Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM ENERGI BARU DAN

TERBARUKAN

PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH BUAH BUSUK

Disusun oleh:

Tiara Armelia Ismoyo NIM: 2016430026 Tahun Angkatan: 2016

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


JAKARTA
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan energi meningkat seiring dengan berkembangnya zaman dan menjadi


urgensi tersendiri bagi keberlangsungan hidup manusia. Di Indonesia, pertumbuhan
penduduk cukup pesat. Hal tersebut menjadi perhatian khusus bagi pemerintah sebab
laju pertumbuhan penduduk sejalan dengan meningkatnya kebutuhan akan energi.
Energi dapat diklasifikasikan berdasarkan ketersediannya yaitu energi yang tidak
dapat diperbarui (non-renewable resource) dan energi yang dapat diperbarui (renewable
resource). Energi terbarukan memiliki berbagai keuntungan diantaranya ialah sebagai
energi yang tidak akan habis, dapat dihasilkan kembali dalam waktu yang relatif cepat
dan bersifat ramah lingkungan. Biomassa adalah potensi Energi Terbarukan yang besar
dan tersebar di Indonesia. Konversi biomasa menjadi produk energi terbarukan seperti
Biogas, biofuel dan biobriket dan yang sedang berkembang di Indonesia adalah
Bioetanol.

Dalam penelitian kali ini, pemanfaatan bioetanol tersebut bersumber dari buah-
buahan busuk. Keuntungan menggunakan bioetanol ialah menciptakan kerja mesin yang
bagus pada kendaraan karena memiliki RON yang relatif tinggi dibandingkan dengan
beberapa jenis BBM yang ada saat ini, lebih sedikit menghasilkan gas buang (polusi),
menghemat penggunaan bensin, dan pembakaran yang sempurna membuat asapnya
ramah lingkungan.
Penggunaan buah-buahan busuk memanfaatkan limbah untuk produk bernilai jual
tinggi. Buah-buahan yang mengandung kadar gula tinggi merupakan bahan yang
potensial untuk bahan baku bioetanol. Buah yang dipakai bukan buah yang masih bagus
dan segar, tetapi buah-buah yang sudah tidak layak jual atau hampir busuk. Daripada
buah-buah ini dibuang tanpa harga, akan lebih baik jika diolah menjadi bioethanol.
Dalam pembuatan bioetanol ini memerlukan proses fermentasi dimana
membutuhkan peran mikroorganisme dalam hal ini menggunakan kultur campuran dari
Saccharomyces cerevisiae dan Rhizopus oryzae yang mana dapat mengefektifkan waktu
dalam fermentasi.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui senyawa efektif yang dapat dikonversi menjadi bioetanol pada


limbah buah-buahan busuk.
2. Mengetahui proses pembentukan bioetanol meggunakan kultur campuran
Sacharomyces cerevisiae dan Rhizopus oryzae
3. Mengetahui hasil uji organoleptic pada proses pembuatan bioethanol dari
limbah buah-buahan busuk
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bioethanol
Bioethanol merupakan bahan bakar nabati. Secara sederhana dapat kita
ketahui bioetanol merupakan etanol (etil alkohol) yang proses produksinya
menggunakan bahan baku alami seperti tumbuh-tumbuhan dan dengan bantuan
proses biologis yaitu fermentasi untuk perubahan secara fisik maupun kimianya.
Dalam hal ini bahan-bahan yang mendukung untuk proses terbentuknya
bioethanol yaitu, gula (glukosa), pati (starch), dan selulosa. (Wusnah, dkk 2016)
Reaksi yang terjadi pada proses produksi etanol/bioetanol secara sederhana
ditujukkan pada reaksi 1 dan 2.

(C6H10O5)n N C6H12O6
(pati) (enzyme) (glukosa) (1)
(C6H10O5)n 2 C2H5OH + 2 CO2
(glukosa) yeast (ragi) (etanol) (2)
Meskipun teknik produksi etanol/bioetanol merupakan teknik yang sudah
lama diketahui, namun etanol/bioetanol untuk bahan bakar kendaraan memerlukan
etanol dengan karakteristik tertentu yang memerlukan teknologi yang relatif baru
di Indonesia antara lain mengenai neraca energi (energy balance) dan efisiensi
produksi, sehingga penelitian lebih lanjut mengenai teknologi proses produksi
etanol masih perlu dilakukan. Secara singkat teknologi proses produksi
etanol/bioetanol tersebut dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu hidrolisis,fermentasi,
dan destilasi (Nurdyastuti, 2005).

Gambar 2.1 Diagram Alir Pembuatan Bioethanol Secara Umum


Dari laju alir diatas dapat kita pahami secara sederhana proses bioethanol
dengan proses fermentasi. Bioethanol yang diolah dengan bahan baku alami ini
memiliki keunggulan yaitu mampu menurunkan emisi CO 2 hingga 18%. Bahan
baku alami ini mencakup beberapa tumbuhan yang mengandung pati , bergula dan
serat selulosa (Wusnah, dkk 2016).
2.2 Limbah Buah-Buahan Busuk
Kita sering tidak mau memakan lagi buah yang mengalami sedikit
pembusukan, apalagi ketika musim buah dimana buah sangat melimpah. Sehingga
banyak buah yang terbuang sia-sia menjadi sampah. Sampah dalam pola pikir kita
dianggap sebagai suatu yang menjijikan dan menjadi posisi tersudut atau
marginal. Seharusnya posisi marginal dari sampah itu dirubah dalam pemikiran
kita untuk menjadi suatu yang berguna. Buah-buah yang sebagian besar
merupakan unsur organik yaitu sampah yang bisa terurai dan mudah membusuk.
Didalam buah masih banyak terkandung nutrisi yang bisa dimanfaatkan oleh
berbagai mikroorganisme yang menguntungkan seperti berbagai bakteri dan jamur
yang berperan dalam proses pengomposan. Limbah buah-buahan dapat dibuat
menjadi bioetanol dengan teknologi yang sederhana dan menggunakan peralatan
yang telah ada di rumah tangga.
Bioetanol berbasis limbah buah dipilih karena teknologi yang dibutuhkan
untuk memproduksinya memungkinkan untuk dikerjakan oleh masyarakat daerah
terpencil. Ditinjau dari alat dan mesin yang digunakan dan bahan baku yang
diperlukan relatif murah dan mudah didapatkan. Opsi lain untuk mengatasi
permasalahan ini adalah dengan penggantian atau pencampuran bioetanol
berbahan dasar jerami, kulit buah, singkong, tebu, gandum, dan lain-lain. Dari
semua bahan baku tersebut kami menawarkan bioetanol berbahan dasar limbah
buah sebagai solusi terbaik karena nilai jual limbah buah yang relatif sangat
rendah sehingga bisa menekan biaya produksi. Selain itu limbah buah juga
memiliki konsentrasi gula yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan baku
lainnya. Opsi lain seperti singkong, tebu, dan gandum, kurang menguntungkan
dari segi ekonomi karena membutuhkan biaya produksi lebih besar, akibat masih
tingginya nilai jual ketiga bahan baku tersebut jika tidak diolah menjadi bioetanol.
Sementara itu, kulit buah sulit didapatkan dalam jumlah besar untuk produksi
masal, khususnya di daerah terpencil. Sedangkan jerami memiliki konsentrasi
gula yang lebih rendah dari limbah buah.

2.3 Fermentasi
Khamir yang penting dalam proses fermentasi etanol adalah Saccharomyces.
Khamir tersebut banyak digunakan untuk produksi etanol karena memenuhi
kriteria, antara lain produksi etanol tinggi, toleransi terhadap kadar etanol dan
substrat tinggi, dan tumbuh baik pada pH netral (Pelczar dan Chan, 1988). Khamir
mempunyai kemampuan fermentasi etanol menggunakan gula-gula sederhana
seperti glukosa, maltosa, sukrosa, laktosa, dan rafinosa. Pati dapat digunakan
sebagai bahan mentah untuk fermentasi etanol. Pati lebih dulu dihidrolisis
menjadi gula sederhana yang dapat difermentasi oleh khamir (Pelczar dan Chan,
1988). Enzim yang dapat menghidrolisis pati menjadi gula sederhana adalah
amilase. Enzim tersebut tidak dimiliki khamir, tetapi dimiliki oleh jamur. Salah
satu jamur yang mempunyai enzim amilase adalah Rhizopus. Di Indonesia,
Rhizopus dikenal sebagai jamur tempe. Dalam keadaan aerob, Rhizopus banyak
menghasilkan enzim amilase (Dwidjoseputro, 1990; Rahayu dan Sudarmadji,
1986). Sebagian besar fermentasi etanol dari pati dilakukan melalui dua tahap.
Tahap pertama adalah hidrolisis pati menjadi gula sederhana oleh jamur penghasil
enzim amilase. Tahap kedua adalah fermentasi gula sederhana menjadi etanol oleh
khamir. Jika enzim amilase diekstrak dari sel jamur, fermentasi etanol dari pati
dapat dilakukan dalam satu tahap. Untuk mengekstrak enzim amilase memerlukan
teknik dan biaya tambahan. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan
fermentasi etanol dari limbah buah-buahan busuk oleh kultur campuran dalam
satu tahap. Jamur yang digunakan pada penelitian ini ditumbuhkan secara aerob,
sedangkan khamir ditumbuhkan secara anaerob dalam satu fermentor. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar etanol yang dihasilkan dalam proses
fermentasi kultur campuran dari limbah buah-buahan busuk oleh Rhizopus oryzae
dan Saccharomyces cerevisiae.
Reaksi fermentasi limbah buah menjadi etanol ditunjukkan dengan
persamaan:
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Waktu pelaksanaan dilakukan selama kurang lebih 11 hari. Tempat penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
3.2 Bahan dan Alat
Penelitian ini adalah penelitian yang ekonomis dengan memanfaatkan bahan-
bahan limbah yang berada disekitaran lingkungan Universitas Muhammadiyah Jakarta
untuk limbah buah-buahan busuk.

Tabel 3.2 Bahan dan Alat


Bahan Baku Alat yang Digunakan
Buah-buahan Toples bening Timbangan gram
busuk 5000 ml
Kultur S. Pisau -
cerevisiae dan R.
oryzae

Berikut adalah gambar dari rangkaian alat yang akan digunakan:

Toples
bening
Buah-buahan 5000 ml
busuk +
Fermentor

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Fermentasi

3.3 Tahapan Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
Tahap I : Persiapan bahan baku dan alat
Tahap II : Peras buah-buah busuk tersebut sampai cairan buah tersebut keluar
Tahap III :Tambahkan kultur S. cerevisiae dan R. oryzae untuk difermentasikan
Tahap IV : Analisa hasil

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Uji Organoleptik

Warna Warna Sample Setalah Warna Sample Awal Warna


Sample Ditambahkan Kultur Fermentasi Sample Akhir
Awal Campuran Fermentasi
Keruh Semakin keruh Keruh dan Pucat Semakin keruh
dan pucat
Fenomena Gelembung Keterangan
Tanggal : 4 Januari 2019
Tidak ada gelembung

Tanggal : 7 Januari 2019


Ada gelembung (sangat sedikit)

Tanggal : 9 Januari 2019


Ada sedikit gelembung

Tanggal : 12 Januari 2019


Ada sedikit gelembung

Tanggal : 14 Januari 2019


Ada gelembung (lumayan banyak)

Anda mungkin juga menyukai