Anda di halaman 1dari 7

PENDFAHULUAN

(Bio)Etanol telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai bahan


pemabuk dalam minuman beralkohol. Campuran dari (Bio)etanol yang mendekati
kemurnian untuk pertama kali ditemukan oleh Kimiawan Muslim yang
mengembangkan proses distilasi pada masa Kalifah Abbasid.Antoine Lavoisier
menggambarkan bahwa (Bio)etanol adalah senyawa yang terbentuk dari karbon,
hidrogen dan oksigen. Pada tahun 1808 Nicolas-Théodore de Saussure dapat
menentukan rumus kimia etanol. Limapuluh tahun kemudian (1858), Archibald Scott
Couper menerbitkan rumus bangun etanol. Dengan demikian etanol adalah salah
satu senyawa kimia yang pertama kali ditemukan rumus bangunnya.
Etanol pertama kali dibuat secara sintetis pada tahu 1829 di Inggris oleh Henry
Hennel dan S.G.Serullas di Perancis. Michael Faraday membuat etanol dengan
menggunakan hidrasi katalis asam pada etilen pada tahun 1982 yang digunakan
pada proses produksi etanol sintetis hingga saat ini. Pada tahun 1840 etanol
menjadi bahan bakar lampu di Amerika Serikat, pada tahun 1880-an Henry Ford
membuat mobil quadrycycle dan sejak tahun 1908 mobil Ford model T telah dapat
menggunakan (bio)etanol sebagai bahan bakarnya. Namun pada tahun 1920an
bahan bakar dari petroleum yang harganya lebih murah telah menjadi dominan
menyebabkan etanol kurang mendapatkan perhatian. Akhir-akhir ini, dengan
meningkatnya harga minyak bumi, bioetanol kembali mendapatkan perhatian dan
telah menjadi alternatif energi yang terus dikembangkan. Etanol disebut juga etil-
alkohol atau alkohol saja, adalah alkohol yang paling sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan
sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol
lainnya. Sedangkan bioetanol adalah etanol (alkohol yang paling dikenal
masyarakat) yang dibuat dengan fermentasi yang membutuhkan faktor biologis
untuk prosesnya.
(Bio)Etanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol adalah
C2H5OH atau rumus empiris C2H6O atau rumus bangunnya CH3-CH2-OH.
(Bio)Etanol merupakan bagian dari kelompok metil (CH3-) yang terangkai pada
kelompok metilen (-CH2-) dan terangkai dengan kelompok hidroksil (-OH).
Secara umum akronim dari (Bio)Etanol adalah EtOH (Ethyl-(OH)). (Bio)Etanol tidak
berwarna dan tidak berasa tapi memilki bau yang khas. Bahan ini dapat
memabukkan jika diminum. Karena sifatnya yang tidak beracun bahan ini banyak
dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan dan minuman.
Pemerintah Indonesia, telah melakukan antisipasi,Salah satu wujudnya, yaitu
terbitnya Instruksi Presiden No. 1 tahun 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan
bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar. Melaui Inpres itu, Presiden
menginstruksikan 13 Menteri, Gubernur dan Bupati/Walikota untuk mengambil
langkah-langkah percepatan dan pemanfaatan biofuel.
Selain tetes atau mollase, tanaman lain yang dapat dipergunakan sebagai bahan
baku produksi ethanol (bio-ethanol) adalah ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan sagu.
Dari semua jenis bahan baku tersebut, di Indonesia ubi kayu mempunyai potensi
lebih besar sebagai bahan baku pembuatan ethanol. Hal ini disebabkan ubi kayu
dapat ditanam hampir di semua jenis tanah mulai dari lahan yang subur sampai ke
lahan kering, bahkan lahan kritis sekalipun.

1
BIOETANOL SEKALA UMKM DAN
HOME INDUSTRY

MEMBANGUN BISNIS BIOETANOLSEKALA UMKM DAN HOME INDUSTRY

Oleh Nandang Priyatna, S.Pd

Di antara berbagai jenis biofuel, bioetanol tergolong paling mudah diproduksi. Biaya
operasional produksi dan pembuatan instalasinyapun relatif murah akan tetapi
keuntungan yang didapat dari bisnis biofuel jenis ini cukup besar. Karena
termasuk low tech, maka bioetanol dapat diproduksi oleh siapapun dan dimanapun,
asal ada kemudahan akses ke bahan baku. Sebenarnya masyarakat kita telah lama
mengenal teknik pembuatan bioetanol, khususnya untuk miras, misalnya ciu, dan
arak. Jadi secara teknologi kita tidak punya masalah atau sudah menguasai teknik
pembuatan bioetanol sehingga seharusnya kita dapat pula mengembangkan industri
bioetanol bersekala besar maupun kelas UMKM atau home industry.

Analisis SWOT pendirian UMKM Bioetanol

Sebelum mendirikan UMKM atau usaha home industry sebaiknya dilakukan


perencanaan yang matang terlebih dahulu. Sebagai tindakan awal biasanya pelaku
bisnis menjalankan analisis SWOT terhadap usahanya. Analisis SWOT juga
dilakukan setelah bisnis berjalan agar perusahaan dapat tetap bersaing. Teknik
analisis SWOT dapat dianggap sebagai teknik atau metoda analisis yang paling
fundamental, yang bermanfaat untuk melihat suatu permasalahan bisnis/usaha dari
4 bidang yg berbeda. Hasil analisis biasanya adalah rekomendasi untuk
mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang yang ada,
sambil mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman. Jika digunakan dengan
tepat, analisis SWOT akan membantu kita untuk melihat sisi-sisi yang tidak terlihat

2
selama ini. Untuk membantu membedakan apakah suatu hal dikelompokan ke
dalam kekuatan ataukah peluang dapat dilakukan dengan cara melihat asal dari
suatu hal tersebut. Hal penting yang harus diingat selama menggunakan analisis
SWOT adalah semua yang dituliskan harus berdasarkan fakta. Dalam menganalisis
data digunakan teknik deskriptif kualitatif guna menjawab perumusan permasalahan
mengenai apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang ada pada objek
penelitian dan apa saja yang menjadi peluang dan ancaman dari luar yang harus
dihadapinya (Freddy Rangkuti, 2001). Berikut analisis SWOT yang dapat diterapkan
untuk mengembangkan UMKM atau home industry bioetanol.

Kekuatan (Strengths):

Dibutuhkan untuk energy alternative bahan bakar kompor bioetanol

Produk baru atau service yang unik

Lokasi perusahaan yang strategis

Kualitas produk atau proses

Kelemahan (Weaknesses):

Bahan baku singkong yang masih minim

Produk yang dihasilkan tidak dapat dibedakan dengan produk pesaing

Mutu produk rendah

Peluang (Opportunities):

Market yang terus berkembang

Penggabungan perusahaan

Munculnya segmen pasar yang baru

Market internasional

Pasar yang kosong karena ketidaksanggupan kompetitor memenuhi permintaan


pelanggan

Ancaman (Threats):

Pesaing baru di segmen pasar yang sama

Persaingan harga dengan pesaing

Pesaing mengeluarkan produk yang lebih bagus kualitasnya

Pesaing menguasai pangsa pasar terbesar


3
Bioetanol dan Pembuatannya

Bioetanol pada dasarnya adalah etanol atau senyawa alkohol yang diperoleh
melalui proses fermentasi biomassa dengan bantuan mikroorganisme. Bioetanol
yang diperoleh dari hasil fermentasi bisa memilki berbagai macam kadar. Bioetanol
dengan kadar 90-94% disebut bioetanol tingkat industri. Jika bioetanol yang
diperoleh berkadar 94-99,5% maka disebut dengan bioetanol tingkat netral.
Umumnya bioetanol jenis ini dipakai untuk campuran minuman keras, dan yang
terakhir adalah bioetanol tingkat bahan bakar. Kadar bioetanol tingkat ini sangat
tinggi, minimal 99,5%. Dewan Standarisasi Nasional (DSN) telah menetapkan
Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk bioetanol. Saat ini ada dua jenis SNI
bioetanol, yaitu SNI DT 27-0001-2006 untuk bioetanol terdenaturasi dan SNI-06-
3565-1994 untuk alkohol teknis yang terdiri dari Alkohol Prima Super, Alkohol Prima
I dan Alkohol Prima II. Alkohol Prima Super memiliki kadar maksimum 96,8 % dan
minimum 96,3 %, sedangkan Prima I dan Prima II minimal 96,1 % dan 95,0 %.
Semua diukur pada temperature 15oC.

Untuk mengkonversi biomassa menjadi bioetanol diperlukan langkah-langkah


sebagai berikut (Gan Thay Kong, 2010)

1. Proses hidrolisis pati menjadi glukosa. Pada langkah ini pati atau
karbohidrat dihancurkan oleh enzim atau asam mineral menjadi karbohidrat yang
lebih sederhana. Jika bahan baku yang digunakan buah-buahan mengandung gula
tidak perlu dilakukan hidrolisis
2. Proses Fermentasi, atau konversi gula menjadi etanol dan CO2. Jumlah dan kadar
bioetanol yang dihasilkan sangat tergantung pada proses ini, oleh karena itu proses
ini harus dikontrol sehingga dapat dihasilkan bioetanol dalam jumlah banyak dan
berkadar tinggi.
3. Proses distilasi untuk memisahkan bioetanol dari air sehingga diperoleh bioetanol
dengan kadar 95-96%. Karena titik didih air berbeda dengan bioetanol, maka kedua
komponen tersebut dapat dipisahkan melalui teknik distilasi.
4. Proses dehidrasi untuk mengeringkan atau menghilangkan sisa air di dalam
bioetanol sehingga tercapai bioetanol dengan kadar lebih dari 99,5% (Fuel Grade
Ethanol (FGE))

Bahan baku pembuatan bioetanol (bioetanol generasi pertama) yang banyak


terdapat di Indonesia antara lain singkong atau ubi kayu, jagung, ubi jalar, dan tebu.
Semuanya merupakan biomassa yang kaya karbohidrat dan berasal dari tanaman
penghasil karbohidrat atau pati.

4
Keunggulan Bioetanol

 Bioetanol merupakan zat kimia yang memiliki banyak kegunaan, misalnya : Sebagai
bahan kosmetik, sebagai bahan bakar, sebagai pelarut, sebagai bahan minuman
keras
 Penggunaan bioetanol mengurangi emisi gas CO (ramah lingkungan) secara
signifikan, Bioetanol bisa dipakai langsung sebagai BBN atau dicampurkan ke dalam
premium sebagai aditif dengan perbandingan tertentu (Gasohol atau Gasolin
alcohol), jika dicampurkan ke bensin maka bioetanol bisa meningkatkan angka oktan
secara signifikan.
 Campuran 10% bioetanol ke dalam bensin akan menaikkan angka oktan premium
menjadi setara dengan pertamax (angka oktan 91),
 Production cost bioetanol relatif rendah oleh karena itu bioetanol dapat dibuat oleh
siapa saja termasuk UMKM dan home industry.
 Teknologi pembuatan bioetanol tergolong low technology sehingga masyarakat
awam dengan pendidikan terbatas dapat membuat bioetanol sendiri
 Sumber bioetanol, seperti singkong, tebu, buah-buahan dan jagung mudah
dibudidayakan.

Instalasi dan nilai investasi

Untuk pembuatan instalasi bioetanol dengan kapasitas produksi 833


L/minggu (kelas UMKM atau home industry), biaya investasi instalasi yang
dibutuhkan diperkirakan sebesar Rp. 52.224.000,00 . Biaya ini belum termasuk
bahan baku. Dengan modal dasar Rp. 52.224.000,00 maka BEP (Break Event Point)
usaha diperkirakan tercapai dalam kurun waktu 7-11 bulan tergantung fluktuasi
harga bahan baku dan nilai jual bioetanol.

Tabel 1. Spesifikasi Instalasi bioetanol berbahan baku ubi kayu/singkong

No URAIAN SPESIFIKASI Volume HARGA Rp) Jumlah


(Rp)
1 Mesin parut 200 Kg/Jam 1 3.850.000,00 3.850.000,00
2 Tangki scanfikator 200 L 6 250.000,00 1.500.000,00
3 Tangki Hidrolisis 200 L 6 350.000,00 2.100.000,00
4 Penyaring Prees D36 T120 100 1 1.750.000,00 1.750.000,00
Cake Mesh
5 Kompor LPG Bumer 2 500.000,00 1.000.000,00
6 Regulator + Selang Bumer 2 150.000,00 300.000,00
7 Tangki LPG 12,5 Kg 2 550.000,00 1.100.000,00
8 Bak Akumulator 200 L 2 250.000,00 500.000,00
9 Fermentor 1100L 2 1.500.000,00 3.000.000,00
10 Jerigen Produk 20 L 30 50.000,00 1.500.000,00
11 Pompa Sirkulasi Submersible 1 1.500.000,00 1.500.000,00
12 Panel Pengendali Terkontrol 1 1.500.000,00 1.500.000,00
13 Alkoholmeter/Tester Kadar Alkohol 1 215.000.00 215.000,00

5
14 Mesin Destilasi Kapasitas 1 140.000.000,00 140.000.000,00
300L/Hari

Jumlah 159.815.000,00

Tabel 2. Perkiraan biaya operasional dan total investasi


ESTIMASI UNTUK
ESTIMASI UNTUK 1 HARI KERJA
30 Hari Kerja
No PENGELUARAN Volume HARGA Jumlah
BAHAN Rp) (Rp)
1 Singkong 2000 900,00 1.800.000,00 54.000.000,00
Kg
2 Ragi Roti 1 Kg 182.000,00 182.000,00 5.460.000,00
3 Urea 3 Kg 5.000,00 15.000,00 450.000,00
4 NPK 2 Kg 10.000,00 10.000,00 300.000,00
5 Air 3000 Ltr 20,00 60.000,00 1.800.000,00
6 LPG 12,5 Kg 2 Bh 30.000,00 60.000,00 1.800.000,00
7 Listrik 7 Hr 5.500,00 38.000,00 1.140.000,00
8 Gaji 2 ShifX2Orang 2 Ton 100.000,00 200.000,00 6.000.000,00
Jumlah Pengeluaran 70,950,000.00
2,365,000.00
Penjualan (PENDAPATAN)
Penjualan 2000 Kg = 2 Ton 332 Ltr 10.000,00 3.320.0000,00- 99.600.000,00
X166 Ltr
Laba belum perhitungan 955.000,00 28.980.000,00
investasi alat
Perhitungan laba rugi 833 Ltr
1 Investasi tetap untuk 159.815.000,00 159.815.000,00
peralatan
2 Modal kerja untuk 1 Hari 2.36500,00 70.950.00,00
dan 30 Hari
Total Investasi 230.765.000,00

Peluang pasar

Bioetanol merupakan bahan kimia yang ramah lingkungan (green


chemicals, biodegradable, emisi ramah lingkungan) karena dibuat dari bahan-bahan
alam yang edible maupun non edible.Hasil pembakaran bioetanol menghasilkan
CO2 yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman sehingga bioetanol sangat menjanjikan
sebagai bahan bakar masa depan.

Selain sebagai bahan bakar bioetanol digunakan pula dalam

 Bahan bakar kompor bioetanol


 Industri kosmetika
 Industri farmasi dan kesehatan
 Rumah tangga dan UMKM (sebagai bahan bakar genset)
 Pertanian

6
 Laboratorium penelitian
 Bahan baku fine chemicals lainnya seperti bioeter dan biodietilasetat
 dan sebagainya

Mengingat manfaatnya dan pasarnya yang luas maka bioetanol sangat


potensial untuk terus dikembangkan di Indonesia baik sekala industri besar maupun
UMKM dan home industry.

MEMBANGUN BISNIS BIOETANOL

SEKALA UMKM DAN HOME INDUSTRY

Sumber Bacaan Karma Wijaya, Manager Biofuel dan Energi Hidrogen, Pusat
Studi Energi UGM.

Anda mungkin juga menyukai