Anda di halaman 1dari 7

JURNAL RUAYA VOL. 6. NO .1.

TH 2018
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

EFEKTIFITAS MADU LEBAH TERHADAP JANTANISASI (MASKULINISASI)


DENGAN METODE PERENDAMAN PADA LARVA
IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp.)

EFFECTIVENESS OF HONEY BEE TO MALE (MASCULINIZATION) BY METHOD


DIPPING ON OREOCHROMIS SP LARVAE
Hefny wahyuningsih1, Rachimi2, Eko prasetio3
1. Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak
2. Staff pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak
3. Staff pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak
Hefniwahyuningsih@gmail.com

ABSTRAK

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan ekonomis tinggi yang telah lama di kenal oleh
masyarakat indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan konsentrasi madu lebah pada
perendaman larva ikan nila merah yang dapat menghasilkan persentase larva ikan jantan yang terbaik.
Metode penelitian ini adalah eksperimen dengan 4 perlakuan 3 ulangan yaitu perlakuan A (kontrol), B (20
ml/l), C (40 ml/l), D (60 ml/l). Perendaman dilakukan selama 10 jam, pada larva umur 5 hari. Lama
penelitian dilakukan selama 75 hari. Variabel pengamatan meliputi persentase nisbah kelamin ikan,
pertumbuhan, kelangsungan hidup dan kualitas air. Persentase nisbah kelamin jantan terbaik ada pada
perlakuan C C (40 ml/l) 70.56% dan perlakuan D (60ml/l) yaitu 80.79%. Pertumbuhan mutlak
didapatkan hasil tidak berpengauh nyata antar perlakuan. Persentase kelangsungan hidup terbaik ada pada
perlakuan A 65% dan perlakuan B 80%.

Kata kunci:Madu Lebah, Larva Ikan Nila, Maskulinisasi

ABSTRACT
The Tilapia (Oreochromis niloticus) is a high economic fish that has long been known by Indonesian
society. The purpose of this study was to determine the concentration of bee honey on soaking of red
tilapia larvae that can produce the best percentage of males larvae. The method of this experiment is
experiment with 4 treatment 3 replication that is treatment A (control), B (20 ml/l), C (40 ml/l) D (60
ml/l). Soaking is done for 10 hours, at 5 day age larvae. The duration of the study was 75 days. Soaking
is done for 10 hours, at 5 day age larvae. The duration of the study was 75 days. Observational variables
included the percentage of sex ratio of fish, growth, survival and water quality. The best percentage of
male sex ratio was in C treatment (40 ml / l) 70.56% and treatment D (60ml / l) was 80.79%. Absolute
growth in the results did not have a real effect between treatments. The best survival percentage was in
treatment A 65% and treatment B 80 %.

Keywords: Bee Honey, Tilapia Fish Larvae, Masculinization

PENDAHULUAN tinggi, sehingga sering terjadi inbreeding.


Ikan nila (Oreochromis niloticus) Akibatnya tingkat pertumbuhan menjadi lambat
merupakan ikan ekonomis tinggi yang telah lama dan perlu waktu yang lama untuk mencapai
di kenal oleh masyarakat. Ikan nila sangat cepat ukuran konsumsi. solusi yang dapat digunakan
mencapai ukuran dewasa sehingga asupan energi yaitu dengan dengan budidaya monoseks
yang digunakan untuk pertumbuhan dalam (maskulinisasi), karena memungkinkan ikan
bentuk daging dan pertambahan biomasa tumbuh seragam, mencapai ukuran besar, tidak
digunakan sebagai perkembangbiakannya. Ikan berproduksi liar di kolam budidaya dan
nila memiliki kemampuan reproduksi yang mengurangi tingkah laku seksual. Budidaya

23
JURNAL RUAYA VOL. 6. NO .1. TH 2018
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

monoseks telah terbukti efisien dalam Metode penelitian ini dilakukan dengan
memproduksi ikan nila dan dapat memperbaiki menggunakan 4 perlakuandan 3 ulangan yang
pertumbuhan biomassa ikan nila. Selisih mengacu pada penelitian Oktarianto et al (2014).
biomassa ikan antara nila monoseks dengan yang Adapun perlakuan yang digunakan adalah
tidak saat panen dapat mencapai 30-50% (Putra, sebagai berikut:
2011).
Maskulinisasi pada ikan dapat a. Perlakuan A, Konsentrasi madu lebah 0
menggunakan hormon steroid seperti hormon ml/liter (kontrol).
17α-metiltestosterone. Namun berdasarkan surat b. Perlakuan B, Konsentrasi madu lebah 20
keputusan menteri kelautan perikanan ml/liter air.
KEP.20/MEN/2003 yang diperbaharui c. Perlakuan C, Konsentrasi madu lebah 40
KEP.52/MEN/2014 bahwa hormon 17α- ml/liter air.
metiltestosterone masuk dalam klasifikasi obat d. Perlakuan D, Konsentrasi madu lebah 60
keras yang dapat mempengaruhi keamanan ml/liter air.
pangan dankelestarian lingkungan. Penggunaan
Hormon MT telah dibatasi karena di Pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan
khawatirkan meninggalkan residu, baik di ikan menyiapkan wadah penelitian yaitu berupa
maupun di perairan. Oleh karena itu perlu dicari wadah toples volume 8 liter. Sebelum
bahan alternatif yang lebih aman bagi kesehatan digunakan akuarium harus dalam keadaan
lingkungan dan manusia. bersih dan steril, selanjutnya dapat di isi air dan
Menurut Marhiyanto, (1999) dalam dilengkapi dengan aerasi agar kebutuhan
Mukti et al (2009), pengunaan bahan alami yang oksigen terlarut dapat tercukupi. Untuk setiap
tidak bersifat karsinogenik bila di bandingkan wadah harus diberi nomor plot sesuai dengan
dengan penggunaan hormon adalah madu lebah perlakuan yang telah ditentukan. Dosis madu
alami. Madu mengandung chrysin yang yang akan digunakan sesuai dengan dosis
menghambat kerja aromatase inhibitor sehingga perlakuan menggunakan gelas ukur volume 100
mengakibatkan produksi hormon testosteron ml. Setelah itu masukan larva ikan nila 20
meningkat dan sifat-sifat jantan menjadi ekor/wadah. Perendaman ini dilakukan selama
dominan (Priyono et al, 2013). 10 jam pada pukul 08.00-17.00 WIB.
Penelitian ini bertujuan untuk larva diberikan pakan yaitu berupa pellet
menentukan konsentrasi madu lebah pada tepung dengan frekuensi 4 kali sehari, kemudian
perendaman larva ikan nila merah yang dapat menggunakan pakan alami berupa cacing tubifex
menghasilkan persentase larva ikan jantan yang dan pakan pellet ukuran benih dengan frekuensi
terbaik. pemberian pakan 3 kali sehari secara “ad
satiasi”,disesuaikan dengan daya tampung
METODEPENELITIAN lambung ikan dan bukaan mulut ikan.
Penelitian ini dilaksanakan di Pengontrolan kualitas air (suhu, pH dan Do)
Laboratorium terpadu Perikanan Universitas dilakukan pada pagi, siang dan sore hari setiap
Muhammadiyah Pontianak, Sungai Ambawang harinya hingga akhir penelitian. Penyiponan
Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan dilakukan setiap 2 kali seminggu sebanyak 4 liter
Barat. Penelitian berlangsung dari bulan April dari jumlah air keseluruhan dalam wadah dengan
sampai Juni 2017 selama 75 hari yang terdiri menggunakan selang. Sampling pertumbuhan
dari 5 hari persiapan dan 70 hari pelaksanaan ikan dilakukan pada awal dan setiap 15 hari
kegiatan. sekali hingga akhir penelitian dengan sampel
Alat yang digunakan pada pelaksanaan ikan sebanyak 10%.
penelitian, yaitu sebagai berikut: gelas ukur
volume 100 ml, gelas ukur volume 1 liter, Variabel Pengamatan
Aerator dan selang aerasi, thermometer, pH Persentase Nisbah Kelamin
meter, Do meter, mikroskop digital, Timbangan Menurut Suryanto dan Setyono (2007),
digital, dan alat bedah (set), pinset dan pisau bahwa untuk mengetahui persentase jenis
scapel, objek glass, Sikat atau spon, serokan, kelamin ikan jantan, ikan betina dan intersex,
sendok, ember, bak fiber, selang, ATK menggunakan rumus sebagai berikut:
(Pengaris, pulpen, buku, label) dan kamera (alat a. Persentase Ikan Jantan (1)
Jumlah Ikan Jantan (IJ)
dokumentasi). Bahan yang digunakan yaitu b. 𝐽= x 100 %
Jumlah Sampel
Larva ikan umur 5 hari, wadah plastik (toples b. Persentase ikan betina (2)
volume 8 liter) pakan (cacing tubifek, pellet
Jumlah Ikan Betina (IB)
tepung, dan pellet butir), madu lebah, dan 𝐵= x 100%
Jumlah Sampel
asetokarmine.

24
JURNAL RUAYA VOL. 6. NO .1. TH 2018
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

c. Persentase ikan intersex (3) Kualitas Air


Jumlah Ikan Intersex (II) Adapun data yang diperlukan pada
𝐼= x 100 % pengamatan kualitas air yaitu seperti suhu, pH
Jumlah Sampel
dan Do. Pengukuran kualitas air dilakukan 3 kali
Pertumbuhan Mutlak sehari pada pagi, siang dan sore hari selama
Untuk mengetahui pertumbuhan ikan penelitian.
hingga akhir penelitian dapat menggunakan
rumus laju pertumbuhan mutlak (Ayer et al, HASILDAN PEMBAHASAN
2015): Berdasarkan Hasil Pengamatan yang
dilakukan selama 70 hari terhadap objek
𝑊𝑚 = Wt − Wo (4)
penelitian dosis madu lebah, dengan metode
Dimana : perendaman pada larva ikan nila terhadap
Wm = Pertumbuhan berat mutlak (g). maskulinisasi, pertumbuhan, kelangsungan hidup
ikan dan kualitas air, diperoleh hasil penelitian
Wt = Bobot akhir (g) sebagai berikut :
Wo = Bobot awal (g)
Identifikasi Kelamin
Kelangsungan Hidup
Pemeriksaan gonad pada ikan dilakukan
Kelangsungan hidup merupakan
dengan pembedahan pada bagian tubuh ikan.
persentase jumlah ikan yang hidup pada akhir
Pembedahan pada tubuh ikan dimulai dengan
penelitian setelah dibagi jumlah ikan pada awal
mematikan ikan terlebih dahulu dengan
penelitian. Menurut Priyono et al (2013),
menusukkan jarum atau benda tajam lainnya
kelangsungan hidup (Survival Rate) dapat
pada bagian medulla oblongata, bedah ikan dari
diketahui dengan menggunakan rumus sebagai
belakang anus sampai linier lateralis kemudian
berikut :
gunting hingga belakang operculum, hingga
𝑁𝑡 membentuk persegi, amati bagian dalam organ
SR = x 100% (5)
𝑁𝑜
tubuh ikan untuk menemukan letak gonad,
posisi gonad ikan biasanya berada diantara
Dimana:
gelembung renang dan ginjal, sejajar dengan
SR = Tingkat kelangsungan hidup %
tulang belakang, berpasangan dan berwarna
Nt = Jumlah ikan yang hidup pada
putih kekuningan dan transparan. Pindahkan
akhir pengamatan (ekor)
gonad menggunakan pinset letakkan pada kaca
No = Jumlah ikan awal yang hidup pada
petridisk (glass objek), cacah gonad
uji tantang (ekor)
menggunakan pisau scapel, kemudian teteskan
larutan asetokarmin menggunakan pipet tetes
1. Identifikasi Kelamin
sebanyak 1 tetes, tutup menggunakan glass
Metode histologi ini dilakukan untuk
penutup dan diamkan 30 detik agar larutan
pengamatan terhadap penampakan jaringan
asetokarmine menyatu dengan gonad dan
gonad untuk mengetahui dengan pasti kecocokan
pewarnaan saat dibawah mikroskop lebih jelas.
antara penampakan secara morfologi dengan
Letakkan kaca petridisk dibawah mikroskop
penampakan hasil dari pewarnaan gonad yang
digital yang telah dinyalakan dan amati dengan
menggunakan metode pewarnaan asetokarmin.
pembesaran 100 kali. Sejalan dengan Zairin
Karena ikan diamati berukuran kecil
(2002), metode asetokarmine ikan dibedah
pembedahan harus dilakukan secara hati-hati.
terlebih dahulu, sisihkan saluran pencernaan
Setelah ikan dibedah, sisihkan saluran
ikan karena posisi gonad ikan biasanya berada
pencernaan ikan karena posisi gonad ikan
di antara gelembung renang dan ginjal sejajar
biasanya berada diantara gelembung renang
dengan tulang belakang, berpasangan dan
dan ginjal sejajar dengan tulang belakang,
berwarna putih transparan. Gonad kemudian
berpasangan dan berwarna putih transparan.
dicacah hingga halus dan ditambahkan beberapa
Gonad kemudian diambil dan dihancurkan pada
tetes larutan asetokarmin. Diamkan beberapa
gelas obyek sampai halus dan ditambahkan
menit dan di amati dengan menggunakan
beberapa tetes larutan asetokarmin. Setelah itu,
mikroskop dengan pembesaran 100 kali. Pada
diamkan beberapa menit dan diamati dengan
Pulungan (2008), pengamatan gonad pada benih
menggunakan mikroskop dengan pembesaran
ikan nila juga sejalan dengan tahap metode
100 kali. Identifikasi kelamin dilakukan pada
asetokatmine yang dilakukan pada penelitian,
seluruh ikan pada akhir penelitian. Identifikasi
pengambilan calon gonad yang berwarna putih
kelamin ini merujuk pada Zairin (2002).
kekuningan, diletakkan diatas obyect glass,

25
JURNAL RUAYA VOL. 6. NO .1. TH 2018
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

diteteskan pewarna asetokarim sebanyak satu dan 70,56 %, hal ini karena madu mengandung
tetes dan ditutupi menggunakan cover glass zat chrysin (jenis flavonoid) yang diakui sebagai
kemudian di amati menggunakan mikroskop salah satu penghambat enzim aromatase atau
dengan pembesaran 100 kali. lebih dikenal sebagai aromatase inhibitor. Madu
Untuk melihat hasil metode asetokarmine juga mengandung kalium yang dapat merubah
yaitu dapat dilihat pada gambar dibawah ini : lemak menjadi prenegnelon, prenegnelon inilah
A B yang akan merubah estrogen menjadi
progesteron. Dengan berubahnya estrogen
menjadi progesteron, maka ikan yang betina
akan diarahkan menjadi ikan jantan. Tentunya
pernyataan ini sejalan dengan pendapat Priyono,
Gambar 6. Foto Jaringan Gonad Ikan Nila et al (2013) bahwa madu mengandung senyawa
Merah Diamati Menggunakan Mikroskop chrysin yang berfungsi sebagai aromatase
Pembesaran 100 Kali Dengan inhibitor alami Aromatase merupakan enzim
Pewarnaan Asetokarmin; yang mengkatalis konversi testosteron
(A) Gonad Jantan (B) Gonad Betina (androgen) menjadi estradiol (estrogen), madu
Terlihat seperti benang halus yang juga mengandung kalium yang dapat merubah
memanjang dan menyebar dan jika dibedah lemak menjadi prenegnolon, kemudian
bentuk gonad tunggal. Pada gonad betina mengubah estrogen menjadi progesterone
terdapat jaringan berupa bentuk bulatan yang sehingga sifat jantan lebih dominan. Berbeda
berkumpul. Pada saat di bedah jaringan gonad dengan hasil penelitian oleh Soelistyowati et al
terlihat agak besar dan lebar serta bercabang dua (2007), bahwa perendaman madu pada larva ikan
(mempunyai dua bakal gonad). Pada uji cupang dengan lama perendaman 10 jam tingkat
laboratorium yang di lakukan oleh Liana (2007), keberhasilan tertinggi pada perlakuan 60 ml/l
pada ikan jantan yaitu ditemukan adanya sel hanya mencapai 59,9%. Rendahnya persentase
spermatozoa yang tampak jauh lebih kecil di jantan pada penelitian Soelistyowati et al (2007)
bandingkan sel telur dan memiliki jumlah yang ini dikarenakan ikan yang digunakan berukuran
banyak serta terlihat seperti titik berwarna kecil, sehingga tidak optimal bagi ukuran ikan
kemerahan yang menyebar merata. Sedangkan yang kecil diberikan perlakuan dosis yang tinggi
pada ikan betina bakal sel telur berbentuk bulat dan perendaman yang lama, karena larutan madu
dengan inti sel berada ditengah dan dikelilingi pada umumnya bersifat cairan yang kental yang
oleh sitoplasma. dapat mempengaruhi jaringan tubuh ikan
sehingga cendrung dapat mengalami kematian
Nisbah Kelamin dan jika dosis perlakuan tidak sesuai tidak akan
Nisbah Kelamin jantan memberikan pengaruh pada ikan uji.
Rerataan persentase nisbah kelamin yaitu Adapun kandungan zat chrysin dan
pada perlakuan A (0 ml.l) yaitu 48.68±11.1 , kalium pada madu yang digunakan, dapat dilihat
persentase perlakuan B (20 ml/l) 43.74±5.4, pada tabel berikut ini :
perlakuan C (40 ml/l) 70.56±4.2 dan perlakuan
D (60ml/l) yaitu 80.79±12.4 (Gambar 7). Tabel 5. Jumlah Komposisi Kandungan Madu
Lebah Alami
No Kandungan Madu Jumlah
100.00
80,79±12,4b Komposisi
90.00 70,56±4,2b
1 Fenolat Chrysin (%) 1,4423
80.00
2 Kadar Kalium (Mgr/L) 175,4075
Persentase Jantan

70.00
48,69±11,1a
43,74±5,4a
3 Kadar Air (%) 23,8390
60.00
4 Kadar Glukosa (%) 17,8117
50.00
*Sumber: Uji Madu di Laboratorium Teknologi Hasil
40.00
Pertanian UNTAN 2017
30.00
20.00
Perendaman dengan larva tentunya
10.00
memberikan pengaruh yang besar terhadap
0.00
tingkat keberhasilan dari nisabah kelamin. Pada
A (0 ml/l) B (20 ml/l) C (40 ml/l) D (60ml/l)
umur larva ikan 5 hari, ternyata memberikan
Gambar 7. Gafik Persentase Nisbah Kelamin tingkat keberhasilan pada nisbah kelamin jantan
Jantan mencapai 80%. Tentunya keberhasilan pada
nisbah kelamin jantan dipengaruhi oleh faktor
Pada perlakuan D dan C pembentukan dosis dan umur ikan, serta cara pemberiannya.
jenis kelamin jantan cukup tinggi yaitu 80,79 % Pada umumnya umur larva yang digunakan,

26
JURNAL RUAYA VOL. 6. NO .1. TH 2018
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

semakin muda umur ikan peluang terbentuknya berfungsi sebagai pembangun otot, sel tubuh dan
kelamin jantan semakin besar, semakin tua umur jaringan sebagai sumber energi (Rahim, 2011).
ikan peluang keberhasilannya semakin kecil, hal Hal ini sejalan dengan pendapat Kautsari et al
ini sejalan dengan pendapat Yudi (2015) (2015), pertumbuhan bobot yaitu perlakuan A
menyatakan bahwa pembentukan jenis kelamin (0 ml/l) persentase 4,66%, perlakuan B (10
dengan rangsangan dalam bentuk larutan perlu ml/l) 5,09%, perlakuan C (20 ml/l) 4,91% dan
memperhatikan umur ikan. Menurut Zairin perlakuan D (30 ml/l) 4,34 %, tidak adanya
(2002), ada beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan yang nyata antar perlakuan.
keberhasilan dalam pengalihan kelamin,
diantaranya dosis yang diberikan, jenis hormon, Kelangsungan Hidup (SR)
umur ikan, serta cara dan waktu perendaman Kelangsungan hidup ikan nila merah
yang tepat. selama penelitian (70 hari) berkisar antara 43,3 –
80%. Pada perlakuan A persentase kelangsungan
Pertumbuhan hidup ikan nila yaitu 65%, perlakuan B 80%,
Hasil laju pertumbuhan pada benih ikan perlakuan C 51,7% dan perlakuan D 43,3%.
nila dengan perlakuan pemberian dosis yang Dapat dilihat dari hasil persentase diatas tingkat
berbeda pada larva ikan umur 5 hari, dengan kelangsungan hidup ikan tertinggi ada pada
persentase pertumbuhan mutlak yaitu perlakuan perlakuan B 80% dengan perlakuan madu
A 12,24%, perlakuan B 13,12%, perlakuan C 20ml/l. sedangkan pada perlakuan D dengan
13,11% dan perlakuan D 13,37%. Dapat di lihat keberhasilan nisbah kelamin tertinggi (80,79%)
bahwa persentase tertinggi pada pertumbuhan tingkat kelangsungan hidup kurang dari 50%
mutlak yaitu pada perlakuan D 13,37% (Gambar (perlakuan D 43,3%). (Gambar 10).
9). 100
80±5.0b
14.00
90
Kelangsungan Hidup (SR)

13.37±0.46a
80 65.±5.0a
13.12±0.76a 13.11±0.26a
13.50
70
Perubahan Bobot (g)

51,7±7.6c

13.00 60 43,3±7.6c

12.24±0,44a 50
12.50
40
12.00 30
20
11.50
10
11.00 0
A (Kontrol) B (20 ml) C (40 ml) D (60 ml) A (Kontrol 0 ml/l) B ( 20 ml/l) C (40 ml/l) D (60 ml/l)

Gambar 9. Grafik Pertumbuhan Mutlak Ikan Gambar 10. Grafik Kelangsungan Hidup / SR Ikan
Nila Merah Nila Merah

Perendaman madu lebah pada larva ikan Tingkat kematian ikan yang tinggi pada
nila umur 5 hari, dengan lama perendaman 10 penelitian dengan perendaman madu,
jam terhadap pembentukan kelamin jantan disebabkan oleh larutan madu yang terlalu kental
(maskulinisasi) menggunakan madu lebah, tidak sedangkan ikan hanya direndam dengan volume
memberikan pengaruh nyata terhadap persentase air 1 liter perwadah, sehingga menyebabkan
kelamin jantan pada larva ikan nila, maka ikan banyak mati pada saat berlangsungnya
hipotesi ditolak (Ho diterima, Hi ditolak). perendaman selama 10 jam. Pada pelakuan D
Pertumbuhan mutlak pada perlakuan (43,3%) kematian ikan disebabkan karena
menunjukkan pertumbuhan yang relatif sama perlakuan D menggunakan dosis yang terlalu
(tidak berbeda nyata), hal ini disebabkan karena tinggi sehingga menyebabkan ikan stress. Selain
pakan yang dikonsumsi seluruh ikan itu juga penyebab kematian ikan karena
mendapatkan jenis dan jumlah pakan yang sama. kepekatan larutan madu yang dapat menganggu
Pakan yang sama, baik jenis maupun jumlahnya jaringan tubuh larva ikan. Tentunya pernyataan
membuat konversi pakan terhadap daging relatif ini sejalan dengan pendapat Sudrajat et al
sama. Laju pertumbuhan mutlak tentunya (2007), untuk teknik perendaman yang efektif
dipengaruhi oleh pertambahan kandungan dalam pengarahan kelamin (maskulinisasi), perlu
protein dan kandungan lemak pada pakan yang diperhatikan hubungan konsentrasi dan lama

27
JURNAL RUAYA VOL. 6. NO .1. TH 2018
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

perendaman karena merupakan faktor dari nila. Kisaran DO selama penelitian, sejalan
keberhasilan pengarahan kelamin terhadap dengan pendapat Djarijah (1994), bahwa
kelangsungan hidup ikan. Pada penelitian yang kandungan oksigen terlarut yang cukup baik
dilakukan oleh Oktarianto et al (2014) bahwa untuk kehidupan ikan nila berkisar 2,4-6 ppm.
dengan perendaman 60 ml/l madu dengan lama Naik turunnya nilai oksigen terlarut berhubungan
perendaman selama 10 jam tingkat kelangsungan dengan nilai suhu air. Dimana jika suhu air
hidup ikan gappy 41,6%, hal ini dikarenakan meningkat, kandungan oksigen terlarut akan
tingginya dosis yang digunakan untuk menurun. Hal tersebut dikarenakan penggunaan
perendaman pada larva dan kepekatan larutan oksigen terlarut dalam air meningkat dengan
madu diduga dapat menyebabkan terjadinya naiknya suhu air karena laju metabolisme ikan
gangguan jaringan tubuh larva ikan sehingga mengingkat dan begitu sebaliknya (Yudi, 2015).
mengalami kematian.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kualitas Air Kesimpulan
Air adalah media hidup untuk ikan, Dari hasil penelitian selama 75 hari
kualitas air adalah variabel yang sangat penting mengenai Perendaman dengan konsentrasi
untuk kehidupan dalam pemeliharaan ikan, larutan madu lebah yang berbeda memberikan
karena air dapat mempengaruhi pertumbuhan pengaruh nyata terhadap persentase kelamin
dan kelangsungan hidup ikan. Kualitas air yang jantan pada larva ikan nila merah, maka dapat
buruk dapat menyebabkan stress, terserang hama diambil kesimpulan yaitu sebagai berikut :
dan penyakit, serta kematian pada ikan. faktor 1. Persentase tertinggi pada nisbah kelamin
yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan jantan yaitu pada perlakuan 60 ml/l dengan
ikan selama penelitian yaitu suhu, pH dan Do. tingkat keberhasilan 80,79%. Sedangkan
Suhu untuk nisbah kelamin betina terendah ada
Kisaran suhu pada wadah pemeliharaan pada perlakuan 40 ml/l dengan persentase
selama 70 hari dengan kisaran tiap perlakuan 19,21%.
yaitu 27-29oC, suhu ini merupakan suhu optimal 2. Pada pertumbuhan ikan nila merah selama
untuk pemeliharaan ikan nila. Hal ini sejalan 70 hari tidak berbeda nyata terhadap tiap
dengan pendapat Hakim (2007), menyatakan perlakuan, adapun pertumbuhan bobot
bahwa, suhu optimal untuk pemeliharaan ikan tertinggi yaitu pada perlakuan D (60 ml/l)
nila adalah 24-310C dan dapat mencapai dengan keberhasilan mencapai 13,37 gram.
pertumbuhan baik pada suhu 27-29 0C. 3. Kelangsungan hidup ikan dengan
Kemudian diperkuat oleh hasil penelitian Arfah perendaman madu tingkat keberhasilan
et al (2005), bahwa kombinasi perlakuan mencapai 80% pada perlakuan B (40 ml/l).
hormone 1 mg/l dengan temperature 27 0C
menghasilkan persentase ikan gapi jantan Saran
tertinggi yaitu 92,7 %, dan dikatakan bahwa Berdasarkan pada hasil penelitian dapat
suhu pada wadah pemeliharaan benih ikan nila disarankan untuk menggunakan madu lebah
cukup baik dan dapat menunjang kehidupan dengan dosis 40 ml/l (70,56%), karena pada
benih ikan selama pemeliharaan. dosis ini memberikan maskulinisasi dan
pH pertumbuhan tertinggi (13,11%), sedangkan
Derajat keasaman (pH) menentukan kelangsungan hidup ikan mencapai 51,7%,
pertumbuhan pada ikan yang dibudidayakan. sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan
Ketidaksesuaian pH air dengan sayarat hidup untuk mencapai pertumbuhan dan untuk
ikan nila dapat menyebabkan perkembangan dan mengetahui efektifitas dari madu lebah sebagai
pertumbuhannya tidak optimal. Hasil pengarahan kelamin jantan pada larva ikan hias
pengukuran pH selama penelitian dengan maupun ikan konsumsi lainnya.
menggunakan kertas lakmus, menunjukkan
kisaran pH normal yaitu 6-7,5 selama 70 hari DAFTAR PUSTAKA
penelitian. Kisaran pH pada wadah penelitian ini
masih pada batas normal, hal ini sejalan dengan Arfah, H. Kadriah, I. A. K dan Carman, O. 2005.
pendapat Muslimin et al (2011), pada Efek Manipulasi Hormon 17 α
penelitiannya bahwa pH bekisaran 6-7 dengan Metiltestoteron Pada Berbagai Variasi
menggunakan kertas lakmus. Temperatur Air Terhadap Rasio Kelamin
Do Ikan Gapi (Peocilia reticulate Peters).
Pada wadah perlakuan penelitian kisaran Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1)
DO adalah 4-6, kisaran pada wadah penelitian 37 – 40
ini terbilang masih sesuai dengan kehidupan ikan

28
JURNAL RUAYA VOL. 6. NO .1. TH 2018
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 - 3155

Ayer, Y. Mudeng, J. dan Sinjal, H. 2015.Daya Soelistyowati, D.T. Sudrajat, A.O, dan Arfah H.
Tetas Telur dan Sintasan Larva Dari 2007. Efektifitas Madu Terhadap
Hasil Penambahan Madu Pada Bahan Pengarahan Kelamain Gappy (Poecilla
Pengecer Sperma Ikan Nila reticulate Peters). Jurnal Akuakultur
(Oreochromis niloticus). Volume. 3 Indonesia, 6 (2): 155-160.
No 1: 149 – 153 hal. Sudrajat, O.A. Astutik, D.I. dan Arfah H. 2007.
Djarijah, A.B. 1994. Nila Merah Pembenihan Seks Reversal Ikan Nila Merah
dan Pembesaran Secara Intensif. Penerbit (Oreochromis sp.) Melalui Perendaman
Kanisius. Yogyakarta. Larva Menggunakan Aromatase Inhibitor.
Hakim, R.R. 2007. Pengaruh Pemberian Dosis Jurnal Perikanan dan Ilmu kelautan.
Hormon Metil testosteron Yang Berbeda Institus Pertanian Bogor.
Terhadap Tingkat Keberhasilanp Suryanto, M.A dan Setyono, B. 2007. Pengaruh
embentukan Monosek Jantan Ikan Umur Yang Berbeda Pada Larva Ikan
Niasa (Psodotropheus auratus). Jurnal Nila (Oreochromis sp.) Terhadap Tingkat
Jurusan Perikanan, Fakultas Peternakan Keberhasilan Pembentukan kelamin
Perikanan Universita Muhammadiyah Jantan Dengan menggunakan
Malang. 4 (1). Metiltestoteron. Jurnal PROTEIN. Vol
[KKP]. Kementrian, Kelautan dan Perikanan. 15. No.1.
2013. Tentang Laporan Tahunan Yudi, Tri. 2015. Perendaman Larva Cupang
Direktorat Produksi. Direktorat Jenderal (Betta splendes) Dengan Umur Yang
Perikanan Budidaya. Berbeda Dalam Larutan Hormon 17 a-
Liana, P.A. 2007. Efektifitas Aromatase Metilestosteron Terhadap Keberhasilan
Inhibitor yang Diberikan Melalui Pakan Pembentukan Monosex Jantan. Skripsi
Buatan Terhadap Sex Reversal perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas
Ikan Nila Merah (Oreochromis Sp.) Muhammadiyah Pontianak.
Jurnal AKUATIK Sumberdaya Zairin. M. 2002. Sex Reversal: Memproduksi
Perairan. Volume 2. Edisi 1 ISSN 1978 Benih Ikan Jantan Dan Betina. Penebar
– 1652. Swadaya. Jakarta.
Mukti, A.T. Mubarak, A.S. dan Ermawan, A.
2009. Pengaruh Penambahan Madu
Dalam Pakan Induk Jantan Lobster Air
Tawar Red Claw (Cherax quadricariatus)
Terhadap Rasio Jenis Kelamin Larva.
Volume 1. No 1:37-42 hal.
Muslim, Helmizuryani dan Nopirman. 2011.
Pengaruh Hormon Tertoteron Terhadap
Maskulinisasi Benih Ikan Nila
(Orechromis niloticus) Dengan Metode
Dipping. Majalah Ilmiah Sriwijaya.
Vol. XIX, No.12 : 717 724
Oktarianto. Azrita dan Aswad, D. 2014.
Efektivitas Madu Lebah Terhadap
Jantanisasi Larva Ikan Cupang (Betta
splendens, Blkr). Jurnal Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung
Hatta.
Priyono, E. Muslim. dan Yulisman. 2013.
Maskulinisasi Ikan Gapi (Poecilia
Reticulata) Melalui Perendaman Induk
Bunting Dalam Larutan Madu Dengan
Lama Perendaman Berbeda. Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia. ISSN : 2303-
2960. 14-22 hal.
Putra Safrizal. 2011. Maskulinisasi Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus) Melalui
Perendaman Dalam Ekstrak Purwoceng
(Pimpinella Alpina). Jurnal Institute
Pertanian Bogor.

29

Anda mungkin juga menyukai