Oleh
Pertiwi Dwi Wahyuni Silaban
NIM. 1605111353
SEMINAR PROPOSAL
Oleh
Pertiwi Dwi Wahyuni Silaban
1605111353
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
ii
DAFTAR ISI
iii
K. Lampiran ......................................................................................................37
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
28. Kunci Jawaban Soal Evaluasi 4 .................................................................. 171
29. Rubrik Penilaian Soal Evaluasi 4 ................................................................ 172
30. Kisi-kisi Soal Pretest-Posttest ..................................................................... 174
31. Soal Pretest-Posttest ................................................................................... 176
vii
A. JUDUL PENELITIAN
Penerapan Model Pembelajaran SIMAS ERIC (Skimming, Mind
Mapping, Questioning, Exploring, Writing, Comunicating) untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Pokok Bahasan
Kesetimbangan Ion dan pH Larutan Penyangga di SMA Negeri 14 Pekanbaru.
B. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan sebuah program yang terdiri dari beberapa
komponen yang bekerja dalam sebuah sistem. Komponen-komponen tersebut
bekerja sama satu sama lain untuk mencapai tujuan pendidikan. Pembelajaran
adalah suatu proses interaksi antara guru dan peserta didik untuk
menumbuhkan pemahaman, kreativitas, keaktifan, daya pikir, potensi dan
minat peserta didik (Dwi, 2012). Proses pembelajaran di kelas menjadi bagian
paling penting karena akan menentukan hasil pembelajaran berupa perubahan
sikap dan tingkah laku peserta didik serta kualitas guru dalam mengajar.
Menurut Purwanto (2011) proses transformasi menghasilkan peserta didik
yang telah berubah perilakunya setelah mengikuti pendidikan, perubahan
perilaku tersebut disebut hasil belajar. Hasil belajar termasuk salah satu
komponen yang sangat penting dalam dunia pendidikan, karena hasil belajar
merupakan salah satu indikator atau tolak ukur untuk mengetahui tercapainya
tujuan pengajaran.
Pembelajaran di kelas berlangsung kurang optimal apabila hanya
terjadi komunikasi satu arah, yaitu dari guru kepada peserta didik (Teacher
Centered Learning). Komunikasi satu arah mengakibatkan peserta didik
kurang terlibat dalam proses pembelajaran sehingga segala potensi yang
dimiliki oleh peserta didik tidak dapat dikembangkan secara maksimal.
Pelaksanaan pembelajaran saat ini harus mengalami perubahan dimana
peserta didik tidak boleh lagi dianggap sebagai objek pembelajaran semata
tetapi harus diberikan peran aktif dalam proses pembelajaran sehingga peserta
1
didik bertindak sebagai agen pembelajar yang aktif sedangkan guru bertindak
sebagai fasilitator dan mediator yang kreatif.
Kimia merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam yang
mempelajari materi dan perubahannya (Chang, 2005). Kesulitan peserta didik
dalam mempelajari ilmu kimia bersumber dalam memahami istilah, konsep
kimia yang bersifat abstrak dan perhitungan angka. Selain itu, dalam ilmu
kimia banyak sekali konsep dasar kimia yang menjadi prasyarat dan
mempengaruhi konsep selanjutnya yang harus diserap peserta didik dalam
waktu yang relatif terbatas serta hukum-hukum yang mengaitkan satu ide
dengan ide yang lain yang harus dimengerti oleh siswa (Rizka, 2018).
Materi Kesetimbangan Ion dan Larutan Penyangga merupakan salah
satu materi kimia yang banyak mengandung konsep yang kompleks. Larutan
penyangga adalah ilmu kimia yang menjelaskan mengapa pada larutan
penyangga tidak terjadi perubahan pH yang berarti jika pada larutan tersebut
ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, atau diencerkan (Misran, 2010). Agar
dapat memahami larutan penyangga, peserta didik dituntut untuk memahami
materi – materi yang mendasarinya yaitu materi asam basa dan kesetimbangan
kimia (Widy, dkk, 2016). Jika siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari
kedua materi tersebut dapat dipastikan siswa juga akan mengalami kesulitan
dalam mempelajari materi Kesetimbangan Ion dan pH Larutan Penyangga.
Menurut Alimin (2006), setiap anak yang mengalami kesulitan belajar akan
menunjukkan fenomena yang beragam (heterogen), akan tetapi untuk
memudahkan dalam memahami keragaman fenomena itu, kesulitan belajar
dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu kesulitan belajar yang bersifat
internal yang disebut learning disability dan kesulitan belajar yang bersifat
eksternal berkaitan dengan faktor lingkungan yang disebut dengan learning
problem.
2
Sekolah SMA Negeri 14 Pekanbaru sudah menerapkan model yang
sesuai dengan Kurikulum 2013 (K13) dalam mata pelajaran kimia kelas XI
salah satunya adalah model Problem Based Learning (PBL). Berdasarkan
hasil wawancara yang telah dilakukan dengan salah satu guru kimia kelas XI
SMA Negeri 14 Pekanbaru diperoleh informasi bahwa hasil belajar peserta
didik pada pokok bahasan Kesetimbangan Ion dan Larutan Penyangga untuk
tahun ajaran 2018/2019 masih tergolong rendah dengan rata – rata 55, 80.
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 68.
Penyebab dari hasil belajar peserta didik yang kurang memuaskan ini
dikarenakan kurangnya keterlibatan peserta didik pada proses pembelajaran.
Sebagian besar peserta didik lebih banyak menunggu sajian materi dari guru
tanpa berusaha sendiri untuk menemukan konsep dari pembelajaran yang akan
dipelajari, beberapa peserta didik tidak terlibat aktif pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran ini didominasi oleh peserta
didik yang berkemampuan tinggi, peserta didik yang aktif semakin aktif dan
peserta didik yang pasif jadi semakin pasif dala proses diskusi kelompok. Hal
ini mengakibatkan peserta didik tidak menguasai materi sehingga hasil belajar
peserta didik rendah.
Salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan
di atas dengan menciptakan proses pembelajaran yang melibatkan peserta
didik dalam memperoleh pengetahuan. Seiring dengan berkembangnya
zaman, diperlukan adanya model pembelajaran yang mampu menarik
perhatian dan melibatkan peserta didik secara langsung dalam memperoleh
pengetahuan. Model Simas Eric merupakan suatu model pembelajaran yang
berfokus pada konsep – konsep dan prinsip – prinsip inti dari suatu disiplin
ilmu, melibatkan peserta didik secara langsung dalam pemecahan masalah dan
kegiatan tugas – tugas bermakna lainya serta memberi kesempatan kepada
peserta didik agar bekerja secara otonom dalam mengkontruk pengetahuan
melalui pengalaman belajar dan model ini mampu mendisiplinkan peserta
3
didik dalam mengerjakan materi yang diajarkan (Ericka, dkk, 2015). Model
pembelajaran Simas Eric merupakan salah satu model pembelajaran yang baru
dikembangkan sejak tahun 2012 oleh Ericka. Istilah Simas Eric sendiri
merupakan kumpulan dari beberapa istilah yang menggambarkan tahapan atau
sintaks dari model pembelajaran Simas Eric, yaitu Skimming, Mind Mapping,
Questioning, Exploring, Writing, dan Communicating.
Hasil Penelitian terhadap model pembelajaran Simas Eric oleh
Kusumangtyas & Agung dalam Ericka, dkk, (2015) didapatkan hasil
penerapan model simas eric sesuai dan efektif karena model ini dapat
diterapkan serta tingkat keterlaksanaannya termasuk kategori tinggi dan
model ini mampu meningkatkan hasil belajar lebih tinggi yaitu 83,5 % dari
peserta didik yang difasilitasi pembelajaran reguler.
Penelitian yang dilakukan oleh Ericka, dkk, (2018) menunjukkan hasil
model pembelajaran Simas Eric di SMAN 6 Malang pada jenis kelamin
berpengaruh terhadap keterampilan metakognitif. Rata - rata terkoreksi
keterampilan metakofnitif pada peserta didik kelas eksperimen sebesar 28,65
sedangkan rata – rata terkoreksi keterampilan metakognitif pada peserta didik
kelas kontrol sebesar 13,86. Kelas eksperimen memperoleh rata – rata
terkoreksi keterampilan metakognitif lebih tinggi 106,7 % dari kelas kontrol.
Hasil ini menunjukkan bahwa peserta didik kelas eksperimen lebih dapat
memberdayakan keterampilan metakognitif jika dibandingkan dengan kelas
kontrol.
Penelitian berikutnya oleh Ika, dkk, (2018) menunjukkan bahwa
model pembelajaran Simas Eric untuk meningkatkan motivasi belajar biologi
peserta didik kelas XI di SMAN 1 Malang pada kelas eksperimen lebih tinggi
rata-rata terkoreksi 69,19 sedangkan pada kelas kontrol rata-rata terkoreksi
65,47 sehingga model pembelajaran Simas Eric berpengaruh terhadap
motivasi. Hasil uji coba yang dilakukan Yuli, dkk, (2016) menunjukkan
bahwa penerapan model pembelajaran Simas eric berpengaruh terhadap hasil
4
belajar kognitif peserta didik biologi di SMAN 6 Malang. Rata – rata
terkoreksi hasil belajar kognitif pada siswa kelas eksperimen sebesar 44,53.
Rata - rata terkoreksi hasil belajar kognitif pada peserta didik kelas kontrol
sebesar 16,00. Kelas eksperimen memperoleh rata - rata terkoreksi hasil
belajar kognitif lebih tinggi 78% dari kelas kontrol. Hasil ini menunjukkan
bahwa siswa kelas eksperimen lebih dapat memberdayakan hasil belajar
kognitif jika dibandingkan dengan siswa kelas kontrol.
Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran SIMAS ERIC (Skimming,
Mind Mapping, Questioning, Exploring, Writing, Communicating) untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Pokok Bahasan
Kesetimbangan Ion dan pH Larutan Penyangga di SMA Negeri 14
Pekanbaru”.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah penerapan model Simas Eric dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik pada pokok bahasan Kesetimbangan Ion dan pH Larutan
Penyangga di SMA Negeri 14 Pekanbaru?
2. Jika terjadi peningkatan, termasuk kategori manakah peningkatan hasil
belajar peserta didik pada pokok bahasan Kesetimbangan Ion dan pH
Larutan Penyangga di SMA Negeri 14 Pekanbaru?
D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan yang ingin
dicapai pada penelitian ini adalah :
5
1. Mengetahui apakah penerapan model Simas Eric dapat meningkatkan
hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan Kesetimbangan Ion dan
pH Larutan Penyangga di SMA Negeri 14 Pekanbaru.
2. Mengetahui kategori peningkatan hasil belajar peserta didik pada pokok
bahasan Kesetimbangan Ion dan pH Larutan Penyangga di SMA Negeri
14 Pekanbaru.
E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang ingin dicapai pada penelitian ini dibagi dua, yaitu sebagai
berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengembangan
ilmu pengetahuan yaitu penggunaan model pembelajaran Simas Eric
(Skimming, Mind Mapping, Questioning, Exploring, Writing,
Comunicating) di sekolah untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam
penelitian atau penulisan berikutnya.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Peserta didik dapat memperoleh pengalam baru dalam belajar dan
diharapkan dapat memperoleh peningkatan hasil belajar peserta didik
pada mata pelajaran Kimia khususnya pokok bahasan Kesetimbangan
Ion dan pH Laruan Penyangga.
b. Bagi guru diharapkan dapat memperluas wawasannya dalam
melaksanakan pembelajaran dan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
6
c. Bagi sekolah dapat menambah pengetahuan dan keterampilan yang
berhubungan dengan penerapan model pembelajaran di sekolah.
F. DEFINISI OPERASIONAL
1. Variabel bebas (independent variabel) : Model pembelajaran Simas Eric
Simas Eric merupakan salah satu model pembelajaran inovatif berbasis
kontruktivisme yang menekankan pada pembelajaran student centered
melalui kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, terdiri dari tahapan
Skimming (melakukan survey dengan cepat pada setiap bab), Mind
Mapping (membuat peta pikiran dari bab yang diskimming), Questioning
(mengajukan pertanyaan tingkat tinggi seperti why dan how), Exploring
(menelaah materi kembali untuk menjawab pertanyaan), Writing
(menuliskan jawaban pertanyaan secara ringkas), dan Communicating
(mengkomunikasikan secara kolaboratif hasil Mind Mapping, pertanyaan
dan jawabannya).
7
G. KAJIAN TEORITIS
1. Belajar dan Pembelajaran
Menurut Sardiman dalam Istriani & Intan (2018) belajar adalah usaha
penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebahagian kegiatan
menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Gagne dalam Karwono &
Heni (2017) menyatakan belajar merupakan sebuah sistem yang di
dalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga
menghasilkan perubahan perilaku). Belajar melibatkan seluruh mental yang
meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Dimyati &
Mudjiono, 2009). Hasil dari belajar bukan penguasaan hasil latihan
melainkan perubahan kelakuan, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan
dari tidak mengerti menjadi mengerti (Oemar, 2009).
Belajar adalah proses pembentukan pengetahuan, yang mana peserta
didik aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan
memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Belajar merupakan
suatu usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh
perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung
sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan.
Belajar juga dikatakan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dan menghasilkan
perubahan dalam pengetahua dan pemahaman, keterampilan serta nilai-
nilai, dan sikap (Jamil, 2016).
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang terbentuk melalui
pengalaman maupun ilmu pengetahuan yang diperoleh dari interaksi
dengan lingkungannya yang dimiliki oleh seseorang.
8
Alvin C. Eurich dalam Karwono dan Heni (2017) menyimpulkan
prinsip-prinsip belajar sebagai berikut :
a. Hal apapun yang telah dipelajari peserta didik, maka harus
mempelajarinya sendiri. Tidak ada seorang pun yang dapat melakukan
kegiatan belajar untuknya.
b. Setiap peserta didik belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri, dan
untuk setiap umur terdapat variasi dalam kecepatan belajar.
c. Seorang peserta didik belajar lebih banyak bilamana setiap langkah
segera diberikan penguat (reinforcement)
d. Penguatan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar
secara keseluruhan lebih berarti.
e. Apabila diberikan tanggung jawab mempelajari sendiri, peserta didik
akan lebih termotivasi untuk belajar dan mengingat lebih baik.
Hausstatter & Nordkvelle dalam Miftahul (2017) menyatakan bahwa
pembelajaran artinya merefleksikan pengetahuan konseptual yang
digunakan secara luas dan memiliki banyak makna yang berbeda-beda.
Pembelajaran bersifat psikologis yang artinya merujuk pada apa yang
terjadi dalam diri manusia, ketika pola perilakunya stabil maka proses
pembelajaran dapat dikatakan berhasil. Pembelajaran merupakan proses
interaksi antara individu dan lingkungan sekitarnya. Pembelajaran
merupakan produk dari lingkungan eksperiental seseorang, terkait dengan
bagaimana ia merepsons lingkungan (Miftahul, 2017).
Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi
dan lingkungan yang disusun secara terencana untuk memudahkan siswa
dalam belajar. Pada hakikatnya, pembelajaran terjadi apabila subjek didik
secara aktif berinteraksi dengan pendidik dan lingkungan belajar yang
diatur oleh pendidik. Proses pembelajaran yang efektif memerlukan
strategi, metode, dan media pembelajaran yang tepat. Program
pembelajaran dirancang secara matang dan dilaksankana sesuai dengan
9
rancangan yang dibuat. Pembelajaran harus memperhatikan aspek proses
dan hasil belajar. Materi pembelajaran dan sistem penyampaiannya selalu
berkembang (Jamil, 2016).
Adapun komponen - komponen yang mempengaruhi berjalannya suatu
proses pembelajaran (Sumiati & Asra, 2009), yaitu :
a. Tujuan pembelajaran, yaitu rumusan secara terperinci apa saja yang
harus dikuasai oleh peserta didik sebagai akibat dari hasil pembelajaran
yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan
diukur. Rumusan tujuan pembelajaran harus sesuai dengan standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian peserta didik.
b. Materi pembelajaran, merupakan isi dari kurikulum, yakni berupa mata
pelajaran atau bidang studi dengan topik/sub topik dan rinciannya.
Materi pembelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam
proses belajar mengajar. Tanpa materi pembelajaran proses belajar
mengajar tidak akan berjalan.
c. Metode pembelajaran, yaitu cara melakukan atau menyajikan,
menguraikan, dan memberi latihan isi pelajaran kepada peserta didik
untuk mencapai tujuan tertentu.
d. Media pembelajaran, merupakan peralatan yang membawa pesan-pesan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Diharapkan guru dapat memilih
media pembelajaran sesuai dengan kebutuhan agar proses pembelajaran
dapat berlangsung secara efektif.
e. Evaluasi pembelajaran, merupakan penilaian terhadap kemampuan
siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. Karena dengan adanya
evaluasi pembelajaran keberhasilan pembelajaran dapat diketahui
hasilnya.
f. Peserta didik, merupakan komponen inti dari pembelajaran, maka
peserta didik harus memiliki disiplin belajar yang tinggi.
10
g. Pendidik/guru, merupakan komponen utama yang sangat penting dalam
proses pembelajaran karena tugas guru bukan hanya sebagai fasilitator
namun ada dua tugas guru yang harus dikerjakan dalam kegiatan
pembelajaran. Kedua tugas tersebut sebagai pengelola pembelajaran dan
sebagai pengelola kelas.
h. Lingkungan tempat belajar, yaitu situasi yang ada disekitar peserta didik
saat proses pembelajaran. Lingkungan yang ditata dengan baik akan
menciptkan kesan positif dalam diri peserta didik , sehingga peserta
didik menjadi lebih senang untuk belajar dan lebih nyaman dalam
belajar.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta
didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar merupakan
hal penting yang akan dijadikan tolak ukur sejauh mana keberhasilan
seorang peserta didik dalam belajar. Keberhasilan dalam pembelajaran
dapat diukur dari dua segi yaitu, segi proses belajar dan hasi belajar
(Nana,2014).
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu
sisi peserta didik dan sisi guru. Dari sisi peserta didik, hasil belajar
merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari sisi guru, hasil belajar
merupakan pencapaian tujuan pengajaran. Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hal penting yang akan dijadikan
tolak ukur sejauh mana keberhasilan seorang peserta didik dalam belajar.
Hasil belajar dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar
dimana hasil tersebut merupakan gambaran penguasaan pengetahuan dan
keterampilan peserta didik yang berwujud angka dari tes standar yang
digunakan sebagai pengukuran keberhasilan. Angka atau skor sebagai hasil
11
pengukuran keberhasilan mempunyai makna jika dibandingkan dengan
patokan sebagai batas yang menyatakan bahwa peserta didik telah
menguasai secara tuntas materi pelajaran tersebut. Hasil belajar dapat
diartikan sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukan (Dimyati &
Mudjiono, 2013).
Hasil belajar dibedakan dalam tiga aspek (Jamil, 2016) yaitu:
a. Aspek Kognitif
Aspek ini berhubungan dengan kemampuan berpikir, mengetahui, dan
memecahkan masalah, seperti pengetahuan komprehesif, aplikatif,
sintesis, analisis, dan pengetahuan evaluatif.
b. Aspek Afektif
Aspek ini berhubungan dengan sikap, nilai, minat, dan apresiasi. Ada
lima tingkat afeksi dari yang paling sederhana ke yang kompleks, yaitu
kemauan yang menerima, kemauan menanggapi, berkeyakinan,
penerapan karya, serta ketekunan dan ketelitian.
c. Aspek Psikomotorik
Aspek ini mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill)
yang bersifat manual atau motorik.
Secara umum hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh faktor
internal, yaitu faktor-faktor yang ada di dalam diri peserta didik dan
faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang berada di luar diripeserta didik.
Yang tergolong faktor internal adalah :
1. Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun
yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh,
dan sebagainya.
2. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan, yang
meliputi :
12
a. Faktor intelektual terdiri atas :
(1) Faktor potensial, yaitu inteligensi dan bakat.
(2) Faktor aktual, yaitu kecakapan nyata dan prestasi.
b. Faktor non-intelektual yaitu komponen - komponen kepribadian
tertentu seperti sikap, minat, kebisaan, motivasi, kebutuhan, konsep
diri, penyesuaian diri, emosional, dan sebagainya.
3. Faktor kematangan baik fisik maupun psikis.
Yang tergolong eksternal adalah :
a. Faktor sosial yang terdiri atas :
(1) Faktor lingkungan keluarga.
(2) Faktor lingkungan sekolah.
(3) Faktor lingkungan masyarakat.
(4) Faktor kelompok.
b. Faktor budaya seperti : adat istiadat, ilmu pengetahuan dan
teknologi, kesenian dan sebagainya.
c. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar,
iklim, dan sebagainya.
d. Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.
Faktor – faktor tersebut saling berinterkasi secara langsung atau tidak
langsung dalam mempengaruhi hasil belajar yang dicapai seseorang (Tim
Pengembang MKDP, 2011).
13
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir (filsosofi) pendekatan
kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas. Peserta didik perlu dibiasakan
untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide – ide yaitu peserta didik harus
mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri (Syaiful, 2008).
Jonassen dalam Karwono & Heni (2017) menyatakan bahwa konsep
kontruktivisme dalam belajar, yaitu suatu pengetahuan merupakan konstruk
secara individual dan konstruk sosial oleh peserta didik sendiri
berdasarkan pada interprestasi dan pengalamannya.
Hakikat dari teori kontruktivisme adalah peserta didik harus
menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi
lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
Oleh sebab itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan
menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi peserta didik,
memberi kesempatan peserta didik menemukan dan menerapkan idenya
sendiri, dan menyadarkan peserta didik agar menerapkan strategi mereka
sendiri dalam belajar (Syaiful, 2008).
Tujuan teori belajar kontruktivisme adalah adanya motivasi untuk
siswa dalam belajar dan bertanggung jawab atas dirinya, mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk mengajukan pertanyaan dan mencari
sendiri pertanyaannya, membantu peserta didik untuk mengembangkan
wawasan dan pemahaman konsep secara lengkap, mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk menjadi pemikir yang mandiri, dan lebih
menekankan pada proses belajar bagaimana untuk mempelajarinya
sehingga menghasilkan peserta didik yang memiliki kemampuan berfikir
untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi (Muhammad
Thobroni, 2015).
14
Teori kontruktivisme merupakan teori yang sangat erat kaitannya
dengan model Simas Eric. Model Simas Eric merupakan serangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses pembelajaran untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakannya. Sintaks model Simas Eric adalah skimming, mind
mapping, questioning, exploring, writing, dan communicating. Pada model
ini peserta didik terlibat secara langsung dalam kegiatan pembelajaran
sehingga membantu peserta didik mengkontruksi pengetahuannya sendiri.
Model Simas Eric (Skimming-Mind Mapping-Questioning-Exploring-
Writing-Communication) merupakan salah satu pembelajaran inovatif
berbasis kontruktivisme yang menekankan pada pembelajaran student
centered melalui kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Model
pembelajaran Simas Eric ini mampu mendisiplinkan peserta didik dalam
membaca dan memahami materi yang akan diajarkan (Ericka, dkk, 2015).
Teori belajar konstruktivisme adalah berdasarkan pada prinsip bahwa
pengetahuan berasal dari pengalaman (Ika, dkk, 2018). Menurut Susilo &
Suwino dalam Ericka, dkk, (2015) menyatakan bahwa dengan membangun
pemahaman peserta didik , mereka sendiri akan lebih termotivasi untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Imel dalam
Yuli, dkk, (2016) model Simas Eric dapat membantu guru untuk melatih
siswa melakukan perencanaan belajar, memonitor proses belajar, dan
mengevaluasi hasil belajarnya.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Simas Eric adalah model pembelajaran yang dilakukan
secara berkala dengan perencanaan belajar, memonitor proses belajar, dan
mengevaluasi hasil belajar peserta didik dilihat dari aspek kontruktivisme
dengan menggunakan langkah-langkah yang ada sesuai dengan tujuan
kurikulum 2013.
15
Tahapan yang digunakan dalam model pembelajaran ini adalah
skimming (melakukan survey dengan cepat pada setiap bab), mind mapping
(membuat peta pikiran dari bab yang diskimming), questioning
(mengajukan pertanyaan tingkat tinggi seperti why and how), exploring
(menelaah materi kembali untuk menjawab pertanyaan), writing
(menuliskan jawaban pertanyaan secara ringkas), dan communicating
(mengkomunikasikan secara kolaboratif hasil mind mapping, pertanyaan
dan jawabannya) seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
16
materi dalam bentuk peta pikiran, dan membuat pertanyaan-pertanyaan.
Selain itu, guru juga dapat menilai hasil pekerjaan peserta didik pada tahap
skimming, mind mapping dan questioning. Tahap exploring, writing, dan
communicating dilakukan di sekolah dengan tujuan peserta didik dapat
belajar berkolaborasi dengan peserta didik lain untuk saling
mengemukakan gagasan, menyatakan pendapat – pendapat lebih luas,
bernegoisasi (Ericka, dkk, 2018).
Adapun kelebihan model pembelajaran pembelajaran Simas Eric (Yuli,
dkk, 2016) yaitu :
1. Mendorong peserta didik utuk meningkatkan kemampuan berfikir,
mengambil keputusan dan manajemen waktu.
2. Memberi kesempatan peserta didik untuk merasakan kebebasan dalam
pembelajaran dengan cara menggali sendiri materi yang belum
dikuasainya
3. Meningkatkan keterampilan-keterampilan pemecahan masalah, mulai dari
bagaimana menemukan masalah, memecahkannya, dan
mengadministrasikannnya dalam bentuk karya otentik
4. Meningkatkan kemampuan belajar secara berkolaborasi dengan peserta
didik lain serta teman sekelas dalam mengkonstruksi pengetahuan.
5. Membuka kreatifitas untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam
menyelesaikan masalah dan menjawab pertanyaan.
17
Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Model Simas Eric
Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pembelajaran
Tahap I Guru memberikan Peserta didik membaca dan
Skimming tugas kepada peserta melakukan telaah secara
didik untuk membaca cepat terhadap suatu materi
materi di rumah. dengan fokus pada judul,
gambar, tabel, grafik,
pendahuluan, ringkasan
dan kesimpulan.
Tahap II Guru memfasilitasi Peserta didik membuat peta
Mind Mapping peserta didik untuk pikiran berdasarkan hasil
bisa membuat peta skimming. Peserta didik
pikiran yang baik dan membuatnya dalam
benar dan meminta selembar kertas yang
siswa membuat peta merupakan karya otentik
pikiran di rumah. siswa pada tahap skimming
dan mind mapping.
Tahap III Guru membagi peserta Peserta didik secara
Questioning didik dalam kelompok mandiri membuat
heterogen dan pertanyaan dan kemudian
meminta siap untuk berdiskusi dalam kelompok
membuat pertanyaan. untuk mendapatkan
pertanyaan yang sesuai.
Tahap IV Guru memberikan Peserta didik melakukan
Exploring kesempatan kepada pendalaman kembali materi
peserta didik untuk dengan lebih seksama
melakukan untuk mendapatkan solusi
18
pendalaman dari atas pertanyaan.
materi dan berdiskusi
dengan teman
sekelompok dalam
rangka mencari solusi,
apabila pertanyaan
yang muncul
membutuhkan
eksplorasi berupa
eksperimen maka guru
akan memfasilitasi.
Tahap V Guru meminta peserta Peserta didik menuliskan
Writing didik utuk menuliskan jawaban atas pertanyaan
jawaban dalam lembar yang dibuatnya dengan
yang telah disiapkan mengkaji dan
oleh peserta didik. mendiskusikan terlebih
dahulu dengan kelompok.
Tahap VI Guru memberikan Peserta didik
Communicating kesempatan kepada mempersentasikan dan
peserta didik mendiskusikan secara
presentasi kelas dan klasikal pertanyaan –
berdiskuisi secara pertanyaan yang mucul.
klasikal
(Sumber : Ericka, dkk, 2015)
19
4. Pengaruh Model Pembelajaran Simas Eric (Skimming, Mind Mapping,
Questioning,Exploring,Writing,Communicating) Terhadap Peningkatan
Hasil Belajar Peserta Didik Pada Pokok Bahasan Kesetimbangan Ion
dan pH Larutan Penyangga
Kesetimbangan ion dan pH Larutan penyangga diajarkan di kelas
XI SMA semester dua. Kesetimbangan ion dan pH Larutan penyangga
merupakan materi yang memadukan antara konsep – konsep dan hitungan.
Adapun Kompetensi dasar materi ini yaitu peserta didik mampu
menjelaskan prinsip kerja, perhitungan pH, dan peran larutan penyangga
dalam tubuh makhluk hidup serta mampu membuat larutan penyangga
dengan pH tertentu. materi pembelajaran yang akan dibahas pada pokok
bahasan kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga adalah sifat larutan
penyangga, pH larutan penyangga, serta peranan larutan penyangga dalam
tubuh makhluk hidup dan industri.
Pemahaman peserta didik akan muncul jika guru dapat menciptakan
proses pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan bagi peserta didik
serta diperlukan keterlibatan peserta didik secara aktif selama pembelajaran
berlangsung. Ketika kegiatan pembelajaran sifatnya pasif, peserta didik
mengikuti pelajaran tanpa rasa keingintahuan, tanpa pertanyaan dan tanpa
minat terhadap hasilnya. Namun ketika belajar bersifat aktif, peserta didik
akan mengupayakan sesuatu.
Penerapkan model pembelajaran Simas Eric mampu membantu
siswa untuk aktif. Model ini berbasis kontruktivisme, kognitivisme,
konektivisme, behaviorisme di mana teori belajar konstruktivisme adalah
berdasarkan pada prinsip bahwa pengetahuan dibuat dari pengalaman
menurut Almala dalam Ericka, dkk (2015). Selain itu kontruktivisme
bukanlah kesatuan teoretis posisi, lebih tepatnya, itu adalah sebuah
rangkaian kesatuan (Doolittle, 1999). Teori kognitivisme menurut Bruner,
manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner
20
menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu
memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji
relevansi dan ketepatan pengetahuan. Belajar pada tingkat ini adalah fungsi
untuk menciptakan koneksi, mencari pengetahuan yang dibutuhkan oleh
siswa, dan menyiapkan sumber belajar
Model Simas Eric memberikan fleksibilitas kepada peserta didik
untuk belajar sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik dengan
mengkondisikan peserta didik untuk melakukan tahap belajar Skimming
dan Mind mapping secara mandiri. Hasil dari Skimming merupakan upaya
peserta didik dalam membaca untuk bisa memilih informasi yang penting
dan tidak penting baginya, kemudian informasi itu secara tegas akan
nampak pada hasil Mind mapping yang merupakan karya otentik peserta
didik berdasarkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang sudah
dimilikinya. Kegiatan belajar formal yang dilakukan di kelas yaitu
Questioning, Exploring, Writing dan Communicating dengan membuat
pertanyaan, membaca secara mendalam, menjawab pertanyaan, dan
berdiskusi dalam kelompok heterogen yang diajukan dalam kegiatan
belajar mengajar formal yang terjadi di kelas. Penerapan model Simas Eric
pada materi Kesetimbangan ion dan pH Larutan penyangga dapat
menjadikan pembelajaran lebih bermakna, karena pada langkah-langkah
kegiatannya peserta didik dituntun untuk aktif dan dapat menemukan
konsep pembelajaran sendiri serta menjelaskannya.
H. HIPOTESIS
Berdasarkan tinjauan teoritis yang telah dikemukakan maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah: “Penerapan Model Pembelajaran SIMAS
ERIC (Skimming, Mind Mapping, Questioning, Exploring, Writing,
Communicating) dapat Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik
21
Pada Pokok Bahasan Kesetimbangan Ion dan pH Larutan Penyangga
di SMA Negeri 14 Pekanbaru”.
I. METODE PENELITIAN
22
Keterangan:
T0 : Nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol
X : Perlakuan terhadap kelas eksperimen
T1 : Nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
(Mohammad Nazir, 2005)
Langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian ini adalah :
1. Tahap persiapan
a. Memilih pokok bahasan untuk penerapan model pembelajaran Simas
Eric yaitu kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga.
b. Mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Peserta Didik
(LKPD) dan soal evaluasi.
c. Mempersiapkan instrumen pengumpulan data yaitu soal pretest/posttest.
d. Mengumpulkan data ulangan peserta didik pada materi sebelumnya
melalui guru kimia di sekolah untuk uji homogenitas 5 kelas XI MIA di
SMAN 14 Pekanbaru
e. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah analisis data
homogenitas.
2. Tahap Pelaksanaan
Sebelum Pelaksanaan Pembelajaran
a. Memberikan soal pretest terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol
untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik.
b. Memberitahukan dan memperkenalkan kepada seluruh peserta didik
kelas eksperimen mengenai proses pembelajaran yang akan dilakukan
dengan menggunakan model pembelajaran Simas Eric.
23
Pelaksanaan Pembelajaran
a Melaksanakan proses pembelajaran dimana pada kelas eksperimen
diterapkan model pembelajaran Simas Eric, sedangkan pada kelas
kontrol tanpa menerapkan model pembelajaran Simas Eric.
b Membagi peserta didik ke dalam kelompok heterogen untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol yang terdiri dari 4 orang.
c. Melaksanakan proses pembelajaran pada pokok bahasan kesetimbangan
ion dan pH larutan penyangga.
d. Melakukan posttest pada kelas eksperimen dan kontrol setelah semua
materi pelajaran selesai diajarkan.
Tahap Akhir
a Melakukan analisa data yang diperoleh dari selisih nilai pretest dan
posttest kedua kelas dengan menggunakan rumus statistik.
b Melaporkan hasil penelitian.
24
kelas eksperimen yaitu kelas XI MIA dan kelas kontrol adalah kelas XI
MIA.
25
c. Posttest
Posttest diberikan pada kedua kelas setelah selesai pokok bahasan
Kesetimbangan Ion dan pH Larutan penyangga dan seluruh proses
perlakuan dilakukan. Soal posttest yang diberikan sama dengan soal
pretest. Selisih nilai posttest dan pretest dari kedua kelas digunakan
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik yang diberi
perlakuan penerapan model pembelajran Simas Eric dan yang tidak
diberi perlakuan.
26
F
d) Menentukan Fz perbandingan frekuensi komulatif (F)
n
terhadap jumlah sampel (n)
n X 2 ( X ) 2
S
n(n 1)
27
Setelah data dimasukkan maka akan diperoleh harga Lmaks yang
akan dibandingkan dengan harga Ltabel, Ltabel diperoleh dengan
rumusan:
0,886
Ltabel
n
Keterangan:
Fz = Probabilitas kumulatif normal,
Z = Transformasi dari angka ke notasi pada distribusi normal,
Sd = Standar deviasi
P ≤ Z = Probabilitas kumulatif empiris
L = Lambang statistik Lilliefors
n = Jumlah sampel
(Agus Irianto, 2003)
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah uji yang digunakan untuk melihat dua
atau lebih kelompok data sampel memiliki varians dan kemampuan
yang sama (homogen). Data yang digunakan untuk uji homogenitas
adalah nilai hasil belajar peserta didik materi sebelumnya yang
diperoleh dari guru kimia di sekolah yang diuji dengan menggunakan
rumus uji-t. Untuk menentukan rumus uji-t yang akan digunakan
dalam pengujian hipotesis, maka perlu diuji dahulu varians kedua
sampel homogen atau tidak. Pengujian homogenitas varians dengan
rumus:
Varians Terbesar
F
Varians Terkecil
28
Untuk menghitung varians dari masing-masing sampel
digunakan persamaan :
n1 x12 - x1 n 2 x 22 - x 2
2 2
S
2
dan S
2
n1 n1 1 n 2 n 2 1
1 2
n1 n2 2
kriteria pengujian: kedua sampel dapat dikatakan homogen jika
thitung terletak antara –ttabel dan ttabel (-ttabel< thitung< ttabel), dimana ttabel
didapat dari daftar distribusi t dengan dk = n1 + n2 – 2 dengan kriteria
probabilitas 1- ½ α dengan α = 0,05.
29
Keterangan:
F = Simbol Statistik untuk menguji varians
t = Simbol statistik untuk menguji homogenitas
x1 = Rata-rata nilai uji homogenitas sampel 1
x2 = Rata-rata nilai uji homogenitas sampel 2
2
s1 = Varians kelas sampel 1
2
s2 = Varians kelas sampel 2
n1 = Jumlah anggota kelas sampel 1
n2 = Jumlah anggota kelas sampel 2
Sg = Standar deviasi gabungan
(Sudjana, 2005)
30
Keterangan :
T = Lambang statistik untuk menguji hipotesis
Sg = Standar deviasi gabungan
S 12 = Varians skor hasil belajar kelompok eksperimen
Kriteria pengujian hipotesis (H1) diterima jika thitung > ttabel dengan dk=
n1 + n2 – 2 dengan α = 0,05 . Untuk derajat harga t lainnya hipotesis
ditolak.
Rumus uji-t di atas juga digunakan untuk perbandingan antara
nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji-t yang digunakan adalah
uji-t pihak kanan dengan kriteria probabilitas ( 1-α ), dengan hipotesis
pengujian :
H1 : µ > µ0 (artinya peningkatan hasil belajar peserta didik
dengan menggunakan model Simas Eric lebih besar daripada
peningkatan hasil belajar peserta didik tanpa menggunakan model Simas
Eric).
31
4. Penentuan Kategori Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik
Kategori peningkatan hasil belajar peserta didik dengan
penerapan model pembelajaran Simas Eric dapat ditunjukkan dengan
menggunakan uji gain ternormalisasi (N–gain). Hake (1998)
mengungkapkan bahwa dengan nilai rata-rata gain yang ternormalisasi
maka secara kasar dapat mengukur efektifitas suatu pembelajaran
dalam pemahaman konseptual.
Rumus gain ternormalisasi adalah sebagai berikut:
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
N-gain = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
32
J. DAFTAR PUSTAKA
Agus Irianto. 2003. Statistika Konsep Dasar dan Aplikasi. Kencana. Jakarta
Alimin Zaenal. 2006. Kesulitan Belajar Dalam Perspektif Pendidikan.
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep – Konsep Inti. Erlangga.
Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta.
Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta.
Jakarta.
Dwi Retnowati, Kusoro Siadi, Harjito. 2012. Penerapan Metode
Pembelajaran Kuantum Dengan Pendekatan Kimia Hijau Pada Materi
Redoks. Jurnal FMIPA Universitas Negeri Semarang. 1(1). FMIPA
Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Ericka Darmawan, Siti Zubaidah, Herawati Susilo dan Hadi Suwono. 2015.
Pengembangan Model Pembelajaran Simas Eric (Skimming, Mind
Mapping, Questioning, Exploring, Writing, Communicating)
Menggunakan Learning Development Cycle. Prosiding Seminar Nasional
pendidikan Biologi 2015. 21 Maret 2015. Universitas Negeri Malang.
Ericka Darmawan, Siti Zubaidah, Herawati Susilo, Hadi Suwono dan Sri
Endah Indriwati. 2017. Simas Eric Learning Model Based On Lesson
Study To Increase Student Motivation and Learning Outcome.
International Journal of Research and Review. 4(4) : 40-47. Faculty of
Mathematics and Science Universitas Negeri Malang. Malang.
Ericka Darmawan, Yuli Brasilita, Siti Zubaidah dan Murni Saptasari. 2018.
Meningkatkan Keterampilan Metakognitif Siswa Berbeda Gender dengan
Model Pembelajaran Simas Eric di SMAN 6 Malang. Jurnal Pendidikan
Biologi (BIOSFERJPB). 11(1) : 47-56. FKIP Biologi Universitas Negeri
Malang. Malang.
33
Gunawan, Ahmad Harjono, Hairunnisyah Sahidu. 2015. Studi Pendahuluan
Pada Upaya Pengembangan Laboratorium Virtual bagi Calon Guru
Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi, 5(2): 41-46. Mataram.
Hake. 1998. Interactive Engagement v.s Traditional Methods: Six- Thousand
Student Survey of Mechanics Test Data For Introductory Physics
Courses. American Journal of Physics. 66(1).
Ika Dewi Sumiati, Ericka Darmawan, Susriyati Mahanal dan Sunarmi. 2018.
Model Pembelajaran Simas Eric Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Biologi Siswa kelas XI di SMAN 1 Malang. Jurnal Biologi dan
Pembelajarannya. 5(2) : 21-25. Malang.
Istirani dan Intan Pulungan. 2018. Ensiklopedia Pendidikan Jilid I. Media
Persada. Medan.
Jamil Suprihatiningrum. 2016. Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi. Ar-
Ruzz Media. Yogyakarta.
Karwono dan Heni Mularsih. 2017. Belajar dan Pembelajaran serta
Pemanfaatan Sumber Belajar. PT. RajaGrafindo Persada. Depok.
Kayan, F. 2007. A Study On Preservice Elementary Mathematics Teachers’
Mathematical Problem Solving Beliefs. Middle East Technical University
: A Thesis Submitted To The Graduate Scholl Of Social Sciences.
Miftahul Huda. 2017. Model – Model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka
Belajar. Yogyakarta.
Misbah. 2017. Identifikasi Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa Pada
Materi Dinamika Partikel. Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika, ISSN
: 2355-7109.
Misran. 2010. Mengoptimalkan Pemahaman Konsep Larutan Penyangga
dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. QUANTUM, Jurnal
Inovasi Pendidikan Sains, 1(1) : 57-63.
Mohammad Nazir. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta
34
Muhammad Thobroni. 2015. Belajar dan Pembelajaran . Ar-Ruzz Media.
Yogyakarta.
Nana, Sudjana. 2014. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Nastiti Sulistyowati, Antonius Tri Widodo, Woro Sumarni. 2012. Efektivitas
Model Pembelajaran Guided Discovery Learning Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Kimia, Jurnal Unnes. 2(1) : 50-54. FMIPA Kimia
Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Oemar Hamalik. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Belajar. Yogyakarta.
Rita Dwi Purnama, Mawardi, Raudhatul Fadhilah. 2016. Analisis Kesulitan
Belajar Kimia Pada Materi Larutan Penyangga Siswa Kelas XI IPA 1
MAN 2 PONTIANAK. Ar-Razi Jurnal Ilmiah. 4(2) : 127-138. FKIP
Universitas Muhammadiyah. Pontianak.
Rizka Juniar Ambarwati. 2018. Analisis Kesulitan Belajar Siswa SMA Pada
Materi Larutan Penyangga Menggunakan Three – Tier Multiple Choice
Instrument. Skripsi. Dipublikasikan. Pendidikan Kimia Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Rostina Sundayana. 2014. Statistika Penelitian Pendidikan. Alfabeta.
Bandung.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung
Sumiati dan Asra. 2009. Model Pembelajaran. CV Wacana Prima. Bandung.
Syaiful Sagala. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.
Tim Pengembang MKDP. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. PT
RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Inovatif Beorientasi Konstruktivisme.
Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.
Widy Ika Parastuti, Suharti dan Suhadi Ibnu, 2016. Miskonsepsi Siswa Pada
Materi Larutan Buffer. Jurnal Pendidikan : Teori, Penelitian dan
35
Pengembangan. 1(12) : 2307-2313. Pendidikan Kimia Pascasarjana
Universitas Negeri Malang. Malang.
Witri Nur Anisa. 2015. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Melalui Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik untuk
Peserta Didik SMP Negeri di Kabupaten Garut. Jurnal Penelitian
Pendidikan dan Pengajaran Matematika. 1 (1) : 73-82. Tasikmalaya.
Yuli Brasilita, Siti Zubaidah dan Murni Saptasari. 2016. Pengaruh Model
Pembelajaran Simas Eric pada Jenis Kelamin Berbeda terhadap
Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Biologi di
Sman 6 Malang. Jurnal Pendidikan Hayati 1(1). Universitas Negeri
Malang. Malang.
36
K. LAMPIRAN
SILABUS PEMBELAJARAN
Kompetensi Inti
37
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
Materi Kegiatan Pembelajaran
Kompetensi Dasar
Pembelajaran
3.14 Mengelompokkan Sistem Koloid Mengamati berbagai jenis produk
berbagai tipe Jenis Koloid yang berupa koloid
sistem koloid dan Sifat Koloid Mendiskusikan jenis kolid dan
menjelaskan Pembuatan sifat – sifat koloid
kegunaan koloid Koloid Menghubungkan sistem koloid
dalam kehidupan Peranan Koloid dengan sifat – sifatnya.
berdasarkan sifat – Dalam Melakukan percobaan efek
sifatnya. Kehidupan Tyndall
4.14 Membuat makanan Sehari – Hari Membedakan koloid liofob dan
atau produk lain dan Industri koloid hidrofob
yang berupa koloid Mendiskusikan pemurnian
atau melibatkan koloid, pembuatan koloid, dan
prinsip koloid. peranannya dalam kehidupan
sehari – hari.
Mendiskusikan bahan/zat yang
berupa koloid dalam industri
farmasi, kosmetik, bahan
makanan, dan lain-lain.
Melakukan percobaan
pembuatan makanan atau produk
lain berupa koloid atau yang
melibatkan prinsip koloid dan
melaporkan hasil percobaan.
38
Pekanbaru, April 2020
Disetujui Oleh,
Guru Mata Pelajaran Mahasiswa Peneliti
Mengetahui,
Kepala SMA .....
..................................
NIP..............................
39
Lampiran 2. RPP Pertemuan 1
40
kehidupan berdasarkan
sifat-sifatnya.
4.14 Membuat makanan atau 4.14.1 Melaporkan hasil diskusi kelompok
produk lain yang berupa
koloid atau melibatkan
prinsip koloid.
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui model pembelajaran Simas Eric peserta didik dapat
mengelompokkan berbagai tipe sistem koloid dan menjelaskan kegunaan koloid
dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya kemudian membuat makanan atau
produk lain yang berupa koloid atau melibatkan prinsip koloid serta memiliki
sifat rasa ingin tahu, bekerjasama dan tanggung jawab.
D. Materi Pelajaran
No. Pengetahuan Materi pembelajaran
Ukuran partikel koloid antara 1 – 100 nm
1. Fakta Sistem koloid terdiri atas fase terdispersi dan pendispersi
Koloid tidak dapat disaring dengan penyaring biasa.
Kelarutan merupakan jumlah maksimum zat terlarut yang
akan larut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu.
2. Konsep Sistem koloid adalah suatu sistem campuran yang
keadaannya berada antara larutan dan suspensi, homogen
secara makroskopis dan heterogen secara mikroskopis.
Ukuran partikel koloid antara 1 -100 nm, ukuran suspensi
3. Prinsip 100 nm dan larutan 1 nm.
Koloid dapat menghamburkan cahaya karena ukuran
41
partikel koloid agak besar.
Sebagai partikel yang bebas bergerak dalam mediumnya,
partikel koloid selalu bergerak ke segala arah.
Kelas Eksperimen
Pendekatan : Scientific
Model : Simas Eric
Metode : Demonstrasi, diskusi dan presentasi.
Kelas Kontrol
Pendekatan : Scientific
Model : Tanpa model Simas Eric
Metode : Demonstrasi, diskusi dan presentasi.
F. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Laptop dan proyektor
2. Power point
G. SUMBER BELAJAR
1. Buku kimia kelas XI
2. LKPD
3. Bahan Ajar
4. Internet
42
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Sintak Model
Kegiatan Waktu Kegiatan Waktu
Simas Eric
Kegiatan Awal Kegiatan Awal
- Guru mengucapkan - Guru mengucapkan
salam. salam.
- Guru menunjuk salah - Guru menunjuk salah
satu peserta didik satu peserta didik
memimpin doa, kemudian memimpin doa, kemudian
guru memeriksa guru memeriksa
kehadiran peserta didik, kehadiran peserta didik,
kebersihan dan kerapian kebersihan dan kerapian
kelas. kelas.
43
- Guru memotivasi peserta - Guru memotivasi peserta
didik “Siapa yang didik “Siapa yang
sebelum berangkat ke sebelum berangkat ke
sekolah minum susu sekolah minum susu
terlebih dahulu?” Apa terlebih dahulu?” Apa
saja campuran yang saja campuran yang
terkandung dalam segelas terkandung dalam segelas
susu tersebut?” susu tersebut?”
(Motivasi) (Motivasi)
- Guru menyampaikan - Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran. tujuan pembelajaran
- Guru mengintruksi - Guru mengintruksi
peserta didik untuk duduk peserta didik untuk duduk
dalam kelompok dalam kelompok
heterogen yang telah heterogen yang telah
dibagi sebelumnya. dibagi sebelumnya.
44
Fase-2 Kegiatan Inti Kegiatan Inti
Mind - Guru meminta peserta - Peserta didik mengamati
Mapping didik membuat peta power point yang
pikiran berdasarkan ditampilkan guru.
materi yang telah dibaca. (Mengamati)
45
Fase-6 - Peserta didik - Peserta didik
Communicating mempersentasikan hasil mempersentasikan hasil
mind mapping dan hasil diskusinya di depan
diskusinya di depan kelas. kelas. Pada saat
Pada saat presentasi, presentasi, kelompok
kelompok dipilih secara dipilih secara acak.
acak. (Mengkomunikasikan)
46
- Guru memberikan - Guru memberikan
kesempatan kepada kesempatan kepada
peserta didik untuk peserta didik untuk
menanyakan materi yang menanyakan materi yang
belum dipahami belum dipahami
- Guru memberikan - Guru memberikan
evaluasi. evaluasi.
- Guru menugaskan peserta - Guru menugaskan peserta
didik untuk membaca didik untuk membaca
materi yang akan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan dipelajari pada pertemuan
selanjutnya. selanjutnya.
47
I. Penilaian
Aspek yang Dinilai Teknik Penilaian Waktu Penilaian
Sikap Observasi kerja kelompok Lembar penilaian
Mengetahui,
Kepala SMA ...........Pekanbaru
............................................
NIP.
48
DESKRIPTOR PENILAIAN SIKAP
Nama : Kelas :
Karakter Jumlah
Kriteria Penilaian Rasa Ingin Tahu
49
pribadi
3. Peserta didik menghargai pendapat teman
sekelompok
4. Peserta didik mencari solusi jika terdapat perbedaan
pendapat dalam diskusi secara bersama dalam
kelompok
Kriteria Penilaian Tanggung jawab
50
LEMBAR PENILAIAN SIKAP
Perilaku Jumlah Keterangan
Nama Peserta Rasa
No Tanggung Kerja
Didik Ingin
Jawab Sama
Tahu
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
51
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
52
DESKRIPTOR PENILAIAN KINERJA PRESENTASI
53
LEMBAR PENILAIAN KINERJA PRESENTASI
Perilaku
Nama Peserta Teknik
No Cara Jumlah Keterangan
Didik Bertanya dan
Penyampaian Isi
Menjawab
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
54
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
55
Lampiran 9. RPP Pertemuan 2
56
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.14 Mengelompokkan 3.14.1 Menjelaskan sifat-sifat koloid (Efek Tyndall,
berbagai tipe sistem Gerak Brown, Dialisis, Elektroforesis,
koloid dan menjelaskan Koagulasi, Adsorpsi, Koloid Pelindung,
kegunaan koloid dalam Koloid Liofil dan Liofob.
kehidupan berdasarkan
sifat-sifatnya.
4.14 Membuat makanan atau 4.14.1 Melaporkan hasil diskusi kelompok
produk lain yang berupa
koloid atau melibatkan
prinsip koloid.
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui model pembelajaran Simas Eric peserta didik dapat
mengelompokkan berbagai tipe sistem koloid dan menjelaskan kegunaan koloid
dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya kemudian membuat makanan atau
produk lain yang berupa koloid atau melibatkan prinsip koloid serta memiliki
sifat rasa ingin tahu, bekerjasama dan tanggung jawab.
57
D. Materi Pelajaran
No. Pengetahuan Materi pembelajaran
Berkas sinar matahari dihamburkan melalui celah daun
pepohonan pada pagi hari yang berkabut.
1. Fakta Penjernihan air dapat dilakukan dengan menggunakan
tawas.
Pembentukan delta di muara sungai.
Efek Tyndal adalah peristiwa penghamburan cahaya oleh
partikel koloid.
Gerak Brown adalah gerak zig-zag partikel koloid.
Adsorpsi adalah proses penggumpalan partikel-partikel
koloid dan pengendapannya.
2. Konsep Elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid
yang bermuatan ke elektrode dengan muatan berlawanan.
Dialisis adalah pergerakan ion-ion dan molekul-molekul
kecil melalui semipermiabel.
Suatu koloid dapat distabilkan dengan menambahkan
koloid lain yang disebut koloid pelindung.
Koloid depat menghamburkan cahaya karena ukuran
partikel koloid agak besar.
Gerakan zig-zag pada partikel koloid disebabkan oleh
medium pendispersi yang menabrak partikel terdispersi
dari berbagai sisi dalam jumlah yang tidak sama.
3. Prinsip
Melekatnya zat lain pada permukaan koloid disebut
adsorpsi.
Partikel koloid yang telah mengadsorpsion akan
bermuatan listrik sesuai dengan muatan ion yang
diserapnya.
58
Koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan
terpengaruh oleh gaya gravitasi, sehingga partikelnya
turun perlahan ke dasar bejana.
Kelas Eksperimen
Pendekatan : Scientific
Model : Simas Eric
Metode : Diskusi, tanya jawab dan presentasi.
Kelas Kontrol
Pendekatan : Scientific
Model : Tanpa model Simas Eric
Metode : Diskusi, tanya jawab dan presentasi.
F. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Laptop dan proyektor
2. Power point
G. SUMBER BELAJAR
1. Buku kimia kelas XI
2. LKPD
3. Bahan Ajar
4. Internet
59
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Sintak Model
Kegiatan Waktu Kegiatan Waktu
Simas Eric
Kegiatan Awal Kegiatan Awal
- Guru mengucapkan - Guru mengucapkan
salam. salam.
- Guru menunjuk salah - Guru menunjuk salah
satu peserta didik satu peserta didik
memimpin doa, kemudian memimpin doa, kemudian
guru memeriksa guru memeriksa
kehadiran peserta didik, kehadiran peserta didik,
kebersihan dan kerapian kebersihan dan kerapian
kelas. kelas.
60
- Guru memotivasi peserta - Guru memotivasi peserta
didik “Pernahkah kalian didik “Pernahkah kalian
memperhatikan saat memperhatikan saat
membuka jendela dipagi membuka jendela dipagi
hari berkas cahaya akan hari berkas cahaya akan
masuk ke dalam kamar masuk ke dalam kamar
dan terlihat adanya dan terlihat adanya
partikel-partikel yang partikel-partikel yang
terhambur pada berkas terhambur pada berkas
cahaya tesebut nah? Nah cahaya tesebut nah? Nah
hal ini ada kaitannya hal ini ada kaitannya
dengan sifat-sifat koloid dengan sifat-sifat koloid
yang akan kita pelajari yang akan kita pelajari
hari ini.” (Motivasi) hari ini.” (Motivasi)
61
ajar yang diberi guru). ajar yang diberi guru).
62
Fase-6 - Peserta didik - Peserta didik
Communicating mempersentasikan hasil mempersentasikan hasil
mind mapping dan hasil diskusinya di depan
diskusinya di depan kelas. kelas. Pada saat
Pada saat presentasi, presentasi, kelompok
kelompok dipilih secara dipilih secara acak.
acak. (Mengkomunikasikan)
63
- Guru memberikan - Guru memberikan
kesempatan kepada kesempatan kepada
peserta didik untuk peserta didik untuk
menanyakan materi yang menanyakan materi yang
belum dipahami belum dipahami
- Guru memberikan - Guru memberikan
evaluasi. evaluasi.
- Guru menugaskan peserta - Guru menugaskan peserta
didik untuk membaca didik untuk membaca
materi yang akan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan dipelajari pada pertemuan
selanjutnya. selanjutnya.
64
I. Penilaian
Aspek yang Dinilai Teknik Penilaian Waktu Penilaian
Sikap Observasi kerja kelompok Lembar penilaian
Mengetahui,
Kepala SMA ...........Pekanbaru
............................................
NIP.
65
DESKRIPTOR PENILAIAN SIKAP
Nama : Kelas :
Karakter Jumlah
Kriteria Penilaian Rasa Ingin Tahu
66
pribadi
3. Peserta didik menghargai pendapat teman
sekelompok
4. Peserta didik mencari solusi jika terdapat perbedaan
pendapat dalam diskusi secara bersama dalam
kelompok
Kriteria Penilaian Tanggung jawab
67
LEMBAR PENILAIAN SIKAP
Perilaku Jumlah Keterangan
Nama Peserta Rasa
No Tanggung Kerja
Didik Ingin
Jawab Sama
Tahu
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
68
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
69
DESKRIPTOR PENILAIAN KINERJA PRESENTASI
70
LEMBAR PENILAIAN KINERJA PRESENTASI
Perilaku
Nama Peserta Teknik
No Cara Jumlah Keterangan
Didik Bertanya dan
Penyampaian Isi
Menjawab
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
71
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
72
Lampiran 16. RPP Pertemuan 3
73
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.14Mengelompokkan 3.14.1 Menjelaskan proses pembuatan koloid secara
berbagai tipe sistem dispersi dan kondensasi.
koloid dan menjelaskan
kegunaan koloid dalam
kehidupan berdasarkan
sifat-sifatnya.
4.14 Membuat makanan atau 4.14.1 Melaporkan hasil diskusi kelompok
produk lain yang berupa
koloid atau melibatkan
prinsip koloid.
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui model pembelajaran Simas Eric peserta didik dapat
mengelompokkan berbagai tipe sistem koloid dan menjelaskan kegunaan koloid
dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya kemudian membuat makanan atau
produk lain yang berupa koloid atau melibatkan prinsip koloid serta memiliki
sifat rasa ingin tahu, bekerjasama dan tanggung jawab.
74
D. Materi Pelajaran
No. Pengetahuan Materi pembelajaran
Campuran minyak tanah, air dan sabun merupakan koloid
1. Fakta emulsi
Pembuatan sol agar-agar dengan cara dispersi
Kelas Eksperimen
Pendekatan : Scientific
Model : Simas Eric
Metode : Diskusi, tanya jawab dan presentasi.
75
Kelas Kontrol
Pendekatan : Scientific
Model : Tanpa model Simas Eric
Metode : Diskusi, tanya jawab dan presentasi.
F. MEDIA PEMBELAJARAN
1.Laptop dan proyektor
2.Power point
G. SUMBER BELAJAR
1. Buku kimia kelas XI
2. LKPD
3. Bahan Ajar
4. Internet
76
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Sintak Model
Kegiatan Waktu Kegiatan Waktu
Simas Eric
Kegiatan Awal Kegiatan Awal
- Guru mengucapkan - Guru mengucapkan
salam. salam.
- Guru menunjuk salah - Guru menunjuk salah
satu peserta didik satu peserta didik
memimpin doa, kemudian memimpin doa, kemudian
guru memeriksa guru memeriksa
kehadiran peserta didik, kehadiran peserta didik,
kebersihan dan kerapian kebersihan dan kerapian
kelas. kelas.
77
- Guru memotivasi peserta - Guru memotivasi peserta
didik “Pernahkah kamu didik “Pernahkah kamu
pergi ke toko perhiasan? pergi ke toko perhiasan?
Disana kita dapat melihat Disana kita dapat melihat
berbagai macam berbagai macam
perhiasan yang terbuat perhiasan yang terbuat
dari emas, nah sol emas dari emas, nah sol emas
merupakan salah satu merupakan salah satu
contoh dari koloid. contoh dari koloid.
Tahukah kamu cara Tahukah kamu cara
pembuatan sol emas pembuatan sol emas
tersebut?” nah, hari ini tersebut?” nah, hari ini
kita akan mempelajari kita akan mempelajari
pembuatan koloid. pembuatan koloid.
(Motivasi) (Motivasi)
- Guru menyampaikan - Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran. tujuan pembelajaran
- Guru mengintruksi - Guru mengintruksi
peserta didik untuk duduk peserta didik untuk duduk
dalam kelompok dalam kelompok
heterogen yang telah heterogen yang telah
dibagi sebelumnya. dibagi sebelumnya.
Fase-1 - Guru meminta peserta - Guru meminta peserta
Skimming didik untuk membaca didik untuk membaca
materi yang akan materi yang akan
dipelajari (buku paket dipelajari (buku paket
kimia kelas XI dan bahan kimia kelas XI dan bahan
ajar yang diberi guru). ajar yang diberi guru).
78
Fase-2 Kegiatan Inti Kegiatan Inti
Mind - Guru meminta peserta - Peserta didik mengamati
Mapping didik membuat peta power point yang
pikiran berdasarkan ditampilkan guru.
materi yang telah dibaca. (Mengamati)
79
Fase-6 - Peserta didik - Peserta didik
Communicating mempersentasikan hasil mempersentasikan hasil
mind mapping dan hasil diskusinya di depan
diskusinya di depan kelas. kelas. Pada saat
Pada saat presentasi, presentasi, kelompok
kelompok dipilih secara dipilih secara acak.
acak. (Mengkomunikasikan)
80
- Guru memberikan - Guru memberikan
kesempatan kepada kesempatan kepada
peserta didik untuk peserta didik untuk
menanyakan materi yang menanyakan materi yang
belum dipahami belum dipahami
- Guru memberikan - Guru memberikan
evaluasi. evaluasi.
- Guru menugaskan peserta - Guru menugaskan peserta
didik untuk membaca didik untuk membaca
materi yang akan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan dipelajari pada pertemuan
selanjutnya. selanjutnya.
81
I. Penilaian
Aspek yang Dinilai Teknik Penilaian Waktu Penilaian
Sikap Observasi kerja kelompok Lembar penilaian
Mengetahui,
Kepala SMA ...........Pekanbaru
............................................
NIP.
82
DESKRIPTOR PENILAIAN SIKAP
Nama : Kelas :
Karakter Jumlah
Kriteria Penilaian Rasa Ingin Tahu
83
3. Peserta didik menghargai pendapat teman
sekelompok
4. Peserta didik mencari solusi jika terdapat
perbedaan pendapat dalam diskusi secara bersama
dalam kelompok
Keterangan:
a). Diberi point 4 jika memenuhi semua kriteria
b). Diberi point 3 jika hanya memenuhi tiga kriteria
c). Diberi point 2 jika hanya memenuhi dua kriteria
d). Diberi point 1 jika hanya memenuhi satu kriteria
Penilaian :
Nilai A (sangat baik) = Skor 13-16
Nilai B (Baik) = Skor 9-12
Nilai C (Cukup Baik) = Skor 5-8
Nilai D (Kurang Baik) = Skor 0-4
84
LEMBAR PENILAIAN SIKAP
Perilaku Jumlah Keterangan
Nama Peserta Rasa
No Tanggung Kerja
Didik Ingin
Jawab Sama
Tahu
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
85
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
86
DESKRIPTOR PENILAIAN KINERJA PRESENTASI
87
LEMBAR PENILAIAN KINERJA PRESENTASI
Perilaku
Nama Peserta Teknik
No Cara Jumlah Keterangan
Didik Bertanya dan
Penyampaian Isi
Menjawab
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
88
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
89
Lampiran 23. RPP Pertemuan 4
90
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.14Mengelompokkan 3.14.1 Menjelaskan peranan koloid dalam kehidupan
berbagai tipe sistem sehari-hari dan industri.
koloid dan menjelaskan
kegunaan koloid dalam
kehidupan berdasarkan
sifat-sifatnya.
4.14 Membuat makanan atau 4.14.2 Melaporkan hasil diskusi kelompok
produk lain yang berupa
koloid atau melibatkan
prinsip koloid.
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui model pembelajaran Simas Eric peserta didik dapat
mengelompokkan berbagai tipe sistem koloid dan menjelaskan kegunaan koloid
dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya kemudian membuat makanan atau
produk lain yang berupa koloid atau melibatkan prinsip koloid serta memiliki
sifat rasa ingin tahu, bekerjasama dan tanggung jawab.
91
D. Materi Pelajaran
No. Pengetahuan Materi pembelajaran
Campuran minyak tanah, air dan sabun merupakan koloid
1. Fakta emulsi
Pembuatan sol agar-agar dengan cara dispersi
Kelas Eksperimen
Pendekatan : Scientific
Model : Simas Eric
Metode : Diskusi, tanya jawab dan presentasi.
92
Kelas Kontrol
Pendekatan : Scientific
Model : Tanpa model Simas Eric
Metode : Diskusi, tanya jawab dan presentasi.
F. MEDIA PEMBELAJARAN
1.Laptop dan proyektor
2.Power point
G. SUMBER BELAJAR
1. Buku kimia kelas XI
2. LKPD
3. Bahan Ajar
4. Internet
93
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Sintak Model
Kegiatan Waktu Kegiatan Waktu
Simas Eric
Kegiatan Awal Kegiatan Awal
- Guru mengucapkan - Guru mengucapkan
salam. salam.
- Guru menunjuk salah - Guru menunjuk salah
satu peserta didik satu peserta didik
memimpin doa, kemudian memimpin doa, kemudian
guru memeriksa guru memeriksa
kehadiran peserta didik, kehadiran peserta didik,
kebersihan dan kerapian kebersihan dan kerapian
kelas. kelas.
94
- Guru memotivasi peserta - Guru memotivasi peserta
didik “Apakah kalian didik “Apakah kalian
pernah mendengar pernah mendengar
tentang proses tentang proses
penjernihan air?taukah penjernihan air?taukah
kalian prinsip dari proses kalian prinsip dari proses
tersebut?” (Motivasi) tersebut?” (Motivasi)
- Guru menyampaikan - Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran. tujuan pembelajaran
- Guru mengintruksi - Guru mengintruksi
peserta didik untuk duduk peserta didik untuk duduk
dalam kelompok dalam kelompok
heterogen yang telah heterogen yang telah
dibagi sebelumnya. dibagi sebelumnya.
95
Fase-3 - Peserta didik bertanya - Peserta didik diberikan
Questioning kepada guru berdasarkan kesempatan untuk
peta pikiran yang telah mengajukan pertanyaan.
dibuat terkait materi yang (Menanya)
belum dipahaminya. - Guru membagikan LKPD
- Guru membagikan LKPD kepada peserta didik.
kepada peserta didik.
- Peserta didik diminta
Fase-4 - Peserta didik diminta berdiskusi untuk
Exploring untuk mendiskusikan menjawab pertanyaan
permasalahan yang pada LKPD secara
mereka temukan. berkelompok
(Mengumpulkan Data)
Fase-5 - Peserta didik menuliskan
Writing jawaban yang mereka - Peserta didik
dapatkan setelah proses menganalisis data yang
eksplorasi atas pertanyaan dikumpulkan dalam
yang diajukan. menjawab pertanyaan di
LKPD.
(Mengasosiasikan)
Fase-6
- Peserta didik
Communicating - Peserta didik
mempersentasikan hasil
mempersentasikan hasil
mind mapping dan hasil
diskusinya di depan
diskusinya di depan kelas.
kelas. Pada saat
Pada saat presentasi,
presentasi, kelompok
kelompok dipilih secara
dipilih secara acak.
acak.
(Mengkomunikasikan)
96
- Peserta didik dari - Peserta didik dari
kelompok lain kelompok lain
menanggapi, mengoreksi menanggapi, mengoreksi
atau menambahkan yang atau menambahkan yang
disampaikan temannya. disampaikan temannya..
- Guru memperjelas dan - Guru memperjelas dan
meluruskan pendapat meluruskan pendapat
peserta didik yang kurang peserta didik yang
tepat dari hasil diskusi. kurang tepat dari hasil
diskusi.
97
didik untuk membaca didik untuk membaca
materi yang akan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan dipelajari pada pertemuan
selanjutnya. selanjutnya.
98
I. Penilaian
Aspek yang Dinilai Teknik Penilaian Waktu Penilaian
Sikap Observasi kerja kelompok Lembar penilaian
Mengetahui,
Kepala SMA ...........Pekanbaru
............................................
NIP.
99
DESKRIPTOR PENILAIAN SIKAP
Nama : Kelas :
Karakter Jumlah
Kriteria Penilaian Rasa Ingin Tahu
100
3. Peserta didik menghargai pendapat teman sekelompok
4. Peserta didik mencari solusi jika terdapat perbedaan
pendapat dalam diskusi secara bersama dalam
kelompok
Keterangan:
a). Diberi point 4 jika memenuhi semua kriteria
b). Diberi point 3 jika hanya memenuhi tiga kriteria
c). Diberi point 2 jika hanya memenuhi dua kriteria
d). Diberi point 1 jika hanya memenuhi satu kriteria
Penilaian :
Nilai A (sangat baik) = Skor 13-16
Nilai B (Baik) = Skor 9-12
Nilai C (Cukup Baik) = Skor 5-8
Nilai D (Kurang Baik) = Skor 0-4
101
LEMBAR PENILAIAN SIKAP
Perilaku Jumlah Keterangan
Nama Peserta Rasa
No Tanggung Kerja
Didik Ingin
Jawab Sama
Tahu
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
102
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
103
DESKRIPTOR PENILAIAN KINERJA PRESENTASI
104
LEMBAR PENILAIAN KINERJA PRESENTASI
Perilaku
Nama Peserta Teknik
No Cara Jumlah Keterangan
Didik Bertanya dan
Penyampaian Isi
Menjawab
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
105
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
106
107