Pada gambar diatas terlihat bahwa umpan berupa larutan induk terlebih
dahulu dilewatkan melalui sebuah Heat Exchangers untuk dipanaskan. Heat
exchangers tersebut berada didalam evaporator. Didalam evaporator terjadi flash
evaporation yaitu, terjadi pengurangan jumlah atau kandungan pelarut dan terjadi
peningkatan kosentrasi zat terlarut. Dimana pada saat itu juga, keadaan zat terlarut
sudah lewat jenuh atau supersaturasi. Larutan yang sudah berada pada keadaan
lewat jenuh tersebut dialirkan menuju badan crystallizer untuk diperoleh padatan
berupa kristal. Dimana pada badan crystallizer terdapat mekanisme kristalisasi
yaitu nukleasi dan pertumbuhan kristal. Produk kristal dapat diambil sebagai hasil
pada bagian bawah crystallizer, namun tidak semua proses berjalan sempurna atau
dengan kata lain tidak semua cairan induk berubah menjadi padatan kristal.
Karena itu ada proses pengembalian kembali hasil pipa sirkulasi (circulating pipe)
atau proses recycle hasil kristaliasi.
Terlihat bahwa umpan dan campuran umpan dengan hasil yang masih
belum padatan, dialirkan dengan paksa atau forced circulation, serta adanya Heat
Exchangers dapat membuat kenaikan titik didih yang sempurna. Kenaikan titik
didih pada Heat Exchangers pada Evaporator untuk dapat membuat larutan
menjadi lewat jenuh berkisar antara 3 – 100F untuk sekali lewat. Bila kenaikan
titid didih yang diharapkan untuk mendapatkan kristal yang baik tidak sesuai,
maka dapat digunakan beberapa evaporator untuk menaikan titik didih, dimana
kosentrasi zat terlarut akan meningkat juga. Karena mengalir secara paksa
menggunakan pompa, maka kecepatan aliran cukup tinggi, sehingga akan
mengakibatkan ketinggian permukaan larutan pada crystallizer tidak tetap atau
naik turun. Umumnya crystallizer jenis ini dibangun dengan diameter 2 feet atau
pada skala industri sekitar 4 feet atau lebih
Oleh karena itu, pompa untuk sirkuasi sangat dikontrol dengan baik,
karena pompa itulah yang menciptakan laju alir disamping bukaan valve. Adanya
pompa menyebabkan cairan induk akan mengalir secara turbulen baik didalam HE
maupun didalam badan Crystalizer, maka akan terjadi sering tumbukan untuk
menghasilkan kristal, dimana terdapat sekat antara saluran Head HE dengan ujung
keluaran cairan induk. Bila kristal sudah terbentuk pada cairan induk yang sudah
lewat jenuh, maka kristal akan turun karena adanya gaya gravitasi dan perbedaan
massa jenis. Kristal dari Crystallizer jenis ini berukuran besar antara 30 – 100
mesh.
5. OSLO Evaporative Crystallizer
Crystallizer ini dirancang berdasarkan adanya perbedaan suspensi yang
mulai terbentuk pada chamber of suspension. Dimana terdapat HE eksternal yang
bertujuan untuk membuat keadaan lewat jenuh pada suhu supersaturasinya.
Pada nira kental masih terkandung kotoran sekitar 15-20% zat terlarut,
sedangka kadar airnya sekitar 35-40% (dengan Brix 60-65). Sebelum dilakukan
kristalisasi dalam pan masak, nira pekat terlebih dahulu dialirkan gas SO2 untuk
proses bleaching dan untuk menurunkan viskositas masakan nira. Langkah
pertama dari proses kristalisasi adalah menarik masakan (nira pekat) untuk
diuapkan airnya sehingga mendekati kondisi jenuhnya. Dengan pemekatan secara
terus-menerus koefisien kejenuhannya akan meningkat. Pada keadaan lewat jenuh
maka akan terbentuk suatu pola kristal sukrosa. Setelah itu langkah membuat bibit
yaitu dengan memasukkan bibit gula kedalam gula kedalam pan masak kemudian
melakukan proses pembesaran kristal. Pada proses masak ini kondisi kristal harus
dijaga jangan sampai larut kembali ataupun tidak beraturan.