Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI

PERCOBAAN III
KINETIKA PERTUMBUHAN MIKROBA

OLEH

NAMA : ASADUL IZZAN


STAMBUK : F1D118009
ASISTEN PEMBIMBING : ERLIN EKA PUTRI

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan merupakan faktor yang sangat penting bagi suatu makhluk

hidup, dimana pada dasarnya pertumbuhan yaitu penambahan massa, ukuran

dan jumlah sel. Mikroorganisme pada pertumbuhan selnya dapat berubah

langsung menjadi pertumbuhan populasi, karena jumlah sel bertambah sangat

cepat dengan waktu yang cepat pula. Mikroorganisme dapat tumbuh dibawah

pengaruh fisik, kimia dan kondisi nutrient. Nutrient yang cocok akan sangat

menguntungkan bagi mikroorganisme. Mikroorganisme menguraikan nutrient

dari media dan mengubahnya dalam komposisi-komposisi biologi. Sebagian

dari nutrient-nutrient digunakan untuk memproduksi energi dan sebagian lagi

digunakan untuk biosintesis dan pembentukkan produk.

Pertumbuhan suatu mikroorganisme secara umum dapat diketahui

melalui kinetika pertumbuhan. Mikroorganisme yang ditumbuhkan dalam

media yang mengandung nutrient essensial kemudian ditempatkan pada

kondisi lingkungan seperti suhu dan pH yang tepat akan segera berkembang

biak. Pertumbuhan mikroba dapat diamati dari kenaikan konsentrasi mikroba,

melalui serangkaian proses enzimatis, mikroba melakukan biosintesis

molekul-molekul penyusun sel dan menggandakan selnya.

Kinetika pertumbuhan dapat memberikan informasi tentang kecepatan

produksi biomasa sel dan pengaruh lingkungan terhadap kecepatan

pertumbuhan. Data pengamatan dapat disajikan dalam parameter-parameter

pertumbuhan yaitu : a). kecepatan pertumbuhan spesifik, b). growth yield, c).
metabolic quotient, d). afinitas substrat dan e). jumlah maksimum biomasa.

Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan praktikum kinetika pertumbuhan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana kinetika

pertumbuhan suatu mikroba ?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah untuk mengetahui

kinetika pertumbuhan suatu mikroba.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang diperoleh pada praktikum ini adalah dapat mengetahui

kinetika pertumbuhan suatu mikroba.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kinetika Pertumbuhan Mikroba

Kinetika pertumbuhan mikroba menggambarkan pertumbuhan dan

pembentukan produk oleh mikroorganisme. Tidak hanya sel yang aktif tetapi

juga sel yang istirahat bahkan sel yang mati, karena banyak produk-produk

komersial yang dihasilkan setelah berhentinya pertumbuhan. Model

pertumbuhan mikroba dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu model terstruktur

dan tak terstruktur. Model tak terstruktur adalah model yang sangat sederhana;

yaitu menggunakan massa sel yang seragam tanpa memperhitungkan

kelakukan dinamik internal, yang mana laju reaksi hanya bergantung pada fase

liquid dalam reaktor. Jika keadaan bagian dalam sel harus juga diperhitungkan

maka digolongkan sebagai model terstruktur (Haryani, 2011).

B. Fase-fase Kinetika Pertumbuhan

Fase lag atau fase awal adalah fase sejak inokulasi sel pada medium

dan merupakan suatu periode adaptasi. Mikroorganisme pada fase ini sebagian

besar masih menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan barunya dan

belum mengadakan perbanyakan sel, bahkan sebagian selnya mati, hanya sel

yang kuat saja yang bertahan hidup.Dan sintesis enzim sudah terjadi. Selama

fase ini massa sel dapat berubah tanpa adanya suatu perubahan jumlah sel.

Dapat juga terjadi fase awal yang palsu bilamana inokulum yang diberikan

terlalu sedikit atau mempunyai viabilitas yang rendah. Suatu saat bila

perubahan-perubahan telah terjadi, maka sel-sel bergerak kearah fase tumbuh.


Fase ini biasanya merupakan fase eksponensial atau fase logaritmik. Ciri

daripada fasa ini adalah Tidak ada pertumbuhan populasi karena sel

mengalami perubahan komposisi kimiawi dan ukuran serta bertambahnya

substansi intraseluler sehingga siap untuk membelah diri (Manfaati, 2010).

Fase eksponensial atau logaritmik adalah fase dimana pembelahan

mikroba sangat cepat dan konstan mengikuti kurva logaritmik. Dalam kondisi

kultur yang optimum, sel mikroba mengalami reaksi metabolisme yang

maksimum. Selama fase logaritma, konsentrasi nutrient esensial ada dalam

keadaan cukup jenuh untuk menunjang reaksi-reaksi metabolisme utama dari

pertumbuhan. Pada saat ini paling sensitif terhadap lingkungan. Fase

logaritmik dicirikan oleh suatu garis lurus pada plot semilog antara In x

melawan waktu. Periode ini adalah keadaan pertumbuhan yang seimbang atau

mantap, dengan laju pertumbuhan spesifik. µ konstan dan selnya membelah

diri dengan laju yang konstan, massa menjadi dua kali lipat dan keadaan

pertumbuhan seimbang (Setyati, 2015).

Fase stasioner adalag fase dimana kecepatan pertumbuhan adalah nol.

Jumlah sel baru sebagai hasil reproduksi, seimbang dengan jumlah sel yang

mati.Ini menyebabkan grafiknya linier dan sejajar dengan absisnya.

Reproduksi sel masih terjadi selama fasa ini menggunakan cadangan makanan

yang ada dalam protoplast sebagai building blocks pembangun sel yang baru.

Nutrisi yang kurangan maka sel kemungkinan mempunyai komposisi yang

berbeda dengan sel yang tumbuh pada fasa logaritmik. Mikroorganisme pada

fasa ini lebih tahan terhadap keadaan ekstrim, seperti panas, dingin, radiasi,
dan bahan kimia, sehingga muncul modifikasi struktur biokimiawi sel

(Wijanarka, 2013).

Fasa Kematian (Death Pahse) adalah fase dimana jumlah sel yang

hidup makin lama makin menurun, sedangkan jumlah kematian (mortalitas)

sel semakin banyak.Kematian ini desebabkan oleh kondisi lingkungan yang

makin memburuk, terutama oleh makin banyaknya akumulasi hasil

metabolisme yang toksik terhadap sel (metabolit sekunder). Pada fase ini

nutrisi dalam medium sudah habis, energi cadangan dalam sel habis. Sel

menjadi mati akibat penumpukan racun dan habisnya nutrisi, menyebabkan

jumlah sel yang mati lebih banyak sehingga mengalami penurunan jumlah sel

secara eksponensial. Lamanya fasa ini tergantung pada species dari

mikrobanya dan kondisi lingkungannya sendiri (Aini, 2015).

C. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba diantaranya

adalah nutrisi yang meliputi unsur karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur,

fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan

sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga

pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Suhu merupakan salah satu

faktor penting di dalam mempengaruhi dan pertumbuhan mikroorganisme.

Suhu dapat mempengaruhi mikroba dalam dua cara yang berlawanan yaitu

apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan

dipercepat. Sebaliknya apabila suhu turun, maka kecepatan metabolism akan

menurun dan pertumbuhan diperlambat. Apabila suhu naik atau turun secara
drastis, tingkat pertumbuhan akan terhenti, kompenen sel menjadi tidak aktif

dan rusak, sehingga sel-sel menjadi mati (Yulianti, 2016).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 26 Desember 2020,

bertempat di kediaman Praktikan yaitu Desa Andinete, Kecamatan Kolono,

Kabupaten Konawe Selatan.

B. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah data hasil pengamatan

kinetika pertumbuhan mikroba.

C. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan kegunaan


No. NamaAlat Satuan Kegunaan
1 2 3 4
1. Alattulis - Untukmencakardanmencatathasilpengamatan

D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Mempelajari rumus yang akan digunakan.

3. Memasukkan nilai dalam rumus.


4. Mendapatkan hasil perhitungan.

5. Membuat data pengamatan.

6. Membuat laporan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 3.

WAKTU (Jam) BIOMASSA (g/l) PATI SAGU (g/l) PHB (g/L) LAJU WAKTU JUMLAH RENDEMAN RENDEMAN
PERTUMBUHAN GENERASI GENERASI BIOMASSA PRODUK
SPESIFIK () (g) (n) (Yx/s) (Yp/s)

0 0.74 18.86 0.0154


6 1.05 17.74 0.0597 0.058 17.24 0.348 0.277 0.04
12 1.21 15.78 0.1890 0.041 24.39 0.492 0.153 0.056
18 1.39 12.43 0.3321 0.035 28.57 0.63 0.101 0.049
24 1.57 9.70 0.4432 0.031 32.26 0.744 0.091 0.047
30 1.79 7.53 0.7830 0.029 34.48 0.87 0.093 0.068
36 1.93 5.51 1.1836 0.027 37.04 0.972 0.089 0.087
42 2.09 3.76 1.4442 0.025 40 0.6 0.089 0.095
48 1.92 2.50 1.3694 0.02 50 0.96 0.072 0.083
Tabel 3. Hasil Pengamatan Kinetika Pertumbuhan dan Produksi
B. Analisis Data
Digunakan data pertumbuhan mikroba pada waktu ke-42
1. Laju Pertumbuhan (μ)

 μ

 μ

  μ

 μ

2. Waktu Generasi (n)

  g

 
 g

  g

3. Jumlah Generasi
n= μ×t

n= 0,025×42= 0,6

4. Rendeman Biomassa (Yx/s)

Yx/s

Yx/s

Yx/s

5. Rendeman Produk

Yp/s

Yp/s

Yp/s

6. Waktu terbaik untuk menghasilkan biomassa adalah pada waktu ke-6 yaitu
0,277 g/l.
7. Waktu terbaik untuk menghasilkan produk adalah pada waktu ke-42 yaitu
0,095 g/l.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kinetika pertumbuhan

menunjukkan bahwa pada waktu ke-0, dengan jumlah substrat adalah 18,86

g/l belum terjadi pertumbuhan, karenas pada fase ini mikroba masih dalam

tahap adaptasi dengan lingkungan yang baru atau masih dalam fase lag. Hal

ini sebagaimana diungkapkan Manfaati (2010) dimana jika mikroba

dipindahkan ke dalam suatu media, mula-mula akan mengalami fase adaptasi

untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan di sekitarnya. Pada waktu

ke-6, mikroba telah memasuki fase logaritmik yang dicirikan dengan adanya

pertumbuhan yang siknifikan dari sel-selnya, sebagaimana diungkapkan

Setyati (2015) bahwa Fase eksponensial atau logaritmik adalah fase dimana

pembelahan mikroba sangat cepat dan konstan mengikuti kurva logaritmik.

Fase logaritmik ini dapat terlihat jelas dari data yang diperoleh dimana laju

pertumbuhan tertinggi dimulai pada waktu ke-6 yaitu 0,058, dimana tingginya

laju pertumbuhan ini juga mempengaruhi jumlah rendeman biomassa pada

waktu ke-6 yaitu 0, 277 Yx/s. Hal ini dikarenakan pada waktu ke-6, substrat

sebagai sumber nutrisi bagi mikroba masih tersedia dalam jumlah yang

melimpah yaitu 17,74 g/l dan sel bakteri juga telah dapat menyesuaikan

dengan lingkungan yang baru.


Pertumbuhan kemudian memasuki fase stasioner dimulai pada waktu

ke-12, dimana hal ini dapat terlihat dari laju pertumbuhan yang mulai

menurun. Hal ini sebagaimana diungkapkan Wijanarka (2013) bahwa ukuran

sel pada fase stasioner menjadi lebih kecil-kecil karena sel tetap membelah

meskipun zat-zat nutrisi sudah habis. Pada fase ini laju pertumbuhan akhirnya

menurun yang biasanya disebabkan karena kekurangan faktor pertumbuhan

seperti vitamin dan unsur mineral. Hal ini dapat teihat dari data yang diperoleh

bahwa laju pertumbuhan terus menurun hingga pada waktu ke-48, dimana

menurunnya laju pertumbuhan ini sebanding dengan jumlah substrat yang

tersedia, semakin sedikit jumlah substrat maka semakin menurun pula laju

pertumbuhan. Sebagaimana diungkapkan Sarlinda (2018) bahwa jumlah

substrat sangat mempengaruhi laju pertumbuhan spesifik, dimana semakin

besar jumlah substrat maka semakin besar pula laju pertumbuhan spesifik.

Menurunnya jumlah substrat berkebalikan dengan jumlah rendeman

produk, dimana seiring menurunnya jumlah substrat maka jumlah rendeman

produk justru semakin meningkat. Hal ini dapat terlihat dari data dimana pada

waktu ke-42 dengan jumlah substrat 3,76 dihasilkan rendeman produk PHB

paling tinggi yaitu 0,095Yp/s. Hal dikarenakan mikroba yang memanfaatkan

substrat dalam lingkungannya yang mengubah atau mengkonfersi substrat

tersebut menjadi produk sebagai hasil metabolisme dari mikroba. Produk ini

dapat terbentuk karena selama fase eksponensial, mikroba telah menghasilkan

berbagai enzim yang dapat berperan dalam mengubah substrat menjadi

produk. Hal ini sebagaimana diungkapkan Tiwari (2015) bahwa mikroba akan
menghasilkan enzim pada fase eksponensial, sedangkan beberapa lainnya pada

fase pertengahan diam, sehingga kondisi optimal mereka dalam menghasilkan

enzim itu bervariasi. Ketika memasuki waktu ke-48 terlihat bahwa jumlah

produk mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan pada fase ini merupakan

fase menuju kematian sehingga mikroba akan memanfaatkan produk yang

terdapat di lingkungannya sebagai bentuk adaptasi agar ia dapat tetap survive

di dalam lingkungannya. Penggunaan produk sebagai sumber nutrisi mikroba

ini dimungkinkan karena adanya berbagai enzim yang telah terbentuk selama

fase eksponensial yang dapat mendukung penggunaan produk PHB oleh

bakteri.
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum ini adalah kinetika pertumbuhan suatu

mikroba dapat diketahui dengan menghitung jumlah rendeman produk yang

dihasilkan dari konversi substrat yang digunakan. rendeman biomassa juga

dapat menggambarkan kinetika pertumbuhan karena merupakan berat sel yang

terbentuk dari pertumbuhan mikroba.

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Untuk asisten pembimbing, agar kualitas vidio praktikum bisa

lebih ditingkatkan lagi guna untuk kejelasan proses pengerjaan praktikum.

2. Untuk praktikan, agar lebih memperhatikan arahan dari asisten

pembimbing dan tidak berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan ketika

praktikum tengah berlangsung.


DAFTAR PUSTAKA

Aini, Q., 2015, Pengaruh Suhu dan Waktu Pemanasan terhadap Viabilitas dan
Profil Protein Isolat Staphylococcus aureus sebagai Bahan Vaksin, Skripsi,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang

Febrina Sarlinda, F., Sarto dan Muslikhin, H., 2018, Kinerja dan Kinetika
Produksi Biohidrogen secara Batch dari Sampah Buah Melon dalam
Reaktor Tangki Berpengaduk, Jurnal Rekayasa Proses, 12(1): 38

Haryani, K., 2011, Studi Kinetika Pertumbuhan Aspergillus niger pada


Fermentasi Asam Sitrat dari Kulit Nanas dalam Reaktor Air-Lift External
Loop, Momentum, 7(1): 49

Manfaati, R., 2010, Kinetika dan Variabel Optimum Fermentasi Asam Laktat
dengan Media Campuran Tepung Tapioka dan Limbah Cair Tahu oleh
Rhizopus oryzae, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang

Setyati1, W.A., Erni, M., Triyanto, Subagiyo dan Muhammad, Z., 2015, Kinetika
Pertumbuhan dan Aktivitas Protease Isolat 36k dari Sedimen Ekosistem
Mangrove, Karimunjawa, Jepara, Ilmu Kelautan, 20(3): 166

Tiwari, S.P., Srivastava1, R., Singh, C.S., Shukla, K., Singh, R.K., Singh, P.,
Singh, R., Singh, N.L. and Sharma, R., 2015, Amylase: an Overviuw
With Special Reference to Alpha Amylase, Journal of Global
Biosciences, 4(1): 1889

Wijanarka, Endang, S.S., Kumala, D. dan Ari, I., 2013, Kinetika Pertumbuhan dan
Produksi Inulinase Fusan F7, BIOMA, 15(2): 55

Yulianti, 2016, Pertumbuhan Bakteri Salmonella sp. dengan Variasi Konsentrasi


Jahe (Zingiber officinale) pada Telur Asin, Skripsi, Universitas Islam
Negeri Alauddin, Makassar.

Anda mungkin juga menyukai