Anda di halaman 1dari 70

CBR

FISIOLOGI HEWAN

Disusun Oleh:

FORENTINA LIMBONG (4181141038)

BIOLOGI DIK C 2018

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta kesehatan dan kesempatan, sehingga kami bisa menyusun dan menyelesaikan CBR
Genetika ini.

           Adapun tujuan kami menulis makalah ini tidak lain untuk meningkatkan kemampuan kita
dalam menambah pengetahuan. Dan kami juga tidak bermaksud untuk menyudutkan beberapa
pihak tertentu.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna untuk itu kami selaku
mahasiswa yang menyusun makalah ini ingin mengucapkan maaf untuk kesalahan dalam
penempatan bahasa dan kekurangan dalam setiap materi atau bab yang kami tuliskan. Atas
segalanya kami mengucapkan terima kasih dan kami berharap bahwa makalah ini bisa
memberikan manfaat.

Medan, 30 Oktober 2020

Penyusun

FORENTINA LIMBONG
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................1

1.2 Tujuan .................................................................................................................1

1.3 Manfaat................................................................................................................1

BAB II ISI BUKU.....................................................................................................2

2.1 Identitas Buku......................................................................................................2

2.2 Ringkasan Buku...................................................................................................3

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................23

3.1 Kelebihan Isi Buku...............................................................................................23

3.2 Kelemahan Isi Buku.............................................................................................24

BAB IV PENUTUP..................................................................................................25

4.1 Kesimpulan..........................................................................................................25

4.2 Saran.....................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 26
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah

Critical Book Review ( CBR) secara singkat dapat diartikan sebagai evaluasi terhadap
suatu buku yang akan direview. Latar belakang kami membuat critical book ini yaitu untuk
mengevaluasi, seperti mengulas atau mereview, menginterprestasi serta menganalisis isi
sebuah buku, yang menitik beratkan pada evaluasi ( penjelasan, interprestasi dan analisis)
mengenai keunggulan dan kelemahan buku, apa yang menarik dari buku tersebut,
bagaimana isi buku tersebut bisa mempengaruhi cara berfikir pembaca dan menambah
pemahaman pembaca terhadap suatu bidang kajian tertentu. Dengan kata lain, melalui CBR
ini pembaca (reviewer) menguji pikiran pengarang atau penulis berdasarkan sudut pandang
pembaca berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.

Materi CBR pada makalah ini mengenai buku fisiologi hewan, sehingga digunakan dua
buku ini untuk mengetahui isi dan materi dalam kedua buku tersebut

Oleh karena itu, latar belakang kami membuat makalah fidiologi hewan mengenai
pewarisan sifat untuk mengetahui apa itu pewarisan sifat , tetapi bukan hanya itu saja , kami
jadi mengetahui dan mengevaluasi, seperti mengulas, menginterprestasi serta menganalisis
mengenai materi genetika ini sehingga dapat menambah wawasan lebih luas .

b. Tujuan
1. Untuk mengulas isi sebuah buku
2. Untuk mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku
3. Untuk membandingkan isi buku pertama dan buku kedua

c. Manfaat
1. Untuk menambah pengetahuan tentang materi Fisiologi Hewan di Perguruan tinggi.
2. Untuk menambah wawasan tentang mengerti mengkritik buku sebuah buku.
3. Untuk mengetahui isi inti mengenai fisiologi hewan.
BAB II

ISI BUKU

2.1 Identitas Buku

BUKU UTAMA

Judul : BUKU AJAR FISIOLOGI HEWAN

Penulis : PUTRA SANTOSO, M.Si

Tahun Terbit : 2009

Penerbit : Bio FMIPA UNAND

Kota Terbit : Padang

Halaman : 304

Edisi :-

BUKU PEMBANDING

Judul : FISIOLOGI HEWAN

Penulis : Wiwi Isnaeni

Tahun Terbit : 2006

Penerbit : Kanisius

Kota Terbit : Yogyakarta

Halaman : 285

Edisi :1
2.1 RINGKASAN BUKU
Buku 1
BAB I. Konsep-konsep Fisiologi hewan
Fisiologi hewan adalah ilmu yang berkenaan dengan Fungsi dan fenomena yang terjadi  pada
kondisi normal dari hewan dan menekankan kepada proses bagaimana hewan dapat hidup dan
beraktivitas atau lebih sederhananya adalah bioproses. Ilmu ini dapat dikaji pada berbagai level
yang berbeda" dari level seluler" fungsi organ" hingga totalitas keseluruhan tubuh hewan.
Fisiologi hewan komapratif memfokuskan kajian kepada masalah fisiologis yang sama tetapi
dalam taksa atau spesies yang berbeda. Ekofisiologi mengkaji tentang bagaimana proses-proses
spesifik fisiologis hewan berlangsung dalam kaitannya dengan efek faktor lingkungan tempat
hidupnya dan aspek-aspek ekologi lainnya yang berkontribusi terhadap mekanisme adaptasi
fungsional. Fisiologi evolusi mengkaji bagaimana mekanisme fisiologi mere#leksikan proses
perubahan fundamental yang telah di alami hewan sebagai mani#estasi tekanan evolusi yang
dialaminya dan bagaimana kaitan antar sistem-sistem fisiologis tersebut memberikan informasi
evolusi yang elaboratif. Cabang aplikatif kemudian juga berkembang seperti fisiologi kedokteran
atau fisiologi manusia" fisiologi serangga" heamtologi (tentang darah ), imunologi (tentang
sistem imun) dan berbagai subunit spesifik lainnya yang relevan

Dalam Cakupannya,fisiologi hewan mengkaji tentang bagaimana  proses- proses kehidupan


berlangsungg dengan demikian, beberapa !ontoh aspek kajiannya adalah
a. Bagaimana sistem-sistem kehidupan bekerja, dari level molekuler hingga sistem organ
dan organisme utuh  
b. Bagaimana hewan merespon aktivitas fisik dan lingkungan sekitarnya, baik di ruang
yang kosong maupun di dasar lautan
c. Bagaimana berbagai gangguan dapat mempengaruhi fungsi-fungsi kerja normal dari
sistem-sistem tersebut
d. Bagaimana genom ditranslasi menjadi suatu fungsi kerja baik di dalam satu sel maupun
dalam tubuh hewan secara utuh
Secara spesifik, kajian fisiologi hewan akan berkisar pada sistem-sistem fungsional meliputi
sistem pencernaan, sistem saraf, sistem endokrin, sistem ekskresi, sistem  pernafasan, sistem
sirkulasi,sistem imun,sistem gerak,dan sistem reproduksi.
Konsep sentral Homeostatis
Lingkungan eksternal berpeluang untuk menyajikan tantangan terbesar yang harus dihadapi
oleh hewan. Lingkungan eksternal dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu terestrial dan akuatis.
Akan tetapi diantara sekian banyak hewan, terdapat kelompok yang juga hidup di kedua
lingkungan tersebut baik sepanjang kehidupannya maupun sebagian dari siklus hidupnya.
Misalnya pada kelompok amphibi atau insekta yang fase larvanya hidup di lingkungan akuatis
tetapi setelah dewasa akan hidup di lingkungan terestrial atau semi terestrial.
BAB II
Sistem Respirasi
Respirasi pertukaran gas adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida antara sel- sel yang aktif
dengan lingkungan luarnya atau antara cairan tubuh hewan dengan lingkungan tempat hidupnya.
Definisi respirasi juga meliputi proses biokimia yang berlangsung di dalam sel berupa
perombakan molekul-molekul makanan dan transfer energi yang dihasilkan (respirasi seluler).
Proses respirasi erat kaitannya dengan laju metabolisme (metabolit rate) yang dide#inisikan
sebagai unit energi yang dilepaskan  per unit waktu. Laju respirasi pada hewan tergantung pada
aktivitas metabolisme total dari organisme tersebut. Fungsi utama respirasi adalah dalam rangka
memproduksi energi melalui metabolisme aerobik dan hal tersebut terkait dengan konsumsi
oksigen.
Gas di udara dan di air
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi gas dalam air terutama adalah :
a. Suhu, jika suhu tinggi maka konsentrasi akan turun. Misalnya oksigen akan  berkurang
sebanyak 40% jika suhu naik dari 10 derajat celcius / menjadi 30 derajat celcius.
b.  Partikel-partikel lain yang terlarut dalam sistem larutan, jika jumlah partikel tinggi maka
akan menurunkan konsentrasi gas. Oksigen misalnya akan mengalami  penurunan 20- 30
8, dalam air laut daripada di air tawar karena  banyaknya  partikel terlarut dalam air laut
Difusi gas dalam respirasi
Difusi secara sederhana merupakan proses pergerakan suatu substansi (gsa/partikel) dari suatu
tempat dengan konsentrasi tinggi menuju ke tempat dengan konsentrasi rendah yang pada
dasarnya diistilahkan dengan gradien konsentrasi. Dalam fisiologi,  proses difusi dapat
berlangsung seperti pada kulit, dan dari alveoli ke kapiler darah di pulmo.
Respirasi melalui difusi sederhana
Proses difusi melalui permukaan tubuh sebagai mekanisme respirasi dapat ditemukan  pada
hewan uniseluer maupun multiseluer sederhana yang aktif  bermetabolisme. Syarat utama dari
proses ini adalah bahwa sel-sel hewan tersebut harus  berukuran 1 mm atau diliputi oleh medium
air setebal minimal 1 mm. Hewan-hewan multiseluer sederhana misalnya ubur-ubur, sel-selnya
memiliki diameter 1 mm dan sel-sel yang aktif  bermetabolisme ( yang memerlukan oksigen
dalam metabolismenya) berada di  bagian tepi (perifer) dari tubuhnya yang langsung bersentuhan
dengan air. Pada cacing pipih, terjadai mekanisme memipih dan memanjang dalam rangka men!
apai kondisi yang mudah dan efisien bagi proses difusi.
Respirasi dengan insang
Mekanisme respirasi melalui difusi sederhana tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan suplai O2
dan netralisasi C02 dari dalam tubuh dari hewan-hewan yang memiliki laju metabolisme tinggi.
Perkembangan-perkembangan spesifikasi organ respirasi akan sangat berkorelasi terhadap
tuntutan tersebut dan sejalan dengan proses evolusi dalam hubungannya dengan tekanan
lingkungan.
BAB III FISIOLOGI DARAH
3. 1 Pendahuluan
Darah dalam sistem sirkulasi merupakan komponen fisiologis yang menjadi penyokong
substansial bagi keberlangsungan proses-proses fisiologis lainnya seperti respirasi, reproduksi
dan sistem-sistem lain. Darah merupakan substansi berupa jaringan ikat dengan matriks berupa
cairan plasma dan komponen selular berupa sel-sel darah (eritrosit, leukosit, dan trombosit).
Komponen atau substansi-substansi yang sangat membutuhkan darah dalam proses
transportasinya adalah
a. Gas-gas respirasi (oksigen dan karbondioksida).
b. Nutrien-nutrien yang ditransportasikan dari saluran gastrointestinal ke organ- organ
penyimpanan dan ke jaringan atau sel yang membutuhkan.
c. Produk-produk sisah, misalnya urea yang ditrunsportasikan dari hepar ke ren atau ginjal dan
CO, yang ditransportasikan dari jaringan ke paru-paru untuk dibuang keluar tubuh.
d. Sel-sel darah yang terspesialisasi, misanya leukosit yang berperan dalam pertahanan imunitas
serta trombosit atau paltelet yang berperan penting dalam hemostasis (pembekuan darah).
e. Hormon-hormon yang sangat tergantung kepada darah dalam proses transportasinya ke sel
target. Dalam banyak hal, terkadang hormon membutuhkan molekul protein pengangkut spesifik
yang mengikatnya di dalamd arah schingga dapat ditransportasikan secara optimal ke sel target.
f. Panas tubuh ditransfer dari organisme ke lingkungannya atau sebaliknya, juga melibatkan
mekanisme aliran dalam vaskular darah di kulit.
Komponen Darah
A. Plasma Darah
Plasma merupakan cairan matriks dimana sel-sel darah tersuspensi. Secara umum, penyusun
plasma adalah air yang mengandung ion-ion dan molekul organik ter larut seperti protein.
Komposisi cairan plašma sangat berbeda dengan cairan intraseluler terutama dalam hal kadar
natrium dan kalium (sodium dan potasium) yang lebih tinggi daripada cairan intraseluler. Selain
itu juga terdapat berbagai kandungan protein. Kondisi ini berkonsekuensi terhadap tekanan
osmotik plasma. Molekul-molekul protein yang berukuran relatif besar terperangkap dalam
plasma darah, sehingga jika jumlah protein lebih tinggi maka tekanan osmotik juga akan tinggi,
Tekanan osmotik yang dihasilkan oleh protein tersebut dikenal dengan tekanan osmotik koloid.
Tekanan osmotik ini akan mempengaruhi pergerakan air melalui membran plasma sel, Kadar air
dalam plasma mencapai 92%, protein 8-9% dan garam-garam anorganik 0.9%.
B. Eritrosit (Sel Darah Merah)
Eritrosit merupakan komponen sel darah terbesar. Morfologi dan ukuran eritrosit sangat
bervariasi diantara spesies hewan. Eritrosit yang memiliki inti pada kebanyakan vertebrata
kecuali pada sehagian besar mamalia yang tidak berinti. Bentuk eritrosit mamalia adalah bulat
dan bikonkaf kecuali pada kelompok Camellidae yang berbentuk lonjong. Sedangkan pada
kebanyakan vertebrata lainnya bentuk eritrosit adalah lonjong dan bikonfeks. Penyakit eritrosit
paling besar ditemukan pada amfibi, sedangkan sel eritmsit lah yang bertanggung jawab lebih
kecil dan spesifik dengan ketiadaan nukleus.
C. Pigmen Respirasi (Hemoglobin dan Kelompoknya)
Hemoglobin menupakan molekul kompleks yang terdiri atas protein dan logam yang berada di
dalam eritrosit. Secara struktural, molekulnya tersusun atas heme dan globin dengan berat
molekul 68.000. Heme adalah porfirin yang mengandung Fe. Peranan pentingnya adalah dalam
hal pengikatan oksigen yang akan ditransfer dari darah ke sel- sel yang membutuhkan.
D. Leukosit (Sel Darah Putih)
Leukosit dikenal dengan sel darah putih karena karakter fisiknya yang tidak memiliki wama
yang jelas seperti eritresit yang berwarna merah melainkan hanya putih atau agak kekuningan.
Sel darah ini ditemukan dalam darah maupun dalam cairan limfa dan bahkan terkadang terdapat
dalam cairan jaringan.
E. Trombosit (Platelet)
Trombosit adalah komponen seluler ketiga setelah eritrosit dan leukosit yang terdapat di dalam
darah. Trombosit dikenal juga dengan keping darah dengan bentuk agak bulat, tidak bernukleus,
tidak memiliki warna, ukuran sangat kecil bahkan paling kecil dinatara seluruh komponen seluler
darah (1-4 mikron).
3. 3 Golongan Darah
A. Golongan Darah ABO
Penggolongan darah yang ditemukan oleh Karl Landsteiner (1901) ini disarkan pada ada atau
tidaknya antigen yang disebut aglutinogen yaituA dan B di permukaan membran eritrosit dan
antibodi (aglutinin) alfa dan beta di dalam plasma darah. Aglutinin alfa dikenal juga dengan anti
A, sedangkan aglutinin B dikenal dengan anti B. Akan tetapi, reaksi antigen dan antibodi yang
sangat penting adalah dengan adanya unit N-asetil galaktosamin yang berkombinasi dengan
antigen A dan unit galaktosa yang berkombinasi dengan antigen B. Dua unit ini menentukan
terjadi atau tidaknya reaksi aglutinasi yaitu eritrosit berkelompok dan diikuti oleh hemolisis.
B. Golongan Darah Sistem Rhesus
Sistem golongan darah rhesus diambil dari nama kera Macaca rhesus yang juga ditemukan oleh
Karl Landsteiner dan Alecander S. Wiener pada tahun 1937. Dalam penelitiannya, kedua
ilmuwan tersebut menemukan bahwa jika kelinci diimunisasi dengan eritrosit dari Macaca rhesus
akan menghasilkan antibodi yang dapat mengaglutinasi sel darah merah manusia. Sistem
golongan damh rhesus berdasarkan adanya 5 macam antigen yang ada di membran eritrosit
(antigen C.c, D, E, dan e). Akan tetapi istilah faktor rhesus (Rh) digunakan untuk menyatakan
antigen D saja. Protein yang membawa antigen rhesus adalah protein transmembran yang
strukturnya merupakan bagian dari channel ion pada membran eritrosit
3. 4 Proses-Proses Penting Dalam Darah
3. 4. 1 Pembekuan Darah (Koagulasi)
Secara spesifik reaksi utama yang terjadi pada proses koagulasi adalah perubahan fibrinogen
dalam bentuk protein yang larut menjadi fibrin yang merupakan protein tidak larut. Proses ini
dibantu oleh substansi trombin yang berasal dari protrombin. Aktivasi protrombin menjadi
trombin juga disebabkan oleh ion kalsium, enzim trombokinase dari trombosit yang pecah, dan
faktor dari jaringan yang terluka Jika dibagi menjadi tahapan-tahapan penting, maka proses
koagulasi darah terdiri ats 3 tahapan penting yaitu :
1). Tahap proteolitik yang merupakan proses perubahan fibrinogen menjadi monomer- monomer
peptida tak larut.
2) Tahap polimerisasi yaitu pembentukan anyaman polimer fibrin (koagulum) dari monomer
fibrin.
3) Koagulasi yang meliputi stabilisasi koagulum dari polimer fibrin menjadi bentuk tidak larut
dengan bantuan faktor penstabil spesifik.

BAB IV SISTEM SIRKULASI


A.Pendahuluan
Kelompok hewan yang belum memiliki organ-organ spesifik dalam sistem sirkulasinya
disebut dengan kelompok yang  belum terspesialisasi. Pada cinidaria dan cacing pipih misalnya,
sistem sirkulasi dilakukan dengan mekanisme gastrovaskular yang berperan sekaligus sebagai
sistem pencernaan dan sistem sirkulasi internal dengan cara difusi sederhana.
Pada hewan-hewan tingkat tinggi baik invertebrata maupun vertebrata terdapat unit-unit
spesifik dari sistem sirkulasi yang menjamin keberlangsungan prosesnya. Ada tiga unit penting
dari sistem sirkulasi yaitu:
a. Darah yang berperan aktif dalam aliran dan transportasi substansi
b. Jantung sebagai pemompa darah dan regulator yang sistematis
c. Pembuluh-pembuluh darah sebagai saluran dari pergerakan komponen darah.
B. Tipe-Tipe Sistem Sirkulasi
A. Sistem Sirkulasi Terbuka
Sistem sirkulasi terbuka merupakan suatu sistem dimana pembuluh darah tidak membentuk
sirkuit yang sempurna di seluruh tubuh sehingga ketika darah mengalir" darah akan
meninggalkan pembuluh darah dan mengalir diantara jaringan 'ruang terbuka hemocoel atau
blastocoel). Ruang terbuka tersebut bisanya bearda diantara endoderm dan ektoderm. Cairan
yang terdapat di ruang hemocoel disebut hemolimf yang akan langsung mengenai sel-sel di
sekitarnya. Selanjutnya dari jaringan akan kembali ke jantung. Tipe ini banyak ditemukan pada
arthropoda dan moluska.
B. Sistem Sirkulasi Tertutup
Dalam sistem sirkulasi tertutup ini, darah selalu berada dalam suatu seri pembuluh darah
selama proses peredarannya dan tidak pernah keluar dari sistem. Sistem  peredaran darah ini
ditemukan pada anelida, cephalopoda, echinodermata dan seluruh vertebrata. Darah yang
dipompa oleh jantung dijaga sedemikian rupa sehingga tekanannya tetap tinggi yang kemudian
menghasilkan siklus peredaran yang dinamis mulai dari  jantung ke seluruh tubuh dan kembali
ke jantung dengan lancar.
Sistem sirkulasi tertutup memiliki dua pola yang berbeda dalam proses sirkulasi
darahnya. Pembagian ini didasarkan kepada bagaimana susunan jantung dan bagaimana cara
darah melakukan peredaran secara lengkap di seluruh tubuh, yaitu:
(1) Sistem Sirkulasi Tunggal
Pada tipe ini, darah akan meninggalkan jantung melalui $entrikel" terus melewati insang
dan mengalami oksigenasi dengan mekanisme di#usi pertukaran O2.CO2 di insang, dan
selanjutnya mengalir ke seluruh tubuh dimana terdapat jaringan atau sel-sel yang akan
memakai oksigen dan kemudian kembali lagi ke jantung. Dengan demikian, dalam sekali
siklus peredaran, darah hanya terdiri atas satu lintasan saja yaitu dari jantung ke insang
dan ke seluruh tubuh untuk selanjutnya kembali ke jantung yang juga berarti bahwa
selama beredar darah hanya sekali melewati jantung. Contoh hewan dengan sistem
sirkulasi tipe ini adalah kelompok Pisces.
(2) Sistem Sirkulasi Ganda
Pada tipe sirkulasi ganda, darah selama beredar akan melewati jantung sebanyak dua kali.
Hal ini memerlukan struktur jantung yang spesifik yaitu terdiri atas 4 ruang (dua atrium
dan 2 ventrikel). Darah meninggalkan jantung melalui ventrikel kanan dan menuju ke
paru-paru dimana terjadi proses oksigenasi sehingga membawa darah kaya oksigen dari
paru%paru untuk kembali ke jantung melalui atrium kiri dan ke ventrikel kiri untuk
selanjutnya dipompakan ke seluruh tubuh sebagai suplai oksigen dan substansi lainnya
yang diperlukan oleh sel-sel tubuh. Pada lintasan kedua, darah dari seluruh tubuh yang
berupa darah deoksigenasi (miskin oksigen) akan kembali ke atrium kanan dan menuju
ventrikel kanan hingga ke paru-paru lagi sebagai pengulangan siklus yang kontinyu.
Contoh ideal sistem ini adalah pada mamalia.
C. Komponen-Komponen Sistem Sirkulasi
1. Jantung (Cor)
Peran  pertama jantung adalah sebagai pemompa cairan melintasi sistem sirkulasi yang
berlangsung dengan mekanisme kontraksi dan relaksasi otot jantung. Hal ini juga menciptakan
gradien tekanan yang mendorong darah keluar jantung dan mengalir ke seluruh tubuh, sehingga
darah merupakan pompa tekanan. Peran kedua adalah adanya beberapa kontrol penting dari
jantung terhadap kerja sistem sirkulasi secara keseluruhan dengan mengubah-ubah laju detakan
dan daya kontraksi.
Struktur jantung yang paling sederhana adalah jantung tubular (tubular heart). Secara
esensinya, strukturnya berupa tubular (saluran) yang berkontraksi dengan pola yang seperti
gerakan peristaltik yang akan sama mendorong darah sepanjang saluran. Tipe ini terdapat pada
kebanyakan insekta.
Struktur jantung yang lebih kompleks dari tipe tubular adalah jantung tipe beruang
(chambered heart). Pada tipe ini, jantung terdiri atas sejumlah ruang- ruang yang bekerja dalam
suatu pola koordinasi yang teratur untuk mendorong darah seluruh sistem sirkulasi. Jantung
beruang dapat ditemukan pada moluska dan vertebrata, tetapi jumlah ruang atau bilik-biliknya
bervariasi antar spesies.
Jantung dapat dibagi juga menjadi dua atas dasar bagaimana cara menentukan detakan yaitu
tipe neurogenik dan tipe miyogenik. Jantung neurogenik tergantung kepada inervasi neural
ekstrinsik untuk menginisiasi kontraksinya. Jika inervasinya dibuang, maka jantung tidak lagi
dapat berdetak. Tipe ini ditemukan pada krustasea yang mana detakan jantungnya diregulasi
oleh aktivitas saraf (misalnya oleh potensial aksi) pada ganglion jantung (ganglion jantung).
Ganglion yang berperan sebagai pemacu jantung (pacemaker) yang mengawali rentetan potensial
aksi yang kemudian melewati jantung dan akan menimbulkan kontraksi jantung. Mekanisme
tersebut kemudian akan melibatkan saraf-saraf lainnya (baik penanganan maupun pemacuan)
yang memodulasi aktivitas ganglion jantung.
Jantung miyogenik adalah jantung yang kontraktil spontan. Jenis ini ditemukan pada
moluska dan vertebrata. Kontraksi yang timbul dari muatan neuron yang spontan yang
bersumber dari tempat spesifik di jantung. Tempat tersebut dikenal dengan pemacu jantung atau
pacemaker yang merupakan bagian spesifik dimana terdapat modifikasi dari otot jantung dan sel-
selnya dengan potensi membran tidak stabil.
Jumlah unit ruang jantung antar takson selaras dengan perkembangan evolusi masing-
masing taksa. Hal ini secara lengkap dapat diamati pada ruang-ruang kelompok vertebrata yang
terdiri atas 5 kelas (pisces, amfibi, reptilia, aves, dan mamalia). Pisces hanya memiliki dua ruang
jantung yaitu 1 atrium dan 1 ventrikel, amphibi memiliki 3 ruang jantung yaitu 2 atrium dan 1
ventrikel, sedangkan pada reptilia jantung terdiri atas 4 ruang (2 atrium dan 2 ventrikel) namun
terdapat variasi antara kelompok spesies reptil dari aspek ada atau tidaknya septum (sekat)
antara ventrikel kiri dan kanan (buaya memiliki septum sempurna, sedangkan kelompok lainnya
tidak). Pada burung, ruang jantung sama dengan mamalia yaitu 2 atrium dan 2 ventrikel yang
memiliki sekat pemisah yang sempurna. Perbedaan- perbedaan pada struktur jantung tersebut
akan bermanifestasi pada pola aliran darah masing-masing kelompok.
D. Pembuluh Darah
Pada kelompok hewan dengan sistem darah tertutup, terdapat 3 jenis darah yang berperan
dalam proses sirkulasi yaitu arteri, kapiler, dan vena. Secara histologis, arteri dan vena tersusun
atas 3 lapisan jaringan sirkuler yang konsentris yaitu tunica intima, tunica media, dan tunica
adventitia. Sedangkan kapiler hanya terdiri atas tunika intima.
Arteri. Fungsi dari pembuluh darah adalah membawa darah dari jantung. Darah yang mengalir
di dalam arteri dengan tekanan yang cukup tinggi sehingga dinding aliran harus cukup tebal dan
kuat untuk menahan tekan dan arah aliran di dalamnya.
Arteriol. Merupakan pembuluh darah arteri kecil. Dinding kapal tersusun atas otot polos yang
banyak. Fungsi utama yang paling penting adalah menjamin kelangsungan aliran darah secara
teratur ke organ-organ yang membutuhkan secara proporsional. Fungsi ini difasilitasi oleh
keberadaan otot polos pada dinding.
Kapiler. Pembuluh ini adalah pembuluh darah dalam sirkulasi sistem. Fungsinya adalah
sebagai tempat pertukaran gas, nutrisi, dan substansi- substansi lainnya antara darah dan sel.
Fungsi tersebut didukung oleh struktur kapiler yang hanya tersusun atas selapis sel tipis dan luas
permukaan total yang sangat besar.
Venula dan vena. Venul adalah vena kecil yang berhubungan langsung dengan kapiler,
sedangkan vena yang berperan dalam mengembalikan darah ke jantung. Struktur dindingnya
sebagian besar arteri dan dialiri darah bertekanan rendah. Vena-vena utama memiliki katub yang
memastikan pelaksanaan aliran darah satu ara saja kembali ke jantung.
E. Mekanisme Sirkulasi Darah Vertebrata
A. Sirkulasi Pada Pisces
Pada ikan terdapat ruang yang berfungsi menerima darah dari pembuluh darah yang
disebut sinus venosus. Ketika jantung berkontraksi, darah akan mendukung ke atrium,
selanjutnya ke ventrikel dan akhirnya menuju ke bulbus arteriosus yang kemudian menuju ke
aorta ventralis. Dengan aliran yang demikian, sistem jantung yang terdiri atas 4 bagian (ruang)
linier sangat berguna untuk meningkatkan tekanan darah dengan jalan menurunkan kaliber
(ketegaran) lumen secara sekuensial dan meningkatkan kekuatan muskular dinding jantung.
Aorta ventral keluar dari jantung dan berakhir sebagai 4 pasang arteriol menuju insang. Arteri-
arteri tersebut tersusun secara simetris dan bilateral, menuju ke daerah insang dan disana akan
bercabang menjadi arteriol yang pada akhirnya menuju kapiler insang.
B. Sirkulasi Pada Amphibi
Pada amphibi, setiap bagian atrium terbuka melalui kanal atrioventrikular yang memiliki
katub menuju ventrikel yang terdiri atas satu ruang yang berbagi-bagi. Ventrikel tersebut
memiliki jaringan dan jaringan ikat yang disebut trabekula dan jaringan spons. Fungsi struktur
tersebut adalah mencampurkan darah dari dua atrium. Conus arteriosus sebagai saluran dari
ruang ventrikel tersebut juga terbagi-bagi oleh katub spiral.
C. Sirkulasi Pada Reptilia
Pada kelompok Pola peredaran darah pada penyu dan kelompoknya adalah sebagai berikut:
darah dari vena di seluruh tubuh masuk ke sinus venosus yang kemudian ke atrium kanan.
Atrium kanan juga menerima darah dari vena koronaria. Setelah itu darah akan menuju ventrikel
kiri terus ke arteri pulmonalis dan ke kapiler di pulmo yang selanjutnya akan berkumpul di vena
pulmonalis dan masuk ke atrium kiri. Dari atrium kiri kemudian masuk ke ventrikel. Sebagian
darah dari ventrikel akan mengalir ke lengkung aorta kanan dan sebagian ke lengkung aorta kiri.
Dari lengkung aorta kanan sebagian menuju ke kepala dan sebagian lagi bersatu dengan
lengkung aorta kiri. Sedangkan darah dari lengkung aorta kiri akan menuju hepar, ren, usus, dan
dinding tubuh.
Pola peredaran darah pada buaya sebagai kelompok yang memiliki sekat jantung antar
ventrikel adalah sebagai berikut: arah dari vena seluruh tubuh mengalir ke sinus venosus
selanjutnya ke atrium kanan dan ke ventrikel kanan. Dari ventrikel kanan tersebut akan terbagi
menjadi dua arah aliran berbeda yaitu (a) ventrikel kanan ke arteri pulmonalis ke kapiler di
pulmo bergabung ke vena pulmonalis dan kembali ke jantung melewati atrium kiri; (b) ventrikel
akanan ke aorta kiri dan bergabung dengan aorta kanan. Darah yang terdapat di atrium kiri yang
berasal dari vena pulmonalis (pada arah aliran a) akan menuju ke ventrikel kiri dan dipompa ke
aorta kanan yang sebagiannya akan menuju ke kepala sedangkan sebagian lagi akan bergabung
dengan darah dari aorta kiri menuju hepar, ren, usus dan dinding tubuh. Di dekat ventrikel kiri
dan kanan terdapat hubungan antara aorta kiri dan aorta kanan dengan perantara lubang yang
disebut Foramen Panizae.
D. Sirkulasi Pada Aves dan Mamalia
Aves memiliki sistem sirkulasi yang hampir mirip dengan mamalia dan ruang jantung yang
sudah tersekat dengan sempurna menjadi 4 ruangan (2 atrium dan 2 ventrikel). Secara
sistematis, darah dari vena di seluruh tubuh menuju ke atrium kanan dan ke ventrikel kanan.
Dari ventrikel kanan mengalir melalui arteri pulmonalis menuju kapiler-kapiler di pulmo dan
kemudian berkumpul kembali di vena pulmonalis yang pada akhirnya akan kembali ke jantung
melalui atrium kiri. Dari atrium kiri darah akan mengalir ke ventrikel kiri dan kemudian
dipompa ke aorta menuju ke kepala, hepar, usus, ren dan dinding tubuh. Proses oksigenasi
terhadap darah berlangsung saat darah melewati kapiler pulmo. Darah kaya oksigen disebut
darah arteri sedangkan darah kaya karbondioksida disebut darah vena. Perbedaan spesifik antara
mamalia adalah pada aspek adanya sistem vena porta renalis (ginjal) pada aves yang tidak
dimiliki oleh mamalia.
Seperti halnya pada aves, jantung mamalia juga memiliki 4 ruang yang bersekat sempurna
sehingga tidak terjadi percampuran darah yang kaya oksigen dan darah miskin oksigen. Darah
dari vena sistematik akan mengalir ke bagian atrium kanan dari jantung melalui vena cava
superior dan vena cava inferior. Dari atrium kanan, darah akan mendukung melalui katub
triskupidalis menuju ventrikel kanan. Ketika ventrikel kanan tersebut berkontraksi, maka katub
triskupidalis akan menutup untuk mencegah aliran darah kembali ke dalam atrium. Pada waktu
yang bersamaan, katub semilunar akan membuka sehingga darah akan mengalir ke arteri
pulmonalis kanan dan kiri.
F. Aktivitas Fungsional Jantung
Jantung memiliki beberapa karakter fungsional yang spesifik, yaitu
1. Iratabilitas yaitu kemapuannya untuk merespon impuls-impuls atau rangsangan dengan
intensitas yang cukup besar. Respon jantung berupa rambatan potensial aksi dan kontraksi
mekanik. Potensi aksi pada jantung agak berlainan dengan saraf atau otot dimana bentuknya
berupa dataran tinggi (dataran) dengan durasi relatif lebih lama (dalam satuan detik).
2. Konduktivitas yaitu kemampuan jantung dalam merambatkan impuls. Bagian yang sangat
berperan aktif dalam merambatkan impuls adalah jaringan purkinye dan serabut
3. Keotomatis an (keiramaan jantung) yaitu kemampuan jantung untuk berden yut dengan
sendirinya tanpa ada impuls dari luar jantung dengan pola irama yang teratur. Munculnya
denyut jantung karena adanya aktivitas otot jantung disebut karakterisitik miyogenik (seperti
yang telah dipaparkan di awal), namun frekuensi denyutnya oleh aktivitas saraf dan hormon.
Pada mamalia, pusat denyutan adalah di nodus sinoaurikularis, sedangkan pada katak adalah
sinus venosus.
4. Periode refrakter yang lebih lama. Periode refrakter adalah waktu dimana jaringan hidup
Kehilangan sifat iratabilitasnya untuk sementara sehingga pada saat tersebut jika diberikan
rangsangan maka tidak akan ada respon.
5. Jantung mengikuti hukum Starling dimana jika otot jantung mengembang sehingga menjadi
lebih panjang. Maka kontraksinya juga akan semakin kuat Hukum Starling mengemukakan
bahwa energi mkanik yang tidak dapat dilepaskan dari keadaan istirahat sampai otot berkontraksi
tergantung dari panjang awal otot tersebut. Untuk jantung, banyaknya volume sekuncup jantung
berbanding lurus dengan volume darah di ruang jantung pada akhir diastol.
Kontrol Saraf terhadap Aktivitas Jantung
Terdapat dua saraf yang mengontrol jantung yaitu vagus macam (parasimpatik) dan saraf
simpatik. Saraf vagus menurunkan frekuensi denyut jantung (kronotropik negatif), menurunkan
daya kontraksi jantung (inotropik negatif), dan membuang penghantaran impuls sepanjang
sistem konduktivitas jantung (dromotropik negatif). Saraf simpatik jantung memberikan efek
berkebalikan dengan saraf vagus hubungan kerja antagonis antara sistem simpatik dan
parasimpatik dalam mengontrol kerja tubuh lainnya.
G. Dinamika Aliran Darah
Darah sebagai fluida dengan viskositas yang cukup tinggi akan mengalir dalam suatu saluran
darah yang bersifat elastik. Dinamika aliran darah di dalam pembuluh darah tersebut memenuhi
hukum fisika berkenaan dengan aliran fluida. Sesuai asas Poiseuille, kecepatan aliran darah
dalam pembuluh darah ditentukan oleh faktor-faktor berikut:
a. Tekanan darah, jika tekanan darah tinggi maka kecepatan aliran akan meningkat.
b. Luas penampang darah, semakin besar luas penampang darah maka aliran darah juga akan
meningkat.
c. Panjang pembuluh darah, jika darah semakin panjang maka akan menurunkan kecepatan
aliran fluida darah di dalamnya.
d. Viskositas darah, sama dengan tahanan terhadap aliran darah sehingga jika viskositas tinggi
maka aliran darah akan lambat demikian.

V. SISTEM PENCERNAAN
5. 1 Pendahuluan
Sistem pencernaan atau dikenal juga sebagai sistem gastrointestinal pada hewan memiliki 4
fungsi utama yaitu :
1. Menyelenggarakan aktivitas makan (feeding) yaitu mengantarkan makanan ke bagian awal
dari saluran pencernaan. Hal ini akan dilakukan dengan kerja sama terhadap sistem tubuh lainnya
meliputi sistem gerak, dan berbagai sistem sensoris (pendengaran dan penglihatan serta
penciuman).
2. Pencernaan (digestion) yaitu proses dimana bahan makanan yang ditelan akan dihancurkan
secara fisika dan kimiawi sehingga dapat diserap oleh dinding usus dan selanjutnya dijadikan
suplai energi dan proses-proses fisiologis lainnya.
3. Absorbsi yaitu penyerapan bahan makanan yang telah dicerna di saluran pencemaan untuk
kemudian ditransfer ke sel-sel tubuh lainnya yang akan digunakan atau disimpan untuk
sementara.
4. Eliminasi atau ekskresi yaitu mengeliminasi segala sisa-sisa makanan yang tidak dapat dicerna
dan diserap sehingga menjadi kotoran yang harus dibuang ke luar tubuh. Seperti halnya dengan
sistem tubuh lainnya, sistem pencernaan memperlihatkan pola-pola spesifik antar satu kelompok
hewan dengan kelompok lainnya. Perbedaan pola antar kelompok tersebut dapat meliputi
mekanisme pencernaa nnya, jenis atau tipe makanan yang dicema serta aspek-aspek lain yang
berkenaan dengan nutrien-nutrien yang diperlukan dan tidak diperlukan oleh tubuh.
5. 2 Mekanisme Mendapatkan Makanan
A. Pencernaan Partikel Kecil
Pencernaan partikel kecil yang terkadang disebut sebagai pencernaan suspensi umumnya terbatas
untuk hewan-hewan akuatik yang sebagian besarnya pada hewan- hewan yang hidup di air laut.
Hal tersebut dimungkinkan karena adanya sumber makanan yang potensial dalam jumlah lebih
banyak seperti bakteria, mikro algae, invertebrata kecil dan sebagainya di dalam air laut jika
dibandingkan dengan di air tawar.
B. Pencernaan Partikel Besar
Cara termudah untuk memperoleh bahan makanan berupa partikel besar adalah dengan menelan
makanan yang inaktif. Dengan demikian bahan makanan tidak perlu ditangkap. Sering kali bahan
makanan yang diperlukan tersebut adalah lingkungan tempat hidupnya, seperti pada cacing tanah
Lumbricus yang secara sederhana akan menelan tanah di sekitarnya. Cara alternatif lainnya
berkenaan dengan massa partikel makanan yang inaktif dapat ditemukan pada kelompok
gastropoda (misalnya siput).
C. Makanan Berupa Cairan
Cara paling mudah untuk memperoleh makanan dalam bentuk cairan adalah dengan mengambil
bahan makanan tersebut dari sumbernya tanpa harus melakukan penetrasi. Hal ini dapat
ditemukan pada lebah madu dan burung kolibri yang memakan nektar dari tumbuh-tumbuhan.
Secara morfologis, hewan-hewan tersebut juga memiliki modifikasi struktural misalnya adanya
rostrum yang panjang pada kolibri yang memungkinkannya untuk memperoleh nektar dengan
mudah.
D. Penyerapan Nutrien Secara Langsung
Mungkin cara termudah dalam memperoleh makanan adalah dengan mengabsorbsi nutrien
melalui permukaan tubuh. Dalam hal ini, makanan yang diperlukan telah dicerna secara
sempurna sehingga dapat langsung diabsorbsi atau mungkin dicema sebagian tetapi tidak
memerlukan proses yang terlalu rumit untuk mencernanya. Endoparasit yang hidup pada saluran
pencernaan hewan sebagai contoh, merupakan hewan yang langsung dapat menyerap makanan
yang sudah dicerna oleh inangnya. Sebagai konsekuensinya, hewan-hewan tersebut biasanya
mengalami reduksi saluran pencernaan karena tidak diperlukan mencerna makanan yang
diperlukan. Beberapa cacing parasit dan protozoa memiliki tipe pencernaan demikian.
5. 3 Kebutuhan Akan Sistem Pencernaan
Proses pencernaan internal ini hanya dapat berjalan secara efektif jika kondisi lingkungan
dapat dioptimalkan pH optimal di vakuola harus dijaga untuk menghentikan kerja enzim. Akan
tetapi, tentunya tidak hanya satu enzim yang terlibat dalam sistem pencernaan di vakuola
schingga sangat tidak mungkin untuk menjaga stabilitas pH yang berlaku umum untuk semua
enzim yang terlibat. Dengan demikian hal ini adalah salah satu kekurangan dari proses
pencemaan tipe intraseluler. Kekurangan- kekurangan lainnya dalam proses pencernaan
intraseluler ini adalah seluruh proses pencernaan baik berupa lipid, karbohidrat, maupun protein
yang hanya berlangsung di tempat yang sama yaitu di vakuola makanan sehingga tidak ada
sistem pencernaan yang spesifik terhadap jenis bahan makanan tertentu. Kekurangan lainnya
adalah bahwa sistem pencernaan tidak dapat dilaksanakan secara spasial atau periodik tetapi
berlangsunng secara simultan, sistem pencernaan tidak dapat diatur sedemikian rupa. Bentuk
kekurangan lainnya adalah keterbatasan ukuran partikel yang akan dicerna dimana ukurannya
harus lebih kecil ukuran sel itu sendiri. Misalnya, protozoa tidak dapat mencerna partikel
makanan yang lebih besar dari tubuhnya. Hal tersebut akan membatasi jenis dan jumlah
makanan yang dapat diperoleh.
5. 4 Struktur dan Fungsi Sistem Gastrointestinal
Sistem gastrointestinal yang tipikal terdiri atas 4 bagian utama yaitu
a. Bagian penerimaan makanan
b. Bagian penyimpanan
c. Bagian pencernaan dan penyerapan
d. Bagian ekskretif (eliminatif) dan absorbsi air
5. 5 Nutrisi
Secara sederhana nutrisi diartikan sebagai substansi makanan yang diperlukan oleh hewan untuk
keberlangsungan proses-proses fisiologis di dalam tubuhnya. Sedangkan secara spesifik nutrisi
bukan hanya meliputi substansi makanan tetapi juga proses- proses yang dilakukan untuk
mendapatkan nutrien tersebut sekaligus pengo lahannya menjadi bentuk yang dapat digunakan
oleh tubuh. Nutrien yang dibutuhkan hewan terbagi menjadi 5 kelompok besar yaitu (1) lemak,
(2) karbohidrat, (3) protein, (4) mineral, dan (5) vitamin. Nutrien-nutrien tersebut diperlukan
untuk:
a. Sumber energi dalam menjalankan aktivitas dan metabolisme seluler
b. Senyawa kimia pembangun struktur sel dan molekul-molekul kompleks
c. Senyawa-senyawa yang penting dalam reaksi biokimia seperti enzim dan prekusornya

BAB VI. METABOLISME ENERGI


6. 1 Ruang Lingkup Metabolisme
Metabolisme dapat didefinisikan sebagai keseluruhan reaksi kimiawi yang diperlukan untuk
merubah bahan makanan yang telah diperoleh dari hasil pencernaan untuk dapat digunakan oleh
tubuh. Metabolisme pada dasarnya mutlak diperlukan untuk menjaga homeostasis kimiawi
tubuh. Energi metabolisme diperlukan untuk mencerna nutrisi, yang kemudian akan
menghasilkan energi yang lebih besar pula dari nutrisi yang dicerna sehingga dapat digunakan
untuk menjalankan proses-proses kehidupan yang vital lainnya. Penggunaan energi sebagian
besar adalah untuk mempertahankan temperatur tubuh agar tetap konstan (khususnya pada
hewan berdarah panas).

6. 2 Konsep Penting Energi


Energi secara sederhana didefinisikan sebagai kemapuan untuk melakukan kerja atau
menimbulkan perubahan dan dapat diukur menurut jumlah kerja yang dilakukan selama terjadi
perubahan. Semua perubahan fisika dan kimia selalu berkaitan erat dengan distribusi energi
(terpakai atau dihasilkan). Sesuai hukum termodinamika, bahwa energi tidak dapat diciptakan
dan dimusnahkan tetapi energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Misalnya
energi kimiawi yang terkandung dalam bahan makanan berupa karbohidrat secara kompleks
akan dapat dirubah menjadi energi spesifik yang digunakan oleh hewan untuk menggerakkan
otot-otot tubuhnya sehingga dapat beraktivitas.
6. 3 Metabolisme Oksidatif Molekul Organik
Reaksi biokimia dalam tubuh hewan secara garis besar terbagi atas 4 grup yang kesemuanya
terlibat dalam proses fisiologis untuk memperoleh energi yang dapat digunakan oleh sel.
Pembagian tersebut meliputi :
a. Reaksi digestif atau reaksi pencernaan yang sebenarnya adalah reaksi hidrolisis dimana
molekul kompieks dipecah-pecah menjadi sub unit yang lebih sederhana dan kecil. Degradasi
karbohidrat, pati dan protein dalam sistem pencernaan adalah contoh dari reaksi tipe ini.
b. Reaksi sintesis dimana molekul-molekul kecil dikombinasikan untuk membentuk molekul
yang lebih besar dan disertai dngan pelepasan air.
c. Reaksi transfer yaitu satu bagian dari suatu molekul ditransfer kepada molekul lainnya.
d. Reaksi oksidasi-reduksi Definisi akurat tentang oksidasi tidak dapat dikemukakan karena
memiliki berbagai alternatif. Akan tetapi, suatu senyawa dapat dikatakan mengalami oksidasi
jika beberapa kejadian berikut berlangsung, yaitu :
a. Jika suatu molekul atau senyawa kchilangan satu atau lebih elektronnya, misalnya 2 Fe
menjadi Fe"
b. Jika suatu molekul atau senyawa kehilangan satu atau lebih atom hidrogennya, misalnya
CHCH:OH menajdi CH:CHO dan melepaskan 2H
c. Jika satu atau lebih atom oksigen ditambahkan ke dalam ikatan atau senyawa, misalnya
CH,CHO menjadi CH,COOH karena penambahan I atom O.
Metabolisme Oksidatif Karbohidrat
Karbohidrat akan mengalami metabolisme yang sangat kompleks yang dimulai dari
pemecahannya melalui reaksi digestif dalam sistem pencernaan menjadi molekul monosakarida
terutama glukosa. Berikut ini adalah rincian dari penggunaan karbohidrat dalam tubuh hewan
secara fisiologis setelah melalui reaksi digestif: a. Gula sederhana hasil pencernaan karbohidrat
seperti glukosa, fruktosa, dan galaktosa akan diabsorbsi dan menjadi gula darah.
Metabolisme Protein
protein terdiri atas transformasi esensial dari asam amino yang diabsorbsi melalui saluran
pencernaan untuk kemudian dikonversi di dalam hepar. Kebanyakan protein dapat disintesis di
dalam tubuh dari asam amino yang diperoleh dalam bentuk makanan (sebagai protein dalam
makanan atau asam amino esensial). Akan tetapi beberapa diantarnya juga disintesis dari asam
amino yang disintesis sendiri oleh tubuh (kelompok asam amino non esensial). Asam amino juga
dioksidasi untuk menghasilkan energi dan digunakan untuk pembentukan senywa-senyawa non
protein. Tubuh hewan tidak dapat menyimpan asam amino dan protein dalam jumlah yang besar
karena adanya interkonversi asam amino tersebut menjadi senyawa lainnya seperti karbohidrat,
Metabolisme Oksidatif Karbohidrat
Karbohidrat akan mengalami metabolisme yang sangat kompleks yang dimulai dari
pemecahannya melalui reaksi digestif dalam sistem pencernaan menjadi molekul monosakarida
terutama glukosa. Berikut ini adalah rincian dari penggunaan karbohidrat dalam tubuh hewan
secara fisiologis setelah melalui reaksi digestif :
a. Gula sederhana hasil pencernaan karbohidrat seperti glukosa, fruktosa, dan galaktosa akan
dinbsorbsi dan menjadi gula darah.
b. Glukosa akan diabsorbsi dari darah untuk kemudian dikonversi di hepar menjadi glikogen
sebagai cadangan sumber energi,
c. Seluruh monosakarida dapat mengalami perubahan menjadi glikogen di otot.
d. Monosakarida juga dapat ditransformasi menjadi lemak dan dideposit dalam jaringan adiposa.
e. Sebagian glukosa akan segera dioksidasi untuk produksi energi.
f. Sebagian gula akan diekskresikan melalui urine. maka yang perlu
Metabolisme Protein
Metabolisme protein terdiri atas transformasi esensial dari asam amino yang diabsorbsi melalui
saluran pencernaan untuk kemudian dikonversi di dalam hepar. Kebanyakan protein dapat
disintesis di dalam tubuh dari asam amino yang diperoleh dalam bentuk makanan (sebagai
protein dalam makanan atau asam amino esensial). Akan tetapi beberapa diantarnya juga
disintesis dari asam amino yang disintesis sendiri oleh tubuh (kelompok asam amino non
esensial). Asam amino juga dioksidasi untuk menghasilkan energi dan digunakan untuk
pembentukan senywa-senyawa non protein. Tubuh hewan tidak dapat menyimpan asam amino
dan protein dalam jumlah yang besar karena adanya interkonversi amino tersebut menjadi
senyawa lainnya seperti karbohidrat.
Metabolisme Oksidatif Lipid
Lipid merupakan kandungan protoplasma yang penting. Senyawa ini mungkin terdapat di dalam
makanan secara langsung atau disintesis di dalam tubuh. Secara struktural, lipid sangat kompleks
dimana deposit lipid merupakan bentuk umum yang menjadi pelindung mekanis tubuh. Dalam
metabolisme lipid, terlibat tiga proses utama yaitu :
a. Mobilisasi lipid dari tempat penyimpanannya di dalam tubuh menuju tempat terjadinya
katabolismme.
b. Absorbsi lipid dari pencernaan
. c. Sintesis lipid di hepar dari mukosa intestinum dan jaringan adiposa sebagai sumber
karbohidrat dan protein.
Metabolisme Protein
Metabolisme protein terdiri atas transformasi esensial dari asam amino yang diabsorbsi melalui
saluran pencernaan untuk kemudian dikonversi di dalam hepar. Kebanyakan protein dapat
disintesis di dalam tubuh dari asam amino yang diperoleh dalam bentuk makanan (sebagai
protein dalam makanan atau asam amino esensial). Akan tetapi beberapa diantarnya juga
disintesis dari asam amino yang disintesis sendiri oleh tubuh (kelompok asam amino non
esensial). Asam amino juga dioksidasi untuk menghasilkan energi dan digunakan untuk
pembentukan senywa-senyawa non protein. Tubuh hewan tidak dapat menyimpan asam amino
dan protein dalam jumlah yang besar karena adanya interkonversi amino tersebut menjadi
senyawa lainnya seperti karbohidrat.

BAB VII. TERMOREGULASI


Berbagai bentuk energi yang ada di dalam tubuh hewan adalah hasil dari reaksi-
reaksi biokimia. Seluruh reaksi biokimia termasuk dalam cakupan metabolisme yang terdiri atas
proses degradasi ( katabolisme) dan penyusunan atau sintesis ( anabolisme .Reaksi sintesis
membutuhkan energi yang telah tersedia dalam sistem melalui oksidasi.Seluruh energi yang
dilepaskan selama proses oksidasi tidak digunakan, akan tetapisebagian energi tersebut akan
dilepaskan keluar tubuh dalam bentuk panas. Oleh sebab itu, metabolisme dan panas tubuh
sangat berhubungan erat satu sama lain. Kebanyakan reaksi biokimia se!ara ekstrim sangat
sensitif terhadap temperatur. Peningkatan suhu akan meningkatkan ke!epatan reaksi dua kali
lipat" sedangkan suhu rendah akan memberikan efek berkebalikan. Selama kehidupan organisme
tergantung kepada reaksi kimiawi, maka keseluruhan proses biologis yang berlangsung di dalam
tubuhnya akan dipengaruhi oleh luktuasi temperatur.
Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu
internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir. Proses yang terjadi pada hewan untuk
mengatur suhu tubuhnya agar tetap konstan dinamis. Mekanisme Termoregulasi terjadi dengan
mengatur keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan panas. Mekanisme pengaturan
suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi dari organ-organ tubuh yang saling berhubungan.
didalam pengaturan suhu tubuh mamalia terdapat dua jenis sensor pengatur suhu, yautu sensor
panas dan sensor dingin yang berbeda tempat pada jaringan sekeliling (penerima di luar) dan
jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh.Dari kedua jenis sensor ini, isyarat yang diterima
langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat dan kemudian dikirim ke syaraf motorik yang
mengatur pengeluaran panas dan produksi panas untuk dilanjutkan ke jantung, paru-paru dan
seluruh tubuh. Setelah itu terjadi umpan balik, dimana isyarat, diterima kembali oleh sensor
panas dan sensor dingin melalui peredaran darah .Suhu tubuh hewan dipengaruhi oleh suhu
lingkungan luar. Pada suhu -2oC s.d suhu 50oC hewan dapat bertahan hidup atau pada suhu yang
lebih ekstrem namununtuk hidup secara normal hewan memilih kisaran suhu yang lebih sempit
dari kisaran suhu tersebut yang ideal dan disukai agar proses fisiologis optimal.
Klasifikasi hewan berdasarkan perubahan temperature tubuh hewan, jika ditempatkan pada
temperature lingkungan yang berbeda dengan temperatur tubuhnya yaitu pertama, golongan
hewan homeotheme adalah hewan yang temperatur tubuhya relative konstan pada berbagai
variasi temperatur lingkungan sedangkan yang kedua yaitu golongan poikilotheme yaitu hewan
yang temperatur tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan.
Nomenklatur Termoregulasi
Atas dasar temperatur tubuhnya hewan diklasifikasikan atas hewan berdarah panas
danhewan berdarah dingin ( warm blooded and old blooded animal ) Istilah tersebut cukup
rancu dan muncul istilah lain yaitu homeotermis dan poikilotermis. Hewan yang dapatmenjaga
suhu tubuhnya pada kondisi yang relatif konstan ketika suhu eksternal  berubahdalam kisaran
yang luas disebut dengan homeotermis", sedangkan hewan-hewan yang suhu tubuhnya akan
mengalami perubahan mengikuti suhu eksterna disebut poikilotermis.

Efek suhu rendah


Hewan memperlihatkan respon yang berbeda terhadap suhu rendah. Sebagian mencoba
untuk menghindari suhu yang dingin dengan melakukan migrasi ke daerah yang lebih panas.
Migrasi burung dari daerah yang lebih dingin menuju daerah yang lebih panas merupakan
fenomena yang cukup familiar ddn  berlangsung secada musiman. Hewan-hewan lainnya
mengembangkan toleransi terhadap suhu rendah dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan
melalui hibernasi, atau bersembuyi dalam lubang selama periode dingin dan tetap iinaktif.
Umumnya, suhu yang rendah memiliki efek-efek yang merugikan terhadap proses kehidupan
hewan. Jiika hewan se!ara perlahan berhadapan dengan suhu rendah, laju metabolismenya akan
semakin rendah dan akhirnya mencaai titik mematikan.
Temperatur Tubuh pada Poikilotermis
Aktivitas poikilotermis tergantung kepada suhu lingkungannya dan sehubungan dengan itu,
hewan- hewan kelompok ini tidak akan memerlukan energi terlalu besar untuk termoregulasinya
karena laju metabolismenya juga rendah dengan sedikit atau tanpa adanya produksi panas.
Dalam kondisi dingin suhu tubuhnya rendah dan di kondisi  panas maka suhu tubuh akan
meningkat. Suhu tubuh akan meningkat karena efek lingkungan dan laju metabolisme juga akan
dipercepat. Oleh sebab itu tidak ada laju metabolisme yang pasti pada poikilotermis dan akan
berubah-ubah sesuai temperatur lingkungan.
Aklimatisasi Termal
Aklimatisasi termal digunakan untuk perubahan temperatur yang terjadi di alam, sedangkan
aklimasi digunakan untuk istilah bagi perubahan suhu yang dikondisikan dilaboratorium.
Perubahan iklim selalu berasosiasi dengan perubahan laju metabolisme hewan. Jika hewan
dipelihara di lingkungan yang baru yang berbeda dari habitat aslinya, mungkin hewan tersebut
akan memperlihatkan perubahan-perubahan spesifik untuk bertahan hidup atau bahkan
mengalami kematian. Beberapa  poikilotermis memperlihatkan peningkatan mendadak dari laju
metabolismenya ketika suhu eksternal meningkat dan pada kondisi dingin juga akan
memperlihatkan penurunan yang tiba-tiba. Perubahan pada laju metabolisme dideskripsikan
sebagai kompensasi konsekuensi aklimatisasi. Ketika hewan tersebut kembali ke kondisi
temperatur normalnya, laju reaksi tidak akan kembali ke level awal tetapi mungkin akan lebih
tinggi atau lebih rendah sesuai dengan arah aklimatisasinya.

BAB IX. SISTEM OTOT


9.1 Pendahuluan
Secara sttruktural jaringan otot yang terdiri dari berkas-berkas dari sel-sel yang panjang
yang dinamakan serat-serat otot. Ada 3 macam jaringan otot yaitu otot rangka (skeletal muscles),
otot jantung (cardiac muscles) dan otot polos (smooth muscles). Ketiga tipe otot tersebut
memiliki struktur yang berbeda dan mekanisme kerja yang berbedaa pula terutama dalam
hubungannya dengan control saraf.
Otot rangka melekat pada tulang dengan perantaraan tendon dan berfungsi untuk gerak-
gerak tubuh yang volunter (berkontraksi menurut kemauan). Berkas otot rangka berwarna
dengan kemasan lurik, adanya strip berwarna gelap dan terang. Dengan latihan fisik otot
membesar bukan karena bertambahnya jumlah sel otot tetapi sel otot itu membesar. Contohnya
semua otot rangka.
Otot jantung adalah jaringan kontraktil dari jantung. Warna lurik tidak sebanyak pada otot
rangka. Kontraksinya lambat tetapi berlangsung untuk perioda waktu yang panjang. Ujung-ujung
sel terikat erat secara bersama membentuk satu struktur yang mampu mengantarkan signal dari
sel ke sel selama jantung berdetak Otot polos diberi nama polos karena tidak ada warna lurik.
Otot poias terdapat pada dinding pembuluh darah, dinding usus, dinding kandung kencing.
Dapat berkontraksi dalam perioda waktu yang panjang. Otot polos dan otot jantung adalah
termasuk otot involunter (merdeka, berkontraksi tidak dibawah kemauan).
9.3 Hubungan Neuromuskular
Otot rangka diaktivasi oleh impuls-impuls saraf yang diinisiasi oleh suatu stimulus mekanis
atau elektrik. Aktivasi otot tergantung kepada inervaasi serabut otot. Saraf motorik yang besar
terbagi-bagi menjadi sejumlah cabang yang halus dan masuk ke dalam struktur otot. Cabang-
cabang yang lebih halus tersebut atau disebut sebagai ujung saraf mungkin berhubungan erat
dengan sarkolemma otot. Akson saraf berakhir pada struktur spesifik yang memipih yang disebut
lempeng ujung motorik (motor end- plate) yang terletak di permukaan otot. Hubungan
fungsional antara terminal neuron motorik dan lempeng akhir motorik disebut dengan
neuromuscular junction (hubungan neuromuscular).
9. 4 Eksitabilitus Jaringan Otot
Stimulus : Perubahan di lingkungan akan memberikan suatu stimulus. Suatu stimulus
bersifat spesifik berupa sinyal elektrik, mekanis, clektromagnetik. kimiawi, suhu atau perubahan-
perubahan osmotik. Dalam eksperimen fisiologi, istimulus elektrik sangat umum digunakan
karena dapat dideteksi dengan akurasi yang tinggi, Stimulus elektrik memiliki beberapa
kelebihan yaitu dapat diulang-ulang dan dapat dikontrol serta responnya sangat cepat. Jaringan
yang terstimulus juga akan pulih dengan cepat tanpa adanya kerusakan (luka).
Potensial aksi : Otot lurik mamalia memiliki potensial resting -90 mV. Dibawah kondisi
stimulasi, potensi aksinya dikembangkan pada nitai yang sama untuk waktu yang cukup panjang
(sekitar 10 milisekon). Hal ini sangat berbeda dengan saraf yang aksi potensialnya bervariasi dari
0.5 hingga 2 milisekon. Jika suatu stimulus diberikan, membran dari serahut otot akan
didepolarisasi dan impuls akan digandakan sepanjang otot, Setelah 2-3 milisekon, otot akan
berkontraksi dan memiliki potensi aksi. Aksi potensial tersebut berperan dalam pelepasan ion-ion
kasium.
Hubungan stimulus dan respon : Respon serabut otot bersifat independen. Jika ada beberapa
respon, maka responnya maksimum. Ini dikenal dengan istilah semua atau tanpa berespon sama
sekali ( all or none response), dan gaya minimum dari tegangan yang diperlukan untuk suatu
kontraksi disebut dengan minimum treshold (ambang batas minimum). Ambang batas tersebut
bervariasi sesuai dengan tipe stimulus yang diberikan. Stimulus subtreshold (dibawah ambang
butas) tidak akan mampu memberikan suatu respon dan otot akan gagal untuk menimbulkan
kejangan (twitch). Akan tetapi, suatu seri stimulus subtreshold dapat menghasilkan kejangan
otot.
Kronaksi : Durasi dan intensitas stimulus mempengaruhi laju kontraksi. Dalam hal stimulus
elektrik, arus listrik yang diberikan yang cukup untuk mengeksitasi umumnya disebut dengan
rheobase atau ambang batas regangan dari stimulus. Dengan memvariasikan intensitas dan durasi
arus listrik, akan dapat diperoleh kurva dumsi peregangan. Arus dan eksitasi tersebut diistilahkan
dengan kronoksin. Kronoksin didefinisikan sebagai waktu dimana arus listrik dasar (cheobase)
yang dibutuhkan untuk menimbulkan eksitasi peregangan otot dua kali.
9. 5 Kontraksi Otot
Eksitabilitas atau kekuatan respon terhadap suatu stimulus adalah karakter alami dari otot. Jika
serangkaian stimulus diberikan, otot akan berkontraksi dan diikuti oleh suatu gelombang
relaksasi. Fenomena ini disebut dengan kejangan otot (muscle twitch).
Hubungan Gaya dan Kecepatan
Efisiensi keja otot tergantung kepada jumlah beban yang dipindahkannya. Jika otot
berkontraksi dengan tanpa adanya beban, bukan merupakan kerja eksternal. Sedangkan jika ada
beban pada otot maka disebut sebagai kerja ekstenal. Jika berat beban bertambah secara gradual,
kecepatan kontraksi akan berkurang hingga waktu dimana beban sama dengan gaya optimum
yang mampu dilakukan oleh otot. Pada fase ini tidak ada pemendekan otot, jadi kecepatan
kontraksi adalah nol.
Periode Refraktori
Jika sedetik stimulus diberikan secara cepat setelah stimulus pertama, tidak akan ada respon
terhadap stimulus tersebut. Periode dimana otot tidak memperlihatkan kontraksi disebut dengan
periode refraktori. Pada otot lurik, periode refraktori sangat singkat sekitar 0.05 sekon. Dua
periode refraktori terdiri atas (a) periode refraktori absolut, Produksi.
Panas di Otot
Otot secara langsung menghasilkan panas sebagai hasil dari proses oksidasi ketika beristirahat
ataupun bekerja. Akan tetapi, produksi panas akan lebih banyak ketika otot berkontraksi. Panas
otot dapat diukur dengan bantuan termopile dan galvanometer.
Kerja Eksternal
Respon otot juga tergantung kepada pemendekan otot yang berkaitan erat dengan efisiensi
kemampuan pengangkatan bebannya. Dalam kondisi tanpa beban terhadap otot, kontraksinya
akan berlangsung bukan sebagai kerja eksternal. Dengan menambahkan beban berupa berat pada
otot maka akan tercapai tahap dimana otot tidak mampu lagi mengangkat beban tersebut
sehingga kapasitas angkat beban otot akan menurun. Durasi stimulus merupakan faktor penting
lainnya. Stimulus yang lemah yang diberikan pada kisaran waktu yang cukup panjang tidak akan
menimbulkan respon. Ini disebut sebagai stimulus sublininal. Jika stimulus yang lebih besar
diberikan pada periode yang lebih singkat, akan terlihat adan ya respon otot. Kontraksi Isotonik
dan Isometrik Jika otot dibiarkan untuk mengangkat beban yang melampaui kapasitasnya, maka
tidak akan terlihat adanya kontraksi. Tidak akan ada pemendekan, sehingga kerja otot hampir
mendekati nol. Ini disebut dengan kontraksi isomerik. Jika otot diperlakukan untuk menahan
beban yang konstan yang mana beban tersebut cukup ringan, maka kontrkasi akan tetap konstan.
Ini diistilahkan dengan kontraksi isotonik.
Summasi
Jika otot lurik yang diisolasi kemudian diberikan stimulus, akan terjadi kontraksi tunggal. Jika
satu detik stimulus diberikan terhadap otot yang masih berada dalam fase kontraksi, maka
kontraksi selanjutnya atau pemendekan serabutnya akan terjadi. Kontraksi kedua yang mengikuti
kontraksi pertama dan menyebabkan terjadinya pemendekan serabut otot lebih besar. Fenomena
ini disebut dengan summasi.
Kontraksi Tetanus
Selama aktivitas normal misalnya dalam lokomosi atau pergerakan, kontraksi otot tidak akan
mengalami kekejangan lebih dari satu detik. Proses tersebut akan berlangsung lebih lama jika
aktivitas dilanjutkan sehingga akan memperlihatkan adanya kontraksi ganda atau kontraksi
tetanus. Kontraksi yang terus dipertahankan disebut dengan tetanus sempurna, namun akan
bervariasi sesuai dengan jenis otot dan kondisinya. Jika stimulus berulang-ulang diberikan
kepada otot dalam interval waktu yang panjang, maka kontraksi-kontraksi tunggal akan muncul
karena adanya sedikit relaksasi. Hal ini dikenal dengan tetanus tidak sempurna.
Kelelahan Otot (Fatigue)
Sebagai hasil dari stimulus yang berulang, dengan interval yang tidak terlalu dekat dengan yang
menghasilkan tetanus, otot akan kehilangan kemampuannya untuk berkontraksi. Kondisi ini
disebut dengan kelelahan otot. Kondisi ini jarang sekali ditemukan pada otot yang masih berada
di tubuh tetapi dapat didemonstrasikan pada otot yang diisolasi. Jika stimulasi berulang diberikan
kepada otot yang diisolasi, maka kontraksinya akan semakin lemah dan pada akhirnya tidak akan
ada lagi respon sama sekali.
Tonus Otot
Selama aktivitas muskular, otot-otot viseral mungkin akan tetap berada dalam kondisi memendek
untuk beberapa waktu, kondisi ini disebut dengan tonus otot. Tonus dapat didefinisikan sebagai
resistensi involunter terhadap regangan pasif. Jika otot memperlihatkan aktivitas ritmik, respon
maksimalnya akan diperoleh pada kondisi dimana seluruh komponen serabut otot beraksi secara
sinkron. Kadang hanya beberapa serabut otot yang berkontraksi, sedangkan serabut-serabut
lainnya akan berkontraksi pada waktu yang lain. Pada kondisi ini tidak ada kelelahan otot.
Selama tidur, otot beristirahat secara sempurna kecuali bahwa pada kondisi ini otot-otot masih
melakukan kontraksi parsial yang menyebabkan serabut-serabut tetap dalam keadaan menegang.
Otot tersebut memiliki tonus.
Kontraksi Otot Polos
Otot polos disebut otot dengan kerja tak sadar (involunter) karena dibawa kontrol sistem saraf
autonom dan ditemukan pada jaringan-jaringan atau organ viseral seperti saluran pencernaan,
saluran respirasi, ginjal, arteri, vena dan lain-lain. Kontraksinya lebih lamban dan kurang
terogrganisasi. Otot polos juga memperlihatkan beragam variasi. Pada vertebrata otot polos
berupa gelendong serabut atau sebagai serabut yang terisolasi yang akan berespon dengan
senyawa kimiawi seperti asetilkolin, adrenalin, histamin, oksitosin dan sebagainya. Otot-otot
viseral kadang kala berfungsi seperti suatu s insitium dan bekerja seperti otot jantung dimana
ototnya berkontraksi secara keseluruhan.
Kontraksi Otot Jantung
Secara struktural, otot jantung mirip dengan otot lurik, tetapi ada beberapa perbedaan mendasar
dari mekanisme kontraksinya. Otot jantung berbeda dengan otot lurik dalam hal berikut :
(a) Otot jantung menghasilkan ATP secara aerobik dan menggunakan asam lemak untuk
produksi ATP lebih banyak daripada glukosa.
(b) Asam laktat yang dihasilkan oleh otot lurik akan ditransportasikan ke jantung melalui darah
yang akan dapat dioksidasi lebih lanjut untuk menghasilkan ATP.
(c) Selama kontraksi, potensial aksinya lebih panjang dan proses repolarisasi juga diperpanjang.
Hal ini berkenaan dengan kenyataan bahwa potensi aksi berakhir sekitar 100 milisekon
sedangkan pada otot lurik hanya 1 milisekon.
(d) Otot jantung memperlihatkan kontraksi rtitmik dengan tanpa adanya stimulus eksternal dan
karena itu potensi aksinya tidak stabil.
(e) Selama berkontraksi, otot jantung tidak akan memperlihatkan respon terhadap suatu stimulus
sehingga summasi dan tetanus tidak pernah terjadi.
(f) Pada otot jantung periode refraksinya lebih panjang daripada otot lurik dan akan berakhir
melalui fase kontraksi.
9. 6 Teori Tentang Kontraksi Otot
A. Teori Sliding Filamen
Ikatan silang dari filamen-filamen (sliding filament) : Jembatan penghubung reguler akan
muncul pada interval yang teratur dari filamen tebal myosin dalam pola ikatan helik yang
berikatan dengan filamen lain yaitu aktin. Ikatan silang ini mungklin akan membantu proses
kontraksi otot dengan melakukan kontak pada sisi spesifik pada filamen tipis aktin sehingga
mempertahankan suatu kontinyuitas mekanis di sepanjang otot. Jembatan tersebut dapat
berosilasi maju dan mundur. Setiap kali jembatan tersebut meluncur secara cepat, molekul ATP
akan dikatalisasi untuk melepaskan molekul fosfat dan energi. Selama fase relaksasi, tidak ada
ikatan jembatan myosin dan penguraian ATP berhenti.
B. Teori Kontraksi Otot Szent Gyorgyi
Menurut teori ini, kontraksi berhubungan dengan peranan dari molekul myosin.
Dikemukakan bahwa kompleks myosin murni tersusun atas subunit-subunit protein. Subunit-
subunit yang sama disebut protomyosin yang akan berkaitan secara bersama- sama melalui
ikatan hidrogen. Sekitar 8 molekul protomyosin tersebut ketika bersatu akan membentuk
meromyosin yang ringan (L-meromyosin). Unit-unit yang lebih berat disebut dengan
meromyosin berat (H-meromyosin). Jika otot dieksitasi dengan adanya ion kalsium, aktin dan
myosin akan berkombinasi mebentuk kompleks aktomyosin yang merupakan molekul yang lebih
kaku. Partikel myosin akan dipertahankan dalam kondisi meregang dengan adanya molekul air,
tetapi kontraksi akan terjadi jika molekul air keluar. Aktomyosin sangat sensitif terhadap
perubahan konsentrasi Ca", Mg, K", dan H seperti halnya terhadap ATP. Kendati ATP yang
sedikit, tetap akan menginduksi kontraksi aktomyosin. Meromyosin berat (H-meromyosin) akan
berasosiasi dengan ATPase untuk mengkatalis ATP sehingga dihasilkan energi yang akan
ditransfer ke meromosin yang ringan (L-meromyosin). Sebagai konsekuensinya, meromyosin
ringan akan kehilangan muatan listriknya dan terlihat melipat untuk berkontraksi. Relaksasi
dapat terjadi karena konsentrasi ATP yang sangat besar.
9. 7 Peranan lon Ca 2+ dalam Kontraksi Otot
Kerja otot baik kontraksi maupun relaksasi tidak terlepas dari mekanisme kimiawi. Proses
pertama yang mengawali mekanisme kontraksi otot adalah peristiwa yang berlangsung antara
sistem saraf dan otot. Pada sambungan neuromuscular terjadi pelepasan asetilkolin dari saraf ke
otot. Asetilkolin yang berdifusi sampai ke neuromuskuler mengubah permeabilitas membran
plasma serat-serat otot. Retikulum endoplasmik di dalam sel otot (ER) melepas Ca* dan ion
tersebut masuk ke sitoplasma. Ca" kemudian menginduksi pengikatan myosin ke actin, yang
menjadi awal dari mekanisme kontraksi. Jika neuron motor berhenti mengirim potensial aksinya
ke serat-serat otot, maka Ca akan kembali masuk ke reticulum sarkoplasma
BAB X Sistem Saraf.
Evolusi hewan dari bentuk organisme uniseluler ke bentuk organisme multiseluler yang lebih
kompleks memungkinkan adanya perkembangan dari berbagai sistem organ secara spesifik.
Berbagai macam organ dan sistem organ memerlukan koordinasi yang komprehensi. sehingga
dapat bekerja secara sinergis satu sama lainnya dalam rangka menyelenggarakan proses
fisiologis kehidupan. Oleh sebab itu keberadaan sistem koordinasi yang meliputi sistem saraf dan
endokrin mutlak diperlukan sehingga mekanisme -mekanisme fisiologis dapat berlangsung
dalam kendali yang terintegrasi.
A. Neuron
Sistem saraf disusun oleh dua tipe sel yaitu sel neuron dan sel glia. Neuron adalah unit kerja
fungsional dari sistem saraf. Kerja se-sel neuron berlangsung melalui konduksi  potensal aksi
yang merupakan perubahan sederhana dalam hal polaritas Voltase yang tercipta membran
neuron. Potensial aksi merepresentasikan transmisi informasi melalui sistem saraf secara
keseluruhan dan sekaligus menjalankan fungsi koordinasi dan kontrol.
Neuron yang lengkap terdiri atas bagian dendrit, bagian somatik dan  bagian aksonik. D.endrit
merupakan pemanjangan dari soma atau badan sel neuron.Fungsinya untuk menerima informasi
dari nuron-neuron lainnya dan dari reseptor sensoris dan untuk memberikan informasi berkenaan
dengan apa yang terjadi di lingkungan luar tempat hidup hewan tersebut. Informasi-informasi
yang diterima oleh dendrit akan dikonversi ke dalam bentuk potensial membran yang
ditransmisikan ke badan sel dari neuron. Badan sel yang disebut soma memiliki semua organel
sel yang umumnya ada ( misalnya nukleus dan mitokondria). Disini berbagai neurotransmitter
khususnya neuropeptida disintesis dan ditransportasikan ke terminal akson yang kemudian akan
dilepaskan selama proses transmisi sinaptik. Dari badan sel akan terdapat  penjuluran yang
disebut dengan akson. Penghubung antara badan sel dan akson disebut hillok akson. Tempat
tersebut sangat penting sebagai tempat asal dari potensial aksi saraf Fungsi akson adalah untuk
mentransmisikan potensial aksi yangmenjalari sepanjang badan akson hingga ke terminal akson
tersebut. Terminal akson  berhubungan dengan berbagai struktur termasuk dendrit" badan sel"
akson darineuron lainnya" dan  juga dengan jaringan non neural seperti otot atau jaringan
glandular. Antara terminal akson dengan struktur lainnya ada !elah yang disebut dengan sinapsis.
Kebanyakan dari akson diselubungi oleh selubung miyelin yang terbentuk  dari se- sel glia yang
dikenal dengan sel schawan. Selubung tersebut bersifat diskontinyu karena di beberapa tempat
akan ada pembatas atau !elah yang disebut dengan Nodus Renvier. Fungsi miyelin adalah untuk
meningkatkan kecepatan transmisi potensial aksi di sepanjang akson. Dalam kondisi biasa, arah
penjalaran  potensial aksi hanya berlangsung satu arah yaitu dari badan sel ke terminal akson.
B. Sel-Sel Glia
Kelompok kedua dari sel yang ditemukan pada sistem saraf adalah sel glia. Sel glia
ini berhubungan erat dengan neuron kendati tidak terlibat dalam mengantarkan potensial aksi
saraf. Fungsinya adalah untuk menyokong kerja neuron. Sebagai contoh, sel- sel tersebut
menyediakan makanan bagi neuron dengan berbagai nutrisi, menjamin kondisi lingkungan ionik
di sekitar neuron agar tetap konstan, dan membuang material-material sisa . Terdapat beberapa
tipe sel glial yaitu astosit, oligodendrosit dan mikroglia. Salah satu tipe sel glial yang paling
terkenal adalah sel schwann yang menyusun selubung miyelin.
Mekanisme kerja neuron
Pada dasarnya neuron bekerja dengan !ara menghasilkan dan mengantarkan  potensial aksi yang
merupakan gelombang listrik yang menjalar di neuron. Hal ini  berlangsung karena kondisi
listrik dari membran neuron tidak stabil yang berarti bahwa  perbedaaan  potensial yang ada di
membran neuron dapat mengalami perubahan- perubahan. Istilah yang paling erat hubungannya
dengan transmisi listrik adalah membran potensial dasar dan membran potensial aksi.
a. Membran potensial dasar
 Neuron juga memilik beda potensial (voltase) antar membran yang disebut dengan membran
potensial dasar '( RMP : Resting potensial Membrane ). Dari pengukuran secara eksperimen,
RMP umumnya sebesar -75 mV, kondisi di dalam neuron lebih negatif daripada di bagian
luarnya. Tidak ada perbedaan potensial inheren baik di dalam maupun di luar sel. Potensial
membran dapat dibandingkan dengan potensial  batrei.
b. Potensi aksi
Potensial aksi adalah perubahan polaritas membran dimana bagian dalam neuron  berubah dari
muatan negatif menjadi positif selama beberapa milisekon. Potensial aksi terjadi ketika neuron
menyampaikan informasi. Potensial aksi ini ditransmisikan sepanjang akson dengan kecepatan
mencapai 120m/s. Kecepatan konduksi ini hanya berlangsung di akson besar yang bermielin.
Pada akson yang lebih kecil dan tidak bermielin, kecepatan konduksi hanya sekitar 2,5 m/s.
Salah satu aspek penting dari potensial aksi adalah transmisi potensial aksinya tanpa mengalami
pengurangan  potensial sepanjang akson sehingga ukuran potensial aksi pada hillock akson
(sambungan antara akson dan badan sel)sama besar dengan  potensial aksi yang terdapat di
terminal akson.

BAB XI SISTEM ENDOKRIN


1. Kelenjar Endokrin dan Hormon
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ 'kadang disebut sebagai kelenjar sekresi
internal, yang fugsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara
langsung ke dalam aliran darah karena kelenjarnya tidak memiliki saluran spesifik. Hormon
berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan  berbagai organ tubuh.
Sistem endokrin atau sistem hormon bersama dengan sistem saraf membuat kontrol dan
sistem koordinasi pada hewan. Ada dua perbedaan yang tegas antara sistem endokrin dengan
sistem saraf berkenaan dengan !ara kerjanya. Pertama sistem endokrin  bekerja dengan
mendistribusikan sinyal kimia sedangkan saraf dengan sinyal - sinyal elektrik (meskipun sistem
saraf menggunakan perintah bahan kimia pada synapsis) Kedua sistem endokrin memiliki waktu
respon yang lebih lambatdibandingkan dengan sistem saraf. Aksi kerja saraf dapat berlangsung
dalam periodesingkat sekitar 2.,8 ms, sedangkan aksi hormon mungkin memerlukan waktu
beberapa menit atau beberapa  jam. D.engan demikian aksi endokrin memiliki durasi respon
yanglebih panjang bandingkan dengan proses pertumbuhan yang untuk menyelesaikannya
melibatkan sistem hormon,  proses ini memerlukan waktu tahunan.
Walaupun ada tingkatan perbedaan diantara kedua sistem tersebut, sistem endokrin dan
sistem saraf saling bekerja sama untuk mencapai sebuah tujuan. Beberapa neuron akan
melepaskan neurotransmitter pada synapsisnya lalu digunakan untuk  fungsi endokrin.
Kebanyakan hewan mempunyai sistem endokrin yang mengontrol  bermalam - malam fungsi
fisiologi seperti metabolisme, pertumbuhan, reproduksi, regulasi ionik dan osmotik, dan lain
sebagainya.

Hormon- hormon dibawa ke organ - organ target, organ yang menimbulkan efek bilogi ,
biasanya jauh dari tempat pelepasannya pada aliran tubuh dari hewan. Walaupun demikian
pandangan klasik mengenai organ dan fungsi endokrin baru - baru ini telah mengalami
perubahan Sebagai !ontoh" sekarang dikenal beberapa hormon yang tidak perlu sistem
sirkulasi umum pada hewan untuk mendorong terjadinya sebuah efek. Contoh adalah pada
peranan histamin untuk mengontrol selesi asam pada lambung vertebrata, bebagai faktor
pendorongnya berkumpul pada sel -sel khusus di lambung. Tipe dari aksi hormon lokal ini
disebut kontrol  paracrine.
Pada hewan, hormon yang paling dikenal adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar
endokrin vertebrata. Walaupun demikian, hormon dihasilkan oleh hampir semua sistem organ
dan jenis jaringan pada tubuh hewan. Molekul hormon dilepaskan langsung ke aliran darah,
walaupun ada juga jenis hormon - yang disebut ektohormon (ectohormone) - yang tidak
langsung dialirkan ke aliran darah, melainkan melalui sirkulasi atau difusi ke sel target.
Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian dari
otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama melalui kelenjar
pituitari, yang juga mengontrol kelenjar- kelenjar lain. Hipotalamus akan memerintahkan
kelenjar pituitari untu mensekresikan hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke lobus
anteriornya dan mengirim impuls saraf ke posteriornya dan mengirim impuls saraf ke lobus
posteriornya..
Sistem Endokrin pada Invertebrata
Hewan invertebrata mengandalkan sistem kontrol neuro endokrin. Hewan invertebrata
semakin mengalami perkembangan struktural dan fungsional ke arah yang lebih kompleks
sehingga memerlukan regulasi hormonal dari sistem endokrin . Kelompok invertebrata yang
lebih tinggi seperti pada molusca memiliki sistem sirkulasi yang lebih  berkembang
dibandingkan dengan hewan invertebrata yang lebih rendah seperti  pada cacing pipih, oleh
karena itu mereka memiliki lebih banyak mekanisme efensiensi untuk mendistribusikan hormon-
hormon yang diperlukannya. Sel,-sel neuro sekresi terdapat  pada terutama hewan rendah kecuali
hewan bersel satu.
Sistem endokrin pada Vertebrata
Sistem endokrin pada vertebrata memiliki organ endokrin yang lengkap, dimana semua
proses tubuh dikontrol oleh organ - organ, stabilitas sistem ini dipengaruhi oleh organ  periperal
endokrin dibawah kontrol dari pituitary anterior yang terbentuk  belakangan. Selama proses
evolusi vertebrata banyak dibahas mengenai sistem endokrin,maksudnya adalah adanya beberapa
hormon yang memperlihatkan mekanisme baru, contohnya hormon tirocin yang mengontrol
tahapan metabolisme pada mamalia,tetapi  pada amphibi ini justru berpengaruh untuk proses
metamorfosis dari berudu sampai anak katak. Tipe sistem endokrin pada vertebrata terdiri dari 3
kelenjar utama yaitu
1. Hipothalamus
2. Kelenjar pituitary
3. . Kelenjar periperal endokrin

BAB XII SISTEM REPRODUKSI


Reproduksi adalah salah satu karakter kun!i dari mahluk hidup untuk mempertahankan
eksistensi spesies dari waktu ke waktu Kemampuan hewan untuk menghasilkan turunan yang
$iabel terkait erat dengan kemajuan evolusinya. Penyusunan kembali gen-gen, yang mungkin
terjadi selama reproduksi, telah memberikan peluang untuk munculnya variasi- variasi dari
berbagai karakter yang dimiliki oleh hewan. Hal ini  juga mengisyaratkan bahwa proses
reproduksi berhubungan erat dengan genetik dan  perkembangan. .
Dua proes fisiologis fundamental dalam reproduksi adalah reproduksibaseksual dan
reproduksi seksual. Reproduksi aseksual berlangsung dengan tanpa adaya interaksi sel-sel gamet.
Beberapa hewan melakukan propagasi dengan metode vegetatif seperti  pembentukan tunas
(budiing) pada hydra., dimana sebagian dari tubuh induknya tumbuh melalui pembelahan sel se!
ara berulang%ulang untuk menghasilkan tunas yang nantinya akan terpisah sebagai individu
baru. Pada protozoa melakukan reproduksi dengan cara pembelahan biner ( biinary fission)
dimana nukleus membelah secara mitosis yang kemudian diikuti oleh pembelahan sitoplasma
untuk  menghasilkan dua individu yang identik sebagai keturunan baru. Hewan- hewan lainnya

 beregenerasi seperti  pada  planaria dimana selain sebagai pemulihan terhadap kerusakan organ"
juga merupakan proses perbanyakan individu
a. Reproduksi Aseksual
Reproduksi aseksual umumnya hanya terjadi pada hewan-hewan invertebrata dan beberapa
hewan invertebrata. Secara spesifik reproduksi aseksual meliputi mekanisme sebagai berikut :
1. Pembelahan biner ( biinary fiission) misal pada  Amoeba proteus.
2. Fragmentasi yaitu perkembangan bagian tubuh yang rusak menjadi individu  baru yang
sempurna" misal pada planaria
3. Tunas 'buding yaitu pembentukan tunas dari tubuh induk yang selanjutnya dapat lepas
dan berkembang menjadi indi$idu baru yang independen" misalnyb pada  Hydra sp.
4. Sporulasi ( pembentukan spora )yaitu dengan membentuk spora dalam  jumlah yang
banyak9 misalnya pada Plasmodium sp.
5. Paedogenesis yaitu perkembangbiakan pada hewan muda atau larva yang indiividu -
individu barunya berasal dari sel tubuh ( misal larva ) Fasicola hepatica.

b. Reproduksi Seksual
Pada reprodusksi tipe ini terjadi prose rekombinasi material genetik dari dua sel ganetik
induk sehingga dihasilkan sel anak yang unik dan berbeda dengan induknya. Pada vertebrata :
 Hewan yang hidup di air melakukan fertilisasi di luar tubuh ( fertilisasi
eksternal) contoh ikan dan katak.
 Hewan yang hidup di darat melakukan pembuahan di dalam tubuh
( fertilisasi internal ) . Pada mammalia jantan alat kelaminnya disebut
penis , pada reptil seperti cicak dan kadal menggunakan hemipenis ( penis
palsu) , sedang  pada  bangsa burung misalnya : bebek, untuk
menyalurkan sperma menggunakan ujung kloaka.

Pada hewan yang melakukan #ertilisasi internal dikenal adanya 8 macam  perkembangan embrio
yaitu :
 Ovipar/ bertelur : Bila embrio berkembang di dalam telur. Misalnya : pada  jenis  jenis
burung dan ikan.
 Ovovivipar (bertelur dan beranak ) Bila embrio berkembang di dalam telur  yang
diinkubasi dalam tubuh dengan sumber nutrisi berasal dari telur. Misalnya : pada
beberapa jenis ikan hiu dan kadal
 Vivipar (beranak ) : 4ila embrio tumbuh dan berkembang di dalam uterus dan mendapat
nutrisi dari induknya melalui plasentnya. Misalnya : pada  beberapa  jenis mammali.

Organ seksual
a. Sistem reproduksi jantan
 Gonad yaitu testis berfungsi sebagai penghasil gamet jantan, sperma dan hormon yang
terkait dengan reproduksi seperti testosteron. Gonad terutama dibangun oleh lobus- lobus
dimana di dalamnya terdapat satu hingga empat tubulus (saluran) seminiferus. Pada
manusia terdapat lebih kurang 250 tubulus seminiferus. Pada dinding tubulus tertanam
bakal sperma.
 Sistem saluran (duktus) antara lain duktus efferen, duktis epididimis duktus efferen dan
duktus ejakulasi.
 Kelenjar eksokrin, Vesikula seminalis dan kelenjar  prostat.
 Penis yang berfungsi sebagai alat kopulasi.

b. Sistem reproduksi betina


Se!ara struktural, sistem reproduksi betina terdiri atas gonad dan saluran reproduksi. Saluran
reproduksinya termodifikasi untuk tempat masuknya sperma dan tempat perkembangan embrio.
Secara spesifik organ reproduksi tersebut adala :
 Gonad, terdiri dari sepasang ovari, yang berfungsi sebagai penghasil ovum dan hormon
reproduksi seperti estrogen dan progesteron .alam o$arium ini terdapat oosit dengan
berbagai ukuran dan tingkat  perkembangan.
 Saluran reproduksi, yang terdiri dari tuba falopii, uterus dimana embrio tertanam saat
hamil, serviks dan vagina.

BAB XIII SISTEM IMUN


Sistem imun berfungsi dalam mempertahankan kondisi tubuh terhadap benda asing dan
patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus dan parasit. Sistem ini
merupakan gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap
infeksiPertahanan imun terdiri atas sistem imun alamiah atau non spesifik(natural/innate/native)
dan didapat atau spesifik (adaptive/acquried). Imunitas merupakan jawaban reaksi tubuh
terhadap bahan asing secara molekuler maupun seluler. Immunitas berasal dari kata latin yaitu
immunitas. Secara umum sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan
dari pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme
sehingga tidak mudah terkena penyakit.
Jika sistem imun bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi
bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Sebaliknya,
jika sistem imun melemah, maka kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang,
sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus dapat berkembang dalam tubuh. Sistem imun
juga memberikan pengawasan terhadap pertumbuhan sel tumor. Terhambatnya mekanisme kerja
sistem imun dapat meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker. Sebagai bahan pemicu
respon imun tersebut dikenal dengan antigen dan sebagai jawaban reaksi imun dikenal dengan
anribodi. Respon imun merupakan respon tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks
terhadap antigen yang bertujuan mengeliminasi antigen tersebut. Respon imun melibatkan
berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokin
yang saling berinteraksi secara kompleks.
Tipe - tipe imunitas
Imunitas memberikan manfaat bagi keseluruhan tubuh hewan dengan membentuk sistem
resistensi terhadap agen- agen penginfeksi spesifik. Hal ini tergantung kepada beberapa faktor
yaitu :
 Aresistensi host ( 'inang)
 Dosis dimana dosis yang tinggi dari  patogen akan melebihi kapasitas pertahanan alami
hewan
 Sifat virulensi dari organisme yang menyerang. Kekuatan resistensi mungkin diturunkan
yaitu imunitas alami ( innate ) dan imunitas adaptif sebagai respon terhadap infeksi
sebelumnya atau karena memang ada inokulasi melalui vaksinasi atau imunisasi.

A. Imunitas alami
Tipe ini adalah suatu sistem resistensi yang diturunkan dan sangat berhubungan dengan aspek
spesies" ras" atau indivjdu artinya bahwa setiap spesies" setiap ras" atau bahkan setiap individu
akan memiliki sistem yang berbeda dalam hal ketahanan imunitasnya.Sistem imun ini bersi#at
alami dan bukan karena adanya induksi oleh infeksi-infeksi sebelumnya. Resistensi terhadap
infeksi sangat beragam antara satu individu dengan yang lainnya juga dengan usia yang berbeda.
Anak-anak dan orang tua sangat mudah terkena serangan mikroba jika dibandingkan dengan
kelompok usiamuda dan dewasa. Hal ini terkait dengan kekuatan sistem imun alami yang
dimilikinya.
B. Imunitas Induksi
Imunitas ini terbentuk selama kehidupan seseorang dan biasanya terbentuk karena adanya faktor
induktor yang memi!u pembentukan sistem pertahanan. Secara mendasar ada dua tipe dari sistem
imun ini, yaitu imunitas aktif dan imunitas  pasif.
Reaksi-reaksi imunologis .
a. Respon inflamasi
Respon inflamasi banyak ditemukan pada jaringan yang luka. Pada jaringan yangluka sel- sel
akan mengalami kerusakan dan melepaskan histamin. Histamin adala suatu senyawa kimia yang
memi!u pembesaran dan peningkatan permeabilitas  pembuluh.
b. Reaksi Alergi.
Reaksi alergi salah satunya adalah terhadap butir polen yang diangap sebagai pemicu alergi
( alaergen) Pendedahan pertama terhadap tubuh, misalnya pada saluran pernafasan akan memicu
pembentukan antibodi oleh sel B. Selanjutnya antibodi yang terbentuk akan berikatan dengan sel
mast dan akan menimbulkan reaksi alergi setelah pendedahan kedua.
c. Reaksi Protein anti mikroba ( Interferon)
Protein antimikroba yang penting dalam darah dan jaringan adalah protein dari sistem

komplemen yang terlibat dalam mekanisme respon imun spesifik dan nonspesifik , serta
interferon. Interferon adalah substansi yang dihasilkan oleh sel- sell yang terinfeksi oleh virus
yang ber#ungsi untuk me nghambat produksi virus pada sel tetangganya.

Buku Pembanding
BUKU 7
BAB I. Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme
Homeostasis
Setiap individu hewan harus menyelenggarakan fungsi kehidupan antara lain makan,
bernapas, bergerak, dan berkermbang biak Untuk itu, mereka membutuhkan lingkungan tertentu.
Bab ini menjelaskan respons hewan texhadap lingkungan, baik lingkungan akuatik maupun
terestrial. Setiap jenis lingkungan memberikan tantangan yang berbeda terhadap hewan. Setiap
faktor lingkungan merupakan rangsang bagi hewan yang akan ditanggapi dengan cara tertentu
atau khusus. Disini menjelaskan mekanisme homeostasis serta sistem umpan balik positif dan
negatif. Setiap fungsi hidup harus diatur dan dikendalikan dengan cara tertentu agar hewan dapat
tetap hidup. Mekanisme kerja fungsi kehidupan dan segala sesuatu yang dilakukan hewan
merupakan inti kajian dalam fisiologi hewan. Dengan demikian,fisiologi hewan merupakan ilmu
yang mempelajari fungsi normal tubuh dengan berbagai gejala yang ada pada sistem hidup, serta
pengaturan atas segala rungsi dalarn sistem tersebut.
Pengertian dan ruang lingkup fisiologi
Fisiologi merupakan ilmu yang mempelajari fungsi normal tubuh dengan berbagai gejala yang
ada pada sistem hidup, serta pengaturan atas segala fungsi dalam sistem tersebut. Berbagai
peristiwa dan aktivitas terjadikan akan mempelajari fungsi pada hakikatnya mengkaji sesuatu
yang dinamis dan menggunakan bahan hidup
Konsep dasar dalam fisiologi
Sebelum melangkah lebih jauh ke dalam kapan tentang fungsi tubuh, perlukan marilah kenali
beberapa konsep penting yang sangat kita perlukan untuk mempelajadi fisiologi hewan. Konsep
dasar yang dimaksud meliputi konsep tentang lingkungan internal, cairan tubuh, homeostasis,
regulasi dan adaptasi. Setiap sistem hidup (pada semua tingkatan) selalu bereaksi terhadap
perubahan-perubahan yang teijadi pada lingkungannya, juga mengatur dan mengontrol Aksi
yang ditimbulkannya. Pada tahun 1879, seorang ahll fisiologi asal Prancis bernama Claude
Bernard mengusulkan suatu syarat penting bagi hewan yang ingin dapat bertahan hidup di
lingkunganya, yakni bahwa hewan harus mempertahankan stabllitas pada lingklingan Mternal
atau cahan tubohnya. Pada tahun 1855, Bernard mengernukakan bahwa penyebab terjadinya
berbagai reaksi yang menstabilkan lingkungan internal ialah adanya senyawa khusus, yarg
dlhasilkan oleh semua Organ dan dikeluarkan ke cairan jaringan. Pernyataan tersebut menjadi
pelopor munculnya, gagasan rrengenai hormon dan regulasi/pengaturan .
Pada tahun 1929, W.B Cannon, seorang ahli fisiologi asal Amerika' mengembangkan gagasan
bernard dan memperkenalkannya dengan istilah homeostatis. Homeostatis adalah keadaan
lingkungan internal yang konstan dan mekanisme bertanggung jawab atas keadaan konstan
tersebut.

Berbagai macam respon hewan terhadap tumbuhan


Telah dikemukakan hahwa fisiologi hewan mempelajari berbagai gejala pada hewan dan usaha
mereka untuk bertahan serta rnenanggap rangsang dan lingkungan eksternal. Pengetahuan
mengenai fungsl muncul bersama dengan munculnya pengetahuan tentang hidup/kehidupan.
Hidup rnerupakan suatm sistem thnamis yang melibatkan interaksi terus-menerus antara
orgarnisme dan lingkungannya. Seorang ahli fisiologi asal Rusia, K. Bycov, memdefinisikan
fisioiogi hewan dan manusia sebagai studi tentang fungsi pada tubuh hewan dan manusia, serta
interaksinya dengan lingkungan mereka. Delgan demikian, jelas bahwa penyelenggaraan
berbagai fungsi tubuh hewan (dan manusia) pada dasarnya tidak pernah lepas dari pergaruh
berbagaj faktor yang ada lingkungannya., Lingkungan luar hewan dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu lingkugan akuatik dan terestrial.
Mekanisme Homeostasis
Pada uraian terdahulu telah dijelaskan bahwa me-nurut C Bernard, stabliitas linskungan intemal
merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh organisme yang ingin bertahan hidup dalarn
lingkungannya. Oleh W.B. Cannon, konsep tentang stabilitas lingkungan intemal tersebut
selanjutnya diperkenalkan dengan istiLah homeostasis sekalipun homeo berarti 'scrupa (homo
sarna), namun baik Bernard maupun Carmon tidak meng-artikan kata homeostasis sebagai
keadaan lingkungan intemal yang konstan secara mutlak. Keadaan konstan yang dimaksud ialah
konstan relatif yang dinamis. Apakah kondisi lingkungan internal hewan dapat berubah?
Mengapa kondisi lingkungan internal hewan berubah? Perubahan kondisi lingkungan internal
dapat tirnbul karena dua hal, yaitu adanya perubahan aktivitas sel dalam tubuh dan perubahan
lingkungan eksternal yang berlansung terus-menerus. Untuk menyelenggarakan seluruh aktivitas
sel dalam tubuhnya„ hewan selalu memerlukan pasokan berbagai bahan dari lingkungan luar
secara konstan, misalnya oksigen, nutrien, dax, garam.

BAB 2 . Struktur, fungsi dan sifat sel serta transpor zat melalui membran.
Sel ialah bangunan bermembran yang merupakan unit terkecil penyusun tubuh hewan Oleh
karena itu pada bagian ini akan diuraikan tentang struktur dan fungsi sel serta berbagai organela
di dalamnya. Mengingat bahwa bagian terbesar dari sel ialah protoplasma maka pengkajian sifat
fisika dan kimia sel akan didekati dengan mengkaji sifat fisika dan kimia protoplasma. Aktivitas
metabolisme sel secara sederhana juga akan dikemukakan pada bagian ini untuk menjamin
berlangsungnya metabolisme sel berbagai zat harus diangkut ke luar dan dan atau ke dalam sel
melalui membran sel oleh karena itu pada bagian ini struktur dan fungsi membran sel dalam
proses transpor zat akan dikaji secara lebih mendalam daripada organel lainnya Setelah
mempelajari bab ini diharapkan dapat menjelaskan kembali tentang struktur fungsi dan sifat sel
serta prosesnya transpor zat melalui membran baik secara pasif maupun aktif.

Struktur dan Fungsi organela sel.


Bagian sel yang terbesar ialah sitoplasma atau cairan sel. Dalam sitoplasma tersuspensi
berbagai organela sel seperti retikulum endoplasma lisosom mitokondria membran inti sentriol
dan aparatus golgi. Macam organel yang terdapat dalam sel bervariasi tergantung pada fungsi
masing-masing sel misalnya sel pankreas banyak memiliki RE.Kebanyakan organela mempunyai
satu unit membran namun mitokondria dan inti atau nukleus mempunyai dua inti
membran.Membran sel membantu pengaturan lalu lintas berbagai zat melalui proses transpor
pasif dan aktif transpor aktif adalah proses transpor yang memerlukan penggunaan energi dari
ATP. Selain itu, membran sel juga berfungsi sebagai tempat melekatnya bagi berbagai enzim.
Bangunan yang paling menonjol dalam sitoplasma adalah inti sel pada umumnya sel
mempunyai sebuah inti akan tetapi beberapa jenis sel mempunyai lebih dari satu inti contohnya
sel otot lurik cairan dalam sel atau inti sel disebut nukleoplasma atau karioplasma diselubungi
oleh dua unit membran inti atau nukleus yang merupakan partikel-partikel. Kromatin sebenarnya
berbentuk butiran tetapi selama pembelahan sel berubah menjadi pita panjang yang dinamakan
benang kromatin apabila benang kromatin terkondensasi dan menjadi sangat menggulung
sehingga tampak tebal dan pendek struktur tersebut dinamakan kromosom.
Sifat fisika dan kimia protoplasma.
Organela sel yang paling menonjol adalah sitoplasma atau protoplasma, yaitu medium cair
berupa koloid aktif yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya berbagai reaksi. Secara
kimiawi komponen penyusun protoplasma yang terbesar adalah air. Dalam protoplasma
tersuspensi berbagai zat yang jumlahnya kira-kira 30% dari masa keseluruhan. Analisis kasar
terhadap zat tersuspensi tersebut menunjukkan bahwa 60% diantaranya berupa protein,
sedangkan sisanya terdiri atas karbohidrat, lemak dan bahan organik (garam, mineral) serta
bahan bahan lain. Selain organela dalam protoplasma juga terdapat bahan tidak hidup dan
seringkali juga ditemukan bahan-bahan yang bersifat sementara seperti tetes lemak dan tetes
glukosa.Secara fisik protoplasma mempunyai viskositas yang bervariasi tergantung pada ukuran
serta densitas partikel yang ada di dalamnya viskositas protoplasma pada suatu bagian sel dapat
dari bagian lain.
Mengingat bahwa komponen utama dari protoplasma atau sel adalah abstrak. Sifat-sifat
protoplasma juga tidak jauh berbeda dari sifat-sifat air baik di fisika maupun sifat kimia . Oleh
karena itu pada bagian ini akan tampilkan beberapa sifat fisika dan kimia air meliputi kapasitas
panas uap atau penguapan dan viskositas atau kekentalan serta sifatnya sebagai molekul bipolar
Metabolisme Sel
Metabolisme adalah Seluruh aktivitas reaksi kimia yang berlangsung di dalam sel hidup.
Jumlah reaksi kimia berlangsung dalam sebuah sel sangat banyak berkisar antara beberapa ratus
sampai beberapa ribu. Setiap aktivitas organisme seperti makan pergerakan dan penjalaran
impuls saraf sangat bergantung pada berbagai reaksi kimia yang berlangsung dalam setiap sel
tubuh. Sebagian besar reaksi kimia yang terjadi dalam sel diatur oleh Jim atau katalisator
biologis yang bekerja mempercepat reaksi .Di dalam sel, karbohidrat, lemak, dan protein
mengalami katabolisme menjadi senyawa yang sederhana, yang selanjutnya akan diproses
sedemikian rupa sehingga menghasilkan ATP dan sejumlah zat sisa metabolisme.
Membran Biologis dan perananya dalan transpor zat
Hewan selalu melakukan atau mengalami pertukaran zat dengan lingkungannya. Hewan
bersel satu contohnya amoeba menyelenggarakan proses pertukaran gas menyerap makanan dan
mengeluarkan zat-zat sisa melalui seluruh permukaan tubuhnya berbagai aktivitas tersebut
mengakibatkan timbulnya perbedaan komposisi antara didalam dan diluar sel. Perbedaan
komposisi tersebut mendorong terjadinya lalu lintas berbagai macam zat dari dalam ke luar sel
atau sebaliknya.
Pada hewan multiseluler yang kompleks, proses proses tersebut berlangsung pada jaringan
dan organ khusus. Untuk memperoleh gambaran yang mudah mengenai organ khusus tersebut
perhatikan fungsi jaringan atau Organ berikut titik sel epitel insang memiliki fungsi khusus untuk
transport gas dan ion, paru-paru di khusus kan untuk pertukaran gas O2 dan CO2 , sistem
pencernaan digunakan untuk mencerna dan menyerap sari makanan.
Struktur Mosaik Cair Membran sel.
Membran tersusun atas lipid protein dan karbohidrat dalam perbandingan berbeda,
tergantung pada jenis sel. Berbeda koma tergantung pada jenis sel titik lipid penyusun pemberian
merupakan senyawa am simpati yaitu senyawa yang mempunyai gugus hydro publik pada satu
bagian dan gugus hydro feel like pada bagian lainnya titik keberadaan molekul senyawa aktif
aktif tersebut memungkinkan terbentuknya susunan lipid lapis ganda pada membran. Lipid
penyusun membran dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas yaitu fosfolipid, sfingolipid glikolipid
dan sterol.
Ikatan kovalen antara karbohidrat dan lipid membentuk struktur glikolipid sedangkan ikatan
kovalen karbohidrat dengan protein membentuk struktur glikoprotein. Glikolipid dan
glikoprotein secara bersama membentuk struktur glikokaliks pada membran sel.
Transpor aktif dan pasif
Transpor membran dibagi menjadi dua yaitu transpor aktif dan transporpasif. Transportasi zat
melalui membran sel terdiri dari dua macam yaitu, transpor pasif dan transpor aktif. Transport
Pasif, merupakan mekanisme perpindahan molekul atau zat yang tidak melewati selaput
membran semipermeable dan tidak membutuhkan energi, dan Transpor aktif merupakan transpor
partikel-partikel melalui membran semipermeabel yang bergerak melawan gradien konsentrasi
yang memerlukan energi dalam bentuk ATP. ATP adalah molekul pembawa energi di dalam sel.
Transpor aktif berjalan dari larutan yang memiliki konsentrasi rendah ke larutan yang memiliki
konsentrasi tinggi, sehingga dapat tercapai keseimbangan di dalam sel. Adanya muatan listrik di
dalam dan luar sel dapat mempengaruhi proses ini . Transpor pasif Dapat berlangsung karena
adanya perbedaan konsentrasi larutan di antara kedua sisi membran. Pada transpor pasif tidak
rnemerlukan energi rnetabolik. Transpor pasif ini bersifat spontan. Transpor pasif dibedakan
menjadi tiga, yaitu difusi sederhana (simple diffusion), difusi dipermudah atau difasilitasi
(facilitated diffusion), dan osmosis. Terdapat dua proses fisikokimiawi yang penting dalam
transport materi dalam sel yaitudifusi dan osmosis. Transpor aktif Merupakan kebalikan dari
transpor pasif dan bersifat tidak spontan. Arah perpindahan dari transpor ini melawan gradien
konsentrasi.
Transpor aktif membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Transport aktif terbagi atas
transport aktif primer dan sekunder. Transport aktif sekunder juga terdiri atas co-transport dan
counter transport (exchange). Transport aktif primer memakai energi langsung dari ATP,
misalnya pada Na-K pump dan Ca pump. Pada Na-K pump, 3 Na akan dipompa keluar sel
sedang 2 K akan dipoma kedalam sel. Pada Ca pump, ca akan dipompa keluar sel agar
konsentrasi Ca dalam sel rendah.

BAB 3 Neuron dan Sistem Saraf

Organisme multisel telah mengalami perkembangan struktur dan fungsi khusus pada berbagai
organ, antara lain pada organ-organ sistem sirkulasi dan pencernaan. Tanpa adanya kemampuan
mengendalikan dan mengoordinasikan berbagai macam aktivitas, hewan akan sulit bertahan
hidup. Sistem organ yang diperlukan untuk menyelenggarakan fungsi kendali dan koordinasi
ialah sistem saraf dan sistem hormonal. kedua sistem tersebut selalu bekerjasama secara serasi
dan keduanya secara bersama-sama sering disebut sebagai sistem neurohormon atau
neuroendokrinal.
A. Neuron atau Sel Saraf

Neuron atau sel saraf dan sel glia merupakan dua jenis sel penyusun sistem saraf. Neuron
merupakan sel fungsional pada sistem saraf, yang bekerja dengan cara menghasilkan potensial
aksi dan menjalarkan impuls dari satu sel ke sel berikutnya. pembentukan potensial aksi juga
merupakan cara yang dilakukan oleh sistem saraf dalam melaksanakan fungsi kendali dan
koordinasi tubuh.

Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, sel saraf didukung oleh sel glia. Jadi, sel glia
merupakan sel yang berkaitan erat dengan neuron yang berfungsi sebagai pendukung struktur
dan fungsi neuron, namun tidak terlibat dalam fungsi penjalaran impuls. Perbandingan antara
jumlah sel glia dan neuron ialah 10 : 1. sel glial berfungsi untuk menjamin agar kondisi
lingkungan ionik di sekitar neuron dapat selalu tepat. Selain itu, sel glia juga berfungsi untuk
membuang zat-zat sisa dari sekitar neuron. Salah satu sel yang sangat dikenal ialah sel Schwann.
Sel Schwann merupakan salah satu jenis sel glia yang berfungsi sebagai pembungkus akson,
membentuk selubung yang disebut selubung mielin.

Ditinjau dari fungsinya neuron dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu neuron motorik,
sensorik dan interneuron. neuron sensorik ialah sel saraf yang berfungsi untuk membawa
rangsang dari daerah tepi ke pusat saraf. Neuron motorik ialah sel saraf yang berfungsi
membawa rangsang dari pusat saraf ke daerah tepi. Interneuron atau saraf penghubung ialah sel
saraf yang terdapat di pusat saraf yang menjadi penghubung antara neuron sensorik dan motorik.
Neuron mempunyai bentuk dan ukuran yang sangat bervariasi berdasarkan bentuknya neuron
dapat dibedakan menjadi 3, yaitu neuron unipolar, Ki polar dan multipolar. Setiap sel saraf
memiliki badan sel (Soma), dendrit dan akson. Badan sel merupakan bagian utama dari neuron
memiliki inti sel dan sejumlah organela lain seperti mitokondria, retikulum endoplasma dan
aparatus golgi. Badan sel juga berfungsi sebagai tempat sintesis neuro transmitter, yaitu senyawa
kimia yang penting untuk membantu penjalaran impuls melintasi sinaps.

Dendrit merupakan tonjolan sitoplasma yang muncul dari badan sel saraf, berukuran pendek,
berjumlah banyak dan bercabang-cabang. Dendrit berfungsi sebagai penerima rangsang dan
membawanya ke badan sel. Akson ialah tonjolan sitoplasma yang muncul dari badan sel saraf,
berfungsi menjalankan impuls ke ujung akson.

B. Komponen Penyusun Sistem Saraf

Berbagai bangunan yang dapat ditemukan dalam sistem saraf hewan yaitu otak, serabut saraf,
pleksus dan ganglia. Serabut saraf yaitu kumpulan akson dari sejumlah sel saraf, baik sejenis
ataupun tidak. Pleksus merupakan jaringan serabut saraf yang tidak teratur. Pada jenis hewan
seperti Coelenterata, Stenopora dan Khemikordata, pleksus biasanya berfungsi sebagai sistem
saraf pusat. Ganglia yaitu kumpulan sel saraf berbentuk nodul, dilapisi jaringan konektif dan
mempunyai badan sel saraf serta serabut saraf.
C. Fisiologi Saraf

Pada keadaan istirahat, sel saraf dikatakan berada dalam keadaan polar yaitu keadaan sedang
tidak menjalarkan rangsang. keadaan polar ini ditandai dengan adanya muatan yang lebih negatif
di sisi dalam membran dan lebih positif di sisi luar membran. Dalam keadaan semacam itu,
membran sel saraf bersifat impermeabel terhadap ion natrium dan permeabel terhadap ion
kalium, serta memperlihatkan adanya perbedaan potensial antara bagian luar dan dalam
membran.

Apabila rangsang dengan kekuatan tertentu diberikan kepada membran sel saraf, membran akan
mengalami perubahan elektrokimia dan perubahan fisiologis. Perubahan tersebut berkaitan
dengan adanya perubahan permeabilitas membran yang menyebabkan membran menjadi
permeabel terhadap Na positif sangat kurang permeabel terhadap K positif. Dalam keadaan
demikian membran sel saraf dikatakan mengalami depolarisasi. gejala perubahan elektrokimia
khas yang terjadi pada membran yang dirangsang dinamakan impuls. Jadi, potensial aksi ialah
potensial membran yang diukur pada saat sel terdepolarisasi.

Depolarisasi yang timbul hanya pada bagian yang dirangsang dinamakan depolarisasi lokal. Pada
bagian tersebut terbentuk arus lokal. Apabila rangsang yang diberikan cukup kuat, arus lokal
yang timbul pada membran yang depolarisasi akan merangsang membran di sebelahnya yang
masih dalam keadaan istirahat sehingga bagian membran tersebut akan ikut terdepolarisasi.
Peristiwa itu menunjukkan adanya penjalaran impuls. Keluarnya ion kalium dari dalam sel akan
mengurangi jumlah muatan positif pada sisi dalam membran. Peristiwa tersebut merupakan awal
dari proses pemulihan sel saraf menuju keadaan istirahat. Proses tersebut dinamakan periode
penyembuhan atau repolarisasi.

Periode penyembuhan agar menjadi sempurna bilamana membran saraf telah benar-benar
kembali impermeabel terhadap ion natrium dan pompa Na positif telah bekerja maksimal untuk
mengeluarkan ion natrium dari dalam sel. untuk jangka waktu tertentu pada awal revolusi sasi
membran sel saraf tidak peka terhadap rangsang karena sedang dalam masa atau periode
refrakter. Periode refrakter ialah periode waktu tertentu saat sel saraf tidak dapat menanggapi
rangsang yang diberikan untuk kedua kalinya. Untuk dapat menanggapi rangsang, sel saraf harus
sudah kembali ke dalam keadaan polar. Oleh karena itu, repolarisasi merupakan tahap yang
sangat penting bagi sel saraf dan sel eksitabel yang lain (sel otot dan kelenjar).

Ada dua macam periode reflektor, yaitu refrakter absolut dan relatif. periode refrakter absolut
ialah jangka waktu tertentu saat sel saraf benar-benar tidak dapat menanggapi rangsang yang
diberikan untuk kedua kalinya, apapun jenis rangsangnya dan berapapun kekuatan rangsang yang
diberikan. Periode ini biasanya berlangsung pada awal repolarisasi. Pada akhir repolarisasi, sel
saraf kemungkinan sudah dapat kembali menanggapi rangsang, asalkan rangsang yang diberikan
lebih kuat daripada rangsang sebelumnya atau jenis rangsangnya berbeda. Jangka waktu pada
akhirnya polarisasi ini dinamakan periode refrakter relatif.
D. Perpindahan Impuls Melintasi Sinaps

Impuls dapat menjalar atau menyebar dari tempat awal pembentukannya hingga ke ujung akson,
bahkan mungkin menyeberang ke sel lainnya. impuls yang menjalar dari suatu sel saraf ke sel
yang lain pasti akan melintasi sinaps. Sinaps adalah tempat pertemuan antara akson dari suatu sel
saraf dengan sel saraf lainnya. Sinaps juga dapat terbentuk antara sel saraf dengan sel otot atau
kelenjar. Penjalaran impuls melalui sinapsis disebut transmisi sinaptik. Transmisi sinaptik ini
dapat berupa transmisi elektrik atau transmisi kimiawi. Transmisi elektrik terjadi pada sinapsis
dengan celah yang sempit, sedangkan transmisi kimiawi dapat terjadi pada sinapsis yang
memiliki celah lebar.

Pada sinaps yang memiliki celah sempit, potensial aksi pada bagian membran presinaps akan
diteruskan ke membran pascasinaps dengan cara konduksi langsung. Penjalaran potensial aksi
dengan cara seperti itu disebut transmisi elektrik, dan sinaps yang bekerja dengan cara demikian
dinamakan sinaps elektrik. Pada transmisi kimiawi, penjalaran impuls terjadi dengan bantuan
transmitter. Diperkirakan, kebanyakan sinaps melakukan transmisi impuls secara kimia dengan
bantuan transmitter yang banyak terdapat pada sel-sel/ membran presinaps, tersimpan dalam
kantong kecil yang disebut vesikel. Transmisi impuls secara kimia dapat dijelaskan sebagai
berikut: Apabila impuls sampai pada membran di ujung akson, membran tersebut akan segera
terdepolarisasi.

E. Organisasi Sistem Saraf

Organisasi sistem saraf pada hewan sangat bervariasi, tergantung pada tingkat perkembangan
tubuh masing-masing hewan. hewan dengan tingkat perkembangan tubuh sederhana memiliki
susunan organisasi sistem saraf yang sederhana juga. Sebaliknya, hewan dengan tingkat
perkembangan yang sudah maju memiliki susunan organisasi sistem saraf yang lebih kompleks.

 "Sistem Saraf" pada Hewan Unisel

Hewan unisel berukuran sangat kecil dan hanya dapat diamati dengan mikroskop. Meskipun
hanya terdiri atas satu sel, hewan uni sel tetap harus dapat menyelenggarakan berbagai fungsi,
antara lain fungsi sirkulasi, respirasi dan pengeluaran. Jadi, hewan unisel harus memiliki
kemampuan untuk mengendalikan dan mengoordinasikan semua aktivitasnya.

 Jala Saraf

Jala saraf ialah susunan organisasi saraf yang menyerupai jala. susunan ini merupakan contoh
sistem saraf yang paling sederhana. susunan saraf yang terdapat pada bagian atas tubuh ubur-
ubur berfungsi untuk mengkoordinasikan gerakan, sedangkan jalai saraf yang terdapat pada
tentacle berfungsi sebagai reseptor sensoris.

 Tali Saraf dan Sefalisasi


Tali saraf adalah susunan organisasi sistem saraf yang berupa traktus atau kumpulan serabut
saraf. jaringan saraf pada daerah kepala biasanya mengalami perkembangan lebih baik daripada
bagian tubuh lainnya. Perkembangan jaringan saraf pada daerah kepala itu disebut sefalisasi.
Tali saraf dan sefalisasi dapat ditemukan pada Hewan yang bertubuh simetris bilateral contoh
hewan sederhana yang telah memperlihatkan adanya sefalisasi dan tali saraf adalah cacing pipih.

BAB 4 Reseptor dan Efektor

Sebagai organisme hidup, hewan harus memiliki kemampuan menanggapi rangsang. Rangsang
merupakan informasi yang dapat diterima hewan, dapat datang dari lingkungan diluar maupun di
dalam tubuhnya. Untuk dapat menerima rangsang dan menghasilkan tanggapan dengan baik,
hewan harus memiliki alat untuk menerima rangsang dan untuk menghasilkan tanggapan
terhadap rangsang yang datang. Alat penerima rangsang pada hewan disebut reseptor, sedangkan
alat penghasil tanggapan dinamakan efektor.

A. Pengelompokan dan Fisiologi Reseptor

Pada umumnya nya, reseptor bekerja secara khusus. Artinya, reseptor tertentu hanya akan
menerima rangsang jenis tertentu. Jadi, dalam satu individu dapat ditemukan berbagai macam
reseptor. Reseptor dapat dikelompokkan dengan berbagai cara, yaitu berdasarkan struktur, lokasi
sumber rangsang dan jenis atau sifat rangsang yang dapat diterima oleh reseptor tersebut.
Berdasarkan strukturnya, reseptor dapat dibedakan menjadi dua yaitu, reseptor saraf dan bukan
saraf.

Berdasarkan jenis rangsang yang dapat diterima nya, reseptor dapat dibedakan menjadi 6, yaitu
kemoreseptor, termoreseptor, mekanoreseptor, fotoreseptor, magnetoreseptor dan elektro
reseptor. Secara berturut-turut masing-masing oleh faktor tersebut peka terhadap rangsang kimia,
suhu, mekanik cahaya, medan magnet dan medan listrik. Berdasarkan lokasi sumber rangsang
yang dapat diterima nya reseptor dibedakan menjadi dua jenis yaitu, interoreseptor dan
eksteroreseptor.

B. Penerimaan Rangsang oleh Reseptor

Hewan memperoleh informasi dari lingkungan mereka dan mekanisme penerimaan informasi
tersebut. Hewan memperoleh informasi dari lingkungannya melalui reseptor atau organ sensoris.
Agar dapat berfungsi optimal, sel reseptor di retina memerlukan struktur pendukung berupa
mata.

 Penerimaan Rangsang Kimia oleh Kemoreseptor

Dalam proses penerimaan rangsang kimia (kemoresepsi), terjadi interaksi antara bahan kimia
dengan kemoreseptor membentuk kompleks bahan kimia-kemoreseptor. kompleks tersebut
mengawali proses pembentukan potensial generator pada reseptor yang akan segera
menghasilkan potensial aksi pada sel saraf sensoris dan sel berikutnya sehingga akhirnya timbul
tanggapan. Kemoreseptor terdapat pada hewan vertebrata maupun invertebrata.

 Penerimaan Rangsang Mekanik oleh Mekanoreseptor

Proses penerimaan rangsang mekanik oleh mekanoreseptor dinamakan mekanoresepsi.


mekanisme sederhana yang diusulkan untuk menjelaskan mekanoresepsi adalah sebagai berikut :

1. Saat sel dalam keadaan istirahat, pintu ion Na positif pada membran mekanoreseptor
masih dalam keadaan tertutup,
2. Rangsang mekanik yang menekan reseptor menyebabkan membran mekanoreseptor
meregang,
3. Peregangan membran mekanoreseptor tersebut menimbulkan perubahan konformasi
protein penyusun pintu ion Na positif,
4. Pintu Ion Na positif terbuka diikuti terjadinya perubahan elektrokimia yang
mendepolarisasi kan mekanoreseptor.

Mekanoresepsi dapat terjadi pada vertebrata maupun invertebrata. Invertebrata memiliki reseptor
untuk menerima rangsang tekanan, suara dan gerakan.

 Penerimaan Rangsang Suhu oleh Termoreseptor

Pada dasarnya termoresepsi adalah proses mengenali suhu tinggi dan rendah serta perubahan
suhu lingkungan. peningkatan suhu secara ekstrim akan mempengaruhi struktur protein dan
enzim sehingga tidak dapat berfungsi secara maksimal. Hal ini dapat mengganggu
penyelenggaraan berbagai reaksi metabolik yang penting.

 Penerimaan Rangsang Cahaya oleh Fotoreseptor

Hampir semua hewan dapat mendeteksi cahaya. Bahkan, hewan yang tidak memiliki struktur
fotoreseptor khusus contohnya amoeba ternyata juga dapat mendeteksi cahaya. perbedaan cara
kerja di antara reseptor hanya terletak pada jenis rangsang yang dapat diterima nya. Sel
fotoreseptor pada vertebrata mempunyai banyak lipatan dan mengandung pigmen yang
umumnya berupa rodopsin. Rodopsin akan berubah jika ada cahaya yang mengenai sel tersebut.
Perubahan awal tersebut akan segera diikuti dengan serangkaian perubahan berikutnya, yang
akan membawa sel ke keadaan terdepolarisasi.

 Penerimaan Rangsang Listrik oleh Elektron Reseptor

Sejumlah hewan terutama ikan hiu, ikan pari dan ikan berkumis, mempunyai kemampuan
mendeteksi Medan elektrik kecil yang dihasilkan oleh hewan lain. Medan elektrik yang demikian
itu dihasilkan oleh aktivitas otot dan berfungsi untuk mendeteksi adanya musuh maupun
makanan. Alat penerimaan rangsang berupa Medan elektrik disebut elektroreseptor.
 Penerimaan Rangsang Medan Magnet oleh Magnetoreseptor

beberapa jenis hewan memiliki kemampuan untuk berorientasi terhadap medan magnetik bumi.
Kemampuan semacam itu bermanfaat dalam navigasi yang memungkinkan hewan mengenali
sumbu Utara - Selatan. Mekanisme yang menyebabkan hewan dapat menerima rangsang medan
magnet sama sekali belum diketahui secara jelas. Namun, telah diketahui bahwa di dalam tubuh
beberapa jenis hiu, lebah madu dan burung tergantung substansi magnetik yang disebut magnetit.

C. Efektor dan Cara Kerjanya

Efektor ialah alat penghasil tanggapan biologis. Tangkapan yang dihasilkan oleh efektor sangat
bervariasi, mulai dari tangkapan yang dapat dilihat secara jelas menggunakan mata sampai
tanggapan yang tidak terlihat oleh mata. Beberapa jenis hewan mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan tangkapan berupa perubahan warna kulit misalnya cumi-cumi, octopus, ikan
flounder bunglon, katak dan ular. perubahan warna tersebut dilakukan dengan beberapa alasan,
antara lain untuk menyamar atau untuk berkomunikasi dengan hewan lain. perubahan warna itu
dapat ditunjukkan kepada hewan lain dalam satu spesies atau pun kepada hewan dari spesies
lain.

Perubahan warna dapat terjadi karena hewan mempunyai kromatofor pada kulitnya. Kromatofor
adalah sel yang mengandung pigmen. Di bawah kendali endokrin, kromatofor dapat mengubah
penyebaran pigmen pada sel pigmen dalam ukuran menit atau detik.

Mekanisme perubahan warna dapat terjadi pada setiap spesies hewan tidak sama pada cumi-cumi
dan octopus kromatofor terikat oleh sel otot sehingga aktivitas kontraksi - relaksasi akan
mengubah penyebaran pigmen. jika otot berkontraksi kromatofor pada cumi-cumi dan octopus
meluas dan pigmen tersebar. Akibatnya, kulit tampak lebih gelap. Sebaliknya pada saat otot
berelaksasi, kromatofor menurut dan pigmen di dalamnya terkumpul sehingga kulit tampak
berwarna lebih terang. jadi perubahan warna kulit pada cumi-cumi dan octopus tergantung pada
aktivitas otot, sedangkan kontraksi otot dikendalikan oleh saraf. Cara kerja kromatofor tersebut
berbeda dengan cara kerja kromatofor amfibi. Pada amfibi, kromatofor bekerja dengan
penyebaran dan pengumpulan pigmen secara sederhana, atau kadang-kadang dikendalikan oleh
hormon bukan saraf.

 Tanggapan Berupa Pergerakan Intrasel

Pergerakan intrasel dapat diamati pada hampir semua sel misalnya pada sel saraf. Didalam sel
saraf selalu terjadi pergerakan, terutama pergerakan sitoplasma beserta sejumlah besar vesikel
yang berisi neurotransmitter. Aliran sitoplasma itu disebut aliran sitoplasmik. Pada sel saraf,
aliran tersebut sangat berguna untuk membawa neuro transmitter yang disintesis di badan sel
kemudian diangkut ke ujung akson untuk menyelenggarakan transmisi sinaptik. Aliran
sitoplasmik juga terjadi pada sel amoeba. Pergerakan amoeba sangat tergantung pada adanya
aliran sitoplasmik. Gerakan sitoplasma merupakan gerakan yang teratur. Pada sel saraf
pergerakan berlangsung dalam dua arah, yaitu dari badan sel ke ujung akson dan sebaliknya.

 Tanggapan Berupa Pergerakan Ameboid

Pergerakan ameboid merupakan pergerakan khas baik pada hewan uniseluler maupun sel hewan
multiseluler. Pada hewan multiseluler, gerak amoeboid terjadi pada sel darah putih yang
meninggalkan aliran darah dan masuk ke dalam jaringan yang mengalami radang. Gerak
ameboid pada hewan bersel satu terjadi dengan membentuk kaki semu (pseudopodia).
Mekanisme pembentukan pseudopodia tidak diketahui secara jelas, tetapi diduga berkaitan
dengan adanya perubahan fase gel-sol pada sitoplasma nya.

 Tanggapan Berupa Pergerakan Otot

Seperti halnya gerakan pada ameba, gerakan pada otot juga melibatkan aktin dan miosin. Akan
tetapi, aktin dan miosin pada otot tersusun secara teratur sehingga dapat menghasilkan kekuatan
yang besar. Gerakan otot. sebenarnya merupakan akibat dari adanya tarik-menarik antara filamen
aktin dan miosin.

 Tanggapan Berupa Pelepasan Arus Listrik

Pembentukan Arus listrik dapat terjadi pada semua sistem reseptor, tetapi pelepasan arus listrik
oleh efektor hanya ditemukan pada beberapa jenis ikan. arus listrik pada ikan dihasilkan oleh
organ elektrik yang berfungsi untuk keperluan orientasi, komunikasi dan interaksi antar hewan
akuatik tertentu. Organ elektrik tersusun atas unit fungsional berupa lempengan tipis seperti
wafer, yang disebut elektroplak atau elektroplat atau elektrosit atau plak. Setiap unit plak
merupakan badan mioneural, hasil modifikasi dari sel otot atau kadang-kadang dari sinaps antara
saraf dan otot atau dari ujung akson.

Pelepasan arus listrik dari tubuh ikan atau belut listrik dilakukan dengan membuat gerakan
khusus yang mempertemukan daerah kepala dan ekor. Dengan gerakan tersebut, terjadi
pertemuan antara daerah bermuatan positif dan negatif, yang menyebabkan pelepasan arus listrik
kelingkungannya. Besarnya arus listrik yang ditimbulkan organ elektrik dapat bervariasi
tergantung pada jenis ikan, jumlah plak yang dimiliki dan keadaan lingkungan hewan. ikan yang
sama pada lingkungan yang berbeda dapat menghasilkan arus listrik yang berbeda.

D. Rangka dan Perannya dalam Pergerakan

Aktivitas kontraksi dan relaksasi yang berulang menyebabkan hewan mampu melakukan
berbagai gerakan, background yang halus atau lembut maupun gerakan yang kuat. gerakan yang
harus atau lembut dan berlangsung terus-menerus dapat dilakukan oleh organ dalam seperti
lambung, usus, jantung dan pembuluh darah. Gerakan yang kuat contohnya gerak berlari,
terbang, berjalan dan berenang. Kerja biologis otot yang sesungguhnya ialah berkontraksi, yang
merupakan proses aktif, sedangkan relaksasi merupakan proses pasif
 Rangka Hidrostatik

Rangkai hidrostatik dijumpai pada invertebrata yang bertubuh lunak contohnya annelida. cara
berfungsinya rangka hidrostatis mirip dengan peristiwa pada amoeba atau sel darah putih saat
menghasilkan gerakan amoeboid. hewan yang memiliki rangka hidrostatis mempunyai cairan
yang terdapat dalam suatu rongga di tubuhnya yang dikelilingi oleh otot.

 Rangka Luar (Eksoskeleton)

Rangka luar adalah rangka yang terdapat pada luar tubuh, ditemukan pada mollusca dan
arthropoda. Rangka luar pada arthropoda digunakan sebagai tempat perlekatan otot, rangka luar
ini dilapisi gettin yakni suatu bahan lilin yang dapat memperkecil tingkat kehilangan air. Lapisan
kitin tersebut dinamakan kutikula. untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang sempurna atau
produk memerlukan pengelupasan rangka luar secara periodik. Peristiwa pengelupasan kulit
(rangka luar) tersebut dinamakan molting.

Sesaat setelah molting, hewan berada dalam keadaan yang sangat rawan karena dua alasan.
Pertama, rangka luar yang baru terbentuk masih lunak atau belum mengeras dan kedua,
pergerakannya sangat terbatas akibat adanya penahan kontraksi otot yang terlalu lunak. Kedua
hal tersebut menyebabkan arthropoda sangat mudah ditangkap pemangsa.

 Rangka Dalam (Endoskeleton)

Rangka dalam berkembang sangat baik di temukan pada vertebrata. Pada invertebrata misalnya
echinodermata, rangka dalam juga berkembang cukup baik dan mengandung berbagai garam
kalsium. fungsi rangka pada invertebrata memiliki banyak kesamaan dengan fungsi rangka
hewan dari filum lain, yakni untuk perlindungan dan untuk menahan kontraksi otot.

Pada kebanyakan vertebrata, rangka tubuh berupa tulang yang tersusun atas bahan dasar kalsium
fosfat. Hewan yang rangkanya berupa tulang rawan, contohnya ikan hiu dan ikan pari, komponen
utama pembentuk rangka tubuh adalah collagen. Hewan yang demikian dinamakan hewan
bertulang rawan. Dibandingkan dengan rangka luar, langkah dalam memberikan peluang yang
lebih besar kepada hewan untuk dapat tumbuh secara maksimal.

Bab 5 Sistem Endokrin


sistem endokrin dapat dijumpai pada semua golongan hewan vertebrata maupun invertebrata
sistem endokrin dan sistem saraf secara bersamaan lebih dikenal sebagai Supra sistem endokrin
yang bekerja sama secara kooperatif untuk menyelenggarakan fungsi kendali dan koordinasi
pada tubuh hewan pada umumnya sistem endokrin bekerja untuk mengendalikan berbagai fungsi
fisiologis tubuh antara lain aktivitas metabolisme pertumbuhan reproduksi regulasi osmotik dan
regulasi ionik.
Fungsi Sistem Endokrin Secara Umum
Sistem endokrin disebut juga sistem kelenjar buntu yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran
khusus untuk mengeluarkan sekret sekret dari jaringan endokrin dinamakan hormon hormon
berperan penting untuk mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh sistem endokrin hampir sama
bekerja dengan sistem saraf namun cara kerjanya dalam mengendalikan aktivitas tubuh berbeda
dengan sistem saraf penyebab perbedaan tersebut sebagai berikut pertama dibandingkan dengan
sistem saraf sistem endokrin lebih banyak bekerja melalui transmisi kimia 2 sistem endokrin
memperlihatkan waktu respon lebih lambat daripada sistem saraf.
Hormon berfungsi terhadap sasaran yang terletak disekitar sel penghasil histamin jadi hormon
tersebut bekerja secara lokal aksi hormon lokal semacam ini disebut dengan kontrol parenkim
kadang-kadang senyawa kimia yang dikeluarkan oleh suatu sel akan mempengaruhi sel itu
sendiri atau semacam ini dikenal dengan istilah kendali autokrin adalah sistem kendali neuron
doktrin parenkim dan autokrin sudah tentu akan mengaburkan definisi dan konsep khas yang
klasik mengenai cara kerja sistem endokrin dan hormone. Oleh karena itu sel-sel penyusun
organ endokrin dapat dibedakan menjadi dua yaitu sel neurosekretori dan sel endokrin sejati. Sel
neurosekretori adalah sel yang berbentuk seperti sel saraf tetapi berfungsi sebagai penghasil
hormon contohnya adalah sel saraf pada hipotalamus sel endokrin sejati disebut juga sel
endokrin klasik yaitu sel endokrin yang benar-benar berfungsi sebagai penghasil hormon tidak
memiliki bentuk seperti sel saraf kelenjar endokrin sejati melepaskan hormon yang dihasilkan
secara langsung ke dalam darah.
Sel neurosekretori seperti yang terdapat pada hipotalamus akan melepaskan hormon yang
dihasilkannya ke siklus darah dan selanjutnya dibawa ke sel sasaran kadang-kadang hormon
yang dihasilkan oleh sel neurosekretori tidak langsung dilepaskan ke dalam darah tetapi
disimpan terlebih dahulu di dalam sel atau organ.
Klasifikasi, Fungsi, dan Sifat Hormon
Berdasarkan hakekatnya hormon dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu hormon peptida dan
protein steroid dan turunan tirosin. Selain berbagai hormon yang telah disebutkan di atas terdapat
sejumlah zat kimia yang menyerupai hormon zat kimia bekerja menyerupai hormon antara lain
brandikinin anti histamin dan renin dan hormon jaringan terdapat juga hormon feromon. Hormon
feromon adalah suatu senyawa kimia spesifik yang dilepaskan oleh hewan ke lingkungannya
yang dapat menimbulkan respon perilaku respon perkembangan atau respon reproduktif senyawa
kimia tersebut sangat bermanfaat bagi hewan dalam berbagai hal antara lain untuk memberikan
daya tarik seksual menandai daerah kekuasaan mengenai individu lain dan spesies yang sama
dan berperan penting dalam sinkronisasi seksual.
Mekanisme Aksi Hormon
Reseptor khusus ini disebut reseptor hormon interaksi hormon dengan sel sasaran biasanya
terjadi melalui pembentukan. Kompleks hormon reseptor reseptor hormon pada sel secara umum
berupa molekul protein besar dengan bentuk tiga dimensi yang unik reseptor tersebut hanya akan
berikatan dengan hormon tertentu atau analog nya yaitu senyawa lain yang mempunyai gugus
fungsional yang mirip dengan gugus fungsional hormon yang dimaksud kekhususan kerja
hormon dapat diketahui dan dari kenyataan bahwa satu jenis hormone.
Reseptor Hormon Pada Sitoplasma
Reseptor sitosolik merupakan reseptor hormon yang terdapat dalam sitoplasma sel sasaran.
Hormon yang menggunakan reseptor sitosolik ialah hormon steroid dan hormon turunan asam
amino hormon tersebut sangat mudah larut dalam lipid sehingga mudah melewati membran sel
sasaran diperkirakan hormon tersebut sampai pada sel sasaran dalam keadaan berikatan dengan
beberapa jenis molekul pengemban.
Sistem Endokrin Pada Invetebrata
Coelenterata
Contoh hewan dari golongan ini adalah Hydra Hydra mempunyai sejumlah sel yang mampu
menghasilkan senyawa kimia yang berperan dalam proses reproduksi, pertumbuhan dan
regenarasi. Apabila kepala Hydra dipotong sisa tubuhnya akan mengeluarkan molekul peptida
yang disebut aktivator kepala zat tersebut menyebabkan sisa tubuh Hydra dapat membentuk
mulut dan tentakel dan selanjutnya membentuk daerah kepala.
Platyhelminthes
Hewan ini dapat menghasilkan hormon yang berperan penting dalam proses regenarasi diduga
hormon yang dihasilkan tersebut juga terlibat dalam regulasi, osmotic, dan ionik serta dalam
proses reproduksi.
Nematoda
Sejumlah nematoda dapat mengalami ganti kulit atau molting hingga 4 kali dalam siklus
hidupnya hewan ini mempunyai struktur khusus yang berfungsi untuk sekresi neuron hormon
yang berkaitan erat dengan sistem saraf struktur khusus tersebut terdapat pada Ganglion di
daerah kepala dan beberapa diantaranya terdapat pada korda saraf.
Annelida
Sejumlah anilida memperlihatkan adanya derajat sefalisasi yang memadai otak hewan tersebut
memiliki sejumlah besar sel saraf yang berfungsi sebagai sel sekretori hewan ini juga memiliki
sistem sirkulasi yang berkembang sangat baik sehingga kebutuhan untuk menyelenggarakan
sistem kendali endokrin dapat terpenuhi sistem endokrin Annelida berkaitan erat dengan
aktivitas pertumbuhan, perkembangan, regenarasi dan reproduksi.
Moluska
Mollusca mempunyai sejumlah besar sel neuron yang terletak pada ganglia penyusun sistem
saraf pusat hewan ini juga memiliki organ endokrin klasik senyawa yang dilepas menyuplai
protein dan berperan penting dalam mengendalikan osmoregulasi, pertumbuhan dan reproduksi.
Krustasea
Sistem endokrin pada crustacea umumnya berupa sistem neuroendokrin meskipun mempunyai
organ endokrin klasik fungsi tubuh yang dikendalikan oleh sistem endokrin antara lain
osmoregulasi laju denyut jantung komposisi darah pertumbuhan dan pergantian kulit sistem
kendali endokrin yang berkembang paling baik dapat ditemukan pada malacostra.
Insekta
Pada sistem saraf insecta terdapat tiga kelompok sel neuronkrim yang utama:
a. asal neurosekretori medialis kelompok sel ini memiliki aksen yang membentang hingga
korpora kardiaka
b. sel neurosekretori lateralis kelompok sel ini memiliki aksen yang membentang hingga ke
korpa kardiaka
c. sel neurosektorit subesofaagel kelompok sel neurosekretori ini terdapat pada bagian
bawah kerongkongan dan memiliki aksen yang membentang ke korpa alata.

Sistem endokrin pada insekta berfungsi untuk mengendalikan berbagai aktivitas antara lain
aktivitas pertumbuhan.
Sistem Endokrin pada Vetebrata
Berbeda dengan invertebrata sistem endokrin pada vertebrata atau terutama sekali tersusun atas
berbagai organ endokrin klasik sistem endokrin vertebrata dapat dibedakan menjadi empat
kelompok kelenjar utama yaitu hipotalamus, hipofisis atau pituitari dan kelenjar endokrin tepi
Hipotalamus dan Pituitari
Hipotalamus dan pituitari merupakan organ endokrin pusat yang dimiliki hewan vertebrata.
Hipotalamus merupakan bagian otak vertebrata yang terletak di bawah talamus dan berperan
dalam mempertemukan sistem saraf dan endokrin thalamus kumpulan saraf yang terletak di
bagian tengah otak vertebrata hipotalamus mengendalikan kelenjar pituitari sementara pituitari
juga berfungsi mengendalikan kelenjar endokrin lainnya.
Organ Endokrin Tepi
Organ endokrin tepi adalah semua organ endokrin di luar hipotalamus dan pituitary. Semakin
hari semakin banyak ditemukan organ endokrin baru pada vertebrata saat ini telah diketahui
bahwa jantung juga mampu menghasilkan hormon yang disebut dengan atrial natriuretic peptide
hormon tersebut berkaitan erat dengan pengaturan ion natrium di ginjal hampir semua aktivitas
dalam tubuh hewan dipengaruhi oleh hormon aktivitas tersebut meliputi proses pencernaan
peredaran darah pengeluaran regulasi-regulasi dan reproduksi.

Bab 6 Sistem Pencernaan


Energi yang dibutuhkan hewan dapat dicukupi dari makanan akan tetapi makanan yang masuk
ke tubuh hewan seringkali masih dalam ukuran yang terlalu besar dan sangat kompleks sehingga
energi yang terkandung didalamnya tidak dapat langsung digunakan hewan harus mencerna
makanan terlebih dahulu untuk dapat memanfaatkan energi yang terkandung di dalamnya.
Cara Hewan Memperoleh Makanan
Hewan memerlukan senyawa organik seperti karbohidrat lipid dan protein sebagai sumber energi
untuk menyelenggarakan berbagai aktivitasnya namun kemampuan untuk mensintesis senyawa
organik sangatlah terbatas. Oleh karena itu hewan berusaha memenuhi semua kebutuhannya dari
tumbuhan dan hewan lain organisme yang demikian dinamakan heterotrof.
Cara makan dan jenis makanan hewan sangat bervariasi tergantung pada susunan alat yang
dimiliki serta kemampuannya untuk mempersiapkan makanan agar dapat diserap. Hewan
primitif yang belum memiliki alat pencernaan makanan khusus seperti protozoa parasit dan
cacing tanah memerlukan makanan berupa zat organik terlarut hewan yang hidup menetap
seperti Hydra dan coelenterata mendapatkan makanan dengan cara menjerat.
Pencernaan Makananan
Setelah mendapatkan makanan hewan harus mencernanya dengan baik agar sari-sari nya dapat
diserap oleh sel-sel tubuh enzim menyebabkan suasana vakuola berubah menjadi asam sehingga
bahan makanan ternak selanjutnya terjadi pemisahan berbagai garam kalsium hal ini
menciptakan suasana lingkungan dengan pH yang tepat bagi berbagai enzim untuk berfungsi
secara optimal dalam keadaan seperti ini bahan makanan akan disederhanakan sehingga dapat
diserap oleh sitoplasma. Invertebrata tingkat rendah tidak mempunyai organ pencernaan khusus
pencernaan makanan terjadi secara intraseluler yakni dalam sel khusus alat pencernaan pada
colon ternyata berupa gastrovaskuler yaitu ruangan yang berfungsi untuk proses pencernaan
sekaligus untuk sirkulasi.
Pada hewan tingkat tinggi Makanan dicerna dalam saluran khusus yang pada umumnya sudah
berkembang dengan baik dari pencernaan makanan pada hewan ini berlangsung di dalam organ
internal sistem gastrointestinal tersusun atas berbagai organ yang secara fungsional dapat
dibedakan menjadi empat bagian yaitu daerah penerimaan makanan, daerah penyimpanan,
daerah pencernaan, dan penyerapan nutrien serta daerah penyerapan air dan ekskresi.
Daerah Penerimaan
Daerah untuk menerima makanan adalah mulut mulut biasanya dilengkapi dengan gigi dan
kelenjar ludah yang membantu proses pengunyahan dan menelan makanan dalam ludah
terkandung berbagai substansi seperti amilase toksin dan antikoagulan. Esofagus juga
dikelompokkan sebagai daerah penerimaan makanan organ ini bertugas membawa makanan dari
mulut ke lambung dengan gerakan peristaltik.
Daerah Penyimpanan
Daerah penyimpanan makanan terdiri atas empedal. Organ tersebut merupakan pelebaran saluran
gastrointestinal pada bagian depan yang memiliki fungsi utama sebagai penyimpanan makanan
sebagai proses pencernaan makanan sudah terjadi di bagian ini yang merupakan kantung berotot
yang berperan dalam pencernaan mekanik organ ini ditemukan pada vertebrata maupun
invertebrata. Lambung berfungsi sebagai tempat menyimpan Kim yaitu makanan yang telah
dicerna sebagian lambung akan meloloskan Kim ke usus dengan jeda waktu tertentu lambung
juga berfungsi untuk mencerna protein dengan mengekskresikan enzim protein dan asam
lambung pada sejumlah herbivora misalnya lembu dan domba lambung telah diputuskan untuk
mencerna selulosa pada hewan ini lambung memiliki beberapa ruang. Hewan seperti ini dikenal
dengan ruminansia.
Daerah Pencernaan dan Penyerapan
Proses pencernaan secara lebih sempurna dan penyerapan sari makanan berlangsung di dalam
usus di usus bahan makanan dicerna lebih lanjut dengan bantuan enzim dan diubah menjadi
berbagai komponen penyusun agar dapat diserap dan digunakan secara optimal oleh hewan
secara garis besar enzim pencernaan pada hewan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu enzim
pemecah karbohidrat pemecah lemak dan pemecah protein.
Pengerapan Sari Makanan
Agar dapat digunakan oleh sel hasil pencernaan seperti asam amino monosakarida asam lemak
bebas dan gliserol harus diserap pengetahuan mengenai proses penyerapan sari makanan lebih
banyak diperoleh dari hasil studi pada vertebrata pada vertebrata penyerapan sari makanan
terutama berlangsung dalam usus halus kemudian menembus Vili usus dan masuk ke pembuluh
darah atau ke pembuluh limfa.
Penyerapan sari makanan dari saluran gastrointestinal terjadi dengan cara transpor pasif transpor
pasif berlangsung menurut gradien konsentrasi agar dapat terjadi transpor pasif konsentrasi zat di
lumen usus halus lebih tinggi daripada di dalam sel penyerap difusi dipermudah pada dasarnya
sama seperti difusi biasa yaitu transpor zat dari daerah berkonsentrasi lebih tinggi ke daerah yang
berkonsentrasi lebih rendah bedanya difusi dipermudah memerlukan molekul karir pada
membran sel penyerap sedangkan difusi tidak demikian.
Penyerapan Karbohidrat
Penyerapan gula dari lumen usus terjadi melalui difusi dipermudah atau transpor aktif sekunder
dengan bantuan ion natrium dalam hal ini glukosa sebenarnya diserap dengan difusi dipermudah
sedangkan transpor aktif diperlukan untuk memompakan natrium dari dalam sel ke sel epitel
usus agar kondisi homeostatis tetap terjaga.
Penyerapan Protein
Protein dapat diserap dan masuk ke dalam darah hanya dalam bentuk asam amino sederhana
dalam bentuk monopeptida dipeptida dan tripeptida pemasukan asam amino melintasi membran
sel epitel usus berlangsung melalui mekanisme yang serupa dengan penyerapan glukosa yaitu
transpor aktif sekunder atau difusi dipermudah.
Penyerapan Lipid
Lipid tidak pernah tercerna seluruhnya secara sempurna menjadi gliserol dan asam lemak hasil
pencernaan lipid merupakan campuran trigliserida trigliserida dan monogliserida dalam proses
penyerapan tersebut garam empedu berperan penting untuk mengemulsikan lemak sehingga
mempermudah terjadinya kontak antar molekul lemak dengan mikrofil lain Yakni dengan
membentuk kompleks garam empedu lemak saat terjadi kontak dengan mikrofilamen Kompleks
tersebut akan terpisah lagi dan garam empedu kembali ke lumen usus sehingga dapat digunakan
kembali untuk membawa molekul lipid lainnya.

Bab 7 Sistem Sirkulasi


Tidak semua hewan mempunyai sistem sirkulasi khusus. Pada hewan berukuran kecil berbagai
macam zat seperti makanan gas respiratory dan sisa metabolisme dapat berdifusi melalui ruang
antar sel dengan mudah. Dengan demikian struktur khusus untuk mentransfer zat-zat tersebut
tidak diperlukan dengan kata lain berbagai hewan kecil tidak memerlukan sistem sirkulasi
khusus untuk transpor berbagai macam zat akan tetapi proses difusi berlangsung sangat lambat
sehingga cara tersebut tidak mungkin dapat memenuhi semua kebutuhan hewan berukuran besar
dan atau hewan yang memiliki aktivitas metabolisme tinggi.
Fungsi Sistem Sirkulasi
Secara garis besar sistem sirkulasi memiliki tiga fungsi sebagai berikut :
1. menjamin atau memastikan terpenuhinya kebutuhan tubuh akan sel makanan dan oksigen
serta pembuangan zat sisa metabolisme dari tubuh dengan segera.
2. berperan penting dalam penyebaran panas tubuh
3. menyebarkan tekanan atau kekuatan sistem transpor pada hewan bervariasi tergantung pada
tingkat perkembangan tubuh hewan protozoa bersilia yang hidup sesil ternyata mampu
menyelenggarakan sirkulasi cairan tubuh menggunakan khoanosit.
Sedangkan colenterata melaksanakannya dengan cara mengalirkan air melalui saluran khusus
pada sistem gastrovaskuler yang bersilia. Sirkulasi cairan tubuh pada beberapa moluska
sangat tergantung pada arah gerakan silia yang dapat mengalirkan air melalui rongga mantel.
Di rongga mantel partikel makanan dikumpulkan dan ditelan sistem ini juga berfungsi untuk
menyediakan oksigen bagi inang hal tersebut menunjukkan bahwa sistem operasi berfungsi
untuk mengangkut gas dan makanan.
Macam Cairan Tubuh Hewan
Pada semua hewan multiseluler cairan tubuh dapat dibedakan menjadi dua yaitu cairan
intrasel dan cairan ekstrasel kira-kira 70% dari seluruh bagian tubuh hewan berupa air sekitar
40% diantaranya terdapat di dalam sel dan 25% sidang terdapat diluar sel.Cairan ekstra sel
dapat ditemukan di berbagai tempat dan masing-masing disebut dengan nama yang berbeda
ada 4 cairan ekstrasel yaitu cairan jaringan, limfa, darah dan hemolimfa. Hewan invertebrata
yang tidak mempunyai sistem sirkulasi mempunyai cairan jaringan atau cairan limfa yang
mengelilingi sel-sel tubuhnya. Cairan jaringan mengandung sedikit protein sejumlah garam
dan bahan nutrisi serta zat sisa cairan jaringan juga mengandung sel darah yang berfungsi
fagositik dan mampu bergerak melalui ruang antar jaringan pada hewan tertentu yang
memiliki sistem sirkulasi tertutup darah dan cairan jaringan merupakan dua macam cairan
yang terpisah secara jelas darah tersusun atas cairan plasma dan sel darah, sementara cairan
jaringan yang disebut juga cairan intrasel dibentuk dengan menyaring plasma yang kemudian
akan berdifusi melalui dinding kapiler menuju ruang antar sel. Menurut gradien tekanan
hidrostatik Filtrat tersebut bukan koloid karena hanya mengandung 0,85% protein. Cairan
yang keluar dari sel kapiler tersebut akan dikembalikan lagi ke sistem sirkulasi melalui
sistem pembuluh khusus yaitu pembuluh limfa pada vertebrata tingkat tinggi pembuluh limfa
dimulai sebagai saluran buntu dan ujung terbuka pembuluh limfa berfungsi mengangkut
kelebihan cairan yang tertimbun di lingkungan ekstrasel dan mengembalikannya kecil keluar
darah. Bagi ahli filosofi komparatif membedakan antara sel jaringan dan cara melihat secara
tegas merupakan hal yang sulit untuk melakukan hal ini dapat dijelaskan dengan Apabila
diperhatikan cairan dalam pembuluh limfa sebenarnya berasal dari jaringan yang masuk ke
dalam pembuluh dengan cara difusi melalui dinding pembuluh atau mengalir langsung ke
dalam pembuluh melalui lubang yang terbuka pada ujungnya dengan demikian jelas bahwa
cairan jaringan dan cairan limfa sebenarnya tidak berbeda pada saat tertentu cara
meningkatkan menjadi cairan jaringan atau sebaliknya dalam tubuh hewan yang mempunyai
sistem sirkulasi terbuka pembatasan antara cairan darah dan cairan limfa juga tidak dapat
dilakukan dengan secara sempurna akan ini timbul karena cairan yang mengalir dalam
pembuluh dan di ruang antar sel merupakan cairan yang sama. Dalam keadaan semacam ini
cairan tersebut dinamakan cairan hemolimfa.
Sistem Sirkulasi Terbuka dan Tertutup
Sistem sirkulasi tersusun atas berbagai komponen utama yaitu jantung pembuluh dan cairan
tubuh yang beredar. Jantung berfungsi sebagai pompa pergerakan cairan sedangkan
pembuluh berfungsi sebagai saluran yang akan dilewati oleh cairan beredar ke seluruh tubuh.
Sistem sirkulasi pada hewan dapat dibedakan menjadi dua yaitu sistem sirkulasi terbuka dan
tertutup. Sistem sirkulasi terbuka antara lain dapat ditemukan pada mollusca dan arthropoda
sementara hewan yang mempunyai sistem sirkulasi tertutup contohnya Annelida mollusca
jenis cephalopoda susunan pembuluh darah pada arthopoda yaitu arthropoda memiliki
jantung berbentuk pipa yang terletak di bagian dorsal tubuh dan dilengkapi dengan sejumlah
lubang beserta klep lubang dimana hal tersebut memberi peluang kepada daerah untuk masuk
kembali ke jantung relaksasi otot jantung menyebabkan adanya tekanan negatif dalam rongga
jantung. Sehingga menimbulkan kekuatan untuk menghisap darah secara aktif pembuluh
darah dorsal bagian depan disebut dengan aorta dinding otot bersifat kontraktil dan dapat
menimbulkan gelombang peristaltik untuk mendorong darah ke arah depan pembuluh ini
merupakan cabang pembuluh darah utama yang berlanjut pada kepala dan berakhir di bagian
tersebut. Percabangan pembuluh aorta membawa pasokan darah untuk sebagian besar tubuh
nama sistem pembuluh darah pada sistem sirkulasi terbuka tidak dilengkapi dengan
pembuluh darah perifer sehingga pada tingkat jaringan darah akan keluar dari pembuluh dan
selanjutnya mengalir bebas diantara sel jaringan pada tahap berikutnya darah atau cairan
tubuh tersaring dan secara perlahan-lahan kembali ke jantung melalui ostia yang banyak
terdapat. Sebagai akibat dari tidak adanya pembuluh kapiler sistem sirkulasi terbuka bekerja
dengan tekanan rendah dengan demikian pada setiap kontraksi jantung volume darah yang
dikeluarkan dari jantung ke rongga tubuh hanya sedikit selain itu tekanan yang ditimbulkan
oleh jantung untuk mendorong darah juga rendah sehingga darah mengalir dengan lambat.
Hal ini menyebabkan jumlah sari makanan yang dilepaskan ke seluruh tubuh terbatas dan
akibatnya aktivitas metabolisme dalam tubuh pun terbatas kelemahan lain dari sistem
sirkulasi terbuka adalah hewan tidak dapat mengatur aliran darah secara tepat ke berbagai
organ yang berbeda sistem sirkulasi tertutup memiliki beberapa kelebihan. Apabila
dibandingkan dengan sistem sirkulasi terbuka pada sistem sirkulasi tertutup darah beredar
dalam sistem pembuluh yang kontinu didorong oleh kekuatan yang berasal dari hasil kerja
jantung. Sebagai motor penggerak jantung bekerja dengan melakukan gerakan memompa
secara terus-menerus sehingga tekanan dalam pembuluh darah dapat dipertahankan tetap
tinggi hasilnya darah keluar dari pembuluh akan segera masuk kembali ke jantung dengan
cepat. Selain itu pada hewan yang memiliki sistem ini darah akan mengalir dari pembuluh
secara langsung ke setiap sel tubuh hal ini menjamin adanya pasokan sari makanan dan
oksigen dalam jumlah memadai ke setiap sel agar proses metabolisme dapat terselenggarakan
dengan baik. Apabila ada peningkatan aktivitas metabolisme vertebrata dapat meningkatkan
jumlah pasokan darah ke organ yang aktif dan mengurangi penyebaran ke daerah yang
kurang aktif pergaulan sirkulatori pada hewan yang memiliki sistem tertutup terdiri atas
jantung dan pembuluh darah mulai dari pembuluh arteri,vena, arteri, venula hingga jaringan
kapiler.
Komposisi Darah
Darah tersusun atas plasma dan sel darah sel darah mencakup eritrosit leukosit dan
trombosit plasma darah mengandung sekitar 90% air dari berbagai zat terlarut bersubsidi
dalamnya zat tersuspensi tersebut mencakup beberapa jenis bahan berikut:
1. Protein plasma yaitu albumin globulin dan fibrinogen
2. Sari makanan yaitu glukosa monosakarida asam amino dan lipid tiga bahan untuk
dibuang dari tubuh antara lain Urea dan senyawa nitrogen 4 berbagai ion misalnya
natrium kalium klorat fosfat kalsium sulfat dan senyawa bikarbonat 5 bahan lain yang
biasanya terdapat dalam darah misalnya hormon gas respirator vitamin dan enzim .
Plasma merupakan cairan komponen penyusun darah yang memiliki komposisi sangat
berbeda dari jalan intra sel plasma mengandung sejumlah protein yang berperan sebagai
penghasil tekanan osmotic. Plasma tekanan osmotik plasma dapat ditimbulkan oleh protein
disebut tekanan osmotik koloid plasma darah mengandung protein dalam konsentrasi relatif
rendah antara 1,0 mg/ per ml hingga 100-150 mg/ml, volume pada hewan memiliki sistem
sirkulasi tertutup tergantung pada keseimbangan antara laju filtrasi cairan atau plasma dari
kapiler menuju ke ruang jaringan dan laju reaksi tersebut ada dua macam kekuatan yang
bekerja dalam proses pertukaran cairan tersebut yaitu tekanan darah dan tekanan osmotic
koloid.
Jantung Hewan dan Cara Kerjanya
Jantung merupakan komponen penyusun sistem sirkulasi yang berfungsi sebagai pompa
bergerak cairan tubuh di sepanjang pembuluh aliran darah dalam pembuluh merupakan
proses dinamis dinamikanya sangat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti darah, tekanan
hidrostatik. Energi tekanan darah dan tahap tahan pada dinding pembuluh darah jantung pada
hewan dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu jantung tubular dan jantung berongga.
Jantung pada vertebrata termasuk jenis jantung berongga jantung jenis ini juga ditemukan
pada invertebrata yaitu mollusca yang mempunyai satu atau dua Arteri dan satu ventrikel.
Jantung tubular bekerja dengan cara menghasilkan kontraksi peristaltik sehingga sering
disebut sebagai jantung peristaltic. Jantung peristaltik dapat ditemukan pada kebanyakan
invertebrata salah satu contoh jantung peristaltik adalah jantung yang dimiliki hewan tunikata
yang mempunyai sistem sirkulasi terbuka jantung tubular pada hewan ini masih sederhana
tidak mempunyai klep dan kontraksi peristaltik yang ditimbulkannya akan mendorong darah
ke satu arah tertentu untuk beberapa detik. Selanjutnya akan terjadi peristiwa yang
merupakan kebalikan dari peristaltik pertama sehingga darah akan mengalir ke arah yang
berlawanan. Hewan peristaltik pertama sehingga darah akan mengalir ke arah yang
berlawanan jantung berongga ditemukan pada vertebrata jantung ini merupakan organ
berotot yang mampu mendorong darah ke berbagai bagian tubuh jantung bertanggung jawab
untuk mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah klub yang melengkapinya
untuk menjamin keberlangsungan sirkulasi jantung berkontraksi secara periodik apabila
cairan tubuh berhenti bersirkulasi maka hewan mati. Gerakan memompa yang dilakukan
jantung merupakan kekuatan utama yang dapat menjamin kelancaran aliran darah otot
jantung berkontraksi terus-menerus tanpa mengalami kelelahan kontraksi jantung mamalia
merupakan kontraksi miogenik yaitu kontraksi yang diawali kekuatan atau rangsangan dari
dalam otot jantung itu sendiri bukan dari saraf. Meskipun demikian Irama kontraksi jantung
dapat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom dan oleh hormon. Jantung mamalia terletak di
daerah dada dibungkus oleh selaput tipis yang dinamakan perikardium jantung tersebut
memiliki 4 rongga terdiri atas 2 ruang serambi yang berdinding lebih tipis dan 2 ruang bilik
yang berdinding tebal. Serambi dan bilik berkontraksi secara bergantian pada saat serambi
berkontraksi atau fase sistol dalam masuk darah dari Vena ke serambi tertutup oleh kontraksi
otot disekitarnya dan tekanan didalam nya meningkat sehingga darah akan terdorong menuju
bilik yang pada saat itu sedang berelaksasi dalam peristiwa tersebut darah akan melatih klub
antri ventrikularis yaitu 2 unit klep yang membatasi rongga serambi dan bilik dokter tersebut
ialah trikuspidalis dan bikuspidalis. Bikuspidalis menjadi pembatas antara rongga serambi
dan bilik jantung sebelah kanan sedangkan trikuspidalis menjadi pembatas antara rongga
serambi dan bilik jantung sebelah kiri. Pada saat bilik berkontraksi serambi mengalami
relaksasi sehingga jalan masuk dari venna akan terbuka hal ini akan menyebabkan penurunan
tekanan dalam serambi sehingga darah tertarik masuk kedalam serambi jantung. Siklus
jantung menghasilkan sekali denyutan jantung jantung manusia berdenyut kira-kira 70 kali
per menit tetapi pada saat aktif melakukan kegiatan denyut jantung dapat meningkat hingga
lebih dari dua kali kecepatan jantung dikendalikan oleh sistem saraf simpatis dan
parasimpatis saraf simpatis bekerja untuk mempercepat denyut jantung sedangkan saraf
vagus bekerja untuk memperlambat nya.
Pembuluh Darah
Pembuluh darah adalah saluran khusus yang mengalirkan darah darah adalah cara dalam
pembuluh darah yang beredar ke seluruh tubuh mulai dari jantung dan segera kembali ke
jantung. Darah vertebrata mengalir dalam pembuluh darah yang elastis dan akan kembali lagi
ke jantung tanpa meninggalkan sistem pembuluh jadi darah tetap berada dalam saluran yang
tertutup sistem sirkulasi yang demikian dinamakan sistem sirkulasi tertutup pada vertebrata
sistem pembuluh darah terbagi menjadi 3 yaitu arteri, kapiler, dan vena.
Arteri
Arteri darah pembuluh yang berfungsi untuk mengangkut darah yang keluar dari jantung
darah dalam arteri mengeluarkan tekanan yang cukup besar terhadap dinding pembuluh
untuk menahan tekanan tersebut. Arteri harus mempunyai dinding yang cukup tebal dan kuat
kekuatan tekanan darah tersebut sebenarnya berasal dari kekuatan yang dihasilkan oleh
jantung ketika berkontraksi dengan demikian keberadaan tersebut elastis pada dinding arteri
sangat penting untuk memastikan aliran darah yang konstan ke kapiler. Tekanan pada Arteri
ketika jantung berkontraksi dan berelaksasi disebut tekanan sistolik dan diastolic pada hewan
besarnya tekanan tersebut bervariasi pada manusia besarnya tekanan sistolik dan diastolik
adalah 120/80. Besarnya tekanan dalam pembuluh darah dipantau oleh preseptor tegangan
yaitu reseptor yang peka terhadap peregangan dinding pembuluh darah reseptor ini dapat
ditemukan pada dinding sinus karotis dan lengkung aorta.
Arteriola
Arteriola adalah pembuluh artikel kecil yang dindingnya mengandung sejumlah besar
otot polos yang proses kontraksinya tidak dikendalikan oleh pusat kesadaran. Artiola
merupakan pembuluh yang penting untuk mengendalikan aliran darah pengendalian aliran
darah tersebut dilakukan dengan cara mengubah derajat kontraksi otot polos pada bagian
tersebut sehingga besarnya tekanan dapat diatur dan dengan demikian aliran darah ke
berbagai organ juga dapat diatur.
Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah terkecil dalam sistem sirkulasi kapiler merupakan tempat
terjadinya pertukaran gas serta berbagai zat lainnya antara pembuluh darah dan sel jaringan.
Fungsi pembuluh kapiler sebagai tempat pertukaran zat didukung oleh struktur pembuluh
tersebut yakni sangat tipis dan hanya tersusun atas satu lapis sel serta total luas permukaan
nya sangat besar.
Venula
Venula dan vena merupakan pembuluh darah yang berfungsi untuk membawa darah dari
jantung kembali ke jantung. Venula adalah pembuluh vena yang paling kecil dan
berhubungan langsung dengan kapiler tekanan dalam venula dan vena jauh lebih rendah
daripada tekanan dalam arteri dan dinding pembuluh vena jauh lebih tipis daripada dinding
pembuluh arteri sebagian besar vena dilengkapi dengan banyak klub yang berguna untuk
mencegah aliran darah kembali ke arah jaringan dan menjaga kelancaran aliran darah menuju
jantung.

Bab 8 Sistem Respirasi


Sistem respirasi memiliki fungsi utama untuk memasok oksigen ke dalam tubuh serta
membuang CO2 dari dalam tubuh. Oksigen yang diperoleh hewan dan lingkungannya
digunakan dalam proses fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP sebenarnya hewan
dapat menghasilkan ATP tanpa oksigen karena semacam itu disebut respirasi anaerob akan
tetapi proses tersebut tidak dapat menghasilkan ATP dalam jumlah banyak respirasi yang
dapat menghasilkan ATP dalam jumlah banyak dalam respirasi aerob.

Berbagai Organ Pernapasan pada Hewan


Pertukaran gas antara hewan dan lingkungannya dapat terjadi dengan cara difusi
sederhana pada beberapa hewan terutama hewan akuatik berukuran kecil pertukaran gas
dapat terjadi melalui seluruh pertukaran tubuhnya cara tersebut sudah dapat memenuhi
seluruh kebutuhan hewan untuk mengambil oksigen dan membuang karbondioksida, akan
tetapi seiring dengan proses perkembangannya tubuh hewan menjadi semakin kompleks dan
ukurannya menjadi semakin besar akibatnya pertukaran gas dengan cara difusi tidak lagi
memadai. Organ respirasi akuatik dapat berupa kulit seluruh permukaan tubuh atau insang
permukaan tubuh sebagai organ respirasi terutama digunakan oleh hewan inaktif yang
bertubuh tipis dan kecil organ respirasi terestrial dapat berupa paru-paru di fungsi paru-paru
buku trakea dan paru-paru alveolus paru-paru difusi merupakan modifikasi dari insang
pertukaran gas terjadi pada organ tersebut tidak terlalu pengaruhi oleh ventilasi tetapi lebih
tentukan oleh laju difusi gas. Paru-paru buku ditemukan pada Archimedes pada laba-laba dan
kalajengking trakea merupakan organ pernapasan yang sering dijumpai pada insekta. Organ
pernapasan burung dan ikan biasanya dilengkapi dengan gelembung atau kantong udara
fungsinya adalah mengatur daya apung pada tubuh hewan organ pernapasan berupa paru-
paru dapat ditemukan pada amfibi aves reptil dan mamalia paru-paru alveolar pada amphibia
masih sederhana dan kurang elastis sehingga kurang dapat memenuhi kebutuhan fisiologi
tubuhnya.

Pertukaran Gas O2 dan CO2


Pertukaran gas antara hewan dan lingkungannya selalu terjadi pada lingkungan akuatik
maupun teresterial pada hewan yang berada di air kerugian pertama mereka adalah adanya
kenyataan bahwa dibandingkan dengan udara molekul air jauh lebih padat dan lebih sulit
bergerak molekul air kira-kira 1000 kali lebih padat dan 60 kali lebih sulit mengalir dari pada
udara. Jadi dibandingkan dengan udara air jauh lebih sulit mengalir ke organ pernapasan.
Oleh karena itu untuk mengalirkan air ke organ pernapasannya hewan akuatik harus
mengeluarkan energi lebih banyak daripada energi yang digunakan oleh hewan terestrial
berbeda dari hewan akuatik hewan yang bernapas di udara memperoleh keuntungan karena
tidak memerlukan banyak energi untuk bernafas di udara namun harus mengeluarkan energi
untuk melawan gaya gravitasi. Pada amphibia pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 dapat
terjadi melalui paru-paru dan kulit akan tetapi jalur pengeluaran CO2 yang utama ialah
melalui kulit pada amfibi pengambilan oksigen melalui paru-paru 3 kali lebih besar daripada
melalui kulit pada amfibi paru-paru dan kulit memainkan peran yang sama hal dalam
pengambilan O2. Sistem respiratori pada burung berupa paru-paru yang dilengkapi dengan
sejumlah kantong udara yang besar dan memiliki membran yang tebal pada burung gerakan
inspirasi terjadi karena kontraksi otot-otot respiratory yang mendorong tulang iga ke arah
depan sehingga menghasilkan gerakan sternum ke depan dan ke bawah tulang iga lainnya
bergerak ke arah lateral dan menyebabkan peningkatan volume rongga tubuh pada kondisi
tersebut paru-paru dan kantong udara ikut mengembang akibatnya tekanan gas dalam paru-
paru dan kantong udara turun, sehingga udara atmosfer masuk ke dalamnya. Pada mamalia
fase inspirasi merupakan proses aktif yang terjadi karena adanya kontraksi otot inspiratory
kontraksi otot tersebut akan meningkatkan volume rongga dada dan menyebabkan paru-paru
mengembang serta timbul tekanan negatif didalamnya sehingga udara atmosfer pun segera
masuk paru paru.

Transpor Oksigen
Transpor oksigen dalam darah terjadi dengan dua cara yaitu dengan cara sederhana dan
dengan cara diikat oleh pigmen respirasi yaitu senyawa khusus yang dapat mengikat dan
melepaskan oksigen secara bolak-balik. Pigmen respirasi merupakan protein dalam cairan
yang memiliki daya gabung tinggi terhadap oksigen pigmen respirasi diperlukan oleh darah
untuk meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen contohnya keberadaan pigmen
hemoglobin dalam darah mamalia dapat meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen oleh
darah sebesar 20 kali lipat sehingga setiap 100 ml darah dapat membawa 20 ml oksigen.
Hemoglobin sangat mudah berikatan dengan oksigen membentuk oksihemoglobin oksigen
akan berikatan dengan hemin tepatnya pada yang terdapat pada pusat gugus tersebut dengan
suatu ikatan yang longgar harus diikat bawah proses pengikatan molekul oksigen pada hemin
tersebut bukanlah peristiwa oksidasi melainkan penggabungan antara Fe pada gugus heme
dan molekul oksigen penggabungan hemoglobin dan oksigen menjadi hbo2 atau proses
kebalikannya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu konsentrasi oksigen di lingkungan.

Transport Karbondioksida
Aktivitas metabolisme sel akan menghasilkan zat sisa antara lain CO2 dan air air
terbentuk dari proses dinamakan air metabolik keberadaan air metabolik di dalam tubuh
menimbulkan masalah yang dimanfaatkan oleh sel tubuh. Namun keberadaan CO2 dapat
menimbulkan gangguan fisiologis yang penting karbondioksida sangat mudah berikatan
dengan air membentuk asam karbonat yang memiliki kekuatan untuk menciptakan kondisi
alam. Oleh karena itu oksigen yang terbentuk di jaringan harus segera diangkut dan
dikeluarkan oleh tubuh reaksi pembentukan asam karbonat dapat terjadi dalam cairan ekstra
sel plasma. Maupun di dalam sel darah merah pembentukan asam karbonat yang terjadi
dalam sel darah merah berlangsung sangat cepat terdapat enzim karbonat anhidrase yang
berperan sebagai katalis darah mengangkut karbondiosida menyebabkan keadaan jaringan
akan asam dan akan mengganggu kerja enzim dan aktivitas metabolisme sel. Oleh karena itu
peluang timbulnya suasana asam harus dihindarkan dengan cara membentuk senyawa yang
bersifat sedikit basa.

Pengaturan Respirasi
Respirasi pada hewan merupakan proses yang diatur oleh saraf untuk mencukupi
kebutuhan akan oksigen dan membuang karbondioksida secara efektif. Pengaturan respirasi
dapat berlangsung secara kimiawi maupun saraf. Pengaturan respirasi secara kimiawi pada
hewan teresterial lebih banyak dirangsang oleh adanya peningkatan kadar karbondioksida
dalam darah dan daripada oleh penurunan kadar oksigen pengaturan respirasi secara saraf yg
dilakukan oleh sekelompok sel saraf pada pons varoli dan medula oblongata yang berfungsi
sebagai pengaturan sel saraf yang lebih rendah yang terdapat di medula oblongata pusat saraf
yang lebih rendah tersebut ialah pusat inspiratory dan pusat expiratory yang mengendalikan
inspirasi dan ekspirasi yang dilakukan oleh hewan. Hal penting yang harus diatur dan
berkaitan langsung dengan pengendalian hemostatis kadar tekanan O2 dan CO2 adalah
kedalaman dan laju pernapasan. Faktor yang paling menentukan kedalaman dan laju
pernapasan ialah konsentrasi karbondioksida yang biasanya dinyatakan dengan perubahan
tekanan karbondioksida yang dibantu oleh kemampuan yang terdapat di pusat respiratori Di
medula.

Bab 9 Termoregulasi
Termoregulasi ialah proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu tubuhnya
supaya tetap konstan paling tidak supaya suhu tubuhnya tidak mengalami perubahan yang
terlalu besar. Persoalannya tidak semua hewan mampu mempertahankan suhu tubuh yang
konstan hewan yang mampu mempertahankan suhu tubuhnya di mana dinamakan homoiterm
sedangkan yang tidak mampu mempertahankan suhu tubuh disebut polikiloterm.
Pentingnya Suhu Tubuh yang Stabil bagi Hewan
Suhu tubuh pada kebanyakan hewan dipengaruhi oleh suhu lingkungannya ada hewan
yang dapat bertahan hidup pada suhu minus 20 derajat Celcius sementara hewan lainnya
dapat hidup pada suhu 50 derajat Celsius. Suhu tubuh yang konstan sangat dibutuhkan oleh
hewan karena beberapa alasan pertama perubahan suhu dapat mempengaruhi konformasi
protein dan aktivitas enzim. Aktivitas enzim terganggu reaksi dalam sel pun akan terganggu
dengan demikian perubahan suhu dalam tubuh hewan mempengaruhi kecepatan reaksi
metabolisme dalam sel kedua perubahan suhu dapat berpengaruh terhadap energi kinetik
yang dimiliki oleh setiap molekul zat sehingga peningkatan suhu tubuh akan memberi
peluang yang besar kepada berbagai partikel zat untuk saling bertubrukan.

Poikiloterm dan Homoterm


Berdasarkan kemampuannya untuk mempertahankan suhu tubuh hewan diklasifikasikan
menjadi dua yaitu poikiloterm dan homoiterm. Hewan poikiloterm yaitu hewan yang suhu
tubuhnya selalu berubah seiring dengan berubahnya suhu lingkungan sementara hewan
homoiterm yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu konstan sekalipun suhu lingkungannya
sangat berubah. Hewan poikiloterm juga dapat disebut sebagai ektoterm Karena suhu
tubuhnya ditentukan dan dipengaruhi oleh suhu lingkungan eksternalnya sementara
homoiterm dapat disebut endoterm. Karena suhu tubuhnya diatur oleh produksi panas yang
terjadi di dalam tubuh sekalipun demikian dapat menemukan adanya beberapa kekecualian
misalnya pada insekta sebenarnya insekta dikelompokkan sebagai eksoterm tetapi ternyata
ada beberapa insekta seperti lalat yang dapat menghasilkan tambahan panas tubuh dengan
melakukan kontraksi otot dengan alasan itu lalat dikatakan bersifat endotermik sebagian.

Interaksi Panas antara Hewan dan Lingkungannya


Hewan mengalami pertukaran panas dengan lingkungan sekitarnya disebut dengan
berinteraksi panas interaksi tersebut dapat menguntungkan dan merugikan hewan ternyata
dapat memperoleh manfaat yang besar. Dari peristiwa pertukaran panas interaksi panas dapat
dimanfaatkan oleh hewan sebagai cara untuk mengatur suhu tubuh mereka untuk
meningkatkan dan menurunkan pelepasan panas dari tubuh atau sebaliknya memperoleh
panas interaksi pertukaran panas antara hewan dan lingkungannya dapat terjadi melalui
empat cara yaitu :
Konduksi
konduksi panas adalah perpindahan atau pergerakan panas antara dua benda yang saling
bersentuhan dalam hal ini panas Akan berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke
benda yang suhunya lebih rendah lajur adalah Panas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain luas permukaan benda yang saling bersentuhan perbedaan suhu awal antara kedua
benda dan konduktivitas panas dari kedua benda tersebut.
Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas antara dua benda yang terjadi melalui zat alir atau fluida
yang bergerak dalam hal ini panas dari tubuh hewan dipindahkan ke zat alir yang bergerak di
dekatnya.

Radiasi
radiasi adalah perpindahan panas antara dua benda yang tidak saling bersentuhan dalam hal
ini contohnya Perpindahan panas dari matahari ke tubuh hewan dari panas api di perapian ke
tubuh manusia atau panas lampu OHP ke tubuh pemakai OHP frekuensi dan intensitas
radiasi yang dipancarkan tergantung pada suhu benda yang mengeluarkan radiasi semakin
tinggi suhu benda yang mengeluarkan radiasi semakin tinggi pula intensitas radiasinya.
Evaporasi
Evaporasi atau penguapan ialah proses perubahan benda dari fase cair ke fase gas perubahan
benda dari fase cair ke fase gas memerlukan sejumlah besar energi dalam bentuk panas. Oleh
karena itu apabila air direbus menggunakan panas api atau listrik lama-kelamaan air tersebut
berubah menjadi uap evaporasi merupakan cara yang penting bagi hewan untuk melepaskan
panas dari tubuhnya.
Termoregulasi pada Ektoterm
Ektoderm merupakan hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan
sekitarnya perolehan panas tubuh pada hewan ektoterm tergantung pada berbagai sumber
panas di lingkungannya.
Termogulasi pada Ektoterm Akuatik
Suhu pada lingkungan akuatik relatif stabil sehingga hewan yang hidup didalamnya tidak
mengalami permasalahan lingkungan yang rumit dalam lingkungan akuatik. Hewan tidak
mungkin melepaskan panas tubuh dengan cara evaporasi pelepasan panas melalui radiasi
juga sangat kecil kemungkinannya karena air merupakan penyerap radiasi inframerah yang
efektif pelepasan panas dari tubuh hewan terutama terjadi melalui insang air juga merupakan
peredam panas yang baik kelebihan panas dari tubuh hewan akuatik akan diserap atau
dihamburkan oleh air sehingga tubuh ikan akan stabil dan relatif sama dengan suhu air di
sekitarnya.
Termogulasi pada Ektoterm Teresterial
Berbeda dengan lingkungan akuatik suhu di lingkungan teresterial selalu berubah dengan
variasi yang cukup besar perubahan suhu ini sangat mudah kita rasakan misalnya dengan
membandingkan suhu udara pada siang dan malam hari memperhatikan suhu lingkungan
teresterial yang sangat besar tampak akan sangat menarik. Jika mempelajari thermoregulasi
yang dilakukan ektoterm teresterial. Vertebrata ektoderm pada kadal juga melakukan hal
yang serupa dengan belalang dan kumbang yaitu berjemur untuk menyerap radiasi matahari
untuk memaksimalkan penyerapan radiasi kadal akan mengubah penyebaran melanin di
kulitnya sehingga berwarna menjadi lebih gelap dalam hal ini sangat penting untuk
penyerapan panas secara efektif.
Termogulasi pada Endoterm
Endoterm merupakan hewan yang panas tubuhnya berasal dari dalam tubuh sehingga hasil
dari proses metabolisme sel tubuh. Suhu tubuh hewan endoterm dipertahankan agar tetap
konstan walaupun suhu lingkungannya selalu berubah hewan endoterm meliputi burung dan
mamalia sedangkan hewan lainnya digolongkan sebagai eksoterm akan tetapi kenyataan
menunjukkan bahwa ikan tuna juga dapat mempertahankan suhu tubuhnya pada tingkat
tertentu.
Produksi panas pada hewan endoterm terjadi melalui mekanisme sebagai berikut:
1. meningkatkan produksi panas metabolik dalam otot rangka merupakan gerakan yang
tidak teratur dan tidak mempunyai tujuan pergerakan tertentu kontraksi otot dapat terjadi
secara sadar dan tanpa sadar.
2. Mekanisme pembentukan panas yang bukan berasal dari proses menggigil meliputi
berbagai proses sebagai berikut yang pertama metabolisme jaringan lemak coklat seperti
yang dilakukan oleh golongan mamalia jaringan lemak coklat berbeda dengan jaringan
lemak putih. Jaringan lemak coklat dibungkus oleh selaput yang dipersarafi dengan baik
oleh sistem saraf simpatis, meningkatkan sekresi hormon tiroid yang dapat meningkatkan
aktivitas metabolisme dalam sel, menyerap radiasi panas matahari dan menegakkan
rambut atau bulu sehingga pelepasan panas secara konveksi dapat diperkecil. Mengurangi
aliran darah ke organ perifer dengan fase vasokonstarktil, memberikan berbagai
tanggapan perilaku antara lain berselimut berjaket berjamur dan menggosokkan Kedua
telapak tangan. pelepasan panas dari tubuh hewan endoterm terjadi dengan beberapa cara
yang pertama melepaskan panas ke lingkungan melalui vasodilatasi pembuluh darah
perifer yang kedua meningkatkan penguapan air melalui kulit.
Adaptasi Endoterm Terhadap Suhu Ekstrem
Suhu ekstrem dapat dibedakan menjadi dua yaitu ekstrem panas dan ekstrim dengan cara
yang dilakukan hewan endoterm untuk melawan suhu yang sangat dingin ialah sebagai
berikut:
a. masuk ke dalam kondisi heterotermi yaitu mempertahankan adanya perbedaan suhu
di antara berbagai bagian tubuh.
b. Hibernasi atau tortor yaitu penurunan suhu tubuh yang berkaitan dengan adanya
penurunan laju metabolisme laju denyut jantung laju respirasi dan sebagainya.
Cara yang dilakukan hewan endoterm untuk melawan suhu yang sangat panas ialah sebagai
berikut:
a. meningkatkan pelepasan panas tubuh dengan meningkatkan penguapan melalui
proses berkeringat atau terengah-engah seperti yang diuraikan sebelumnya
b. melakukan gular fluttering yang menggerakkan daerah kerongkongan secara cepat
dan terus-menerus sehingga penguapan melalui saluran pernapasan dapat
melepaskan panas tubuh
c. menggunakan strategi hipertonik yaitu mempertahankan atau menyimpan kelebihan
panas metabolik di dalam tubuh sehingga tubuh meningkat sangat tinggi.
Pengaturan Suhu Tubuh Endoterm
Komponen yang diperlukan untuk menyelenggarakan pengendalian suhu tubuh ialah reseptor
dan efektor ada dua macam reseptor yang terlibat yaitu reseptor panas dan dingin terasa tanda
tangan berupa peningkatan suhu tubuh reseptor panas akan terdepolarisasi sementara reseptor
dingin akan menghasilkan potensial aksi hanya jika ada rangsangan berupa penurunan suhu
reseptor tersebut terdapat di dua tempat yaitu hipotalamus dan kulit keberadaan reseptor
hipotalamus dan di kulit ini penting agar dapat memantau perubahan suhu di pusat maupun di
luar tubuh.

BAB 10 SISTEM PENGELUARAN


Berbagai Organ Pengeluaran dan Cara Kerjanya
Hewan mempunyai bermacam-macam organ pengeluaran yang dikelompokkan menjadi dua
yaitu organ ekskresi umum dan khusus. Organ pengeluaran umum antara lain berupa vakuola
kontraktil dan sejumlah salurn tubuler (berbentuk pipa), antara lain organ nefridia, tubulus
Malpighi, dan nefron. Organ pengeluaran khusus tersusun atas berbagai struktur seperti kelenjar
garam (antara lain kelenjar insang dan kelenjar rektal), insang, dan hati vertebrata.
 Vakuola Kontraktil
Merupakan organela berbentuk bulata yang berisi cairan dibatasi oleh membrane.
Dimiliki oleh dua kelompok hewan, yaitu binatang karang (sponge) dan protozoa. Untuk
melakukan pengeluaran dalam jumlah yang besar, maka membrane vakuola akan berfusi
dengan membrane sel, lalu air didalnya dikeluarkan ke lingkungannya. Proses pemasukan
air ke vakuola maupun pengosongan vakuola diduga merupakan proses yang memerlukan
ATP. Vakuola kontraktil dikelilingi oleh sejumlah mitokondria (khususnya pada Amoeba
proteus). ATP diperkukan untuk mentranpor ion melewati membrane vakuola agar
konsentrasi ion berubah. Hal inilah yang diduga menyebabkan terjadinya pegerakan air
secara osmotic.
 Protonefridia
Merupakan organ pengeluaran yang berbentuk tubulus/pipa tertutup, tidak berhubungan
dengan rongga tubuh hewan, dan ditemukan pada hewan tingkat tinggi dari coelenterate.
Sel penyusun bagian tubulus yang tertutup dilengkapi dengan silia. Apaila jumlah silia
yang dimiliki hanya satu ( tunggal ), sel tersebut disebut solenosit. Apabila memiliki
beberapa silia, sel tersebut dianamakan dengan sel api (flame cell).
 Metanefridia
Organ pengeluaan pada beberapa cacing Annelida. Mempunyai lubang bersilia dan
saluran dengan ujung berpori (belubang) yang terbuka kea rah rongga tubuh
(nefridiostom). Saluran ini berhubungan dengan lingkungan luar tubuh melalui
nefridiofor. Saluran ini berhubungan dengan lingkungan luar tubuh melalui nefridiofor.
 Tubulus Malpighi
Organ ppengeluaran pada serangga. Organ ini berupa saluran pipa yang salh satu
ujungnya buntu, sedangkan ujung lainnya membuka kea rah usus, terletak diantara usus
tengah dan rectum. Selama proses pembentukan urin, mula-mula ion K+ akan
disekresikan ke tubulus Malpighi. Hal tersebut akan menyebabkan penarikan air dan ion
Cl- ke dalam tubulus sehingga terbentuk urin awal.
 Kelenjar Hiaju pada Krustasea
Organ pengeluaran yang dimiliki Krustasea, terletak di daerah kepala. Kelenjar hijau
memiliki suatu antong berujubg buntu, yang disebut the end-sac yang berhubungan
dengan saluran nefridia dan berakhir pada kandung kemih. Pundi-pundi terendam di
antara cairan selomik, yang nantinya akan dosaring untuk membentuk urin awal.

 Nefron pada Vertebrata


Nefron adalah organ fungsional terkecil penyusun ginjal yang merupakan organ
pengeluaran utama pada vertebrata. Pengeluaran pada vertebrata juga dapat terjadi
melalui saluran pernafasan dan kulit. Ginjal tersusun dari sejumlah besar nefron. Tiap
unit nefron memiliki badan Malpighi atau korpuskulus ginjal, glomerulus, tubulus
proksimal, lengkung henle, tubulus distalis, dan tubulus pengumpul.
Pengeluaran Senyawa Bernitrogen
Matabolisme, karbohidrat dan lemak akan menghasilkan zat sisa berupa karbondioksida dan air.
Kedua jenis zat sisa tersebut dapat dikeluarkan degan mudah melalui organ pernapasan dan
organ pengeluaran. Hal menimbulkan masalah adalah metabolism senyawa bernitrogen
(terutama protein) dan asam nukleat.
Hewan tidak dapat menyimpan kelebihan asam amino sehingga zat tersebut harus dikeluarkan
dari tubuh atau mengalami metabolism lebih lanjut. Se;ama proses metabolism, asam amino
diubah menjadi senyawa lain yang dapat di proses lebih lanjut menjadi glukosa. Asam nukleat
alan diuraikan dengan cara yang sama dan menghasilkan ammonia. Pengeluaran ammonia dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu mengeluarkan tanpa mengubahnya, mengubahnya terlebih
dahulu menjadi urea dan kemudian mengeluarkannya, dan mengubahnya terlebih dahulu menjadi
asam urat lalu mengeluarkannya.
Pengeluaran Nitrogen Dalam Bentuk Amonia
Hewan yang mengeluarkan nitrogen dalam bentuk ammonia dinamakan hwan amonotelik.
Didalam tubuh hewan, ammonia dapat menimbulkan berbagai gangguan, namun amnnia sangat
mudah larut dalam air. Pengeluaran nitrogen dalam bentuk ammonia hanya dilakukan oleh
hewan akuatik karena pembentukan ammonia di dalam tubuh tidak menimbulkan masalah
karena ammonia sangat mudah larut dalam air dan mudah menembus membrane sel sehingga
akan segera keluar dari tubuh.
Pengeluaran Nitrogen Dalam Bentuk Urea
Urea adalah senyawa yang mudah larut dalam air, memiliki toksisitas lebih rendah dari
ammonia, dan merupakan hasil sisa bernitrogen yang utama pada hewan terrestrial. Hewan yang
menghasilkan dan mengeluarkan urea disebut ueotelik. Urea disintesis melalui siklus urea.
Pembentukan dapat tejadi pada hewan vertebrata dan invertebrate. Setelah terbentuk di dalam
tubuh, urea mengalami nasib yang bervariasi, tergantung pada jenis hewan. Pada hiu dan ikan
pari, urea yang dihasilkan tidak dikeluarkan dari dalam tubuh, melainkan direabsorbsi dan masuk
kembali ke system sirkulasi. Hal ini penting untuk menjaga keseimbangan nilai osmolal total
dalam darah dan penting bagi osmoregulasi.
Pengeluaran Nirogen Dalam Bentuk Asam Urat
Hewan yang mengeluarkan asam urat dinamakan hewarn urikotelik. Asam urat sangat sulit larut
dalam air. Pabila air direabsorbsi dari cairan yang mengandung asam urat, sejumlah garam dan
asam urat akan tersisa sebagi endapan. Oleh karean itu, mengeluarkan nitrogen dalam bentuk
asam urat hanya memerlukan air dalam jumlah yang sangat sedikit.
BAB 11 OSMOREGULASI
Pentingnya Osmoregulasi bagi Hewan
Prose inti osmoregulasi yaitu osmosis. Osmosis adalah pergerakan air dari cairan yang
mempunyai kandungan air lebih tinggi menuju cairan yang mempunyai kandungan air yang lebih
rendah. Jka suatu larutan memiliki konsentrasi somotik lebih tinggi, tekanan osmotinya juga
pasti lebih tinggi. Larutan yang mempunyai konsentrasi osmotic lebih tinggi daripada larutan
yang lain disebut karutan hiperosmotik. Sebaliknya, larutan yang memiliki konsentrasi osmotic
lebih rendah daripada larutan alinnya dinamakan larutan hipoosmotik.
Hewan harus melakukan osmoregulasi karena perubahn keseimbangan jumlah air dan zat terlarut
di dalam tubuh memungkinkan terjadinya perubahan arah aliran air/zat terlarut menuju kea rah
yang tidak diharapkan. Akan tetapi, tidak semua hewan dapat melakukan osmoregulasi dengan
baik. Hewan yang mampu melakukan osmoregulasi dengan baik disebut hewan osmoregulator.
Apabila tidak mampu mempertahankan tekanan osmotic di dalam tubuhnya, hewan harus
melakukan berbagai penyesuaian (adaptasi)agar dapat bertahan di tempat hidupnya. Hewan yang
memperlihatkan kemampuan demikian dinamakan osmokonformer.
Setiap jenis lingkungan memberikan berbagai factor pendukung khas bagi hewan yang hidup di
dalamnya, sekaligus mengandung ancaman tertentu yang dapat membahayakan kehidupan
hewan. Demikian juga, kemampuan dan jenis organ tubuh yang dimiliki setiap hewan pun
berbeda-beda. Oleh karena itu, mekanisme osmoregulasi yang dilakukan hewan berbeda-beda
dan menunjukkan adanya variasi yang sangat luas.
Osmoregulasi Hewan pada Lingkungan Air Laut
Kebanyakan hewan invertebrate laut bersifat osmokonformer, ditandai dengan adanya
konsentrasi osmotic cairan tubuhnya yang sama dengan air laut tempat hidup mereka. Hal ini
berarti bahwa mereka berada dalam keseimbangan osmotic dengan lingkungannya. Cara
osmoregulasi pda vertebrata laut berbeda dengan osmoregulasi pada invertebrate. Vertebrata laut
dapat dubedakan menjadi dua kelompok, yaitu conformer osmotic dan ionic serta regulator
osmotic dan ionic. Hewan yang melakukan osmotic dan ionic dengan air laut akan melakukan
osmoregualsi dngan cara yang sama seperti invertebrate laut.
Osmoregulasi Hewan pada Lingkungan Air Tawar
Masalah yang dihadapi hewan air tawar mempunyai cairan tubuh dnegan tekanaan osmotic yang
lebih tinggi dari lingkungannya. Berarti, mereka terancam oleh dua hal utama, yaitu kehilangan
garam dan pemasukan air yang berlebihan. Vertebrata dan invertebrate air tawar membatasi
pemasukan air dengan cara membentuk permukaan tubuh yang impermeable terhadap air.
Namun, air dan ion tetap dapat bergerak melewati insang yang relative terbuka. Air yang masuk
ke dalam tubuh invertebrate dikeluarkan dalam bentuk urin. Laju aliran urin pada invertebrate air
tawar jauh lebih tinggi darpada dialami oleh hewan laut.
Osmoregulasi Hewan pada Lingkungan Payau
Lingkungan payau ialah lingkungan akuatik di daerah pantai, yang merupakan tempat pertemuan
antara air sungai dan laut. Contoh hewan yang dapat hidup di lingkungan payau ialah larva dari
beberapa jenis nyamuk. Larva dapat mentolerir kadar garam yang tiga kali lebih tinggi daripada
kadar garam air laut.
Pengambilan ataupun pembuangan air dari berbagai zat terlarut pada belut berlangsung melalui
insang, dengan arah aliran yang berlawanan. Akan tetapi, mekanisme yang menyebabkan
perubahan arah transport zat melalui insang tersebut belum diketahui dengan jelas. Diperkirakan,
mekanisme melibatkan peran hormone.
Osmoregulasi hewan pada Lingkungan Darat
Adanya kutikula pada insect merupakan cara untuk memperkecil kehilangan air melalui
permukaan tubuh. Insect mengalami kehilangan air dalam jumlah yang sangat sedikit melalui
fesses dan urin. Hewan mengeluarkan zat sisa bernitrogen dalam bentuk asam urat, yang sangat
tidak larut dalam air. Dengan demikian, pengeluaran zat sisa bernitrogen dalam bentuk asam urat
akan sangat menghemat pengeluaran air dalam tubuh.
Adaptasi untuk mempertahankan keseimbangan air juga dilakukan oleh burung. Pada pengaturan
keseimbangan air ternyata berkaitan erat dengan proses mempertahankan suhu tubuh. Burung
harus berusaha mengeluarkan kelebihan garam melalui kelenjar garam, yang terdapat pada
cekungan dangkal di kepala bagian atas, di sebelah atas tiap matanya, di dekat hidung. Apabila
burung laut menghadapi kelebihan garam di dalam tubuhnya, hewan itu akan menyekresikan
cairan pekat yang banyak mengandung NaCl. Pada mamalia, kehilangan air dan garam dapat
terjadi lewat keringat.
BAB 12 SISTEM REPRODUKSI
Mekanisme Reproduksi
Reproduksi pada hewan dapat terjadi secara seksual dan aseksual. Konsep reproduksi aseksual
tidak dapat didefinisikan dengan tepat, tetapi jelas bahwa proses ini tidak berkaitan dengan
proses pembentukan gamet. Reproduksi aseksual dapat berlangsung dengan cara pembelahan,
fragmentasi, atau budding/bertunas. Reproduksi seksual dicirikan dengan bersatunya gamet
jantan dan betina melalui proses fertilisasi atau singami.
Proses menyalin DNA merupakan proses reproduksi berbagai factor yang akan diwariskan
kepada keturunanya. Molekul DNA merupakan rantai unit ganda yang berdiameter kira-kira 2
nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DNA dapat membuat salinan dirinya. Mekanisme
membuat salinan DNA merupakan proses reproduksi pada tingkat molekuler.
Susunan Fungsional Organ Reproduksi pada Hewan
Pada hewan yang perkembangannya lebih maju, bentuk dan lokasi gonad terletak simetris
bilateral dan biasanya merupakan organ berpasangan. Ovarium dan testis merupakan organ
penghasil gamet yang terbentuk melalui gametogenesis. Gamet dihasilkan dari sel khusus, yaitu
sel benih primordial, yang terdapat dalam gonad. Gamet selanjutnya akan berkembang menjadi
sel benih.
Spermatogenesis dan Oogenesis
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sperma (gamet jantan) yang terjadi dalam testis,
tepatnya pada tubulus seminiferous. Selama proses spermatogenesis, spermatogonia akan
berkembangbiak dengan cara membelah, menghasilkan spermatosit primer, spermatosit
sekunder, dan akhirnya spermatid. Spermatid akan mengalami proses diferensiasi dan pemasakan
sehingga akhirnya terbentuk sperma atau spermatozoon haploid.
Oogenesis adalah proses pembentukan gamet betina (ovum) yang terjadi dalam ovarium. Proses
ini ditandai dengan adanya perubahan oogonium menjadi oosit, yang akan mengalami pemaskan
hingga menjadi ovum yang siap dibuahi. Selama perkembangan oosit, terjadi proses
pembentukan kuning telur melalui proses vitelogenesis.
Proses reproduksi pada semua hewan dikendalikan oleh hormone. Akan tetapi, pengendalian
reproduksi yang terjadi pada setiap kelas hewan tidak selalu sama. Pengaruh lingkungan luar
terhadap organ reproduksi pada vertebrata non mamalia maupun pada invertebrate betina
dilakukan secara skematis.
Pembuahan, Kebuntingan, dan Kelahiran
Pembuahan yaitu penyatuan antara sel gamet jantan dan betina yang dalam proses akan
menghasilkan zigot. Pembuahan dapat terjadi di luar dan dalam tubuh. Kebuntingan akan tejadi
apabila ovum yang diovulasikan dapat dibuahi oleh sperma, serta mengalami perkembangan
lebih lanjut melalui tahap blastula, gastrula dan seterusnya. Apabila perkembangan embrio telah
selesai, hewan muda akan keluar dari tubuh induk. Pengeluaran individu baru/muda dari tubuh
induknya disebut kelahiran.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan Buku


- Buku Utama
 Pada buku ini pada pemaparan materi sangat terperinci, dimana menjelaskan
dengan singkat isi materi pewarisan sifat .
 Pada buku ini menampilkan gambar sehingga dapat memperkuat isi dari
materinya tersebut.
 Pada buku ini dalam pengetikannya tidak ada kesalahan menggunakan bahasa
baku.
- Buku Pembanding
 Pada buku menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan terdapat
disampaikan rangkuman dari isi materi tersebut dengan detail tanpa
bertele-tele .
 Pada buku dipaparkan gambar sehingga menambah ilmu pengetahuan
dari materi tersebut
 Pada buku ini materinya sangat mudah dimengerti dan sangat
menambah pengetahuan pembaca dari isi materi tersebut

3.2 Kekurangan Buku


Buku Utama
 Pada buku ini dalam penyampaian kata-katanya terlalu singkat sehingga sulit
dipahami pembaca yang baru membaca buku ini.
 Pada buku ini gambarnya tidak berwarna dan tulisan sehingga membuat
pembaca bosan untuk membaca buku ini
 Pada buku ini penulisan kata-kata terlalu kecil sehingga mempengaruhi kualitas
buku, karena pembaca sulit membaca dengan jelas.

Buku Pembanding
 Pada buku tidak ditampilkan pendapat dari para ahli untuk menambah dan
memperkuat isi materi tersebut .
 Pada buku ini, tampilan tulisannya sangat kecil dan terdapat kesalahan penulisan
kata sehingga menjadi kekurangan buku ini.
 Pada buku ini tidak ada terdapat warna dan buku ini kertasnya mudah sobek.

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Setiap karya tulis pastinya memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda antar satu dengan yang
lain,baik itu dari segi bahasanya, kelebihannya, dan kekurangannnya. Kedua buku ini sudah
jelas mengandung informasi yang sangat bagus terlepas dari kekurangan yang terkandung dalam
setiap buku, namun sudah dapat dipastikan setiap buku akan membawa keuntungan bagi
pembaca dalam hal pendapatan informasi lebih.

Buku pertama yaitu buku yang ditulis oleh Putro sontoso , memiliki beberapa
keunggulan dari pada buku kedua, dimana buku ini lebih memuat informasi yang lebih mendetail
yang menjadikan buku ini sebagai referensi banyak buku lain. Buku ini juga menyusun garis-
garis besar materi yang akan dipaparkan sehingga memudahkan pembaca mencari informasi
yang dibutuhkan. Pada buku wiwi isnaeni keunggulan ditemukan pada paparan cover dimana
lebih berwarna dan menarik minat terutama pada jenis kertas yang digunakan pada buku
tersebut.
Dalam kedua buku ini, terkandung informasi yang sangat melimpah mengenai materi
fisiologi hewan dimana pada fisiologi hewan terdapat hubungan dengan lingkungannya dimana
bagaimana respons hewan terhadap linkungannya , bukan hanya itu dalam kedua buku ini
dipaparkan semua mengenai fisiologi hewan. Sehingga Materi ini membuat pembaca menjadi
tertarik untuk membaca atau menganalisis buku ini lebih dalam lagi. Diatas telah  disampaikan
ringkasan dan juga kelebihan serta kekurangan yang terdapat pada kedua buku ini yang
diharapan dapat menjadi perbandingan antara opini pembaca atas buku-buku tersebut.

4.2 SARAN

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna, semoga kedepannya
penulis akan lebih fokus dalam menjelaskan materi. Diharapkan para pembaca memberikan
tanggapan terhadap materi yang telah dipaparkan.

DAFTAR PUSTAKA

Santoso, putra.2009. Buku ajar fisiologi hewan. Padang : Bio FMIPA UNANDS.

Isnaeni, wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius..

Anda mungkin juga menyukai