Anda di halaman 1dari 9

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
PROGRAM STUDI AKUAKULTUR
Kampus Bumi Tadulako Tondo Telp. (0451) 429738-422611
Palu – Sulawesi Tengah 94118

Bahan : Sinopsis 2

Nama/Stambuk : Mila Agustin/O 271 18 040


Subtitusi Tepung Ikan dengan Silase Jeroan Ikan Patin
Judul :
(Pangasianodon hypopthalamus) Terhadap Pertumbuhan
dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele (Clarias sp.)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan lele (Clarias sp.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang mempunyai

potensi dalam usaha budidaya untuk meningkatkan nilai jual di pasar. Harga ikan lele

pada pasar lokal sebesar Rp.25.000.00.-. Selain itu ikan lele juga memiliki potensi

dalam mempertahankan ketahanan pangan masyarakat sebagai sumber protein

hewani. Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendukung upaya peningkatan

produksi ikan lele di indonesia dengan melakukan kegiatan penelitian,

pengembangan, serta pemuliaan ikan untuk memperoleh strain ikan lele yang unggul

(Iswanto dkk., 2015).

Budidaya ikan lele dapat memberikan keuntungan bagi pembudidayanya.

Diketahui bahwa telah banyak minat masyarakat untuk mengkonsumsi ikan lele

sebagai sumber protein hewani, harga yang cukup terjangkau, pengelolaannya mudah

serta bergizi tinggi (Wardhani dkk., 2017). Budidaya ikan lele memang cukup

menguntungkan, namun terdapat beberapa kendala dalam produksi salah satunya

adalah bahan baku pakan. Sihombing dkk., (2021) menyimpulkan bahwa biaya
produksi untuk pakan pada kegiatan budidaya ikan lele berkisar 50-80%. Pakan

menjadi kendala terbesar dalam kegiatan budidaya namun keberadaannya sangat

penting dalam mencukupi kebutuhan nutrisi untuk menunjang pertumbuhan dan

kelangsungan hidup ikan lele.

Salah satu bahan baku lokal non ekonomis yang potensial dimanfaatkan sebagai

bahan baku pakan adalah limbah ikan patin, sehingga diharapkan dapat menekan

biaya produksi pada kegiatan budidaya. Penggunaan limbah jeroan ikan patin sebagai

bahan baku pakan dapat diolah dalam bentuk silase. Pembuatan silase jeroan ikan

patin melalui proses fermentasi menggunakan senyawa asam untuk mengikat

kandungan protein, menghambat proses pembusukan oleh bakteri dan membantu

memecah protein menjadi peptida sehingga mudah untuk dicerna ikan (Kompiang

dan Liyas, 1983 dalam Ratnasari dkk., 2020).

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan dosis silase jeroan ikan

patin yang tepat dalam menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang

tinggi pada ikan lele (Clarias sp.). Kegunaannya adalah menambah wawasan dan

keterampilan mahasiswa serta sebagai sumber informasi bagi pembudidaya.


II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2022.

Penelitian bertempat di Laboratorium Biologi Akuatik, Fakultas Peternakan dan

Perikanan Universitas Tadulako Palu. Sedangkan uji proksimat dilakukan di

Laboratorium Nutrisi Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako Palu.

2.2 Meteri Penelitian

2.2.1 Organisme uji

Organisme uji yang akan digunakan adalah benih ikan lele (Clarias sp.)

berukuran panjang ± 5 cm dengan bobot ± 2 g sebanyak 300 ekor. Organisme uji

diperoleh dari Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Saluyu, Kabupaten Sigi.

2.2.2 Alat dan Bahan


Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2-1
Tabel 2-1 Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
No Nama alat Kegunaan
1. Baskom Wadah pemeliharaan ikan lele
2. Pisau daging Mencincang jeroan ikan patin
3. Ember Wadah fermentasi
4. Perlengkapan aerasi Penyuplai oksigen terlarut dalam air
5. Timbangan Menimbang jeroan ikan patin
6. pH meter Mengukur pH air
7. DO meter Mengukur oksigen terlarut
8. Termometer Mengukur suhu air
9. Timbangan digital Mengukur bobot tubuh ikan
10. Kamera Mendokumentasikan
11. Ember Wadah memindahkan air
12. Alat tulis Mencatat data
13. Selang Penyifonan
14. Toples Wadah pennyimpanan pakan perlakuan
Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel

2-2.

Tabel 2-2 Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian


No Nama Blat Kegunaan
1. Jeroan ikan patin Bahan baku pembuat silase
2. Butylate hydroxy toluene (BHT) Anti oksigen
3. Asam formiat (HCOOH) Bahan pengawet
4. Soda api (Na2CO3) Penetral
5. Air tawar Media hidup ikan
6. Tepung ikan Bahan baku pakan
7. Tepung dedak Bahan baku pakan
8. Tepung kedelai Bahan baku pakan
9. Minyak sawit (Bimoli) Bahan baku pakan
10. Vitaminmix Bahan baku pakan

2.3 Rancangan penelitian

Rancangan yang akan digunakan dalam penelitian yakni rancangan acak

lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan, sehingga terdapat 20 unit

satuan percobaan. Perlakuan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Herizon

(2004) sebagai berikut:

Perlakuan A : Pakan (0% tepung ikan + 100% silase jeroan ikan patin)

Perlakuan B : Pakan (25% tepung ikan + 75% silase jeroan ikan patin)

Perlakuan C : Pakan (50% tepung ikan + 50% silase jeroan ikan patin)

Perlakuan D : Pakan (75% tepung ikan + 25% silase jeroan ikan patin)

Perlakuan E : Pakan (100% tepung ikan + 0% silase jeroan ikan patin)


2.4 Prosedur penelitian

2.4.1 Pembuatan Silase Jeroan Ikan Patin

Proses pembuatan silase dari jeroan ikan patin mengacu pada metode Herizon

(2004) yang dimulai dari pengumpulan jeroan dan pembersihan. Kemudian dilakukan

pencincangan agar proses fermentasi dapat berjalan dengan sempurna. Selanjutnya

jeroan ikan akan dimasukkan kedalam ember dan ditambahkan Butylate hydroxy

toluene (BHT) sebagai anti oksigen sebanyak 250 ppm, dan diaduk secara merata.

Kemudian ditambahkan asam formiat (HCOOH) sebanyak 3% dari bobot jeroan dan

diaduk sampai tercampur merata (5-10 mnt), kemudian wadah ditutup. Pengadukan

berikutnya dilakukan setelah 24 jam sebanyak 3 kali dalam sehari hingga akhir

fermentasi. Lama waktu fermentasi yakni 6 hari. Selanjutnya dilakukan penetralan

dengan menambahkan soda api (Na2CO3) sebanyak 1,6%. Setelah silase ikan jadi

maka dilakukan uji proksimat di laboratorium.

2.4.2 Persiapan Wadah

Wadah pemeliharaan yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

baskom sebagai bak pemeliharaan ikan lele. Persiapan wadah pemeliharaan dimulai

dengan mencuci baskom sebanyak 20 unit menggunakan air bersih, kemudian di isi

dengan air sebanyak 30 L dan dipasang aerator pada setiap wadah pemeliharaan.

2.4.3 Penebaran benih

Penebaran benih ikan lele diawali dengan melakukan aklimatisasi terlebih

dahulu untuk penyesuaian benih terhadap lingkungan baru. Aklimatisasi dilakukan

untuk menekan stress pada ikan diwaktu pemindahan. Aklimatisasi dilakukan dengan

meletakan kantongan berisi benih ikan pada permukaan air wadah pemeliharaan dan

dibiarkan selama 15 menit. Kemudian ikan ditebar pada wadah pemeliharaan secara

perlahan.
2.4.4 Pemeliharaan ikan

Tahap awal pemeliharaan yaitu ikan di timbang dan diukur panjang

tubuhnya untuk mendapatkan data bobot dan panjang awal pemeliharaan. Selama

pemeliharaan ikan nila diberi pakan hasil formulasi sesuai perlakuan yang diujikan

dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari, yaitu pada pukul 08:00;

13:00 dan 17:00 WITA. Jumlah pakan yang diberikan sebesar 5% dari bobot

tubuh ikan uji. Setiap minggu dilakukan penimbangan bobot biomassa ikan uji.

2.5. Parameter yang diamati

2.5.1. Laju pertumbuhan spesifik harian

Laju pertumbuhan spesifik harian (LPSH) dihitung dengan mengacu pada

persamaan yang digunakan oleh Mulqan dkk., (2017) yakni sebagai berikut:

Ln wt – Ln (w0)
LPSH (%) = x 100
t
Dimana:
LPSH = Laju pertumbuhan spesifik bobot (%) /hari
LnWt = Logaritma natural bobot individu benih pada akhir pemeliharaan (g)
LnWo = Logaritma natural bobot individu benih pada awal pemeliharaan (g)
t = Waktu atau lama pemeliharan (hari)

2.5.2. Pertumbuhan bobot mutlak

Persamaan yang digunakan dalam menghitung pertumbuhan bobot mutlak


ikan nila mengacu pada penelitian Mulqan dkk., (2017) yakni sebagai berikut:
Wm = Wt - Wo
Dimana :
Wm = Pertumbuhan berat mutlak (g)
Wt = Berat biomassa pada akhir pemeliharaan (g)
Wo = Berat biomassa pada awal penelitian (g)

2.5.3. Kelangsungan Hidup

Persamaan yang digunakan dalam menghitung tingkat kelangsungan hidup


ikan mengacu pada penelitian Ihsanudin dkk., (2014) yakni sebagai berikut:

Nt
KH (%) = × 100
N0
Dimana:
KH= tingkat kelangsungan hidup (%);
Nt = populasi pada akhir penelitian (ekor);
N0= populasi pada awal penelitian (ekor).

2.5.4. Rasio Konversi Pakan (RKP)

Persamaan yang digunakan dalam menghitung rasio konversi pakan mengacu

pada penelitian Iskandar dan Elrifadah (2015) yakni sebagai berikut:

F
RKP =
( Wt+ D )−WO

Dimana:

RKP = Rasio Konversi Pakan


Wt = Bobot ikan pada akhir penelitian
D = Bobot ikan yang mati
Wo = Bobot ikan pada awal penelitian

2.5.5. Efisiensi Pemanfaatan Pakan

Persamaan yang digunakan dalam menghitung tingkat efisiensi pemanfaatan pakkan

mengacu pada penelitian Iskandar dan Elrifadah (2015) yakni sebagai berikut:

( Wt+ D )−Wo
EP(%) = × 100
F

Dimana:

EP = Efisiensi pemanfaatan pakan


Wt = Bobot ikan pada akhir penelitian
D = Bobot ikan yang mati
Wo = Bobot ikan pada awal penelitian
2.5.5. Kualitas air

Parameter kualitas air yang akan diukur selama penelitian dapat dilihat pada

Tabel 3-4.

Tabel 3-4 Parameter kualitas air yang akan diamati


No Parameter Alat Ukur Waktu Pengamtan
1. Suhu Termometer Setiap hari
2. pH pH meter Setiap hari
3. Oksigen terlarut / DO DO meter Awal, tengah dan akhir
2.6 Analisa data

Data yang diperoleh akan dianalisis berdasarkan Rancangan Acak Lengkap

dengan model matematik sebagai berikut (Montogomery, 1991) :

Yij=μ+ τi+εij

Keterangan Yij : Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j
μ : Nilai tengah populasi
τi : Pengaruh aditif perlakuan ke-i
εij : Galat percobaan dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j
i : Perlakuan (A, B, C, D)
j : Ulangan (1, 2, 3, 4)

Apabila terdapat pengaruh nyata padaa pertumbuhan ikan lele maka pengujian

akan dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Kecil).


DAFTAR PUSTAKA

Herizon, 2004. Pengaruh Kadar Silase Jeroan Ikan Patin Yang Berbeda dalam Pakan
Terhadap Pertumbuhan Ikan Mas Cyprinus carpio. Skripsi. Program Studi Budidaya
Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Ihsanudin I. dan Sri R.P.N.S., 2014. Pengaruh Pemberian Rekombinan Hormon


Pertumbuhan (Rgh) Melalui Metode Oral Dengan Interval Waktu Yang Berbeda
Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Ikan Nila Larasati (Oreochromis
niloticus). J. Aquaculture Management And Technology. Vol.3(2): 94-102.

Iswanto B., Rommy S., Huria M. dan Imron. (2015). Karakteristik Morfologis dan Genetis
Ikan Lele Afrika (Clarias gariepinus Burchell, 1922) Strain Mutiara. Jurnal riset
akuakultur. Vol. 10. No. 3.

Mulqan M., Sayyid A.E.R. dan Irma D., 2017. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
Benih ikan Nila Gesit (Oreochromis niloticus) Pada Sistem Akuaponik Dengan
Jenis Tanaman Yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan
Unsyiah. Vol.2(1): 183-193.

Ratnasari, I., Maryani, M. dan Nursiah, N., 2020. Penambahan Silase Jeroan Ikan Patin
Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele (Clarias sp.). Jurnal
Akuakultur Sungai dan Danau. Vol.5(2): 44-49.

Sihombing, D. J. C., Mulyanti, S., Magdalena, R., Indriati, K., Pandjaitan, M. L. W., &
Natalia, C. (2021). Program Kemitraan Masyarakat Budidaya Lele Desa
Sampora. Jurnal Abdimas, 25(1), 83-88.

Wardhani, A. K., Sudarno, & Kusdarwati, R. (2017). Gambaran Histopatologi Kulit dan
Insang Benih Ikan Lele (Clarias sp.) yang Terinfeksi Saprolegnia Sp. dan yang
Telah Diobati dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Histopatologic. Journal of
Aquaculture and Fish Health. Vol.7 No.1

Wardoyo S.E.. 2007. Ternyata Ikan Nila Oreochromis niloticus Mempunyai Potensi yang
Besar Untuk Dikembangkan. Media Akuakultur. Vol.2(1): 147-150.

Anda mungkin juga menyukai