Anda di halaman 1dari 8

Jenis-Jenis Crystallizer

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa untuk mencapai tujuan dari


kristalisasi tersebut diperlukan operasi crystallizer yang baik dan teknik
perancangan crystallizer yang benar. Oleh karena itu, pada industri banyak
digunakan bermacam-macam crystallizer untuk mencapai tujuan akhir, umumnya
memiliki ukuran padatan yang seragam. Jenis-jenis crystallizer didasarkan pada
prosesnya, apakah umpan segar bercampur dengan hasil proses kristalisasi
(umpan bercampur dengan magma) atau tidak? Perbedaan operasi yang dilakukan
pada crystallizer akan menghasilkan produk yang berbeda-beda.

 A. Jenis Crystallizer dengan Circulating Magma

1. Forced Circulating Liquid Evaporator Cyrstallizer

Cyrstallizer jenis ini menggabungkan proses antara proses pendinginan


dan penguapan (evaporasi). Hal tersebut dimaksudkan untuk mencapai keadaan
yang supersaturasi (supersaturated) atau keadaan dimana larutan lewat jenuh.
Gambar 1. Forced Circulating Liquid Evaporator

Pada gambar diatas terlihat bahwa umpan berupa larutan induk terlebih
dahulu dilewatkan melalui sebuah Heat Exchangers untuk dipanaskan. Heat
exchangers tersebut berada didalam evaporator. Didalam evaporator terjadi flash
evaporation yaitu, terjadi pengurangan jumlah atau kandungan pelarut dan terjadi
peningkatan kosentrasi zat terlarut. Dimana pada saat itu juga, keadaan zat terlarut
sudah lewat jenuh atau supersaturasi. Larutan yang sudah berada pada keadaan
lewat jenuh tersebut dialirkan menuju badan crystallizer untuk diperoleh padatan
berupa kristal. Dimana pada badan crystallizer terdapat mekanisme kristalisasi
yaitu nukleasi dan pertumbuhan kristal. Produk kristal dapat diambil sebagai hasil
pada bagian bawah crystallizer, namun tidak semua proses berjalan sempurna atau
dengan kata lain tidak semua cairan induk berubah menjadi padatan kristal.
Karena itu ada proses pengembalian kembali hasil pipa sirkulasi (circulating pipe)
atau  proses recycle hasil kristaliasi.

Terlihat bahwa umpan dan campuran umpan dengan hasil yang masih
belum padatan, dialirkan dengan paksa atau forced circulation, serta adanya Heat
Exchangers dapat membuat kenaikan titik didih yang sempurna. Kenaikan titik
didih pada Heat Exchangers pada Evaporator untuk dapat membuat larutan
menjadi lewat jenuh berkisar antara 3 – 100F untuk sekali lewat. Bila kenaikan
titid didih yang diharapkan untuk mendapatkan kristal yang baik tidak sesuai,
maka dapat digunakan beberapa evaporator untuk menaikan titik didih, dimana
kosentrasi zat terlarut akan meningkat juga. Karena mengalir secara paksa
menggunakan pompa, maka kecepatan aliran cukup tinggi, sehingga akan
mengakibatkan ketinggian  permukaan larutan pada crystallizer tidak tetap atau
naik turun. Umumnya crystallizer jenis ini dibangun dengan diameter 2 feet atau
pada skala industri sekitar 4 feet atau lebih

2. Draft Tube Baffle (DTB) Cyrstallizer

Pada crystallizer jenis ini, terdapat keunggulan dimana pada badan


crytallizer terdapat pola atau sirkulasi untuk mekanisme kristalisasi. Diantaranya
ialah draft tube, draft tube akan memisahkan antara cairan induk dengan kristal
yang akan terbentuk, yang dilengakapi dengan pengaduk yang bergerak lambat.
Pengaduk tersebut ada dimaksudkan untuk membuat cairan induk dapat
bernukleasi dengan cepat, karena dengan pengadukan reaksi akan berjalan cepat.

Gambar 2 Draft Tube Baffle (DTB) Cyrstallizer

Terlihat pada gambar diatas bahwa umpan masuk melalui Heat


Exchangers untuk proses pemanasan, karena terdapat pengaduk yang diletakkan
pada poros badan atau tangki crystallizer maka cairan induk akan tertarik menuju
daerah pengaduk yang menuju kearah atas, lalu bersikulasi turun kebawah bila
hasilnya sudah berupa kristal. Namun bila tidak akan dikembalikan menuju Heat
Exchangers kembali melalui pipa sirkulasi.  Karena masuk ke HE maka akan
terjadi kenaikan titik didih sekitar 1- 20F. Terjadi pemisahan antara cairan induk
dan kristal pada draft tube ialah karena adanya perbedaan massa jenis, dimana
massa jenis kristal akan lebih besar dila dibandingkan dengan cairan induk, oleh
karena itu adanya gaya gravitasi mengakibatkan kristal tersebut akan turun
kebawah dan diambil sebagai produk. Produk kristal memiliki ukuran sekitar 6 –
20 mesh untuk padatan KCl, (NH4)2SO4, dan (NH4)H2PO4.

3. Draft Tube Crystallizer

Jenis Crystallizer ini tidak jauh berbeda dengan DTB Crystallizer, hanya


saja pada jenis ini tidak ada baffle atau penyekat antara draft tube dengan
badan crystallizer. Namun kelemahan dari Crystallizer  jenis ini kenaikan titik
didih atau untuk dapat membuat larutan menjadi lewat jenuh agak sulit, karena
jenis ini beroperasi dengan lambat dan panjang, namun akan didapatkan hasil atau
magma yang cukup banyak.

4. Forced Circulation Baffle Surface Cooled Crystallizer

Crystallizer jenis ini menggunkan prinsip sirkulasi cairan atau larutan


induk, dimana umpan maupun hasil kristaliasi akan masuk kedalam Sheell and
Tube Heat Exchangers untuk didinginkan. Perbedaan dengan
jenis crystallizer lainnya ialah karena pada saat dibadan crystallizer terbentuk
campuran kristal dan cairan induk, maka akan terjadi tumbukan antara cairan
dengan kristal sehingga suhu campuran akan meningkat, untuk mendinginkannya
diperlukan medium pendingin. Crystallizer ini mneggunakan prinsip pendinginan,
karena kristalisasi dapat terjadi melalui pembekuan (solidification).
Gambar 3. Forced Circulation Baffle Surface Cooled Crystallizer

Terlihat pada gambar diatas, umpan dan recylce kristalisasi bersama-sama


masuk kedalam medium pendingin. Namun ada kelemahannya yaitu, panjang
untuk pertukaran panas pada HE dan kecepatan umpan serta recycle kristalisasi
sangat di perhitungkan, sebab jika terjadi kesalahan penurunan suhu untuk dapat
melakukan kristalisasi pada proses pendinginan tidak berlangsung secara optimal.

Oleh karena itu, pompa untuk sirkuasi sangat dikontrol dengan baik,
karena pompa itulah yang menciptakan laju alir disamping bukaan valve. Adanya
pompa menyebabkan cairan induk akan mengalir secara turbulen baik didalam HE
maupun didalam badan Crystalizer, maka akan terjadi sering tumbukan untuk
menghasilkan kristal, dimana terdapat sekat antara saluran Head HE dengan ujung
keluaran cairan induk. Bila kristal sudah terbentuk pada cairan induk yang sudah
lewat jenuh, maka kristal akan turun karena adanya gaya gravitasi dan perbedaan
massa jenis. Kristal dari Crystallizer jenis ini berukuran besar antara 30 – 100
mesh.

5. OSLO Evaporative Crystallizer
Crystallizer ini dirancang berdasarkan adanya perbedaan suspensi yang
mulai terbentuk pada  chamber of suspension. Dimana terdapat HE eksternal yang
bertujuan untuk membuat keadaan lewat jenuh pada suhu supersaturasinya.

Gambar 4. OSLO Evaporative Crystallizer

Terlihat pada gambar, bahwa umpan masuk pada G, karena dipompa


umpan akan bergerak secara paksa, masuk kedalam evaporator yang terdapat HE,
cairan umpan tersebut masuk kedalam B. Sebelum masuk ke B, pada bagian A
cairan induk yang panas akan bercampur dengan panas penguapan pada bagian B.
Laju penguapan tersebut harus dikontrol antara kerja pompa untuk mengalirkan
cairan induk dengan perubahan panas campuran tersebut.

Pada bagian B terjadi proses pencampuran antara keadaan supersaturasi


dengan kedaan penguapan, maka sering timbul scale atau kerak garam, sehingga
akan mengganggu proses sirkulasi dari aliran tersebut. Sering kali diberikan bibit
kristal pada bibit kristal untuk mempercepat pembentukan kristal-kristal yang kita
harapkan.
6. OSLO Surface Cooled Crystallizer

Tidak jauh berbeda dengan OSLO Evaporative Crystallizer, hanya saja


cairan induk didinginkan terlebih dahulu sebelum masuk kedalam crystallizer.
Lainnya sama dengan jenis crystallizer OSLO EC.

Gambar 5. OSLO Surface Cooled Crystallizer

7. Vacuum Pan Crystallizer

Jenis crystallizer ini banyak digunakan pada industri gula. Proses


kristalisasi gula terjadi didalam suatu pan masak yang prosesnya kerjanya
dilakukan pasa keadaan vakum (hampa udara). Disamping itu proses kristalisasi
dapat dilakukan baik dengan single effect maupun multiple effect. Kondisi vakum
dimaksudkan agar nira yang diperoleh tidak rusak. Nira yang digunakan ialah nira
yang kental yang merupakan bahan baku proses kristalisasi. Dalam kristalisasi
kadar kotoran dan air pada nira kental akan dihilangkan.
Gambar 6. Vacuum Pan Crystallizer

Pada nira kental masih terkandung kotoran sekitar 15-20% zat terlarut,
sedangka kadar airnya sekitar 35-40% (dengan Brix 60-65). Sebelum dilakukan
kristalisasi dalam pan masak, nira pekat terlebih dahulu dialirkan gas SO2 untuk
proses bleaching dan untuk menurunkan viskositas masakan nira. Langkah
pertama dari proses kristalisasi adalah menarik masakan (nira pekat) untuk
diuapkan airnya sehingga mendekati kondisi jenuhnya. Dengan pemekatan secara
terus-menerus koefisien kejenuhannya akan meningkat. Pada keadaan lewat jenuh
maka akan terbentuk suatu pola kristal sukrosa. Setelah itu langkah membuat bibit
yaitu dengan memasukkan bibit gula kedalam gula kedalam pan masak kemudian
melakukan proses pembesaran kristal. Pada proses masak ini kondisi kristal harus
dijaga jangan sampai larut kembali ataupun tidak beraturan.

Anda mungkin juga menyukai