Anda di halaman 1dari 7

Latar Belakang

Elektro kimia adalah cabang ilmu kimia yang berkenaan dengan interkonvensi
energi listrik dan energi kimia. Proses elektrokimia adalah reaksi redaksi (oksidasi-
reduksi)mdi mana dalam reaksi ini energi yang dilepas oleh reaksi spontan diubah menjadi
listik atau dimana energi listrik yang di lepas oleh reaksi non spontan bisa terjadi.
Dilepasnya elektron oleh suatu unsure selama oksidasi di tandai dengan meningkatnya
bilangan oksidasi unsur tersebut. Dalam reduksi, terjadi penurunan bilangan oksidasi karna
diperolehnya oleh unsur tersebut (chang,2004:194).

Elektrokimia dapat diaplikasikan dalam berbagai keperluan manusia, seperti


keperluan sehari-hari dalam skala rumah tangga dan industri-industri besar seperti industri
yang memproduksi bahan-bahan kimia baik organic maupun anorganik, farmasi, polimer,
otomotif, perhiasan, pertambangan, pengolahan limbah, bidang analisis, gas maupun
minyak. Di industry, proses elektrolisis untuk logam meliputi pembentukan logam dari
senyawanya, biasanya disebut elektrowinning atau pemurnian logam dengan elektrolisis,
dan deposisi atau electroplating logam pada permukaan yang mengkonduksi. Pada ketiga
proses elektrolisis tersebut terjadi reaksi reduksi ion logam dalam larutan yang mengandung
senyawa elektrolit tertentu.
Dasar Teori

Reaksi oksidasi dan reduksi merupakan reaksi yang menggabungkan ion, dalam hal
ini bilangan oksidasi (valensi) spesi-spesi yang bereaksi tidak mengalami perubahan. Namun,
ada beberapa reaksi yang menunjukkan keadaan oksidasi berubah yang disertai dengan
pertukaran elektron antara pereaksi, ini disebut reaksi oksidasi-reduksi atau disingkat reaksi
redoks. Berdasarkan sejarahnya istilah oksidasi diterapkan untuk proses-proses ketika
oksigen diambil oleh suatu zat dan reduksi dianggap sebagai proses ketika oksigen diambil
dari dalam suatu zat. Kehilangan hidrogen dapat juga disebut sebagai oksidasi dan
penangkapan hidrogen disebut sebagai reduksi. Reaksi-reaksi lain yang tidak melibatkan
oksigen dan hidrogen belum dapat digolongkan sebagai oksidasi dan reduksi sebelum
munculnya definisi umum oksidasi dan reduksi yang didasarkan pada pelepasan dan
pengambilan elektron (Svehla, dkk. 1997: 107).

Reaksi redoks (reduksi-oksidasi) melibatkan keadaan transfer elektron sehingga akan


terjadi perubahan tingkat atau bilangan oksidasi dari spesies yang berkaitan. Identifikasi
pada tingkat oksidasi atau bilangan oksidasi spesies yang terlibat dalam reaksi perlu
dilakukan untuk mengetahui jumlah elektron yang terlibat. Secara sederhana, bilangan
oksidasi didefinisikan sebagai bilangan positif atau negatif yang mengarah pada muatan
suatu spesies saat elektron-elektron dianggap terdistribusi pada atom-atom menurut aturan
yang sesuai. Aturan distribusi tersebut yakni secara ionik bagi spesies heteronuklir yang
berarti terjadi perpindahan elektron pada atom yang lebih bersifat elektronegatif dan
secara kovalen murni bagi spesies homonuklir (Sugiyarto, 2004: 111).

Reaksi oksidasi dalam kimia organik umumnya disebut sebagai penambahan oksigen
kedalam molekul atau lepasnya hidrogen dari suatu molekul. Reaksi reduksi diartikan
sebagai masuknya hidrogen ke dalam molekul organik atau keluarnya oksigen dari dalam
molekul organik. Batasan yang lebih umum pada reaksi oksidasi-reduksi adalah berdasarkan
pemakaian bilangan oksidasi pada atom karbon dengan cara memasukkan bilangan oksidasi
pada keempat ikatannya. Contohnya, atom H yang berikatan dengan atom C memiliki
bilangan oksidasi -1, atom C yang berikatan dengan atom C memiliki bilangan oksidasi 0, dan
atom C jika berikatan tunggal pada heteroatom seperti oksigen, nitrogen, dan sulfur maka
atom C memiliki bilangan oksidasi +1 (Riswiyanto, 2009: 108).

Reaksi elektrokimia dapat dibagi dalam dua kelas: yang menghasilkan arus listrik
(proses yang terjadi dalam baterai) dan yang dihasilkan oleh arus listrik elektrolisis. Tipe
pertama reaksi bersifat serta merta, dan energy bebas system kimianya berkurang; system
itu dapat melakukan kerja, misalnya menjalankan motor. Tipe kedua harus dipaksa agar
terjadi (oleh kerja yang dilakukan terhadap system kimia), dan energy bebas system kimia
bertambah Elektrokimia adalah didiplin ilmu kimia yang memperlajari tentang perubahan
zat yang menghasilkan arus listrik atau perubahan kimia yang disebabkan oleh arus listrik.
(Keenan, 1980).

Dalam sebuah sel, energi listrik di hasilkan dengan jalan pelepasan elektron pada
suatu elektroda (oksidasi) dan penerima elektron pada elektroda lainnya (reduksi).
Elektroda yang melepaskan elektron dinamakan anoda, sedangkan elektroda yang
menerima elektron dinamakan katoda. Suatu sel elektrokimia, kedua sel setengah reaksi
dipisahkan dengan maksud agar aliran listrik (elektron) yang ditimbulkan dapat digunakan.
Salah satu faktor yang mencirikan sebuah sel elektrokimia adalah gaya gerak listrik (GGL)
atau beda potensial listrik antara anoda dan katoda (Oxtoby, 1999).

Sebuah sel elektrokimia yang beroperasi secara spontan disebut sel galvani (atau
sel volta). Sel seperti ini mengubah energy kimia menjadi energy listrik yang dapat
digunakan untuk melakukan kerja. Elektrolisis adalah peristiwa elektrolit dalam sel
elektrolisis oleh arus listrik. Arus listrik berasal dari sumber arus baterai/aki yang
menghasilkan arus searah. Pada anoda terjadi reaksi oksidasi, yaitu anion (ion negatif)
ditarik oleh anoda dan jumlah elektronnya berkurang sehingga bilangan oksidasinya
bertambah. Pada katoda terjadi reaksi reduksi, yaitu kation ditarik oleh katoda dan
menerima tambahan elektron sehinggan bilangan oksidasinya berkurang (Oxtoby, 1999).

Hubungan listrik antara dua setengah – sel harus dilakukan dengan cara tertentu. Kedua
electrode logam dan larutannya harus berhubungan, dengan demikian lingkar arus yang
sinambung terbentuk dan merupakan jalan agar partikel bermuatan mengalir. Secara
sederhana electrode saling dihubungkan dengan kawat logam yang memungkinkan aliran
electron (Petrucci:1985).
Pembahasan

Percobaan pertama yaitu redoks dilakukan dengan menggunakan bahan serbuk Zn,
Serbuk Besi, padatan CaCO3, larutan HCl pekat, larutan H2SO4 1M, Larutan NH4OH 2M.
Tabung pertama diisi dengan serbuk Zn sebanyak sepucuk spatula dan ditambahkan
dengan larutan HCl pekat 10 tetes. Persamaan Reaksi yang terjadi yaitu

Zn(s)+2HCl(aq)>ZnCl2(aq)+H2(g)

Persamaan reaksi tersebut menunjukkan jika Zn dicampur dengan HCl menghasilkan larutan
ZnCl2 dan gelembung berupa gas H2. Percobaan yang dilakukan menghasilkan endapan,
endapan tersebut terjadi karena pemberian serbuk zn yang berlebih. Zn mengalami oksidasi
karena bilangan oksidasi awal Zn=0 menjadi +2 pada ZnCl2. H mengalami reduksi karena
bilangan oksidasi awal H pada HCl =1 menjadi H=0.

Tabung kedua diisi dengan padatan CaCO3 dan ditambahkan dengan Larutan HCl
pekat 10 tetes. Persamaan reaksi yang terjadi yaitu

CaCO3(s)+2HCl>CaCl2(aq)+H20(l)+CO2(g)

Persamaan reaksi tersebut menunjukkan jika padatan CaCO3 dicampur dengan larutan HCl
menghasilkan larutan CaCl, air, dan gelembung berupa gas CO2. Reaksi bukan merupakan
reaksi redoks karena tidak terjadi perubahan bilangan oksidasi sebelum dan sesudah reaksi.
Bilangan oksidasi tetap yaitu H=+1,O=-2,Ca=+2,C=+4,Cl=-1.

Tabung ketiga diisi dengan larutan H2SO4 dan dicampur dengan NH4OH dengan
jumlah yang sama. persamaan reaksi yang terjadi yaitu

H2SO4(aq)+2NH4OH(aq)>(NH4)2SO4(aq)+2H2O(l)

Persamaan reaksi tersebut menunjukkan jika larutan H2SO4 dan dicampur dengan larutan
NH4OH menghasilkan larutan bening (NH4)2SO4 dan air. Reaksi tersebut bukan termasuk
reaksi redoks karena bilangan oksidasi tidak berubah sebelum dan sesudah reaksi. Bilangan
oksidasi yang dimiliki H=+1, S=+6,O=-2,N=-3.

Tabung keempat diisi dengan serbuk besi dan larutan H2SO4. Persamaan reaksi
yang terjadi yaitu

Fe(s)+H2SO4(aq)>feSO4(aq)+H2(g)

Persamaan reaksi menunjukkan jika serbuk besi dicampur dengan larutan H2SO4
menghasilkan larutan FeSO4 dan gelembung berupa gas H2. Banyak gelembung yang
dihasilkan dan terdapat endapan Fe karena pengisian Fe yang berlebih. Reaksi termasuk
reaksi oksidasi karena bilangan oksidasi sebelum dan sesudah berubah. Fe mengalami
oksidasi karena sebelum reaksi, bilangan oksidasinya 0 dan sesudah reaksi bilangan
oksidasinya menjadi +2. H mengalami reduksi karena sebelum reaksi bilangan oksidasinya
+1 dan sesudah reaksi bilangan oksidasinya menjadi 0.

Tabung 5 diisi dengan serbuk besi dan dicampur dengan larutan NH4OH. Persamaan
reaksi yang terjadi yaitu

Fe(s)+2NH4OH(aq)>Fe(OH)2(aq)+2NH3(Aq)+H2(g)

Persamaan reaksi tersebut serbuk besi yang direaksikan dengan larutan NH4OH
menghasilkan larutan Fe(OH)2 dan NH4 dan gas H2. Reaksi terdapat endapan yang
diakibatkan dari pemberian Fe yang berlebih. Reaksi termasuk reaksi redoks karena ada
yang mengalami oksidasi dan reduksi. Fe mengalami oksidasi karena mengalami perubahan
bilangan oksidasi dari 0 menjadi +1. H mengalami reduksi karena bilangan oksidasi
mengalami perrubahan dari +1 menjadi 0.

Percobaan yang kedua yaitu elektrokimia yang dilakukan dengan membuat sel volta
sederhana, elektrolisis aquades dan elektrolisi NaNO3. Sel volta yang pertama dibuat
dengan menyusun secara seri buah jeruk menggunakan lempeng zinc dan lempeng tembaga
dan lampu LED. Hasil yang didapat adalah lampu LED tidak menyala yang diakibatkan oleh
kurangnya kandungan elektrolit pada buah jeruk yang membuat reaksi kimia menjadi
energy listrik kurang kuat untuk menyalakan lampu sehingga hasil tidak sesuai dengan
literature

Pembuatan Sel volta sederhana 2 dibuat dengan mengambil air jeruk kemudian
ditaruh pada botol vial. Botol vial tersebut dibuat rangkaian seri sebanyak 5 botol vial
dengan menggunakan lempeng tembaga,lempeng zinc, dan lampu LED. Hasil yang didapat
adalah lampu LED tidak menyala yang diakibatkan oleh kurangnya kandungan elektrolit
pada air jeruk yang membuat reaksi kimia menjadi energy listrik kurang kuat untuk
menyalakan lampu sehingga hasil tidak sesuai dengan literature

Elektrolisis akuades dilakukan dengan mengisi pipa U dengan air hingga 1cm dari
ujung pipa kembudian dialiri listrik menggunakan elektroda batang karbon pada kedua
mulut tabung.pengujian dilakukan dengan menggunakan bara korek api. Pengaliran listrik
selama 10 menit menghasilkan pada katoda bara api menyala, dan pada anoda bara api
menyala lebih kecil. Pengaliran listrik selama 20 menit menghasilkan pada katoda menyala,
dan pada anoda bara api lebih terang. Hasil pada 10 menit mengalami kesalahan karena
mengujinya dengan api yang menyala bukan menggunakan bara sehingga hasil tidak sesuai
literature yang seharusnya nyala api pada anoda lebih terang
Daftar Pustaka

Chang, Raymond.2004. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta :Erlangga.

Keenan, charles W. 1980. Ilmu Kimia untuk Universitas Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Oxtoby, D. W. 1999. Kimia Modern Edisi 4 Jilid 1.Jakarta: Erlangga.

Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga.

Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.

Sugiyarto, Kristian H. 2004. Kimia Anorganik 1 Edisi Revisi. Jakarta: JICA.

Svehla, dkk. 1997. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro Edisi
Kelima. Jakarta: Kalman Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai