Anda di halaman 1dari 7

Bioteknologi Bahan Bakar Alternatif

A.Biogas
Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh
mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen biogas antara lain sebagai
berikut : ± 60 % CH4 (metana), ± 38 % CO2 (karbon dioksida) dan ± 2 % N2, O2, H2, & H2S.

Biogas dibuat dengan memanfaatkan kotoran ternak, karena itu dapat mengurangi
pencemaran oleh kotoran ternak, dan sisa-sisa biogas dapat dimanfaatkan untuk pupuk

Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik (tertutup
dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas metan (yang
memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas.
Bakteri yang membantu pembentukan biogas :

· Bakteri fermentatif : Streptococci, Bacterioides, dan beberapa jenis Enterobacteriaceae


· Bakteri asetogenik : Kethanobacillus dan Desulfovibrio
· Bakteri metana : Methanobacterium, Methanobacillus, dan Methanococcus

B. Gasohol
Gasohol merupakan bahan bakar untuk otomotif yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui
dan tidak menimbulkan polusi. Bahan baku yang paling banyak digunakan adalah tebu. Gasohol
dihasilkan dari fermentasi khamir pada gula . Setelah tebu diambil gulanya, maka tersisa limbah
yang berserat yang disebut bagasse. Bagasse dapat dikeringkan dan dibakar sebagai sumber
energi untuk proses destilasi pembuatan gasohol.

Proses pembuatan gasohol :

a. Penanaman tebu

b. Ekstrasi gula dengan memecah dan menggilas tebu

c. Pengkristalan sukrosa, yang menyisakan sirup glukosa yang disebut molase

d. Fermentasi molase oleh khamir Saccharomyces cerevisiae menjadi alcohol pekat


e. Destilasi (penyulingan) alcohol pekat menjadi alcohol murni (gasohol), memakai sumber
tenaga dari bagasse.

Ada juga gasohol yang bahan bakunya berasal dari singkong atau ubi kayu yang banyak
dijumpai di kebun. Tanaman ini dipilih karena selain menanamnya mudah, kadar pati singkong
cukup tinggi, 28 sampai 30 persen. Di panen setelah mencapai usia tanam 9 bulan. Lalu
singkong-singkong tersebut diproses menjadi ethanol, hingga kadar alkoholnya mencapai angka
99,5 % atau bioetanol fuel grade. Selanjutnya dicampur dengan bensin biasa atau premium,
dengan perbandingan bensin 90 persen, etanol 10 persen.
Hasil campuran bensin dengan bio-etanol inilah yang kemudian diberi nama dengan gasohol bio-
etanol 10% atau disingkat Gasohol Be-10 atau cukup disebut dengan gasohol. Sebagai aditif atau
substitusi bahan bakar otomotif, campuran etanol fuel grade dengan bensin ini, bisa mencapai
angka 20 %, tanpa harus mengubah mesin yang sudah ada. Dari uji coba yang telah dilakukan,
diperoleh beberapa keunggulan. Gasohol mengandung oksigen yang membuat pembakaran lebih
sempurna dan lebih ramah lingkungan karena asap pembuangan tidak hitam.

C.Biodiesel
Biodiesel adalah bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari minyak nabati, baik minyak
baru maupun bekas penggorengan dan melalui proses transesterifikasi. Proses ini menghasilkan
dua produk yaitu metil esters (biodiesel)/mono-alkyl esters dan gliserin yang merupakan produk
samping. Bahan baku utama untuk pembuatan biodiesel antara lain minyak nabati, lemak
hewani, lemak bekas/lemak daur ulang, minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak jarak,
minyak goreng bekas. Sedangkan sebagai bahan baku penunjang yaitu alkohol. Pada pembuatan
biodiesel dibutuhkan katalis untuk proses esterifikasi. Biodiesel digunakan untuk bahan bakar
alternative pengganti BBM untuk motor diesel. Produk biodiesel tergantung pada minyak nabati
yang digunakan sebagai bahan baku serta pengolahan pendahuluan dari bahan baku tersebut.

Alkohol yang digunakan sebagai pereaksi untuk minyak nabati adalah methanol, namun dapat
pula digunakan ethanol, isopropanol atau butyl, tetapi perlu diperhatikan juga kandungan air
dalam alcohol tersebut. Bila. Hasil biodiesel juga dipengaruhi oleh tingginya suhu operasi proses
produksi, kandungan air (kandungan air tinggi menyebabkan hasil biodiesel kualitas rendah),
lamanya waktu pencampuran atau kecepatan pencampuran alkohol.
Katalisator dibutuhkan pula guna meningkatkan daya larut pada saat reaksi berlangsung,
umumnya katalis yang digunakan bersifat basa kuat yaitu NaOH atau KOH atau natrium
metoksida. Katalis tersebut pada umumnya sangat higroskopis dan bereaksi membentuk larutan
kimia yang akan dihancurkan oleh reaktan alkohol. Jika banyak air yang diserap oleh katalis
maka kerja katalis kurang baik sehingga produk biodiesel kurang baik. Setelah reaksi selesai,
katalis harus di netralkan dengan penambahan asam mineral kuat. Setelah biodiesel dicuci proses
netralisasi juga dapat dilakukan dengan penambahan air pencuci, HCl juga dapat dipakai untuk
proses netralisasi katalis basa, bila digunakan asam phosphate akan menghasil pupuk phosphat
(K3PO4)

D. Pure Plant Oil (PPO)


Pure Plant Oil (PPO) adalah minyak yang diperoleh secara langsung baik dari pemerahan atau
pengempaan biji sumber minyak, minyak yang telah dimurnikan, maupun minyak kasar tanpa
melibatkan modifikasi secara kimia. PPO biasa disebut juga sebagai unmodiefied oil atau SVO
(straight vegetable oil). PPO dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung minyak baik yang
berasal dari hewan maupun tumbuh-yumbuhan melalui proses pemerahan. Pengembangan PPO
ini bertujuan sebagai solusi terhadap kelangkaan BBM dan isu lingkungan yang ditimbulkan
akibat penggunaan BBM. Dalam aplikasinya, PPO tidak dapat digunakan secara langsung pada
mesin diesel, karena membutuhkan modifikasi atau tambahan peralatan khusus untuk mesin.
Proses Produksi PPO :
a) Proses Ekstrasi Mekanis
Proses Ekstrasi mekanis bertujuan untuk memperoleh minyak dari biji yang mengandung
minyak. Proses yang sering digunakan adalah pengepresan hidrolik (hydraulic presssing) dan
pengepresan berulir (screw press). Ekstrasi mekanis dipandang lebih ekonomis, terutama untuk
bahan-bahan yang mengandung minyak lebih besar dari 10%.
1. Pengepresan Hidrolik (Hydraulic Presssing)
Metode hydraulic presssing merupakan proses ekstrasi dengan memanfaatkan tekanan.
Banyaknya minyak terekstrasi tergantung dari besarnya tekanan, lama pengepresan, dan
kandungan minyak dalam bahan asal. Tekanan yang umum digunakan pada hydraulic presssing
sekitar 140,6 kg/cm (136 atm) dan digunakan untuk bahan-bahan yang mengandung minyak
lebih besar dari 20%.
Biji yang mengandung minyak dimasak dahulu sebelum dipres dengan tujuan menggumpalkan
protein, mematikan enzim-enzim terutama enzim lipase, dan untuk membuka sel-sel
pembungkus minyak di dalam daging biji. Biji kemudian dipres hingga menghasilkan minyak.
Kemudian dilanjutkan dengan penyaringan (filtrasi) untuk menghilangkan kotoran yang masih
terkandung dalam minyak.
2. Pengepresan Berulir (Screw Pressing)
Pengepresan berulir memiliki beberapa kelebihan dibanding pengepresan hidrilic yaitu :
a. Biji dapat langsung dipres sehingga menghemat waktu proses.
b. Kapasitas produksi lebih besar karena proses dapat berjalan kontinu.
c. Menghasilkan rendemen yang besar.
Sebagai contoh, biji jarak yang dipres berulir menghasilkan minyak 27-30% dan dari jumlah biji.
Minyak yang diproses melalui metode tersebut diproses lebih lanjut untuk menghilangkan fosfor
dan asam-asam lemak bebas dalam minyak. Proses penghilangan fosfor disebut degumming,
yaitu menambahkan asa, (umumnya asam fospat) pada konsentrasi 0,01-0,2%. Penghilangan
asam-asam lemak bebas dalam minyak melalui proses netralisasi dengan menambahkan larutan
alkalin. Minyak yang telah mengalami proses degumming dan netralisasi disebut dengan PPO.
b) Proses Ekstrasi dengan Pelarut
Metode ekstrasi dengan pelarut menghasilkan minyak dengan rendemen tinggi. Namun,
metode ini tidak banyak digunakan karena memerlukan biaya investasi yang besar. Bahan yang
akan diekstrak minyaknya, dikecilkan ukurannya terlebih dahulu. Umumnya proses ekstraksi
berlangsung 6 jam. Biasanya, minyak yang dihasilkan tidak perlu dimurnikan lebih lanjut.
E. Biobriket
Biobriket adalah bahan bakar yang potensial dan dapat diandalkan untuk rumah tangga.
Biobriket mampu menyuplai energi dalam jangka panjang. Biobriket didefinisikan sebagai bahan
bakar yang berwujud padat dan berasal dari sisa-sisa bahan organik yang telah mengalami proses
pemampatan dengan tekan tertentu. Harga biobriket relatif murah dan terjangkau masyarakat.
Proses pembuatan biobriket meliputi 4 tahap, yaitu pengeringan, penggerusan,
pencampuran, dan pembentukan campuran menjadi biobriket.
Pembuatan biobriket bisa menggunakan sekam, bungkil jarak pagar, dan tempurung
kelapa sebagai bahan bakunya. Pembuatan biobriket menggunakan sekam, sekam yang telah
kering diarangkan terlebih dahulu dengan tujuan memperbaiki sifat fisik sekam. Pengarangan
dilakukan dengan memanaskan sekam dalam drum. Proses berakhir jika sekam terlihat berwarna
gelap seperti terbakar.

F. Bio-oil
Bio-oil adalah sejenis minyak seperti halnya minyak jarak, minyak sawit atau minyak
kelapa yang diperoleh dari hasil ekstraksi bahan yang mengandung minyak. Bio-oil juga
merupakan bahan bakar cair berwarna gelap, beraroma, seperti asap, dan diproduksi dari
biomassa seperti kayu, kulit kayu, kertas atau biomassa lainnya melalui teknologi pirolisa. Bahan
baku bio-oil dapat berupa bagas (ampas tebu), limbah pertanian jagung(klobot dan tongkol
jagung), limbah industry pulp dan kertas, serbuk kayu gergaji, tandan kosong kelapa sawit.
Proses pembuatan Bio-oil :
Fast pyrolysis adalah dekomposisi termal dari komponen organic tanpa kehadiran
oksigen dalam prosesnya untuk menghasilkan cairan, gas, dan arang. Cairan yang dihasilkan ini
lebih lanjut kita kenal sebagai bio-oil. Produk yang dihasilkan dalam proses fast pyrolisis
tergantung dari komposisi biomassa yang digunakan sebagai bahan baku, kecepatan, serta lama
pemanasan. Rendemen cairan tertinggi yang dapat dihasilkan dari proses fast pyrolysis berkisar
78% dengan lama pemanasan 0,5-2 detik, suhu 400-600ᵒC, dan proses pemadaman yang cepat
pada akhir proses. Pemadaman yang cepat sangat penting untuk memperoleh produk dengan
berat molekul tinggi sebelum akhirnya terkonversi menjadi senyawa gas yang memiliki berat
molekul rendah.
Proses produksi bio-oil dimulai dengan persiapan bahan baku lignoselulosa seperti kayu atau
limbah agroindustri menjadi partikel-partikel yang lebih kecil hingga berdiameter kurang dari
1mm. Pengecilan ukuran dimaksudkan untuk mempercepat reaksi pirolisis. Selanjutnya, bahan
dimasukkan ke dalam reactor yang dipanaskan pada suhu 450-500ᵒC tanpa kehadiran oksigen. Di
dalam reactor pirolisis, partikel akan dikonversi menjadi uap yang dapat dikondensasi, gas yang
tidak dapat dikondensasi, dan padatan arang. Kemudian, produk ditransportasikan ke dalam
cyclone. Di dalam cyclone, gas yang dapat dikondensasi akan dikondensasikan (selanjutnya
disebut sebagai bio-oil) dan arang yang terbentuk dipisahkan. Sementara itu, gas yang tidak
dapat terkondensasi (termasuk didalamnya CO2, H2, CH4,) akan dibakar dibakar dan
dikembalikan ke reactor untuk menjaga panas proses.
Dalam reaksi produksi bio-oil tidak dihasilkan limbah. 100% bahan baku dikonversi menjadi
bio-oil dan arang, sedangkan gas yang tidak dapat dikondensasi dikembalikan ke dalam proses
sebagai sumber energy. Tiga produk akhir yang dihasilkan dalam proses pirolisis yaitu (60-
75wt%), arang (15-20wt%), dan gas tidak terkondensasi (10-20wt%).
Arang merupakan by product dalam pembuatan bio-oil, berwujud padatan berbentuk granular.
Seperti halnya bio-oil , arang termasuk bahan bakar ramah lingkungan. Arang dapat digunakan
sebagai bahan bakar karbon aktif dan setelah dimurnikan dapat digunakan sebagai bahan
pensubstitusi anthracite coal yang umumnya dimanfaatkan dalam pembuatan baja

Bioteknologi juga membuka cakrawala baru dalam bidang farmasi dan


kedokteran, misalnya dalam pembuatan vaksin, antibiotik, antibodi monoklonal,
dan insulin.

Pembuatan Antibodi Monoklonal

Proses pembuatan antibodi monoklonal telah diuraikan di depan. Lihat kembali Teknik
Hibridoma pada Subab Rekayasa Genetika.

Pembutan Vaksin

Belum lama ini, para ilmuwan telah berhasil mengkultur berbagai sel vertebrata.
Prosesnya dimulai dengan memberi perlakuan terhadap jaringan yang sesuai dengan
enzim proteolitik, misalnya tripsin, untuk memisahkan sel-sel. Sel-sel tersebut akan
membelah secara mitosis membentuk satu lapis sel. Supaya sel-sel kultur ini terus
membelah, maka ditambahkan virus yang mendorong pembentukan sel-sel kanker. Sel-
sel tersebut disebut neoplastik.

Prinsip-prinsip dalam pembuatan vaksin adalah sebagai berikut:


a. Mengisolasi (memisahkan) gen-gen dari organisme penyebab penyakit
b. Menyisipkan gen-gen yang telah diisolasi tersebut ke tubuh organisme yang kurang
patogen
c. Mengkulturkan organisme hasil rekayasa sehingga menghasilkan antigen dalam
jumlah banyak
d. Mengekstrasikan antigen yang kemudian digunkan sebagai vaksin.

Pembuatan Antibiotik
Mikroorganisme tertentu dapat menghasilkan obat untuk menyembuhkan penyakit yang
disebabkan mikroorganisme lainnya.

Produk metabolisme yang dihasilkan mikroorganisme tententu dan bersifat


menghambat pertumbuhan atau merusak mikroorganisme lain, disebut antibiotik.
Antibiotik pertama yang dipakai untuk mengobati penyakit pada manusia disebut
tirotrisin.

Pembuatan antibiotik melalui beberapa tahap sebagai berikut:


a. Mikroorganisme penghasil antibiotik dikembangbiakkan
b. Mikroorganisme dipindahkan ke dalam bejana fermentasi agar cepat
berkembangbiak
c. Dari cairan biakan itu, antibiotik diekstrasi dan dimurnikan, selanjutnya diuji:

 Zat diuji dalam tabung reaksi


 Kemudian diujikan pada hewan percobaan
 Jika ternyata aman, obat ini dapat diujikan pada manusia dengan pengawasan
ketat
 Jika berhasil barulah diujikan pada orang sakit dan dipasarkan.

Insulin

Insulin adalah protein yang bertugas mengontrol metabolisme gula dalam tubuh
manusia. Gen insulin terletak pada daerah dalam DNA manusia yang memiliki informasi
untuk menghasilkan insulin. Contoh, penderita diabetes tidak mampu membentuk
insulin dalam jumlah banyak.
Untuk menyediakan insulin secara cepat dapat dilakukan pemanfaatan sel bakteri
melalui pencangkokan gen (rekombinasi gen).

Anda mungkin juga menyukai