Anda di halaman 1dari 22

PROTOZOA DAN ROTIFERA

2.1 Protozoa
1. Pengertian Protozoa
Protozoa adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya
hewan. Jadi, Protozoa adalah hewan pertama. Protozoa merupakan kelompok lain protista
eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya. Protozoa
termasuk kelompok protista yang mirip hewan. Protozoa dibedakan dari prokariot karena
ukurannya yang lebih besar, dan selnya eukariotik. Protozoa dibedakan dari algae karena tidak
berklorofil, dibedakan dari jamur karena dapat bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta
dibedakan dari jamur lendir karena tidak dapat membentuk badan buah.
Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Ukuran tubuhnya antara
3-1000 mikron. Tubuh protozoa amat sederhana, yaitu terdiri dari satu sel tunggal (unisel).
Namun demikian, Protozoa merupakan sistem yang serba bisa. Semua tugas tubuh dapat
dilakukan oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang tindih. Bentuk tubuh macam-macam ada
yang seperti bola, bulat memanjang, atau seperti sandal bahkan ada yang bentuknya tidak
menentu. Juga ada memiliki flagel atau bersilia.

2.

Ciri-Ciri Umum Protozoa


Protozoa adalah mikroorganisme menyerupai hewan yang merupakan salah satu filum

dari Kingdom Protista. Seluruh kegiatan hidupnya dilakukan oleh sel itu sendiri dengan
menggunakan organel-organel antara lain membran plasma, sitoplasma, dan mitokondria. Ciriciri umum :
Organisme uniseluler (bersel tunggal)
Eukariotik (memiliki membran nukleus)
Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)
Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof)
Hidup bebas, saprofit atau parasit
Protozoa merupakan bagian plankton di air tawar atau air laut dan berperan penting
sebagai indikator polusi
Alat gerak berupa pseudopodia, silia, atau flagela
Ciri-ciri protozoa sebagai hewan adalah gerakannya yang aktif dengan silia atau .
Memiliki membran sel dari zat lipoprotein, dan bentuk tubuhnya ada yang bisa berubah-ubah.

3. Klasifikasi Protozoa
1. Kelas Rhizopoda
Habitat hewan ini di air tawar,air laut. Struktur tubuhnya terdiri dari protoplasma yang dibatasi
oleh membran.

Ciri khusus hewan ini adalah alat geraknya yang berupa kaki semu

(pseudopodium) . Kaki semu merupakan penjuluran protoplasma sel. Proses penjuluran plasma
ini berlangsung sedemikian rupa , mula- mula bagian protoplasma yaitu endoplasma yang kental
(plasmogel)

mencair sementara menjadi plasmosol, sehingga mudah bergerak membentuk

penjuluran.kemudian jika plasmosol mengental , maka penjuluran tertarik kembali. Kaki semu
ada dua tipe yaitu sebagai beriukut :
a. Tipe lobodia
Tipe ini berbentuk agak lebar dengan ujung penjuluran berbentuk tabung. Protoplasma tersusun
atas ektoplasma dan endoplasma.
b. Tipe filopodia
Berbeda dengan tipe lobodia, tipe ini memiliki ujung penjuluran yang meruncing dan biasanya
bercabang, protoplasma nya tersusun atas ektoplasa saja.
Kelas Rhizopoda dibagi menjadi 4 grup yaitu :
1) Amoeba
Kingdom

: Protoza

Filum

: Amoebozoa

Subfillum

: Lobosa

Kelas

:Tubulinea

Subkelas
Ordo

: Sarcodina
: Tubulinida

Family

: Amoebidae

Genus

: Amoeba

Spesies

: Amoeba gorgonia Pen.


Amoeba limicola Rhumb.

Amoeba proteus Pal.


Amoeba vespertillo Pen.

Amoeba ada yang dibungkus cangkang atau tanpa selubung cangkang (telanjang).
Amoeba telanjang dari genus Amoeba dan Pelomyxa, bentuknya asimetris dan bentuk ini selalu
berubah.

Sebaliknya

amoeba

bercangkang

memperlihatkan

simetris

bagian

luarnya

(cangkangnya). Cangkang berasal dari sekresi sitoplasma berupa silika atau khitin, atau materi
dari luar yang melekat. Amoeba melekat pada dinding dalam cangkang dengan perantaraan
penjuluran protoplasma. Cangkang selalu memiliki bidang terbuka untuk penjuluran sitoplasma,
dan karenanya bentuk cangkang sering mirip helm atau topi.
Hewan ini hidup di lumpur-lumpur di bagian dasar kolam, sawah, sungai, danau,
atau tempat-tempat lain yang berair dan banyak mengandung sisa-sisa organisme.

Susunan

tubuh

amoeba

bersifat moniselular, sedang

bentuk tubuhnya tidak tetap, selalu berubah-ubah

menurut keadaan. Protoplasma

terdiri dari beberapa lapisan yaitu :


1. Plasmolemma, yaitu lapisan luar sebagai membran sel.
2. Ektoplasma, yaitu lapisan protoplasma yang sifatnya bening
3. Endoplasma, yaitu lapisan protoplasma yang sifatnya berbutir-butir.
Di dalam endoplasma ini didapatkan :
a) Nukleus yang berfungsi untuk mengatur kegiatan sel.
b) Vakuola berdenyut, berfungsi untuk mengatur kadar air dalam tubuhnya, berartimenjaga tekanan
osmosis sel agar konstan (osmoregulator).
c) Vakuola makanan, berfungsi untuk mencernakan makanan, karena mengeluarkan enzim. Sari
makanan diserap protoplasma, sisa makanan dibuang.

Hewan ini bernapas dengan cara mengambil oksigen secara difusi. Sari makanan dioksidasikan
dengan oksigen, yang akhirnya menghasilkan energi. Pergerakan Amoeba yaitu bergerak dengan
menjulurkan kaki semunya, dan geraknya disebut gerak amoeboid. Perkembangbiakan Amoeba
dengan cara membelah diri dan berlangsung jika keadaan memburuk akan membentuk kista.
Pembentukan kista ini dimaksudkan agar dapat hidup meskipun keadaan memburuk. Keadaan
hidup demikian disebut hidup laten.
2) Foraminipera

Gambar Cangkang Foraminife


Terutama hidup di laut. Pseudopodianya seperti benang, bercabang dan saling bersambungan
disebut reticulopodia. Foraminifera mensekresikan bahan cangkang yang komposisinya terutama
kalsium karbonat plus sedikit bahan organik seperti silikat dan magnesium sulfat.
Bentuk cangkang berbeda dengan pada amoeba bentuk bisa unicolar (cangkang beruang
satu) atau multicolar (cangkang beruang dua).Yang terakhir ini berasal dari pertumbuhan
unicolar. Karena penambahan ruang mengikuti

pola simetris maka cangkang multicolar

mempunyai bentuk yang jelas ada yang berbentuk garis lurus, atau seperti dompol bawang, atau
mungkin bentuk spiral seperti pada siput.
Rongga-rongga cangkang saling berhubungan satu sama lain melalui lubang sehingga
protoplasma yang mengisi ruang juga berhubungan. Setiap rongga memiliki lubang kecil untuk
penjuluran reticulopodia.Yang penting multicolar bukanlah koloni tetapi satu individu yang
panjangnya dapat mencapai beberapa centimeter.

Sebagian besar Foraminifera adalah benthos( melekat pada dasar lautan ), tetapi ada juga yang
sebagai plankton seperti Globigerina. Cangkang yang hidup sebagai plankton lebih halus,
sedangkan

cangkang

plankton

di

kawasan

berair

dingin

lebih

kecil

dan

kurang

porous( berlubang) dibanding uang hidup di daerah tropis. Dengan demikian distribusi fosil
spesies plankton merupakan indikator iklim di zaman geologik yang telah silam.
3) Radiolaria

Merupakan protozoa yang paling cantik. Sluruhnya hidup di laut dan terutama sebagai
plankton.Ukurannya cukup besar dengan diameter mulai dari beberapa milimeter sampai
beberapa centimeter.Seperti heliozoa, tutuh radiolaria bentuknya bulat dan terbagi menjadi
bagian luar dan bagian dalam.Bagian dalam yang mengandung satu sampai beberapa inti
terbungkus oleh kapsul sentral dari bahan kitin yang berlubang-lubang yang memungkinnkan
sitoplasma bagian dalam berhubungan dengan sitoplasma bagian luar (ekstra kapsula
sitoplasma).yng terakhir ini sering meluas dan disebut calymma yang menyelimuti/mengelilingi
sentral kapsul.
Pseupodia mungkin bertipe filopodia, reticulapodia, atau axopodia, yang tumbuh dari
sentral kapsul.Ragka hampir selalu terdapat pada radiolaria, biasanya mengandung
silika.Susunan rangka ada dua tipe. Tipe yang pertama tipe radial, tersusun dalam bentuk seperti
duri atau jarum yang mencuat ke atas. Tipe kedua berupa kisi-kisi berbentuk bola.
4) Heliozoa

Lebih dikenal dikenal dengan binatang matahari. Terutama di air tawar, hidup bebas atau
melekat. Pseupodia lurus seperti jarus disebut axopodia, muncul dari permukaan tubuh. Setiap
axopodia mengandung benang axial sentral yang tertutup oleh ektoplasma yang bergranular.
Fungsi benang axial sebagai penopang sifatnya tidak permanen, tetapi sebagai tabung
protoplasma yang dapat memanjang dan memendek. Axopoda untuk menangkap makanan,
bukan alat gerak.
Tubuh heliozoa terbagi atas dua bagian: bagian luar (korteks sering berupa vakuola
besar), dan bagian dalam atau medula berisi protoplasma dengan satu sampai beberapa nukleus,
dan bonggol-bonggol axial. Walaupun tidak bercangkang, heliozoa mungkin mengandung pasir
atau diatome atau silika. Komponen rangka ini menempel pada bagian luar lapisan gelatin yang
menyelubungi sel heliozoa. Susunanny ungkin lurus seperti axopodia.

2. Kelas Flagellata

Superklas Mastighopora mencakup

protozoa

menggunakan

cambuk)

flagela

(bulu

yang
sebagai

alat

gerak dewasa (mastik = cambuk) dan dianggap sebagai protozoa yang paling sederhana.
Tidak termasuk plankton sehingga tidak dibahas

3. Kelas Ciliata
Subfilum Cilliophora hanya memiliki satu Kelas Cilliatea. Jenisnya terbesar dari semua
Kelas Protozoa.Semua anggotanya memiliki bulu getar( silia) sebagai alat gerak atau untuk
menangkap makanan, dan sebagian besar memiliki mulut atau sitostome.Satu ciri Cilliophora
adalah memiliki dua inti ; Makronukleus (vegetatif) adn Mikronukleus (generatif). Salah satu
anggota yang dikenal dan hidup di air tawar adalah Paramecium caudatum.
Ciri-ciri :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kebanyakan ciliata berbentuk simetris kecuali ciliate primitiv, simetrinya radial.


Tubuhnya diperkuat oleh perikel, yaitu lapisan luar yang disusun oleh sitoplasma padat.
Tubuhnya diselimuti oleh silia , yang menyelubungi seluruh tubuh utama disebut silia somatik.
Ciliata mempunyai dua tipe inti sel (nukleus), yaitu makronukleus dengan mikronukleus.
Ciliata tidak mempunyai struktur khusus pertukaran udara dan sekresi nutrisi dan cara makan
Ciliata memilki mulut atau sitosom yang terbuka menjadi saluran pendek. Di sitofaring pada
hewan primitiv , mulut terletak di ujung interior tetapi pada kebanyakan Ciliata , bagian tersebut

diganti oleh bagian posterior. Terdapat dua macam mulut pada ciliata yaitu:
Mulut membran berombak : merupakan ciliata yang menyatu dalam barisan panjang.
Membran yang berupa barisan pendek dari cilia yang bersatu membentuk piringan
Fungsi mulut pada ciliata adalah untuk menghasilkan makanan dan mendorong partikel makanan
menuju sitofaring . Contoh anggota Ciliata yang terkenal misalnya Paramecium.
Contoh Ciliata yang hidup bebas :

Paramaecium caudatum.

4. Kelas Sporozoa
Ciri-ciri :

Tidak memiliki alat gerak khusus, tapi bersifat parasit.


Zigot mampu bereproduksi membentuk spora.
Pembiakan secara vegetatif (aseksual) disebut juga Skizogoni dan secara generatif (seksual)

disebut Sporogoni.
Marga yang berhubungan dengan kesehatan manusia adalah Plasmodium.

Tidak termasuk pembahasan

4. Morfologi Protozoa
Kebanyakan

protozoa

mempunyai

bentuk

spesifik,

yang

ditandai

dengan fleksibilitas ektoplasma yang ada dalam membran sel. Tubuh protozoa ada yang hanya
satu sel itu, bentuknya bermacam-macam, ada yang tidak tetap dan ada yang tetap. Bentuk tetap
ini karena telah memiliki pelliculus ( kulit ) dan beberapa mempunyai cangkang kapur.
Beberapa jenis protozoa seperti Foraminifera mempunyai kerangka luar sangat keras
yang tersusun dari Si dan Ca. Beberapa protozoa seperti Difflugia, dapat mengikat partikel
mineral

untuk

membentuk

kerangka

luar

yang

keras. Radiolarian dan Heliozoan dapat

menghasilkanskeleton. Kerangka luar yang keras ini sering ditemukan dalam bentuk fosil.

Kerangka luarForaminifera tersusun dari CaO2 sehingga koloninya dalam waktu jutaan tahun
dapat membentuk batuan kapur.
Protozoa

merupakan

sel

tunggal,

yang

dapat

bergerak

secara

khas

menggunakanpseudopodia (kaki palsu), flagela atau silia, namun ada yang tidak dapat bergerak
aktif. Berdasarkan alat gerak yang dipunyai dan mekanisme gerakan inilah protozoa
dikelompokkan ke dalam 4 kelas. Protozoa yang bergerak secara amoeboid dikelompokkan ke
dalam Sarcodina, yang bergerak dengan flagela dimasukkan ke dalam Mastigophora, yang
bergerak dengan silia dikelompokkan ke dalam Ciliophora, dan yang tidak dapat bergerak serat
merupakan parasit hewan maupun manusia dikelompokkan ke dalam Sporozoa. Mulai tahun
1980, oleh Commitee on Systematics and Evolution of the Society of Protozoologist,
mengklasifikasikan protozoa menjadi 7 kelas baru,
yaitu Sarcomastigophora, Ciliophora,Acetospora, Apicomplexa, Microspora, Myxospora,
dan Labyrinthomorpha.
5. ANATOMI PROTOZOA

Anatomi Protozoa
Sitoplasma protozoa sebagian besar tidak berwarna, tetapi beberapa spesies kecil,
misalnya Stentor coereleus berwarna biru,dan Blepharia laterilia berwarna merah atau merah
muda. Dua bagian sitoplasma biasanya dibedakan atas bagian pinggiran yang disebut
Ektoplasma dan bagian sentral yang lebih padat dan bergranula yang disebut Endoplasma.
Nukleus protozoa umumnya hanya sebuah, tetapi ada juga yang lebih, misalnya
Arcella vulgaris atau Opalina ranarum. Cilliata secara umum mempunyai dua tipe nuklei dan
ciri nukleus umumnya bulat, tetapi ada juga yang oval, misalnya pada Paramecium . Bentuk
seperti ginjal terdapat pada Balantidium colli, sedang bentuk menasbih ( monilitiform ) terdapat
pada Spirostonum. Struktur nukleus pada prinsipnya ada yang vasikular dan granular. Pada

nukleus vasikuler, kromatin terkonsentrasi dalam sebuah massa atau butir (Arcella), sedang yang
granular berkhromatin tersebar secara merata dalm butir melalui seluruh nukleus (Amoeba).
Vakuola yang terdapat pada protozoa dapat dibedakan atas vakuola kontraktil, vakuola
makanan, dan vakuola stationeri. Vakuola yang terakhir ini mengandung cairan yang terdapat
dalam tubuh protozoa. Vakuola makanan dan vakuola kontraktil terdapat pada protozoa air tawar,
tetapi tidak terdapat pada sebagian besar protozoa yang hidup parasit dan hidup di dalam air laut.
Fungsi vakuola kontraktil kecuali sebagai alat ekskresi juga berfungsi sebagai pengatur tekanan
osmosis tubuh.
Mitokondria terdapat pada protozoa pada bagian yang melakukan pernafasan
secara aerobik. Pada sebagian besar mitokondria mempunyai tubulus pada bagian dalamnya.
Mitokondria erat hubungannya dengan penggunaan energi untuk alat gerak, dan vakuola
kontraktil.
Pada umumnya protozoa paling sedikit terbungkus oleh membran yang mempunyai
sedikit granula seluas permukaannya. Membran memegang peranan dalam sistem pengangkutan
enzim, sehingga menimbulkan metabolisme yang efisien. Pada sebagian besar spesies, membran
itu telah dilapisi oleh lapisan lain, sehingga terbentuk kulit atau pelliculus yang tegar, sehingga
protozoa yang bersangkutan memiliki bentuk yang tetap.
Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tetapi beberapa protozoa dapat hidup
pada lingkung anaerobik misalnya pada saluran pencernaan manusia atau hewan ruminansia.
Protozoa aerobik mempunyai mitokondria yang mengandung enzim untuk metabolisme aerobik,
dan untuk menghasilkan ATP melalui proses transfer elektron dan atom hidrogen ke oksigen.
Protozoa umumnya mendapatkan makanan dengan memangsa organisme lain (bakteri) atau
partikel organik, baik secara fagositosis maupun pinositosis. Protozoa yang hidup di lingkungan
air, maka oksigen dan air maupun molekul-molekul kecil dapat berdifusi melalui membran sel.
Senyawa makromolekul yang tidak dapat berdifusi melalui membran, dapat masuk sel secara
pinositosis. Tetesan cairan masuk melalui saluran pada membran sel, saat saluran penuh
kemudian masuk ke dalam membrane yang berikatan denga vakuola. Vakuola kecil terbentuk,
kemudian dibawa ke bagian dalam sel, selanjutnya molekul dalam vakuola dipindahkan ke
sitoplasma.
Protozoa berkembang biak secara Aseksual (vegetatif) dan Seksual (Generatif) dengan cara:

Aseksual (vegetatif)
1.Pembelahan mitosis (biner), yaitu pembelahan yang diawali dengan pembelahan inti dan
diikuti pembelahan sitoplasma, kemudian menghasilkan 2 sel baru.Pembelahan biner terjadi
pada Amoeba. Paramaecium, Euglena. Paramaecium membelah secara membujur/ memanjang
setelah terlebih dahulu melakukan konjugasi.Euglena membelah secara membujur /memanjang
(longitudinal).
Spora, Perkembangbiakan aseksual pada kelas Sporozoa (Apicomplexa) dengan membentuk
spora melalui proses sporulasi di dalam tubuh nyamuk Anopheles. Spora yang dihasilkan
disebut sporozoid.

Pembelahan mitosis (biner)

Seksual (Generatif)
Perkembangbiakan secara seksual pada Protozoa dengan cara :
1.

Konjugasi peleburan inti sel pada organisme yang belum jelas alat kelaminnya.
Pada Paramaecium mikronukleus

yang

sudah

dipertukarkan

akan

melebur

dengan

makronukleus, proses ini disebut singami.


2.

Peleburan gamet Sporozoa (Apicomplexa) telah dapat menghasilkan gamet jantan dan
gamet betina.

Konjugasi Paramaecium
6. HABITAT
Habitat protozoaada di air laut dan air tawar.
7. Perananan
Peran yang dari protozoa dalam perairan ialah sebagai berikut:

Protozoa yang hidup di air tawar dan air laut merupakan zooplankton yang menjadi salah
satu sumber makanan bagi hewan air termasuk udang, ikan, kepiting yang secara
ekonomis bermanfaat bagi manusia
Foraminifera, kerangkanya yang telah kosong mengendap di dasar laut membentuk tanah
globigerina, yang berguna sebagai petunjuk adanya minyak bumi.

2.2 ROTIFERA
1. Pengertian Rotifera
Rotifera (biasa disebut hewan roda) membuat sebuah filum dari mikroskopis dan dekatmikroskopis pseudocoelomate hewan. Rotifera berasal dari kata rota = roda dan fera =
membawa. Kata rotifer berasal dari bahasa latin artinya roda-pembawa, karena korona di
sekitar mulut yang bergerak menyerupai roda (meskipun organ tidak benar-benar memutar).
pertama kali ditemukan oleh John Harris tahun 1696 yang waktu itu dikenal dengan nama
bdelloid rotifer yaitu hewan mirip cacing.Dari 1.700 spesies, kebanyakan hidup di air
tawar,hanya 50 spesies di laut,beberapa di hamparan lumut yang basah. Rotifera termasuk
metazoan yang paling kecil berukuran antara 40-2.500 mikron,rata-rata 200 mikron. Umumnya
hidup bebas, soliter, koloni.
Bentuk lainnnya dijelaskan oleh Anton van Leeuwenhoek pada tahun 1703, kebanyakan
rotifera sekitar 0,1-0,5 mm panjang (walaupun ukuran mereka dapat berkisar dari 50 pM menjadi
lebih dari 2 mm), dan umum di air tawar lingkungan di seluruh dunia dengan beberapa laut
spesies, misalnya, dari genus Synchaeta.
2. CIRI-CIRI ROTIFERA
.Merupakan hewan multiseluler

Ukuran yang kecil sekitar 0,1-0,5 mm; 100-2500 micron

Melayang dalam air

Dapat dikultur pada kepadatan yang tinggi

Pertumbuhan cepat dan berumur pendek

Dapat dilakukan pengayaan dengan asam lemak atau antibiotik yang dibutuhkan dalam
pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva

Sangat toleran terhadap kondisi lingkungan

Bersifat filter feeder, yaitu dapat menyaringt makanan dan air dengan menggunakan
corona

3.KLASIFIKASI ROTIFERA
Untuk membedakan rotifera air tawar dan air asin, diperlukan analisis secara menyeluruh,
sehingga diperoleh perbedaan yang bisa kita amati. Salah satunya yaitu dengan cara menganalisa
klasifikasi yang menjadikannya digolongkan pada suatu spesies tersebut. Terdapat 3 ordo pada
kelas rotifera, yaitu ordo Monogononta, Bdelloida, dan Seisionidea. Ordo Monogononta dan
Bdelloida memiliki habitat yang sebagian besar di air tawar. Sementara untuk Seisionidea
memiliki habitat di laut. Berikut adalah analisa klasifikasinya.

Klasifikasi
Kingdom

Jenis
Animalia

Analisa
Heterotrof, tidak punya klorofil, multiseluler, tidak punya

Fillum

Aschelmintes

dinding sel, eukariotik


Saluran pencernaan lengkap, tubuh dilapisi lapisan
kutikula, sistem pernapasan dan peredaran darah tidak

Kelas

Rotifera

ada.
Tubuh terbagi 3 bagian, memiliki maxtax dan corona,
ukuran mikroskopis (metazoa kecil) dan struktur tubuh
yang sederhana, melayang di perairan, berumur pendek
dengan reproduksi yang cepat

Ordo

Seisionidea

Epizoik, hidup di laut secara komensal, tidak adanya


organ sanggama pada laki-laki dan vitellaria pada wanita,
telur endolecythal, spermatozoa encysted, mastax unik,,

Ordo
Ordo

Bdelloida

reproduksi biseksual, hidup di air laut.


bentuk tubuh yang silindris dan retraktril, tidak diselimuti

Monogonont

kutikula, memiliki cilia pada coronanya


Memiliki lorica, cillia berupa corona

a
Seisionidea hanya hidup di air laut, hal ini yang membuatnya hanya memiliki satu genus,
yaitu Seison, dan memiliki dua spesies yaitu Seison nebaliae dan Seison annulatus. Keduanya
hidup di laut. Berikut ini adalah klasifikasi dari ketiga spesies tersebut:
Kingdom
Fillum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Animalia
: Aschelmintes
: Rotifera
: Seisonidea
: Seisonidae
: Seison
: Seison nebaliae

Kingdom
Fillum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Animalia
: Aschelmintes
: Rotifera
: Seisonidea
: Seisonidae
: Seison
: Seison annulatus

3. MORFOLOGI ROTIFERA

Gambar 1

Seison nebaliae

Gambar 2

Seison annulatus

Seison annulatus
Ciri khusus yang terdapat pada Phylum Rotifera adalah mereka mempunyai sistem organ
khusus dan telah mempunyai sistem pencernaan yang lengkap, diawali dengan mulut dan
diakhiri dengan anus. Rotifera juga mempunyai ciri khusus yaitu mempunyai struktur cilia/ bulu
getar yang terdapat pada corona/ kepalanya. Struktur tubuh rotifer dilindungi oleh lapisan
mesoderm. Dilihat dari kenampakannya, tubuh Rotifera dibagi menjadi empat bagian dasar:
kepala, leher, tubuh dan kakiTubuh rotifera dapat dibagi menjadi tiga bagian, anterior yang
pendek, badan yang besar dan kaki. Di bagian anterior terdapat corona dan mastax yang
merupakan ciri khas filum rotifera.
Corona terdiri atas daerah sekitar mulut yang besilia, dan cilia ini melebar di sepuar tepi
anterior hingga seperti bentuk mahkota. Gerakan cilia pada trochal disk tampak seperti roda
berputar, asal nama rotifera (rota = roda dan fera = membawa). Mastaxnya terletak antara mulut
dan pharynx. Mastax ialah pharynx yang berotot bulat atau lonjong dan bagian dalamnya
terdapat trophi, semacam rahang berkhitin. Trophi terdiri atas 7 buah gigi yang saling
berhubungan. Mastax berfungsi untuk menangkap dan menggiling makanan, bentuknya beraneka
ragam sesuai dengan tipe kebiasaan makan rotifera.
Bentuk badan bulat atau silindris. Pada bagian badan (trunk) terdapat 3 buah tonjolan kecil
yaitu sebuah atau sepasang antena dorsal dan 2 buah antena lateral. Pada ujung antena biasanya
terdapat bulu-bulu sebagai alat indra.
Sebuah kaki yang langsing terletak di ujung posterior. Kutikula pada kaki acapkali berkerutkerut sehingga tampak seperti beeruas-ruas, yang dapat memendek dan dimasukkan ke dalam
badan. Pada ujung kaki biasanya terdapat satu sampai empat buah jari, di dalam kaki terdapat
kelenjar kaki (pedal gland) yang menghasilkan bahan perekat untuk menempel pada substrat.

Selain empat buah jari, jenis bdelloidea mempunyai sepasang taji (spur). Pada jenis yang sessile
seperti colotheca dan floscularia, kelenjar kaki menghasilkan bahan pembentuk selubung seperti
vas bunga. Kaki pada jenis plankton adakalanya mengecil, lenyap atau di bagian ventral.
Tubuh tertutup epidermis yang merupakan lapisan tipis dan sintisial, dengan jumlah nuklei
yang selalu tetap. Epidermis menghasilkan kutikula, tipis sampai tebal, tergantung jenisnya,
bahkan ada yang mengeras seperti cangkang yang disebut lorica. Lorica adakalanya dihiasi
galur-galur, duri yang pendek, atau panjang dan gampang digerakkan, misalnya pada filinia.
Di bawah epidermis terdapat susunan otot melingkar dan membujur, namun tidak terorganisir
senaik platyhelminthes. Antara dinding tubuh dan organ dalam terdapat pseudocoelom yang
berisi cairan dan sel-sel ameboid bercabang-cabang yang tersusun seperti jala sintial.
4. ANATOMI ROTIFERA
Mulut rotifera terletak di bagian ventral dan biasanya dikelilingi oleh sebagian korona.
Daerah sekitar mulut (buccal field) pada beberapa jenis Colothecacea mengalami modifikasi,
melebar sedemikian rupa hingga menyerupai corong, dan mulut terletak di dasar corong. Jenis
filter feeder memakan partikel organik yang lembut dengan bantuan aliran air yang dihasilkan
cilia pada korona. Makanan dari mulut di alirkan ke mastax. Pharynx dihubungkan dengan perut
oleh esofagus. Perut berbentuk tabung atau kantong, berhubungan dengan usus yang pendek dan
berakhir dengan anus. Jenis karivora memakan protozoa, rotifera yang kecil dan metazoa lain.
Mangsa ditangkap dengan cara mencengkram atau dijebak. Mangsa dicekram dengan
menggunkan tophi berbentuk seperti penjepit, atau mangsa yang terjebak di dalam corong tidak
dapat.

Anatomi Brachionus sp
Rotifera mempunyai otak yang terdiri atas massa ganglion dorsal, dan terletak di atas
mastax. Dari otak keluar sejumlah pasangan saraf yang menuju ke berbagai alat indera, antara
lain ke mata dan ke antena. Beberapa jenis rotifera, terutama yang sessile tidak mempunyai mata.
Mata berupa ocellus sederhana, dan berjumlah tiga hingga lima buah.
Semua rotifera dioecious. Reproduksi selalu seksual. Individu jantan selalu lebih kecil
dari pada betina, biasanya mengalami degenerasi yaitu tidak mempunyai alat pencernaan, hanya
memiliki alat reproduksi saja. Partenogenesis merupakan peristiwa yang umum terjadi.
Perkawinan pada rotifera biasanya dengan jalan hipodermic impregnation, dimana sperma
masuk melalui dinding tubuh. Tiap nukleus pada ovari menjadi sebuah telur. Kebanyakan spesies
mempunyai ovari dengan sepuluh sampai dua puluh nuklei, maka telur yang dihasilkan selama
hidupnya tidak lebih dari jumlah tersebut.
Rotifera jantan siap melakukan perkawinan satu jam setelah menetas; kemudian akan
mati. Bila tidak menemukan rotifera betina maka rotifera jantan akan mati pada umur 2-7 hari,

tergantung pada jenisnya. Pada bdelloidea, dimana tidak pernah ada jantannya, reproduksi selalu
dengan cara partenogenesis, yaitu betina menghasilkan telur yang selalu menetas menjadi betina.
Reproduksi Rotifera Air Laut dan Payau

Reproduksi Seisonidea dilakukan secara seksual, dan aseksual (phartenogenesis).


Phartenogenesis adalah cara aseksual dimana dalam pembuahan tidak perlu adanya sperma,
dimana hal ini terjadi saat lingkungan baik. Jika lingkungan memburuk, telur akan membutuhkan
sperma untuk bisa dibuahi.
Semua anggotanya parthenogenetic, mereka hanya mempunyai satu betina yang
bereproduksi secara aseksual, untuk menghasilkan lebih banyak keturunan betina. Telurnya tidak
dibuahi oleh sel sperma, ketika telurnya dewasa, semuanya akan menjadi betina. Setiap induk
biasanya hanya menghasilkan 10 hingga 50 telur saja. Seisonidea jantan hanya berumur sekitar 2
hari, dan setelah ia membuahi betina, ia akan mati. Sementara betina berumur lebih panjang
hingga 7 hari.
-

Spermatogenesis dan Daur Hidup Seisonidea


Spermatozoa dari Seison adalah sel filiform sekitar 70

m panjang dengan diameter 0,6

. Mereka memiliki kepala yang sedikit membesar , 2,5

panjang , diikuti oleh sel

tubuh yang panjang . Flagela dimulai dari kepala , dan berjalan sejajar dengan sel tubuh. Kepala
berisi akrosom , dua besar , dipasangkan tubuh para- akrosom , tubuh basal dari flagel dan
ekstremitas tipis anterior inti . Sel tubuh berisi bagian utama dari inti , mitokondria tunggal yang
terletak di bagian distalnya, dan banyak orang aksesori dengan bentuk yang berbeda . Lipatan
dari cisterna perinuklear hadir antara proacrosome dan tubuh basal dari flagellum pada spermatid
awal dan flagela berjalan di kanal dalam sitoplasma spermatid .
Saat reproduksi seksual , ada dua jenis sperma yang dihasilkan oleh rotifera jantan , yaitu :
o Sperma tipe pertama
Sperma tipe pertama berfungsi proses pembuahan
o Sperma tipe kedua
Sperma tipe kedua berfungsi untuk menembus tubuh betina
Namun dalam siklus hidupnya tentu sama dengan rotifera lainnya. Berikut adalah daur
hidup dari rotifera air asin:

Gambar Siklus Hidup Rotifera


Saat kopulasi, sperma tipe kedua lah yang pertama kali di keluarkan oleh rotifera
monogononta dan kemudian saat sudah di kloaka maka di keluarkan lah sperma tipe pertama
sehingga terjadi lah ovulasi. Terdapat 3 jenis telur rotifera, yaitu :
o Telur amictic sebagai hasil parthenogenesis, bercangkang tipis, tidak dapat
dibuahi, diploid, menetas menjadi betina.
o Telur mictic, cangkang tipis dan haploid; jika tidak dibuahi menjadi jantan;
o Telur dorman, yaitu telur mictic yang dibuahi. Cangkang menebal dan resisten
terhadap keadaan lingkungan yang buruk
5. HABITAT ROTIFRA
Sebagian besar rotifera hidup diair payau, hanya sebagian kecil yang hidup di air tawar.
6. PERANAN ROTIFERA
Peranan rotifera dalam perairan adalah sebagai pakan ikan.

DAFTAR PUSTAKA
Anshori, M. 2009. Biologi 1 : Untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Madrasah Aliyah (MA).
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Pelczar, M. J. & Chan, E. C. S. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
Sulistroyini, A. 2009. Biologi 1 Untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Kelas X.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Suwarno.

2009. Panduan

Pembelajaran

Biologi

Untuk

X. Jakarta: PusatPerbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

SMA/MA

Kelas

Anda mungkin juga menyukai