Diajukan untuk memenuhi syarat salah satu tugas mata kuliah Biologi Perikanan
Disusun oleh:
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2017
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Biologi Laut
ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini disusun untuk melengkapi
salah satu tugas makalah mata kuliah Biologi Laut.
Meskipun di dalam penyusunan makalah ini penulis telah mencurahkan
segenap kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, tapi kemungkinan
kekurangan masih tetap ada. Sebagaimana pribahasa mengatakan tak ada gading
yang tak retak, layaknya manusia tak luput dari kekurangan, baik dari segi
pengungkapan kalimat, maupun sistematika penyusunannya.
Besar harapan kami, makalah mata kuliah Biologi Laut ini dapat
bermanfaat sehingga dapat memperlancar proses belajar mengajar yang
membacanya. Kami akan sangat menghargai adanya saran dan kritik perbaikan
untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Bab Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................... ii
I. BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan............................................................................................... 2
1.3 Manfaat............................................................................................ 2
II. PEMBAHASAN
III. KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan...................................................................................... 17
3.2 Saran................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini diantaranya:
1. Mengetahui lautan berdasarkan zonasinya secara horizontal
2. Mengetahui lautan berdasarkan zonasinya secara vertikal
3. Mengetahui lautan berdasarkan zonasi intensitas cahaya
4. Mengetahui biota laut yang hidup di setiap zonasi laut
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah memberikan
informasi seputar laut, zonasinya dan biota yang tinggal di setiap zonasi
wilayahnya. Makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi mengenai laut yang
telah disusun secara sistematis untuk mempermudah pemahaman pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar 1. Struktur topografi dasar laut, kedalaman, kolom air diatasnya dan
efektifitas sinar matahari
(Sumber: Alaby, M. 2009)
2.1.1 Zona Litoral
Zona littoral ialah wilayah (dasar laut) antara pasang tertinggi dan surut
terendah. Pada saat surut terendah, seluruh wilayah littoral akan terbuka dan tidak
tergenangi air laut. Zona littoral merupakan wilayah dengan variasi faktor
lingkungan yang sangat bervariasi dalam waktu yang relatif singkat. Organisme.
3
4
yang mampu tinggal pada wilayah littoral mempunyai mekanisme tertentu untuk
beradaptasi terhadap variasi lingkungan yang ekstrem. Beberapa jenis karang
(coral colony akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian keragaman hayati) bisa
bertahan hidup dan menempati wilayah pada ujung zona littoral. Daerah ini sering
disebut dengan istilah reef-crest, ialah lokasi gelombang laut pecah di pantai.
b. Mesopelagik
Mesopelagik merupakan perairan yang berada di bawah epipelagik yang
meluas dari 200-1000 m. Lapisan ini bertepatan dengan lapisan terjadinya
perubahan suhu dan tempat terjadinya termoklin. Karena area ini penyinaran
sudah hampir bahkan tidak ada, maka tidak ada kegiatan produksi primer oleh
produsen. Area ini kebanyakan dihuni oleh konsumen primer yang memanfaatkan
bangkai-bangkai organisme dari lapisan di atasnya. Pada area ini tekanan lebih
kecil dan persediaan makanan lebih banyak daripada lapisan yang ada di
bawahnya (Romimohtarto 2007).
Ciri dari biota yang hidup di zona ini yakni warna hewan umunya abu-abu
keperakan atau hitam (ikan), ungu kelam (ubur-ubur) dan merah (crustacea), mata
besar dan penglihatan senja (tingginya pigmen rodopsin dan kepadatan sel batang
pada retina akan memberi kemampuan maksimum dalam melihat dan mendeteksi
cahaya) dan bioluminusens yaitu kemampuan memproduksi cahaya pada makhluk
hidup, biasanya dilengkapi oleh organ penghasil cahaya (fotofor) serta memiliki
mulut besar, morfologi mulut, rahang, gigi yang mendukung efektifitas
penangkapan mangsa (Efenndy 2009).
(Sumber: https://www.reddit.com/r/thalassophobia/comments/4zl5sb/
great_white_shark/)
c. Batipelagik
Batipelagik meluas dari kedalaman 1000-4000 m. Kondisi fisiknya
seragam dan tidak ada aktifitas produsen sehingga hanya ada konsumen skunder
sperti ikan. Suhu pada area ini sudah lebih rendah jika di bandingkan dengan
lapisan diatasnya. Tumbuh-tumbuhan masih ada sedikit atau juga tidak ada sama
sekali (Romimohtarto 2007).
Menurut Effendy (2009), penghuni zona ini secara umum terdiri dari ikan
yang umumnya berwarna hitam kelam, sedangkan invertebratanya seakan tidak
berpigmen (putih cerah), ukuran mata sangat kecil, bahkan tidak bermata, bahkan
ada yang memiliki mata berbentuk pipa (ikan Argyropelecus) dan sebelah
matanya lebih besar (cumi-cumi Histioteuthis). Ikan yang ditemukan umumnya
berukuran sangat kecil, namun invertebrata yang hidup umumnya berukuran
sangat besar
tentu telah beradaptasi bahkan berevolusi seperti halnya ikan yang memiliki
antena penghasil cahaya yang berasal dari senyawa kimia yang dihasilkan oleh
sel-sel penyusun antenanya yang biasa di kenal sebagai biopendar cahaya
(biolumiscence). Selain itu ikan memiliki gelembung renang yang lebih besar
sehingga bisa melawan beratnya tekanan air. Gelembung renang akan terperas
oleh tekanan sehingga sedikit ruang untuk gas, akibatnya ikan sedikit lebih ringan
daripada berat air disekitarnya. Suhu yang rendah pada area ini juga mebuat reaksi
metabolisme menjadi lebih lambat. Pada area ini tidak ada lagi proses fotosintesis
dan tumbuh-tumbuhan yang hidup sangat sedikit atau tidak ada sama sekali.
Perubahan suhu, salinitas dan kondisi serupa jarang terjadi bahkan kalupun ada
sangat kecil.
Gambar 9. Brachipoda
(Sumber: http://www.isgs.illinois.edu/outreach/geology-resources/brachiopods)
(Sumber: http://kontenviral.org/2017/01/cumi-cumi-raksasa/3/)
3.1 Simpulan
Berdasarkan pemaparan penjelasasn pada bab pembahasan maka dapay
ditarik kesimpulan diantaranya:
1. Pembagian zona laut secara horizontal dibagi menjadi 3 zona yaitu: zona
litoral, neritic dan oseanik.
2. Pembagian zona laut secara vertikal dibagi menjadi 3 zona yaitu: zona
batial, zona abisal dan zona hadal.
3. Pembagian zona laut berdasarkan intensitas cahaya yang dapat masuk
yaitu: zona euphotic, zona disphotic dan zona aphotic.
4. Setiap biota laut yang mendiami masing-masing zonasi memiliki bentuk
adaptasi yang disesuaikan dengan lingkungannya seperti, intensitas
cahaya, kedalaman, ketersediaan makanan dsb.
3.2 Saran
Makalah biota laut dan zonasinya disusun secara sistematis agar
mempermudah pembaca dalam memahami isi dari makalah ini. Meski terbilang
selesai masih dapat dimungkinkan adanya kesalahan baik dalam format penulisan,
pemilihan kata dan struktur didalamnya. Maka dari itu penulis dengan senang hati
menerima saran dan masukan agar kedepannya dapat membuat karya yang lebih
teliti lagi dalam pembuatannya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Allaby, M., 2009. Oceans: A Scientific History of Oceans and Marine Life. New
York, USA, Facts on File.
Hartono. 2007. Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Citra Praya: Bandung.
Romimohtarto, K., dan Juwana, S., 2007. Biologi Laut. Djambatan. Jakarta.
Susilowarno, G.R., dkk. 2007. Biologi untuk SMA Kelas X. Grasindo: Jakarta.
19