Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI

PERCOBAAN III
PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH BUAH-BUAHAN

OLEH :
NAMA : GIAN PURNAMA SARI
STAMBUK : F1D1 20 008
KELOMPOK : VII (TUJUH)
ASISTEN PEMBIMBING : MUHAMAD YUSUF

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan kebutuhan sarana transportasi yang pada akhirnya

mempengaruhi jumlah kebutuhan bahan bakar. Bahan bakar fosil merupakan

bahan bakar terbanyak yang digunakan saat ini. Namun ketersediaan bahan

bakar tidak terbarukan ini semakin menipis dan sudah tidak bisa diandalkan di

masa yang akan datang. Saat ini sumber energi bahan bakar dari sumber alam

sudah banyak dikembangkan. Salah satu sumber energi tersebut adalah

bioetanol. Bioetanol sudah dikembangkan diberbagai belahan dunia dan saat

ini Brazil dan Amerika Serikat merupakan negara produsen bioetanol terbesar

didunia.

Bioetanol dengan rumus kimia C₂H₅OH adalah salah satu biofuel yang

dapat disebut sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dan

sifatnya terbarukan. Bahan bakar ini adalah varian dari alkohol dan dapat

dihasilkan dari tumbuhan yang mengandung karbohidrat. Keunggulan bietanol

adalah karena bioetanol ini dapat menurunkan emisi CO₂ hingga 18%,

dibandingkan dengan bahan bakar fosil sepeti minyak tanah. Bioethanol dapat

diproduksi dari berbagai bahan baku yang ketersediannya melimpah di

Indonesia. Beberapa tumbuhan yang memiliki potensial besar untuk dijadikan

sebagai bahan baku energi alternatif ini adalah tumbuhan yang memiliki kadar

karbohidrat yang tinggi seperti tebu, nira, aren, ubi kayu, batang pisang, ubi

jalar, jagung dan bongkol jagung serta jerami.


Proses pembuatan bioetanol secara industri tergantung bahan bakunya.

Bahan yang mengandung gula biasanya tidak atau sedikit saja memerlukan

pengolahan pendahuluan. Pembuatan bioetanol dari bahan lignoselulosa

memerlukan empat unit proses utama yaitu pretreatment, untuk memecah

ikatan lignoselulosa dan memisahkan lignin dari rantai polimer selulosa dan

hemiselulosa. Hidrolisis, untuk menghidrolisa polimer menjadi monomer.

Fermentasi, memfermentasi monomer menjadi etanol dengan menggunakan

mikroorganisme. Purifikasi, pemurnian bioetanol dengan melalui proses

distilasi dan dehidrasi. Berdasarkan latar belakang yang terlah diuraikan maka

dilakukan praktikum dengan judul Pembuatan Bioetanol dari Limbah Buah-

Buahan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mengetahui cara pembuatan bioetanol dari limbah buah-buahan?

2. Bagaimana mengetahui produksi kualitas bioetanol dari limbah buah-

buahan?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui cara pembuatan bioetanol dari limbah buah-buahan.

2. Untuk mengetahui produksi kualitas bioetanol dari limbah buah-buahan.


D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang ingin diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui cara pembuatan bioetanol dari limbah buah-buahan.

2. Dapat mengetahui produksi kualitas bioetanol dari limbah buah-buahan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bioetanol

Bioetanol merupakan etanol yang dibuat dari biomassa yang

mengandung komponen gula, pati atau selulosa seperti singkong dan tetes tebu.

Bioetanol merupakan salah satu sumber bahan bakar alternatif yang diolah dari

tumbuhan. Bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari

sumber karbohidrat (selulosa) menggunakan bantuan mikroba. Bioetanol

memiliki karakteristik mudah menguap, mudah terbakar, larut dalam air, tidak

karsinogenik dan tidak berdampak negatif pada lingkungan. Fermentasi

bioetanol dapat didefenisikan sebagai proses penguraian gula menjadi

bioetanol dan karbondioksida yang disebabkan enzim yang dihasilkan oleh

massa sel mikroba (Bahri et al., 2018).

B. Sumber Bioetanol

Bioetanol adalah sebuah bahan bakar alternatif yang diolah dari

tumbuhan, dimana terdapat 3 kelompok sumber bioetanol, diantaranya yaitu

tanaman yang mengandung pati tinggi (starchy materials) seperti singkong,

kelapa sawit, tengkawang, kelapa, kapuk, jarak pagar, rambutan, sirsak,

malapari dan nyamplung. Bahan berglukosa tinggi seperti tetes tebu atau

molase, nira aren, nira tebu dan nira surgum manis. Bahan lignoselulosa

terdapat di berbagai sumber selulosa atau serat selulosa, seperti batang sorgum,

batang pisang, jerami dan kayu (Wusnah et al., 2016).


C. Faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Bioetanol

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembuatan bietanol pada saat

fermentasi adalah pH, suhu, jenis mikroba, oksigen dan nutrisi. pH terbentuk

karena biasanya ditambahan asam seperti asam tartarat, malat atau sitrat,

karena selama fermentasi pH akan mengalami penurunan. Suhu optimal untuk

Saccharomyces cerevisiae berkisar antara 25-30oC dan temperatur maksimal

antara 35-47°C. Jenis mikroba, dimana mikroba yang baik adalah mikroba

yang dapat tumbuh dengan cepat dan menghasilkan enzim-enzim essensial

untuk proses fermentasi. Oksigen, Oksigen diperlukan untuk mikroorganisme

yang bersifat aerob sehingga kecukupan oksigen akan mempengaruhi jumlah

etanol yang terbentuk. Nutrisi utama adalah nitrogen yang diperoleh dari

penambahan NH3, garam ammonium, pepton, asam amino dan urea (Sari &

Santosa, 2015).

D. Pembuatan Bioetanol

Pembuatan bioetanol dari bahan-bahan lignoselulosa hingga menjadi

etanol melalui proses utama yaitu hidrolisa atau hidrolisis, fermentasi dan

terakhir adalah pemisahan serta pemurnian produk etanol (distilasi). Hidrolisa

adalah suatu proses antara reaktan dengan air agar suatu senyawa pecah atau

terurai. Proses hidrolisis bisa dilakukan dengan 4 metode yaitu Hidrolisis

murni atau tanpa katalis, Hidrolisis dengan asam, Hidrolisis dengan basa, serta

Hidrolisis dengan enzim sebagai katalisator. Fermentasi adalah proses

perombakan senyawa organik dalam kondisi anaerob atau aerob yang


menghasilkan produk berupa asam organik, alkohol dan gas. Distilasi atau

penyulingan adalah suatu metode pemisahan larutan berdasarkan perbedaan

titik didih. Titik didih etanol murni adalah 78°C. Proses distilasi akan

meningkatkan kandungan etanol hingga 95%. Sisa air yang masih ada

dihilangkan dengan proses dehidrasi hingga kandungan etanol mencapai 99,5%

(Sari & Moeksin, 2015).

E. Saccharomyces cerevisiae

Saccharomyces cereviceae merupakan bakteri yang termasuk dalam

family Saccharomycetales dengan genus Saccharomyces bentuknya sel khamir

bundar, memanjang seperti benang dan menghasilkan psedomiselium.

Saccharomyces cerevisiae adalah salah satu spesies khamir yang memiliki

daya konversi gula menjadi etanol sangat tinggi. Khamir Saccharomyces

cerevisiae merupakan organisme penghasil amilase yang cukup berpotensi,

selain bakteri dan kapang. Saccharomyces cerevisiae memerlukan suhu 30°C

dan pH 4,0-4,5 agar dapat tumbuh dengan baik. Saccharomyces cerevicae lebih

banyak digunakan untuk memproduksi bioetanol secara komersial bila

dibandingkan dengan bakteri atau jamur. Hal ini disebabkan karena

Saccharomyces cereviceae dapat memproduksi alcohol dalam jumlah besar dan

mempunyai toleransi pada kadar alkohol yang tinggi yaitu sebesar 8-20% pada

kondisi optimum (Khodijah & Abtokhi, 2015).


V. PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan yang dapat ditarik pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Cara pembuatan bioetanol dari limbah buah-buahan dilakukan dengan cara

menghaluskan bahan baku, kemudian di lakukan fermentasi selama 1

minggu pada suhu ruang dengan penambahan ragi roti (yeast) serbagai

starter serta urea dan NPK sebagai sumber nutrisi bagi khamir

Saccaromyces cerevisiae, selanjutnya dilakukan distilasi atau pemurnian

dengan metode langsung untuk mendapatkan etanol. Etanol yang

tertampung diukur dengan menggunakan alkohol meter.

2. Kualitas bioetanol dari limbah buah-buahan pada pengamatan ini memiliki

hasil yang berbeda dimana pisang memiliki kadar alkohol tertinggi yaitu

10% dan yang terendah yaitu nanas dengan kadar alkohol 3%.

B. Saran

Saran yang dapat diajukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk laboratorium, agar selalu dijaga kebersihan lab selama praktikum.

2. Untuk asisten, agar selalu menjaga sikap ramah kepada praktikannya.

3. Untuk praktikkan, agar tetap semangat mengikuti praktikum dan selalu

memperhatikkan penjelasan maupun arahan yang diberikan oleh asisten.


DAFTAR PUSTAKA

Bahri, S., Aji A. & Yani F. (2018). Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang Kepok
dengan Cara Fermentasi Menggunakan Ragi Roti. Jurnal Teknologi
Kimia Unimal, 7(2): 85-91.

Khodijah, S. & Abtokhi A. (2015). Analisis Pengaruh Variasi Persentase Ragi


(Saccharomyces cerevisiae) dan Waktu pada Proses Fermentasi dalam
Pemanfaatan Duckweed (Lemna minor) sebagai Bioetanol. Jurnal
Neutrino, 7(2): 71-72.

Sari, A.M. & Santosa H.H. (2015). Pembuatan Bioetanol dari Limbah Buah
Stroberi (Buah Afkir). Jurnal Konversi, 2(2): 9-12.

Sari, E.R.W. & Moeksin R. (2015). Pembuatan Bioetanol dari Air Limbah Cucian
Beras Menggunakan Metode Hidrolisis Enzimatik dan Fermentasi. 1(21):
14-18.

Wusnah, Bahri, S. & Hartono D. (2016). Proses Pembuatan Bioetanol dari Kulit
Pisang Kepok (Musa acuminata B.C) secara Fermentasi. Jurnal
Teknologi Kimia Unimal, 5(1): 57-58.

Atiah, H.G., 2014, Pemanfaatan Limbah Buah Tomat untuk Produksi Bioetanol
oleh Saccharimyces cerevisiae, Skripsi, Istitut Pertanian Bogor, Bogor.

Moede, F.H., Gonggo, S.T. & Ratman. (2017). Pengaruh Lama Waktu Fermentasi
terhadap Kadar Bioetanol dari Pati Ubi Jalar Kuning (Ipomea batata L.),
Jurnal Akad Kim. 6(2): 86-89.

Anda mungkin juga menyukai