Pakan ikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu usaha budidaya perikanan. Ketersediaan pakan serta nutrisi yang terkandung dalam pakan sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Semakin tinggi nutrisi yang terkandung seperti protein, vitamin dan mineral akan membuat ikan tumbuh dengan maksimal. Dari segi biaya, pakan merupakan faktor yang paling tinggi pengeluarannya karena dipengaruhi oleh harga bahan baku pakan yang semakin mahal. Sehingga hal ini harus ditangani dengan mencari bahan baku lain yang tentunya dengan bahan yang mudah didapat, harga relatif murah, mempunyai nilai gizi tinggi, mudah diolah, dan tidak mengandung racun. Pakan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan suatu usaha peternakan. Biaya untuk pakan sebesar 50-60% dari biaya produksi sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus dari segi kualitas maupun kuantitas dalam ketersediaan pakan. Kandungan gizi dari pakan ternak juga perlu diperhitungkan dimana nilai gizi pakan dapat mempengaruhi kinerja produktivitas dari ternak itu sendiri (Riswandi et al., 2015). Fermentasi merupakan teknologi untuk meningkatkan kualitas pakan asal limbah karena keterlibatan mikroorganisme dalam mendegradasi serat kasar, mengurangi kadar lignin dan senyawa anti nutrisi sehingga nilai kecernaan pakan asal limbah dapat meningkat (Astuti dan Yelni, 2015). Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah ikan yang hidup di air tawar dan berasal dari Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya. Ikan nila mulai didatangkan ke Bogor pada tahun 1969. Ikan nila merupakan ikan konsumsi air tawar yang diminati oleh konsumen selain ikan mas dan gurami, karena ikan nila memiliki rasa daging yang enak, gurih, dan tidak memiliki banyak duri.
1.2 Tujuan Praktikum
Mahasiswa diharapkan mampu : a) Memahami cara membuat pakan ikan menggunakan bahan yang ditentukan. b) Mengukur dan menimbang ikan sebelum diberikan pakan. c) Melihat respon ikan terhadap pemberian pakan.
1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat pada praktikum ini adalah mahasiswa diharapkan mampu melakukan cara pembuatan pakan dan fermentasi pakan terhadap ikan nila (Oreochromis niloticus), serta mengetahui manfaat pemberian pakan tersebut. 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Khairuman & Khairul (2013) menyatakan bahwa awalnya ikan nila
dimasukkan ke dalam jenis Tilapia nilotica, tetapi dalam perkembanganya para pakar perikanan telah memutuskan untuk merubah nama tersebut menjadi Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp. Nama niloticus menunjukkan tempat nila berasal, yakni sungai Nil di Benua Afrika. Klasifikasi ikan nila menurut Khairuman & Khairul (2013) adalah sebagai berikut:
Filum =Chordata Subfilum =Vertebrata Kelas =Pisces Subkelas =Acanthopterigii Famili =Cichlidae Genus =Oreochromis Spesies =Oreochromis sp.
Menurut Khairuman & Khairul (2013), jika dibedakan berdasarkan jenis
kelaminnya, ikan nila jantan memiliki ukuran sisik yang lebih besar daripada ikan nila betina. Alat kelamin ikan nila jantan berupa tonjolan agak runcing yang berfungsi sebagai muara urin dan saluran sperma yang terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan nila jantan akan mengeluarkan cairan bening. Sementara itu, ikan nila betina mempunyai lubang genital terpisah dengan lubang saluran urin yang terletak di depan anus.
2.2 Habitat Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Ikan nila tersebar di negara-negara yang beriklim tropis dan subtropis. Ikan nila tidak dapat hidup pada wilayah yang beriklim dingin (Ayuningtyas, 2012). Ikan nila mampu hidup pada lingkungan air tawar, air payau, dan air asin di laut. Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan sekitarnya. Ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau maupun dataran tinggi dengan suhu yang rendah. Ikan nila air tawar dapat dipindahkan ke air asin tetapi harus diadaptasikan secara bertahap, yaitu dengan menaikkan kadar garam air sedikit demi sedikit. Kadar garam air yang disukai berkisar antara 0-35 per mil (Rijal, 2014).
2.3 Kebiasaan Makan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Nila tergolong ikan pemakan segala (omnivora) sehingga bisa mengkonsumsi makanan berupa hewan atau tumbuhan, maka dari itu ikan nila sangat mudah dibudidayakan. Ketika masih benih, makanan yang disukai ikan nila adalah Zooplankton (plankton hewani), seperti Rotifera sp., Moina sp., atau Daphnia sp. Selain itu, ikan nila juga memangsa alga atau lumut yang menempel pada benda-benda di habitat hidupnya. Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan nila bisa diberi berbagai makanan tambahan, misalnya pellet (Khairuman & Khairul, 2013).
2.4 Kandungan Nutrisi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang banyak dibudidayakan di Indonesia dan merupakan ikan budidaya yang menjadi salah satu komoditas ekspor. Menurut FAO (Food and Agriculture Organization) ikan nila merupakan contoh sukses perikanan budidaya dunia dan menempati urutan ketiga setelah salmon dan udang. Ikan nila tergolong dalam jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dengan keunggulan kandungan protein yang tinggi dan juga dapat berkembang dengan cepat. Kandungan gizi yang dimiliki ikan nila yaitu 6-24 % protein, 0,2-2,2 % lemak, serta kandungan lain seperti vitamin, mineral, dan karbohidrat (Satriawan, dkk., 2022).
2.5 Fermentasi Bahan Pakan
Fermentasi adalah suatu cara untuk mengubah substrat menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba dalam kondisi lingkungan yang terkendali. Secara prinsip, sekarang ini pengertian fermentasi telah berkembang menjadi seluruh perombakan senyawa organik yang dilakukan mikroorganisme yang melibatkan enzim yang dihasilkannya, atau dengan kata lain fermentasi adalah perubahan struktur kimia dari bahan- bahan organik dengan memanfaatkan agen-agen biologis terutama enzim sebagai biokatalis. a) Lemna Lemna (Duckweed) adalah tanaman air yang berukuran kecil yang mengapung di atas air dan berpotensi sebagai pakan segar ataupun bahan pakan karena memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi. Bahan pakan nabati memiliki serat kasar yang tinggi sehingga diperlukan perlakuan fermetasi terhadap Lemna sp agar serat kasar menurun dan protein meningkat. Kandungan protein berkisar 10–45% (Landesman et al. 2005, Iqbal 1999). b) Ampas Tahu Pakan ikan nila dari ampas tahu memang kerap digunakan sebagai pengganti pelet. Tidak hanya mudah dicari, namun ampas tahu terbukti memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk ikan, seperti protein, lemak dan serat. Ampas pembuatan tahu merupakan limbah padat yang diperoleh dari proses pembuatan tahu dari kedelai. Ampas pembuatan tahu dihasilkan dari proses pembuatan tahu, dimana bubur kedelai diperas kemudian diambil sarinya. Ampas pembuatan tahu dinilai memiliki nilai ekonomi yang rendah karena mudah rusak dan tidak dapat disimpan dengan jangka waktu yang lama (Wati, 2013). 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari rabu, 24 Mei s/d Kamis 25 Mei 2023, pukul 14.00 WIB s/d selesai. Bertempat di Laboratorium Universitas Malikussaleh yang bertempatan di Laboratorium Nutrisi Ikan, Program Studi Akuakultur, Fakultas Pertanian, Universitas Malikussaleh. 3.2 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Alat dan Fungsinya No. Alat Fungsi 1. Blender Menghaluskan bahan 2. Saringan Menyaring bahan 3. Baskom Mengumpulkan bahan 4. Sendok/spatula Mengaduk bahan 5. Aerator Sebagai aerasi ikan nila 6. Aquarium Tempat wadah pemeliharaan 7. Timbangan Menimbang ikan 8. Nampan Menaruk ikan 9. Penggaris Mengukur panjang ikan 10. Alat tulis Mencatat hasil 11. Dokumentasi Memfoto kegiatan
Tabel 2. Bahan dan Fungsinya
No. Bahan Fungsi 1. EM-4 Sebagai bakteri pengurai bahan organic 2. Molase Mempercepat pertumbuhan ikan 3. T. tapioca Bahan perekat pakan 4. Ragi Bahan fermentasi pakan 5 Ampas tahu Bahan pembuat pakan 6. Lemna Bahan pembuat pakan 7. Ikan nila Sebagai ikan penguji 8. Tisu Membersihkan kotoran
3.3 Metode Praktikum
Adapun metode praktikum yang digunakan adalah pengamatan secara langsung dengan metode pengumpulan data primer dan sekunder, data primer diperoleh dengan mengamati respon ikan terrhadap pakan yang telah dibuat, sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literature dan berasal dari buku, jurnal dan karya ilmiah yang berkaitan dengan judul praktikum ini.
3.4 Prosedur Praktikum
Adapun prosedur atau langkah kerja pada praktikum fermentasi bahan pakan adalah sebagai berikut: 1. Haluskan ampas tahu dan lemna dengan menggunakan blender, kemudian saring dengan menggunakan saringan. 2. Timbang ampas tahu sebanyak 30 gr dan lemna sebanyak 20 gr. 3. Campurkan kedua bahan tersebut kedalam satu wadah. 4. Takar molase sebanyak 10 ml, EM-4 10 ml dan tepung sebanyak 10 gr. Perbandingan 1:1 antara molase dan EM-4, lalu campurkan keduanya. 5. Ampas tahu dan lemna yang sudah tercampur ditambahkan campuran molase dan EM-4, lalu campurkan tepung tapioca dan ragi kemudian aduk sampai rata. 6. Bila adonan belum alis, tambahkan air sedikit-sedikit. 7. Selanjutnya masukkan adonan ke dalam plastic yang diikat rapat. 8. Tunggu selama 1x24 jam agar bahan tersebut terfermentasi. 9. Sterilisasi aquarium dengan cara mencucinya sampai bersih. Apabila sudah bersih masukkan air dan ikan nila di dalamnya. Tambahkan aerator sebagai oksigen untuk ikan. 10. Blender pellet yang sudah dihaluskan 500 gr. 11. Lalu saring pellet menggunakan saringan. 12. Campurkan pellet sebanyak 100 gr ke pakan yang sudah terfermentasi, lalu campurkan tepung terigu sebagai perekat pakan. Aduk sampai adonan menjadi kalis dan mudah dibentuk. 13. Bentuk adonan sesuai dengan bukaan mulut ikan. 14. Lalu masukkan pakan yang sudah dibuat ke dalam aquarium. 15. Amati respon ikan terhadap pakan dengan menggunakan stopwatch. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN