Anda di halaman 1dari 7

TUGAS METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN KULIT BIJI KAPAS SEBAGAI


BIOETANOL MELALUI PROSES FERMENTASI

oleh:

Taufan Megananda (14521052)


Selli Rosliani (14521118)
Sella Rosliana (14521119)
M.Ilham Julisar (14521108)
Shafira Harini Pradita (14521260)
Ujud Duriyat (14521322)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bioetanol merupakan etanol yang berasal dari sumber hayati dan pada umumnya
dibuat melalui proses fermentasi. Etanol atau ethyl alkohol (C2H5OH) berupa cairan bening
tak berwarna, terurai secara biologis (biodegradable), toksisitas rendah dan tidak
menimbulkan polusi udara yang besar bila bocor. Etanol yang terbakar menghasilkan gas
karbondioksida (CO2) dan air. Etanol biasanya dimanfaatkan sebagai bahan untuk
membuat minuman keras, untuk keperluan medis, sebagai zat pelarut, dan yang sedang
populer saat ini adalah pemanfaatan etanol sebagai bahan bakar alternatif.
Saat ini masalah keterbatasan Bahan Bakar Minyak (BBM) di dunia terjadi karena
bahan baku yang berasal dari fosil sudah mulai habis dan tidak dapat diperbaharui,
sehingga dilakukan langkah-langkah penghematan energi dan mencari sumber−sumber
energi baru untuk menggantikan minyak bumi. Untuk mengurangi konsumsi BBM jenis
bensin, dapat dilakukan dengan menambahkan 10% etanol atau sering disebut E−10. Etanol
memiliki banyak manfaat karena dicampurkan dengan bensin pada komposisi berapapun
memberikan dampak yang positif dalam mengurangi emisi yang dihasilkan oleh bahan
bakar minyak (bensin). Pencampuran etanol absolutsebanyak 10% dengan bensin 90%
sering disebut gasohol E−10 yang memiliki angka oktan 92 dibanding dengan premium
hanya 87–88. Etanol dikenal sebagai octan enhancer (aditif) yang ramah lingkungan
(Mustofa, 2012).
Etanol dapat dengan mudah diproduksi dari bahan bersukrosa, berpati dan
berselulosa (berserat). KulitBiji kapas adalah limbah pertanian yang berasal dari
perkebunan kapas, secara tradisional kapas ditanam untuk diambil seratnya. Kulit biji kapas
dapat dimanfaatkan sebagai sumber bioetanol. Biomassa dari kulit biji kapas merupakan
sampah yang sejauh ini masih belum banyak dimanfaatkan menjadi produk yang memiliki
nilai tambah (added value) dan termasuk biomassa yang mengandung lignoselulosa sangat
dimungkinkan untuk dimanfaatkan menjadi bioetanol karena memiliki kandungan selulosa
yang cukup banyakyaitu sekitar 94% (Yonas, 2014).
Fermentasi merupakan proses biokimia dimana mikroorganisme yang berperan
dalam fermentasi akan menghasilkan enzim yang mampu mengkonversi substrat menjadi
etanol. Proses fermentasi digunakan untuk menghasilkan etanol sedangkan proses distilasi
untuk memisahkan etanol dengan kandungan airnya sehingga meningkatkan kadar
alkoholnya (Mustofa, 2012).

1.2 HIPOTESIS

1. Kulit biji kapas bisa dimanfaatkan sebagai penghasil etanol karena memiliki kandungan
lignoselulosa yang sangat tinggi dan dapat diubah secara bertahap menjadi bioetanol

1.3 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana reaksi yang terbentuk dalam proses pembuatan bioetanol?

2. Bagaimana prinsip kerja metode fermentasi dalam meghasilkan bioethanol?

3. Mengapa kulit biji kapas dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan bioethanol?

1.4 TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui reaksi yang terbentuk dalam proses pembuatan bioethanol

2. Untuk mengetahui prinsip kerja metode fermentasi dalam menghasilkan bioethanol

3. Untuk megetahui kandungan kulit biji kapas sebagai bahan utama dalam pembuatan
bioethanol
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MANFAAT BIOETANOL

Bioetanol dapat dihasilkan dari bahan yang mengandung lignoselulosa dan pada
penelitian ini menggunakan kulit biji kapas. Menurut Fitriana, (2009) Penggunaan
bioetanol sebagai bahan bakar dicampur dengan bensin yang biasa disebut gasohol . Gasohol
adalah campuran antara bioetanol dan bensin dengan porsi bioetanol sampai dengan 25%
yang dapat langsung digunakan pada mesin mobil bensin tanpa perlu memodifikasi mesin.
Hasil pengujian kinerja mesin mobil bensin menggunakan gasohol menunjukkan gasohol
E-10 (10% bioetanol ) dan gasohol E-20 (20% bioetanol) menunjukkan kinerja mesin yang
lebih baik dari premium dan setara dengan pertamax (Anonim, 2008 dalam Komarayati
dan Gusmailina, 2010). Dengan demikian manfaat penggunaan bioetanol bukan hanya
pada proses pembuatannya yang memanfaatkan limbah yang tidak terpakai akan tetapi
manfaatnya dapat dirasakan juga ketika menggunakan bioetanol sebagai bahan bakar,
karena selain ramah lingkungan, kinerja mesin kendaraan yang menggunakan bahan bakar
bioetanol akan lebih awet dan terjaga kualitas kerjanya.

2.2 REAKSI PEMBUATAN BIOETANOL

Produksi etanol/bioetanol yang menggunakan bahan baku tanaman yang


mengandung pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses biokonversi karbohidrat
menjadi gula (glukosa) yang larut dalam air (Fitriana, 2009). Glukosa dapat dibuat dari
pati-patian dengan menghidrolisis untuk memecahnya menjadi molekul glukosa dengan
menggunakan asam (misalnya asam sulfat), kemudian dilakukan proses peragian atau
fermentasi gula menjadi etanol dengan menambahkan yeast atau ragi. Reaksi yang terjadi
pada proses ini secarasederhana adalah :
Hidrolisis Asam (H2SO4)
(C6H10O5)n n C6H10O6
Pati Glukosa
Ragi
(C6H10O6)n 2 C2H5OH + 2 CO2
Glukosa Etanol
Reaksi pembuatan bioetanol (Fitriana, 2009)
Pada proses fermentasi, glukosa dipecah menjadi dua molekul asam piruvat melalui jalur
Embden Meyerhof Parnas (EMP) atau glikolisis. Menurut Schlegel (1994), kemudian
pirufat diubah menjadi alkohol melalui dua tahap. Tahap pertama, piruvat didekarboksilasi
menjadi asetaldehid oleh piruvatdekarboksilase dengan melibatkan tiamin pirofospat.
Tahap kedua asetaldehid oleh alkohol dehidrogenase direduksi dengan NADH menjadi
etanol. Dimana dari satu molekul glukosa akan terbentuk dua molekul alkohol dan dua
karbondioksida.

2.3 KANDUNGAN BIJI KAPAS

Dalam buah kapas 2/3 kandungannya berupa biji kapas. sedangkan sisanya berupa
serat kapas. Biji kapas tersebut merupakan hasil samping dari kapas yang masih bisa
dimanfaatkan, diantaranya sebagai bahan baku pembuatan minyak biji kapas,
bahanmakanan ternak dan juga sebagai bahan baku pembuatan ethanol.(Aak,
1988)Sebelum biji kapas dipakai sebagai bahan baku pembuatan etanol, maka harus
melalui beberapa tahapan proses pendahuluan diantaranya pembersihan, pemisahan serat
pendek, pengupasan dan pemisahan dari kotorannya. Pada proses ini biji kapas direndam
dalam aquadest. Kemudian dibiarkan selama semalam, dan dikeringkan pada suhu kamar.
Setelah itu dihancurkan dan disamakan ukurannya dengan ukuran 20 mesh. Biji kapas
diambil sebagian untuk digunakan sebagai contoh analisa.(Foster A. Agblevor, 2003).
Kandungan biji kapas terdiri dari 90% sellulosa, 20-25% pentosa, 8-12% linter,
30-35% hull, 50-55% kernels dan 10-15% kelembaban.(Mc. Ketta, vol 12).
2.4 PRINSIP KERJA METODE FERMENTASI

Proses fermentasi dimaksudkan untuk mengubah glukosa menjadi ethanol/bio-


ethanol (alkohol) dengan menggunakan yeast. Alkohol yangdiperoleh dari proses
fermentasi ini, biasanya alkohol dengan kadar 8 sampai 10persen volume. Sementara itu,
bila fermentasi tersebut digunakan bahan bakugula (molases), proses pembuatan ethanol
dapat lebih cepat. Pembuatan ethanoldari molases tersebut juga mempunyai keuntungan
lain, yaitu memerlukan bakfermentasi yang lebih kecil. Ethanol yang dihasilkan proses
fermentasi tersebutperlu ditingkatkan kualitasnya dengan membersihkannya dari zat-zat
yang tidakdiperlukan.Alkohol yang dihasilkan dari proses fermentasi biasanya masih
mengandung gas-gasantara lain CO2 (yang ditimbulkan dari pengubahan glucose menjadi
ethanol/bio-ethanol) dan aldehyde yang perlu dibersihkan. Gas CO2 pada hasilfermentasi
tersebut biasanya mencapai 35 persen volume, sehingga untuk memperoleh ethanol/bio-
ethanol yang berkualitas baik, ethanol/bio-ethanoltersebut harus dibersihkan dari gas
tersebut. Proses pembersihan (washing) CO2 dilakukan dengan menyaring ethanol/bio-
ethanol yang terikat oleh CO2, sehingga dapat diperoleh ethanol/bio-ethanol yang bersih
dari gas CO2). Kadar ethanol/bio-ethanol yang dihasilkan dari proses fermentasi, biasanya
hanya mencapai 8 sampai 10 persen saja, sehingga untuk memperoleh ethanol yang
berkadar alkohol 95 persen diperlukan proses lainnya, yaitu proses distilasi. Proses distilasi
dilaksanakan melalui dua tingkat, yaitu tingkat pertama dengan beer column dan tingkat
kedua dengan rectifying column.Definisi kadar alkohol atau ethanol/bio-ethanol dalam %
(persen) volume adalah“volume ethanol pada temperatur 15oC yang terkandung dalam 100
satuanvolume larutan ethanol pada temperatur tertentu (pengukuran).“ BerdasarkanBKS
Alkohol Spiritus, standar temperatur pengukuran adalah 27,5o C dankadarnya 95,5% pada
temperatur 27,5o C atau 96,2% pada temperatur 15o C
(Wasito, 1981). Pada umumnya hasil fermentasi adalah bio-ethanol atau alkohol yang
mempunyaikemurnian sekitar 30 – 40% dan belum dpat dikategorikan sebagai fuel based
ethanol. Agar dapat mencapai kemurnian diatas 95% , maka lakohol hasilfermentasi harus
melalui proses destilasi.
DAFTAR PUSTAKA

 Nurdyastuti, Indyah., "Teknologi Proses Produksi Bio-ethanol." Prospek


Pengembangan Bio-Fuel Sebagai Subsitusi Bahan Bakar Minyak”, 2005.

 Yonas, Mohammad Ikbal Yonas.,” Pembuatan Bioetanol Berbasis Sampah


Organik Batang Jagung”, Diss. Universitas Negeri Gorontalo, 2014.

 Utami, Isni, and Kindriari Teknik KImia FTI-UPNV Jatim. "pembuatan etanol
dari biji kapas dengan proses hidrolisa dan fermentasi." Jurnal Penelitian Ilmu
Teknik Vol 8.2 (2008): 129-138.

Anda mungkin juga menyukai