TINJAUAN PUSTAKA
1. Bahan–bahan berpati, misalnya dari biji-bijian atau dari umbi- umbian. Bahan baku ini
terlebih dahulu dihidrolisis menjadi gula/sukrosa dengan bantuan enzim. Reaksi
hidrolisis menjadi gula / sukrosa (Othmer, 1978):
enzim
(C6H10O5)n+ n H2O n C6H12O6
Pati Glukosa
yeast
C6H12O6 2 C2H5OH + 2CO2
Glukosa Etanol
2. Bahan–bahan yang mengandung gula, misalnya nira, legen, tetes, dan sebagainya.
Penggunaan paling besar dari gula untuk fermentasi adalah dari molasesnya yang
mengandung kira – kira 35 – 48 %berat sukrosa, 15 – 20 % berat gula invers seperti
glukosa dan fruktosa, dan 28 – 48 % berat pada tannon gula, difermentasi pada suhu
20–32º C selama± 1 – 3 hari. Reaksi fermentasi dari gula (Faith,1961):
zymase
C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2
Glukosa Etanol
3. Bahan-bahan berselulosa, misalnya dari limbah tandan kosong kelapa sawit, batang
jagung, ampas tebu, dan limbah pertanian. Bahan-bahan berserat harus dikonversikan
menjadi gula terlebih dahulu,umumnya dengan menggunakan asam mineral.Reaksi
perubahan selulosa menjadi etanol (Othmer,1978).
hidrolisis
(C6H12O5)n +n H2O n C6H12O6
Selulosa Glukosa
zymase
C6H12O6 2 C2H5OH + 2CO2
Glukosa Etanol
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia pada proses fermentasi gula dari sumber
karbohidrat yang menggunakan bantuan mikroorganisme. Dalam perkembangannya, produksi
II-2
alkohol yang paling banyak digunakan adalah metode fermentasi dan distilasi. Bahan baku
yang dapat digunakan pada pembuatan etanol adalah nira bergula (sukrosa): nira tebu, nira
nipah, nira sorgum manis, nira kelapa, nira aren, nira siwalan, sari buah mete; bahan berpati:
tepung-tepung sorgum biji, sagu, singkong, ubi jalar, ganyong, garut, umbi dahlia; bahan
berselulosa (lignoselulosa): kayu, jerami, batang pisang, bagas dan lain- lain. Bioetanol
merupakan etanol yang dihasilkan darifermentasi glukosa (gula) yang dilanjutkan dengan
proses destilasi. Proses destilasi dapat menghasilkan etanol dengan kadar 95% volume, untuk
digunakan sebagai bahan bakar (biofuel) perlu lebih dimurnikan lagi hingga mencapai 99%
yang lazim disebut Fuel Grade Ethanol (FGE). Proses pemurnian dengan prinsip dehidrasi
umumnya dilakukan dengan metode Molecular Sieve, untuk memisahkan air dari senyawa
etanol. Etanol dikategorikan dalam dua kelompok utama, yaitu:
II.1.2 Potensi
Secara lebih spesifik bioetanol adalah cairan yang dihasilkan melalui proses
fermentasi gula dari penguraian sumber karbohidrat dengan bantuan mikroorganisme.
Bioetanol dapat juga diartikan sebagai bahan kimia yang memiliki ada sifat kesamaan dengan
minyak premium, karena terdapatnya unsur – unsur seperti karbon (C) dan hidrogen (H).
(Khairani, 2007).
Bahan baku pembuatan bioetanol dibagi menjadi tiga kelompok yaitu bahan ber
sukrosa (nira, tebu, nira nipah, nira sargum manis, nira kelapa, nira aren, dan sari buah mete);
bahan berpati (bahan yang mengandung pati) seperti tepung ubi, tepung ubi ganyong, sorgum
biji, jagung, cantel, sagu, ubi kayu, ubi jalar, dan lain–lain; dan bahan berserat
selulosa/lignoselulosa (tanaman yang mengandung selulosa dan lignin seperti kayu, jerami,
batang pisang, dan lain-lain. Dari ketiga jenis bahan baku tersebut, terdapat bahan
berlignoselulosa sebagai bahan yang jarang digunakan karena cukup sulit dilakukan
II-3
penguraiannya menjadi bioetanol. Ini disebabkan adanya lignin yang merupakan senyawa
polifenol sehingga lebih sukar diuraikan dan selanjutnya mempersulit pembentukkan glukosa
dan jumlahnya sedikit.
II.1.4 Molases
Molases atau tetes tebu merupakan hasil samping (by product) pada proses pembuatan
gula. Molases berwujud cairan kental yang diperoleh dari tahap pemisahan kristal gula.
Molases mengandung sebagian besar gula, asam amino dan mineral. Sukrosa yang terdapat
dalam tetes bervariasi antara 25 – 40 %, dan kadar gula reduksinya 12 – 35 %. Komposisi
tetes tebu dapat dilihat pada tabel 1. Tebu yang belum masak biasanya memiliki kadar gula
reduksi tetes lebih besar daripada tebu yang sudah masak. Komposisi yang penting dalam
molases adalah TSAI (Total Sugar as Inverti ) yaitu gabungan dari sukrosa dan gula reduksi.
II-5
Molases memiliki kadar TSAI antara 50 – 65 %. Angka TSAI ini sangat penting bagi industri
fermentasi karena semakin besar TSAI akan semakin menguntungkan (Rochani, 2016).
II-6
II.2 Jurnal Aplikasi Industri
PEMBUATAN BIOETANOL DARI KULIT NANAS MELALUI
HIDROLISIS DENGAN ASAM
(2011)
Ari Diana Susanti
Kebutuhan energi dari bahan bakar minyak bumi (BBM) di berbagai negara di dunia
dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan tajam, tidak hanya pada negara-
negara maju saja, tetapi juga di negara berkembang termasuk Indonesia. Untuk
mengantisipasi terjadinya krisis bahan bakar minyak bumi (BBM) pada masa yang akan
datang, saat ini telah dikembangkan sumber energi yang baru dan terbarukan sekaligus ramah
lingkungan. Energi terbarukan adalah energi yang dapat diperbaharui dan apabila dikelola
dengan baik, sumber daya itu tidak akan habis. Jenis energi terbarukan meliputi biomassa,
panas bumi, energi surya, energi air, energi angin, dan energi samudera. Etanol merupakan
biofuel, dan mempunyai prospek baik sebagai penganti bahan bakar cair dan gasohol dengan
bahan baku yang dapat diperbaharui, ramah lingkungan serta sangat menguntungkan secara
ekonomi mikro terhadap komunitas pedesaan terutama petani. Buah nanas (Ananas
comosusL. Merr) merupakan salah satu jenis buah yang banyak terdapat di Indonesia dan
mempunyai penyebaran yang merata. Dan konsumsi buah nanas akan memberikan sampah
berupa kulit yang cukup banyak yaitu sebesar 34,61% berat, yang masih mengandung kadar
karbohidrat sekitar 10,54% dan dari penelitian pembuatan etanol dengan sari kulit nanas
diketahui kadar glukosa sari kulit nanas sebesar 17%.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini Kulit Nanas, Asam klorida (HCl), Natrium
Hidroksida (NaOH), Urea, Saccharomyces Cereviceae, Indikator Methylen Blue, Fehling A,
Fehling B, Aquadest. Alat utama yang digunakan adalah pemanas mantel, labu leher tiga,
pendingin balik, oven, erlenmeyer, kompor listrik dan buret. Cara kerja penelitian diuraikan
sebagai berikut. Sampah kulit nanas dipotong kecil-kecil dan ditambah air kemudian digiling
hingga berbentuk seperti bubur dan dipisahkan airnya. Melakukan uji kadar air dan kadar
patinya. Setelah itu, bubur kulit nanas dihidrolisa dengan variasi waktu hidrolisa setiap 45
menit dan konsentrasi HCl (0,1 N; 0,2 N; 0,3 N) dan dilakukan uji kadar glukosanya hingga
diperoleh kadar glukosa yang paling optimal. Larutan hasil hidrolisa kemudian disaring dan
difermentasi menggunakan yeast Sacharomyces cereviceae dengan variasi waktu (24 jam, 48
jam, 72 jam, 96 jam, dan 120 jam). Larutan hasil fermentasi kemudian didistilasi untuk
memurnikan etanolnya dari air.
Proses hidrolisa 0,3 N waktu reaksi 270 sampai 315 menit menghasilkan kadar
glukosa terbesar yaitu 8,958 - 9,594%. Proses fermentasi pada waktu 4 hari dan berat yeast 6
gram paling optimum karena menghasilkaan kadar etanol 31,399% dan konversi glukosa
58,62 %. Kadar etanol total yang diprediksi diperoleh sebesar 31,399 %.
II-7