PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ikan Gapi (Poecilia Reticulata) merupakan salah satu jenis ikan hias yang
hidup di air tawar. Ikan gapi memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena memiliki
variasi warna yang menarik dengan corak sirip yang beragam di bagian ekornya
(Sukmara, 2007). Salah satu cara meningkatkan produksi ikan jantan adalah
pembalikan arah kelamin yaitu seks reversal. Ikan yang seharusnya berkelamin
jantan dapat diarahkan menjadi betina dan sebaliknya (Zairin, 2002). Pada
relatif mahal serta mempunyai dampak negatif bagi kelestarian lingkungan. Oleh
karena itu, perlu dicari bahan alternatif yang lebih hemat dan efisien sehingga
sintetik. Salah satu bahan alternatif yang berpotensi sebagai penggangti hormon
induk gapi bunting dalam larutan madu 60 ml. L -1 selama 10 jam seluruh ikan
penelitian mengacu pada Sukmara (2007) dengan perendaman induk gapi bunting
1
dalam larutan madu 5 ml. L-1 dengan lama perendaman terbaik 10 jam. Setelah
Organisme Akuakultur
induk ikan gapi bunting dalam larutan madu terhadap maskulinisasi anakan ikan
gapi, yang berguna untuk mengarahkan kelamin ke arah jantan agar didapatkan
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Guppy (Poecilia Reticulata)
reticulata Peters
dibelakang sirip perut) yang merupakan modifikasi sirip anal yang berubah
menjadi sirip yang panjang, tubuhnya ramping, warnanya lebih cerah, sirip
punggung lebih panjang, dan kepalanya besar. Sedangkan untuk ikan betina
mempunyai ciri-ciri dibelakng sirip perut tidak ada gonopodium, tetapi berupa
sirip halus, tubuhnya gemuk, warnanya kurang cerah, sirip punggung biasa dan
diantaranya juga ada yang hidup di perairan payau. Gapi biasa dipakai untuk
berkembang biak di tempat umum seperti saluran air, got, sungai dan kanal.
3
II.3 Reproduksi
tingkah laku kawin ikan, pemijahan, dan produksi feromon. Jadi yang dipengaruhi
pada awalnya adalah diferensiasi kelamin dalam arti kata organ reproduksinya
II.4 Maskulinisasi
Usaha untuk menghasilkan ikan gapi jantan dapat dilakukan dengan
menggunakan sex reversal. Aplikasi sex reversal untuk menghasilkan jantan atau
tersebut akan menghasilkan individu jantan yang lebih banyak dari betina.
Namun, harga dari hormon tersebut relatif mahal. Selain itu, hormon 17a-
kanker pada manusia (Sudrjat & Sarida, 2006). Diperkuat Conteras-Sanchez et al.
pada sedimen kolamsetelah tiga bulan penggnaannya pada jantanisasi ikan nila.
Oleh karena itu, perlu dicari bahan alternatif yang dapat digunakan untuk populasi
jantan. Salah satu upaya untuk menghindari bahaya dan meringankan biaya
produksi adalah menggunakan bahan bersifat alami dan mudah diperoleh, seperti
madu.
Madu merupakan sumber karbohidrat yang sebagian besar terdiri atas
fruktosa (sekitar 38,5%) dan glukosa (sekitar 31%) sisanya meliputi maltosa,
4
sukrosa dan karbohidrat komplek lainnya . Rata-rata madu mengandung 17,1%
air. Madu bebas dari lemak, kolesterol dan sodium sebagai tambahan. Madu
dan asam panthotanik. Mineral esensial mencakup zat kapur, tembaga, besi,
magnesium, mangan, fosfor, kalium, seng dan sodium. Madu juga berisi beberapa
komponen yang berfungsi sebagai anti oksidan. Beberapa anti oksidan dalam
2007a).
II.5 Madu
anakan jantan ikan guppy sebesar 59,5%. Pada penelitian Utomo (2008) dengan
persentase anakan jantan ikan guppy sebesar 58,97%. Pada penelitian Sukmara
(2007) dengan metode perendaman larva dengan dosis 5 ml.L -1 selama 10 jam
5
III. METODE PRAKTIKUM
III.1 Waktu dan Tempat
Praktikum pemuliabiakan organisme akuakultur menganai maskulinisasi pada
Universitas Tadulako.
III.2 Alat dan Bahan
6
Gambar 2. Pemilihan Induk
Pemilihan ikan gapi dapat diperoleh setelah ikan berumur 4 bulan. Untuk
Makanan yang diberikan berupa larva Chironomus (chu merah) dan daphnia (kutu
air), yang diberikan 2 kali sehari. Pergantian air dilakukan 2-3 kali sehari
relatif besar, bentuk tubuh yang mengembung serta mempunyai wadah yang
indah. Induk jantan dan betina sudah bisa dipijahkan jika telah matang gonad
(kelamin), biasanya pada umur 3 bulan, dan panjang ikan gapi betina umumnya
telah berukuran antara 4-5 cm, sedangkan ikan jantan umumnya telah berukuran
7
III.3.2 Pemeliharaan Induk
Calon induk ikan guppy jantan dan betina dipelihara secara terpisah sampai
matang gonat dalam akuarium yang berukuran 60x30x28 cm. Pemberian pakan
berupa larva Chironomus dilakukan dengan frekuensi 3 kali/hari pada pagi, siang
dan sore hari dengan pergantian air 20% setiap pagi untuk menjaga kualitas air
betina l:2. Percampuran anatra induk jantan dan betina dilakukan selama 4 hari
8
dan selanjutnya induk jantan dan betina dipisahkan. Ikan-ikan yang
pembesaran pada bagian perut dan warna hitam pada sekitar daerah perutnya
pembuahan induk betina. Induk betina direndam madu selama 10 jam dengan
et al, 2007).
9
III.3.5 Penanganan Larva
Larva gapi yang masih kecil dipisahkan dari gapi dewasa. Hal ini
dilakukan agar tidak terjadi kanibalisme di dalam akuarium, sebab ikan gapi
dewasa dapat memangsa larva gapi yang masih berukuran keci. Anak-anak ikan
yang baru lahir belum membutuhkan makanan, karena masih mengandung kuning
telur. Setelah 3 - 5 hari anak ikan baru dapat diberi makanan berupa kuning telur
yang telah direbus dan dihancurkan. Setelah itu pada minggu kedua diberikan
Kotoran dibersihkan setiap 2 hari sekali dengan cara disiphon, air yang
terbuang pada waktu penyiponan sebanyak 10 sampai 20% diganti dengan air
yang baru (Tarwiyah, 2001). Seleksi jenis kelamin dapat dilakukan setelah anak
ikan guppy berumur dua bulan dengan cara melihat ciri kelamin sekundernya
seperti sirip ekor lebih panjang, warna lebih bagus dan sirip anal yang runcing.
10
III.3.6 Pemberian Pakan
ikan. Anak-anak ikan yang baru lahir belum membutuhkan makanan, karena
masih mengandung kuning telur (yolk egg). Setelah 4-5 hari anak ikan baru dapat
diberi makanan berupa kutu air yang sudah disaring, atau kuning telur yang telah
direbus dan dihancurkan. Setelah mencapai ukuran medium (2-3 cm) dapat
diberikan makanan cacing, kemudian setelah mencapai dewasa (5-7 cm) dapat
diberi makanan cuk. Disamping makanan alami dapat juga diberi pakan tambahan
Jenis ikan jantan dan ikan betina dapat dibedakan melalui penampakan
morfologi luar, yaitu jantan memiliki ukuran yang lebih kecil dari betina, warna
jantan lebih menarik, sedangkan betina memiliki warna yang kurang menarik.
Pada ikan gapi liar yang umum dijumpai adalah pemakan segala termasuk jenis
11
III.4.1 Kelangsungan Hidup
Rumus : SR= Nt/N0 x 100%
Keterangan :
SR = Tingkat kelangsungan hidup
Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan
No = Jumlah Ikan pada awal pemeliharaan
12
III.4.2 Panjang Mutlak dan Bobot Mutlak
III.4.2.1 Panjang Mutlak
penebaran hingga akhir. Adapun rumus mencari panjang mutlak adalah sebagai
berikut:
Rumus : L = Lt-L0
Keterangan :
Bobot mutlak merupakan laju pertumbuhan total ikan. Rumus untuk menceri
Rumus : GR = (Wt-W0)/t
Keterangan :
Presentasi utama dalam praktikum ini merupakan jumlah anakan ikan gapi
yang memiliki jenis kelamin jantan dari hasil perlakuan. Pengamatan dilakukan
13
Jumlah ikan jantan
= x 100%
= x 100%
14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
SR
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
I II III IV
Hari
mengakibatkan ikan ikut tersedot yang dapat mengurangi jumlah ikan pada
akuarium. Kelangsungan hidup ikan juga dipengaruhi oleh faktor makanan dan
tersedianya jenis makanan serta adanya lingkungan yang baik seperti oksigen,
15
4.1.1 Perbandingan Survival Rate
Perbandingan SR
70%
68%
66%
64%
62%
60%
58%
56%
54%
0 ml 20 ml 22 ml
Gambar 9. Perbandingan SR
ini dikrenakan kandungan chrysin yang terdapat pada madu. Dosis dan lama
madu yang dapat mengarahkan kelamin adalah chrysin yang berfungsi sebagai
adanya enzim aromatase akan terhambat karena adanya chrysin yang berperan
16
4.2 Persentasi Pertumbuhan Mutlak
panjang mutlak
4.5
4
3.5
Panjang Mutlak
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
I II
Pengulangan
dalam kurun waktu tertentu (Rusdi dan Karim, 2006). Pertumbuhan juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Adapun faktor internal meliputi sifat genetik, ketahanan terhadap penyakit dan
fisika, kimia dan biologi perairan. Faktor makanan dan suhu faktor luar yang
menyatakan bahwa pertumbuhan ikan dapat terjadi jika jumlah makanan yang
17
4.2.2 Bobot Mutlak
bobot mutlak
0.51
0.5
0.49
0.48
bobot mutlak
0.47
0.46
0.45
0.44
0.43
0.42
0.41
I II
pengulangan
Dari data di atas setelah dua kali pengulangan, dapat dilihat bahwa telah
terjadi penurunan akibat pemberian pakan yang tidak teratur. Menurut Supito dkk
(1998), menyatakan bahwa laju pertumbuhan harian normal sebesar 2-3% untuk
ukuran 50-100 gr dan 0,7-1,5% untuk ukuran 200-300 gr dan menyatakan bahwa
bertambahnya ukuran dan umur ikan. Pertumbuhan dapat dipengaruhi oleh ruang
18
4.2.3 Perbandingan Panjang Mutlak
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
1 2 3
tertinggi selama 4 minggu terjadi pada perlakuan satu dimana tidak ada perlakuan.
Hal dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal,
19
4.2.4 Perbandingan Bobot Mutlak
0.5
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
1 2 3
Dari data di atas dapat dilihat perbedaan bobot pada burayak ini
diakibatkan oleh pemberian pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan burayak.
Huet (1971) dalam Purwanto (1998) mengatakan bahwa padat penebaran terlalu
20
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dari praktikum yang dilakukan maka di dapatkan simpulan
sebagai berikut:
1. Pemberian madu yang sesuai dosis dapat membantu pengarahan kelamin pada
burayak.
pengarahan kelamin.
5.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Effendie, M.I., 1997. Metode Biologi Perikanan. Penerbit Yayasan Dewi Sri.
Bogor. 112 hal
Huwoyon, G. H., Rustidja dan Rudhy, G., 2008. Pengaruh Pemberian Hormon
Methyl testosterone pada Larva Ikan Guppy (Poecilia Reticulata)
Terhadap Perubahan Jenis Kelamin. Jurnal Zoo Indonesia. Volume XVII,
Nomor 2: 49-54. FakultasPerikanan. Universitas Brawijaya, Malang.
Nelson, J. S. 1984. Fishes of The World. John Willey and Sons. Inc. New York.
P:221-222.
Sudrajat, A.O & Sarida, M. 2006. Effectivity of Aromatase Inhibitor and 17á-
Methyl Testosteron Treatments In Male Production of Freshwater Prawn
(Macrobrachium Rosenbergii de Man). J. Aquacultura Indonesiana, 7(1).
Sukmara, 2007. Sex Reversal Pada Ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters) Secara
Perendaman Larva Dalam Larutan Madu 5 ml/L. Skripsi. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Supito, K., dan I. S. Djunaidah. 1998. Kaji Pendahuluan Pembesaran Ikan Kerapu
Macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Tambak. Prosiding Perikanan
Pantai, Bali.
Tarwiyah, 2001. Budidaya Ikan Hias Live Bearer. Diakses dari http://www.
ristek.go.id Dinas Perikanan DKI Jakarta Pada tanggal 09 Desember 2008.
22
Yamazaki, F. 1983. Sex Control and Manipulation in Fish. In: N.P. Wilkins and
E,.M. Gosling (Eds). Genetic in Aquaculture-Development in Aquculture
Fisheries Science. Vol.l2. Elsivier Science Publishera BV. Amsterdam.
Oxford. New York. P. 329-354
23