Disusun Oleh
Wiwin Elprida Sitinjak
NIM.120330068
Dosen Pengampu
Dr. Vebera Maslami., S.Pt.
COVER i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAAHULUAN 3
1.3 Tujuan 4
BAB II ISI 5
3.1 Kesimpulan 13
3.2 Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14
ii | P a g e
iii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
Kultur mikroba bisa dipakai untuk menganggap efisiensi porto produksi dalam
sekala besar. Pentingnya mengetahui kinetika fermentasi tampak dalam beberapa output
penelitian contohnya dalam kinetika pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae khamir
dalam produksi anggur apel. Kurva pertumbuhan pertumbuhan sel mikroba mikroba
umumnya mengikuti model pertumbuhan tertentu dalam bentuk kurva pertumbuhan
sigmoid (model monod) sel pada saat b c d (t). Kinetika pertumbuhan populasi mikroba
bisa dicermati dari ystem biakannya yaitu dalam biakan ystem tertutup (batch culture) &
biakan ystem terbuka (ystems culture). Pada biakan ystem tertutup, pengamatan
pertumbuhan populasi mikrobia pada ystem yg ystem yste menaruh citra melalui kurva
pertumbuhan, masih ada fase-fase pertumbuhan. Pertumbuhan sel bakteri umumnya
mengikuti suatu pola pertumbuhan eksklusif berupa kurva pertumbuhan sigmoid. Fase
pertumbuhan dimulai pada fase log, fase eksponensial, fase stasioner, dan fase
kematian.
3|Page
dalam kultur. Mikroba dalam system tertutup mengalami 4 fase pertumbuhan, yang
secara berurutan meliputi fase pertumbuhan. Latensi, fase eksponensial, fase diam dan
fase kematian Pertumbuhan mikroba dalam ystem tertutup menyebabkan fase
eksponensial mikroba sangat terbatas.
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Kinetika Pertumbuhan
Mikroorganisme.
2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam prinsip dari Kinetika
Pertumbuhan Mikroorganisme.
3. Mengetahui apa saja yang tergolong daalam factor – factor yang
mempengaruhi Kinetika Pertumbuhan Mikroorganisme.
4. Untuk mengetahui apa saja fase yang terjadi dalam mikrobia tertutup.
4|Page
BAB II
ISI
A. Fase Lag
Fase lag adalah ketika yg diharapkan mikrobia buat tumbuh menyesuaikan diri
pada pada medium baru. Adaptasi mikrobia dilakukan buat mensintesis enzim-enzim yg
diharapkan buat pertumbuhan lebih lanjut. Pada fase lag terjadi pertambahan massa &
volume sel mikrobia. Panjang atau pendeknya interval fase lag tergantung dalam jenis
inokulum mikrobia, medium yg sedikit nutrisi & syarat pertumbuhan mikrobia waktu
diinokulasikan.
5|Page
Terdapat 3 alasan kenapa mikroba Kembali kemasa fase lag yaitu sebagai berikut:
Inokulum yang hidup yang digunakan berasal dari budaya rata-rata lama (ketika
mikrobia fase stasioner) ditransfer ke komposisi media yang sama.
Populasi mikrobia yang diinokulasikan dari berdasarkan medium kaya nutrisi
dipindahkan ke pada medium yang sedikit nutrisinya.
Populasi mikroba tidak akan mengalami fase lag jika inokulum yang digunakan
berasal dari populasi mikroba yang tumbuh secara eksponensial yang dikultur
pada kondisi rata-rata yang sama.
B. Fase Eksponensial
Pada fase eksponensial, populasi mikrobia mengalami pembelahan paling tinggi
& kontinu pada saat generasi yang pendek. Waktu generasi mikrobia adalah saat yang
diperlukan sel mikrobia buat membelah sebagai dua sel. Setiap sel mikrobia akan
membelah 2x lipat sebagai akibatnya peningkatan jumlah populasi selalu 2n, n
merupakan jumlah generasi. Pertambahan jumlah sel pada populasi diklaim menjadi
pertumbuhan mikrobia. Pada fase eksponensial, awalnya sel mikrobia membelah secara
pelan lalu penambahannya semakin semakin tinggi cepat (A. Chrismanuel, 2012).
Laju pertumbuhan rata-rata pada fase eksponensial sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan (seperti nutrisi, kondisi inkubasi), serta karakteristik genetik suatu mikroba.
Secara umum, prokariota tumbuh lebih cepat daripada eukariota, dan eukariota kecil
tumbuh lebih cepat daripada yang lebih tua. besar. ini karena sel kecil memiliki
kemampuan lebih besar untuk menyerap nutrisi dan menghilangkan sisa metabolisme
daripada sel besar. Kondisi ini mempercepat proses metabolisme yang akan
mempengaruhi laju pertumbuhan mikroba.Pertumbuhan prokariota (bakteri) yang lebih
cepat menghasilkan waktu generasi yang lebih singkat daripada eukariota.
C. Fase Stasioner
Mikroba mengalami pertumbuhan terbatas dan konstan selama fase diam. Pada
fase diam, pembelahan sel terjadi sangat lambat. Jumlah pembelahan sel dengan sel
mati seimbang, sehingga jumlah sel relatif konstan (0 pertumbuhan). Pertambahan
jumlah sel yang sebanding dengan kematian sel disebut fenomena pertumbuhan samar.
Pada fase ini, sel mikroba tetap aktif dalam metabolisme energi dan proses biosintesis
lainnya. Pada tahap ini, banyak metabolit sekunder yang dihasilkan oleh mikroba. Fase
diam terjadi karena beberapa sebab, yaitu:
1. Nutrisi esensial yang terbatas dalam kultur mulai berkurang,
2. Untuk organisme aerob, ketersediaan O2 dalam medium mulai
berkurang,
3. Jumlah sisa metabolisme yang terakumulasi dalam medium kultur
menjadi menghambat pertumbuhan mikroba.
6|Page
D. Fase Kematian
Fase kematian terjadi jika terjadi perubahan lingkungan menjadi tidak
menguntungkan, seperti berkurangnya nutrisi essensial dalam medium dan
meningkatnya akumulasi zat toksik dalam medium.Grafik fase kematian seperti grafik
fase eksponensial yaitu logaritmik (kematian sel tiap jam adalah konstan).Sel mikrobia
yang mati akan mengalami lisis.
2.2 Kinetika Pertumbuhan Mikroba dalam Kultur Berkelanjutan
Dalam kultur mikroba menggunakan teknik kultur berkelanjutan, mikroba
dikultur terus menerus dalam fase paling optimal untuk fase pertumbuhan, yaitu fase
eksponensial di mana sel membelah dengan kecepatan konstan, massa berlipat ganda
setelah fase logaritmik Hal ini dilakukan dengan memberikan nutrisi secara terus
menerus agar mikroba tidak pernah kehabisan nutrisi. Laju pertumbuhan spesifik
dipengaruhi oleh perbandingan antara laju aliran medium dan volume kultur disebut
dengan “Laju Dilusi (D)” dimana
D = F/V
Keterangan: F : Laju aliran
V : Volume
D : Laju dilusi
Dengan memakai continuous culture, sel mikroba atau produk metabolitnya bisa
dipanen secara kontinyu. Continuous culture cocok buat diterapkan dalam sistem
produksi metabolit sel mikroba yg nir berpengaruh dalam pertumbuhan selnya itu
sendiri. Kultur kontinyu memiliki beberapa keunggulan, sebagai berikut:
o Produktivitas lebih tinggi, karena waktu preparasi bioreaktor yang lebih
singkat per unit produk yang dihasilkan, laju pertumbuhan dan
konsentrasi sel dapat dikontrol, suplai oksigen dan pembuangan panas
dapat diatur, sehingga hanya memerlukan sistem yang lebih kecil (biaya
lebih rendah).
o Dapat bekerja untuk waktu yang lama.
o Cocok untuk proses kontaminasi rendah dan produk yang terkait dengan
pertumbuhan.
o Proses pemantauan dan kontrol lebih mudah.
o Tidak ada akumulasi produk inhibitor.
Kerugiannya meliputi: laju umpan yang lama, risiko kontaminasi yang tinggi (operasi
pencegahan dan desain peralatan yang lebih baik), peralatan untuk operasi dan kontrol
proses biasanya harus terus beroperasi dengan baik untuk waktu yang lama,
memerlukan mikroba dengan genetika stabilitas tinggi, karena akan digunakan untuk
waktu yang lama.
7|Page
2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba
Pertumbuhan dan aktivitas mikroba dipengaruhi oleh berbagai faktor
lingkungan. Faktor-faktor tersebut dapat menjadi faktor pembatas bagi tuntutan
kehidupan mikroba. Jika mikroba berada dalam lingkungan yang sesuai,
pertumbuhannya juga optimal (Budiyanto, 2005). Beberapa kelompok mikroba sangat
sensitif terhadap perubahan lingkungan, sementara yang lain resisten terhadap
perubahan ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas mikroba meliputi:
A. Suhu
1. Suhu pertumbuhan mikroba
Pertumbuhan mikrobia memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu
pertumbuhan dibagi sebagai suhu minimum, suhu optimum, & suhu maksimum. Suhu
minimum merupakan suhu terendah namun mikrobia masih bisa hidup. Suhu optimum
merupakan suhu paling baik buat pertumbuhan mikrobia. Suhu maksimum merupakan
suhu tertinggi buat kehidupan mikrobia (Mangunwidjaja, 2006).
Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhannya, mikroba dapat dikelompokkan
menjadi mikroba psikrofilik (kriofilik), mesofilik dan termofilik Psikrofil merupakan
kelompok mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 030°C dengan suhu optimum sekitar
15°C. kelompok mikroba pada umumnya memiliki suhu minimum 15°C, suhu optimum
2537°C, dan suhu maksimum 4555°C. Mikroba yang dapat bertahan hidup pada suhu
tinggi tergolong mikroba termofilik.
8|Page
titik kematian thermal adalah ketika, suhu, kelembaban, spora, umur mikrobia,
pH & komposisi medium.
2. Suhu rendah
Jika mikrobia dihadapkan dalam suhu rendah bisa mengakibatkan gangguan
metabolisme. Skibat-akibatnya merupakan:
a. Cold shock, merupakan penurunan suhu yg datang-datang mengakibatkan
kematian bakteri, terutama dalam bakteri belia atau dalam fase logaritmik,
b. Pembekuan (freezing), merupakan rusaknya sel menggunakan adanya kristal es
pada pada air intraseluler,
c. Lyofilisasi, merupakan proses pendinginan dibawah titik beku pada keadaan
vakum secara bertingkat. Proses ini bisa dipakai buat mengawetkan mikrobia
lantaran air protoplasma pribadi diuapkan tanpa melalui fase cair (sublimasi).
C. Tekanan osmotik
Tekanan osmotik berkaitan erat dengan kadar air (Pelczar, 1986). Jika mikroba
ditempatkan dalam larutan hipertonik, sel akan mengalami plasmolisis, yaitu
terlepasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat penyusutan sitoplasma. Ketika
ditempatkan dalam larutan hipotonik, sel mikroba akan mengalami plasmoptisis, yaitu
sel pecah karena cairan masuk ke dalam sel, sel membengkak dan akhirnya meledak.
Tergantung pada tekanan osmotik yang diperlukan, mikroba dapat dikelompokkan
menjadi:
i. Mikroba Osmofilik: tumbuh pada kadar gula tinggi, misalnya beberapa jenis
ragi, mereka dapat tumbuh dalam larutan gula dengan konsentrasi gula tinggi di
atas 65% b/b (aw = 0,94).
ii. Mikroba halida: resisten (tidak mati) tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar
garam tinggi (30%).
iii. Mikroba halofilik: dapat tumbuh pada kadar garam yang tinggi, misalnya:
bakteri yang termasuk dalam Archaebacterium, misalnya Halobacteri.
9|Page
D. Buffer
Buffer adalah adonan garam monobasik & dibasik, model merupakan buffer
fosfat anorganik bisa mempertahankan pH diatas 7,2. Cara kerja buffer merupakan
garam dibasik akan mengabsorbsi ion H+ & garam monobasik akan bereaksi
menggunakan ion OH-. Untuk menumbuhkan mikrobia dalam media, memerlukan pH
yg konstan, terutama dalam mikrobia yg bisa membuat asam sang karenanya buffer
diharapkan buat mempertahankan pH dalam kisaran eksklusif yg diharapkan buat
pertumbuhan mikroba.
E. Ion-ion lain
Logam berat misalnya Hg, Ag, Cu, Au, & Pb dalam kadar rendah bisa bersifat
meracuni (toksis) lantaran memiliki daya oligodinamik, yaitu daya bunuh logam berat
dalam kadar rendah. Ion-ion lain misalnya ion sulfat, tartrat, klorida, nitrat, & benzoat
bisa mengurangi pertumbuhan mikrobia eksklusif & acapkalikali dipakai pada
pengawetan makanan, senyawa lain contohnya asam benzoat, asam asetat, & asam
sorbat.
F. Listrik
Jika genre listrik diberikan dalam medium tumbuh mikroba akan mengakibatkan:
Terjadinya elektrolisis dalam medium pertumbuhan. Menghasilkan panas yg bisa
menghipnotis pertumbuhan mikroba, sel mikroba pada suspensi akan mengalami
elektroforesis. Menyebabkan terjadinya shock lantaran tekanan hidrolik listrik, kematian
mikroba dampak shock terutama ditimbulkan sang oksidasi. Adanya radikal ion
menurut ionisasi radiasi & terbentuknya ion logam menurut elektroda pula
mengakibatkan kematian mikroba.
G. Radiasi
Ketika mikroba menerima paparan radiasi:
i. Menyebabkan molekul dalam protoplasma terionisasi.
ii. Menghancurkan mikroba yang tidak memiliki pigmen fotosintesis.
iii. Cahaya memiliki efek membunuh kuman.
iv. Sinar X (0,0051,0, sinar ultraviolet (40002950) dan sinar radiasi lainnya dapat
membunuh mikroba.
v. Jika tingkat penyinaran yang diterima sel mikroba rendah dapat menyebabkan
mutasi pada mikroba.
10 | P a g e
H. Tegangan permukaan
a. Tegangan permukaan mempengaruhi zat cair sehingga permukaan zat cair
menyerupai selaput elastis.
b. Perubahan tegangan permukaan dinding sel juga akan mempengaruhi
permukaan protoplasma sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan morfologi
mikroba.
c. Zat seperti sabun, deterjen dan bahan pembasah (surfaktan) dapat menurunkan
tegangan permukaan cairan/larutan.
d. Umumnya, mikroba beradaptasi dengan tegangan antarmuka yang relatif tinggi
I. Tekanan Hidrostatik
Umumnya tekanan 1 – 400 atm nir menghipnotis atau hanya sedikit
menghipnotis metabolisme & pertumbuhan mikroba, tekanan hidrostatik yg lebih tinggi
akan merusak atau menghentikan pertumbuhan, lantaran bisa merusak buatan RNA,
DNA, & protein, dan mengganggu fungsi transport membran sel juga mengurangi
kegiatan banyak sekali macam enzim. Tekanan diatas 100.000 pound/inchi2
mengakibatkan denaturasi protein, namun terdapat mikrobia yg tahan hayati dalam
tekanan tinggi (mikrobia barotoleran), & yg tumbuh optimal dalam tekanan tinggi
hingga 16.000 pound/inchi2 (mikroba barofilik), biasanya mikroba bahari merupakan
barofilik atau barotoleran, contoh: bakteri Spirillum.
J. Getaran
Getaran mekanis dapat merusak dinding sel mikroba dan membran sel,
digunakan untuk memperoleh ekstrak sel mikroba dengan menggiling sel dengan
abrasive atau pembekuan dan pencairan berulang kali atau getaran suara 10010.000
kali / detik juga dapat digunakan untuk memecah sel mikroba.
11 | P a g e
Jumlah sel mikroba sangat poly sebagai akibatnya buat memasukkan datanya
pada kurvapertumbuhan, dipakai nomor output konversi logaritmik. apabila datanya
tidakdikonversikan ke nilai log, kurva pertumbuhan bisa dibentuk dalam kertas
logaritma.Penentuan atau penghitungan jumlah sel bisa dilakukan menggunakan metode
langsung atau metode spektrofotometri menggunakan mengukur nilai OD (optical
density) kepadatan bakteri yg terlihat menjadi kekeruhan medium).
Waktu generasi bisa dipengaruhi memakai metode tidak pribadi dengan
ekstrapolasi sederhana berdasarkan kurva pertumbuhan. Setelah kurva pertumbuhan
terbentuk, pilihlah 2 titik dalam sumbu y (ordinat) yg adalah nilai kelipatan 2, misalnya
0, dua & 0,4. Buat garis lurus horizontal berdasarkan ke 2 titik ke arah kurva, kemudian
berdasarkan titik pangkas dalam kurva ini tarik garis tegak lurus vertikal ke arah sumbu
x (absis). Kedua titik pangkas dalam absis memberitahuakn interval ketika yg
diharapkan sang populasi sel buat menggandakan populasinya yg diklaim dengan
“ketika generasi” atau `generation time`.
12 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas yaitu tentang Prinsip dan Faktor yang Mempengaruhi
Kinetika Pertumbuhan Mikroorganisme, dapat disimpukan sebagai berikut:
a. Kinetika pertumbuhan mikroorganisme ini adalah serangkaian reaksi kimia yang
mengontrol sintesis komposisi biomassa yang diperoleh pada akhir kultur secara
keseluruhan sesuai dengan prinsip kekekalan massa.
b. Pertumbuhan Mikroorganisme pada system tertutup yaitu :
Fase Lag, Fase Eksponensial, Fase Stasioner dan Fase Kematian
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba yaitu suhu, kadar Air
(Pengeringan), Tekanan Osmotik, Buffer, Ion – ion lain, Listrik, Radiasi,
Tegangan Permukaan, Tekanan Hidrostatik dan Getaran.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulisan makalah tentang Kinetika Pertumbuhan Mikroorganisme
ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih focus dan teliti dalam
menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber – sumber yang lebih banyak
tentunya dan dapat dipertanggungjawabkan.
13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
14 | P a g e