Anda di halaman 1dari 10

GENETIKA IKAN

HIBRIDISASI DAN SEX REVERSAL

Diajukan untuk memenuhi syarat salah satu tugas praktikum Genetika Ikan
Disusun oleh :
Kelompok 4
Farras Faishal

230110150199
Perikanan C

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2016

2.1

Hibridisasi
Hibridisasi adalah salah satu metode pemuliaan dalam upaya mendapatkan

strain baru yang mewarisi sifat-sifat genetik dan morfologis dari kedua tetuanya
dan untuk meningkatkan heterozigositas. Semakin tinggi heterozigositas suatu
populasi, semakin baik sifat-sifat yang dimilikinya. Hibridisasi pada ikan relatif
mudah dan dapat menghasilkan kombinasi taksonomi yang bermacam-macam dan
luas (Tave 1988).
Hibridisasi

dalam

pengembangbiakan

ikan

sudah

dikenal

serta

dilakukanorang untuk memeperbaiki sifat genetik ikan tertentu. Hibridisasi pada


ikan dapat dilakukan antara ikan ras dalam satu spesies, antara ras dalam satu
genus anataragenus dalam ras satu family atau berbeda family (Hickling 1971
Dalam Syamsiah 2001). Hibridisasi ini bertujuan untuk mendapatkan benih
dengan sifat lebih baik dari yang dipunyai tertuanya terutama dalam pertumbuhan,
kematangan gonad,ketahanan terhadap penyakit serta lingkungan buruk, dan
efesiensi pemanfaatanmakanan (Hardjamulia dan Suseno dalam Syamsiah 2001).
Crossbreeding atau hibridisasi merupakan program persilangan yang dapat
diaplikasikan pada ikan, udang, kerang-kerangan maupun rumput laut. Hasil dari
program ini dapat menghasilkan individu-individu yang unggul, kadang-kadang
ada juga yang steril dan dapat menghasilkan strain baru (Rustidja, 2005).
Hibridisasi atau persilangan merupakan suatu upaya untuk mendapatkan
kombinasi antara populasi yang berbeda untuk menghasilkan keturunan yang
memiliki sifat unggul. Berdasarkan hal tersebut para ahli genetika perikanan
membagai hibridisasi ke dalam dua macam yaitu :
1. Interspecifik hibridisasi yaitu perkawinan antara spesies yang berbeda.
2. Intraspecifik hibridisasi yaitu perkawinan dalam satu species.

Jenis ikan

Tahun
Release

Institusi

Metode

Lele Sangkuriang

2004

BBPBAT Sukabumi

Crossbreeding

Patin Pasupati

2006

LRPTBAT Sukamandi

Hibridisasi

Nila Nirwana

2006

BBIS Wanayasa, Jabar

Selective breeding

Nila Jatimbulan

2008

BBIS Umbulan, Jatim

Selective breeding

Nila Larasati

2009

BBIS Janti, Jateng

Hibridisasi

Nila Best

2009

BRPBAT,Bogor

Selective breeding

Nila Gesit

2006

BPPT, IPB, BBPBAT


Sukabumi

Manipulasi kromosom &


Seks Reversal

2.1.1

Komoditas Hibridisasi

Tabel 1. Jenis ikan yang telah dilakukan perbaikan genetik pada induk yang akan
meningkatkan produktifitas dari akuakultur.
2.1.2

Aplikasi Teknologi Hibridisasi


Hibridisasi digunakan untuk memperoleh strain baru yang unggul ataupun

untuk menghasilkan keturunan yang memiliki ukuran fenotif kuantitatif seragam


karena metodanya yang efisien. Penggunaan hibridisasi juga dimaksudkan untuk
menghasilkan

populasi

ikan

yang

monoseks

dan

digunakan

untuk

mempertahankan populasi yang tidak mampu bereproduksi kembali. Chappel


(1979) melaporkan bahwa hibridisasi dapat memperbaiki performan pertumbuhan
Channel catfish, dimana beberapa hibrid ikan tersebut memberikan peningkatan
pertumbuhan sebesar 10 18 %. Lebih lanjut Dunham dan Simtherman (1985)
mengemukakan bahwa hibridisasi memperbaiki produksi telur dan starin baru.

Sebagai contoh Dunham dan Smitherman (1985) dalam penelitiannya


menghasilkan strain AU-MK-3 untuk spesies Channel catfish dari hasil hibridisasi
Channel catfish strain Marion x Kansas. Populasi hibrid F1 strain Marion x
Kansas yang disilangkan satu sama lain menghasilkan hibrid F 2 strain Marion x
Kansas yang kemudian akan disilangkan antara sesamanya untuk menghasilkan
generasi hibrid ketiga (F3 strain Marion Kansas = AU-MK-3) Generasi ketiga
dari keturunan hibrid ini memiliki suatu kecepatan pertumbuhan terbesar, rata-rata
pemijahan tercepat (sekitar 3 tahun) dan produksi benih lebih banyak
dibandingkan generasi terdahulu.
2.1.3

Cara Menghasilkan Komoditas Hibridisasi


Hibridisasi didasarkan pada perbedaan tampilan morfometrik dan meristik.

Metode paling banyak dilakukan oleh petani ikan mas koki adalah metode
hibridisasi karena disamping memiliki varitas yang banyak, pada ikan keturunan
sering diperoleh warna, ukuran dan bentuk tunuh yang berbeda sehingga jumlah
varitas menjadi lebih banyak. Kirpichnikov (1981) menyatakan bahwa hasil
perlakuan hibridisasi tidak hanya dilihat dari tampilan morfologi namun harus
dilakukan pula pengukuran morfometrik dan meristik karena data yang diperoleh
merupakan refleksi dari kekuatan penurunan karakter dari sumber gamet
disamping kondisi lingkungan terjadi pada saat pembelahan sel mulai bekerja.
Beberapa spesies ikan air tawar yang sering digunakan dalam kegiatan
persilangan adalah spesies-spesies ikan yang memiliki varitas yang banyak dan
memiliki karakter morfologi yang dapat dibedakan secara jelas.
2.2

Sex Reversal
Sex reversal merupakan cara pembalikan arah perkembangan kelamin ikan

yang seharusnya berkelamin jantan diarahkan perkembangan gonadnya menjadi


betina atau sebaliknya. Teknik ini dilakukan pada saat belum terdiferensiasinya
gonad ikan secara jelas antara jantang dan betina pada waktu menetas. Sex
reversal merubah fenotif ikan tetapi tidak merubah genotifnya.
2.2.1

Sejarah Sex Reversal

Teknik sex reversal mulai dikenal pada tahun 1937 ketika estradiol 17
disintesis untuk pertama kalinya di Amerika Serikat. Pada mulanya teknik ini
diterapkan pada ikan guppy (Poeciliareticulata). Kemudian dikembangkan oleh
Yamamato di Jepang pada ikan medaka (Oryzias latipes). Ikan medaka betina
yang diberi metiltestosteron akan berubah menjadi jantan. Setelah melalui
berbagai penelitian teknik ini menyebar keberbagai negara lain dan diterapkan
pada berbagai jenis ikan. Awalnya dinyakini bahwa saat yang baik untuk
melakukan sex reversal adalah beberapa hari sebelum menetas (gonad belum
didiferensiasikan). Teori ini pun berkembang karena adanya fakta yang
menunjukkan bahwa sex reversal dapat diterapkan melalui embrio dan induk yang
sedang bunting.
2.2.2

Komoditas Hasil Sex Reversal

Berikut merupakan hasil perlakuan teknik sex reversal pada beberapa


komoditas, diambil dari Gusrina, Genetika dan Reproduksi Ikan.

Gambar 1. Hasil perlakuan Sex Reversal


(Gusrina 2014)
2.2.3

Aplikasi Teknologi Sex Reversal


Sex Reversal/teknologi sex reversal merupakan teknik pengubahan

kelamin dari betina menjadi jantan atau sebaliknya melalui pemberian hormon
dan teknik perendaman. Kalau yang diberikan hormon androgen ikan diarahkan

untuk berkelamin jantan. Tetapi jika yang diberikan hormon estrogen jenis
kelamin diarahkan menjadi betina. Jadi jika pembudidaya ingin menghasilkan
ikan-ikan jantan maka proses sex reversal yang diterapkan di sini menggunakan
hormon androgen.
Hormon

androgen

yang

digunakan

adalah

17-a

Metiltestosteron

(C20H30O2) hormon yang berwarna putih dan berbentuk serbuk halus (powder).
Jumlah bahan yang dibutuhkan 20 mg/liter larutan perendam telur ikan tiap 300
butir telur ikan memerlukan 0,2 liter larutan. Cara membuat larutan perendaman
yaitu melarutkan 10 mg hormon metiltestosteron dalam 0,5 ml alkohol 70%, lalu
diencerkan dengan aquades destilata sebanyak 495 ml.
2.2.4

Cara menghasilkan komoditas Sex Reversal


Sex reversal dapat dilakukan melalui terapi hormon (cara langsung) dan

melalui rekayasa kromosom (cara tidak langsung). Pada terapi langsung hormon
androgen dan estrogen mempengaruhi fenotif tetapi tidak mempengaruhi genotif.
Metode langsung dapat diterapkan pada semua jenis ikan apapun sek
kromosomnya. Cara langsung dapat meminimalkan jumlah kematian ikan
kelemahan dari cara ini adalah hasilnya tidak bisa seragam dikarenakan
perbandingan alamiah kelamin yang tidak selalu sama. Misalkan pada ikan hias
nisbah kelamin anakan tidak selalu 1:1 tetapi 50% jantan : 50% betina pada
pemijahan pertama dan 30% jantan : 50% betina pada pemijahan berikutnya.
Untuk lebih jelasnya prosedur dari Sex Reversal adalah sebagai berikut :
1. Induk jantan dan betina dipelihara dalam akuarium berbeda dengan diberi
makan berupa larva Chironomus (cuk merah) atau kutu air.
2. Pilihlah induk jantan dan betina yang telah matang (gonad) dan siap untuk
dipijahkan.
3. Siapkan pula akuarium untuk pemijahan selanjutnya masukkan ikan jantan dan
tanaman yang bisa untuk tempat menempel sarang.

4. Masukkan ikan betina ke dalam toples tempatkan ke dekat akuarium pemijahan


yang telah berisi ikan jantan ini dimaksudkan untuk merangsang ikan jantan
agar membuat sarang sekaligus menghindari perkelahian.
5. Setelah ikan jantan membuat sarang tangkaplah ikan betina yang berada di
dalam toples masukkan ke akuarium pemijahan untuk dipasangkan dengan
jantan lalu tangkap kedua induk dan biarkan telur beserta sarangnya tetap
berada di dalam akuarium pemijahan kemudian diaerasi.
6. Sekitar 10 jam setelah pemijahan pisahkan telur dari sarang dengan cara
menempatkan aerasi di bawahnya sehingga telur terpisah dan tenggelam di
dasar akuarium.
7. Setelah embrio mencapai stadium bintik mata (sekitar 10-30 jam tergantung
temperatur) lakukan perendaman dalam larutan hormon yang telah dibuat
selama 24 jam sambil tetap diaerasi.
8. Pisahkan embrio dari larutan hormon kalau perendaman selesai tetaskan di
akuarium penetasan
9. Burayak yang menetas dipelihara dan dibesarkan hingga siap dijual.
2.2.5 Kekurangan dan Kelebihan Teknik Sex Reversal
Kerugian dari sex reversal ini antara lain :
1. Teknologi ini sangat bersifat spesifik sehingga dalam penerapannya harus
tepat, jenis dan dosis hormon, lama perendaman, serta waktu mulai
perendaman.
2. Adanya pemberian dosis hormon yang kurang tidak akan mempengaruhi jenis
kelamin ikan sementara pada pemberian hormon yang berlebihan dapat
menyebabkan tingkat kematian yang tinggi dan atau ikan keturunan menjadi
steril.

3. Ikan jantan yang dihasilkan melalui proses sex reversal tidak bagus bila
dijadikan induk.

Menurut Gusrina (2008) keuntungan sex reversal dijabarkan sebagai berikut :


1.

Mendapatkan ikan dengan pertumbuhan yang cepat Pada beberapa jenis


ikan konsumsi ada beberapa jenis ikan dimana pertumbuhan ikan jantan
mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dari pada ikan betina, misalnya ikan
nila tetapi pada jenis ikan lainnya yaitu ikan mas pertumbuhan ikan betinanya
justru lebih cepat dibandingkan dengan ikan jantan. Oleh karena itu bagi para
pembudidaya yang akan memelihara jenis ikan tersebut dengan menggunakan
populasi tunggal kelamin akan lebih menguntungkan daripada menggnakan
populasi dua kelamin.

2.

Mencegah pemijahan liar dalam kegiatan budidaya ikan jika memelihara


ikan jantan dan betina dalam satu wadah budidaya maka tidak menutup
kemungkinan ikan tersebut pada saat matang gonad akan melakukan pemijahan
yang tidak diinginkan pada beberapa jenis ikan yang memijahnya sepanjang
masa seperti ikan nila, ikan mas, dll.

3.

Mendapatkan penampilan yang baik hampir semua jenis ikan yang


berkelamin jantan mempunyai warna tubuh yang lebih indah dibandingkan
dengan ikan bentinanya. Oleh karena itu jika yang dipelihara pada ikan hias
adalah ikan jantan maka akan diperoleh hasil yang lebih menguntungkan
karena nilai jualnya lebih mahal.

4.

Menunjang genetika ikan yaitu teknik pemurnian ras ikan pada kegiatan
rekayasa genetika misalnya ginogenesis akan diperoleh induk ikan yang
mempunyai jalur murni. Induk ikan yang jalur murni ini akan mempunyai gen
yang homozigot sehingga untuk melakukan perkawinan pada induk yang
homozigot tanpa mempengaruhi karakter jenis kelamin ikan tersebut dilakukan
aplikasi seks reversal pada induk galur murni sehingga pemurnian gen itu
masih tetap bertahan.

DAFTAR PUSTAKA
Gusrina. 2014. Genetika dan Reproduksi Ikan. Deepublish, Yogyakarta.
Gusrina, 2008. Budidaya Ikan Jilid 1, 2 dan 3 untuk SMK. Jakarta : Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional,
Mantau, 2005. Produksi Benih Ikan Nila Jantan Dengan Rangsangan Hormon
Metil Testosterondalam Tepung Pellet. Jakarta : Jurnal Litbang Pertanian.
http://diskanlaut.jabarprov.go.id/index.php/layanan-singaparna/53-kegiatanbulanan-bppbat-singaparna/192-pemuliaan-jantanisasi-ikan-nilem
(Diakses pada Kamis, 3 November 2016 pukul 16.45 WIB)
http://www.sidik.litbang.kkp.go.id/index.php/searchkatalog/byId/26388 (Diakses
pada Kamis, 3 November 2016 pukul 18.32 WIB)

Anda mungkin juga menyukai