FISIOLOGI HEWAN
Disusun Oleh:
JURUSAN BIOLOGI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta kesehatan dan kesempatan, sehingga kami bisa menyusun dan menyelesaikan CBR
Genetika ini.
Adapun tujuan kami menulis makalah ini tidak lain untuk meningkatkan kemampuan kita
dalam menambah pengetahuan. Dan kami juga tidak bermaksud untuk menyudutkan beberapa
pihak tertentu.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna untuk itu kami selaku
mahasiswa yang menyusun makalah ini ingin mengucapkan maaf untuk kesalahan dalam
penempatan bahasa dan kekurangan dalam setiap materi atau bab yang kami tuliskan. Atas
segalanya kami mengucapkan terima kasih dan kami berharap bahwa makalah ini bisa
memberikan manfaat.
Penyusun
FORENTINA LIMBONG
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
1.3 Manfaat................................................................................................................1
BAB IV PENUTUP..................................................................................................25
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................25
4.2 Saran.....................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 26
BAB I
PENDAHULUAN
Critical Book Review ( CBR) secara singkat dapat diartikan sebagai evaluasi terhadap
suatu buku yang akan direview. Latar belakang kami membuat critical book ini yaitu untuk
mengevaluasi, seperti mengulas atau mereview, menginterprestasi serta menganalisis isi
sebuah buku, yang menitik beratkan pada evaluasi ( penjelasan, interprestasi dan analisis)
mengenai keunggulan dan kelemahan buku, apa yang menarik dari buku tersebut,
bagaimana isi buku tersebut bisa mempengaruhi cara berfikir pembaca dan menambah
pemahaman pembaca terhadap suatu bidang kajian tertentu. Dengan kata lain, melalui CBR
ini pembaca (reviewer) menguji pikiran pengarang atau penulis berdasarkan sudut pandang
pembaca berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.
Materi CBR pada makalah ini mengenai buku fisiologi hewan, sehingga digunakan dua
buku ini untuk mengetahui isi dan materi dalam kedua buku tersebut
Oleh karena itu, latar belakang kami membuat makalah fidiologi hewan mengenai
pewarisan sifat untuk mengetahui apa itu pewarisan sifat , tetapi bukan hanya itu saja , kami
jadi mengetahui dan mengevaluasi, seperti mengulas, menginterprestasi serta menganalisis
mengenai materi genetika ini sehingga dapat menambah wawasan lebih luas .
b. Tujuan
1. Untuk mengulas isi sebuah buku
2. Untuk mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku
3. Untuk membandingkan isi buku pertama dan buku kedua
c. Manfaat
1. Untuk menambah pengetahuan tentang materi Fisiologi Hewan di Perguruan tinggi.
2. Untuk menambah wawasan tentang mengerti mengkritik buku sebuah buku.
3. Untuk mengetahui isi inti mengenai fisiologi hewan.
BAB II
ISI BUKU
BUKU UTAMA
Halaman : 304
Edisi :-
BUKU PEMBANDING
Penerbit : Kanisius
Halaman : 285
Edisi :1
2.1 RINGKASAN BUKU
Buku 1
BAB I. Konsep-konsep Fisiologi hewan
Fisiologi hewan adalah ilmu yang berkenaan dengan Fungsi dan fenomena yang terjadi pada
kondisi normal dari hewan dan menekankan kepada proses bagaimana hewan dapat hidup dan
beraktivitas atau lebih sederhananya adalah bioproses. Ilmu ini dapat dikaji pada berbagai level
yang berbeda" dari level seluler" fungsi organ" hingga totalitas keseluruhan tubuh hewan.
Fisiologi hewan komapratif memfokuskan kajian kepada masalah fisiologis yang sama tetapi
dalam taksa atau spesies yang berbeda. Ekofisiologi mengkaji tentang bagaimana proses-proses
spesifik fisiologis hewan berlangsung dalam kaitannya dengan efek faktor lingkungan tempat
hidupnya dan aspek-aspek ekologi lainnya yang berkontribusi terhadap mekanisme adaptasi
fungsional. Fisiologi evolusi mengkaji bagaimana mekanisme fisiologi mere#leksikan proses
perubahan fundamental yang telah di alami hewan sebagai mani#estasi tekanan evolusi yang
dialaminya dan bagaimana kaitan antar sistem-sistem fisiologis tersebut memberikan informasi
evolusi yang elaboratif. Cabang aplikatif kemudian juga berkembang seperti fisiologi kedokteran
atau fisiologi manusia" fisiologi serangga" heamtologi (tentang darah ), imunologi (tentang
sistem imun) dan berbagai subunit spesifik lainnya yang relevan
V. SISTEM PENCERNAAN
5. 1 Pendahuluan
Sistem pencernaan atau dikenal juga sebagai sistem gastrointestinal pada hewan memiliki 4
fungsi utama yaitu :
1. Menyelenggarakan aktivitas makan (feeding) yaitu mengantarkan makanan ke bagian awal
dari saluran pencernaan. Hal ini akan dilakukan dengan kerja sama terhadap sistem tubuh lainnya
meliputi sistem gerak, dan berbagai sistem sensoris (pendengaran dan penglihatan serta
penciuman).
2. Pencernaan (digestion) yaitu proses dimana bahan makanan yang ditelan akan dihancurkan
secara fisika dan kimiawi sehingga dapat diserap oleh dinding usus dan selanjutnya dijadikan
suplai energi dan proses-proses fisiologis lainnya.
3. Absorbsi yaitu penyerapan bahan makanan yang telah dicerna di saluran pencemaan untuk
kemudian ditransfer ke sel-sel tubuh lainnya yang akan digunakan atau disimpan untuk
sementara.
4. Eliminasi atau ekskresi yaitu mengeliminasi segala sisa-sisa makanan yang tidak dapat dicerna
dan diserap sehingga menjadi kotoran yang harus dibuang ke luar tubuh. Seperti halnya dengan
sistem tubuh lainnya, sistem pencernaan memperlihatkan pola-pola spesifik antar satu kelompok
hewan dengan kelompok lainnya. Perbedaan pola antar kelompok tersebut dapat meliputi
mekanisme pencernaa nnya, jenis atau tipe makanan yang dicema serta aspek-aspek lain yang
berkenaan dengan nutrien-nutrien yang diperlukan dan tidak diperlukan oleh tubuh.
5. 2 Mekanisme Mendapatkan Makanan
A. Pencernaan Partikel Kecil
Pencernaan partikel kecil yang terkadang disebut sebagai pencernaan suspensi umumnya terbatas
untuk hewan-hewan akuatik yang sebagian besarnya pada hewan- hewan yang hidup di air laut.
Hal tersebut dimungkinkan karena adanya sumber makanan yang potensial dalam jumlah lebih
banyak seperti bakteria, mikro algae, invertebrata kecil dan sebagainya di dalam air laut jika
dibandingkan dengan di air tawar.
B. Pencernaan Partikel Besar
Cara termudah untuk memperoleh bahan makanan berupa partikel besar adalah dengan menelan
makanan yang inaktif. Dengan demikian bahan makanan tidak perlu ditangkap. Sering kali bahan
makanan yang diperlukan tersebut adalah lingkungan tempat hidupnya, seperti pada cacing tanah
Lumbricus yang secara sederhana akan menelan tanah di sekitarnya. Cara alternatif lainnya
berkenaan dengan massa partikel makanan yang inaktif dapat ditemukan pada kelompok
gastropoda (misalnya siput).
C. Makanan Berupa Cairan
Cara paling mudah untuk memperoleh makanan dalam bentuk cairan adalah dengan mengambil
bahan makanan tersebut dari sumbernya tanpa harus melakukan penetrasi. Hal ini dapat
ditemukan pada lebah madu dan burung kolibri yang memakan nektar dari tumbuh-tumbuhan.
Secara morfologis, hewan-hewan tersebut juga memiliki modifikasi struktural misalnya adanya
rostrum yang panjang pada kolibri yang memungkinkannya untuk memperoleh nektar dengan
mudah.
D. Penyerapan Nutrien Secara Langsung
Mungkin cara termudah dalam memperoleh makanan adalah dengan mengabsorbsi nutrien
melalui permukaan tubuh. Dalam hal ini, makanan yang diperlukan telah dicerna secara
sempurna sehingga dapat langsung diabsorbsi atau mungkin dicema sebagian tetapi tidak
memerlukan proses yang terlalu rumit untuk mencernanya. Endoparasit yang hidup pada saluran
pencernaan hewan sebagai contoh, merupakan hewan yang langsung dapat menyerap makanan
yang sudah dicerna oleh inangnya. Sebagai konsekuensinya, hewan-hewan tersebut biasanya
mengalami reduksi saluran pencernaan karena tidak diperlukan mencerna makanan yang
diperlukan. Beberapa cacing parasit dan protozoa memiliki tipe pencernaan demikian.
5. 3 Kebutuhan Akan Sistem Pencernaan
Proses pencernaan internal ini hanya dapat berjalan secara efektif jika kondisi lingkungan
dapat dioptimalkan pH optimal di vakuola harus dijaga untuk menghentikan kerja enzim. Akan
tetapi, tentunya tidak hanya satu enzim yang terlibat dalam sistem pencernaan di vakuola
schingga sangat tidak mungkin untuk menjaga stabilitas pH yang berlaku umum untuk semua
enzim yang terlibat. Dengan demikian hal ini adalah salah satu kekurangan dari proses
pencemaan tipe intraseluler. Kekurangan- kekurangan lainnya dalam proses pencernaan
intraseluler ini adalah seluruh proses pencernaan baik berupa lipid, karbohidrat, maupun protein
yang hanya berlangsung di tempat yang sama yaitu di vakuola makanan sehingga tidak ada
sistem pencernaan yang spesifik terhadap jenis bahan makanan tertentu. Kekurangan lainnya
adalah bahwa sistem pencernaan tidak dapat dilaksanakan secara spasial atau periodik tetapi
berlangsunng secara simultan, sistem pencernaan tidak dapat diatur sedemikian rupa. Bentuk
kekurangan lainnya adalah keterbatasan ukuran partikel yang akan dicerna dimana ukurannya
harus lebih kecil ukuran sel itu sendiri. Misalnya, protozoa tidak dapat mencerna partikel
makanan yang lebih besar dari tubuhnya. Hal tersebut akan membatasi jenis dan jumlah
makanan yang dapat diperoleh.
5. 4 Struktur dan Fungsi Sistem Gastrointestinal
Sistem gastrointestinal yang tipikal terdiri atas 4 bagian utama yaitu
a. Bagian penerimaan makanan
b. Bagian penyimpanan
c. Bagian pencernaan dan penyerapan
d. Bagian ekskretif (eliminatif) dan absorbsi air
5. 5 Nutrisi
Secara sederhana nutrisi diartikan sebagai substansi makanan yang diperlukan oleh hewan untuk
keberlangsungan proses-proses fisiologis di dalam tubuhnya. Sedangkan secara spesifik nutrisi
bukan hanya meliputi substansi makanan tetapi juga proses- proses yang dilakukan untuk
mendapatkan nutrien tersebut sekaligus pengo lahannya menjadi bentuk yang dapat digunakan
oleh tubuh. Nutrien yang dibutuhkan hewan terbagi menjadi 5 kelompok besar yaitu (1) lemak,
(2) karbohidrat, (3) protein, (4) mineral, dan (5) vitamin. Nutrien-nutrien tersebut diperlukan
untuk:
a. Sumber energi dalam menjalankan aktivitas dan metabolisme seluler
b. Senyawa kimia pembangun struktur sel dan molekul-molekul kompleks
c. Senyawa-senyawa yang penting dalam reaksi biokimia seperti enzim dan prekusornya
Hormon- hormon dibawa ke organ - organ target, organ yang menimbulkan efek bilogi ,
biasanya jauh dari tempat pelepasannya pada aliran tubuh dari hewan. Walaupun demikian
pandangan klasik mengenai organ dan fungsi endokrin baru - baru ini telah mengalami
perubahan Sebagai !ontoh" sekarang dikenal beberapa hormon yang tidak perlu sistem
sirkulasi umum pada hewan untuk mendorong terjadinya sebuah efek. Contoh adalah pada
peranan histamin untuk mengontrol selesi asam pada lambung vertebrata, bebagai faktor
pendorongnya berkumpul pada sel -sel khusus di lambung. Tipe dari aksi hormon lokal ini
disebut kontrol paracrine.
Pada hewan, hormon yang paling dikenal adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar
endokrin vertebrata. Walaupun demikian, hormon dihasilkan oleh hampir semua sistem organ
dan jenis jaringan pada tubuh hewan. Molekul hormon dilepaskan langsung ke aliran darah,
walaupun ada juga jenis hormon - yang disebut ektohormon (ectohormone) - yang tidak
langsung dialirkan ke aliran darah, melainkan melalui sirkulasi atau difusi ke sel target.
Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian dari
otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama melalui kelenjar
pituitari, yang juga mengontrol kelenjar- kelenjar lain. Hipotalamus akan memerintahkan
kelenjar pituitari untu mensekresikan hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke lobus
anteriornya dan mengirim impuls saraf ke posteriornya dan mengirim impuls saraf ke lobus
posteriornya..
Sistem Endokrin pada Invertebrata
Hewan invertebrata mengandalkan sistem kontrol neuro endokrin. Hewan invertebrata
semakin mengalami perkembangan struktural dan fungsional ke arah yang lebih kompleks
sehingga memerlukan regulasi hormonal dari sistem endokrin . Kelompok invertebrata yang
lebih tinggi seperti pada molusca memiliki sistem sirkulasi yang lebih berkembang
dibandingkan dengan hewan invertebrata yang lebih rendah seperti pada cacing pipih, oleh
karena itu mereka memiliki lebih banyak mekanisme efensiensi untuk mendistribusikan hormon-
hormon yang diperlukannya. Sel,-sel neuro sekresi terdapat pada terutama hewan rendah kecuali
hewan bersel satu.
Sistem endokrin pada Vertebrata
Sistem endokrin pada vertebrata memiliki organ endokrin yang lengkap, dimana semua
proses tubuh dikontrol oleh organ - organ, stabilitas sistem ini dipengaruhi oleh organ periperal
endokrin dibawah kontrol dari pituitary anterior yang terbentuk belakangan. Selama proses
evolusi vertebrata banyak dibahas mengenai sistem endokrin,maksudnya adalah adanya beberapa
hormon yang memperlihatkan mekanisme baru, contohnya hormon tirocin yang mengontrol
tahapan metabolisme pada mamalia,tetapi pada amphibi ini justru berpengaruh untuk proses
metamorfosis dari berudu sampai anak katak. Tipe sistem endokrin pada vertebrata terdiri dari 3
kelenjar utama yaitu
1. Hipothalamus
2. Kelenjar pituitary
3. . Kelenjar periperal endokrin
beregenerasi seperti pada planaria dimana selain sebagai pemulihan terhadap kerusakan organ"
juga merupakan proses perbanyakan individu
a. Reproduksi Aseksual
Reproduksi aseksual umumnya hanya terjadi pada hewan-hewan invertebrata dan beberapa
hewan invertebrata. Secara spesifik reproduksi aseksual meliputi mekanisme sebagai berikut :
1. Pembelahan biner ( biinary fiission) misal pada Amoeba proteus.
2. Fragmentasi yaitu perkembangan bagian tubuh yang rusak menjadi individu baru yang
sempurna" misal pada planaria
3. Tunas 'buding yaitu pembentukan tunas dari tubuh induk yang selanjutnya dapat lepas
dan berkembang menjadi indi$idu baru yang independen" misalnyb pada Hydra sp.
4. Sporulasi ( pembentukan spora )yaitu dengan membentuk spora dalam jumlah yang
banyak9 misalnya pada Plasmodium sp.
5. Paedogenesis yaitu perkembangbiakan pada hewan muda atau larva yang indiividu -
individu barunya berasal dari sel tubuh ( misal larva ) Fasicola hepatica.
b. Reproduksi Seksual
Pada reprodusksi tipe ini terjadi prose rekombinasi material genetik dari dua sel ganetik
induk sehingga dihasilkan sel anak yang unik dan berbeda dengan induknya. Pada vertebrata :
Hewan yang hidup di air melakukan fertilisasi di luar tubuh ( fertilisasi
eksternal) contoh ikan dan katak.
Hewan yang hidup di darat melakukan pembuahan di dalam tubuh
( fertilisasi internal ) . Pada mammalia jantan alat kelaminnya disebut
penis , pada reptil seperti cicak dan kadal menggunakan hemipenis ( penis
palsu) , sedang pada bangsa burung misalnya : bebek, untuk
menyalurkan sperma menggunakan ujung kloaka.
Pada hewan yang melakukan #ertilisasi internal dikenal adanya 8 macam perkembangan embrio
yaitu :
Ovipar/ bertelur : Bila embrio berkembang di dalam telur. Misalnya : pada jenis jenis
burung dan ikan.
Ovovivipar (bertelur dan beranak ) Bila embrio berkembang di dalam telur yang
diinkubasi dalam tubuh dengan sumber nutrisi berasal dari telur. Misalnya : pada
beberapa jenis ikan hiu dan kadal
Vivipar (beranak ) : 4ila embrio tumbuh dan berkembang di dalam uterus dan mendapat
nutrisi dari induknya melalui plasentnya. Misalnya : pada beberapa jenis mammali.
Organ seksual
a. Sistem reproduksi jantan
Gonad yaitu testis berfungsi sebagai penghasil gamet jantan, sperma dan hormon yang
terkait dengan reproduksi seperti testosteron. Gonad terutama dibangun oleh lobus- lobus
dimana di dalamnya terdapat satu hingga empat tubulus (saluran) seminiferus. Pada
manusia terdapat lebih kurang 250 tubulus seminiferus. Pada dinding tubulus tertanam
bakal sperma.
Sistem saluran (duktus) antara lain duktus efferen, duktis epididimis duktus efferen dan
duktus ejakulasi.
Kelenjar eksokrin, Vesikula seminalis dan kelenjar prostat.
Penis yang berfungsi sebagai alat kopulasi.
A. Imunitas alami
Tipe ini adalah suatu sistem resistensi yang diturunkan dan sangat berhubungan dengan aspek
spesies" ras" atau indivjdu artinya bahwa setiap spesies" setiap ras" atau bahkan setiap individu
akan memiliki sistem yang berbeda dalam hal ketahanan imunitasnya.Sistem imun ini bersi#at
alami dan bukan karena adanya induksi oleh infeksi-infeksi sebelumnya. Resistensi terhadap
infeksi sangat beragam antara satu individu dengan yang lainnya juga dengan usia yang berbeda.
Anak-anak dan orang tua sangat mudah terkena serangan mikroba jika dibandingkan dengan
kelompok usiamuda dan dewasa. Hal ini terkait dengan kekuatan sistem imun alami yang
dimilikinya.
B. Imunitas Induksi
Imunitas ini terbentuk selama kehidupan seseorang dan biasanya terbentuk karena adanya faktor
induktor yang memi!u pembentukan sistem pertahanan. Secara mendasar ada dua tipe dari sistem
imun ini, yaitu imunitas aktif dan imunitas pasif.
Reaksi-reaksi imunologis .
a. Respon inflamasi
Respon inflamasi banyak ditemukan pada jaringan yang luka. Pada jaringan yangluka sel- sel
akan mengalami kerusakan dan melepaskan histamin. Histamin adala suatu senyawa kimia yang
memi!u pembesaran dan peningkatan permeabilitas pembuluh.
b. Reaksi Alergi.
Reaksi alergi salah satunya adalah terhadap butir polen yang diangap sebagai pemicu alergi
( alaergen) Pendedahan pertama terhadap tubuh, misalnya pada saluran pernafasan akan memicu
pembentukan antibodi oleh sel B. Selanjutnya antibodi yang terbentuk akan berikatan dengan sel
mast dan akan menimbulkan reaksi alergi setelah pendedahan kedua.
c. Reaksi Protein anti mikroba ( Interferon)
Protein antimikroba yang penting dalam darah dan jaringan adalah protein dari sistem
komplemen yang terlibat dalam mekanisme respon imun spesifik dan nonspesifik , serta
interferon. Interferon adalah substansi yang dihasilkan oleh sel- sell yang terinfeksi oleh virus
yang ber#ungsi untuk me nghambat produksi virus pada sel tetangganya.
Buku Pembanding
BUKU 7
BAB I. Konsep Dasar Fisiologi, Respons Hewan terhadap Lingkungan, dan Mekanisme
Homeostasis
Setiap individu hewan harus menyelenggarakan fungsi kehidupan antara lain makan,
bernapas, bergerak, dan berkermbang biak Untuk itu, mereka membutuhkan lingkungan tertentu.
Bab ini menjelaskan respons hewan texhadap lingkungan, baik lingkungan akuatik maupun
terestrial. Setiap jenis lingkungan memberikan tantangan yang berbeda terhadap hewan. Setiap
faktor lingkungan merupakan rangsang bagi hewan yang akan ditanggapi dengan cara tertentu
atau khusus. Disini menjelaskan mekanisme homeostasis serta sistem umpan balik positif dan
negatif. Setiap fungsi hidup harus diatur dan dikendalikan dengan cara tertentu agar hewan dapat
tetap hidup. Mekanisme kerja fungsi kehidupan dan segala sesuatu yang dilakukan hewan
merupakan inti kajian dalam fisiologi hewan. Dengan demikian,fisiologi hewan merupakan ilmu
yang mempelajari fungsi normal tubuh dengan berbagai gejala yang ada pada sistem hidup, serta
pengaturan atas segala rungsi dalarn sistem tersebut.
Pengertian dan ruang lingkup fisiologi
Fisiologi merupakan ilmu yang mempelajari fungsi normal tubuh dengan berbagai gejala yang
ada pada sistem hidup, serta pengaturan atas segala fungsi dalam sistem tersebut. Berbagai
peristiwa dan aktivitas terjadikan akan mempelajari fungsi pada hakikatnya mengkaji sesuatu
yang dinamis dan menggunakan bahan hidup
Konsep dasar dalam fisiologi
Sebelum melangkah lebih jauh ke dalam kapan tentang fungsi tubuh, perlukan marilah kenali
beberapa konsep penting yang sangat kita perlukan untuk mempelajadi fisiologi hewan. Konsep
dasar yang dimaksud meliputi konsep tentang lingkungan internal, cairan tubuh, homeostasis,
regulasi dan adaptasi. Setiap sistem hidup (pada semua tingkatan) selalu bereaksi terhadap
perubahan-perubahan yang teijadi pada lingkungannya, juga mengatur dan mengontrol Aksi
yang ditimbulkannya. Pada tahun 1879, seorang ahll fisiologi asal Prancis bernama Claude
Bernard mengusulkan suatu syarat penting bagi hewan yang ingin dapat bertahan hidup di
lingkunganya, yakni bahwa hewan harus mempertahankan stabllitas pada lingklingan Mternal
atau cahan tubohnya. Pada tahun 1855, Bernard mengernukakan bahwa penyebab terjadinya
berbagai reaksi yang menstabilkan lingkungan internal ialah adanya senyawa khusus, yarg
dlhasilkan oleh semua Organ dan dikeluarkan ke cairan jaringan. Pernyataan tersebut menjadi
pelopor munculnya, gagasan rrengenai hormon dan regulasi/pengaturan .
Pada tahun 1929, W.B Cannon, seorang ahli fisiologi asal Amerika' mengembangkan gagasan
bernard dan memperkenalkannya dengan istilah homeostatis. Homeostatis adalah keadaan
lingkungan internal yang konstan dan mekanisme bertanggung jawab atas keadaan konstan
tersebut.
BAB 2 . Struktur, fungsi dan sifat sel serta transpor zat melalui membran.
Sel ialah bangunan bermembran yang merupakan unit terkecil penyusun tubuh hewan Oleh
karena itu pada bagian ini akan diuraikan tentang struktur dan fungsi sel serta berbagai organela
di dalamnya. Mengingat bahwa bagian terbesar dari sel ialah protoplasma maka pengkajian sifat
fisika dan kimia sel akan didekati dengan mengkaji sifat fisika dan kimia protoplasma. Aktivitas
metabolisme sel secara sederhana juga akan dikemukakan pada bagian ini untuk menjamin
berlangsungnya metabolisme sel berbagai zat harus diangkut ke luar dan dan atau ke dalam sel
melalui membran sel oleh karena itu pada bagian ini struktur dan fungsi membran sel dalam
proses transpor zat akan dikaji secara lebih mendalam daripada organel lainnya Setelah
mempelajari bab ini diharapkan dapat menjelaskan kembali tentang struktur fungsi dan sifat sel
serta prosesnya transpor zat melalui membran baik secara pasif maupun aktif.
Organisme multisel telah mengalami perkembangan struktur dan fungsi khusus pada berbagai
organ, antara lain pada organ-organ sistem sirkulasi dan pencernaan. Tanpa adanya kemampuan
mengendalikan dan mengoordinasikan berbagai macam aktivitas, hewan akan sulit bertahan
hidup. Sistem organ yang diperlukan untuk menyelenggarakan fungsi kendali dan koordinasi
ialah sistem saraf dan sistem hormonal. kedua sistem tersebut selalu bekerjasama secara serasi
dan keduanya secara bersama-sama sering disebut sebagai sistem neurohormon atau
neuroendokrinal.
A. Neuron atau Sel Saraf
Neuron atau sel saraf dan sel glia merupakan dua jenis sel penyusun sistem saraf. Neuron
merupakan sel fungsional pada sistem saraf, yang bekerja dengan cara menghasilkan potensial
aksi dan menjalarkan impuls dari satu sel ke sel berikutnya. pembentukan potensial aksi juga
merupakan cara yang dilakukan oleh sistem saraf dalam melaksanakan fungsi kendali dan
koordinasi tubuh.
Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, sel saraf didukung oleh sel glia. Jadi, sel glia
merupakan sel yang berkaitan erat dengan neuron yang berfungsi sebagai pendukung struktur
dan fungsi neuron, namun tidak terlibat dalam fungsi penjalaran impuls. Perbandingan antara
jumlah sel glia dan neuron ialah 10 : 1. sel glial berfungsi untuk menjamin agar kondisi
lingkungan ionik di sekitar neuron dapat selalu tepat. Selain itu, sel glia juga berfungsi untuk
membuang zat-zat sisa dari sekitar neuron. Salah satu sel yang sangat dikenal ialah sel Schwann.
Sel Schwann merupakan salah satu jenis sel glia yang berfungsi sebagai pembungkus akson,
membentuk selubung yang disebut selubung mielin.
Ditinjau dari fungsinya neuron dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu neuron motorik,
sensorik dan interneuron. neuron sensorik ialah sel saraf yang berfungsi untuk membawa
rangsang dari daerah tepi ke pusat saraf. Neuron motorik ialah sel saraf yang berfungsi
membawa rangsang dari pusat saraf ke daerah tepi. Interneuron atau saraf penghubung ialah sel
saraf yang terdapat di pusat saraf yang menjadi penghubung antara neuron sensorik dan motorik.
Neuron mempunyai bentuk dan ukuran yang sangat bervariasi berdasarkan bentuknya neuron
dapat dibedakan menjadi 3, yaitu neuron unipolar, Ki polar dan multipolar. Setiap sel saraf
memiliki badan sel (Soma), dendrit dan akson. Badan sel merupakan bagian utama dari neuron
memiliki inti sel dan sejumlah organela lain seperti mitokondria, retikulum endoplasma dan
aparatus golgi. Badan sel juga berfungsi sebagai tempat sintesis neuro transmitter, yaitu senyawa
kimia yang penting untuk membantu penjalaran impuls melintasi sinaps.
Dendrit merupakan tonjolan sitoplasma yang muncul dari badan sel saraf, berukuran pendek,
berjumlah banyak dan bercabang-cabang. Dendrit berfungsi sebagai penerima rangsang dan
membawanya ke badan sel. Akson ialah tonjolan sitoplasma yang muncul dari badan sel saraf,
berfungsi menjalankan impuls ke ujung akson.
Berbagai bangunan yang dapat ditemukan dalam sistem saraf hewan yaitu otak, serabut saraf,
pleksus dan ganglia. Serabut saraf yaitu kumpulan akson dari sejumlah sel saraf, baik sejenis
ataupun tidak. Pleksus merupakan jaringan serabut saraf yang tidak teratur. Pada jenis hewan
seperti Coelenterata, Stenopora dan Khemikordata, pleksus biasanya berfungsi sebagai sistem
saraf pusat. Ganglia yaitu kumpulan sel saraf berbentuk nodul, dilapisi jaringan konektif dan
mempunyai badan sel saraf serta serabut saraf.
C. Fisiologi Saraf
Pada keadaan istirahat, sel saraf dikatakan berada dalam keadaan polar yaitu keadaan sedang
tidak menjalarkan rangsang. keadaan polar ini ditandai dengan adanya muatan yang lebih negatif
di sisi dalam membran dan lebih positif di sisi luar membran. Dalam keadaan semacam itu,
membran sel saraf bersifat impermeabel terhadap ion natrium dan permeabel terhadap ion
kalium, serta memperlihatkan adanya perbedaan potensial antara bagian luar dan dalam
membran.
Apabila rangsang dengan kekuatan tertentu diberikan kepada membran sel saraf, membran akan
mengalami perubahan elektrokimia dan perubahan fisiologis. Perubahan tersebut berkaitan
dengan adanya perubahan permeabilitas membran yang menyebabkan membran menjadi
permeabel terhadap Na positif sangat kurang permeabel terhadap K positif. Dalam keadaan
demikian membran sel saraf dikatakan mengalami depolarisasi. gejala perubahan elektrokimia
khas yang terjadi pada membran yang dirangsang dinamakan impuls. Jadi, potensial aksi ialah
potensial membran yang diukur pada saat sel terdepolarisasi.
Depolarisasi yang timbul hanya pada bagian yang dirangsang dinamakan depolarisasi lokal. Pada
bagian tersebut terbentuk arus lokal. Apabila rangsang yang diberikan cukup kuat, arus lokal
yang timbul pada membran yang depolarisasi akan merangsang membran di sebelahnya yang
masih dalam keadaan istirahat sehingga bagian membran tersebut akan ikut terdepolarisasi.
Peristiwa itu menunjukkan adanya penjalaran impuls. Keluarnya ion kalium dari dalam sel akan
mengurangi jumlah muatan positif pada sisi dalam membran. Peristiwa tersebut merupakan awal
dari proses pemulihan sel saraf menuju keadaan istirahat. Proses tersebut dinamakan periode
penyembuhan atau repolarisasi.
Periode penyembuhan agar menjadi sempurna bilamana membran saraf telah benar-benar
kembali impermeabel terhadap ion natrium dan pompa Na positif telah bekerja maksimal untuk
mengeluarkan ion natrium dari dalam sel. untuk jangka waktu tertentu pada awal revolusi sasi
membran sel saraf tidak peka terhadap rangsang karena sedang dalam masa atau periode
refrakter. Periode refrakter ialah periode waktu tertentu saat sel saraf tidak dapat menanggapi
rangsang yang diberikan untuk kedua kalinya. Untuk dapat menanggapi rangsang, sel saraf harus
sudah kembali ke dalam keadaan polar. Oleh karena itu, repolarisasi merupakan tahap yang
sangat penting bagi sel saraf dan sel eksitabel yang lain (sel otot dan kelenjar).
Ada dua macam periode reflektor, yaitu refrakter absolut dan relatif. periode refrakter absolut
ialah jangka waktu tertentu saat sel saraf benar-benar tidak dapat menanggapi rangsang yang
diberikan untuk kedua kalinya, apapun jenis rangsangnya dan berapapun kekuatan rangsang yang
diberikan. Periode ini biasanya berlangsung pada awal repolarisasi. Pada akhir repolarisasi, sel
saraf kemungkinan sudah dapat kembali menanggapi rangsang, asalkan rangsang yang diberikan
lebih kuat daripada rangsang sebelumnya atau jenis rangsangnya berbeda. Jangka waktu pada
akhirnya polarisasi ini dinamakan periode refrakter relatif.
D. Perpindahan Impuls Melintasi Sinaps
Impuls dapat menjalar atau menyebar dari tempat awal pembentukannya hingga ke ujung akson,
bahkan mungkin menyeberang ke sel lainnya. impuls yang menjalar dari suatu sel saraf ke sel
yang lain pasti akan melintasi sinaps. Sinaps adalah tempat pertemuan antara akson dari suatu sel
saraf dengan sel saraf lainnya. Sinaps juga dapat terbentuk antara sel saraf dengan sel otot atau
kelenjar. Penjalaran impuls melalui sinapsis disebut transmisi sinaptik. Transmisi sinaptik ini
dapat berupa transmisi elektrik atau transmisi kimiawi. Transmisi elektrik terjadi pada sinapsis
dengan celah yang sempit, sedangkan transmisi kimiawi dapat terjadi pada sinapsis yang
memiliki celah lebar.
Pada sinaps yang memiliki celah sempit, potensial aksi pada bagian membran presinaps akan
diteruskan ke membran pascasinaps dengan cara konduksi langsung. Penjalaran potensial aksi
dengan cara seperti itu disebut transmisi elektrik, dan sinaps yang bekerja dengan cara demikian
dinamakan sinaps elektrik. Pada transmisi kimiawi, penjalaran impuls terjadi dengan bantuan
transmitter. Diperkirakan, kebanyakan sinaps melakukan transmisi impuls secara kimia dengan
bantuan transmitter yang banyak terdapat pada sel-sel/ membran presinaps, tersimpan dalam
kantong kecil yang disebut vesikel. Transmisi impuls secara kimia dapat dijelaskan sebagai
berikut: Apabila impuls sampai pada membran di ujung akson, membran tersebut akan segera
terdepolarisasi.
Organisasi sistem saraf pada hewan sangat bervariasi, tergantung pada tingkat perkembangan
tubuh masing-masing hewan. hewan dengan tingkat perkembangan tubuh sederhana memiliki
susunan organisasi sistem saraf yang sederhana juga. Sebaliknya, hewan dengan tingkat
perkembangan yang sudah maju memiliki susunan organisasi sistem saraf yang lebih kompleks.
Hewan unisel berukuran sangat kecil dan hanya dapat diamati dengan mikroskop. Meskipun
hanya terdiri atas satu sel, hewan uni sel tetap harus dapat menyelenggarakan berbagai fungsi,
antara lain fungsi sirkulasi, respirasi dan pengeluaran. Jadi, hewan unisel harus memiliki
kemampuan untuk mengendalikan dan mengoordinasikan semua aktivitasnya.
Jala Saraf
Jala saraf ialah susunan organisasi saraf yang menyerupai jala. susunan ini merupakan contoh
sistem saraf yang paling sederhana. susunan saraf yang terdapat pada bagian atas tubuh ubur-
ubur berfungsi untuk mengkoordinasikan gerakan, sedangkan jalai saraf yang terdapat pada
tentacle berfungsi sebagai reseptor sensoris.
Sebagai organisme hidup, hewan harus memiliki kemampuan menanggapi rangsang. Rangsang
merupakan informasi yang dapat diterima hewan, dapat datang dari lingkungan diluar maupun di
dalam tubuhnya. Untuk dapat menerima rangsang dan menghasilkan tanggapan dengan baik,
hewan harus memiliki alat untuk menerima rangsang dan untuk menghasilkan tanggapan
terhadap rangsang yang datang. Alat penerima rangsang pada hewan disebut reseptor, sedangkan
alat penghasil tanggapan dinamakan efektor.
Pada umumnya nya, reseptor bekerja secara khusus. Artinya, reseptor tertentu hanya akan
menerima rangsang jenis tertentu. Jadi, dalam satu individu dapat ditemukan berbagai macam
reseptor. Reseptor dapat dikelompokkan dengan berbagai cara, yaitu berdasarkan struktur, lokasi
sumber rangsang dan jenis atau sifat rangsang yang dapat diterima oleh reseptor tersebut.
Berdasarkan strukturnya, reseptor dapat dibedakan menjadi dua yaitu, reseptor saraf dan bukan
saraf.
Berdasarkan jenis rangsang yang dapat diterima nya, reseptor dapat dibedakan menjadi 6, yaitu
kemoreseptor, termoreseptor, mekanoreseptor, fotoreseptor, magnetoreseptor dan elektro
reseptor. Secara berturut-turut masing-masing oleh faktor tersebut peka terhadap rangsang kimia,
suhu, mekanik cahaya, medan magnet dan medan listrik. Berdasarkan lokasi sumber rangsang
yang dapat diterima nya reseptor dibedakan menjadi dua jenis yaitu, interoreseptor dan
eksteroreseptor.
Hewan memperoleh informasi dari lingkungan mereka dan mekanisme penerimaan informasi
tersebut. Hewan memperoleh informasi dari lingkungannya melalui reseptor atau organ sensoris.
Agar dapat berfungsi optimal, sel reseptor di retina memerlukan struktur pendukung berupa
mata.
Dalam proses penerimaan rangsang kimia (kemoresepsi), terjadi interaksi antara bahan kimia
dengan kemoreseptor membentuk kompleks bahan kimia-kemoreseptor. kompleks tersebut
mengawali proses pembentukan potensial generator pada reseptor yang akan segera
menghasilkan potensial aksi pada sel saraf sensoris dan sel berikutnya sehingga akhirnya timbul
tanggapan. Kemoreseptor terdapat pada hewan vertebrata maupun invertebrata.
1. Saat sel dalam keadaan istirahat, pintu ion Na positif pada membran mekanoreseptor
masih dalam keadaan tertutup,
2. Rangsang mekanik yang menekan reseptor menyebabkan membran mekanoreseptor
meregang,
3. Peregangan membran mekanoreseptor tersebut menimbulkan perubahan konformasi
protein penyusun pintu ion Na positif,
4. Pintu Ion Na positif terbuka diikuti terjadinya perubahan elektrokimia yang
mendepolarisasi kan mekanoreseptor.
Mekanoresepsi dapat terjadi pada vertebrata maupun invertebrata. Invertebrata memiliki reseptor
untuk menerima rangsang tekanan, suara dan gerakan.
Pada dasarnya termoresepsi adalah proses mengenali suhu tinggi dan rendah serta perubahan
suhu lingkungan. peningkatan suhu secara ekstrim akan mempengaruhi struktur protein dan
enzim sehingga tidak dapat berfungsi secara maksimal. Hal ini dapat mengganggu
penyelenggaraan berbagai reaksi metabolik yang penting.
Hampir semua hewan dapat mendeteksi cahaya. Bahkan, hewan yang tidak memiliki struktur
fotoreseptor khusus contohnya amoeba ternyata juga dapat mendeteksi cahaya. perbedaan cara
kerja di antara reseptor hanya terletak pada jenis rangsang yang dapat diterima nya. Sel
fotoreseptor pada vertebrata mempunyai banyak lipatan dan mengandung pigmen yang
umumnya berupa rodopsin. Rodopsin akan berubah jika ada cahaya yang mengenai sel tersebut.
Perubahan awal tersebut akan segera diikuti dengan serangkaian perubahan berikutnya, yang
akan membawa sel ke keadaan terdepolarisasi.
Sejumlah hewan terutama ikan hiu, ikan pari dan ikan berkumis, mempunyai kemampuan
mendeteksi Medan elektrik kecil yang dihasilkan oleh hewan lain. Medan elektrik yang demikian
itu dihasilkan oleh aktivitas otot dan berfungsi untuk mendeteksi adanya musuh maupun
makanan. Alat penerimaan rangsang berupa Medan elektrik disebut elektroreseptor.
Penerimaan Rangsang Medan Magnet oleh Magnetoreseptor
beberapa jenis hewan memiliki kemampuan untuk berorientasi terhadap medan magnetik bumi.
Kemampuan semacam itu bermanfaat dalam navigasi yang memungkinkan hewan mengenali
sumbu Utara - Selatan. Mekanisme yang menyebabkan hewan dapat menerima rangsang medan
magnet sama sekali belum diketahui secara jelas. Namun, telah diketahui bahwa di dalam tubuh
beberapa jenis hiu, lebah madu dan burung tergantung substansi magnetik yang disebut magnetit.
Efektor ialah alat penghasil tanggapan biologis. Tangkapan yang dihasilkan oleh efektor sangat
bervariasi, mulai dari tangkapan yang dapat dilihat secara jelas menggunakan mata sampai
tanggapan yang tidak terlihat oleh mata. Beberapa jenis hewan mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan tangkapan berupa perubahan warna kulit misalnya cumi-cumi, octopus, ikan
flounder bunglon, katak dan ular. perubahan warna tersebut dilakukan dengan beberapa alasan,
antara lain untuk menyamar atau untuk berkomunikasi dengan hewan lain. perubahan warna itu
dapat ditunjukkan kepada hewan lain dalam satu spesies atau pun kepada hewan dari spesies
lain.
Perubahan warna dapat terjadi karena hewan mempunyai kromatofor pada kulitnya. Kromatofor
adalah sel yang mengandung pigmen. Di bawah kendali endokrin, kromatofor dapat mengubah
penyebaran pigmen pada sel pigmen dalam ukuran menit atau detik.
Mekanisme perubahan warna dapat terjadi pada setiap spesies hewan tidak sama pada cumi-cumi
dan octopus kromatofor terikat oleh sel otot sehingga aktivitas kontraksi - relaksasi akan
mengubah penyebaran pigmen. jika otot berkontraksi kromatofor pada cumi-cumi dan octopus
meluas dan pigmen tersebar. Akibatnya, kulit tampak lebih gelap. Sebaliknya pada saat otot
berelaksasi, kromatofor menurut dan pigmen di dalamnya terkumpul sehingga kulit tampak
berwarna lebih terang. jadi perubahan warna kulit pada cumi-cumi dan octopus tergantung pada
aktivitas otot, sedangkan kontraksi otot dikendalikan oleh saraf. Cara kerja kromatofor tersebut
berbeda dengan cara kerja kromatofor amfibi. Pada amfibi, kromatofor bekerja dengan
penyebaran dan pengumpulan pigmen secara sederhana, atau kadang-kadang dikendalikan oleh
hormon bukan saraf.
Pergerakan intrasel dapat diamati pada hampir semua sel misalnya pada sel saraf. Didalam sel
saraf selalu terjadi pergerakan, terutama pergerakan sitoplasma beserta sejumlah besar vesikel
yang berisi neurotransmitter. Aliran sitoplasma itu disebut aliran sitoplasmik. Pada sel saraf,
aliran tersebut sangat berguna untuk membawa neuro transmitter yang disintesis di badan sel
kemudian diangkut ke ujung akson untuk menyelenggarakan transmisi sinaptik. Aliran
sitoplasmik juga terjadi pada sel amoeba. Pergerakan amoeba sangat tergantung pada adanya
aliran sitoplasmik. Gerakan sitoplasma merupakan gerakan yang teratur. Pada sel saraf
pergerakan berlangsung dalam dua arah, yaitu dari badan sel ke ujung akson dan sebaliknya.
Pergerakan ameboid merupakan pergerakan khas baik pada hewan uniseluler maupun sel hewan
multiseluler. Pada hewan multiseluler, gerak amoeboid terjadi pada sel darah putih yang
meninggalkan aliran darah dan masuk ke dalam jaringan yang mengalami radang. Gerak
ameboid pada hewan bersel satu terjadi dengan membentuk kaki semu (pseudopodia).
Mekanisme pembentukan pseudopodia tidak diketahui secara jelas, tetapi diduga berkaitan
dengan adanya perubahan fase gel-sol pada sitoplasma nya.
Seperti halnya gerakan pada ameba, gerakan pada otot juga melibatkan aktin dan miosin. Akan
tetapi, aktin dan miosin pada otot tersusun secara teratur sehingga dapat menghasilkan kekuatan
yang besar. Gerakan otot. sebenarnya merupakan akibat dari adanya tarik-menarik antara filamen
aktin dan miosin.
Pembentukan Arus listrik dapat terjadi pada semua sistem reseptor, tetapi pelepasan arus listrik
oleh efektor hanya ditemukan pada beberapa jenis ikan. arus listrik pada ikan dihasilkan oleh
organ elektrik yang berfungsi untuk keperluan orientasi, komunikasi dan interaksi antar hewan
akuatik tertentu. Organ elektrik tersusun atas unit fungsional berupa lempengan tipis seperti
wafer, yang disebut elektroplak atau elektroplat atau elektrosit atau plak. Setiap unit plak
merupakan badan mioneural, hasil modifikasi dari sel otot atau kadang-kadang dari sinaps antara
saraf dan otot atau dari ujung akson.
Pelepasan arus listrik dari tubuh ikan atau belut listrik dilakukan dengan membuat gerakan
khusus yang mempertemukan daerah kepala dan ekor. Dengan gerakan tersebut, terjadi
pertemuan antara daerah bermuatan positif dan negatif, yang menyebabkan pelepasan arus listrik
kelingkungannya. Besarnya arus listrik yang ditimbulkan organ elektrik dapat bervariasi
tergantung pada jenis ikan, jumlah plak yang dimiliki dan keadaan lingkungan hewan. ikan yang
sama pada lingkungan yang berbeda dapat menghasilkan arus listrik yang berbeda.
Aktivitas kontraksi dan relaksasi yang berulang menyebabkan hewan mampu melakukan
berbagai gerakan, background yang halus atau lembut maupun gerakan yang kuat. gerakan yang
harus atau lembut dan berlangsung terus-menerus dapat dilakukan oleh organ dalam seperti
lambung, usus, jantung dan pembuluh darah. Gerakan yang kuat contohnya gerak berlari,
terbang, berjalan dan berenang. Kerja biologis otot yang sesungguhnya ialah berkontraksi, yang
merupakan proses aktif, sedangkan relaksasi merupakan proses pasif
Rangka Hidrostatik
Rangkai hidrostatik dijumpai pada invertebrata yang bertubuh lunak contohnya annelida. cara
berfungsinya rangka hidrostatis mirip dengan peristiwa pada amoeba atau sel darah putih saat
menghasilkan gerakan amoeboid. hewan yang memiliki rangka hidrostatis mempunyai cairan
yang terdapat dalam suatu rongga di tubuhnya yang dikelilingi oleh otot.
Rangka luar adalah rangka yang terdapat pada luar tubuh, ditemukan pada mollusca dan
arthropoda. Rangka luar pada arthropoda digunakan sebagai tempat perlekatan otot, rangka luar
ini dilapisi gettin yakni suatu bahan lilin yang dapat memperkecil tingkat kehilangan air. Lapisan
kitin tersebut dinamakan kutikula. untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang sempurna atau
produk memerlukan pengelupasan rangka luar secara periodik. Peristiwa pengelupasan kulit
(rangka luar) tersebut dinamakan molting.
Sesaat setelah molting, hewan berada dalam keadaan yang sangat rawan karena dua alasan.
Pertama, rangka luar yang baru terbentuk masih lunak atau belum mengeras dan kedua,
pergerakannya sangat terbatas akibat adanya penahan kontraksi otot yang terlalu lunak. Kedua
hal tersebut menyebabkan arthropoda sangat mudah ditangkap pemangsa.
Rangka dalam berkembang sangat baik di temukan pada vertebrata. Pada invertebrata misalnya
echinodermata, rangka dalam juga berkembang cukup baik dan mengandung berbagai garam
kalsium. fungsi rangka pada invertebrata memiliki banyak kesamaan dengan fungsi rangka
hewan dari filum lain, yakni untuk perlindungan dan untuk menahan kontraksi otot.
Pada kebanyakan vertebrata, rangka tubuh berupa tulang yang tersusun atas bahan dasar kalsium
fosfat. Hewan yang rangkanya berupa tulang rawan, contohnya ikan hiu dan ikan pari, komponen
utama pembentuk rangka tubuh adalah collagen. Hewan yang demikian dinamakan hewan
bertulang rawan. Dibandingkan dengan rangka luar, langkah dalam memberikan peluang yang
lebih besar kepada hewan untuk dapat tumbuh secara maksimal.
Sistem endokrin pada insekta berfungsi untuk mengendalikan berbagai aktivitas antara lain
aktivitas pertumbuhan.
Sistem Endokrin pada Vetebrata
Berbeda dengan invertebrata sistem endokrin pada vertebrata atau terutama sekali tersusun atas
berbagai organ endokrin klasik sistem endokrin vertebrata dapat dibedakan menjadi empat
kelompok kelenjar utama yaitu hipotalamus, hipofisis atau pituitari dan kelenjar endokrin tepi
Hipotalamus dan Pituitari
Hipotalamus dan pituitari merupakan organ endokrin pusat yang dimiliki hewan vertebrata.
Hipotalamus merupakan bagian otak vertebrata yang terletak di bawah talamus dan berperan
dalam mempertemukan sistem saraf dan endokrin thalamus kumpulan saraf yang terletak di
bagian tengah otak vertebrata hipotalamus mengendalikan kelenjar pituitari sementara pituitari
juga berfungsi mengendalikan kelenjar endokrin lainnya.
Organ Endokrin Tepi
Organ endokrin tepi adalah semua organ endokrin di luar hipotalamus dan pituitary. Semakin
hari semakin banyak ditemukan organ endokrin baru pada vertebrata saat ini telah diketahui
bahwa jantung juga mampu menghasilkan hormon yang disebut dengan atrial natriuretic peptide
hormon tersebut berkaitan erat dengan pengaturan ion natrium di ginjal hampir semua aktivitas
dalam tubuh hewan dipengaruhi oleh hormon aktivitas tersebut meliputi proses pencernaan
peredaran darah pengeluaran regulasi-regulasi dan reproduksi.
Transpor Oksigen
Transpor oksigen dalam darah terjadi dengan dua cara yaitu dengan cara sederhana dan
dengan cara diikat oleh pigmen respirasi yaitu senyawa khusus yang dapat mengikat dan
melepaskan oksigen secara bolak-balik. Pigmen respirasi merupakan protein dalam cairan
yang memiliki daya gabung tinggi terhadap oksigen pigmen respirasi diperlukan oleh darah
untuk meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen contohnya keberadaan pigmen
hemoglobin dalam darah mamalia dapat meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen oleh
darah sebesar 20 kali lipat sehingga setiap 100 ml darah dapat membawa 20 ml oksigen.
Hemoglobin sangat mudah berikatan dengan oksigen membentuk oksihemoglobin oksigen
akan berikatan dengan hemin tepatnya pada yang terdapat pada pusat gugus tersebut dengan
suatu ikatan yang longgar harus diikat bawah proses pengikatan molekul oksigen pada hemin
tersebut bukanlah peristiwa oksidasi melainkan penggabungan antara Fe pada gugus heme
dan molekul oksigen penggabungan hemoglobin dan oksigen menjadi hbo2 atau proses
kebalikannya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu konsentrasi oksigen di lingkungan.
Transport Karbondioksida
Aktivitas metabolisme sel akan menghasilkan zat sisa antara lain CO2 dan air air
terbentuk dari proses dinamakan air metabolik keberadaan air metabolik di dalam tubuh
menimbulkan masalah yang dimanfaatkan oleh sel tubuh. Namun keberadaan CO2 dapat
menimbulkan gangguan fisiologis yang penting karbondioksida sangat mudah berikatan
dengan air membentuk asam karbonat yang memiliki kekuatan untuk menciptakan kondisi
alam. Oleh karena itu oksigen yang terbentuk di jaringan harus segera diangkut dan
dikeluarkan oleh tubuh reaksi pembentukan asam karbonat dapat terjadi dalam cairan ekstra
sel plasma. Maupun di dalam sel darah merah pembentukan asam karbonat yang terjadi
dalam sel darah merah berlangsung sangat cepat terdapat enzim karbonat anhidrase yang
berperan sebagai katalis darah mengangkut karbondiosida menyebabkan keadaan jaringan
akan asam dan akan mengganggu kerja enzim dan aktivitas metabolisme sel. Oleh karena itu
peluang timbulnya suasana asam harus dihindarkan dengan cara membentuk senyawa yang
bersifat sedikit basa.
Pengaturan Respirasi
Respirasi pada hewan merupakan proses yang diatur oleh saraf untuk mencukupi
kebutuhan akan oksigen dan membuang karbondioksida secara efektif. Pengaturan respirasi
dapat berlangsung secara kimiawi maupun saraf. Pengaturan respirasi secara kimiawi pada
hewan teresterial lebih banyak dirangsang oleh adanya peningkatan kadar karbondioksida
dalam darah dan daripada oleh penurunan kadar oksigen pengaturan respirasi secara saraf yg
dilakukan oleh sekelompok sel saraf pada pons varoli dan medula oblongata yang berfungsi
sebagai pengaturan sel saraf yang lebih rendah yang terdapat di medula oblongata pusat saraf
yang lebih rendah tersebut ialah pusat inspiratory dan pusat expiratory yang mengendalikan
inspirasi dan ekspirasi yang dilakukan oleh hewan. Hal penting yang harus diatur dan
berkaitan langsung dengan pengendalian hemostatis kadar tekanan O2 dan CO2 adalah
kedalaman dan laju pernapasan. Faktor yang paling menentukan kedalaman dan laju
pernapasan ialah konsentrasi karbondioksida yang biasanya dinyatakan dengan perubahan
tekanan karbondioksida yang dibantu oleh kemampuan yang terdapat di pusat respiratori Di
medula.
Bab 9 Termoregulasi
Termoregulasi ialah proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu tubuhnya
supaya tetap konstan paling tidak supaya suhu tubuhnya tidak mengalami perubahan yang
terlalu besar. Persoalannya tidak semua hewan mampu mempertahankan suhu tubuh yang
konstan hewan yang mampu mempertahankan suhu tubuhnya di mana dinamakan homoiterm
sedangkan yang tidak mampu mempertahankan suhu tubuh disebut polikiloterm.
Pentingnya Suhu Tubuh yang Stabil bagi Hewan
Suhu tubuh pada kebanyakan hewan dipengaruhi oleh suhu lingkungannya ada hewan
yang dapat bertahan hidup pada suhu minus 20 derajat Celcius sementara hewan lainnya
dapat hidup pada suhu 50 derajat Celsius. Suhu tubuh yang konstan sangat dibutuhkan oleh
hewan karena beberapa alasan pertama perubahan suhu dapat mempengaruhi konformasi
protein dan aktivitas enzim. Aktivitas enzim terganggu reaksi dalam sel pun akan terganggu
dengan demikian perubahan suhu dalam tubuh hewan mempengaruhi kecepatan reaksi
metabolisme dalam sel kedua perubahan suhu dapat berpengaruh terhadap energi kinetik
yang dimiliki oleh setiap molekul zat sehingga peningkatan suhu tubuh akan memberi
peluang yang besar kepada berbagai partikel zat untuk saling bertubrukan.
Radiasi
radiasi adalah perpindahan panas antara dua benda yang tidak saling bersentuhan dalam hal
ini contohnya Perpindahan panas dari matahari ke tubuh hewan dari panas api di perapian ke
tubuh manusia atau panas lampu OHP ke tubuh pemakai OHP frekuensi dan intensitas
radiasi yang dipancarkan tergantung pada suhu benda yang mengeluarkan radiasi semakin
tinggi suhu benda yang mengeluarkan radiasi semakin tinggi pula intensitas radiasinya.
Evaporasi
Evaporasi atau penguapan ialah proses perubahan benda dari fase cair ke fase gas perubahan
benda dari fase cair ke fase gas memerlukan sejumlah besar energi dalam bentuk panas. Oleh
karena itu apabila air direbus menggunakan panas api atau listrik lama-kelamaan air tersebut
berubah menjadi uap evaporasi merupakan cara yang penting bagi hewan untuk melepaskan
panas dari tubuhnya.
Termoregulasi pada Ektoterm
Ektoderm merupakan hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan
sekitarnya perolehan panas tubuh pada hewan ektoterm tergantung pada berbagai sumber
panas di lingkungannya.
Termogulasi pada Ektoterm Akuatik
Suhu pada lingkungan akuatik relatif stabil sehingga hewan yang hidup didalamnya tidak
mengalami permasalahan lingkungan yang rumit dalam lingkungan akuatik. Hewan tidak
mungkin melepaskan panas tubuh dengan cara evaporasi pelepasan panas melalui radiasi
juga sangat kecil kemungkinannya karena air merupakan penyerap radiasi inframerah yang
efektif pelepasan panas dari tubuh hewan terutama terjadi melalui insang air juga merupakan
peredam panas yang baik kelebihan panas dari tubuh hewan akuatik akan diserap atau
dihamburkan oleh air sehingga tubuh ikan akan stabil dan relatif sama dengan suhu air di
sekitarnya.
Termogulasi pada Ektoterm Teresterial
Berbeda dengan lingkungan akuatik suhu di lingkungan teresterial selalu berubah dengan
variasi yang cukup besar perubahan suhu ini sangat mudah kita rasakan misalnya dengan
membandingkan suhu udara pada siang dan malam hari memperhatikan suhu lingkungan
teresterial yang sangat besar tampak akan sangat menarik. Jika mempelajari thermoregulasi
yang dilakukan ektoterm teresterial. Vertebrata ektoderm pada kadal juga melakukan hal
yang serupa dengan belalang dan kumbang yaitu berjemur untuk menyerap radiasi matahari
untuk memaksimalkan penyerapan radiasi kadal akan mengubah penyebaran melanin di
kulitnya sehingga berwarna menjadi lebih gelap dalam hal ini sangat penting untuk
penyerapan panas secara efektif.
Termogulasi pada Endoterm
Endoterm merupakan hewan yang panas tubuhnya berasal dari dalam tubuh sehingga hasil
dari proses metabolisme sel tubuh. Suhu tubuh hewan endoterm dipertahankan agar tetap
konstan walaupun suhu lingkungannya selalu berubah hewan endoterm meliputi burung dan
mamalia sedangkan hewan lainnya digolongkan sebagai eksoterm akan tetapi kenyataan
menunjukkan bahwa ikan tuna juga dapat mempertahankan suhu tubuhnya pada tingkat
tertentu.
Produksi panas pada hewan endoterm terjadi melalui mekanisme sebagai berikut:
1. meningkatkan produksi panas metabolik dalam otot rangka merupakan gerakan yang
tidak teratur dan tidak mempunyai tujuan pergerakan tertentu kontraksi otot dapat terjadi
secara sadar dan tanpa sadar.
2. Mekanisme pembentukan panas yang bukan berasal dari proses menggigil meliputi
berbagai proses sebagai berikut yang pertama metabolisme jaringan lemak coklat seperti
yang dilakukan oleh golongan mamalia jaringan lemak coklat berbeda dengan jaringan
lemak putih. Jaringan lemak coklat dibungkus oleh selaput yang dipersarafi dengan baik
oleh sistem saraf simpatis, meningkatkan sekresi hormon tiroid yang dapat meningkatkan
aktivitas metabolisme dalam sel, menyerap radiasi panas matahari dan menegakkan
rambut atau bulu sehingga pelepasan panas secara konveksi dapat diperkecil. Mengurangi
aliran darah ke organ perifer dengan fase vasokonstarktil, memberikan berbagai
tanggapan perilaku antara lain berselimut berjaket berjamur dan menggosokkan Kedua
telapak tangan. pelepasan panas dari tubuh hewan endoterm terjadi dengan beberapa cara
yang pertama melepaskan panas ke lingkungan melalui vasodilatasi pembuluh darah
perifer yang kedua meningkatkan penguapan air melalui kulit.
Adaptasi Endoterm Terhadap Suhu Ekstrem
Suhu ekstrem dapat dibedakan menjadi dua yaitu ekstrem panas dan ekstrim dengan cara
yang dilakukan hewan endoterm untuk melawan suhu yang sangat dingin ialah sebagai
berikut:
a. masuk ke dalam kondisi heterotermi yaitu mempertahankan adanya perbedaan suhu
di antara berbagai bagian tubuh.
b. Hibernasi atau tortor yaitu penurunan suhu tubuh yang berkaitan dengan adanya
penurunan laju metabolisme laju denyut jantung laju respirasi dan sebagainya.
Cara yang dilakukan hewan endoterm untuk melawan suhu yang sangat panas ialah sebagai
berikut:
a. meningkatkan pelepasan panas tubuh dengan meningkatkan penguapan melalui
proses berkeringat atau terengah-engah seperti yang diuraikan sebelumnya
b. melakukan gular fluttering yang menggerakkan daerah kerongkongan secara cepat
dan terus-menerus sehingga penguapan melalui saluran pernapasan dapat
melepaskan panas tubuh
c. menggunakan strategi hipertonik yaitu mempertahankan atau menyimpan kelebihan
panas metabolik di dalam tubuh sehingga tubuh meningkat sangat tinggi.
Pengaturan Suhu Tubuh Endoterm
Komponen yang diperlukan untuk menyelenggarakan pengendalian suhu tubuh ialah reseptor
dan efektor ada dua macam reseptor yang terlibat yaitu reseptor panas dan dingin terasa tanda
tangan berupa peningkatan suhu tubuh reseptor panas akan terdepolarisasi sementara reseptor
dingin akan menghasilkan potensial aksi hanya jika ada rangsangan berupa penurunan suhu
reseptor tersebut terdapat di dua tempat yaitu hipotalamus dan kulit keberadaan reseptor
hipotalamus dan di kulit ini penting agar dapat memantau perubahan suhu di pusat maupun di
luar tubuh.
Buku Pembanding
Pada buku tidak ditampilkan pendapat dari para ahli untuk menambah dan
memperkuat isi materi tersebut .
Pada buku ini, tampilan tulisannya sangat kecil dan terdapat kesalahan penulisan
kata sehingga menjadi kekurangan buku ini.
Pada buku ini tidak ada terdapat warna dan buku ini kertasnya mudah sobek.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Setiap karya tulis pastinya memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda antar satu dengan yang
lain,baik itu dari segi bahasanya, kelebihannya, dan kekurangannnya. Kedua buku ini sudah
jelas mengandung informasi yang sangat bagus terlepas dari kekurangan yang terkandung dalam
setiap buku, namun sudah dapat dipastikan setiap buku akan membawa keuntungan bagi
pembaca dalam hal pendapatan informasi lebih.
Buku pertama yaitu buku yang ditulis oleh Putro sontoso , memiliki beberapa
keunggulan dari pada buku kedua, dimana buku ini lebih memuat informasi yang lebih mendetail
yang menjadikan buku ini sebagai referensi banyak buku lain. Buku ini juga menyusun garis-
garis besar materi yang akan dipaparkan sehingga memudahkan pembaca mencari informasi
yang dibutuhkan. Pada buku wiwi isnaeni keunggulan ditemukan pada paparan cover dimana
lebih berwarna dan menarik minat terutama pada jenis kertas yang digunakan pada buku
tersebut.
Dalam kedua buku ini, terkandung informasi yang sangat melimpah mengenai materi
fisiologi hewan dimana pada fisiologi hewan terdapat hubungan dengan lingkungannya dimana
bagaimana respons hewan terhadap linkungannya , bukan hanya itu dalam kedua buku ini
dipaparkan semua mengenai fisiologi hewan. Sehingga Materi ini membuat pembaca menjadi
tertarik untuk membaca atau menganalisis buku ini lebih dalam lagi. Diatas telah disampaikan
ringkasan dan juga kelebihan serta kekurangan yang terdapat pada kedua buku ini yang
diharapan dapat menjadi perbandingan antara opini pembaca atas buku-buku tersebut.
4.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna, semoga kedepannya
penulis akan lebih fokus dalam menjelaskan materi. Diharapkan para pembaca memberikan
tanggapan terhadap materi yang telah dipaparkan.
DAFTAR PUSTAKA
Santoso, putra.2009. Buku ajar fisiologi hewan. Padang : Bio FMIPA UNANDS.