Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI

PERCOBAAN III
PEMBUATAN ETANOL DARI LIMBAH BUAH-BUAHAN

OLEH

NAMA : ASADDUL IZZAN


STAMBUK : F1D118009
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN PEMBIMBING :

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bioetanol merupakan energi renewable dan ramah lingkungan yang

dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan

dan sifatnya terbarukan. Bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi

gula dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroba dengan bahan

utamanya (substrat) adalah tumbuhan. Bioetanol ini merupakan cairan bening

yang tidak berwarna, larut dalam air, eter, aseton, benzene, dan semua pelarut

organik, memiliki bau khas alkohol serta terurai secara biologis

(biodegradable).

Pembuatan bioetanol dengan cara fermentasi akan menyebabkan

terjadinya proses metabolisme sehingga terjadi perubahan kimia dalam substrat

akibat aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroba. Jenis mikroba yang

umum digunakan dalam fermentasi bioetanol adalah dari klompok khamir

yaitu Sacharomices cerevice. Sacharomices cerevice mampu memecah gula

melalui reaksi enzimatis menghasilkan etanol. Saccharomyces cereviceae dapat

memproduksi alkohol dalam jumlah besar dan mempunyai toleransi pada kadar

alcohol yang tinggi.

Proses pembuatan bioetanol terdiri dari tiga langkah yaitu pengubahan

polisakarida menjadi gula sederhana, fermentasi dan terakhir adalah destilasi

(proses pemurnin etanol) Bioetanol dapat dapat dibuat dari berbagai macam

bahan baku yang berbeda dan dikelompokkan menjadi tiga meliputi bahan

bersukrosa seperti gula tebu, gula bit dan shorgum, kemudian bahan berpati
seperti jagung, kentang dan gandum serta juga bahan berselulosa seperti kayu,

rumput, kulit nanas, jerami padi dan alang-alang. Berdasarkan uraian di atas

maka dilakukan praktikum Pembuatan Etanol dari Limbah Buah-buahan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara produksi etanol dari limbah buah-buahan?

2. Berapakah kadar etanol dari limbah buah-buahan?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui cara produksi etanol dari limbah buah-buahan.

2. Untuk mengetahui kadar etanol dari limbah buah-buahan.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui cara produksi etanol dari limbah buah-buahan.

2. Dapat mengetahui kadar etanol dari limbah buah-buahan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bioetanol

Bioetanol adalah etanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan

umumnya menggunakan proses fermentasi. Etanol atau etil alkohol C2H5OH,

merupakan cairan bening yang tidak berwarna, larut dalam air, eter, aseton,

benzene, dan semua pelarut organik, memiliki bau khas alkohol serta terurai

secara biologis (biodegradable), toksisitas rendah dan tidak menimbulkan

polusi udara yang besar bila bocor. Etanol yang terbakar menghasilkan

karbondioksida (CO2) dan air. Etanol adalah sejenis cairan yang mudah

menguap, mudah terbakar, tak berwarna,dan merupakan alkohol yang paling

sering digunakan dalam kehidupan sehari- hari (Bahri, 2018).

B. Sumber Bioetanol

Kelompok tanaman sumber bioetanol: tanaman yang mengandung pati

(seperti singkong, kelapa sawit, tengkawang, kelapa, kapuk, jarak pagar,

rambutan, sirsak, malapari,dan nyamplung), bergula (seperti tetes tebu atau

molase, nira aren, nira tebu, dan nira surgum manis) dan serat selulosa (seperti

batang sorgum, batang pisang, jerami, kayu, dan bagas). Kulit pisang

merupakan limbah yang banyak mengandung serat selulosa sehingga sangat

efisien digunakan dari pada buahnya yang memiliki nilai jual yang tinggi

(Wusnah, 2016).
C. Tahapan Produksi Bioetanol

Produksi bioetanol terdiri dari 4 proses, yaitu persiapan bahan baku,

hidrolisis, fermentasi serta pemurnian. Persiapan bahan baku tergantung dari

jenis bahan bakunya kemudian dipotong kecil untuk mengekstrak gula

kemudian tepung dan material selulosa dihancurkan untuk memecah susunan

tepung agar bisa berinteraksi baik dengan air. Hidrolisis dilakukan untuk

memutusan ikatan beta 1,4 glikosidik menjadi unit-unit dektrosa (C 6H12O6).

Proses Fermentasi akan menyebabkan perubahan kimia yang spesifik pada

substrat karbohidrat yang diinduksi oleh enzim dari mikroorganisme sehingga

mecahan gula sederhana menjadi etanol pada suhu 27-32oC. Destilasi

digunakan untuk memisahkan etanol dengan air. Titik didih etanol murni

adalah 78,4 oC dan air 100 oC. Dengan memanfaatkan perbedaan titik didih,

dapat dipanaskan dalam rentang suhu 78-100 oC sehingga etanol akan menguap

dan dari kondensasi akan didapatkan etanol 95 % (Darmodjo, 2020).

D. Fermentasi Gula menjadi Etanol

Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi

senyawa yang lebih sederhana dengan melibatkan mikroorganisme.

Fermentasi adalah suatu proses perubahan kimiawi dari senyawa-senyawa

organik (karbohidrat, lemak, protein, dan bahan organik lain) baik dalam

keadaan aerob maupun anaerob, melalui kerja enzim yang dihasilkan oleh

mikroba. Pada proses fermentasi diperlukan substrat sebagai media tumbuh

mikroba yang mengandung zat-zat nutrisi yang dibutuhkan selama proses


fermentasi berlangsung Produk terfermentasi umumnya mudah diurai secara

biologis dan mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi dari bahan asalnya

(Pamungkas, 2011).

Proses fermentasi gula menjadi etaonl dapat dibedakan atas 2 tingkatan,

yaitu (1) Peragian tingkat pertama, berlangsung dalam keadaan aerob (adanya

O2) yang terlarut dan di permukaan, berfungsi memperbanyak ragi (khamir)

yang dapat ditandai timbulnya gas asam arang, dimana pada pada proses

fermentasi tingkat pertama tidak ada atau sedikit sekali etanol yang dihasilkan

(2) Fermentasi berlangsung dalam keadaan anaerob. Pada tahap ini khamir dan

enzim yang dihasilkan sudah cukup banyak, sehingga akan berlangsung

fermentasi, sampai sebagian atau seluruh gula dirubah menjadi etanol

(Widyanti, 2016).

E. Saccharomyces cereviceae

Fermentasi etanol dapat dilakukan dengan memanfaatkan

Saccharomyces cerevicae. Saccharomyces cereviceae merupakan bakteri yang

termasuk dalam family Saccharomycetales dengan genus Saccharomyces

bentuknya bundar, memanjang seperti benang dan menghasilkan

psedomiselium. Khamir ini hidup pada kondisi pH 3-6 dengan temperature

maksimal 40-50°C dan minimal 0°C). Saccharomyces cereviceae dapat

memproduksi alcohol dalam jumlah besar dan mempunyai toleransi pada kadar

alcohol yang tinggi. Kadar alKohol yang dihasilkan sebesar 8-20% pada

kondisi optimum (Rijal, 2019).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 24April 2021 pukul

13.00-17.00 WITA, bertempat di Laboratorium Genetika, Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo,

Kendari.

B. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1.Bahan dan Fungsinya


No Nama Alat Kegunaan
1 2 3
1. Limbah buah semangka Sebagai substrat
2. Ragi roti Sebagai sumber mikroorganisme fermentor
3. Urea Sebagai sumber nitrogen
4. NPK Sebagai sumber nitrogen dan fosfor
5. Air hangat Untuk mengaktifkan khamir yang terdapat pada
roti
6. Es batu Untuk membantu perubahan gas menjadi cairan
dalam proses destilasi

C. Alat Praktikum

Alatyang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat dan Fungsinya


No Nama Alat Fungsi
1 2 3
1. Timbangan Untuk menimbang bahan
2. Blender Untuk menghancurkan bahan baku utama
3. Gelas Untuk melarutkan ragi roti
4. Sendok Untuk mengaduk ragi roti
5. Kain saring Untuk menyaring hasil fermentasi
6. Botol Untuk menampung cairan hasil fermentasi
7. Distilator Untuk distilasi dalam produksi bioetanol
8. Botol Untuk menampung etanol hasil distilasi
9. Alkohol meter Untuk mengukur kadar etanol
Tabel 2. Lanjutan
10. Kamera Untuk mendokumentasikan hasil pengamatan
11. Kompor Untuk memanaskan hasil fermentasi

D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Menimbang bahan baku utama sebanyak 1 kg. Kemudian menghancurkan

bahan baku utama dengan menggunakan blender lalu menampungnya dalam

wadah fermentasi.

2. Menimbang ragi roti, urea dan NPK dengan perbandingan sebagai berikut :

- Ragi roti = 0,5% dari volume bahan baku utama

- Urea = 0,5% dari volume bahan baku utama

- NPK = 0,2% dari bahan baku utama

3. Mengaktifkan khamir yang terdapat dalam ragi roti dengan air hangat

4. Memasukkan ragi roti, urea dan NPK ke dalam wadah fermentasi yang telah

berisi bahan baku utama. Kemudian mengaduk campuran tersebut hingga

merata dan menutup wadah fermentasi.

5. Memasukkan limbah yang telah dicampur dengan starter ke dalam kaleng dan

menutup menggunakan tutup kaleng kemudian diatasnya dibuat lubang untuk

memasukkan selang.

6. Selang kemudian dihubungkan ke botol aqua untuk menyimpan wadah.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Bioetanol


Gambar Pengamatan Kadar
No. Jenis Sampel Produk Alkohol Ket.
Sebelum Sesudah
(%)
1 2 3 4 5 6 7
1. Semangka (Citrullus
lanatus)

0% Gagal
-

2. Tomat (Solanum
lycopersicum)

- - Gagal

3. Pisang (Musa sp.)

- - Gagal

4. Pepaya (Carica papaya


L.)

4% Berhasil
-

Tabel 3. Lanjutan

1 2 3 4 5 6 7
5. Nanas (Ananas
comosus L.
Mer)

10 % Berhasil

B. Pembahasan

Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan sampel nanas, semangka

dan pepaya yang semuanya memiliki kandungan gula sederhana cukup tinggi

karena sampel yang digunakan adalah buah yang sudah sangat matang. Hal ini

sebagaimana diungkapkan Arifiya (2015) bahwa semakin tua buah maka akan

semakin banyak pati yang terhidrolisis menjadi gula sederhana. Hidrolisis yang

dilakukan sebelum fermentasi juga dapat memecah polisakarida menjadi gula

sederhana, sebagaimana diungkapkan Darmodjo (2020) bahwa hidrolisis

dilakukan untuk memutusan ikatan beta 1,4 glikosidik menjadi unit-unit dektrosa

(C6H12O6), sehingga Sacharomices cerevice dapat langsung menggunakan gula

sederhana tersebut dalam proses fermentasi dalam menghasilkan etanol.

Berdasarkan hasil destilasi diperoleh etanol dari hasil fermentasi nanas

dengan konsentrasi 10%, semangka dengan konsentrasi 0% dan pepaya dengan

konsentrasi 4%, sementara hasil fermentasi pisang dan tomat tidak diperoleh

etanol. Konsentrasi yang diperoleh ini sangat jauh dari standar kadar etanol yang

harus diperoleh dari hasil destilasi, sebagaimana diungkapkan Huda (2017) yaitu

kadar destilat minimal mengandung 30% Etanol dengan metoda destilasi

konvensional dan 70-90% dengan destilasi bertingkat. Perbedaan dalam hasil


destilasi etanol ini dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya lama waktu

fermentasi. Waktu fermentasi yang semakin lama maka kadar bioetanol yang

dihasilkan juga semakin tinggi, akan tetapi setelah kondisi optimum tercapai,

kadar bioetanol yang diperoleh akan menurun. Hal ini dikarenakan sumber nutrisi

yang dibutuhkan oleh Sacharomices cerevice dari substrat telah habis sehingga

jumlah mikroba semakin menurun, dan akan menuju ke fase kematian selain itu

juga menurut Pramita (2014), bahwa adanya penurunan kadar etanol yang

didapatkan disebabkan karena etanol yang dihasilkan berubah menjadi asam-asam

organik seperti asam cuka, sehingga diperkirakan waktu fermentasi yang

dilakukan selama 7 hari telah melewati waktu optimum untuk pemanenan.

Metode destilasi yang digunakan adalah destilasi secara langsung sehingga

hal ini dapat menjadi penyebab rendahnya konsentrasi etanol yang diperoleh dari

hasil fermentasi nanas, semangka dan pepaya. Kemungkinan pada saat dilakukan

destilasi, suhu yang digunakan mencapai titik didih air yaitu 100 0C sementara

titik didih dari etanol adalah 780C (Fahmi, 2014), karena etanol masih bercampur

dengan air, maka ketika suhu destilasi mencapai 100 0C maka air akan ikut

terupakan dengan etanol, sehingga konsentrasi etanol yang sebenarnya tinggi

dengan teruapkannya air dalam kadar yang lebih tinggi maka konsentrasi etanol

menjadi menurun. Etanol yang tidak diperoleh dari sampel pisang dan tomat dapat

disebabkan karena proses destilasi yang kurang baik, karena hasil fermentasi

menunjukkan indikator adanya kadar etanol yaitu berbau khas dari etanol.

Kemungkinan suhu destilasi belum mencapai titik didih dari etanol yaitu 78 0C,

sehingga etanol tidak menguap. Hal ini dikarenakan metode destilasi yang
digunakan pada hasil fermentasi pisang dan tomat menggunakan destilasi secara

tidak langsung sehingga hasil fermentasi tidak bersentuhan langsung dengan

sumber api, hal ini menyebabkan waktu untuk mencapai suhu 78 0C relatif lebih

lama.

V. PENUTUP

A. Simpulan
Simpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Produksi etanol dari limbah buah-buahan dapat dilakukan dengan 4

tahapan yaitu penyiapan buah-buahan yang akan digunakan kemudian

dipotong kecil-kecil, setelah itu dilakukan hidrolisis dengan cara

pemasakan lalu dilakukan fermentasi kemudian hasil fermentasi dilakukan

destilasi untuk memperoleh etanol.

2. Kadar etanol yang diperoleh yaitu dari hasil fermentasi nanas, semangka

dan pepaya berturut-turut adalah 10%, 0% dan 4% sementara hasil

fermentasi pisang dan tomat tidak diperoleh etanol.

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Untuk Laboratorium, agar dapat menyediakan buku penuntun praktikum.

2. Untuk asisten pembimbing, agar .dapatselalu meningkatkan kualitas

bimbingannya.

3. Untuk praktikan, agar lebih memperhatikan arahan dari asisten

pembimbing dan tidak berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan ketika

praktikum tengah berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA
Bahri, S., Aji, A. dan Yani, F., 2018, Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang
Kepok dengan Cara Fermentasi menggunakan Ragi Roti, Jurnal
Teknologi Kimia Unimal, 7(2): 93

Darmodjo, V.V., 2020, Produksi Bioetanol Kulit Pisang Kepok (Musa


paradisiaca L.) dengan Variasi Hidrolisis Asam dan Lama Fermentasi,
Skripsi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Pamungkas, W., 2011, Teknologi Fermentasi, Alternatif Solusi dalam Upaya


Pemanfaatan Bahan Pakan Lokal, Media Akuakultur, 6(1): 45

Rijal, M., Rumbaru, A. dan Mahulauw, A., 2019, Pengaruh Konsentrasi


Saccharomyces cereviceae Terhadap Produksi Bioetanol Berbahan Dasar
Batang Jagung, Jurnal Biology Science & Education, 8(1): 61

Widyanti, E.M. dan Moehadi, B.I., 2016, Proses Pembuatan Etanol Dari Gula
Menggunakan Saccharomyces Cerevisiae Amobil, Metana, 12(2): 32

Wusnah, Bahri, S. dan Hartono, D., 2016, Proses Pembuatan Bioetanol dari Kulit
Pisang Kepok (Musa acuminata B.C) secara Fermentasi, Jurnal
Teknologi Kimia Unimal, 5(1): 58

Anda mungkin juga menyukai