang jelas
dalam cairan yang sedang dititrasi. Titik (saat) ini terjadi disebut titik akhir titrasi
(Basset, 1994).
Kesetimbangan kimia merupakan proses dinamik. Bila laju reaksi maju dan
reaksi balik sama besar dan konsentrasi reaktan dan produk tidak lagi berubah seiring
dengan berjalannya waktu, maka tercapai kesetimbangan kimia (chemical
IV-3
…(4.2)
Suatu larutan jenuh perak klorida, pengaruh zat padat yang tidak larut, AgCl (s), berapa
saja adalah konstan, sehingga :
[AgCl(s)] = k …(4.3)
Substitusi k untuk [AgCl(s)] dalam rumus Kc dan menata ulang rumus itu
menghasilkan
Hasil kali dua tetapan, (Kc) (k), dinyatakan sebagai tetapan Ksp, yang disebut tetapan
hasil kali kelarutan. Pada kasus umum, persamaan untuk kesetimbangan pelarutan
adalah :
Ksp disebut konstanta hasil kali kelarutan (Solubility Product Constant) yaitu
hasil kali konsentrasi tiap ion yang dipangkatkan dengan koefisiennya masing-
masing. Ksp senyawa dapat ditentukan dari percobaan laboratorium dengan
mengukur kelarutan sampai keadaan tepat jenuh. Dalam keadaan itu, kemampuan
pelarut telah maksimum untuk melakukan pelarutan dan untuk mengionkan zat
terlarut. Larutan tepat jenuh dapat dibuat dengan memasukkan zat kedalam pelarut
hingga lewat jenuh. Endapan disaring dan ditimbang untuk menghitung massa yang
terlarut (Syukri, 1999).
Konsentrasi larutan jenuh dikenal sebagai kelarutan zat terlarut dalam pelarut
tertentu. Kelarutan umumnya merupakan fungsi suhu. Apabila larutan dibuat pada
suhu tertentu kemudian dalam suhu diturunkan maka akibatnya adalah pengendapan
kelebihan zat terlarut tetap dalam keadaan larut. Kuantitas zat terlarut dalam hal ini
lebih besar daripada larutan jenuh normal pada suhu tertentu, larutan demikian
dinamakan larutan lewat jenuh, kelebihan zat terlarut biasanya mengendap. Larutan
yang mengandung zat terlarut lebih kecil sedikit dibandingkan larutan jenuhnya
dinamakan larutan tak jenuh. Nilai Ksp yang didasarkan pada konsentrasi satu molar
beragam, tergantung pada lingkungan ion. Tetapi untuk rumus tetapan hasil kali dan
nilai Ksp dianggap tidak berubah. Sebagaimana halnya tetapan kesetimbangan
IV-5
lainnya, nilai Ksp tergantung pada suhu. Keadaan kesetimbangan dapat didekati dari
dua arah. Jika kesetimbangan dimulai dengan ion dalam larutan yang menghasilkan
zat murni yang tidak larut, maka prosesnya dinamakan reaksi pengendapan. Kita
rumuskan besaran yang dinamakan kuosien reaksi, Q, dan membandingkan nilainya
dengan tetapan kesetimbangan, K. Kesimpulan umum mengenai pengendapan dari
larutan ialah (Petrucci, 1999) :
Garam anorganik mudah larut dalam air daripada pelarut organik seperti alkohol
atau asam asetat. Perbedaan kelarutan suatu zat dalam pelarut organik dapat
dipergunakan untuk memisahkan campuran antara dua zat. Setiap pelarut
memiliki kapasitas yang berbeda dalam melarutkan suatu zat.
3. Pengaruh ion sejenis
Kelarutan endapan akan berkurang jika dilarutkan dalam larutan yang
mengandung ion sejenis. Sebagai contoh kelarutan Fe(OH)3 akan menjadi kecil
jika dilarutkan dalam larutan NH4OH, karena terdapat ion sejenis yaitu OH-.
4. Pengaruh pH
Kelarutan endapan garam yang mengandung anion dari asam lemah dipengaruhi
oleh pH, hal ini disebabkan karena penggabungan proton dengan anion
endapannya.
5. Pengaruh ion kompleks
Kelarutan garam yang tidak mudah larut akan semakin meningkat dengan adanya
pembentukan kompleks antara ligan dengan kation garam tersebut. Sebagai
contoh AgCl akan naik kelarutannya jika ditambah larutan NH3. Hal ini
disebabkan karena kedua larutan membentuk kompleks Ag(NH3)2Cl.
Analisis kualitatif adalah proses identifikasi jenis kation dan anion dalam
larutan. Analisis ini terutama didasarkan pada asas kesetimbangan suatu kelarutan.
Ada dua hal dalam analisis kualitatif yang perlu dikemukakan. Pertama, pemisahan
kation ke dalam golongan dibuat seselektif mungkin. Artinya anion yang
ditambahkan sebagai reagen harus yang akan mengendapkan jenis kation yang paling
sedikit. Contohnya, semua kation dalam golongan I juga membentuk sulfida yang tak
larut. Kedua, penyingkiran kation pada setiap tahap harus dilakukan selengkap-
lengkapnya (Chang, 2005).
Sifat-sifat kesetimbangan adalah sebagai berikut (Sukardjo, 2002):
1. Tetapan kesetimbangan K hanya valid pada kesetimbangan.
2. Pada temperatur tetap K tidak bergantung tekanan atau konsentrasi. Harga K
pada bermacam-macam temperatur berbeda.
IV-7
Tabel 4.1 Tetapan Hasil Kali Kelarutan pada 25oC (Keenan, 1992).
Senyawa Kesetimbangan larutan Ksp
Barium karbonat BaCO3(p) Ba2+(aq) + CO32-(aq) 5,1 x 10-9
3 IV-9
Rangkaian Alat
Keterangan:
1. Buret
2. Erlenmeyer
3. Statif dan klem
4.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ni adalah larutan jenuh CaCO 3, HCl
0,001 N, NaOH 0,001 N, indikator metil merah dan akuades.
HCl 0,001 N ke dalam buret. Larutan campuran CaCO3, HCl, NaOH dan indikator
metil merah dititrasi dengan larutan HCl hingga berubah warna dari kuning menjadi
jingga. Prosedur diatas dilakukan sebanyak 3 kali. Volume HCl yang digunakan
dicatat dan dirata-ratakan. Dihitung nilai Ksp, kemudian Ksp hasil perhitungan
dibandingkan dengan Ksp teoritis.
IV-11
HCl 0,001 N
- Dimasukkan ke dalam buret sebagai titran
Hasil
Gambar 4.2 Diagram Alir Percobaan Kesetimbangan : Hasil Kali Kelarutan
4.4 HASIL DAN PEMBAHASAN
IV-12
4.4.2 Pembahasan
Percobaan ini mengenai kesetimbangan hasil kali kelarutan. Larutan yang
digunakan dalam percobaan ini adalah Kalsium Karbonat (CaCO3). Untuk
IV-13
menyatakakan kesetimbangan dalam larutan jenuh CaCO3 digunakan istilah hasil kali
kelarutan. Kesetimbangan yang terjadi yaitu kesetimbangan heterogen atau
kesetimbangan yang sistemnya memiliki lebih dari suatu macam fase.
CaCO3 merupakan lartan jenuh yang akan tepat mengendap apabila
diambahkan lagi padatan CaCO3, padatan tersebut akan larut dalam bentuk padata
kembali. Reaksinya sebagai berikut:
CaCO3 merupakan garam yang bersifat elektrolit, yang terdiri atas ion Ca 2+ dan
CO32-. Zat elektrolit mempunyai harga kesetimbangan yang sangat kuat. Hasil kali
kelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah ion yang berada pada sistem,
kesetimbangan dalam larutan jenuh. Hasil kali kelarutan dapat diperoleh dengan
mengalikan konsentrasi dengan koefisien masing-masing ion.
Larutan jenuh CaCO3 ditambahkan HCl dan NaOH. Pencampuran HCl ke dalam
larutan jenuh CaCO3 bertujuan agar suatu reaksi kesetimbangan kimia dapat tercapai.
Basa kuat NaOH yang ditambahkan akan menyerap CO 2 hasil reaksi antara CaCO3
dan HCl. Selain sebagai pelarut endapan, penambahan HCl juga menentukan apakah
larutan bersifa asam atau basa sebelum dilakukan titrasi. Reaksi yang terjadi antara
larutan jenuh CaCO3 dengan HCl adalah:
Berdasarkan reaksi (4.8) terlihat bahwa koefisien HCl lebih besar daripada koefisien
CaCO3. Karena muatan Ca2+ ada dua, sedangkan muatan Cl- hanya ada satu. Jadi
untuk berekasi dengan Ca2+ diperlukan dua kali HCl, sehingga akan terbentuk CaCl2.
IV-14
Reaksi (4.8) larutan berwarna bening dan tersisa HCl. Padap penambahan NaOH
0,001 N ke dalam larutan tersebut maka NaOH akan berekasi dengan HCl berlebih,
reaksi menghasilkan NaCl dan H2O. Reasi yang terjadi adalah:
Penambahan NaOH 0,001 N pada larutan HCl berlebih bertujuan untuk memberikan
suasana basa pada larutan campuran.
Larutan yang telah diteteskan indikator metil merah menjadi berwarna kuning.
Hal ini karena metil merah memiliki range pH antara 4,2-6,2 maka dapat diketahui
larutan iu bersifat asam dan masih terdapat HCl sisa. Kemudian dilakukan titrasi
dengan larutan baku HCl 0,001 N. Titrasi dihentikan saat terjadi perubahan warna
dari bening menjadi jingga. Saat itulah larutan sudah setimbang dan mencapai titik
ekivalen. Titik ekivalen yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi
basa. Kesetimbangan yang terletak pada percobaan ini adalah kesetimbangan
heterogen dua fase atau lebih (wujud yang berbeda), yaitu cairan dan padatan. Reaksi
yang terjadi adalah:
Hasil dari tiga kali titrasi didapat volume 9,0 mL; 8,7 mL dan 8,3 mL.
Sehingga rata-rata yang diperoleh yaitu 8,7 mL. Dari volume ini diperoleh harga
kelarutan sebesar 7,4x10-5 dan Ksp sebesar 5,476x10-9 m2, serta Ksp teoritis 4,8x10-9
m2. Larutan dalam percobaan ini termasuk larutan lewat jenuh, karena Ksp yang
diperoleh pada saat percobaan lebih besar daripada Ksp teoritis. Hal ini dikarenakan
konsentrasi metil merah yang berlebih, sehingga mempengaruhi hasil titrasi yang
kemudian akan berpengaruh pada hasil perhitungan kelarutan CaCO3. Jika terjadi
IV-15
4.5 PENUTUP
4.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah larutan jenuh adalah
larutan yang partikel-partikelnya tepat habis bereaksi dengan pelarutnya. Kelarutan
CaCO3 yang didapat dari percobaan ini adalah 7,4 x 10-5. Hasil kali kelarutan CaCO3
dari percobaan ini sebesar 5,476 x 10-9 m2. Sedangkan nilai hasil kelarutan teoritisnya
sebesar 4,8 x 10-9 m2. Jadi, larutan dalam percobaan ini merupakan larutan lewat
jenuh.
4.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah menggunakan beberapa
larutan CaCO3 dengan konsentrasi yang berbeda agar dapat mengetahui pengaruh
konsentrasi terhadap kelarutan dan hasil kali kelarutan.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Dasar Inti. Jakarta : Erlangga.
Keenan, W. Charles. dkk. 1992. Kimia untuk Univesitas Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Petrucci, Ralph. H. 1999. Kimia Dasar Konsep dan Prinsip Terapan Modern.
Jakarta : Erlangga.
DP.IV-1
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Diketahui :
VCaCO3 = 25 mL V1 HCl = 9,0 mL
MHCl = 0,001 N V2 HCl = 8,7 mL
VHCl = 5 mL V3 HCl = 8,3 mL
MNaOH = 0,001 N Vrata-rata = 8,7 mL
VNaOH = 10 mL
- NaOH yang bereaksi dengan HCl sisa = 10 x 10-6 mol – 8,7 x 10-6 mol
= 1,3 x 10-6 mol
- HCl yang bereaksi dengan CaCO3 = 5 x 10-6 mol – 1,3 x 10-6 mol
LP.IV-1
= 3,7 x 10-6 mol
LP.IV-2